13 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Marketing (pemasaran) Konsep Radical Marketing merupakan salah satu konsep pemasaran (marketing) yang sudah mulai banyak dilakukan oleh beberapa perusahaan, pengertian Marketing menurut Kotler, (1997, p.9) yaitu : “Marketing is a social and managerial process by which individuals and groups obtain they need and want through creating and exchanging products and value with others.” Artinya suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Sedangkan definisi marketing (pemasaran) menurut assosiasi pemasaran Amerika (AMA), The American Marketing Association, (2003) adalah sebagai berikut: “Process of planning and executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods and services to create exchanges that satisfy individual and organizational objectives”. Artinya yaitu proses perencanaan dan menjalankan konsep, penentuan harga, promosi dan distribusi ide, barang dan jasa untuk enciptakan pertukaran yang dapat memuaskan tujuan perorangan dan organisasi. Proses pemasaran dimulai dari ide produk atau jasa dalam bentuk pemasar dan berakhir dengan kepuasan para pelanggan dan hal ini berlaku untuk semua pemasar, mencakup dari produsen dan pabrik sampai grosir dan pengecer. sedangkan pengertian pemasaran menurut CIM, The Chartered Institute of Marketing, (2001), definisi dari marketing adalah sebagaiberikut : “The management process responsible for identifying, anticipating, and satisfying customer requirement profitably.”Artinya suatu proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memuaskan pelanggan. 13 14 2.2 Produk Dalam pemasaran radikal, pengembangan produk harus diperhatikan karena hal ini merupakan salah satu cara agar pelanggan tetap loyal dengan merek produk tersebut.Menurut Kotler, (1996, p.48). pengertian produk adalah sebagai berikut : “ Product means the goods and services combination the company offers to the target market.”, Artinya adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasarannya. Menurut Umar, (2000, p.31), pengertian produk adalah sebagai berikut: “Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Menurut Kotler , (2003, p.407), pengertian produk adalah sebagai berikut : “A product is anything that can be offered to a market to satisfy a want or need.”, Artinya adalah suatu produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan sebuah kebutuhan/keinginan Selain teori-teori produk di atas juga terdapat pembagian produk menurut Kotler, (2003, p.408), dimana produk dibagi menjadi 5 level yang dinamakan five product levels. Kelima level produk (five product levels) tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini : (Sumber : Kotler, 2003) Gambar 2.1. Five product Levels Keterangan dari gambar five produk level: 15 1. Pada level pertama terdapat core benefit yaitu : servis atau keuntungan yang mendasar dimana pelanggan benar-benar membeli suatu produk. 2. Product Generic (produk generik) : "The marketer has to tvrn core benefit into Generic Product, namely a basic version of the product", maksudnya adalah seorang pemasar harus dapat mengubah manfaat dasar menjadi suatu produk generik yang merupakan versi dasar dari produk, yang dapat dirasakan oleh panca indera dan dapat dinilai oleh konsumen. 3. Pada level ketiga expected product yaitu : merupakan perlengkapan dan kondisi dimana pembeli mengharapkan suatu produk ketika mereka membeli produk ini. 4. Pada level keempat terdapat augmented product yaitu : suatu produk yang dapat melebihi pengharapan pelanggan/konsumen. 5. Pada level yang kelima terdapat potential product yaitu : potential produk ini melingkari semua kelebihan dan transformasi dari produk tersebut atau menawarkan sesuatu yang akan dialami pada masa depan. 2.2.1 Ciri Produk Menurut Prawirosentoso (2002:p6), ciri produk adalah keadaan fisik dan sifat suatu produk yang bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang dikeluarkan. Mengembangkan produk meliputi mendefinisikan manfaat – manfaat yang akan diberikan produk tersebut. Manfaat ini dikomunikasikan dan disampaikan melalui ciri – ciri produk berwujud kualitas, inovatif, dan berkinerja. Keputusan – keputusan tentang ciri – ciri ini sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap produk. Suatu produk akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen jika perusahaan mengetahui perilaku konsumen dalam kaitannya dengan keputusan untuk membeli baik barang maupun jasa untuk mengetahui apa yang menjadikan konsumen memutuskan 16 pembelian suatu produk maka perlu ditentukan atribut-atribut yang mendukung. Dengan menentukan atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat diketahui atribut mana yang sudah sesuai maupun belum sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen untuk selanjutnya perusahaan dapat mengembangkan dan menyempurnakan produknya agar lebih memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. 2.2.1.1 Kualitas Produk Sangat perlu produk memenuhi syarat-syarat dari orang yang menggunakannya. Oleh karena itu, definisi kita tentang kualitas adalah konsistensi peningkatan atau perbaikan atau penurunan variansi karakteristik di suatu produk (barang dan jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. Kualitas adalah kualitas yang berarti kecocokan penggunanya (Montgomery, alih bahasa Zanzawi, 1990:p1). Kualitas suatu produk adalah keadaan fisik fungsi dan sifat suatu produk yang bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan (Prawirosentono, 2002: p6). Ada dua segi umum tentang kualitas yaitu sebagai berikut. 1. Kualitas rancangan, variasi dalam teknik ini memang disengaja. 2. Kualitas kecocokan. Kualitas kecocokan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pemilihan proses pembuatan, latihan dan pengawasan tenaga kerja, jenis sistem jaminan kualitas (pengendalian proses, uji, aktivitas pemeriksaan, dan sebagainya) yang digunakan, seberapa jauh prosedur jaminan kualitas diikuti dan motivasi angkatan kerja untuk mencapai kualitas. Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunanya. Parameter-parameter ini 17 biasanya dinamakan ciri kualitas. Ciri – cirri kualitas ada beberapa jenis yaitu sebagai berikut. 1. Fisik. Panjang, berat, voltase, kekentalan. 2. Indera. Rasa, penampilan, warna. 3. Orientasi waktu. Keandalan (dapat dipercaya), dapat dipelihara, dapat dirawat. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih produk dan jasa. Akibatnya kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis dan peningkatan posisi bersaing. Program jaminan kualitas yang efektif dapat meningkatkan produktivitas lebih tinggi dan biaya pembuatan barang dan jasa secara keseluruhan menjadi lebih rendah. Perusahaan dengan rogram seperti itu dapat menikmati keuntungan - keuntungan persaingan yang bermakna. 2.2.1.2 Tampilan Produk Produk yang ditawarkan dengan penampilan yang beraneka – ragam. Perusahaan dapat menciptakan model yang lebih baik dengan menambah lebih banyak tampilan (Features). Sebagian perusahaan adalah sangat inovatif dalam menambah tampilan – tampilan baru. Menjadi produsen pertama yang dibutuhkan dan bagus adalah satu cara yang paling efektif untuk bersaing. Perusahaan sebaiknya secara berkala mensurvei pembeli yang telah menggunakan produk tersebut.konsumen akan member perusahaan daftar gagasan tampilan berdasarkan nilai pelanggan lawan biaya perusahaan. Tampilan yang nilai pelanggannya kecil dalam kaitannya dengan biaya sebaiknya diabaikan, tampilan yang pelanggannya tinggi dalam kaitannya dengan biaya sebaiknya ditambahkan. nilai 18 2.2.1.3 Desain Produk Cara lain untuk menambahkan unsur yang membedakan sebuah produk adalah melalui desain produk atau kinerja produk. Sebagian perusahaan memiliki reputasi karena keunggulan desain, seperti Black dan Decker dalam kelengkapan dan alat – alat rumah tangga tanpa kawat, Steelcase dalam perabotan dan system kantor, Bose dalam kelengkapan audio dan Ciba Corning dalam peralatan medis. Namun banyak perusahaan kurang memiliki sentuhan desain. Dengan demikian, desain dapat menjadi salah satu senjata bersaing yang palig kuat dalam gudang senjata pemasaran perusahaan. Menurut Kotler (1999:p275), desain produk adalah proses dari mendesain model dan fungsi produk : menciptakan produk yang menarik, mudah, aman, dan murah untuk penggunaan dan jasa; dan mudah serta ekonomis untuk diproduksi dan didistribusikan. 2.3 Promotion Di dalam dunia pemasaran terdapat banyak cara yang dilakukan beberapa perusahaan dalam melakukan promosi, seperti yang dilakukan para pemasar radikal adalah promosi yang bersifat pemasaran secara langsung atau yang sering disebut Direct Marketing. Pengertian Promosi menurut Bowdin, (1999, p138) adalah sebagai berikut : “Promotion refers to all communication activities that an Event director can use to tell the target market about the benefits of the Event and so advance sales.”, Artinya adalah promosi itu menerangkan tentang semua kegiatan komunikasi yang hendak disampaikan kepada pangsa pasar mengenai keuntungan dari Event (peristiwa) manajemen dan dapat meningkatkan penjualan. Perusahaan dapat menggunakan kekuatan konsumen untuk melakukan promosi. Untuk itu perlu mengidentifikasikan informal leader di kalangan pelanggan, khususnya opinion leader. Perusahaan harus memilih yang bersifat emotif, yaitu 19 yang mudah menerima hal baru dan mau membagi pendapatnya bagi orang lain. Dengan mendekati pelanggan, dengan biaya yang relatif kecil, pelanggan akan menyebarkan cerita mengenai produk yang dipasarkan oleh perusahaan. Selain itu juga dapat dikembangkan cara promosi yang akan dijelaskan dalam promotional mix. The Promotional Mix menurut Kotler, (2003:p145) terdiri dari 6 elemen yaitu : advertising (periklanan), direct marketing (penjualan langsung), interactive internet marketing, sales promotion (promosi penjualan), publicity/public relation, personal selling (penjualan door to door/penjualan perorangan). Di bawah ini merupakan bagan The Promotional Mix : The Promotional Mix Advertising Direct Marketing (periklanan) ( (penjualan langsung) Interactive Internet Marketing Sales Promotion (Promosi penjualan) Publicity / public relation Personal selling (penjualan perorangan) (Sumber : Kotler, 2003:p145) Gambar 2.2 The Promotional Mix Menurut Kotler, (2003:p146), definisi dari elemen-elemen promotional mix adalah sebagai berikut : 1. Advertising Definisi dari Advertising (periklanan) adalah segala bentuk yang terbayar dari komunikasi yang bukan melalui orang tentang organisasi, produk, servis, atau ide dengan menggunakan sponsor. Advertising (periklanan) dapat digunakan untuk mengkreasikan citra merek atau simbol yang mencerminkan nama perusahaan ataupun merek perusahaan. Selain daripada itu keuntungan lain dari adanya periklanan adalah untuk mendatangkan respon dari konsumen untuk mencapai target pasar jika merketing mix (bauran pemasaran) sulit dicapai. 20 2. Direct Marketing Definisi dari Direct Marketing adalah suatu komunikasi secara langsung yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan target konsumen mereka untuk menghasilkan suatu respon atau transaksi secara tradisional. Direct Marketing sudah menjadi bagian yang integral dari beberapa perusahaan sebagai cara untuk menjual produknya. Direct Marketing memegang peranan penting untuk mengintegrasikan komunikasi pemasaran antara konsumen dengan perusahaan serta antara bisnis dengan pemasar. 3. Interactive atau internet marketing Internet media pemasaran adalah suatu informasi yang dapat digunakan dan didapat secara langsung pada internet termasuk cd-rom dan televisi interactive, interactive atau internet marketing lebih dikenal dengan istilah Word Wide Web (WWW). 4. Sales Promotion Definisi dari sales promotion adalah suatu motif langsung yang menawarkan suatu nilai ekstra pada sebuah produk kepada kekuatan penjualan, distributor atau konsumen dengan tujuan utama untuk mengkreasikan penjualan langsung. Aktivitas dalam sales promotion , terbagi dua yaitu: 1. Customer Oriented Sales Promotion : Termasuk sampel, kupon, bonus pack dan Event (peristiwa) pemasaran. 2. Trade Oriented Sales Promotion : Termasuk kontes dealer, trade show (seminar perdagangan), dan program-program lain yang didesain sedemikian rupa untuk memotivasi distributor dan retailer (pengecer) dalam meningkatkan penjualannya kepada customer atau pelanggan. 5. Publicity (public relations) Definisi dari Publicity adalah komunikasi non perorangan tentang suatu organisasi atau perusahaan, produk, servis atau ide yang tidak terbayar secara langsung atau berada dibawah suatu sponsor dari suatu produk. Sedangkan Public Relation adalah fungsi dari 21 manajemen yang mengevaluasi perlengkapan publik, yang mendefinisikan kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau perusahaan dengan suatu cara tertentu untuk mendapat respon dari public. 6. Personal Selling Element yang terakhir dari promotinal mix adalah personal selling, yaitu suatu bentuk komunikasi antara orang dengan orang dimana seorang penjual mengkomunikasikan cara penjualannya dalam menawarkan produknya kepada pembeli. 2.4 Event Sejarah sangat kaya dengan contoh orang kreatif yang impian – impiannya melampaui batas imajinasi konvensional dalam mengembangkan kesadaran dan peningkatan penjualan event. Menurut Hall, (1997, p.136), definisi dari marketing adalah sebagai berikut: “ Marketing is that function of Event management that can keep in touch with the events participants and visitors (consumers), read their needs, and motivations, develops products that meet these needs, and build a communication program which expresses the Event’s purpose and objectives.” Artinya pemasaran adalah fungsi dari Event (peristiwa) manajemen di mana yang berhubungan langsung dengan peserta, Event (peristiwa) dan konsumen, mengetahui dan membaca kebutuhan dan motivasi mereka, melakukan pengembangan produk yang dapat menghasilkan kepuasan dan membangun suatu komunikasi yang mengekspresikan tujuan dari Event (peristiwa) tersebut. Lebih jauh mengenai apa yang dimaksud dengan seni dari menjual produk adalah bagaimana produk atau jasa yang kita tawarkan tersebut dapat mempenetrasi pasar dan diterima dengan baik sesuai dengan pesan yang ingin di sampaikan oleh perusahaan. Dengan pengertian seni dari menjual produk, berarti kita akan berurusan dengan beragam strategi, dan hubungan dengan pelanggan tentunya. Melibatkan konsumen dalam event 22 yang di adakan akan dapat mempermudah konsumen dalam mengenal produk atau jasa yang kita tawarkan. Seni dari menjual produk itu sendiri berkaitan dengan bagaimana kita menjalin hubungan baik dengan pelanggan dengan sepenuh hati, tidak hanya dengan cara seperti melibatkan strategi Customer Relationship Management. Namun lebih jauh dari itu adalah bagaimana sekian banyak strategi dari bauran pemasaran tersebut dapat diimplementasikan seperti halnya event, dan mencapai sasaran dengan tepat. Dengan adanya Event, diharapkan perusahaan dapat meraih keuntungan ganda yaitu adanya peningkatan penjualan dan meraih pangsa pasar baru, selain mempertahankan konsumen yang lama. Strategi Event, biasanya mempunyai tujuan untuk mempromosikan produk atau perusahaan, dan juga untuk mengingatkan kembali kepada konsumen mengenai produk atau perusahaan tersebut bahwa mereka masih layak untuk diperhitungkan. Event, mempertemukan antara konsumen dengan produsen, yang artinya akan lebih banyak terjadi arus komunikasi yang berlangsung selama event tersebut dan berguna sebagai database perusahaan untuk mengevaluasi dan juga untuk merancang strategi baru dalam usaha mempenetrasi pasar. Berikut ini adalah penjabaran mengenai Product Event, Price Event, Promotion / Promosi Event, dan Place Event. Yang pertama adalah Product Event, yaitu Desain karakter mencakup lokasi dari Event tersebut, dekorasi yang mendukung dengan konsep perusahaan terlebih dengan acara, juga penataan lighting, dan tempat duduk. Selanjutnya adalah Service. Di dalam service, terdapat beberapa elemen yaitu jumlah staff yang bertugas, seragam yang digunakan agar tampak serasi, kualitas makanan dan minuman yang disajikan, dan yang penting adalah service atau pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Berikutnya adalah Branding. Yang dimaksud dengan branding dalam konteks ini adalah pemberian nama pada sebuah event berikut arti dari nama tersebut dalam benak konsumen. Reputation atau positioning berkaitan dengan dimana Event tersebut harus diposisikan 23 dengan benar untuk mendapatkan target pasar serta dapat memenuhi kebutuhan kmonsumen. Sedangkan Price Event terdiri dari dua element yaitu, Waktu mengkonsumsi yang mencakup menetapkan harga diskon pada saat permintaan (demand) rendah. Lalu Harga Promosi yaitu menetapkan harga yang tepat guna meraih target pasar yang tepat pula sehubungan dengan Event terkait harga promosi ditetapkan event berlangsung. Promosi atau Promotion Event juga merupakan salah satu yang taerkait dengan event. Promotion Event terdiri dari tiga bagian. Yang pertama adalah Advertising yaitu segala sesuatu yang berhubungan denagn media seperti Koran, televisi, radio dan brosur guna mempromosikan event tersebut dalam bentuk iklan. Lalu Sales promotion yang bertanggung jawab mengenai public relation event terkait. Dan yang terakhir adalah personal selling yang lebih mengacu kepada personalisasi strategi penjualan. Ketiganya merupakan bagian dari bauran promosi. Bagian yang terakhir dari 4P ini adalah Place Event yang mencakup Distribution Channel. Lebih jauh mengenai Distribution Channel ini adalah bagaimana jaringan distribusi dari produk perusahaan dibangun dan dipasarkan. Perusahaan membangun distribution channel ini melalui consumer and industrial marketing dengan implementasi yang luas agar produk dan jasa yang ditawarkan dapat sampai dengan tepat kepada konsumen melalui jaringan pemasaran yang telah dibangun oleh perusahaan, misalnya melalui Event terkait. Yang dimaksud dengan industrial marketing sendiri adalah bagaimana jaringan distribusi tersebut dibangun dan dipasarkan melalui strategi pemasaran yang kompleks dan memanfaatkan luasnya jaringan sebuah industri yang kian hari mewujud di ranah publik dengan tidak terbatasnya ruang dan waktu dan menjadi sebuah gaya hidup yang popular. 24 Tabel 2.1 Event Marketing Mix FOUR Ps Element Product Event - Desain karakter Lokasi, dekorasi, tema, lighting, kursi, tempat duduk. - Service Jumlah staf, seragam yang digunakan, kualitas, dan servis yang standar. - Branding Pemberian nama pada sebuah event dan arti dari nama tersebut dari benak konsumen. - Reputation / positioning Dimana event tersebut harus diposisikan dengan benar untuk mendapatkan target pasar serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Price event - Waktu mengkonsumsi Menetapkan harga diskon pada saat permintaan (demand) rendah - Harga promosi Menetapkan harga yang tepat untuk memperoleh target pasar yang tepat pula Promotion / promosi Event Promosi bauran (the promotional mix) - Advertising : iklan televisi, iklan radio, iklan Koran, brosur - Sales promotion – public relation -Personal selling (penjualan sendiri) 25 Place Event - Channel-channel distribution Consumer and industrial marketing channel ( Sumber bowdin, 1999:p17) 2.4.1 Teori Event special Tipe lain dari consumer oriented promotion menjadi sangat popular beberapa tahun terakhir ini yaitu Event marketing, Event marketing ini banyak dilakukan oleh para pemasar radikal yang merupakan salah satu cara melakukan pemasaran langsung kepada pelanggannya untuk mempromosikan produk - produknya. Event – event (peristiwa-peristiwa) spesial digunakan untuk menggambarkan ritual-ritual, presentasi, penampilan/pertunjukkan atau perayaan - perayaan secara spesifik yang sudah terencana dan tersusun dengan baik, serta Mengkreasikan sasaran yang dituju oleh perusahaan serta untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Event – event (peristiwa-peristiwa) spesial juga meliputi promosi dalam perdagangan dan peluncuran produk dan kelihatannya Event – event (peristiwa - peristiwa) spesial sudah dilaksanakan di mana-mana, dan menjadi industri yang berkembang.Menurut Bowdin, (1999, p.15) mengusulkan bahwa Event – event (peristiwa - peristiwa) spesial terdiri dari 2 definisi, yaitu satu dari sisi penyelenggara Event – event (peristiwa-peristiwa) itu sendiri, dan yang satu lagi berasal dari para pelanggan. 1. A special Event is a one time or infrequently occurring Event outside normal Programmes or activities of the sponsoring or organizing body, Artinya, Event (peristiwa) spesial adalah satu waktu atau jarang terjadi di luar Event (peristiwa) normal dan merupakan program atau aktivitas. 2. To the customer or guest, a special Event is an opportunity for a leisure, social Or cultural experience outside the normal range of choices or beyond everyday 26 experiences, Artinya bagi konsumen atau para tamu, Event (peristiwa) spesial adalah suatu kesempatan untuk waktu luang, sosial atau pengalaman kebudayaan di luar. Jarak dari suara-suara yang ada pada pengalaman sehari-hari. Menurut Bowdin, (1999, p16) Tipe-tipe dari Event - event (peristiwa-peristiwa) spesial yang dikarakteristikkan menurut ukuran dan skala dari Event - event (peristiwaperistiwa) tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mega Events – event (peristiwa-peristiwa besar) adalah Event – event (peristiwaperistiwa) yang besar yang mempengaruhi seluruh ekonomi dan bergaung di dalam media global. 2. Hallmark Events menunjukkan kepada Event - Event yang menjadi sangat teridentifikasi dengan semangat/etos dari kota dan bangsa itu sendiri. 3. Major Events - Events ( Peristiwa-peristiwa penting), yaitu Event yang dengan skala dan media, dapat memungkinkan dalam menarik sejumlah pengunjung, media, dan keuntungan-keuntungan ekonomi. 2.4.2 Harga Promosi Para pemasar radikal selalu melakukan pemikiran-pemikiran yang inovatif baik dalam produk maupun harga, mereka selalu menerapkan strategi-strategi khusus dalam menetapkan harga, sehingga pelanggan merasa puas dan kebutuhannya terpenuhi.Price menurut Kartajaya, (2003, hal 177) adalah ekspresi value/nilai yang menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi, dan layanan yang menyertainya. Pricing haruslah merupakan refleksi sejati dari value. Yang dikenal sebagai value base pricing, pricing harus ditentukan berdasarkan value yang dipersepsi oleh pelanggan. Harga yang ditawarkan haruslah tepat. Tidak boleh terlalu mahal, namun juga tidak boleh terlalu 27 murah. Harga murah belum tentu menjamin kesuksesan suatu produk. Perusahaan harus mempunyai pricing policy atau pricing strategy yang betul-betul konsisten. Pertimbangkanlah sisi konsumen, bukan sekedar sisi harga. Jika perusahaan tidak konsisten dalam penerapan harga, konsumen akan kebingungan dan akan meragukan kualitas produk yang pasarkan oleh perusahaan. Kendalikan pricing di saluran distribusi perusahaan, perhatikan pricing yang dibentuk melalui jalur distribusi yang berbeda. Pastikan bahwa pricing yang sampai ke pasar adalah sama agar tidak membingungkan konsumen. Komunikasikan harga secara cepat, jika perlu cantumkanlah harga produk pada kemasan. Melalui komunikasi harga yang tepat, konsumen akan memahami produk yang dipasarkan oleh perusahaan. Produk tersebut oleh konsumen akan di posisikan sebagai produk yang mahal, yang sedang, ataupun sebagai produk yang murah. 2.4.3 Pelayanan Kesadaran akan pentingnya nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan mengarahkan perusahaan pada pentingnya suatu sistem pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat tidak efektif dan efesien. Pada kondisi persaingan sempurna, dimana pelanggan mampu untuk memilih di antara beberapa alternatif pelayanan dan memiliki informasi yang memadai, kepuasan pelanggan merupakan suatu determinan kunci dari tingkat permintaan pelayanan dan fungsi / opersionalisasi pemasok. Pelayanan juga penting diberikan kepada konsumen yang baru tertarik kepada suatu tambah kepada produk tersebut. Pelayanan seperti ini disebut pelayanan pra jual yang termasuk didalam satu kesatuan pelayanan itu sendiri. 28 2.4.3.1 Definisi Pelayanan Menurut Tjiptono (2000, p87), pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan adalah sebuah produk yang ditawarkan dan disampaikan kepada pelanggan yang membutuhkan secara luas mencakup baik yang kelihatan (tangibles) maupun yan tidak kelihatan (intangibles). Pelayanan yang baik sangat mempengaruhi banyaknya jumlah pelanggan dalam suatu perusahaan. Dapat dikatakan bahwa faktor pelayanan pelanggan merupakan salah satu ujung tombak perusahaan dalam meraih suses. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam peningkatan kualitas pelayanan (Yamit, 2004,p32). Faktor-faktor tersebut terdiri dari: 1. Kurangnya otoritas yang diberikan kepada bawahan 2. Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menannggapi keluhan konsumen. 3. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada izin dari atasan. 4. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberi jalan keluar yang baik. 5. Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu dan jam kerja sehingga sulit untuk dihubungi. 6. Banyak interest pribadi. 7. Budaya tip 8. Aturan main yang tidak terbuka dan jelas. 9. Kurang profesional (kurang terampil menguasai bidangnya) 10. Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat. 11. Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu. 12. Tidak ada keselarasan antar bagian dalam memberikan layanan. 13. Kurang kontrol sehingga petugas agak ”nakal”. 14. Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan. 29 15. Belum ada sistem informasi manajemen (SIM) yang terintegrasi. 2.4.3.2 Dimensi Pelayanan Konsep kualitas pelayanan dapat dilihat dari dimensi-dimensi pokok sebagai berikut: a. Responsiveness (ketanggapan) Kemampuan dalam membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan dengan cepat dan tepat serta antusias. b. Reliabilty (keandalan) Kesesuaian antara kenyataan pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang telah dijanjikan secara akurat. c. Empathy (empati) Kedekatan dan kemudahan untuk mencapai sarana pelayanan, menghubungi petugas, dapat mendengar keluhan pelanggan, memberitahukan dengan bahasa yang mudah dimengerti, serta untuk mengenal pelanggan dan kebutuhannya. d. Assurance (jaminan) Keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk dapat memberikan pelayanan dengan sopan santun, rasa hormat, perhatian, profesional, kejujuran si pemberi layanan, sehingga pelanggan merasa bebas dari bahaya atau resiko kerugian. e. Tangibility (bukti langsung) Penampilan secara fisik dan peralatan petugas atau peralatan telekomunikasi yang dimiliki. 30 2.5 Teori Perilaku Konsumen Pemahaman atas perilaku konsumen akan menunjang keberhasilan program pemasaran suatu perusahaan. Perusahaan tersebut akan bisa menyesuaikan aktivitasnya dalam menyediakan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Menurut American Marketing Association (Peter & Olson, 2005, p5) perilaku konsumen adalah ” The dynamic interaction of affect and cognition, behavior and the environment. By which human beings conduct the exchange aspect of their lives”.Sedangkan definisi perilaku konsumen menurut Solomon (2002, p32) adalah : ”Consumer behavior is the study of the processes involved when individuals or groups select, purchase, or dispose of products, services, ideas, or experiences to satisfy needs and desires”. Yang artinya, perilaku konsumen adalah pembelajaran dari proses yang terlibat ketika seseorang atau kelompok mencari, memilih, membeli, atau mebuang suatu produk, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar perlu memahami bagaimana perilaku konsumen dalam usaha memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Definisi perilaku konsumen menurut beberapa pakar yang dikutip oleh Hurriyati (2005, pp.67-68) dijabarkan di bawah ini. Loundon dan Bitta (1993:p167) : Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, mencari, menggunakan barang dan jasa. Wilkie (1990:p168) : Perilaku konsumen adalah aktivitas di mana seseorang melibatkan diri dalam proses menyeleksi, membeli dan mempergunakan barang dan jasa sehingga memuaskan kebutuhan dan hasratnya. Beberapa aktivitas melibatkan mental dan proses emosional, sebagai tambahan dari reaksi fisik. 31 Engel, Blackwell dan Miniard (2001:p27) : Perilaku konsumen adalah tindakan langsung untuk mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Mowen dan Minor (2001:p129) : Perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang dan jasa, pengalaman, serta ide-ide. Menurut beberapa pakar ahli lainnya perilaku konsumen secara definitif dapat diartikan sebagai : 1. Perilaku konsumen (Consumer Behavior) adalah proses yang terjadi pada konsumen ketika is memutuskan membeli, apa yang dibeli, di mana, kapan, dan bagaimana membelinya (Ma'ruf, 2006, p.50). 2. Perilaku konsumen merupakan suatu upaya untuk memahami proses pemecahan masalah yang dihadapi konsumen (Kotler dan Armstong, 2001, p.235). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan untuk menggunakan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya. Perilaku konsumen juga sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Paling tidak ada tiga ide penting dalam definisi perilaku konsumen : 1. Perilaku konsumen adalah dinamis Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. 2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana 32 (kejadian) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen. 3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah pertukaran diantara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran. 2.6 Keterlibatan Konsumen Menurut Willkie (1990:p265), keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai kekuatan dimana seseorang mengalami kegiatan yang terkait dengan konsumsi. Keterlibatan konsumen juga meliputi dua hal utama yang menjadi komponen dasar dari motivasi yaitu kekuatan dan arah. Mowen (2002:p365) mendefinisikan bahwa keterlibatan konsumen adalah pribadi yang dirasakan penting dan/atau minat konsumen terhadap perolehan, konsumsi, dan disposisi barang, jasa, atau ide. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami, dan mengelaborasikan informasikan tentang pembelian. Model kemungkinan elaborasi dari Richard Petty dan John Cacioppo. Teori ini dikembangkan oleh Richard E Petty dan John T Cacioppo (1980). Asumsi mendasar teori ini adalah orang dapat memproses pesan persuasif dengan cara yang berbeda. Pada satu situasi kita menilai sebuah pesan secara mendalam, hati-hati dan dengan pemikiran yang kritis, namun pada situasi lain kita menilai pesan sambil lalu saja tanpa mempertimbangkan argumen yang mendasari isi pesan tersebut (Griffin, 2003 dalam Antar Venus (2004:121). Model berpengaruh terhadap perubahan dan pembentukan sikap, menggambarkan bagaimana konsumen melakukan evaluasi dalam lingkungan keterlibatan, baik tinggi maupun rendah. Terdapat dua sarana pembujukan pada model ini : Rute Sentral, dimana pembentukan atau perubahan sikap mencakup banyak pimikiran dan didasarkan 33 pada pertimbangan rasional yang tekun tentang informasi jasa dan produk yang paling penting; dan Rute Sekeliling, dimana pembentukan atau perubahan sikap mencakup jauh lebih sedikit pemikiran dan merupakan konsekuensi dari asosiasi merek dengan entah petunjuk sekililing yang positif atau negative. Yang bisa menjadi contoh petunjuk periferal bagi konsumen adalah dukungan selebriti, sumber yang terpercaya, atau objek apa pun yang menimbulkan perasaan positif. Konsumen mengikuti rute sentral hanya kalau mereka memiliki Motivasi, Kemampuan, dan Peluang yang memadai. Dengan kata lain, konsumen harus mengevaluasi merek secara rinci, memiliki merek yang perlu serta pengetahuan tentang produk atau jasa dalam memori, dan harus ada waktu yang memadai dan tempat yang tepat untuk benar – benar melakukannya. Jika salah satu faktor tersebut tidak ada, konsumen akan cenderung mengikuti Rute Priferal dan pertimbangan faktor – faktor yang lebih ekstrinsik dan kurang sentral dalam keputusan mereka. 2.6.1 Jenis-Jenis Keterlibatan Konsumen Terdapat dua jenis keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan yaitu (Willkie, 1990) : a. Keterlibatan tinggi Keterlibatan tinggi menuntut bahwa tingkat kekuatan yang tinggi dibangkitkan terhadap konsumen dan bahwa kekuatan diarahkan menuju pada aktivitas konsumen tertentu. Seseorang yang sangat terlibat cenderung lebih banyak berpikir atau lebih bisa merasakan. b. Keterlibatan rendah Keterlibatan rendah terjadi ketika konsumen tidak memiliki kekuatan untuk berpikir atau merasakan. 34 Konsumen akan berpikir lebih keras tentang keputusan yang dilakukan pada situasi keterlibatan tinggi. Konsumen juga lebih suka melakukan proses keputusan yang ekstensif dan bergerak melalui setiap tahap keputusan secara berhati-hati. Konsep keterlibatan harus dipahami bukan hanya dalam pemrosesan informasi, tetapi juga dalam variasi dari topik konsumen lainnya (Mowen, 2002:267). Sebagai contoh, tingkat keterlibatan konsumen memiliki implikasi yang penting dalam proses memori, proses pengambilan keputusan, perumusan sikap dan perubahan, dan komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication). Menurut Rhenald Kasali, banyak orang yang percaya bahwa ketika membeli suatu produk (apalagi yang harganya relatif mahal), manusia akan sangat rasional. Bahkan menurut survei yang dilakukan Kontan (2001), para ahli psikologi konsumen membedakan perilaku berbelanja antara low involvement goods (barang-barang yang harganya murah dan keterlibatan konsumen untuk mengumpulkan informasinya rendah) dengan high involvement goods (barang-barang mahal yang menyandang resiko bagi pembelinya, yang menuntut konsumen mambaca lebih banyak sebelum membeli), namun dalam kenyataannya emosi dan rasio manusia sama-sama bekerja. Rasa gembira, bangga, dan senang mungkin akan membunga-bungakan dirinya bila yakin produk itu memberi manfaat dan kesenangan. Sebaliknya, rasa bersalah, marah, benci, muak, kesal bisa muncul kalau merasa keputusannya salah atau barang yang dibelinya menimbulkan efek yang negatif, seperti yang dikatakan Daryl Travil yang menulis buku Emosional Branding (Kontan, 2001). Menurut Mowen (2002:p267) terdapat dua perbedaan keterlibatan yaitu antara keterlibatan situasional (situational involvement) dan keterlibatan abadi (enduring involvement). Keterlibatan situasional terjadi selama periode yang pendek dan diasosiasikan dengan situasi yang spesifik seperti kebutuhan untuk mengganti sebuah produk yang telah rusak. Sebaliknya keterlibatan abadi terjadi ketika konsumen 35 menunjukkan minat yang tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk dan seringkali menghabiskan waktunya untuk memikirkan produk tersebut. Hal itu merupakan kombinasi dari keterlibatan situasional dan abadi yang menentukan tanggapan keterlibatan konsumen yaitu kompleksitas pemrosesan informasi dan tingkat pengambilan keputusan oleh konsumen. 2.6.2 Tipe Keterlibatan Konsumen Konsep ini merupakan konsep yang masih terus diperdebatkan. Hingga saat ini belum terdapat konsep yang seragam beserta kerangka metodologinya (Broderick dan Foxall, 1999:p178). Keterlibatan merupakan variabel individual yang merupakan efek sebab akibat atau dorongan dengan sejumlah konsekuensi pada perilaku pembelian dan komunikasi (Laurent dan Kapferer, 1985) atau merupakan relevansi tingkat pentingnya proses pembelian suatu produk bagi konsumen (Wells dan Prensky, 1996:p44). Lebih jauh keterlibatan merefleksikan sejauh mana energi yang dialami oleh konsumen (MacInnis dan Mello, 2001) mampu menghasilkan loyalitas dan word of mouth yang positif. Pada keterlibatan tinggi atau rendah difokuskan pada pengidentifikasian jenis peraturan yang digunakan masyarakat untuk memutuskan alternatif-alternatif produk yang akan dibeli dan bagaimana konsumen merestrukturisasi informasi yang mereka terima sehingga dapat menentukan pilihan (Mowen dan Minor, 2002:p56). Perbedaan mendasar pada keterlibatan tinggi dan keterlibatan rendah terletak pada proses keputusan pembelian. Misalkan seberapa banyak atribut yang digunakan untuk membandingkan beberapa merek, seberapa lama proses pemilihan di dalam memproses informasi. Misalnya seberapa luas penelurusan informasi, kemampuan daya serap pesan iklan, banyak dan jenis respon kognitif sebagai akibat paparan iklan. 36 Konsumen tidak saja berbeda dalam tingkat keterlibatannya yakni keterlibatannya yakni keterlibatan tinggi dan rendah (Blackwell, Miniard dan Engel, 2001; Berkowitz et al.) tetapi juga berbeda dalam tipe keterlibatannya (Laurent dan Kapferer, 1985). -> Complex Buying Behavior ( Perilaku Membeli Yang Rumit ) Perilaku membeli yang rumit membutuhkan keterlibatan tinggi dalam membeli. Perilaku ini menyingkapkan adanya perbedaan – perbedaan yang jelas diantara merek – merek yang ada. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televise, pakaian, jam tangan, computer, pribadi, dan lain–lain. -> Dissonance reducing Buying Behavior ( Perilaku Membeli Untuk Mengurangi Ketidak Kecocokan) Perilaku membeli mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari hanya sedikit perbedaan antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk itu mahal, tidak sering dilakukan, beresiko, dan membeli secara relative cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. -> Habitual Buying Behavior ( Perilaku Membeli Berdasarkan Kebiasaan ) Dalam hal ini, konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena merek sudah mengenal produk tersebut. -> Variety Seeking Buying Behavior ( Perilaku Pembelian Yang Mencari Keragaman ) Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan suatu yang mutlak. Sebagai market leader, pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai 37 kehabisan stok / dengan promosi – promosi yang dapat mengingat konsumen akan produknya. Tinggi P E R B E D A A N M E R E K Keterlibatan Rendah b a n y a k Complex buying behavior Variety buying behavior s e d i k i t Dissonance reducing buying behavior Habitual buying behavior ( Sumber Bilson Simamora, 2001 : 100) Gambar 2.3 Tipe – tipe Keterlibatan 2.7 Keputusan Pilihan Pembelian Pengambilan keputusan konsumen (Consumer Decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengavaluasi 2 atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Jurnal The Winner, Volume 7 No.1, Maret 2006,p14-25). Dalam proses pembuatan keputusan pembelian konsumen terdapat 2 faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen, faktor tersebut adalah faktor eksternal dan faktor internal. Mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Seorang konsumen yang ingin membeli sebuah sedan, ia diharapkan kepada beberapa merek kendaraan: Toyota, Suzuki, Hyundai, Honda. Dengan demikian,ia harus mengambilan keputusan merek apa yang akan dibelinya, atau ia harus 38 memilih satu beberapa pilihan merek. Jika konsumen tidak memiliki pilihan alternatif, seperti pada pembelian obat menurut resep dokter. Ini bukanlah suatu situasi konsumen melakukan keputusan. Suatu keputusan tanpa pilihan disebut sebagai sebuah ”Hobson’s choice” (Schiffman dan Kanuk,2002:p235). Dalam membeli suatu barang atau jasa, seorang konsumen akan melalul suatu proses keputusan pembelian. Menurut Ma'ruf (2006, p61-62) terdapat tiga keputusan pembelian, yaitu: 1. Proses keputusan panjang (extended decision making) untuk barang d u r a b l e (rumah, lahan, mobil, kulkas, mesin cud, dll). Proses itu menurut Berman dan Evans adalah : Stimulus Æ KebutuhanÆmencari info Æ Evaluasi Æ Transaksi Æ Perilaku pasca pembelian. Pengertian stimulus adalah situasi yang menyebabkan munculnya kebutuhan dalam diri konsumen. 2. Proses keputusan terbatas (limited decision making), sama dengan proses di atas tetapi terjadi secara lebih cepat dan kadang meloncati tahapan. Proses terbatas ini biasanya untuk barang seperti pakaian, hadiah, mobil kedua, atau jasa seperti wisata ke luar kota atau luar negeri. 3. Proses pembelian rutin, keputusan pembelian yang terjadi secara kebiasaan sehingga proses pembelian sangat singkat saja. Begitu dirasakan ada kebutuhan, langsung dilakukan pembelian, misalnya membeli baterai. Menurut Utami (2006, p37) Kesetiaan pada merek dan Kesetiaan pada toko adalah contoh pengambilan keputusan berdasarkan kebiasaan. Proses pembelian yang panjang dan terbatas dapat dikatakan sebagai pembelian yang bersifat insidental. Sedangkan, proses pembelian rutin merupakan proses yang berlawanan dengan proses pembelian yang bersifat insidental. Pembelian yang insidental yaitu yang hanya sekali atau sekali-sekali dibeli. 39 Belanja impulsif atau impulse buying adalah proses pembelian barang yang terjadi secara spontan. Menurut Ma'ruf (2006, p.64) ada tiga jenis pembelian impulsif, yaitu : 1. Pembelian tanpa rencana sama sekali. Konsumen belum punya rencana apa pun terhadap pembelian suatu barang, dan membeli barang itu begitu saja ketika terlihat. 2. Pembelian yang setengah tak direncanakan. Konsumen sudah ada rencana membeli suatu barang tapi tidak punya rencana merek ataupun jenis/berat, dan membeli barang begitu ketika melihat barang tersebut. 3. Barang pengganti yang tidak direncanakan. Konsumen sudah berniat membeli suatu barang dengan merek tertentu, dan membeli barang dimaksud tapi dari merek lain. Menurut Farida Jasfar di dalam jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa, Vol. 1 No. 1, Maret 2005, yang menjadi indikator keputusan membeli adalah : • Loyalitas : 1. Kesediaan menjadi pelanggan di masa yang akan datang. 2. Bantuan perusahaan bila pelanggan mengalami kesulitan. • Intensitas perilaku : 1. Merekomendasikan pelayanan restoran kepada orang lain. 2. Bila ada restoran lain menawarkan harga yang lebih baik maka pelanggan tidak bermasalah untuk berpindah. 3. Sekalipun harga mengalami kenaikan pelanggan tidak akan pindah ke restoran lain. 2.8 Hubungan Antara Ciri Produk, Event, Keterlibatan Konsumen, Dan Keputusan Pilihan Pembelian “Some literature has suggested that a person could be involved with products. Involvement with products has been hypothesized to lead to a greater perception of attribute 40 differences, greater product importance, and greater commitment to brand choice. Measured involvement with products by product rank -or- ordering. rated products using an eight-point concentric scale relating the product importance in the subject's life” (Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, volume 13 no.1, 2001, p43). Dari konsep diatas memberikan makna bahwa ciri produk berhubungan dengan keterlibatan konsumen. Keterlibatan dengan produk telah mengakibatkan lebih dari atribut perbedaan persepsi, yang lebih penting produk, dan komitmen yang lebih besar untuk merek piihan diukur dengan keterlibatan oleh produk-produk atau peringkat-pemesanan. Pembeli dan calon pembeli akan memperhatikan dan mencari informasi mengenai karakteristik produk dari produk tersebut, sebelum mereka melakukan keputusan pembelian. Seseorang akan mengalami tahap-tahap dalam proses pembelian seperti menganalisis kebutuhan, mencari informasi, menetapkan tujuan pembelian, mengidentifikasi alternative pembelian, dan mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Jika dianggap bahwa keputusan membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayaran (Basu Swastha dan Irwan, 1986 : 121). Jika dilihat dari teori hubungan ciri produk terhadap keputusan pilihan pembelian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsumen masa kini cenderung berhati-hati atau dengan kata lain menjadi kritis terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal pembelian produk, mereka mempunyai berbagai macam kriteria sebelum melakukan pembelian. Dengan adanya paradigma baru ini di kalangan konsumen, maka terjadi pergeseran pandangan pula dalam kaitannya dengan pemasaran. Kini, pemasaran dilakukan dengan cara yang lebih modern melalui digitalisasi sehingga memudahkan konsumen dalam mencari informasi terkait produk. Menurut bowdin (1999, p16) yaitu Event yang dengan skala dan media, dapat memungkinkan dalam menarik sejumlah pengunjung. Berdasarkan konsep diatas 41 memberikan makna bahwa event berhubungan dengan keterlibatan konsumen. Dengan adanya skala dan media maka konsumen mersakan terlibat untuk mengunjungi event yang telah diselenggarakan. Dan mempertemukan antara konsumen dengan produsen, yang artinya akan lebih banyak terjadi arus komunikasi yang berlangsung selama event tersebut dan berguna sebagai database perusahaan untuk mengevaluasi dan juga untuk merancang strategi baru dalam usaha penetrasi pasar. ”Event represents the trigger for the start of the decision process” (Engel et. al., 1990; Howard, 1989). “It is followed by the retrieval of product-related information stored in memory. Much of this information is likely to have been preprocessed and stored for later use in the form of decision constraints that are related to the product category. In all likelihood, these decision constraints correspond to the unitized components that result from breaking down the purchase decision into its logical parts” (Decision Constraints and Consideration-set Formation in Consumer Durables, Girish Punj, Richard Brookes. Psychology & Marketing. Hoboken: Aug 2001. Vol. 18, Iss. 8; pg. 843). Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Event memiliki keterkaitan dengan keputusan pilihan pembelian melalui kegiatan kognitif dan juga afektif yang berkesinambungan dengan tindakan nyata yang merupakan awal dari proses keputusan konsumen. Secara khusus, event-akibat media dan produk yang berhubungan dengan keputusan dari memori yang berakibat mempengaruhi proses pencarian informasi eksternal dan evaluasi alternatif. Lebih jauh mengenai hal ini, berarti bahwa dalam pengambilan keputusan konsumen membutuhkan stimulus seperti halnya event sebagai sarana untuk mencapai keputusan pilihan pembelian. Dengan adanya stimulus, maka konsumen akan berpikir lebih jauh berkat pengaruh dari produk yang ditawarkan dalam event terkait. Media, seperti event yang merupakan bagian dari strategi promosi perusahaan memegang peranan sebagai mediator pikiran bagi konsumen sehingga konsumen mampu untuk mencapai keputusan pembelian. 42 Menurut Mowen (2002,p365) mendefinisikan bahwa keterlibatan konsumen adalah pribadi yang dirasakan penting dan/atau minat konsumen terhadap perolehan, konsumsi, dan disposisi barang, jasa, atau ide. Dengan adanya tujuan keterlibatan maka konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami, dan mengelaborasikan informasi tentang pembelian. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa keterlibatan konsumen berhubungan dengan pembelian. “Use more criteria search for more information accept fewer alternatives process relevant information in detail, want to know the strengths and weaknesses of possible alternatives in more detail and will form attitudes that are more resistant to change. The degree of a consumer's involvement, therefore, has an impact on information processing, decision making and responses to advertising” (Journal of Marketing Theory and Practice. Armonk: Fall 1999. Vol. 7, Iss. 4; pg. 97, 12 pgs). Dengan konsep diatas maka adanya hubungan antara keterlibatan konsumen dengan keputusan pilihan pembelian. Sebagai contohnya yaitu sebelum konsumen memutuskan untuk membeli produk, mereka cenderung untuk melibatkan diri terlebih dahulu agar mereka mengetahui mengenai produk tersebut. Selain itu, mereka akan mencari informasi lebih jauh mengenai produk tersebut. Lalu mereka mempersempit pilihan dari produk tersebut agar mudah dalam memilih. Lebih jauh mengenai apa yang dimaksud dengan seni dari menjual produk adalah bagaimana produk atau jasa yang kita tawarkan tersebut dapat mempenetrasi pasar dan diterima dengan baik sesuai dengan pesan yang ingin di sampaikan oleh perusahaan. Dengan pengertian seni dari menjual produk, berarti kita akan berurusan dengan beragam strategi, dan hubungan dengan pelanggan tentunya. Melibatkan konsumen dalam event yang di adakan akan dapat mempermudah konsumen dalam mengenal produk atau jasa yang kita tawarkan. 43 2.9 Kualitas produk Tampilan Produk (X11) (X12) Kerangka Pemikiran Desain Produk (X13) Motivasi Kemampuan Peluang (Y11) (Y12) (Y13) Ciri Produk ( x1) Keterlibatan Konsumen ( Y ) Keputusan Pilihan Pembelian ( Z ) Event ( x2 ) Loyalitas Product event Price Event (X21) (X22) Promotion event Place Event (X23) (X24) (Z11) Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Sumber : Hasil Pengolahan Data Intensitas perilaku (Z12)