01 LAYOUT A (APRIL 2012) - HAL 1 sd 19.pmd

advertisement
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Karenanya menuntut ilmu adalah wajib.
Orang yang berilmu akan memperoleh
kemuliaan dan derajat yang tinggi
(Q.S. Al-Mujadalah : 11). Suatu hadist
dari Abdillah bin Amr bin Al-Ash,
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim menunjukkan betapa besar peranan orang-orang yang berilmu dalam penegakan pilar-pilar
kehidupan di masyarakat. Akan menjadi rusaklah suatu masyarakat bila
dipimpin oleh orang-orang yang tidak
berilmu atau bukan ahlinya. Begitu
pentingnya ilmu, sehingga diwajibkan bagi pengikut Nabi Muhammad
SAW untuk menuntutnya.
Ilmu merupakan hal yang sangat
penting bagi kaum muslimin. Ratusan
kali kata ilmu dalam berbagai bentuknya, terulang dalam al-Qur’an. Pentingnya ilmu, dapat kita lihat pada
wahyu yang pertama dan kedua.
Wahyu pertama (Iqra’) perintah untuk membaca. Wahyu kedua (alQalam), pena sebagai sarana dalam
menuntut ilmu. Iqra’ tanpa disebutkan subjeknya, menunjukkan perintah ini bersifat umum, baik yang berupa firman - firman Allah (ayat-ayat
Qouiliyah) maupun ayat-ayat Kauniyah. Dari sini para ilmuwan dan
ulama terinspirasi untuk terus mengembangkan ilmunya sehingga lahir
berbagai cabang ilmu-ilmu agama
maupun ilmu-ilmu untuk mengembangkan sains dan teknologi.
Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar merupakan sumber inspirasi:
intelektualitas dan spiritualitas. Meski bukan buku sains, al-Qur’an mempunyai fungsi petunjuk kepada umat
manusia secara keseluruhan. Berbeda dengan sains yang bersumber
dari materialisme dan sekularisme
yang mengabaikan aspek-aspek metafisik, spiritual dan etika. Terkait dengan tujuannya, sains Islam bermaksud untuk memperlihatkan kesatuan
hukum alam, keterkaitan seluruh
bagian-bagian dan aspeknya sebagai
refleksi dari kesatuan prinsip-prinsip
Ilahi.
Di dunia Islam hingga saat ini
sains mengalami kemunduran. Padahal dulu, umat Islam tatkala kejayaannya, berada di garda paling depan. Bahkan Eropa yang waktu itu
dalam kegelapan berguru kepada
dunia Islam. Kini sudah banyak yang
menyadari dan ingin meraih kembali
zaman keemasan itu. Mutiara milik
kaum muslimin yaitu ilmu pengetahuan telah diusung dan dikembangkan oleh Barat. Maka sudah saatnya
mutiara itu harus dipungut kembali.
Menghadapi kemajuan dunia
modern, umat ini akan selamat bila di
dalam dirinya masih ada semangat
pencarian ilmu. Penguasaan ilmu
membawa kepada kemakmuran melalui berbagai inovasi dalam semua
bidang kehidupan. Inilah yang bisa
menjadikan kaum muslimin sebagai
khairo ummah. Sebab ilmu adalah kekuatan. Islam sangat menghargai akal
sebagai sumber pengembangan ilmu.
Doktrin ini yang mendorong dinamika pemikiran Islam terus berkembang. Berdasarkan ajaran tersebut
dari dunia Islam terdahulu lahir ba-
nyak ilmuwan dan ulama yang telah
memberikan kontribusi besar bagi
kemajuan peradaban saat ini.
Bermacam-macam orang belajar.
Banyak orang belajar tetapi tidak menuntut ilmu, mereka hanya mencari
legalitas dan ijazah. Banyak orang
menuntut ilmu tetapi tidak mengembangkannya, melainkan hanya untuk
dimilikinya sendiri. Namun ada juga
yang belajar, menuntut ilmu dan mengembangkannya. Mereka tidak hanya memiliki, menghayati dan mengamalkannya, tetapi juga mengajarkannya.
Kelompok yang terakhir ini jumlahnya paling kecil pada saat ini. Berbeda dengan masa keemasan Islam
yang banyak melahirkan mujtahid
dan mujahid. Mereka adalah para ilmuwan dan ulama sejati yang ilmunya dikembangkan dan bermanfaat
hingga kini. (RAW)
MPA 307 / April 2012
5
Download