Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Karenanya menuntut ilmu adalah wajib. Orang yang berilmu akan memperoleh kemuliaan dan derajat yang tinggi (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Suatu hadist dari Abdillah bin Amr bin Al-Ash, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim menunjukkan betapa besar peranan orang-orang yang berilmu dalam penegakan pilar-pilar kehidupan di masyarakat. Akan menjadi rusaklah suatu masyarakat bila dipimpin oleh orang-orang yang tidak berilmu atau bukan ahlinya. Begitu pentingnya ilmu, sehingga diwajibkan bagi pengikut Nabi Muhammad SAW untuk menuntutnya. Ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi kaum muslimin. Ratusan kali kata ilmu dalam berbagai bentuknya, terulang dalam al-Qur’an. Pentingnya ilmu, dapat kita lihat pada wahyu yang pertama dan kedua. Wahyu pertama (Iqra’) perintah untuk membaca. Wahyu kedua (alQalam), pena sebagai sarana dalam menuntut ilmu. Iqra’ tanpa disebutkan subjeknya, menunjukkan perintah ini bersifat umum, baik yang berupa firman - firman Allah (ayat-ayat Qouiliyah) maupun ayat-ayat Kauniyah. Dari sini para ilmuwan dan ulama terinspirasi untuk terus mengembangkan ilmunya sehingga lahir berbagai cabang ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu untuk mengembangkan sains dan teknologi. Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar merupakan sumber inspirasi: intelektualitas dan spiritualitas. Meski bukan buku sains, al-Qur’an mempunyai fungsi petunjuk kepada umat manusia secara keseluruhan. Berbeda dengan sains yang bersumber dari materialisme dan sekularisme yang mengabaikan aspek-aspek metafisik, spiritual dan etika. Terkait dengan tujuannya, sains Islam bermaksud untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam, keterkaitan seluruh bagian-bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip-prinsip Ilahi. Di dunia Islam hingga saat ini sains mengalami kemunduran. Padahal dulu, umat Islam tatkala kejayaannya, berada di garda paling depan. Bahkan Eropa yang waktu itu dalam kegelapan berguru kepada dunia Islam. Kini sudah banyak yang menyadari dan ingin meraih kembali zaman keemasan itu. Mutiara milik kaum muslimin yaitu ilmu pengetahuan telah diusung dan dikembangkan oleh Barat. Maka sudah saatnya mutiara itu harus dipungut kembali. Menghadapi kemajuan dunia modern, umat ini akan selamat bila di dalam dirinya masih ada semangat pencarian ilmu. Penguasaan ilmu membawa kepada kemakmuran melalui berbagai inovasi dalam semua bidang kehidupan. Inilah yang bisa menjadikan kaum muslimin sebagai khairo ummah. Sebab ilmu adalah kekuatan. Islam sangat menghargai akal sebagai sumber pengembangan ilmu. Doktrin ini yang mendorong dinamika pemikiran Islam terus berkembang. Berdasarkan ajaran tersebut dari dunia Islam terdahulu lahir ba- nyak ilmuwan dan ulama yang telah memberikan kontribusi besar bagi kemajuan peradaban saat ini. Bermacam-macam orang belajar. Banyak orang belajar tetapi tidak menuntut ilmu, mereka hanya mencari legalitas dan ijazah. Banyak orang menuntut ilmu tetapi tidak mengembangkannya, melainkan hanya untuk dimilikinya sendiri. Namun ada juga yang belajar, menuntut ilmu dan mengembangkannya. Mereka tidak hanya memiliki, menghayati dan mengamalkannya, tetapi juga mengajarkannya. Kelompok yang terakhir ini jumlahnya paling kecil pada saat ini. Berbeda dengan masa keemasan Islam yang banyak melahirkan mujtahid dan mujahid. Mereka adalah para ilmuwan dan ulama sejati yang ilmunya dikembangkan dan bermanfaat hingga kini. (RAW) MPA 307 / April 2012 5