perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teh 1. Sistematika Tanaman Klasifikasi tanaman teh (Camellia sinensis)tanaman diklasifikasikan sebagai berikut : Gambar I. Daun Tanaman Teh (Camellia sinensis) Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Theales Famili : Theaceae Genus : Camellia 5 teh dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 Spesies : Camellia sinensis (L.)Kuntze (Yulia, 2006). 2. Nama Lain Teh mempunyaiNama Lokal :Enteh (Sunda).; Pu erh cha (China), theler (Perancis), teestrauch (Jerman),; Te (Itali), cha da India (Portugis), tea (Inggris) (Anonim, 2006). 3. Morfologi Tanaman Tanaman teh berbentuk pohon. Tanaman teh terdiri dari daun, bunga dan buah. Secara umum teh mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan tanaman lain, yaitu pohonnya kecil dengan tinggi sampai 12 meter, daun berwarna hijau dan berbentuk jorong atau bundar telur yang panjangnya sekitar 3-30 cm, permukaan bawahnya berbulu jarang (trichoma), tepi daunnya bergerigi, ujungnya meruncing dan pucuk daunnya berwarna hijau kekuningan. Bunga yang muncul di ketiak daun, terdiri dari bunga tunggal atau dalam rangkaian kecil, warnanya putih dan berbau harum. Buah berupa kotak yang berwarna hijau kecoklatan, bergerombol dan berisi 3-6 biji bulat atau gepeng (Yulia, 2006). 4. Ekologi dan Penyebaran Tanaman teh berasal dari daerah Asia Selatan dan timur, masuk ke Indonesia pada tahun 1690 dan mulai ditanam sejak tahun 1826. Teh dapat tumbuh baik pada suhu udara 16-30°C dan kelembaban (RH) kira-kira 60% atau curah hujan minimum 1200 mm/tahun yang hampir merata sepanjang tahun. Di Indonesia teh tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian antara 9001500 M, artinya tanaman teh dapat tumbuh di daerah rendah, sedang, dan tinggi. Iklim dan tanah sangat mempengaruhi produksi tanaman teh. Teh tumbuh paling perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 baik di tanah yang agak asam dan berdrainasi baik. Selain iklim, tanah, suhu tanah, kelembaban tanah, curah hujan, penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban udara dan angin semuanya sangat berpengaruh terhadap prosesproses pertumbuhan dan perkembangan tanaman teh (Yulia, 2006). 5. Kandungan Kimia Vakuola dalam sel daun teh mengandung zat-zat yang larut dalam air. Seperti katekin, kafein, aneka asam amino dan berbagai gula. Enzim pengoksida terdapat dalam sitoplasma yaitu polifenol oksidasi, klorofil, dan karoten. Daun teh mengandung 30-40 % polifenol yang sebagian besar dikenal sebagai katekin. Komposisi daun teh terkenal sangatlah kompleks. Lebih dari 400 komponen kimiawi telah diidentifikasi terkandung dalam daun teh. Jumlah komponen kimiawi ini berbeda-beda terkantung pada tanah, iklim, dan usia daun teh ketika dipetik. Komposisi aktif utama yang terkandung dalam daun teh adalah kafein, tanin, teophyllin, teobromin, lemak, saponin, minyak esensial, katekin, karotin, vitamin C, A, B1, B2, B12, dan P, fluorite, zat besi, magnesium, kalsium, strontium, tembaga, nikel, seng dan fosfor. Semakin tua daun teh semakin banyak mengandung tanin (Hidayati, 2009). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 OH OH O OH OH Gambar II. Gambar Struktur Dasar Tanin (Harborne, 1987) B. Maserasi Maserasi berasal dari bahasa latin macerareyang artinya merendam (Ansel, 1985). Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan pada temperature ruangan (kamar) (Anonim, 2000). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel (Anonim,1986). Maserasi dilakukan dengan cara : 10 bagian simplisia dengan derajat halus tertentu dimasukkan dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya. Setelah 5 hari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 diserkai dan ampas diperas. Keuntungan penyarian dengan maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, serta perusakan zat aktif yang tidak tahan panas dapat dihindari (Anonim, 1986). C. Gel Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Anonim, 1995). Gel adalah sediaan semi padat dimana fase cairnya dibentuk dalam suatu matriks polimer 3 dimensi (terdiri dari gom alam atau gom sintesis). Polomerpolimer yang biasa digunakan untuk membuat gel farmasetika meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintesis dan semisintesis seperti metilselulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan carbopol (Liberman dan Lachman, 1994). 1. Keuntungan Sediaan Gel Pada bidang pengobatan, gel dapat digunakan sebagai bahan dasar (pembawa) dalam pembuatan topikal. Keuntungan dari sediaan gel dibandingkan dengan bentuk sediaan topikal lainnya yaitu memungkinkan pemakaian merata dan melekat dengan baik, mudah digunakan, mudah meresap, dan mudah dibersihkan oleh air. Penyimpanan gel harus dalam wadah yang tertutup baik terlindung dari cahaya dan di tempat sejuk (Herdiana, 2007). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 2. Pengujian Sediaan Gel Sediaan gel yang tergolong sediaan semipadat perlu dilakukan evaluasi atau pengujian sediaan untuk mengetahui stabilitas sediaan gel yang telah dibuat. Evaluasi sediaan gel diantaranya : a. Uji organoleptis, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan sediaan dengan penggunaan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalanya padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat), dan bau (misalnya aromatic, tidak berbau) (Anonim, 2000). b. Aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter (Anonim, 2004). c. Uji viskositas, adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas makin besar tahanannya (Martin et all, 1993). d. Uji resistensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni salep dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinyu suhu yang berbeda-beda (misalnya 20 jam pada suhu 37°C dan 4 jam pada suhu 40°C) dan ditentukan waktunya (Voight, 1994). 3. Mekanisme Kerja Gel Tujuan utama penggunaan obat pada terapi dermiologi adalah untuk menghasilkan efek terapeutik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidermis. Daerah yang terkena umumnya epidermis dan dermis, sedangkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 obat-obat tropikal tertentu seperti emoliens, antimikroba, dan deodorantterutama bekerja pada permukaan kulit. Obat-obat tropikal akan keluar dari pembawanya dan berdifusi ke permukaan jaringan kulit, ada 3 jalan masuk yang utama yakni melalui daerah kandung rambut, melalui kelenjar keringat, dan stratum korneum yang terletak di antara kelenjar keringat dan kandung rambut (Herdiana, 2007). 4. Mekanisme Kerja penghambatan Senyawa Antimikroba Mekanisme penghambatan mikroba oleh senyawa antimikroba menurut Jewetz (2001) disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Merusak DNA merupakan perusakan DNA oleh sejumlah agen anti mikroba dengan jalan mengganngu aktifitas enzim DNA polymerase sehingga mengganggu pembelahan sel pada bakteri tersebut. b. Denaturasi protein merupakan gangguan sejumlah agen fisik atau kimia pada struktur protein tersier yang menyebabakan protein tidak berfungsi. c. Gangguan membran atau dinding sel merupakan gangguan terhadap membran sel yang bertindak sebagai barier selektif. Gangguan pada membran ini mengakibatkan perubahan fisik dan kimiawi membran yang sebenarnya, sehingga menyebabkan perubahan fungsi membran yang sebenarnya dan membunuh atau menghambat sel. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 D. Tinjauan Bahan 1. Carbopol Carbopol (carbomer) merupakan resin akrilat yang apabila dinetralkan dengan dengan alkali akan menghasilkan larutan kental jernih, gel transparan, yang dapat digunakan untuk sediaan semi solid (Agoes, 2008). Carbopol memiliki pemerian berwarna putih, halus, asam, higrokopis, memiliki bau yang khas (Rowe et al, 2009). 2. Glyserinum Glyserinum (Gliserin), merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam/tidak enak), higroskopis, netral terhadap lakmus, dapat bercampur dengan air dan etanol. Khasiat sebagai emolien, humektan (Anonim, 1979). 3. Trietanolamin Trietanolamin (TEA) merupakan cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopis, mudah larut dalam air dan etanol (95%) larut dalam kloroform (Anonim, 1979). Khasiat sebagai penetral pH carbopol agar terbentuk larutan kental jernih, gel transparan (Rowe, et al, 2009). 4. Nipagin Nipagin (Methylis parabenum) merupakan serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar kemudian diikuti rasa tebal, larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 dalam larutan alkali hidroksida. Larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Khasiat sebagai zat tambahan dan zat pengawet, umum digunakan sebanyak 0,12 0,18 % (Anonim, 1979). 5. Nipasol Nipasol (propylis parabenum) merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa, sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%), dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol, dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat sebagai zat pengawet, umumnya digunakan sebanyak 0,02 0,05% (Anonim, 1979). E. Kerangka Pemikiran Meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan alam atau ditanggapi dengan banyaknya produk-produk topikal berbahan aktif tanaman untuk perawatan kesehatan, kosmetik dan pencegahan penyakit. Keuntungan dari sediaan gel dibandingkan dengan bentuk sediaan topikal lainnya yaitu memungkinkan pemakaian merata dan melekat dengan baik, mudah digunakan, mudah meresap, dan mudah dibersihkan oleh air. Menurut Hidayati (2009) menjelaskan bahwa semakin tua daun teh semakin banyak mengandung tanin. Tanin adalah senyawa fenol yang memiliki sifat-sifat menyerupai alkohol, salah satunya adalah bersifat antiseptiksehingga daun teh tua berpotensi sebagai antibakteri atau pengawet. Telah diketahui bahwa pengawetan pada ikan umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan sintetis, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 seperti formalin. Akan tetapi, penggunaan formalin dapat menimbulkan efek karsinogenik bagi kesehatan manusia. Penggunaan bahan alami seperti daun teh tua, dapat dijadikan sebagai antibakteri alami yang merupakan alternatif pengganti bahan sintesis dalam pengawetan (Hidayati, 2009). Selain itu, berdasarkan penelitian Zulaekah (2005) tentang pengaruh konsentrasi ekstrak daun teh pada pengawetan telur asin, menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun teh yang digunakan pada pembuatan telur asin rebus, maka akan menghasilkan telur asin rebus dengan jumlah total bakteri paling sedikit. Berdasarkan uraian di atas, ekstrak daun teh tua dapat dijadikan sebagai alternatif sediaan gel antiseptik tangan. F. Hipotesis 1. Penambahan konsentrasi ekstrak dalam formula sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun teh tua diduga berpengaruh terhadap sifat fisisnya. 2. Penambahan konsentrasi ekstrak dalam formula sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun teh tua diduga berpengaruh terhadap sifat kimianya. 3. Penambahan konsentrasi ekstrak dalam formula sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun teh tua diduga berpengaruh terhadap daya bunuh bakterinya.