BAB III

advertisement
BAB III
PEMILIHAN KHALIFAH SECARA AKLAMASI DALAM ISLAM
A. Masyarakat Arab Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Periode Mekah
Masa Rasulullah Saw masyarakat Arab terbagi menjadi dua masa,
periode Makkah al-Mukaromah dan periode Madinah al-Munawaroh atau
sebelum dan setelah hijrah.
Mekkah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu
masyarakat desa yang biasa disebut dengan baduwi, artinya penduduk
pedalaman yang suka berpindah-pindah tempat atau nomaden. Golongan
penduduk inilah yang besar jumlahnya. Mata pencaharian mereka bercocok
tanam dan beternak.
Sedangkan penduduk kota adalah mereka yang tinggal didaerah
perkotaan dengan mata pencaharian berdagang di pasar-pasar baik di Mekah
sendiri maupun ke luar mekkah seperti Syam, Mesir, Persia dan sebagainya.
Kedua golongan ini sering terjadi perselisihan dalam perebutan
kekuasaan dan harta sehingga peperangan tidak terhindarkan. Persaingan antar
suku menjadikan keadaan Mekah tidak tenang. Keadaan ini masih
berlangsung sampai Nabi Muhammad Saw lahir.
Ajakan Nabi Muhammad Saw untuk mengagungkan ajaran Allah
Swt terhadap kaum Quraisy mulai dilaksanakan. Setelah tiga tahun berjalan
dakwah Islam secara diam-diam, maka disuruhlah Nabi mengumumkan Islam
30
dengan terang-terangan.1 Dakwah Rasulullah Saw mendapat tentangan keras
dari kaum arab karena : takut kehilangan kekuasan, mengganti kepercayaan
yang selama ini mereka pegangi dan sebagainya. Puncak dari pertentangan
tersebut adalah pemboikotan orang- orang Arab terhadap kaum muslimin
dengan menempelkan di dinding Ka’bah, isi pemboikotan tersebut adalah :
1. Mereka tidak akan menikahi orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual-beli apa saja dengan orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menengok orang Islam
yang sakit
5. Mereka tidak akan mengantarkan mayat orang Islam ke kubur
6. Mereka tidak akanmenerima permintaan damai dengan orang
Islam, sehingga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh2
Pemboikotan ini terjadi selama tiga tahun sehingga menjadikan umat
Islam tersiksa dan terpojok. Oleh karena itu Nabi memutuskan untuk berhijrah
ke negeri tetangga.
Periode Madinah
Perjalanan hijrah pertama kali ke Habsyi (Ethiopia) terdiri dari sepuluh
laki-laki dan empat perempuan. Kemudian disusul yang lain hingga mencapai
seratus orang, mereka mendapat sambutan baik dan perlindungan dari Raja
Negus, ini sudah diprediksi sebelumnya oleh Nabi karena kebijaksanaan dan
keadilan yang dimiliki oleh Raja tersebut. Hijrah ke Habsyi ini terdiri dari dua
1
Ali Mufrodi, Islam diKawasan Kebudayaan Arab, Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1997, hlm. 17
2
Murodi dkk, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Semarang : Toha Putra, 1994, hlm. 18
31
gelombang tetapi Nabi Muhammad Saw masih bertahan di Mekah. Baru pada
tahun ke sepuluh kenabian beliau memutuskan untuk pergi ke Thaif mencari
bantuan tetapi gagal bahkan mengalami luka-luka.
Ancaman, gangguan dan siksaan yang dialami oleh Nabi Muhammad
Saw beserta sahabatnya dari orang-orang kafir tidak kunjung reda. Melihat
kenyataan ini akhirnya Nabi Muhammad
Saw memandang bahwa kota
Mekkah tidak dapat lagi dijadikan sebagai pusat kegiatan, untuk itu Nabi
mulai mengunjungi beberapa daerah sebagai alternatif lain dari kota Mekkah3.
Kesempatan itu diperoleh Nabi ketika musim Haji tiba. Beliau
berusaha mendekati beberapa kabilah yang datang dari berbagai penjuru untuk
melaksanakan ibadah Haji di Mekkah. Diantara berbagai kabilah tersebut
kaum Aus dan Khazraj dari Yastrib yang bisa menerima dakwah nabi
Muhammad Saw, ini merupakan titik terang dari dakwah Islam. Sambung
bergayut, Nabi Menindaklanjuti sambutan baik warga Yastrib tersebut dengan
mengadaka pertemuan di bukit Aqobah, maka peristiwa ini si sebut Bai’atul
Aqobah. Isi perjanjian itu adalah :
1. Kami tidak akan mempersekutukan Allah Swt
2. Kami tidak akan mencuri
3. Kami tidak akan berzina
4. Kami tidak akan membunuh anak-anak kami
5. Kami tidak akan memfitnah dan menghasut
3
Ibid., hlm. 28
32
6. Kami tidak akan mendurhakai Muhammad Saw4
Perjanjian ini mereka tepati di daerah asalnya Yastrib bahkan mereka
mengajak Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke negeri mereka. Akhirnya
Nabi memutuskan untuk berhijrah ke Madinah dengan berbagai pertimbangan
antara lain :
1. Yastrib merupakan tempat yang paling dekat
2. Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad telah
mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk Yastrib karena
ayahnya dikebumikan disana
3. Penduduk Yastrib memiliki sifat yang lebih lembut
4. Bani Najjar kerabat beliau berada disana5
Hijrah ke Yastrib terjadi pada tahun ke tega belas dari kenabian.
Nabi Muhammad SAW sesampainya di Kota Madinah, pertama
yang beliau lakukan di sana adalah membangun persaudaraan dengan ikatan
agama bukan suku, ras atau golongan tapi keimanan yang tertancap di dada
yang menjadi penghubungnya.
Kemudian untuk menyelaraskan semua elemen di Madinah yang
sangat majemuk Nabi membuat perjanjian tertulis sebagai pedoman yang
dipatuhi dan ditaati seluruh penduduk yang terkenal dengan nama “Piagam
Madinah”, piagam ini menekankan pada persatuan yang erat di kalangan kaum
muslimin dan kaum Yahudi, menjamin kebebasan beragama bagi semua
golongan, menekankan kerja sama dan pesamaan hak dan kewajiban semua
4
5
Rusli, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang :Toha Putra, 2003, hlm. 5
Op. Cit., hlm. 31
33
golongan dalam kehidupan sosial politik dalam mewujudkan pertahanan dan
perdamaian, dan menetapkan wewenang bagi Nabi untuk menengahi dan
memutuskan segala perbedaan pendapat dan perselisihan yang timbul di antara
mereka.6
Dengan demikian keselarasan hidup antar suku dan golongan di
Madinah terjalin dengan dilandasi iman dan takwa.
B. Keadaan Masyarakat pasca Nabi Muhammad SAW Wafat
Menjelang wafatnya Nabi Muhammad Saw, sepulang dari Haji
Wada’ tepatnya dengan akhir bulan Safar 11 Hijriah beliau dirawat secara
bergilir di rumah isteri-isteri beliau sampai akhirnya dirawat di rumah Aisyah
ra karena sudah parah7. Beliau melakukan pengiriman pasukan perang untuk
memerangi Romawi di Mu’tah wilayah Suriah, pasukan ini di pimpin oleh
Usamah bin Zaid bin Haritsah yang pada saat itu berumur 18 tahun, ia
diperintahkan untuk menelusuri al- Bilqa dan Palestina.8 Dalam rombongan
pasukan ini diikuti oleh semua sahabat Muhajirin dan Anshar yang terkemuka;
Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah, Sa’d bin Abi Waqqash dan mereka
berkemah di Jurf.
Sebagian umat Islam mulai membicarakan mengenai pengangkatan
Usamah yang seorang bekas budak dan umurnya masih muda, diangkat oleh
Rasulullah Saw sebagai pemimpin dari Sahabat Muhajirin dan Anshar.
6
7
8
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Jakarta : Rajawali Press, 1994, hlm. 64
Ibnu Al Atsir, Al Kamil fi Tarikh, Jilid II, Beirut: Dar al Sadir, 1979, hlm. 317
Akram Diya’ al- Umari, Tolak Ukur Peradaban islam; Arkeologi Sejarah Madinah
dalam Wacana Trans-Global
34
Menghadapi gunjingan ini, Nabi Muhammad Saw marah sehingga beliau
keluar dari kamar dengan melilitkan serban di kepala serta berselimut. Beliau
memerintahkan pasukan tersebut segera berangkat, dan panji-panji kebesaran
diserahkan pada Usamah bin Zaid.
Namun, sebelum pasukan ini bergerak dari perkemahan Jurf
datanglah utusan yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad Saw telah
meninggal dunia bertepatan dengan Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun
11 Hijriyah atau 8 Juni 632 Masehi dalam usia 63 tahun, sehingga dengan
terpaksa penyerangan ke Mut’ah di tunda.
Para sahabat kembali ke Madinah untuk menghormat kepergian Nabi
Muhammad Saw. yang wafat di rumah Ummul Mukminin Aisyah RA.
Sepulang dari Jurf Umar dan Mughirah bin Syu’bah diperkenankan masuk
kamar untuk melihat jenazah Nabi Muhammad Saw, Umar membuka tutup
wajah Rasulullah Saw dan mengatakan “Rasul hanya pingsan”.
Tatkala meninggalkan kamar itu, Mughirah berkata kepada Umar,
“Tetapi anda mengetahui bahwa Rasulullah Saw telah Wafat”, Umar
menjawab, “Anda bohong, Nabi tidak akan wafat sebelum beliau
memusnahkan semua orang munafik”. Umar lalu mengancam akan
membunuh siapa saja yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw telah
meninggal dunia, sedangkan rasul tidak wafat. Rasulullah Saw hanya kembali
pada Allah Swt, sebagaimana Nabi Musa AS menghadap Allah Swt selama
empat puluh hari. Orang mengira Musa AS telah wafat, tetapi ia kembali lagi;
demikian pula, Rasulullah Saw akan kembali lagi. Nabi Muhammad Saw akan
35
memotong tangan dan kaki siapa saja yang mengatakan bahwa beliau sudah
wafat. “Umar berkata pula : “Saya akan memenggal kepala siapa saja yang
mengatakan bahwa Rasulullah sudah wafat, Rasulullah Saw hanya naik ke
langit.”9 Kejadian ini berlangsung beberapa saat sampai kedatangan Abu
Bakar Ash Shiddieq dari Sunh karena memang selama Nabi Saw sakit keras
AbuBakar RA tidak berkemah di Jurf tapi menginap di rumahnya yangada di
Sunh tersebut. Abu Bakar kemudian masuk kamar Aisyah RA di mana
janazah Rasulullah Saw disemayamkan, beliau membuka kain penutup wajah
lalu menciumnya dan setelah keluar, kemudian dia berkata : “Barang siapa
yang menyembah Allah Swt, sesungguhnya Allah Swt
hidup; tetapi
barangsiapa menyembah Muhammad Saw, Muhamad telah wafat”10
Kemudian beliau membacakan Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 144:
‫ﺕ ﹶﺃ ْﻭ ﻗﹸِﺘ ﹶﻞ ﺍْﻧ ﹶﻘﹶﻠْﺒُﺘ ْﻢ ﻋَﻠﹶﻰ‬
َ ‫ﺖ ِﻣ ْﻦ ﹶﻗْﺒِﻠ ِﻪ ﺍﻟﺮﱡ ُﺳ ﹸﻞ ﹶﺃﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﻣَﺎ‬
ْ ‫ﺤ ﱠﻤ ٌﺪ ِﺇﻟﱠﺎ َﺭﺳُﻮ ﹲﻝ ﹶﻗ ْﺪ َﺧﹶﻠ‬
َ ‫ﻭَﻣَﺎ ُﻣ‬
‫ﺠﺰِﻱ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ ﺍﻟﺸﱠﺎ ِﻛﺮِﻳ َﻦ‬
ْ ‫ﻀﺮﱠ ﺍﻟﻠﱠ َﻪ َﺷﻴْﺌﹰﺎ َﻭ َﺳَﻴ‬
ُ ‫ﺐ َﻋﻠﹶﻰ َﻋ ِﻘَﺒْﻴ ِﻪ ﹶﻓﹶﻠ ْﻦ َﻳ‬
ْ ‫ﺃﹶﻋْﻘﹶﺎﺑِﻜﹸﻢْ َﻭ َﻣ ْﻦ َﻳْﻨ ﹶﻘِﻠ‬
Artinya : “Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu
Rasul- rasul. Apabila ia wafat atau terbunuh, apakah kamu
berbalik menjadi murtad ? Tetapi barang siapa berbalik murtad,
sedikitpun ia tidak merugikan Allah Swt. Allah memberi pahala
kepada orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Ali Imran : 144)
Setelah Umar RA tenang, masuklah Abu Bakar ke kamar Aisyah RA
bersama keluarga Bani Hasyim, termasuk Ali bin Abi Thalib, Abbas paman
9
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir ath Thabari, Tarikh Thabari Tarikh al Umam wal
Muluk, Jilid III, Beirut: Dar al Kutub al Alamiyah, t.t, hlm. 198
10
Abi Muhammad Abdul Malik bin Hisyam, Sirah an Nabawy, Juz IV, Beirut : Dar al
Fikr, t.t, hlm. 335
36
Nabi Saw, Qutham dan Fadhl bin Abbas untuk merawat janazah Rasulullah
Saw.
Ketika Umar masih di halaman masjid tersebut datanglah dua orang
sahabat Uwaim bin Sa’idah11 dan Ma’an bin ‘Adi,12 yang memberi kabar
bahwa telah terjadi pertemuan oleh kaum Anshar di Tsaqifah Bani Sa’idah,
lalu Umar memanggil Abu Bakar RA dan berkata : “ Ini lebih penting dari
merawat jenazah Rasulullah”13. Lalu mereka berangkat ke pertemuan tersebut.
Awalnya Abu Bakar bersikeras untuk merawat jeazah Rasulullah saw terlebih
dahulu, tetapi setelah di desak Umar akhirnya mereka berangkat ke Tsaqifah
bersama- sama.
Sedangkan Bani Hasyim merawat jenazah Rasulullah Saw di rumah
Aisyah RA, karena memang Ali bin Abi Thalib yang diwasiati untuk
memandikan dan membayar hutang-hutang Nabi Muhammad Saw., sehingga
tidak ada yang berangkat ke pertemuan Tsaqifah Bani Sa’idah tersebut,
bahkan mereka mengunci pintu rapat-rapat.
B. 1. Pemilihan Khalifah di Tsaqifah Bani Sa’idah
Keberadaan tiga kelompok sentral pasca Nabi Muhammmad Saw
wafat dalam perebutan khilafah yakni:
11
Uwaim bin Sa’idah bin Aisy bin Qays bin Nu’man bin Zaid bin Umayyah bin Malik
bin ‘Auf bin Amr bin Auf bin Malik bin Aus dari klan Aus dan kaum Anshar
12
Ma’an bin ‘Adi atau ‘Ashim bin ‘Adi bin Jadd bin Ajlan bin Haritsah bin Dhubai’ah
bin Haram al Balawi bin Ajlan dari suku Ajlan dan termasuk kaum Anshar.
13
Abdul Wahab an Najjar, Op. Cit., hlm. 32
37
1.
Kelompok pertama yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib14, keluarga Nabi
Saw dari Bani Hasyim dan kawan-kawanya. Kelompok ini terdiri dari :
-
Ali bin Abi Thalib dan orang-orang yang berkumpul di rumah
Fatimah, antara lain : Salman al Farisi, Abu Dzarr al Ghifari, Miqdad
bin Aswad, Ammar bin Yasir, Zubair bin awam, Khuzaiman bin
Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Farwah bin Amr, Abu Ayyub al Anshari,
Usman bin Huainf, Sahi bin Hunaif, Khalid bin Said bin Ash al Amawi
dan sebagainya
-
Klan Bani Hasyim
-
Abu Sufyan, pemimpin Bani Umayyah
Kelompok ini berkumpul di rumah Aisyah RA untuk merawat jenazah
Rasulullah Saw.
2.
Kelompok kedua adalah kelompok kaum Anshar yang melakukan
pertemuan di Tsaqifah yang dimotori oleh Sa’id bin Ubadah15.
14
Ali bin Abi thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim dari klan Quraisy, lahir di Mekah,
13 Rajab 30 tahun setelah tahun gajah. Ia dibesarkan oleh Nabi Muhammad Saw dirumahnya,
memeluk Islam setelah Khatijah pada umur Lima belas tahun dan merupakan lelakai pertama
yang memeluk Islam. Bermalam di tempat tidur Nabi Saw pada waktu Beliau hirah ke madinah,
merelakan diri dan mengambil resiko menjadi korban demi keselamatan Rasulullah Saw.
Kemudian hijrah ke Madinah Al Munawaroh. Dipersaudarakan oleh Rasul Saw dengan diri beliau
sendiri. Ikut dalam perang Badr dan perang sesudahnya. Ia dibai’at pada bulan dzul Hijjah tahun
35 Hijriah atau bertepatan dengan bulan Juni tahun 656 Masehi, setelah Ustman RA terbunuh.
Setelah perang Jamal pindah ke Kufah, yang dijadikan ibukota ke- Khalifah-annya. Di tusuk
Abdurrahman bin Muljam pada tanggal 19 Ramadhan tahun 40 Hijriah atau 26 Januari tahun 661
Masehi di Mihrab masjid Kufah dan meninggal pada tanggal 21 Ramadhan dalam usia 63 tahun.
Dikuburkan di inggir selatan Kufah-Najaf, sekarang masuk wilayah irak. Beliau menjadi khalifah
4 tahun 9 bulan dan 6 hari.
15
Sa’d bin Ubadah bin Dulaim bin Haritsah bin Abi Khuzaimah bin Tsa’labah bin
Tharif bin Khazraj orang Anshar. Ia ikut dalam Bai’ah al Aqabah dan perang bersama Rasulullah
Saw kecuali perang Badr. Terkenal sebagai orang yang pemurah dan dermawan.
38
3.
Kelompok ketiga terdiri dari Umar bin Khattab16, Abu Bakar17 dan Abu
Ubaidah, Usaid bin Khudair
Saqifah atau Balairung ini terletak di suatu tempat sekitar lima
ratus meter sebelah barat Masjid Nabi Muhammad Saw. Di sini terdapat
sebuah sumber air yang bernama Bi’r Budha’ah dan sebuah masjid. Marga
Saidah
yang mendiami desa ini memiliki sebuah balairung
tempat
bermusyawarah yang terkenal dengan nama Tsaqifah Bani Sa’idah.18
Begitu mendengar Rasulullah Saw meninggal dunia kelompok
Anshar yang tersebar dari bukit Uhud, bukit ‘Air, al Harrah asy Syarqiyyah
dan al Harrah al Ghabiyyah berkumpul di Tsaqifah Bani Sa’idah untuk
mengadakan pertemuan. Kaum Anshar, takut akan dominasi kaum Quraisy
dari Mekkah yang mereka perangi selama sepuluh tahun terakhir.19
Pertemuan itu di pimpin oleh Sa’d bin Ubadah dari tokoh Bani
Khazraj. Dalam pidato pembukaan yang diperdengarkan oleh anaknya yang
bernama Qais pada hadirin karena beliau sedang sakit, ia menyampaikan
Sesudah memuji pada Allah Swt, beliau berkata “ Wahai orang Anshar, kamu
16
Abu Hafsah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabah bin Abdullah
bin Qarth bin Razah biin ‘Adi dari bani Quraisy dan ibunya Hantamah binti Hisyam al Mughirah
bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Menjadi muslim setelah jumlah muslimin sekitar 50 orang
dan berhijrah ke Madinah. Ikut perang Badr dan perang sesudahnya. Ia menggantikan Abu Bakar
sebagai Khalifah. Wafat karena ditusuk oleh Abu Lu’lu’ah seorang budak yang dikirim oleh
Mughirah bin Syu’bah, 3 Nopember 644 Masehi. Umurnya 55 tahun dan dikuburkan dekat
Rasulullah Saw dan Abu Bakar RA. Masa kekuasaannya 10 tahun 6 bulan dan 5 hari.
17
Abu Bakar Abdullah bin Quhafah Ustman bin Amir bin Amr binKa’b bin Sa’d bin
Taim bin Murrah at Taimi, dari bani Quraisy. Ibunya Ummu al Khair salma atau Laila binti Sahr
binAmir bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah.termasuk pemeluk Islam awal, bersama
Rasulullah Saw dalam hijrah ke Madinah. Ikut perang Badr dan perang sesudahnya. Meninggal
pada 23 Agustus 634 dalam usia 63 tahun, dikuburkan di sisi Rasulullah Saw . Masa ke
Khalifahannya 2 tahun 3 bulan dan 10 hari
18
O. Hasheem, Op. Cit., hlm 99
19
Ibid., hlm. 114
39
adalah termasuk orang yang dahulu memeluk agama Islam dan memiliki
kemuliaan dalam agama Islam tersebut; tidak ada orang Arab yang lebih mulia
dari kalian. Dulu Nabi Muhammad Saw tinggal di Mekkah selama sepuluh
tahun lebih, mengajak kaumnya menyembah pada Allah Swt dan meninggal
berhala sembahan mereka terdahulu. Tapi tidak ada yang mengakui
keberadaan Beliau, kecuali beberapa oarang saja. Demi Allah Swt mereka
tidak bisa melindungi Rasulullah Saw dan tidak dapat memuliakan agamanya,
mereka juga tidak dapat membela Rasulullah dari serangan musuh-musuh
beliau, sampai Allah Swt menghendaki
kalian untuk mendapat kemuliaan
tersebut, mendapat kehormatan dan mengkhususkan kalian dalam agamanya
serta kalian dianugerahi keimanan dan Rasulullah Saw. Memperkuat agama
beliau dan berjihad melawan musuh-musuh beliau. Kamu sekalianlah yang
paling keras melawan para penyeleweng agama, kamu jualah yang
memuliakan Islam dalam melawan musuh-musuhnya dibanding yang lain
sehingga mereka mengikuti perintah Allah Swt tersebut, baik karena patuh
ataupun terpaksa. Dan kepadamu diberikan kemampuan sehingga orang-orang
yang jauh tunduk kepada kepemimpinanmu, sampai Allah wt memenuhi janjiNya kepada Nabi Muhammad Saw. Maka tunduklah seluruh bangsa Arab
karena kuasa pedangmu. Dan Allah Swt mengambil Nabi-Nya. Dia rela
dengan kalian, lahir maupun bathin. Maka peganglah sekuat tenaga kekuasaan
ini jangan sampai menjadi milik orang lain”. Maka menjawablah kaum Anshar
bersama- sama : “ Sungguh tepat pendapat anda dan benar kata anda. Kami
tidak akan melanggar apa yang anda perintahkan, dan kami angkat anda
40
sebagai pemimpin. Kami puas dengan anda dankaum mukminin yang saleh
akan menyenangi juga”.20 Kemudian kaum Anshar menyetujui dan membai’at
Sa’ad bin Ubadah menjadi Khalifah.
Namun sebelum proses itu selesai secara keseluruhan terjadi
perdebatan antar mereka sendiri. Satu pihak mengkhawatirkan keberadaan
suku Quraisy bila mengetahui bahwa Anshar telah memilih pemimpin
tersendiri lalu bagaimana mereka menanggapi hal tersebut? Sebagian
bersikukuh dan menafikan Quraisy, ini dapat dimaklumi karena rasa trauma
mereka terhadap suku yang selama sepuluh tahun terakhir ini mereka perangi.
Tetapi sebagian yang lain menyatakan bahwa pemimpin bisa dipilih diantara
mereka sendiri, jadi dari kaum Anshar memiliki pemimpin sedangkan dari
Quraisy juga memiliki pemimpin tersendiri.
Melihat perdebatan ini Sa’ad bin Ubadah mengatakan “ ini adalah
awal dari kelemahan!”
Setelah Abu Bakar dan rombongan datang ke pertemuan tersebut,
salah satu dari kaum Anshar yang menjadi juru bicara yaitu Hubab bin
Mundzir21 berkata : “ Kami adalah penolong dan pasukan Islam, sedangkan
kamu wahai kaum Muhajirin, pada hakekatnya adalah kelompok kami. Karena
kalian telah Hijrah ke Madinah dan bercampur dengan kami.”22 Kemudian
Abu Bakar RA menjawab : “ Kebaikan yang kalian katakan tentang diri kalian
20
Abdul Wahab an Najjar, Al Khulafa Ar Rasyidun, Beirut: Dar Kutub al Alamiah,
1990, hlm. 31-32
21
Hubab bin Mundzir bin Jumuh bin Zaid bin Haram bin Ka’ab bin Ghanm bin Ka’ab
bin Salmah al Anshari, dari suku Anshar
22
Abi Muhamad Abdul Malik bin Hisyam, Op. Cit., hlm. 338
41
adalah patut. Tetapi orang-orang Arab tidak menerima selain kepemimpinan
Quraisy. Mereka adalah orang Arab yang paling mulia dari segi keturunan
maupun tempat tinggal. Dan saya rela pada salah satu dari dua orang
disamping saya ini- Umar dan Abu Ubaidah- untuk kalian Ba’iat.”23
Suku Anshar menjawab : “Dari kami- Anshar- ada pemimpin dan
dari kalian- Quraisy- juga ada seorang pemimpin. Abu Bakar RA menimpali :
“Kami adalah pemimpin sedangkan kalian adalah para menteri.”24
Melihat perdebatan ini lalu Abu Ubaidah berkata : “ Wahai Kaum
Anshar, kalian adalah yang pertama membela Islam; maka janganlah kamu
menjadi orang yang pertama kali memisahkan diri dan berubah.”
Argumen yang dikeluarkan Abu Bakar bahwa pemimpin adalah
dari Quraisy dan keluarga Nabi Muhammad Saw menjadikan suasana panas
dan di antara sahabat Anshar berteriak : “ Kami tidak akan membai’at kecuali
Ali”. Dalam situasi seperti ini Umar lalu berdiri dan berkata pada Abu Bakar
RA : “Bentangkan tangan anda wahai Abu Bakar!” Ia membentangkan
tangannya, lalu saya membai’atnya. Kaum Muhajirin mengikuti saya diikuti
kaum Anshar.25 Tetapi Hubab bin Hudzair berkata dengan lantang : “Wahai
kaum Anshar! Jangan kamu dengarkan orang-orang ini, Umar dan sahabatsahabatnya. Mereka akan mengambil hak kalian dan merampas kebebasan
kalian untuk memilih. Jika mereka tidak setuju, kirim mereka pulang dan
biarkan mereka membentuk pemerintahan sendiri di sana. Demi Allah swt,
23
Ibid., hlm. 339
24
Abi Hasan Ali bin Abi Kirom Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim bin
Abdul Wahid (Ibnu Al Atsir), Op. Cit., hlm. 325
25
Abi Muhammad Abdul Malik Ibnu Hisyam, Op. Cit., hlm. 339
42
kamu lebih berhak menjadi pemimpin dari siapapun juga. Orang- orang ini
adalah orang yang sama dengan orang- orang dahulu yang menolak untuk
beriman kepada Rasulullah Saw, dan sekiranya bukan karena takut akan
pedang kalian, mereka tidak akan masuk Islam, kita akan berperang, apabila
perlu dan memaksakan keinginan kita kepada mereka yang menentang kita.”
Mendengar ini Umar maju lalu memukul Hubab hingga roboh dan
memasukkan tanah kemulutnya..
Namun suasana menjadi berubah drastis tatkala dua orang
pembesar dari Anshar membelot, berbalik melawan kaum Anshar, dan
membela kaum Muhajirin. Orang pertama adalah Basyir bin Sa’ad, saudara
sepupu Sa’ad bin Ubadah, ketua suku Khazraj. Orang kedua adalah Usaid bin
Khudair, pemimpin kaum Aus26. Basyir bin Sa’ad beralasan bahwa Kaum
Anshar berperang bukanlah untuk kehormatan duniawi semata, tetapi mencari
Ridlo dari Allah Swt sehingga kalau kepemimpinan dipegang orang Quraisy
tidak menjadi masalah sebab Nabi Muhammad Saw dari suku Quraisy.
Sedangkan Usaid bin Hudhair menyatakan bahwa kalau kaum Khazraj
berkuasa atas Aus, maka selamanya mereka akan mempertahankan dan tidak
akan membagi kekuasaan tersebut.
Penyerahan kekuasaan yang dilakukan oleh tiga suku terbesar di
Madinah saat itu dengan cara aklamasi sudah menjadi kekuatan yang luar
biasa bagi legitimasi kepemimpinan Abu Bakar Ash shiddieq. Mereka yang
26
O. Hashem, Saqifah Awal Perselisihan Umat, Jakarta barat : Al- Muntazhar, Cet. III,
1994, hlm 141
43
hadir dalam forum tersebut tidak mempertentangkan kembali persoalan
Khalifah tapi memasrahkan sepenuhnya di tangan Abu Bakar. Padahal ketua
suku Aus dan Khazraj yang merupakan perwujudan dari kaum Anshar dan
perwakilan dari Quraish sudah membai’at sehingga seluruh yang hadir
memilih Khalifah secara aklamasi.
Kehadiran tiga suku besar dalam pertemuan di Tsaqifah bani
Sa’idah yang merupakan bagian inti dari beberapa unsur yang menyokong
umat Islam saat itu merupakan pertemuan besar dan komprehensif di banding
dengan pertemuan pemba’itan Ali RA. di rumah Fatimah yang hanya diikuti
oleh ahlu bait saja.
Dengan demikian maka, berakhirlah pertemuan di Tsaqifah Bani
Sa’idah tersebut dengan menghasilkan Abu Bakar RA sebagai Khalifah
pengganti Rasulullah Saw selagi jasad beliau Saw belum disemayamkan. Pada
hari berikutnya Abu Bakar RA berdiri di atas mimbar dan para hadirin berdiri
untuk membai’atnya secara umum setelah bai’at di Tsaqifah, kemudian Abu
Bakar RA berpidato setelah memuji pada Allah Swt :
“ Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah menjadi wali dari
kalian, akan tetapi aku bukanlah orang yang baik. Oleh karena itu jika
kalian melihatku berbuat baik, maka bantulah. Tapi jika aku berbuat
jelek peringatkanlah. Kebenaran adalah amanat, dan bohong adalah
berkianat. Kelemahan yang ada diantara kalian adalah kekuatan
bagiku sehingga aku memberikan haknya, sedangkan kekuatan di kalian
adalah kelemahan pada diriku sehingga aku mengambil hak darinya.
Dan jangan meninggalkan satu kaum berperang di jalan Allah sampai
memperoleh kemenangan, jangan menyebarkan kejelekan di tengah
manusia. Taatlah kalian semua kepadaku sebagaimana kalian taat
kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Tapi apabila aku durhaka pada Allah
44
Swt dan Rasul-Nya jangan ikuti aku. Dirikanlah shalat maka Allah akan
memberi belas kasih pada kalian semua.”27
Dengan demikian Abu Bakar RA sah menjadi Khalifah pertama
pengganti Nabi Muhammad Saw.
Namun dalam bai’at secara umum banyak tokoh tokoh yang tidak
mau membai’at beliau menjadi Khalifah. Sa’ad bin Ubadah sama sekali tidak
mau memberikan bai’atnya sampai beliau terbunuh di zaman Umar Al Faruk
menjadi Khalifah menggantikan Abu Bakar RA. Demikian halnya dengan
Ahlu bait Rasulullah Saw Ali bin Abi Thalib ketika mendapati cerita proses
terjadinya perdebatan di Tsaqifah bani Sa’idah tersebut berkomentar, bahwa
kalau argumen itu yang dinyatakan dengan suku Quraisy yang menjadi
pemimpin dan keluarga dekat Nabi Muhammad Saw maka siapa yang lebih
berhak atas itu kecuali Ahli Bait itu sendiri.
Demi mandapat legitimasi yang kuat akhirnya Khalifah Abu Bakar
RA dan Umar mencari dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan bai’at
dari siapa saja yang membelot. Ini dilakukan demi menjaga persatuan dan
kesatuan muslimin.
B 2. Abu Bakar Terpilih Sebagai Khalifah
Agenda Internal
Abu Bakar Ash Shiddieq menjadi khalifah tidak mendapat dukungan
penuh dari kaum muslimin, meski beliau berangkat dari suku Quraisy yang
terkemuka. Ini berakibat pada roda pemerintahan yang beliau emban.
Pada masa awal pemerintahannya, Abu Bakar menghadapi gangguan
dari berbagai golongan, antara lain dari orang-ornag murtad, golongan yang
27
Jalaluddin ash Suyuthi, Tarikh al Khulafa’, Beirut : Dar al Fikr, t.t, hlm. 64
45
tidak mau membayar zakat dan nabi palsu. Adanya orang-orang murtad
disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang Islam, mereka
masih berada dalam taraf pengakuan dan tunduk karena terpaksa. Ini sangat
mungkin karena penyebaran Islam yang maju pesat dengan dakwah melalui
peperangan memegang peranan penting, mereka yang kalah perang akan
memilih berlindung di bawah panji Islam tanpa memahami betul isinya atau
memeluk Islam karena ikut-ikutan serta merasa salut atas perkembangan Islam
dan terutama pada Nabi Muhammad Saw sehingga ketika Rasulullah Saw
wafat mereka langsung kembali kepada agamanya semula, di samping itu
mereka tidak dapat memisahkan antara agama dan rasul pembawanya. Faktorfaktor tersebut memegang peranan penting terhadap banyaknya golongan
murtad pada masa Khalifah Abu Bakar Ash Shiddieq.
Para pembelot agama berasal dari daerah-daerah yang jauh dari
Madinah Al Munawarah, seperti Yaman, Oman, Bharain, Hadramaut dan
mahra, dapat digolongkan pada tiga kelompok :
1. Orang-orang murtad (orang yang kembali kafir setelah beriman)
2. Orang-orang yangtidak mau membayar zakat
3. Orang yang mengaku sebagai nabi (nabi palsu)28
Menghadapi bahaya riddah tersebut Khalifah Abu Bakar menyiapkan
sebelas pasukan29 untuk menghadangnya, persoalan ini menjadi fokus utama
karena terjadi hampir menyeluruh dikawasan muslim saat itu. lebih kurang
28
29
Loc. Cit., hlm. 22
Ibid., hlm. 23
46
satu tahun lamanya tentara Abu Bakar Ash Shidieq baru menundukkan
murtadiin di Jazirah Semenanjung Arab.
Pengumpulan Al Qur’an menjadi agenda berikutnya, ini dilakukan
karena setiap peperangan banyak para Huffadz meninggal dunia sehingga
dikhawatirkan
akan hilang. Zaid bin Tsabit ditunjuk sebagai kepala tim
pengkodifikasi Al Qur’an yang tercecer dalam catatan-catatan yang ada.
Perluasan Wilayah
Sebelum Nabi Muhammad Saw wafat beliau telah menyiapkan
pasukan perang di bawah komando Usamah bin Zaid, namun pasukan ini
belum jadi berangkat Nabi meninggal sehingga tertunda sampai pada masa
Abu Bakar Ash Shiddieq. Untuk itu, Khalifah segera menyiapkan kembali
pasukan Usamah untuk diberangkatkan. Tempat yang di tuju pertama kali
adalah Mu’tah, pertempuran terjadi lebih kurang empat puluh hari dengan
kemenangan di pihak Usamah. Pasukan ini terus bergerak maju untuk
menaklukkan wilayah Syiria yang lainnya.
Untuk menyebarkan agama Islam, pada tahun ke dua belas hijriyah
Khalifah Abu Bakar mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin
Walid ke wilayah Irak dan Persia. Misi ini berhasil sehingga Islam semakin
kuat dan jaya.
Pada masa akhir pemerintahannya kekuasaan Islam sudah merambah
ke daratan Irak, Persia dan Kekaisaran Romawi.
47
Download