BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trombosit merupakan sel darah terkecil dengan diameter 1-3 μm, berbentuk lempeng dan tidak berinti. Trombosit dilepaskan oleh megakariosit matang yang dihasilkan di sumsum tulang dan bersirkulasi dalam darah 7 - 10 hari. Trombosit dapat melekat pada pembuluh darah yang rusak, dan berperan dalam hemostasis primer. Dalam proses hemostasis, trombosit melindungi dari perdarahan dan mengkatalisis bekuan darah yang stabil melalui kaskade koagulasi. Trombosit juga berfungsi melindungi dari infeksi melalui fagositosis antigen patogen. (1,2) Trombosit berperan dalam beberapa reaksi hemostasis, diaktivasi oleh luka pada subendotelium atau agonis dalam sirkulasi, membentuk bekuan trombosit untuk mencegah perdarahan lokal. Langkah trombosit pertama dan penting dalam menutup kerusakan pembuluh darah adalah pembentukan ikatan reseptor glikoprotein trombosit Ibα dan faktor vonWillebrand(vWF)A1. Dalam proses aktivasinya, trombosit mengalami perubahan morfologi menjadi sel kecil, melepaskan granul, perubahan jumlah glikoprotein, membran solubilisasi, dan mikropartikel formasi. Sitoplasma trombosit kaya akan aktin dan miosin, berperan dalam perubahan morfologi trombosit dan retraksi bekuan. Selain itu, trombosit aktif melepaskan granulanya, berfungsi sebagai mediator migrasi dan proliferasi sel otot polos dan makrofag. Trombosit dapat berespon terhadap perubahan aliran darah dan kerusakan matriks subendotelial untuk mempertahankan integritas pembuluh darah. Trombosit bergerak menuju dinding pembuluh darah yang rusak, melekat kemudian beragregasi membentuk bekuan yang membantu menutup kerusakan pembuluh darah tersebut, kemudian melepaskan granul sitoplasmanya. Di sisi lain, trombosit membentuk trombus di sisi plak aterosklerosis yang pecah, dan inilah yang memicu terjadinya serangan jantung dan stroke. Imobilisasi trombosit pada daerah cedera vaskular membutuhkan interaksi spesifik trombosit-dinding pembuluh darah (adhesi) dan interaksi trombosit-trombosit (agregasi). Agregasi trombosit bergantung pada pelepasan granul trombosit, reseptor pada membran trombosit, dan kadar fibrinogen dalam plasma. Hal ini merupakan inisiasi respon inflamasi dan kaskade koagulasi.(1,2) Universitas Sumatera Utara Mean platelet volume (MPV) yang menunjukkan ukuran trombosit merupakan parameter fungsi trombosit diantaranya dalam menilai agregasi trombosit, pembentukan tromboxane A2 dan platelet factor 4 dan dalam sekresi tromboglobulin. MPV merupakan marker fungsi trombosit dimana trombosit dengan ukuran yang lebih besar mengandung granul yang lebih padat dan memproduksi tromboxane A2 yang lebih banyak. MPV dan hitung trombosit merupakan salah satu indeks hemostasis dan disfungsinya dapat menyebabkan thrombosis. Perubahan MPV memainkan peranan penting dalam hemostasis daripada hitung trombosit. Volume trombosit di regulasi oleh berbagai faktor ekstrinsik dan intrinsik. Rata-rata masa hidup trombosit dengan berat yang ringan juga lebih pendek daripada trombosit yang berat. Gangguan megakaryocyte platelet haemostatic axis (MPHA) menghasilkan pembentukan trombosit yang hiperfungsi yang berkontribusi pada perkembangan penyakit vaskular dan kejadian trombotik akut seperti stroke iskemik atau infark miokard. Peningkatan MPV telah dihubungkan dengan agregasi in vitro yang lebih besar terhadap ADP dan kolagen.(2,3,4,5) Level MPV yang tinggi merupakan salah satu faktor untuk infark miokard pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan untuk kematian atau kejadian vaskular rekuren setelah infark miokard, serta juga sebagai faktor resiko untuk stroke. Peningkatan ukuran trombosit telah dilaporkan pada pasien dengan faktor resiko vaskular diantaranya diabetes, hiperkolesterolemia, perokok dan pada pasien dengan stenosis arteri renal. Level MPV yang lebih tinggi telah ditunjukkan pada pasien dengan stroke iskemik akut daripada kontrol. Pada beberapa literatur juga telah melaporkan pasien dengan MPV yang meningkat memiliki kondisi yang lebih berat dan outcome yang lebih buruk. MPV telah diidentifikasi sebagai faktor prediktor independen terhadap resiko stroke diantara individu dengan resiko tinggi dengan riwayat penyakit serebrovaskular sebelumnya.(2,3,4,5) Menurut WHO, stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menyebabkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. (6) Stroke adalah istilah klinis untuk hilangnya perfusi di otak secara akut sesuai dengan territorial vascular otak. Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dengan persentase kurang lebih 87% dan sisanya 13% adalah stroke hemoragik. (6) Universitas Sumatera Utara Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada sebagian besar negara di dunia. Di negara barat yang telah maju, stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan keganasan di Amerika. WHO memperkirakan kejadian stroke selama tahun 2001 sebanyak 20 juta orang. Di Amerika Serikat, prevalensi stroke sekitar 2,6% populasi dengan insidensi sebesar 700.000 orang setiap tahunnya dimana sekitar 70% kasus merupakan serangan stroke pertama dan 88% merupakan stroke iskemik. (3,5,6) Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian yang minim pada populasi masyarakat dilaporkan angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% dan angka insidensi penyakit stroke pada daerah rural sekitar 50/100.000 penduduk. Sedangkan data dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 Depkes RI, menunjukkan bahwa penyakit vaskular merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia. (7) Berdasarkan gejala klinis, infark serebri dapat dibagi menjadi 3, yaitu infark aterotrombotik (aterotromboli), infark kardioemboli, dan infark lakuner. Menurut Warlow, dari penelitian pada populasi masyarakat, infark aterotrombotik merupakan penyebab stroke yang paling sering terjadi, yaitu ditemukan pada 50% penderita aterotrombotik bervariasi antara 1440%. Infark aterotrombotik terjadi akibat adanya proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan intrakranial. (3,8) Walaupun kebanyakan terjadi pada usia tua, sekitar 28% serangan stroke terjadi pada usia dibawah 65 tahun, bahkan 5-10% kasus stroke infark dapat terjadi pada usia dibawah 65 tahun.Pada usia muda, hanya 40% kasus stroke merupakan suatu iskemik. Penelitian epidemiologi di Taiwan, stroke iskemik pada usia muda yang disebabkan stenosis merupakan penyebab kedua tersering setelah diseksi. Sedangkan Bevan ddk melaporkan bahwa 42% stroke iskemik usia muda disebabkan oleh emboli kardiogenik dan aterosklerosis prematur. (8) Banyak faktor yang menyebabkan stroke iskemik, salah satunya adalah aterosklerosis, dengan mekanisme thrombosis yang menyumbat arteri besar dan kecil dan juga melalui mekanisme emboli.Trombosit memainkan peranan yang penting dalam pathogenesis komplikasi aterosklerosis yang berkontribusi dalam pembentukan thrombus atau aposisi setelah ruptur plak.(2,8). Stroke merupakan proses yang dinamis, salah satu yang berperan dalam perjalanan Universitas Sumatera Utara stroke adalah proses inflamasi. Inflamasi terjadi beberapa jam sesudah awitan iskemik dengan karakteristik munculnya ekspresi adhesi molekul di endotel pembuluh darah dan adanya leukosit di sirkulasi menuju parenkim otak. Pemberian anti-inflamasi pada hewan percobaan akan mengurangi volume infark 30%. Inflamasi menyebabkan kerusakan sekunder sel neuron. Pada proses inflamasi,leukosit menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi. Inflamasi merupakan salah satu faktor terpenting sebagai penyebab penyakit serebrovaskular. Penanda inflamasi seperti Creaktif protein (CRP) dan sitokin proinflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) sering dihubungkan dengan luaran (outcome) yang buruk pada penderita stroke. Penderita stroke akan didapatkan peningkatan sitokin proinflamasi baik pada darah perifer maupun pada cairan serebrovaskular. Kadar tertinggi akan didapatkan pada dua atau tiga hari setelah awitan stroke. (9,10) Penelitian oleh Christensen tentang Acute Stroke – a dynamic process, proses dinamik melibatkan CRP dan leukosit, namun proses inflamasi sering bertumpang tindih dengan adanya infeksi. Penelitian Anuk dkk, Winbeck dkk, mendapatkan korelasi negative antara CRP dengan luas lesi stroke namun berkorelasi positif dengan luaran perawatan setelah 8-12 hari. Napoli dkk mendapatkan bahwa CRP secara independen berkorelasi dengan luaran perawatan. Gregory dkk, Jingtao dkk, Garcia dkk menunjukkan bahwa CRP berkorelasi positif terhadap luas lesi dan derajat keparahan stroke.(9,10,11) Studi A.Arikanoglu dkk, yang menilai hubungan CRP dan MPV terhadap mortalitas pasien stroke iskemik, didapatkan bahwa terdapat hubungan antara MPV dan CRP pada pasien stroke iskemik, dimana CRP dan MPV ditemukan lebih tinggi secara signifikan pada pasien yang meninggal dibandingkan pasien yang selamat. (3) 1.2. Perumusan masalah Apakah ada hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pada pasien stroke iskemik akut. 1.3. Hipotesis Ada hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pada pasien stroke iskemik akut. Universitas Sumatera Utara 1.4. Tujuan penelitian • Untuk mengetahui hubungan Mean Platelet Volume dengan mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut. • Untuk mengetahui hubungan CRP dengan mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut. • Untuk mengetahui hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut. 1.5. Manfaat Penelitian • Dengan dilakukannya penelitian hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. • Dengan mengetahui hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut maka dapat digunakan dalam memperkirakan prognosis pasien dengan stroke iskemik akut • Dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya. 1.6. Kerangka Konseptual Stroke Iskemik Akut Resiko Trombosis Mean Platelet Volume(MPV) C- Reactive Protein (CRP) Mortalitas 14 hari Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Universitas Sumatera Utara