Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jarak

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi
Tanaman jarak dibagi menjadi dua genus yaitu genus Ricinus dan genus
Jatropha. Tiga spesies yang terkenal dari genus Ricinus adalah Ricinus communis
L., R. macrocarpus L. dan R. microcarpus L. (Weiss, 1971). Heyne (1987) juga
menambahkan bahwa genus Jatropha juga memiliki tiga spesies yang terkenal
antara lain Jatropha curcas L., J. multifida L. dan J. gossypifolia L. Jatropha
curcas dikenal sebagai tanaman pagar dan umumnya ditanam di sepanjang tepi
jalan, oleh karena itu tanaman jarak ini lebih dikenal dengan sebutan tanaman
jarak pagar.
Di Indonesia, tanaman jarak pagar memiliki beberapa nama daerah, antara
lain: jarak kosta (Sunda), jarak budeg (Jawa), kaleke (Madura), jarak pager
(Bali), jarak pageh (Nusa Tenggara), kuman nema (Alor), J. wolanda, J. kosta,
bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulaewsi), ai huwa kamala, balacai, kadoto
(Maluku) dan baklawah, nawabih nawas (Aceh). Jarak pagar telah lama dikenal
masyarakat di berbagai daerah Indonesia, yaitu sejak diperkenalkan oleh bangsa
Jepang pada tahun 1942-an, dimana masyarakat diperintahkan untuk melakukan
penanaman jarak sebagai pagar perkarangan.
Duke (1985) dalam Gubitz et al., (1999) menyebutkan bahwa semua
bagian jarak pagar telah digunakan sebagai obat tradisional. Minyak tanaman
jarak pagar digunakan sebagai obat pencahar, obat kulit dan penghilang nyeri
akibat reumatik. Dua buah biji jarak dapat berfungsi sebagai obat pencahar perut,
sedangkan 4-5 buah biji jarak dapat menimbulkan kematian terutama pada anakanak (Duke dan Atchley, 1983). Menurut Heyne (1987), getah tanaman jarak
pagar mempunyai sifat laksatif yang sangat kuat. Rasa getah tanaman jarak pagar
pedas karena adanya kandungan zat penyamak di dalamnya. Pada daun muda,
kadar zat samaknya sekitar 11.6 % sedangkan pada daun tua kadarnya sekitar 18.7
% (Boorsma (1913) dalam Heyne, 1987).
Rebusan daun digunakan untuk obat batuk dan antiseptik pasca kelahiran.
Heyne (1987) menyebutkan bahwa daunnya mempunyai daya mencuci luka.
Kandungan minyak yang besar dalam biji jarak pagar menjadikannya sebagai
bahan baku potensial dalam pembuatan pelumas dan bahan bakar ramah
lingkungan.
Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan
karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha curcas L.
Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan ketinggian 1-7 m, bercabang
tidak teratur. Batang tanaman jarak pagar berkayu, silindris, dan berkulit licin.
Batang tanaman jarak selain berkulit licin juga penuh dengan tonjolan bekas
tangkai daun yang gugur. Bila dipatahkan atau terluka, batangnya akan
mengeluarkan getah putih, kental dan agak keruh (Hambali et al., 2005).
Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3
atau 5. Daun tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun
berwarna hijau dengan bagian bawah lebih pucat dibanding dengan permukaan
atas. Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan
panjang 5-15 cm. Helai daunnya, berlekuk, dan ujungnya meruncing. Tulang daun
menjari dengan jumlah 5-7 tulang daun utama. Daunnya dihubungkan dengan
tangkai daun. Panjang tangkai daun antara 4-15 cm (Hambali et al., 2005).
Menurut Zimmerman (1958) komposisi bunga jarak sangat bervariasi.
Bunga majemuk bentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal,
berumah satu. Menurut Domingo dalam Zimmerman (1958) tanaman jarak dapat
menyerbuk silang sampai 36 %. Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga
majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan
berumah satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman). Bunga betina 4 - 5 kali
lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina tersusun
dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun.
Bunga tanaman jarak pagar mempunyai 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan
panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna
kuning. Tangkai putik pendek berwarna hijau dan kepala putik melengkung keluar
berwarna kuning. Bunga mempunyai 5 mahkota berwarna keunguan. Setiap
tandan terdapat lebih dari 15 bunga. Jarak pagar termasuk tanaman monoecious
dan bunganya uniseksual. Kadang kala muncul bunga hermafrodit yang berbentuk
cawan berwarna hijau kekuningan.
Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur dengan
diameter 2 - 4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. Buah
berwarna hijau ketika muda serta abu-abu kecokelatan atau kehitaman ketika
masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing-masing ruang berisi satu biji
sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji (Hambali et al., 2005).
Biji berbentuk lonjong dan berwarna cokelat kehitaman. Biji inilah yang
banyak mengandung minyak dengan rendeman sekitar 35-45% dan beracun.
Heyne (1987) menyatakan biji jarak pagar memiliki panjang 1.8 - 2.1 cm dan
lebar 1.1 cm, bagian luar berwarna hitam dengan retak-retak kecil. Dari biji
tumbuh calon akar, kemudian akar akan masuk ke dalam tanah, setelah akar
masuk dalam tanah, biji akan terangkat ke atas permukaan tanah dan membentuk
hipokotil, dan di antara kedua daun tumbuh epikotil (PDII-LIPI, 1991).
Heyne (1987) menyatakan bahwa biji jarak pagar Jatropha curcas terdiri
atas 58-65 % daging biji yang banyak mengandung minyak dan 35 - 42 %
tempurung biji yang banyak mengandung karbon. Komposisi biji jarak pagar per
100 g biji terdapat dalam Tabel 1.
Tabel.1 Komposisi Biji Jarak Pagar
Kandungan
Air
Protein
Minyak
Total Karbohidrat
Serat
Abu
Total
Jumlah (per 100 g biji)
6.6
18.2
38
33.5
15.5
4.5
(Sumber : Duke dan Atchley, 1983)
116.3
Budidaya Tanaman
Selama ini, tanaman jarak pagar hanya ditanam sebagai pagar dan belum
diusahakan atau dibudidayakan secara khusus. Menurut Hambali et al. (2005)
perbanyakan tanaman jarak pagar dapat dilakukan secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan secara generatif menggunakan biji yang cukup tua, yaitu
dari buah yang telah masak (berwarna hitam). Perbanyakan secara vegetatif dapat
dilakukan dengan stek cabang atau batang, maupun kultur jaringan (kultur in
vitro).
Pembibitan dilakukan di polibag atau bedengan. Setiap polibag diisi media
tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) yang dicampur dengan pupuk kandang.
Campuran arang sekam, serbuk kelapa, dan pupuk majemuk juga dapat digunakan
sebagai media tanam. Tempat pembibitan diberi naungan atau atap dari daun
kelapa, jerami, atau paranet. Lama di pembibitan sekitar 2 - 3 bulan. Kegiatan
yang dilakukan selama pembibitan, antara lain penyiraman, penyiangan dan
seleksi (Hambali et al., 2005).
Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan (land clearing),
pengajiran, dan pembuatan lubang tanam. Lahan yang akan ditanami dibersihkan
dari semak belukar, terutama di sekitar tempat penanaman. Pengajiran dilakukan
dengan menancapkan ajir (dari bambu atau batang kayu) dengan jarak tanam
disesuaikan dengan rencana populasi tanaman yang diharapkan. Adapun alternatif
penanaman dengan jarak tanam dan populasi pohon adalah sebagai berikut:
1) 3 m x 3 m (populasi 1 100 pohon/ha)
2) 2 m x 3 m (populasi 1 600 pohon/ha)
3) 2 m x 2 m (populasi 2 500 pohon/ha)
4) 1.5 m x 2 m (populasi 3 300 pohon/ha)
Pada areal miring sebaiknya digunakan sistem kontur dengan jarak dalam
barisan 1.5 m. Dalam pembudidayaan tanaman jarak dapat diterapkan sistem
tumpang sari dengan tanaman lain, seperti jagung, cabai, kacang tanah, dan
kedelai sehingga selain mengurangi risiko serangan hama penyakit juga diperoleh
diversifikasi hasil. Jarak tanam jarak dengan pola tumpang sari agak lebar,
misalnya 2 m x 3 m, 3 m x 3 m, atau 2 m x 4 m. Sementara jarak tanam tanaman
jagung 1 m x 0.5 m dan cabai 1.5 m x 1.5 m (Hambali et al., 2005).
Ukuran lubang tanam bergantung pada bahan tanam yang digunakan. Bila
bahan tanam berupa bibit dalam polibag, lubang tanam dibuat dengan ukuran 40
cm x 40 cm x 40 cm. Sementara bila bahan tanam berupa stek, bibit bisa langsung
ditanam ke dalam lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan tugal yang terbuat
dari kayu bulat berdiameter 20 cm, ujung bawah tugal diruncingkan. Bibit
tanaman dari biji dapat ditanam langsung ke lapang setelah berumur 2 - 3 bulan
dengan kriteria jumlah daun lebih dari 3 helai, tinggi bibit lebih dari 30 cm, dan
sehat. Sementara bibit asal stek, okulasi, atau penyambungan dipindahkan ke
lapang setelah tumbuh tunas dan daun lebih dari 3 helai (Hambali et al., 2005).
Penanaman dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga
kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Bibit yang ditanam dipilih yang sehat
dan cukup kuat. Saat penanaman, tanah di sekitar batang tanaman dipadatkan dan
permukaannya dibuat agak cembung (Hambali et al., 2005).
Pada
prinsipnya,
pemberian
pupuk
bertujuan
untuk
menambah
ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan
disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah setempat. Belum ada dosis
rekomendasi khusus untuk pupuk pada tanaman jarak pagar (Hambali et al.,
2005).
Jarak pagar yang ditanami sebagai tanaman pagar maupun tanaman
perkebunan perlu dipangkas agar percabangan tumbuh masksimal. Pemangkasan
bertujuan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif. Semakin banyak cabang
pada tanaman jarak maka biji yang dihasilkan akan semakin banyak pula.
Pemangkasan dapat dilakukan saat tanaman berumur 25 hari (Hambali et al.,
2005).
Penyerbukan tanaman jarak dilakukan oleh serangga. Pembentukan buah
memerlukan waktu 90 hari dari pembungaan sampai biji masak. Sementara
produktivitas penuh terjadi pada umur sekitar 5 tahun. Produksi bunga dan biji
dipengaruhi oleh curah hujan dan unsur hara. Kekurangan unsur hara akan
menyebabkan produksi biji berkurang. Bila dalam setahun hanya terdapat satu kali
musim hujan maka panen biasanya hanya terjadi sekali dalam setahun. Namun,
bila tanaman diberi pengairan maka panen dapat terjadi sampai tiga kali dalam
setahun (Hambali et al., 2005).
Tanaman jarak pagar mulai berbunga setelah berumur 3 - 4 bulan. Buah
mulai terbentuk 4 - 5 bulan. Pemanenan dilakukan bila buah telah masak dengan
ciri-ciri kulit buah berwarna kuning dan mulai mengering. Tanaman jarak pagar
dapat hidup lebih dari 20 tahun. Produktivitas tanaman jarak berkisar antara 3 - 4
kg biji/pohon/tahun. Secara terioritis dengan tingkat populasi tanaman 2 500
pohon/ha maka tingkat produktivitas antara 5 - 10 ton biji/ha. Bila rendeman
minyak sebesar 35 % maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2 – 3.5 ton
minyak/ha/tahun (Hambali et al., 2005).
Peranan Pupuk Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur penting bagi pertumbuhan tanaman terutama
pada fase vegetatif. Pada fase tersebut terjadi tiga proses penting, yaitu
pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi sel yang
berhubungan dengan perkembangan akar, daun dan batang (Harjadi, 1996).
Fungsi nitrogen dalam tanaman adalah sebagai komponen molekul klorofil, unsur
protein, asam amino, komponen enzim, berpengaruh terhadap penggunaan
karbohidrat dan merangsang penyerapan nutrisi yang lain (Tisdale et al., 1985).
Pupuk nitrogen tergolong cukup banyak ragamnya, salah satunya adalah
pupuk Urea. Pupuk Urea merupakan pupuk tunggal dengan rumus kimia CO
(NH2)2 yang memiliki kadar N sekitar 46 %. Urea dimanfaatkan oleh tanaman
dalam bentuk ammonium dan nitrat setelah melalui proses amonifikasi dan
nitrifikasi. Saat diberikan ke tanah terjadi proses hidrolisis sehingga menguap
sebagai amoniak. Selanjutnya Leiwakabessy dan Sutandi (1998) menyatakan
bahwa efektivitas Urea dipengaruhi oleh pH tanah awal, KTK tanah, kapasitas
buffer tanah, suhu dan kelembaban tanah.
Tanaman yang cukup N akan berwarna hijau tua dan tumbuh segar,
sebaliknya jika kekurangan N daun akan menguning dan kerdil (Glendinning,
1986). Nitrogen yang terlalu tinggi mengakibatkan pertumbuhan vegetatif lebih
dominan (daun berwarna hijau tua, menunda kematangan buah dan jaringan
tanaman menjadi lebih sukulen) sehingga tanaman lebih rentan terhadap penyakit.
Kekurangan nitrogen akan membatasi pertumbuhan tanaman (Tisdale et al.,
1985).
Peranan Pupuk Kalium
Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang essensial bagi
tanaman. Kalium berperan sebagai aktivator enzim, translokasi hasil asimilasi dan
pembentukan protein serta tepung (karbohidrat). Kalium dalam jumlah yang
cukup akan menjamin ketegaran tanaman dan merangsang pertumbuhan akar.
Kalium
cenderung
meniadakan
pengaruh
buruk
nitrogen
serta
dapat
mempengaruhi kematangan yang dipercepat oleh fosfor (Soepardi, 1983).
Soepardi (1983) menyatakan bahwa absorbsi unsur K oleh tanaman
dipengaruhi oleh jumlah K tersedia bagi tanaman. Berbagai bentuk K dalam tanah
digolongkan atas ketersediaannya menjadi tiga golongan yaitu tidak tersedia,
mudah tersedia dan lambat tersedia (Black, 1973; Buckman dan Brady, 1982;
Glendinning, 1986). Semakin besar jumlah K tersedia, maka akan semakin besar
pula jumlah K yang diserap oleh tanaman. Kecenderungan ini disebut konsumsi
berlebihan (luxury consumption) karena serapan yang besar pada tanaman tidak
diikuti peningkatan produksi (Buckman dan Brady, 1982; Glendinning, 1986).
Menurut Leiwakabessy (1988) kalium di absorbsi oleh tanaman dalam bentuk K+
secara difusi dan dijumpai dalam berbagai kadar dalam tanah. Penambahan K
dalam tanah biasanya dalam bentuk pupuk yang larut dalam air seperti KCl,
K2SO4 dan KNO3.
Gejala kekurangan kalium sering terlihat pada fase pembungaan. Tanaman
yang kekurangan kalium akan memperlihatkan pinggiran, ujung dan permukaan
daun berwarna kuning dan gejala klorotik yang tidak merata, laju pertukaran CO2
menurun, translokasi hasil asimilasi, pengambilan nitrogen dan pembentukan
protein juga menurun (Soepardi, 1983).
Pupuk KCl merupakan pupuk kalium yang berwarna kemerahan abu-abu
atau putih dengan kandungan K2O sebesar 48 - 62.5 % setara dengan 39 – 51 %
kalium dan 47 % klorin. Di samping unsur K dan Cl pupuk ini juga mengandung
Na, Mg, S, B, Ca dan unsur lain meskipun dalam jumlah sedikit (Leiwakabessy,
1988).
Download