BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Biaya Operasional A. Pengertian Biaya Operasional Pengertian atas konsep biaya sangat penting karena biaya merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya laba perusahaan disamping komponen lainnya yaitu pendapatan. Menurut Blocer et al (2007:89), “biaya adalah nilai moneter dari barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan baik di masa sekarang maupun di masa mendatang”. Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2010:240) ”biaya sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikkan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.” Menurut Mulyadi (2005:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan biaya operasional adalah jumlah pengeluaran yang yang diukur dalam satuan uang dalam bentuk uang tunai. Penyerahan produk atau jasa atau kewajiban – kewajiban yang ditimbulkan sehubungan pengadaan barang atau jasa yang diperlukan untuk penyelenggaraan operasi perusahaan. 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ B. Klasifikasi Biaya Operasional Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akurat dan tepat bagi manajemen dalam mengelola perusahaan atau divisi secara efektif. Oleh karena itu biaya perlu dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut digunakan, sehingga dalam pengelompokkan biaya dapat digunakan suatu konsep “Different Cost Different Purposes” artinya berbeda biaya berbeda tujuan. Pengertian klasifikasi biaya menurut Carter (2009:234) adalah: “Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.” Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa klasifikasi biaya dikelompokkan menurut golongan biaya tertentu yang lebih ringkas, jelas dan terperinci sesuai dengan elemen-elemen tertentu. Klasifikasi biaya menurut Carter (2009:235) terbagi menjadi lima didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini: 1. Produk 2. Volume produksi 3. Departemen dan pusat biaya 4. Periode Akuntansi 5. Pengambilan keputusan 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Umumnya pengklasifikasian atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan pengklasifikasian tersebut. Menurut Mulyadi (2010:13) biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Objek pengeluaran Dalam mengklasifikasikan objek pengeluaran ini merupakan dasar pengklasifikasian biaya, misalnya nama objek pengeluaran “depresiasi mesin”, maka semua objek pengeluaran yang berhubungan dengan depresiasi mesin disebut “biaya depresiasi mesin”. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan a. Biaya produksi, merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual. b. Biaya pemasaran, merupakan biaya–biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. c. Biaya administrasi, merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi dimana penyebab satu – satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. 5. Jangka waktu manfaatnya a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada saat terjadi dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun pelaksanaannya. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expense) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi untuk terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya yang diperoleh dari pengeluaran biaya. Sementara itu Horngren (2008:204) mengklasifikasikan biaya menjadi dua yakni: a. Biaya langsung, yang merupakan biaya yang berhubungan secara langsung terhadap objek dan dapat dihitung sebagai nilai ekonomis. b. Biaya tidak langsung, yang merupakan biaya yang berhubungan dengan biaya produk namun tidak dapat dihitung sebagai nilai ekonomis produk. C. Penggolongan Biaya Penggolongan adalah proses pengelompokan atas seluruh elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu, yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi biaya yang lebih berarti (Soemarso 2005:16). Informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen untuk berbagai tujuan, dalam 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Jika tujuan manajemen berbeda, maka diperlukan penggolongan biaya yang berbeda pula. Kebutuhan informasi ini mendorong timbulnya berbagai cara penggolongan biaya sehingga dikenal dengan konsep penggolongan biaya yang berbeda sesuai dengan tujuan yang berbeda (different cost classifications for different purpose ). Menurut Soemarso (2005:32) Berikut ini adalah beberapa cara penggolongan biaya yaitu: a. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan berdasarkan tujuan pengambilan keputusan manajemen, biaya dapat dikelompokkan ke dalam : relevant cost cost) 1. Biaya Relevan (relevant Biaya relevan merupakan biaya yang terjadi pada suatu alternatif tindakan tertentu, tetapi tidak terjadi pada alternatif tindakan lain. Biaya relevan akan mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya relevan harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan. Biaya relevan mempunyai ciri khusus, yaitu : a. Biaya relevan merupakan biaya masa yang akan datang (future cost), bukan biaya masa lalu. b. Biaya yang berbeda antara dua alternatif atau lebih yang mempengaruhi pengambilan keputusan. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Biaya Tidak Relevan (irrelevant cost) Biaya tidak relevan merupakan biaya yang tidak berbeda diantara alternatif tindakan yang ada. Irrelevant cost tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dan akan tetap sama jumlahnya tanpa memperhatikan alternatif yang dipilih. Oleh karena itu biaya tidak relevan tidak harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan. b. Penggolongan biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan aktivitas atau kegiatan atau volume untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, biaya dapat digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan yang dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya tetap per unit berbanding terbalik secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan atau kapasitas. Semakin tinggi tingkat kegiatan, maka semakin rendah biaya tetap per unit. Semakin rendah tingkat kegiatan, maka semakin tinggi biaya tetap per unit. 2. Biaya Variabel (Variable cost) Biaya variabel (Variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan atau aktivitas, maka secara proporsional 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ semakin tinggi pula total biaya variabel. Semakin rendah volume kegiatan, maka secara proporsional semakin rendah pula total biaya variabel. 3. Biaya Semivariabel (Semivariabel cost/ Mixed Cost) Biaya semivariabel adalah biaya yang mempunyai elemen biaya tetap dan biaya variabel di dalamnya. Elemen biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa sedangkan elemen biaya variable merupakan bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh volume kegiatan. Biaya semivariabel jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi tingkat perubahannya tidak proporsional atau sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan, semakin tinggi pula jumlah biaya semivariabel, Semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah biaya semivariabel, tetapi perubahannya tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya semivariabel adalah biaya listrik, biaya telepon dan biaya air. 2. Laba Bersih A. Pengertian Laba Bersih Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Menurut Soemarso (2005:234) “Laba adalah selisih antara penerimaan atau pendapatan total dan jumlah seluruh biaya.” Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:13) mendefinisikan laba yaitu “laba (profit) merupakan selisih bersih antara pendapatan dengan pengeluaran.” 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Carter William K. (2009:129) “Tingkat laba yang diperoleh perusahaan dapat ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan, semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula biaya produksi. Semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh.” Harahap (2010:11) mengemukakan bahwa laba adalah : “Laba merupakan selisih lebih antara pendapatan diatas biaya dalam suatu periode, dan disebut rugi apabila terjadi sebaliknya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa laba adalah selisih antara penerimaan atau pendapatan total dan jumlah seluruh biaya, imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa dan selisih bersih antara pendapatan dengan pengeluaran. Menurut Kasmir (2008:32) menyatakan laba bersih (Net ( Profit Profit)) “Laba bersih adalah dengan mengurangi biaya operasional dengan biaya lain-lain atau dengan menambah laba operasional dengan pendapatan lain-lain”. Menurut Kasmir (2008:35) menyatakan bahwa : “Bila perusahaan dapat menekan biaya operasional, maka perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersih. Demikian juga sebaliknya, bila terjadi pemborosan biaya (seperti pemakaian alat kantor yang berlebihan) akan mengakibatkan menurunnya net profit”. B. Karakteristik Laba Menuru Kasmir (2008:35) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut : a. Laba didasarkan pada transaksi yang benar – benar terjadi. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu. c. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. d. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu. e. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. C. Jenis – Jenis Laba Menurut Soemarso S.R (2008:234) “jenis laba terdiri dari 4 jenis yaitu: 1. Laba bruto yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan. 2. Penghasilan usaha bersih yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha. 3. Penghasilan bersih sebelum pajak yaitu penghasilan usaha bersih ditambah dan dikurangi dengan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya luar biasa. 4. Penghasilan bersih sesudah pajak yaitu penghasilan bersih sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan. Sedangkan menurut Jusuf (2008:32) menyatakan bahwa jenis-jenis laba yaitu : a. Laba Kotor/Bruto (Gross Profit) Laba kotor adalah Selisih antara penjualan bersih (Net Sales) dengan harga pokok penjualan. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Laba Usaha (Operating Profit) Laba Usaha adalah dengan mengurangi biaya operasional dari laba kotor akan diperoleh laba usaha (Operating Profit). c. Laba Bersih (Net Profit) Laba bersih adalah dengan mengurangi biaya operasional dengan biaya lainlain atau dengan menambah laba operasional dengan pendapatan lain lain. D. Indikator Laba Menurut Mulyadi (2010;513) “indikator yang mempengaruhi laba, adapun penjelasaan indikator yang mempengaruhi laba diatas adalah sebagai berikut : 1. Biaya Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk/jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. 2. Harga jual Harga jual produk/jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk/jasa yang bersangkutan. 3. Volume penjualan dan produksi Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi, akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi. E. Kegunaan dan Tujuan Laba Tujuan pelaporan laba menurut Harmono (2009:57) “tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang berkepentingan dengan laporan keuangan”. Sedangkan tujuan khusus pelaporan laba adalah sebagai berikut : 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Penggunaan laba sebagai pengukuran efektivitas manajemen. 2. Penggunaan laba sebagai historis untuk membantu meramalkan keadaan usahan dan distribusi deviden masa yang akan datang. 3. Penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajemen masa yang akan datang. 4. Penggunaan laba sebagai dasar pengenaan pajak. 5. Penggunaan laba sebagai dasar pengawasan perusahaan yang berhubungan dengan kepentingan umum. 3. Kinerja Keuangan A. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2010:30), “ kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya”. Sedangkan menurut IAI (2009) “kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya”. Menurut Tambunan (2007:128) “kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktivitas yang dilakukan secara berkala atas dasar laporan manajemen dan laporan keuangan yang merupakan pencerminan prestasi yang dicapai perusahaan”. Namun menurut Endang Wirjatmi (2005:61) mengemukakan bahwa, “ kinerja keuangan merupakan tingkat keberhasilan 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. Lebih lanjut Mulyadi (2005:25) mengungkapkan bahwa “Pengukuran kinerja keuangan merupakan penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria sebelumnya”. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi mencapai target-target yang telah ditetapkan dalam anggarannya guna mewujudkan visi dan misi perusahaan, Anggaran dan laporan keuangan merupakan sumber informasi dalam menilai kinerja keuangan suatu organisasi. B. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan Men mempunyai beberapa tujuan diantaranya : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau ekuitas secara produktif. 4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan. C. Rasio Keuangan Salah satu cara pengukuran kinerja keuangan adalah dengan menggunakan rasion keuangan. Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2008:104) adalah: “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan”. Menurut Sutrino (2009:214) mengatakan bahwa: “Analisis rasio keuangan adalah menghubungkan elemen–elemen yang ada dilaporan keuangan”. Dapat disimpulkan bahwa pengertian tentang rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka – angka yang ada adalam laporan keuangan dengan cara mambagi satu angka dengan angka lainnya. D. Bentuk – Bentuk Rasio Keuangan Menurut Harmono (2009:106) Analisis Rasio Keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam lima aspek rasio keuangan perusahaan yaitu: 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio Likuditas menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio) Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini mempunyai beberapa implikasi yaitu: a. kredit mengharapkan dana yang sediakan pemilik perusahaan sebagai margin keamanan bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil modalnya maka resiko bisnis sebagian besar ditanggung oleh kreditur. b. meskipun pengadaan dana melalui hutang, pemilik masih dapat mengendalikan perusahaan. c. bila perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari dana yang dipinjamnya dibandingkan biaya bunga yang harus dibayar, maka pengambilan kepada pemilik dapat diperbesar. ( Ratio) 3. Rasio Aktivitas (Activity Rasio Aktivitas ini mengukur tingkat efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio ini membandingkan tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai rekening aktiva seperti perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan juga biaya perputaran total aktiva. 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio Profitabilitas mengukur tingkat efektivitas pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio ini juga menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada di perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan sumber yang ada di perusahaan seperti kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. 5. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar mesyarakat menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku saham. Pada umumnya, dasar evaluasi yang digunakan dalam penelitian kinerja keuangan adalah memanfaatkan alat analisi rasio keuangan sebelum memberikan kredit. Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam praktik mencakup rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas. E. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas dapat memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas ini merupakan suatu perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat laba yang diperoleh perusahaan dengan berdasarkan komponen-komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Menurut Harmono (2009:109) menyatakan bahwa: “Analisis profitabilitas ini menggambarkan kinerja fundamel perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba”. Sedangkan menurut Sutrisno (2007:215) definisi rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasio keuntungan atau profitability ratio merupakan rasio 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan”. Dari definisi di atas bahwa rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menjaga stabilitas finansialnya untuk selalu berada dalam kondisi yang stabil dan profit. Karena jika kondisi ini mengalami penurunan, hal itu cenderung membuat perusahaan berada dalam ambang kondisi yang harus diwaspadai untuk kelayakan dan keamanan dalam berinvestasi. F. Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Sutrisno (2009:222) adalah sebagai berikut : 1. Profit Margin (NPM) Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. 2. Return On Assets (ROA) ROA sering disebut juga rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dlam mengfhasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. 3. Return On Equity (ROE) ROE yaitu kemampuan perusahaan dlam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiriyang dimiliki. 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Return On Investment (ROI) ROI merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. 5. Earning Per Share (EPS) EPS merupakan ukuran kemempuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang pemiliki. 4. Return On Assets (ROA) A. Pengertian Return On Assets (ROA) Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis rasio profitabilitas yaitu Return on Assets (ROA) dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Menurut Harahap (2009:297), “rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”. 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Henry Simamora (2006:529) mendefinisakan Return on Asset yaitu “Rasio imbalan aktiva (ROA) merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan”. Menurut Munawir (seperti dikutip Dina Winda Lumban Gaol, 2010:11), “Return on Asset merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan”. Return On Asset kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. B. Perhitungan Return On Asset (ROA) Menurut (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65). “Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (pendanaan) yang diberikan pada perusahaan” Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung ROA yaitu menurut Brigham dan Houston, (2006: 115): Return On Asset = h 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi peruasahaan. Sebaliknya jika ROA negative menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/kerugian. 5. Perusahaan Retail A. Pengertian Perusahaan Retail Menurut Utami (2006:6) “retail juga merupakan perangkat dari aktivitas - aktivitas bisnis yang melakuan penambahan nilai terhadap produkproduk dan layanan penjualan kepada konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga. Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis retail adalah menjual berbagai produk jasa atau keduanya, kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Retail memiliki beberapa fungsi penting yang dapat meningkatkan nilai produk dan jasa yang dijual c kepada konsumen dan memudahkan distribusi prouk-produk tersebut bagi perusahaan yang memproduksinya. B. Fungsi Perusahaan Retail Retail memiliki beberapa fungsi penting yang dapat meningkatkan nilai produk dan jasa yang dijual kepada konsumen dan memudahkan distribusi 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ produk – produk tersebut bagi perusahaan yang memproduksinya. Menurut Utami (2006:8) fungsi tersebut sebagai berikut: 1. Menyediakan berbagai jenis produk dan jasa Konsumen selalu mempunyai pilihan sendiri terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Untuk itu, dalam fungsinya sebagai peretail, mereka berusaha menyediakan beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen. 2. Memecah Memecah (breaking breaking bulk bulk) disini berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, yang akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen. 3. Penyimpan persediaan Fungsi utama retail adalah mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia saat konsumen menginginkannya. 4. Penyedia jasa Retail juga dapat mengantar produk hingga dekat ke tempat konsumen, menyediakan jasa yang memudahkan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk, maupun menawarkan kredit sehingga konsumen dapat memiliki produk dengan segera dan membayar belakangan. 5. Meningkatkan nilai produk dan jasa Dengan adanya beberapa jenis barang atau jasa, maka untuk suatu aktivitas pelanggan mungkin memerlukan beberapa barang. C. Macam-macam Gerai Retail Bisnis eceran atau retail dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu retail dengan toko dan non-toko. Menurut Utami (2006:9) retail dengan toko atau toko eceran memiliki bermacam-macam bentuk , diantaranya adalah : 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Toko khusus (specialty store) Toko ini menyediakan lini produk yang sempit dengan ragam barang yang cukup dalam untuk setiap lini. 2. Departement store Toko ini menjual beberapa lini produk . Biasanya pakaian, perabot rumah tangga, barang-barang rumah tangga dengan masing-masing lini dioperasikan sebagai suatu departemen yang terpisah yang dikelola oleh seorang bagian pembelian khusus. 3. Supermarket Toko dengan relatif besar berbiaya murah, bermarjin rendah, bervolume besar dan diciptakan untuk melayani berbagai kebutuhan konsumen. 4. Convenience store Toko dengan ukuran yang relatif kecil, berlokasi di daerah pemukiman, waktu operasional toko cukup lama dan menjual barang-barang yang perputarannya cukup tinggi namun dalam jumlah yang terbatas. 5. Superstore Toko yang ukurannya relatif besar yang ditujukan untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan konsumen untuk bahan makanan dan bukan makanan. Termasuk di dalamnya supercenter, kombinasi supermarket dan toko diskon yang menyediakan barang-barang berbagai jenis. Hypermarket juga termasuk kategory superstore. 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6. Toko diskon (discount store) Toko ini menjual barang dagangan standar dengan harga yang lebih rendah dengan menerima margin yang rendah dan menjual barang dengan jumlah yang banyak. Toko diskon yang sebenarnya menjual produk dengan harga rendah, sebagian menjual merek-merek nasional, bukan barang-barang inferior. 7. Retail off-price Toko yang menjual barang berkualitas tinggi . Barang yang dijual sering merupakan barang-barang sisa, stok lebih dan barang-barang yang produksinya kurang sempurna yang diperoleh dengan harga rendah dari harga standar dan menjualnya dengan harga yang lebih rendah dari toko eceran lainnya. 8. Factory Outlet Toko yang dimiliki oleh pabrik dan dijalankan oleh pabrik dan biasanya menjual barang-barang pabrik tersebut yang berlebih, tidak dilanjutkan produksinya atau barang-barang cacat. Biasanya harga yang ditawarkan tidak lebih dari lima puluh persen dibawah harga eceran. B. Kerangka Pemikiran Tercapianya tujuan perusahaan merupakan salah satu ukuran keberhasilan perusahaan. Perusahaan yang bertujuan mencari laba akan berusaha mendapatkan laba yang optimal, dengan memenuhi biaya operasional dalam meningkatkan profitabilitas sekaligus memberikan pelayanan masyarakat. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Untuk menunjang kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan perlu adanya pengalokasian biaya operasional yang tepat. Sehingga kegiatan operasional perusahaan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan hasil yang diharapkan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan operasional, perusahaan tentu akan mengeluarkan biaya. Biaya merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan atau memperoleh pendapatan. Menurut Jopie Jusuf (2008:33), “ biaya operasional atau biaya usaha operating Expenses) adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung (operating dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya operasional berpengaruh terhadap kinerja keuangan di setiap perusahaan dan memegang peranan penting dalam jalannya suatu perusahaan. Upaya peningkatan laba dipengaruhi oleh biaya operasional dan juga berfungsi untuk menilai kinerja keuangan untuk proses pencapaian target tujuan yang telah ditetapkan. Apabila terjadi penyimpangan, agar dapat dilakukan tindakan korektif sehingga manajemen tidak mengulangi kesalahan yang sama dan meningkatkan profit dimasa yang akan datang. Keberhasilan suatu perusahaan dapata dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri, karena tujuan utama perusahaan pada dasrnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan karena laba merupakan informasi yang penting dalam suatu laporan keuangan. Jika perusaan tidak mecapai target 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ atau tidak memperoleh laba dalam beberapa tahun berturut-turut dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut tidak baik, sehingga perlu dilakukan tindakan korektif untuk memperbiki kesalahan kinerja keungan pada perusahaan. Menurut Jofie Jusuf (2008:32) menyatakan laba bersih (Net Profit) “Laba bersih adalah dengan mengurangi biaya operasional dengan biaya lain-lain atau dengan menambah laba opeasional dengan pendapatan lain-lain”. Pada umumnya kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan. Menurut Munawir (2010:67), “selain membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya.” Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut. Untuk mengukur kinerja keuangan digunakan rasio profitabilitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio return on asset . Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “return on asset mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat digambarkan sebagai berikut: 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Biaya Operasional Kinerja Keuangan (ROA) Laba Bersih Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Menurut Sugiyono, (2009:96) adalah : “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Hipotesis merupakan persyaratan sementara atau dugaan jawaban semantara yang paling memungkinkan dan masih harus dibuktikan melalui penelitian, dugaan jawaban ini bermanfaat bagi penelitian agar proses penelitian lebih terarah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Kinerja Keuangan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi dan neraca pada bagian direktorat administrasi dan keuangan. Berdasarkan 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ penelitain menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara biaya operasional terhadap profitabilitas (Return On Asset). Ha1 : biaya operasional berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan 2. Pengaruh Laba Bersih Terhadap Kinerja Keuangan Laba yang tinggi dan mencapai target menunjukkan efisiensi kinerja keuangan, sebaliknya jika laba rendah dan dibawah target megindikasikan ketidak efisienan manajemen hotel dalam pengelolan kinerja keuangan. Perolehan laba sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ha2 : laba bersih berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan. . 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/