analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan dalam

advertisement
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BIDAN
DALAM PENGGUNAAN APD DALAM MELAKUKAN APN DI PUSKESMAS
SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
Khusnul Khotimah Arum Nurcahyanti
Dosen Pembimbing I: Yuliaji Siswanto, S.KM., M. Kes. (epid)
Dosen Pembimbing II: Niken Dyah Ariesti, S.Farm, Apt., M.Si
Program Studi DIV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Angka kejadian pada tahun 2013 adalah HIV sebanyak 29.037, AIDS 5.508 serta
kejadian Hepatitis sebanyak 12 juta. Bidan merupakan tenaga profesional yang bertanggung
jawab menolong persainan sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah dengan penggunaan
APD, namun penggunaan APD belum berjalan sesuai prosedur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara sikap, pengetahuan, masa keja, pendidikan serta umur dengan
kepatuhan bidan dalam penggunaan APD dalam Melakukan APN.Rancangan penelitian ini
adalah crossectional dengan jumlah sampel kasus 36 orang bidan diambil dengan metode total
sampling dan instrumen dalam penelitian menggunakan kuisioner. Analisis bivariat
menggunakan uji korelasi chi square dan kolmogorov dengan nilai =0,05.
Hasil penelitian menyatakan paling banyak responden berumur dewasa dini 80,6%,
berpendidikan DIII 77,8%, masa kerja > 5 tahun 52,8%, pengetahuan baik 63,9%, sikap
mendukung 61,1% dan kurang patuh 55,6%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan
antara pendidikan dengan kepatuhan (p=0,023), antara pengetahuan dengan kepatuhan
(p=0,001) dan tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan (p=0,426), antara masa kerja
dengan kepatuhan (p=1,000), antara sikap dengan kepatuhan. Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD
dalam melakukan APN, tidak ada hubungan antara umur, masa kerja dan sikap dengan kejadian
kepatuhan penggunaan APD dalam melakukan APN
Berdasarkan hasil penelitian bidan diharapkan lebih patuh menggunakan APD dalam
melakukan APN untuk mencegah penularan penyakit infeksi
Kata kunci
: kepatuhan, APD, sikap, pengetahuan, pendidikan, masa kerja, umur
PENDAHULUAN
Kondisi
derajat
kesehatan
masyarakat di Indonesia saat ini masih
memprihatinkan antara lain ditandai dengan
masih tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) yaitu 359 per 100.000 kelahiran
hidup .Untuk menurunkan AKI dan AKB
secara bermakna diperlukan berbagai upaya
termasuk peningkatan serta cakupan serta
peningkatanmutu pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan dan pelayanan nifas
(Depkes, 2012)
Kebijakan Departemen Kesehatan
dalam mempercepat penurunan AKI pada
dasarnya mengacu pada delapan butir
tujuan MDGs, tujuan kelima adalah
meningkatkan kesehatan ibu sebesar tiga
perempatnya antara 1990-2015. Target AKI
pada tahun 2015 adalah 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup (Depkes , 2012).
Komplikasi obstetric merupakan
penyebab kematian ibu. Di Indonesia 81%
kematian ibu disebabkan karena komplikasi
seperti perdarahan pasca persalinan,
eklamsi, sepsis dan komplikasi keguguran.
Komplikasi tersebut dapat dicegah apabila
dilakukan penatalaksanaan persalinan yang
standar dan berkualitas (SDKI, 2013)
Oleh karena itu dibuatlah pedoman
yang disebut Universal Precaution (UP)
atau Kewaspadaan Universal (KU) yang
bertujuan untuk melindungi petugas
kesehatan dari penyakit infeksi. Sejak
diberlakuakan dan mulai diterapkan pada
rumah sakit dan klinik, disadar strategi ini
melindungi petugas ( penularan dari pasien
ke petugas), serta mencegah penularan dari
pasien ke petugas dan penularan dari pasien
ke pasien. Begitupun karena banyaknya
penularan lewat darah seperti HIV AIDS.
Profil Kesehatan Indonesia tahun
2013 menyatakan bahwa terdapat 12 juta
orang di Indonesia menderita Hepatitis B
dan sebagian besar ada di Indonesia Timur.
Selain Hepatitis B, HIV/AIDS juga
merupakan new emerging diseases, dan
merupakan pandemi pada semua kawasan,
penyakit ini telah sejak lama menyita
perhatian berbagai kalangan, tidak hanya
terkait dengan domain kesehatan saja.
Jumlah HIV & AIDS yang dilaporkan pada
1 Januari sampai 31 Desember 2013 adalah
HIV 29.037 dan AIDS sebanyak 5.508.
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987
sampai dengan Desember 2013 HIV-AIDS
tersebar di 368 ( 72% ) dari 497
kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan
setiap tahun mengalami peningkatan. Di
Indonesia terdapat 19.973 kasus dengan
angka kematian 3.846 orang (Dinkes RI,
2013).
Risiko infeksi nosokomial selain
dapat terjadi pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, dapat juga terjadi pada petugas
kesehatan. Berbagai prosedur penanganan
pasien memungkinkan tenaga kesehatan
terpajan dengan kuman yang berasal dari
pasien. Infeksi nosokomial merupakan
salah satu risiko kerja yang dihadapai
tenaga kesehatan di rumah sakit. Darah dan
cairan tubuh merupakan media penularan
penyakit dari pasien ke tenaga kesehatan.
HIV/AID, Hepatitis B dan Hepatitis C
merupakan ancaman terbesar bagi tenaga
kesehatan. Pada tahun 2002, WHO
memperkirakan terjadi 16.000 kasus
penularan Hepatitis C, 6.000 penularan
Hepatitis B dan 1.000 kasus penularan
HIV/AIDS pada petugas kesehatan
diseluruh dunia, Suatu penelitian yang
dilakukan oleh WHO menunjukan bahwa
terjadi sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit
dari14 negara di Eropa, Timur tengah, Asia
Tenggara,
Pasifik
terdapat
infeksi
nosokomial (Bea, 2010). Berdasarkan
laporan di Amerika Serikat pada tahun 2001
terdapat 57 kasus tenaga kesehatan yang
terinfeksi HIV akibat risiko pekerjaan. Dari
57 kasus tersebut, 24 kasus diantaranya
(42%)
dialami
oleh
perawat/bidan
(WHO,2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Utji
di Indonesia, 2004 menyatakan bahwa di
sebelas rumah sakit di Jakarta menunjukan
9,8% pasien dirawat inap mendapat infeksi
baru selama dirawat. Infeksi yang berasal
dari petugas kesehatan mempengaruhi mutu
pelayanan. Semua kegiatan dokter, bidan,
perawat dan tenaga profesional lainnya
yang
mengadakan
interaksi
secara
profesional dengan pasiennya, semakin
patuh tenaga profesional menjalankan
standarts of good practice yang telah
diterima dan diakui oleh masing-masing
ikatan profesi akan semakin tinggi pula
mutu asuhan terhadap pasien.
Bidan
diakui
sebagai tenaga
profesional yang bertanggung jawab dan
akuntabel yang bekerja sebagai perempuan
untuk memberikan dukungan,asuhan dan
nasehat
selama
masa
hamil, masa
persalinan
dan
masa
nifas,
memimpinpersalinan atas tanggung jawab
sendiri dan memberikan asuhan kepada
bayi barulahir. Asuhan ini merupakan
upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksikomplikasi pada ibu dan
anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan
lain
yangsesuai,
serta
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan
di sarana kesehatan (DepkesRI,2007).
Asuhan Persalinan Normal (APN)
merupakan upaya yang dilakukan oleh
bidan dalampertolongan persalinan secara
sehat dan normal yang dilakukan dengan
menggunakanperalatan yang steril, serta
penatalaksanaan
komplikasi. Asuhan
Persalinan Normal(APN) dapat dijadikan
sebagai standar persalinan normal pada
bidan-bidan yang adadi rumah sakit
Umum, Puskesmas dan Bidan Praktek
Swasta (BPS ) (Depkes RI,2007).
Mekanisme pelaksanaan APN
juga tidak terlepas dari penggunaan alat
kesehatan, bahkan berpotensi terhadap
gangguan kesehatan bidan, baik yang
ditimbulkan oleh kondisi udara dalam
ruangan, adanya paparan bahan kimia,
maupun kesalahan tehnis secara tidak
sengaja yang dilakukan oleh bidan.
Sebagaimana diketahui bahwa para pekerja
seperti bidan sering dihadapkan pada
beban kerja yang berbahaya terhadap
kesehatannya sehingga para pekerja dan
pasien
mempunyai
potensi
untuk
mengalami gangguan kesehatan
yang
penangananya memerlukan upaya-upaya
khusus, baik di tempat kerjanya maupun
dalam memberikan pelayanan kesehatan
asuhan pertolongan persalinan normal
(Depkes RI, 2007).
Perilaku kesehatan merupakan
respom imdividu terhadap stimulus yang
berhubungan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan,
minuman serta lingkungan. Bastable
(2005), menyatakan seseorang dikatakan
patuh apabila ia dapat memahami,
menyadari dan menjalankan peraturan yang
telah ditetapkan , dan disepakati bersama.
Kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan
mengikuti suatu spesifikasi, standar atau
aturan yang telah diatur dengan jelas yang
diterbitkan oleh organisasi yang berwenang.
Salah satu upaya untuk mencagah
penularan
penyakit
adalah
petugas
kesehatan diharuskan menggunakan alat
pelindung diri secara lengkap.
Alat
pelindung diri seperti yang tertera pada
Permenkes 1464/ 2010 pasal 17 ayat 1
adalah suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
secara tehnis dapat mengurangi tingkat
keparahan dari kecelakaan kerja yang
terjadi. Peralatan
pelindung tidak
menghilangkan
ataupun mengurangi
bahaya yang ada. Peralatan ini hanya
jumlah kontak dengan bahaya dengan cara
penempatan penghalang antara tenaga
kerja dengan bahaya. Kepatuhan bidan
dalam penggunaan alat pelindung diri
(APD) di sini adalah kepatuhan bidan
dalam menggunakan alat pelindung diri
pada asuhan persalinan normal yang
meliputi pelindung kepala, pelindung mata,
pelindung pernafasan, pelindung tangan dan
jari, pelindung tubuh, pelindung kaki.
(JNPK-KR, 2007)
Depkes RI tahun 2010 menyataka
bahwa alat pelindung diri digunakan untuk
melindungi dari paparan udara dalam
ruangan, kulit dan selaput lendir petugas
dari risiko pajanan darah, semua jenis
cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak patuh
dan selaput lendir dari pasien. Sehingga
APD wajib digunakan saat menolong
persalinan, persyaratan umum penyediaan
alat pelindung diri tercantumdalam
Personal Protective Equipmentat Work
Regulation 1992. Dalam menyediakan
pelindungan terhadap bahaya, prioritas
pertama
sebuah
perusahaan
adalah
melindungi pekerjanya secara keseluruhan
ketimbang secara individu.
Terwujudnya kesadaran bidan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan
yang lebih baik dengan memperhatikan
aspek-aspek perilaku manusia, salah
satunya adalah faktor internal pada diri
bidan, meliputi sikap, pengetahuan umur,
pendidikan dan masa kerja. Hal ini
menunjukan bahwa aspek tersebut dapat
memberikan
konstribusi
terhadap
pelaksanaan pertolongan persalinan.
Fenomena yang terjadi, ternyata
penggunaan APD belum sepenuhnya dapat
berjalan sesuai dengan prosedur. Bidan
sebenarnya sudah mengetahui resiko tidak
menggunakan
APD
namun
belum
sepenuhnya melakukan dengan baik. Dalam
pelaksanaannya bidan tidak menggunakan
APD secara lengkap. Berdasarkan hasil
pendekatan melalui wawancara dengan
petugas kesehatan di lingkungan sekitar
diperoleh informasi terdapat seorang
petugas kesehatan yang mengajukan
pensiun dini dikarenakan terkena penyakit
Hepatitis, petugas disekitar berasumsi
kejadian tersebut karena beliau selain
terlular oleh pasien penderita Hepatitis
selain itu terdapat petugas yang terkena
penyakit gajala TBC namun belum
diketahui faktor penyebabnya. Serta
berdasarkan
hasil pengamatan untuk
ketersedian sarana APD di Kecamatan
Sumbang Purwokerto, dari 18 bidan yang
diobservasi,
yang
mempunyai
alat
pelindung diri yang meliputi penutup
kepala, kaca mata, masker, sarung tangan,
celemek dan sepatu boots sebanyak 3 bidan.
Menurut studi pendahuluan yang
telah dilakukan, untuk kepatuhan dari
penggunaan APD dalam Asuhan Persalinan
Normal adalah, berdasarkan hasil survey
terhadap 18 bidan, terdapat 13 bidan
kurang patuh karena semua bidan hanya
memakai pelindung jari dan tangan serta
pelindung tubuh saja saat melakukan
Asuhan Persalinan Normal dan 5 bidan
patuh dalam menggunakan APD secara
lengkap
dalam
melakukan
Asuhan
Persalinan Normal. Dan mereka yang
dinyatakan kurang patuh adalah para bidan
yang sudah bekerja cukup lama yang
mempunyai pengalaman bekerja banyak.
Menurut Sulaiman dalam Saifuddin
(2001) jika pengetahuan kurang, maka
bidan akan mengalami hambatan dalam
menolong persalinan, sehingga mengalami
kesulitan dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Lebih lanjut Siddiq dkk (2004)
dalam buku ( APN, 2005), berpendapat
bahwa program pendidikan dan pelatihan
selain menambah
pengetahuan dan
meningkatkan sikap, ia juga harus mampu
menyentuh dan mempengaruhi perilaku,
aktivitas dan pandangan karyawan dalam
menjalankan tugas sehari – hari. Lama
bekerja seseorang berkaitan erat dengan
pengalaman-pengalaman yang telah didapat
selama menjalankan tugas. Mereka yang
berpengalaman dipandang lebih mampu
dalam pelaksanaan tugas. Makin lama kerja
seseorang kecakapan mereka akan lebih
baik, karena menyesuaikan dengan
pekerjaan.
Untuk
memperkuat
dugaan
mengenai belum optimalnya penggunaan
APD dalam menolong APN di Kecamatan
Sumbang Purwokerto maka dilakukan
wawancara terhadap salah satu bidan,dan
beliau berkata “Sebenarnya bidan telah
memahami tentang APD dan bahaya jika
tidak menggunakan APD,namun pada
realitanya penggunaan APD sama sekali
belum berjalan sebagaimana mestinya,
sebagaimana mestinya yang dimaksud
adalah penggunaan APD sesuai prosedur
yang ada dalam SOP”.
Perilaku tersebut terbentuk karena
diduga tidak optimal dilakukan beberapa
faktor antara lain seperti kelengkapan
fasilitas alat pelindung diri yang kurang
memadai, pengetahuan dari pengetahuan
kesehatan tentang perjalanan infeksi
nosokomial, pengalaman masa kerja dan hal
lainnya bidan merasa malas, merasa tidak
nyaman dan merasa direpotkan saat
menggunakan APD karena rutinitas kerja
yang selalu berhubungan dengan pasien
setiap harinya. Dari berbagai alasan tersebut
akan berdampak buruk pada bidan selaku
petugas kesehatan serta pasien.
Berdasarkan hal diatas dan hasil
survai awal dilapangan diketahui bahwa
masih banyak bidan dalam menolong
persalinan tidak menggunakan APD secara
lengkap , maka peneliti tertari untuk
mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang
berhubungan dan berpengaruh terhadap
kepatuhan bidan dalam penggunaan APD?
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah analitik
korelasional dengan metode desain cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas
Tahun 2014 pada bulan Februari 2014 –
Januari
2015,
sedangkan
untuk
pengambilan data dilakukan pada tanggal
15 – 17 Desember 2014.
Populasi penelitian ini adalah
seluruh bidan yang bertugas di Puskesmas
Sumbang pada Tahun 2014 yaitu sebanyak
36 orang. Teknik pengambilan sampel ini
adalah total sampling yaitu mengambil
keseluruhan sampel dari jumlah populasi,
maka sampel dalam penelitian ini
berjumlah 36 orang.
Dalam
penelitian
ini
yang
merupakan variabel bebas adalah sikap,
pengetahuan, masa kerja, pendidikan dan
umur serta yang merupakan variabel terikat
adalah kepatuhan penggunaan APD dalam
APN
Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan
peneliti adalah dengan cara membagi
lembar
kuisioner
untuk
mendapat
tanggapan informasi. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari: kuisioner karakteristik
responden (umur, pendidikan, maa kerja),
kuisioner pengetahuan, kuisioner sikap dan
kuisioner kepatuhan penggunaan APD.
Pada uji validitas didapatkan hasil
pada kuisioner pengetahuan terdiri dari 24
pertanyaan diperoleh hasil 21 pertanyaan
dikatakan valid dengan hasil range r hitung
(0,557 – 0,791) > 0,444 dan 3 pertanyaan
tidak valid yang terdiri dari nomor 4, 12
dan 23. Sedangkan pada kuisioner sikap
yang terdiri dari 18 pernyataan didapatkan
hasil 16 pertanyaan dikatakan valid dengan
hasil range r hitumg (0,474 – 0,859) >
0,444 dan 2 pertanyaan tidak valid yang
terdiri dari nomor 30 dan 36. Untuk soal
yang dinyatakan tidak valid pada kuisioner
pengetahuan dan sikap dihilangkan, karena
sudah terwakili oleh item soal yang lain.
Hasil reliabilitas pada kuisioner
pengetahuan adalah r alpha > 0,77 dengan
nilai r = 0,942 maka kuisioner dinyatakan
reliabel sedangkan hasil realiabilitas pada
kuisioner sikap adalah r alpha > 0,77
dengan nilai r = 0,921 sehingga kuisioner
dinyatakan reliabel.
Etika Penelitian
Etika yang perlu dan harus diperhatikan :
a. Informed concent ( lembar persetujuan )
Informed concent diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan
lembar
persetujuan
menjadi responden.
b. Anonymity (tanpa nama)
Tidak mencantumkan nama (
anonymity ) responden pada lembar
observasi. Hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang disampaikan.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti (confidentiality), yaitu
dengan cara setelah data dientry dan
dianalisis, kuisioner yang telah diisi
oleh reponden dihancurkan/dibakar.
Pengolahan Data
1. Editing
Setelah peneliti menerima
kuisioner yang telah diisi oleh
responden yang terdiri dari kuisioner
karakteristik responden, sikap serta
pengetahuan,
kemudian
peneliti
memeriksa kode kuisioner serta
kelengkapan
jawaban
dan
kesalahpahaman dalam pengisian.
2. Scoring
Scoring
merupakan
dasar
pemberian nilai pada data yang sesuai
dengan skor yang telah
ditentukan setelah kuisioner disusun.
Tidak ada pedoman baku untuk
skoring, namun skoring harus diberikan
dengan konsisten. Selain itu perlu
diperhatikan
seksama
terhadap
pernyataan dalam kuisioner yang
bersifat negatif. Pernyataan yang
demikian harus diberi kode terbalik.
3. Coding
Coding
digunakan
untuk
mempermudah dalam pengelompokan
data. Coding dilakukan dengan
memberi tanda pada masing-masing
jawaban dengan angka sesuai dengan
skoring jawaban dan setelah itu
mengkategorikan
jawaban-jawaban
tersebut kemudian dimasukan dalam
tabel kerja untuk mempermudah
pembacaan.
4. Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan
memasukan data-data hasil penellitian
kedalam tabel-tabel sesuai kriteria
kemudian di analisa yaitu dengan
proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan di
interpretasikan.
Analisis Data
Peneliti mendeskripsikan proporsi
responden dengan cara distribusi frekuensi
berbentuk tabel, berdasarkan presentase
hasil yang diperoleh dari variabel
pengetahuan, sikap, masa kerja, pendidikan,
umur dan tingkat kepatuhan APD dalam
APN
Peneliti menggunakan uji Chi
Square untuk melihat hubungan antara
umur dengan kepatuhan bidan, hubungan
antara masa kerja dengan kepatuhan bidaan
serta hubungan antara sikap dengan
kepatuhan bidan, dan untuk melihat
hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan
bidan,
hubungan
antara
pendidikan dengan keptuhan bidan, peneliti
menggunakan uji Kolmogorov.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Hasil penelitian yang dilakukan
pada tanggal 15-17 Desember 2014 di
Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas
tahun 2014 pada saat melakukan APN pada
36 responden
diperoleh hasil sebagai
berikut :
1. Umur bidan di Puskesmas Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun 2014
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi umur
bidan di Puskesmas Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun
2014
Umur
Frekuensi
Dewasa madya
(41-60 tahun)
Dewasa dini (1840 tahun)
Jumlah
7
29
Persentase
(%)
19,4
80,6
36
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa hampir seluruh responden
berumur dewasa dini (18-40 tahun)
sebanyak 29 responden (80,6%).
2. Pendidikan
bidan
di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014
Tabel 4.2
Distribusi
frekuensi
pendidikan
bidan
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun
2014
Pendidikan
S2
D IV
D III
Jumlah
Frekuensi
3
5
28
36
Persentase (%)
8,3
13,9
77,8
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat
dilihat bahwa sebagian besar responden
berpendidikan terakhir D III kebidanan
sebanyak 28 responden (77,8%).
3. Masa kerja bidan
di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi masa
kerja bidan di Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Masa Kerja
>5 tahun
≤ 5 tahun
Jumlah
Frekuensi
19
17
36
Persentase
(%)
52,8
47,2
100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat
dilihat bahwa sebagian dari responden
masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 19
responden (52,8%).
4. Pengetahuan bidan di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014
Tabel 4.4
Distribusi
frekuensi
pengetahuan
bidan
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun
2014
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
23
10
3
36
Persentase (%)
63,9
27,8
8,3
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat
dilihat
bahwa
sebagian
besar
pengetahuan responden baik sebanyak
23 responden (63,9%).
5. Sikap bidan di Puskesmas Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun 2014
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi sikap bidan
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun
2014
Sikap
Mendukung
Tidak mendukung
Jumlah
Frekuensi
22
14
36
Persentase
(%)
61,1
38,9
100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat
dilihat bahwa sebagian besar sikap
responden mendukung sebanyak 22
responden (61,1%).
6. Kepatuhan
bidan
di
Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014
2. Hubungan
pendidikan
dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi kepatuhan
bidan di Puskesmas Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun 2014
Kepatuhan
Frekuensi
Persentase (%)
Patuh
16
44,4
Kurang patuh
20
55,6
Jumlah
36
Tabel 4.8
Pendidikan
100,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat
dilihat bahwa sebagian dari responden
kurang patuh memakai APD sebanyak
20 responden (55,6%).
D III
D IV
S2
Jumlah
Analisis Bivariat
1. Hubungan umur dengan kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014
Tabel 4.7
Umur
Dewasa madya
Dewasa dini
Jumlah
Hubungan umur
dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Kepatuhan
Kurang
Patuh
Patuh
f
%
f
%
5
71,4
2
28,6
15
51,7
14
48,3
20
38,9
16
27,8
Jumlah
f
7
29
36
%
100,0
100,0
100,0
P
value
0,426
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
proporsi responden yang dinyatakan
patuh menggunakan APD lebih banyak
pada umur dewasa dini sebanyak 14
responden ( 48,3% ) dibandingkan
dengan responden yang berumur dewasa
madya yaitu sebanyak 2 responden (
28,6% ).
Berdasarkan
hasil
penelitian dapat dilihat bahwa p value
0,426 >  =0,05 yang artinya Ho
diterima sehingga tidak ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan
kepatuhan
penggunaan
APD
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
Hubungan pendidikan dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Kepatuhan
Jumlah
p
Kurang
Patuh
value
Patuh
f
%
f
%
f
%
20 71,4 8
28,6 28 100,0 0,023
0
0
5 100,0 5 100,0
0
0
3 100,0 3 100,0
20 55,6 16 44,4 36 100,0
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa
proporsi responden yang dinyatakan
patuh menggunakan APD lebih banyak
pada reponden dengan pendidikan S2
yaitu sebanyak 3 responden ( 100,0% )
dan responden yang berpendidikan DIV
sebanyak 5 responden ( 100,0% )
dibandingkan dengan responden dengan
pendidikan DIII sebanyak 8 responden
(28,6%).
Berdasarkan
hasil penelitian
dapat dilihat bahwa p value 0,023 < 
=0,05 yang artinya Ho ditolak sehingga
ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan
dengan
kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014.
3. Hubungan
masa
kerja
dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Tabel 4.9
Masa
Kerja
≤5
tahun
>5
tahun
Jumlah
Hubungan masa kerja dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Kepatuhan
Jumlah
p
Kurang
Patuh
value
Patuh
f
%
f
%
f
%
9 52,9 8 47,1 17 100,0 1,000
11 57,9 8 42,1 19 100,0
20
55,6
16
44,4
36
100,0
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa
proporsi responden yang dinyatakan
patuh menggunakan APD lebih banyak
pada responden dengan masa kerja ≤ 5
tahun sebanyak 8 responden ( 47,1% )
dibandingkan dengan responden dengan
masa kerja > 5 tahun sebanyak 8
responden ( 42,1% ).
Berdasarkan
hasil penelitian
dapat dilihat bahwa p value 1,000 > 
=0,05 yang artinya
Ho diterima
sehingga tidak ada hubungan yang
signifikan antara masa kerja dengan
kepatuhan
penggunaan
APD
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
4. Hubungan
pengetahuan
dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Tabel 4.10 Hubungan pengetahuan
dengan
kepatuhan
penggunaan
APD
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas
tahun 2014
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
Kepatuhan
Kurang
Patuh
Patuh
f
%
f
%
3 100,0 0
0
10 100,0 0
0
7
30,4 16 69,6
20 55,6 16 44,4
Jumlah
f
3
10
23
36
%
100,0
100,0
1000
100,0
p
value
0,001
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa
proporsi responden yang dinyatakan
patuh menggunakan APD lebih banyak
pada responden dengan pengetahuan
baik sebanyak 16 responden ( 69,6% )
dibandingkan dengan responden dengan
pengetahuan cukup
dan responden
dengan pengetahuan kurang.
Berdasarkan
hasil penelitian
dapat dilihat bahwa p value 0,001 < 
=0,05 yang artinya Ho ditolak sehingga
ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan
dengan
kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014.
5. Hubungan sikap dengan kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014
Tabel
Sikap
Tidak
Mendukung
Mendukung
Jumlah
4.11
Hubungan sikap dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Kepatuhan
Kurang Patuh
Patuh
f
%
f
%
10
71,4
4
28,6
f
14
%
100,0
10
20
22
36
100,0
100,0
45,5
55,6
12
16
54,5
44,4
Jumlah
p
value
0,176
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa
proporsi responden yang dinyatakan
patuh menggunakan APD lebih banyak
pada
responden
dengan
sikap
mendukung sebanyak 12 responden (
54,5% ) dibandingkan dengan responden
dengan sikap yang tidak mendukung
yaitu sebanyak 4 responden ( 28,6% ).
. Berdasarkan hasil penelitian
dapat dilihat bahwa p value 0,176 > 
=0,05 yang artinya
Ho diterima
sehingga tidak ada hubungan yang
signifikan
antara
sikap
dengan
kepatuhan
penggunaan
APD
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
PEMBAHASAN
1. Hubungan umur dengan kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas
tahun 2014.
Hasil penelitian didapatkan
responden yang dinyatakan patuh
dalam penggunaan APD dalam
melakukan APN lebih banyak pada
responden dengan umur dewasa dini
yaitu sebanyak 14 responden (48,3%)
dibandingkan dengan responden yang
berumur dewasa madya yaitu sebanyak
2 responden ( 28,6% ), namun
perbedaan proporsi tersebut dikarena
pada responden umur dewasa dini lebih
banyak yang patuh disebabkan menurut
Saryono (2009) pada umur tersebut
mereka menghasilkan jasa yang lebih
baik sehinnga mereka lebih taat
terhadap peraturan dan lebih takut
melanggar aturan yang ditetapkan
ditempat bekerjanya. Sedangkan pada
responden dengan umur dewasa madya
pada umur tersebut mereka dinyatakan
matang dalam pengalaman dan
pemikiran tetapi ternyata dalam
kepatuhan penggunaan APD sebagian
besar tidak patuh, hal tersebut
disebabkan karena mereka cenderung
fanatik terhadap tradisi sehingga
mereka merasa tanpa menggunakan
APD secara lengkap sudah merasa
terlindungi atau hanya memakai APD
yang diperlukan saja sudah cukup.
Hal tersebut didukung dengan
hasil uji statistik diperoleh p value
0,426
> 0,05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara umur
dengan kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014. Hal tersebut
terjadi mungkin dikarenakan bahwa
umur tidak berhubungan langsung
dengan perilaku kesehatan yaitu
kepatuhan penggunaan APD. Karena
perilaku manusia merupakan hasil dari
segala macam pengalaman serta
nteraksi antara manusia dengan
lingkungan yang diwujudkan dalam
bentuk pengetahuan, sikap
dan
tindakan. Sehingga umur bukanlah hal
utama yang mempengaruhi perilaku
responden, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain antara lain pengalaman dan
pengetahuan.
Perilaku
seseorang
terbentuk dari pengalaman seseorang
dalam
bekerja
sehingga
dari
pengalaman
tersebut
diperoleh
informasi atau pengetahuan tentang
keuntungan dan kerugian penggunaan
APD, sehingga dari pengetahuan
tersebut dapat menentukan perilaku
seseorang.
Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dedek Mulyanti di Banda Aceh pada
tahun 2008, yang menyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur
dengan kepatuhan pemakaian APD.
2. Hubungan
pendidikan
dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
Hasil penelitian didapatkan
responden yang dinyatakan patuh
dalam penggunaan APD dalam
melakukan APN lebih banyak pada
responden dengan berpendidikan S2
sebanyak 3 responden ( 100,0% ) serta
yang responden yang berpendidikan
DIV sebanyak 5 responden ( 100,0% )
dibandingkan dengan responden yang
berpendidikan DIII yaitu sebanyak 8
responden ( 26,6% ). Berdasarkan uji
statistik diperoleh hasil p value 0,023
sehingga dinyatakan ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan
dengan kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014
Pada penelitian ini terbukti
bahwa yang berpendidikan D IV dan S2
menunjukan, seluruh responden patuh
dalam penggunaan APD daripada yang
D
III.
Pendidikan
seseorang
mempengaruhi cara berfikir dalam
menghadapi
pekerjan.
Adanya
hubungan antara pendidikan dengan
kepatuhan penggunaan APD karena
pendidikan
sangat
mempengaruhi
kemampuan dari bidan tersebut
terutama untuk pekerjaan-pekerjaan
yang membutuhkan keahlian dan
ketrampilan khusus. Pendidikan ini
mendorong perilaku yang lebih baik
dari sebelumnya pada bidan-bidan
dalam penggunaan APD. Pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi
misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapa meningkatkan
kualitas hidup.
Hal tersebut sesuai pendapat
dari YB Mantyra dalam Notoadmojo
(2003),
pendidikan
dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2008) pada umumnya
makin
tinggi
pendidikan
akan
mempermudah menerima informasi.
Dari informasi yang diperoleh akan
menghasilkan pengetahuan yang baik,
sedangkan semakin baik pengetahuan
seseorang
akan
mempengaruhi
seseorang untuk berperilaku baik.
Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Christina Anugrahini di RSAB Harapan
Kita Jakarta Tahun 2010, yang
menyatakan adanya hubungan yang erat
antara pendidikan dengan kepatuhan
perawat.
3. Hubungan masa kerja dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
Hasil penelitian didapatkan
responden yang dinyatakan patuh
dalam penggunaan APD dalam
melakukan APN lebih banyak reponden
dengan masa kerjanya ≤ 5 tahun
sebanyak 8 responden ( 47,1% )
dibandingkan dengan responden yang
masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 8
responden ( 42,1%) perbedaan proporsi
tersebut
dikarenakan
faktor
pengalaman, responden dengan masa
kerja > 5 tahun sudah banyak
pengalaman
dalam
menolong
persalinan, sehingga dari pengalaman
tersebut dapat membentuk suatu
pengetahuan yang dapat mempengaruhi
responden untuk berperilaku lebih baik.
Lain pula halnya pada responden
dengan masa kerja < 5 tahun
pengalaman mereka belum terlalu
banyak sehingga pengetahuan yang
mereka peroleh belum terlalu banyak.
Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil
p value 1,000 yang berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara masa
kerja dengan kepatuhan penggunaan
APD
di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten Banyumas tahun 2014
Masa kerja ternyata dalam
penelitian ini tidak ada hubungannya
dengan kepatuhan penggunaan APD
disebabkan lama kerja bukanlah hal
yang utama yang mempengaruhi
responden dalam penggunaan APD,
tetapi
juga
dipengaruhi
oleh
pengetahuan yang dimiliki yang
diperoleh dari pendidikan serta
dipengaruhi oleh pengalaman bekerja
serta
kebiasaan
petugas
dalam
bertindak. Masa kerja merupakan waktu
yang telah dilaluli sejak pertama kali
bekerja,
sangat
mempengaruhi
pengalaman
seseorang
terhadap
pekerjaan dan lingkungan dimana ia
bekerja, seharusnya semakin lama ia
bekerja maka akan semakin banyak
pengalamannya. Pengalaman ini dapat
menjadikan seseorang untuk bekerja
lebih baik lagi.
Pengalaman
untuk
kewaspadaan terhadap kecelakaan
bertambah sesuai dengan usia, masa
kerja di perusahaan dan lamanya
bekerja. Tenaga kerja yang baru
biasanya belum mengetahui secara
mendalam seluk beluk pekerjaan dan
keselamatannya. Selain itu keadaan ini
mungkin terjadi karena bidan yang
masa kerjanya lama dan baru sama saja
tingkat kepatuhannya, dikarenakan
pengalaman yang dahulunya tidak
lengkap dan patuh dalam menggunakan
APD dan tidak terjadi masalah apapun
membuat bidan mempertahankan tidak
patuhnya. Sedangkan yang masa
kerjanya masih sedikit dan harusnya
lebih
mengetahui
seluk
beluk
keselamatan kerja malahan mengikuti
kebiasaan di lahan
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dona Riska Madyanti di RSUD
Bengkalis
Pada Tahun 2011,
menyatakan lama seseorang bekerja
tidak berpengaruh dengan kepatuhan
penggunaan APD.
4. Hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
Hasil penelitian didapatkan
responden yang dinyatakan patuh
dalam penggunaan APD dalam
melakukan
APN
lebih
banyak
responden dengan pengetahuan baik
sebanyak 16 responden ( 69,6% )
dibandingkan dengan responden dengan
pengetahuan cukup dan kurang dengan
0 responden ( 0% ) perbedaan proporsi
tersebut didukung dengan uji statistik
diperoleh hasil p value 0,001 sehingga
terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan kepatungan
penggunaan APD dalam melakukan
APD di Puskesmas Sumbang Tahun
2014.
Hasil penelitia ini sesuai
dengan pendapat Notoatmodjo (2003),
yang mengatakan bahwa suatu tindakan
yang dilakukan berdasarkan oleh ilmu
pengetahuan akan lebih bertahan lama,
dibandingkan dengan tindakan yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Selain
itu
faktor
yang
menyebabkan
pengetahuan berhubungan dengan
kepatuhan penggunaan APD adalah
pengetahuan
dapat
meningkatkan
informasi bidan tentang APD sehingga
responden
lebih
tertarik
untuk
menggunakan APD dikarenakan telah
memahami fungsi APD bagi dirinya.
Pengetahuan juga berpengaruh terhadap
perilaku manusia, semakin baik
pengetahuan akan semakin baik juga
perilakunya serta adanya pengalaman.
Apalagi jika pengalaman tersebut
berasal dari pengalaman pribadi, yaitu
pada bidan yang berpengalaman, maka
pengetahuan responden muncul setelah
responden tersebut merasakan sendiri
keuntungan
dan
kerugian
dari
penggunaan APD, sedangkan jika
pengetahuan tersebut berasal dari
pengalaman orang lain saja kita kurang
yakin.
Pengetahuan dapat dipengaruhi
oleh
faktor
pendidikan
formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi
maka orang tersebut mudah menyerap
informasi yang diperoleh serta akan
semakin luas pula pengetahuannya.
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti seseorang yang berpendidikan
rendah mutlak berpengetahuan rendah
pula. Hal ini mengingat bahwa
peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh dari pendidikan non formal
saja. .
Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Fauziah di
Puskesmas Mesjid Raya Aceh Besar
tahun 2011, yang menyatakan terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan penggunaan APD.
5. Hubungan sikap dengan kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas
tahun 2014.
Hasil penelitian didapatkan
responden dinyatakan patuh dalam
penggunaan APD dalam melakukan
APN lebih banyak pada reponden
dengan sikap mendukung sebanyak 12
responden ( 54,5% ) dibandingkan
dengan responden dengan sikap tidak
mendukung sebanyak 4 responden (
28,6% ). Berdasarkan uji statistik
diperoleh p value 0,176 sehingga tidak
hubungan
antara
sikap
dengan
kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas
Sumbang
Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
Sikap seseorang ditentukan
oleh pengetahuan, karena pengetahuan
mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek
ini akan menentukan sikap seseorang
semakin banyak aspek positif seperti
mengetahui manfaat penggunaan APD
dan aspek negatif yang diketahui seperti
mengetahui
dampak
tidak
menggunakan APD, maka akan
menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek. Sikap mendukung
dipengaruhi oleh pendidikan dan
pengetahuan
tetapi
dalam
pelaksanaannya dalam penggunaan
APD tidak patuh karena alasan
kebiasaan menggunakan APD secara
tidak lengkap, terpengaruh teman
sejawat yang tidang menggunakan APD
secara lengkap serta bidan merasa malu
dan merasa tak enak dengan pasien
apabila menggunakan alat pelindung
diri lengkap.
Menurut
pendapat
Notoatmodjo (2003), yang mengatakan
bahwa sikap yang masih tertutup
terhadap penggunaan alat pelindung
diri, bidan kurang berkeinginan untuk
menggunakan alat pelindung diri
dikarenakan banyak alasan diantaranya
menurut Sherry LM,J (1999), perasaan
kurang nyaman, malu, tak enak dengan
pasien
menjadi
faktor
yang
mempengaruhi
bidan
dalam
penggunaan APD.
Menurut
Allport
dalam
Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 3
komponen pokok, yaitu kepercayaan
atau keyakinan, kehidupan emosinal
serta kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen tersebut secara
bersama-sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam menentukan sikap yang
utuh
ini,
pengetahuan
pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peran
penting. Sikap tidak sama dengan
perilaku dan sikap baru diketahui kalau
seseorang sudah berlaku meskipun
demikian
perilaku
tidak
selalu
mencerminkan sikap seseorang. Suatu
kecenderungan untuk berespon adalah
apabila seseorang yang mempunyai
sikap umumnya mengetahui apa yang
akan dilakukan bila bertemu dengan
objeknya.
Hasil penelitian sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dona
Riska Madyanti di RSUD Bengkalis
Dalam pada tahun 2011, yang
menyatakan tidak ada hubungan antara
sikap dengan kepatuhan bidan.
6. Sebagian dari responden kurang patuh
menggunaan APD sebanyak 20
responden (55,6%).
7. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara
umur
dengan
kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014 ( p value 0,426 > 0,05)
8. Ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan
dengan
kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014 ( p value 0,023 < 0,05).
9. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara masa kerja dengan kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014 ( p value 1,000 > 0,05)
10. Ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan
dengan
kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014 ( p value 0,001 < 0,05)
11. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara
sikap
dengan kepatuhan
penggunaan APD di Puskesmas
Sumbang Kabupaten Banyumas tahun
2014 ( p value 0,176 > 0,05).
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dilakukan pada
tanggal 15-17 Desember 2014 di Wilayah
Kerja Puskesmas Sumbang Kabupaten
Banyumas pada 36 responden diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hampir seluruh responden berumur
dewasa dini (18-40 tahun) sebanyak 29
responden (80,6%).
2. Sebagian
besar
responden
berpendidikan terakhir D III kebidanan
sebanyak 28 responden (77,8%).
3. Sebagian dari responden dengan masa
kerja
> 5 tahun
sebanyak
19
responden (52,8%).
4. Sebagian besar pengetahuan responden
baik sebanyak 23 responden (63,9%).
5. Sebagian besar sikap responden
mendukung sebanyak 22 responden
(61,1%).
Saran
1. Bagi Profesi Bidan
Bidan seharusnya lebih patuh
dalam penggunaan APD secara lengkap
untuk mencegah penularan infeksi.
2. Bagi Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian
ini, diharapkan puskesmas mengadakan
sosialisasi atau pelatihan tentang
penggunaan APD untuk meningkatkan
pengetahuan bagi bidan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan
menggunakan penelitian ini untuk
menambah referensi yang dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Peneliti
lain
diharapkan
meneliti faktor lain yang berhubungan
dengan kepatuhan penggunaan APD
dalam menolong persalinan seperti
pelatihan APN.
DAFTAR PUSTAKA
Anugraheni, Christina. 2010. Hubungan Faktor Individu dan Organisasi Dengan Kepatuhan
Perawat Dalam Menerapkan Pedoman Patient Safety Di RSAB Harapan Kita Jakarta.
Tesis Program Pasca Sarjana Kekhususan kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Depok
Arikunto. 2013. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praltik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar
______________. 2005. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek, Edisi V. Jakarta:
Rhineka Cipta
______________. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bastable, Susan B. 2006. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta : EGC
Bea, Betty Septiari. 2010. Infeksi Nosokomial. Nuha Medika: Yogyakarta
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba Medika:
Jakarta
Depkes RI. 2002. Indonesia Sehat. Jakarta
_________. 2007. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta
_________. 2007. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadan Universal di Pelayanan Kesehatan.
Jakarta
_________. 2002. Standar Profesi Bidan dan Registrasi Praktik Bidan. Jakarta
_________. 2010. Alat Pelindung Diri. Jakarta
Fauziah. 2011. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Penggunaan APD Lengkap
Didalam Menolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Masjid Raya Aceh Besar.
Skripsi Program Pendidikan D-IV Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh
Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2010. 50 Tahun IBI. Jakarta
JHPIEGO, POGI, JNPKR. 2004. Panduan Pencegahan InfeksiUntuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: JHPIEGO, POGI, JNPKR.
_____________________. 2005. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO, JNPKR-KK
Maryunani, Anik. 2011. Pencegahan Infeksi Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
___________________. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
___________________. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Rineka Cipta
_________. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Rijanto, Boedi. 2001. Pedoman Pencegahan Di Industri. Jakarta
Riska, Dona Madyanti. 2012. Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Bidan di RSUD
Bengkalis Dalam Menggunakan APDPada Tahun 2011. Skripsi FKM UI
RS Persahabatan. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : UI
Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press
Saryono, Soekanto, 2009. Peran Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Edisi Baru Rajawali Pers
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitizn. Bandung: CV Alfabeta
Wawan.A dan Dewi N. 2010. Pengetahuan, Sikap & Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Download