Angga Dwi Handoko RESENSI BUKU: Kepentingan Negara Demokrasi Terbesar di Negara Otoriter Militeristik RESENSI BUKU: Kepentingan Negara Demokrasi Terbesar di Negara Otoriter Militeristik Oleh: Angga Dwi Handoko Mahasiswa Hubungan Internasional, Fisip, Unwahas NIM: 11 2020 131 Judul : PERGESERAN POLITIK LUAR NEGERI INDIA TERHADAP MYANMAR: kepentingan negara demokrasi terbesar di negara otoriter militeristik Penulis : SUGIARTO PRAMONO, SIP., MA. Penerbit : Wahid Hasyim Unversity Press Tahun : 2013 Tebal : 144 halaman Hubungan antara India Myanmar telah mengalami pasang surut sejak awal kemerdekaannya hingga saat ini. Meskipun sempat beku, hubungan diplomatikIndia dengan Myanmar mengalami kemajuan yang pesat. Dan berdasarkan berbagai analisa telah dipaparkan dalam buku ini secara jelas faktor faktor yang menjadi indikator perubahan sikap India tersebut. Penulis menganggap ekstrem perubahan arah kebijakan india yang semakin dekat dengan Myanmar. Dimana hubungan antar kedua Negara tersebut yang sebelumnya sangat konfrontatif menjadi sangat kooperatif dan pada perkembangannya hubungan kedua negara semakin dekat. India telah mengabaikan isu pelanggaran HAM yang jelas jelas dilakukan rezim Junta yang mendapat kecaman dari dunia Internasional. Di Cover depan dituliskan bahwa buku ini wajib dibaca mahasiswa dan dosen Hubungan Internasional, pengamat dan para pelaku ekonomi, SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013 Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional Angga Dwi Handoko RESENSI BUKU: Kepentingan Negara Demokrasi Terbesar di Negara Otoriter Militeristik politik dan bisnis. Ini tidak berlebihan melihat pentingnya posisi India yang menjadi pemain penting dalam ekonomi dunia. Kehadiran India di Asia tenggara juga harus diperhatikan, bahwa India telah berkompetisi ekonomi di are regional ini. Korelasinya dengan Myanmar adalah, India menjadikan Myanmar sebagai jalur utama distribusi aneka barang dagangannya menuju pasar Indocina yang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan pesat. Politik luar negeri India yang saat ini semakin harmonis dengan Myanmar telah melalui berbagai proses pasang surut yang panjang. Dalam buku ini dijelaskan secara urut dan rinci bagaimana dinamika hubungan anatara Negara demokratis terbesar di dunia dengan Negara para Jendral tersebut. Dimulai dari hubungan antara kedua Negara tersebut yang awalnya harmonis pada awal kemerdekaannya. Setelah itu terjadi kerenggangan karena ada kudeta yang mengubah sistem kepemimpinan di Myanmar. Hingga sempat terjadi masa labil antara kedua Negara tersebut. Kemudian hubungan memanas ketika pada tahun 1988 Burma di guncang oleh gerakan massa. Sikap India terhadap Myanmar menjadi konfrontatif diamana India memberikan dukungan bagi demonstran Myanmar. Hingga akhirnya secara mengejutkan dengan perlahan namun pasti India mulai merapat ke Myanmar (1993) menjadikan hubungan antar negara yang kooperatif.India dan Myanmar mulai membuka kerjasama ekonomi terutama di perbatasan. Border Trade Agreement ditandatangani kedua belah pihak pada tahun 1994 yang tidak lama setelah itu tepatnya pada bulan April 1995 mulai diimplementasikan.Dari kerjasama yang awalnya dibidang ekonomi meluas dalam berbagai bidang hingga kerjamasama militer. Pernyataan India untuk tidak akan campur tangan ke dalam urusan internal Myanmar telah memperbaiki hubungan yang sebelumnya tidak harmonis. Seiring dengan semakin dekatnya hubungan antara India dengan Myanmar membuat komitmen India terhadap gerakan demokrasi di Myanmar melemah dan India lebih memilih menjalin hubungan dekat dengan penguasa otoriter di negeri itu. Semakin banyaknya MoU di antara kedua negara itu juga sekaligus menunjukkan betapa tingginya intensitas saling kunjung antara pejabat dari kedua negara itu. Selain itu bantuan pembangunan India kepada Myanmar juga semakin meningkat. India telah mengucurkan bantuan melalui beberapa proyek penting di Myanmar. SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013 Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional Angga Dwi Handoko RESENSI BUKU: Kepentingan Negara Demokrasi Terbesar di Negara Otoriter Militeristik Pergeseran sikap India terhadap Myanmar tersebut dijelaskan nelalui identifikasi aktor aktor yang terkait beserta kepentingan kepentingannya. Dalam buku ini disebutkan ada beberapa aktor, baik yang berhubungan dengan birokrasi maupun para pelaku bisnis, masyarakat luas, hingga pemberontak di perbatasan. Identifikasi para aktor tersebut dijelaskan penulis dalam 3 hal, yaitu: karakteristik, kepentingan dan preferensi kebijakan. Dalam buku ini penulis menyimpulkan adanya hubungan saling menguntungkan antara pelaku bisnis dengan pemerintah India dari hubungan antara India dengan Myanmar. Pelaku bisnis mendapat keuntungan perluasan pasar, pemenuhan kebutuhan bahan baku dan konsumsi energi dengan kemudahan untuk berekpansi ke Myanmar. Di sisi lainnya pemerintah mendapat legitimasi politik yang kuat, terutama dari para pelaku bisnis karena memberikan regulasi dan infrastruktur untuk mempermudah kegiatan ekonomi tersebut. Yang menarik buku ini tidak memberikan pembenaran maupun menyalahkan kebijakan India yang semakin dekat dengan Myanmar. Buku ini telah berhasil mengidentifikasi dengan jelas sejumlah faktor yang mendorong India Mendekati Myanmar. Yang menjadikan pembahasan dibuku ini semakin menarik adalah semacam terjadi ironi yang sangat kontras dalam hubungan India dengan Myanmar. Seperti telah diketahui secara umum bahwa India dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak menjadikannya Negara demokratis terbesar di dunia. Namun India tetap melakukan hubungan diplomatik yang semakin berkembang dalam aspek yang lebih luas dengan Negara di bawah rezim Junta seperti Myanmar. SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013 Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional