ABSTRAK [01] ANALISIS TES BAHASA INDONESIA DITINJAU

advertisement
Volume 2 Tahun 2009
ABSTRAK [01]
ANALISIS TES BAHASA INDONESIA DITINJAU DARI SEGI
PENDEKATAN KOMUNIKATIF DAN INTEGRATIF PADA SISWA
KELAS I SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI UBUD
Oleh :
Ni Putu Parmini, 2006
(Pembimbing : Prof. Dr. I Made Gosong, M.Pd,
Prof.r. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd.)
Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk
berkomunikasi. Karena itu pengajaran bahasa diarahkan agar siswa
terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Siswa
lebih banyak dilatih menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Tes bahasa digunakan sebagai mengukur kemampuan/keberhasilan
siswa berkomunikasi.
Sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah Atas tahun
2004, mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia haruslah
memperhatikan hakikat bahasa dan sastra sebagai sebuah sarana
komunikasi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Standar
kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia secara jelas telah ditunjukan pada rumusan standar
kompetensi yang kemudian akan dijabarkan menjadi kompetensi
dasar dan materi pembelajaran. Berdasarkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar disusunlah silabus mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia. Standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia
di Sekolah Menengah Atas tidak ditekankan pada penguasaan
sistemnya, melainkan pada kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia secara benar sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar
dan situasi tutur.
Dengan demikian, tes bahasa dan sastra Indonesia perlu
diarahkan pada kompetensi dasar dan situasi tutur, sehingga
pendekatan yang relevan digunakan adalah pendekatan komunikatif
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
1
Volume 2 Tahun 2009
dan integrative, karena pendekatan tersebut mengarahkan
kemampuan siswa berkomunikasi yang sebenarnya.
Asalah penelitian adalah kualitas tes formatif dan sumatif
ditinjau dari segi pendekatan komunikatif dan integrative serta
hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam menyusun tes
sesuai dengan pendekatan komunikatif dan integrative.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kualitas tes
formatif dan sumatif ditinjau dari segi pendekatan komunikatif dan
integrative dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang
dihadapi guru dalam menyusun tes berdasarkan pendekatan
komunikatif dan integrative.
Teori-teori yang melandasi penelitian ini adalah mengacu
pada teori tentang tes bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan
komunikatif dan integrative.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pendekatan empiris pengumpulan data tentang
kualitas tes ditinjau dari segi pendekatan komunikatif dan
integrative dilakukan dengan metode wawancara dan studi
dokumen.
Analisis data dilakukan dengan analisis non statistic dengan
langkah-langkah (1) deskripsi data, (2) kalsifikasi data, (3)
interpretasi data (4) penarikan kesimpulan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara umum, tes
formatif dan tes sumatif bahasa Indonesia yang digunakan siswa
kelas I, semester I dan II tahun 2004/2005 di SMA Negeri Ubud
kurang sesuai dengan pendekatan komunikatif dan integrative.
Secara khusus ada beberapa item yang memenuhi criteria
pendekatan komunikatif dan integrative. Hambatan-hambatan
yang dialami oleh guru dalam menyusun tes bahasa dan sastra
Indonesia adalah perasaan masih kurang memiliki wawasan dan
kemampuan dalam menyusun tes sesuai dengan situasi senyatanya
dan juga alokasi waktu yang tersedia terbatas.
Peneliti menyarankan agar tes dilakukan secara lisan dan
tertulis agar dapat mengukur kemampuan berkomunikasi yang
senyatanya.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
2
Volume 2 Tahun 2009
ABSTRAK [02]
PROSES BELAJAR-MENGAJAR MEMBACA PERMULAAN YANG
MENGGUNAKAN BUKU BACALAH, CARA CEPAT BELAJAR
MEMBACA DI KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 2 JAGARAGA
INDAH KECAMATAN KEDIRI LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN
2005/2006
Oleh :
Abdul Hapiz, 2007
(Pembimbing : Prof. Dr. I Made Gosong, M.Pd.,
Prof. Dr. Ida Bagus Putraysa, M.Pd.)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
belajar- mengajar membaca permulaan yang menggunakan buku
BCCBM di kelas I SDN 2 Jagaraga Indah Kediri Lombok Barat,
meliputi : aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar
membaca, hasil pengajaran membaca, dan factor-faktor pendukung
dan penghambat dalam proses belajar mengajar membaca. Untuk
mencapai tujuan penelitian digunakan rancangan deskriptif
kualitatif. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas I SDN 2
Jagaraga Indah Kediri Lombok Barat. Data yang diperlukan
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan tes
membaca. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode
deskriptif.
Berdasarkan analisis data, diketahui ; (1) aktivitas guru dan
siswa dalam proses belajar mengajar membaca menggunakan buku
BCCBM adalah dalam memberikan materi pelajaran membaca, guru
hanya mengajarkan pokok pelajaran, sedangkan bacaan selanjutnya
dibaca sendiri oleh siswa sambil dievaluasi oleh guru. Pada saat
latihan membaca, siswa tidak dituntun, akan tetapi cukup
ditunjukkan bacaan yang sejenis pada pokok pelajaran. Apabila
siswa mengalami kesulitan diberikan titian ingatan oleh guru atau
dibacakan seperlunya, (2) hasil pengajaran membaca yang
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
3
Volume 2 Tahun 2009
menggunakan buku BCCBM cukup baik, karena seluruh siswa bisa
membaca meskipun ada siswa yang nilainya tergolong cukup, (3)
factor-faktor pendukung dalam proses belajar mengajar dapat
dikategorikan menjadi factor internal siswa dan factor eksternal
siswa. Faktor internal menyangkut kematangan siswa untuk belajar
membaca dan buku BCCBM, sarana dan prasarana yang cukup
memadai, jumlah siswa tidak terlalu banyak, dan adanya
pengalaman siswa belajar membaca Al-qur’an dengan buku metode
iqra’ yang mirip dengan buku BCCBM. Adapun factor penghambat
adalah ada kecenderungan siswa saling mengganggu pada saat
belajar dan siswa yang sering tidak masuk, dapat mengganggu
target pencapaian materi pelajaran.
Bertitik tolak dari temuan, disampaikan saran (1) guru SDN 2
Jagaraga Indah diharapkan mempertahankan cara penyajian
pelajaran membaca permulaan yang menggunakan buku BCCBM,
(2) untuk meningkatkan prestasi dan kualitas membaca siswa, guru
diharapkan secara rutin mengevaluasi hasil belajar siswa, (3) untuk
mewujudkan pembelajaran yang efektif, guru hendaknya
menanamkan sikap disiplin kepada siswa di sekolah dan melakukan
kerjasama dengan orang tua/wali murid.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
4
Volume 2 Tahun 2009
ABSTRAK [03]
PERGESERAN BAHASA DIALEK MINORITAS NGGETO NGGETE
URBAN-MIGRAN DI MATARAM LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT
(NTB)
Oleh :
Amrullah, 2007
(Pembimbing : Prof. Dr. Sumarsono, M.Ed,
Prof. Dr. Razak Rudiyanto, M.Ed)
Penelitian ini mengenai pergeseran bahasa Sasak dialek
Nggeto-Nggete penutur minoritas urban-migran di kota Mataram
yang penutur aslinya berasal dari Suralaga, Sembalun, wanasaba
dan Dasan Lekong kabupaten Lombok Timur.
Peneliti ingin
mengetahui (1) bahasa apa yang digunakan oleh penutur minoritas
dialek Nggeto-Nggete pada ranah yang berbeda di kota mataram,
(2) factor-faktor apa yang menyebabkan pergeseran bahasa penutur
minoritas urban-migran penutur dialek Nggeto-Nggete di kota
Mataram, dan (3) sikap bahsa dan atau dialek penutur NggetoNggete terhadap dialek mereka.
Desain penelitian ini adalah suatu studi yang melihat kasus
pergeseran bahasa dengan subjek penelitian adalah penutur dialek
minoritas urban-migran nggeto-Nggete yang tempat tinggal mereka
tidak terkonsentrasi pada suatu tempat melainkan tersebar di tiga
kecamatan di kota Mataram dan sudah tinggal sejak 1980-an. Teori
pergeseran bahasa menyebutkan bahwa factor demografi
(demography factors) merupakan salah satu penyebab kuat dan
cepat terjadinya pergeseran bahasa. Dengan kata lain, resistensi
pergeseran bahasa lebih cepat terjadi pada area perkotaan
dibandingkan dengan area pedesaan (Holmes,1992). Data dalam
penelitian diperoleh dengan menggunakan (1) metode observasi,
(2) mendistribusikan kuesioner, (3) melakukan wawancara dan (4)
menggunakan teknik catat serta perekaman. Selanjutnya, data
dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
5
Volume 2 Tahun 2009
kuantitatif. Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori ranah dan teori pilihan bahasa (Fishman dalam Fasold, 1984).
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa : (a) pada
keenam ranah yang berbeda yaitu ranah keluarga, ranah agama,
ranah persahabatan, ranah ketetanggaan, ranah pemerintahan, dan
ranah pendidikan, ditemukan (1) penggunaan bahasa didominasi
oleh bahasa Indonesia dan Bahasa sasak(BS) dialek Meno-Mene, (2)
orang tua penutur dialek Nggeto-Nggete masih menggunakan dialek
Nggeto-Nggete dalam keluarga, khususnya antara ayah dan ibu,
akan tetapi (3) pada keenam ranah yang berbeda tersebut, tidak
ditemukan adanya penggunaan dialek Nggeto-Nggete, khususnya
pada anak-anak dari penutur dialek ini, (b) pergeseran bahasa yang
terjadi pada penutur dialek disebabkan oleh beberapa factor antara
lain : (1) tidak dipakainya dialek ini pada lingkungan dalam keluarga,
(20 orang tua penutur dialek ini tidak mentransfer dialek NggetoNggete pada anak-anak mereka, (3) pola pemukiman penutur dialek
Nggeto-Nggete yang terpencar di Mataram, (4) setidak-tidaknya
dari kenyataan yang terlihat, lingkungan bahasa dialek mayoritas
Meno-Mene kurang mendukung penggunaan dialekini, (5) tingginya
keinginan beradaptasi penutur dialek ini dengan lingkungan sekitar,
(6) rendahnya sikap positif penutur dialek ini terhadap mereka, dan
(7) rendahnya kesetiaan penutur dialek ini terhadap dialek mereka.
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh, peneliti
menyimpulkan bahwa (1) dialek Nggeto-Nggete pada kedua telah
mengalami kepunahan, (2) kepunahan bahasa dialek Nggeto-Nggete
ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain : (1) factor internal,
seperti (a) rendahnya sikap positif penutur dialek ini terhadap dialek
mereka, dan (b) rendahnya kesetiaan penutur dialek ini terhadap
dialek mereka, sehingga menyebabkan : tidak dipakainya dialek ini
pada lingkungan dalam keluarga dan orang tua penutur dialek ini
tidak mentransfer dialek Nggeto-nggete pada anak-anak merekadan
(2) factor eksternal, seperti (a) pola pemukiman penutur dialek
Nggeto-Nggete yang terpencar di Mataram, (b) tingginya keingginan
beradaptasi penutur dialek ini dengan lingkungan sekitar, dan (c)
setidak-tidaknya dari kenyataan yang terlihat, lingkungan bahasa
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
6
Volume 2 Tahun 2009
dialek mayoritas Meno-Mene kurang mendukung penggunaan
dialek ini.
ABSTRAK [04]
EVALUASI TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA
INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) BERDASARKAN KURIKULUM 2004 PADA SISWA
KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI SELONG LOMBOK TIMUR
Oleh :
Moh Irfan, 2006
(Pembimbing : Prof.Dr. Dewa Komang Tantra, M.Sc,
Dr. I Made Sutama, M.Pd)
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Selong telah menerapkan
Kurikulum 2004 dan menerapkan pula pendekatan “ Contextual
Teaching and Learning” (CTL). Masalah utama penelitian ini adalah
bagaimanakah penerapannya dalam pembelajaran menulis Bahasa
Indonesia pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Selong?.
Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi perencanaan,
pelaksanaan dan assesmen yang dilakukan oleh guru Bahasa
Indonesia dalam pembelajaran menulis dengan CTL di Madrasah
Aliyah Negeri Selong Kabupaten Lombok Timur. Teori yang
digunakan adalah CTL dalam pembelajaran menulis.
Data
dikumpulkan dengan teknik observasi langsung menggunakan
pedoman observasi yang telah divalidasi oleh pakar. Pedoman
observasi menggunakan skala penilaian, dalam hal ini skala likert
dengan mengeliminasi pilihan ketiga. Data dianalisis secara
deskriptif kuantitatif.
Hasilnya adalah perencanaan pembelajaran menulis dengan
prinsip-prinsip pendekatan CTL berada dalam kategori sesuai
dengan tingkat kesesuaian rata-rata 4,30, pelaksanaannya tergolong
ke dalam kategori sesuai, yaitu berada pada rata-rata 4,14 dan
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
7
Volume 2 Tahun 2009
assesmen juga tergolong ke dalam kategori cukup sesuai dengan
rata-rat 3,03. Dengan demikian, secara keseluruhan pembelajaran
menulis di MAN Selong termasuk ke dalam kategori sesuai dengan
CTL. Kesesuaian dengan rata-rata tertinggi ada pada persiapan,
kemudian disusul pelaksanaan dan rata-rata terendah ada pada
assesmen. Implikasinya adalah guru Bahasa Indonesia hendaklah
memberikan peluang dan ruang gerak yang bebas bagi para
siswanya dalam menuangkan ide-ide/gagasan ke dalam bentuk
tulisan berdasarkan pengalaman menjalin kerjasama yang penuh
dan kesadaran guna pengembangan potensi anak didik kea rah
pemahaman dan kemampuan menulis yang baik. Disarankan
kepada guru Bahasa Indonesia untuk meningkatkan pembelajaran
menulis dengan menambah tugas-tugas serta penentuan bahan
yang lebih bervariasi dengan alokasi waktu yang memadai.
ABSTRAK [05]
LANGUAGE ACQUISITION OF A HEARING CHILD BORN FROM DEAF
PARENTS IN A DEAF COMMUNITY OF BENGKALA VILLAGE,
KUBUTAMBAHAN, BULELENG BALI
Oleh :
Made Hery Santosa, 2006
(Pembimbing : Prof. Dr. Razak Rudiyanto, M.Ed,
Dr. I Ketut Seken, M.A.)
Penelitian ini mengenai pemerolehan bahasa oleh seorang
anak normal yang lahir pada orang tua tulibisu yang tinggal
dikomunitas tulibisu. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya
studi mengenai pemerolehan bahasa. Dengan bahasa, manusia bisa
berkomunikasi, mengekspresikan ide, maksud dan tujuan kepada
orang lain. Penelitian mengenai pemerolehan bahasa sebenarnya
telah dilakukan. Khususnya di Indonesia, beberapa studi telah
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
8
Volume 2 Tahun 2009
dilakukan, misalnya, oleh Dardjowidjojo (2000) dan raja (2003).
Namun, semuanya pada situasi yang normal. Terdapat juga suatu
situasi pemerolehan bahasa yang “tidak normal” yaitu pada anak
normal yang lahir pada orang tua tulibisu dan hidup dilingkungan
tulibisu. Berdasarkan hal tersebut, peneliti sangat tertarik untuk
meneliti bagaimana seorang anak yang normal, lahir pada orang tua
tulibisu dan hidup di lingkungan tulibisu, memeroleh bahasa
pertamanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemerolehan
bahasa dari seorang anak normal yang lahir pada orang tua tulibisu
yang hidup di lingkungan tulibisu di desa Bangkal Kubutambahan,
Buleleng, Bali, khususnya pada (1) pemerolehan fonologi, (2)
pemerolehan morfologi, (3) pemerolehan sintaksis, dan (4)
pemerolehan semantik.
Desain penelitian ini adalah studi kasus tunggal
observasional, dengan pendekatan etnografi.
Subjek utama
penelitian ini adalah Ni Luh Ayu Ratna Dewi, yang biasa dipanggil
Ayu. Subjek sekundernya adalah mereka, baik tulibisu maupun
normal, yang terlibat dalam suatu percakapan dimana suatu suatu
observasi dilakukan. Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun, dari
Januari 2005 sampai Januari 2006, sejak Ayu berumur 1,7 sampai
2,7 tahun. Data penelitian ini bersifat kualitatif, seperti catatan
lapangan, transkrip wawancara, foto, film, cameo, dokumendokumen resmi, di dukung oleh data kuantitatif. Data ini diperoleh
utamanya dari percakapan subjek penelitian dengan orang tua,
keluarga yang tulibisu dan kerabat atau orang lain yang normal.
Metode pengumpulan datanya adalah teknik simak-libat dan
didukung oleh wawancara mendalam. Instrumen kunci penelitian
ini adalah peneliti sendiri, dibantu oleh dua penerjemah (I1 dan I2),
dan satu orang petugas lapangan (F1). Penelitian ini juga didukung
oleh beberapa sumber data, seperti diari penelitian, jurnal, lembar
data dan alat-alat perekam seperti alat perekam video, dan kaset.
Pendukung lainnya adalah alat pemutar video, kamera digital dan
televise. Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan “ rich
interpretation”, analisis mendalam, dan triangulasi.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________
9
Volume 2 Tahun 2009
Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum,
subjek penelitian ini mengikuti prinsip universal pemerolehan
bahasa ketika memeroleh bahasa Bali berikut aspek-aspeknya. Hal
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
Dalam pemerolehan fonologi, Ayu memeroleh tujuh vocal
yaitu ,*i+, *ε], [ә], [u], [o], dan [ ]}, tiga kluster vocal, yaitu [ai], [ae],
dan [au] dan empat kluster vocal yang disisipi semivowel[y] dan [w]
(epenthesis), yaitu [ia], [ua], [eo], dan [iu], satu vocal bertututan,
yakni [aa], dan delapan belas konsonan, yaitu {[p], [b], [t], [d], [k],
[g+, *?+, *s+, *h+, *c+, *j+, *m+, *n+, *Ŋ+, *ŋ+, *l+, *w+, dan *y+-. Peneliti
percaya bahwa pemerolehan fonologi bahasa bali Ayu akan
bertambah seiring umurnya. Meskipun beberapa fitur yang
diperoleh Ayu tidak sama dengan subjek lainnya, seperti Echa dan
Mika, secara biologis, pemerolehan fonologi mereka dapat
dikatakan mirip, dimana mereka mampu memeroleh dan
memproduksi suatu aspek tertentu ketika organ fisiologis mereka
“matang” atau “siap”.
Dalam pemerolehan morfologi, Ayu mampu memeroleh
empat afiks, dua sufiks{-an}, {-in} dan dua prefix {a-}, {ma-}. Ia
mampu memeroleh sufiks tersebut lebih awal dari prefix. Ini sejalan
dengan prinsip universal pemerolehan afiks dimana focus utama
anak-anak pada konsep semantic atau makna suatu kata biasanya
ditujukan pada posisi akhirsuatu kata atau ujaran sehingga makna
lebih mudah ditangkap (Slobin, 1973 in Dardjowidjojo, 2000 : 171).
Dalam pemerolehan sintaksis, terekam bahwa sintaksis Ayu
mengikuti urutan universal, dari ujaran satu kata, ke ujaran dua
kata, dan ujaran tiga kata. Dalam hal jenis kalimat yang diperoleh,
Ayu memeroleh interogatif, imperative, eksklamatif, dan deklaratif.
Ia juga mampu memproduksi angka, kata keterangan, dan kata
depan. Tetapi terdapat beberapa hal yang berbeda juga dari
prinsip-prinsip pemerolehan bahasa universal. Ayu menjalani
periode transisi. Ia juga tidak terekam memeroleh ujaran multi
kata. Meskipundemikian, ia mampu memformulasikan klausa
sederhana dengan menggunakan urutan kata dan morfem
infleksional untuk menyampaikan informasi.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 10
Volume 2 Tahun 2009
Pada pemerolehan semantic, Ayu mampu memproduksi
makna-makna leksikal dan juga makna-makna abstrak-relasional
dalam bentuk case grammar, semantic relations, and semanticsyntactic relations. Akan tetapi, tidak semua hubungan makna
tersebut dapat diperoleh Ayu.
Hubungan makna seperti
“coordination/additive”, “temporal”, “denial”, “existence” belum
dikuasainya karena memerlukan pemahaman yang lebih lanjut
mengenai hubungan relasional yang lebih kompleks.
Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah bahwa Ayu
telah menjalani proses pemerolehan bahasa pertama yang
universal, meliputi pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantic. Prinsip universalitas ini meliputi beberapa hal, yaitu
urutan pemerolehan, jadwal biologis pemerolehan, piranti
pemerolehan bahasa (LAD), bahasa dengan karakteristik yang
spesifik, dan lingkungan. Ayu juga terekam memeroleh beberapa
ujaran dalam kata kolok, dimana peneliti yakin pemerolehan
tersebut akan membantunya untuk berkomunikasi secara efektif
dengan lingkungan tulibisunya. Generalisasi dari penelitian ini
adalah bahwa secara kronologis jadwal biologis setiap anak akan
berbeda-beda dalam memeroleh bahasa. Sepanjang organ fisiologis
mereka sudah matang dan siap, mereka akan mampu memperoleh
aspek-aspek suatu bahasa. Khususnya pada anak-anak normal yang
lahir pada orang tua tulibisu di Bengkala, sepanjang kondisinya
mirip, peneliti ybahwa anak-anak tersebut akan menjalani tahapan
dan proses yang sama seperti Ayu jalani ketika memeroleh bahasa
Bali sebagai bahasa pertama, dan kata kolok.
Saran yang bisa disampaikan meliputi dua hal, yaitu pada
penggunaan pendekatan-pendekatan yang lebih mutakhir dan
relevan, dan perluasan topic, seperti pemerolehan leksikon,
pemerolehan pragmatic, pemerolehan wacana, kedwibahasaan, dan
input. Peneliti yakin hal ini akan bermanfaat bagi perkembangan
ilmu linguistic, khususnya psikolinguistik di Indonesia dan dunia.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 11
Volume 2 Tahun 2009
ABSTRAK [06]
TINDAK TUTUR YANG DIPRODUKSI DALAM PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Oleh :
Majid Wajdi, 2007
(Pembimbing : Prof. Dr. Sumarsono, M.Ed,
Prof. Drs. Dewa Komang Tantra, M.Sc, Ph.D)
Berbicara dengan menggunakan bahasa adalah melakukan
tindak tutur, tindak seperti membuat pernyataan, memberikan
perintah, mengajukan pertanyaan, membuat janji dan lain
sbagainya.
Sewaktu seseorang mengkomunikasikan gagasangagasannya dengan orang lain berarti ia mengekspos tindak tutur.
Kita tidak bisa menghindari penggunaan tindak tutur sewaktu
berbicara, menjelaskan, menyampaikan informasi, memperlihatkan
perasaan-perasaan kita dan lain sebagainya. Dalam skala yang lebih
luas, bahasa atau tindak tutur yang digunakan guru dan siswa
menentukan apa yang dipelajari dan bagaimana pembelajaran
berlangsung. Beberapa pakar pengajaran bahasa menegaskan
bahwa siswa harus mendapatkan kesempatan yang signifikan untuk
mengintegrasikan bahasa lisan dan tulis dalam ruang kelas, karena
pengalaman ini mendukung dan mendorong perkembangan melek
bahasa.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mendeskripsikan,
menjelaskan, dan menganalisis (1) tipe-tipe tindak tutur yang
diproduksi baik oleh guru maupun siswa, (2) fungsi-fungsi umum
tindak tutur, (3) fungsi-fungsi instruksional tindak tutur dan analisis
tindak tutur yang diproduksi dalam pengajaran dan pembelajaran
bahasa inggris sebagai bahasa asing.
Latar tempat dilaksanakan penelitian ini adalah SMA TR
Denpasar, dilaksanakan terhadap seorang guru yang mengajar satu
kelas siswa kelas dua. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif melalui prosedur observasi. Peneliti sendiri sebagai
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 12
Volume 2 Tahun 2009
insrtumen utama dalam pengumpulan data, dengan menggunakan
alat rekam (tape recorder dan handicam) untuk merekam aktivitas
kelas selama pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris.
Jumlah constatives adalah 357 ujaran, 257 ujaran yang
diproduksi guru dan 100 ujaran diproduksi siswa. Directives muncul
sebanyak 250 ujaran, 243 ujaran diproduksi guru dan sisanya 7
ujaran oleh siswa. Ditemukan produksi commissives sebanyak 34
ujaran :
2 ujaran guru dan 32 ujaran siswa, disusul
acknowledgments sebanyak 4 ujaran, semua diproduksi siswa.
Didactives sebanyak 64 ujaran (correct, repeat, dan evaluate)
diproduksi guru dan siswa.
Fungsi umum tindak tutur constatives adalah fungsi
assertive, informatives, descriptive dan responsive. Directives
digunakan sebagai fungsi requestives, advisories, prohibitive, dan
requirements. Commissives digunakan untuk mengekspresikan
fungsi promises (janji) dan offer (penawaran). Acknowledgments
digunakan untuk melakukan fungsi greet (salam) dan thank (terima
kasih).
Didactives digunakan untuk mengekspresikan fungsi
disputives, descriptive, informatives dan confirmatives.
Fungsi instruksional tindak tutur constatives, directives,
commissives, dan didactives adalah fungsi kontrol dan organisasi.
Acknowledgments digunakan untuk mengekspresikan fungsi
motivasi atau evaluasi.
Temuan penelitian memperlihatkan bahwa aktivitas
pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris yang melibatkan dua
pelaku, guru dan siswa, berbeda berkaitan dengan distribusi waktu
bicara. Guru mengambil 79% waktu bicara; sedangkan sisanya
distribusi waktu bicara siswa sebesar 21%. Ada dua puluh orang
siswa dalam ruang kelas yang sedang belajar bahasa Inggris
dengantopik speaking.
Ini berarti bahwa setiap siswa hanya
mengambil dan memanfaatkan kesempatan untuk memproduksi
satu ujaran selama waktu belajar 70 menit. Tampaknya kebanyakan
siswa senang memposisikan dirinya dalam peran tidak aktif, dan
kebanyakan siswa merasa senang dengan segala inisiatif yang
diperankan guru. Dilihat dari persentase waktu bicara, terlihat
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 13
Volume 2 Tahun 2009
dengan jelas bahwa siswa yang melakukan listening, sedangkan
sebaliknya guru yang melakukan kemampuan lisan speaking.
ABSTRAK [07]
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PROSES
BELAJAR-MENGAJAR BAHASA INGGRIS DI KELAS II SMPN I KUTA
UTARA DAN SMP BUDI UTAMA KEROBOKAN BERDASARKAN
KURIKULUM 2004
Oleh :
Ni Nyoman Yuliantini, 2007
(Pembimbing : Prof. Dr. I made Gosong, M.Pd,
Drs. I Wayan Suarnajaya, MA, Ph.D)
Penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk
menjawab sejumlah pertanyaan mengenai hambatan-hambatan
yang dihadapi oleh siswa dalam belajar bahasa Inggris, menyangkut
motivasi atau dukungan yang diberikan para orang tua terhadap
anak mereka dalam belajar bahasa Inggris, kendala-kendala yang
dihadapi guru-guru pengajar bahasa Inggris di sekolah, dan
menyangkut keadaan sarana penunjang pengajaran bahasa Inggris
serta daya dukung lainnya.
Sejumlah 530 responden dipilih sebagai sampel penelitian,
261 orang diantaranya adalah para siswa SMP kelas II yang
mendapatkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di
sekolahnya, sedangkan 261 orang lainnya adalah orang tua/wali
para siswa tersebut. Enam orang adalah merupakan guru-guru
pengajar bahasa Inggris para siswa yang menjadi responden, dan 2
orang lagiadalah kepala sekolah dari masing-masing sekolah.
Pengambilan sampel untuk siswa dan orang tua siswa dilakukan
dengan teknik “ random sampling”. Populasi guru yang berjumlah 6
orang dan kepala sekolah yang berjumlah 2 orang langsung menjadi
sampel. Data dikumpulkan dengan tiga buah kuesioner berbeda
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 14
Volume 2 Tahun 2009
yang masing-masing diperuntukan bagi siswa, orang tua siswa, dan
guru pengajar bahasa Inggris. Untuk kepala sekolah dilakukan
wawancara/interview dengan menggunakan pedoman wawancara.
Data yang terkumpul diolah secara deskriptif, kemudian dibahas
dan disajikan dalam bentuk persentase.
Berdasarkan hasil
pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut : (a)
para siswa mengalami kendala dalam belajar bahasa Inggris,
sebagian besar mengakui bahasa Inggris merupakan pelajaran yang
sulit, namun mereka mengakui kemampuannya cukup baik. (b)
motivasi orang tua kepada putra-putri mereka cenderung kurang,
menyangkut sarana penunjang yang disediakan dalam kegiatan
belajar-mengajar belum begitu lengkap. (c) belum semua responden
(guru) memiliki silabus, 4 dari 6 responden menyatakan kesulitan
memahami dan menjabarkan tujuan pengajaran yang termuat
dalam silabus, semua guru memiliki latar belakang pendidikan
bahasa Inggris, pengalaman dalam mengikuti penataran/pelatihan
tentang PBM dan silabus masih sangat kurang (d) semua sekolah
memiliki perpustakaan, namun koleksi buku-buku dan majalah
berbahasa Inggris yang ada masih sangat kurang, sedangkan sarana
untuk lab bahasa pengadaannya masih diusahakan.
ABSTRAK [08]
CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA TULIS SISWA KELAS
VII SMP DAN MTs. MU’ALLIMAT NW ANJANI KECAMATAN
SURALAGA LOMBOK TIMUR
Oleh :
Baiq Wahidah, 2007
(Pembimbing : Prof. Dr. Sumarsono, M.Ed, Prof. Dr. I Nengah
Martha, M.Pd)
Pemakaian bahasa campuran di Indonesia kerap ditemukan
baik di luar lingkungan pendidikan maupun di dalamnya.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 15
Volume 2 Tahun 2009
Penggunaan bahasa dalam berbagai kegiatan pendidikan, seperti
dalam pembelajaran di sekolah oleh siswa, sering terjadi
pencampuran bahasa antara bahasa daerah (BD) dengan bahasa
Indonesia (BI), termasuk bahasa Sasak (BS) baik berkomunikasi
dengan guru, kawan, pegawai sekolah, dan yang lainnya. Lebih
tepatnya lagi ketika siswa di dalam kelas baik secara lisan maupun
tulisan. Pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji bagaimana
penggunaan bahasa Indonesia siswa dalam karangan resmi yang
menggunakan EYD dapat bercampur dengan unsure-unsur bahasa
lain, apakah itu BS, bahasa asing (BA), ataukah ragam bahasa yang
lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
objektif tentang bentuk-bentuk dan macam-macam campur kode
bahasa Indonesia tulis siswa kelas VII SMP dan MTs Mu’allimat NW
Anjani Kecamatan Suralaga dan untuk mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya sampur kode dalam bahasaIndonesia
tulis tersebut. Penelitian ini menggunakan teori dari Thelendar
untuk menganalisis bentuk-bentuk campur kode dan macammacam campur kode, sedangkan untuk penyebab campur kode
akan peneliti sesuaikan dengan teori Berk tentang factor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Hasil penelitian menunjukkan adanya unsure bahasa lain
dalam pemakaian bahasa Indonesia tulis siswa seperti bahasa Sasak,
Bahasa inggris, Bahasa Arab, dan bahasa ragam nonbaku atau
bahasa ‘gaul’. Bentuk-bentuk campur kode ada yang berbentuk
kata, yaitu kata dasar, kata majemuk, kata berimbuhan dan
kelompok kata yaitu frase. Macam-macam campur kode yang
ditemukan campur kode dalam, campur kode luar, dan campur
kode campuran. Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode
disebabkan oleh aspek eksternal dan internal. Aspek eksternal
ditentukan oleh factor kebiasaan penutur/kedwibahasaan, kondisi
lingkungan, kondisi lingkungan, kognisi (kecerdasan siswa), factor
keinginan untuk menjelaskan, dan factor pengalaman. Sedangkan
aspek internal ditentukan oleh factor ragam, kurangnya kosakata
dalam bahasa Indonesia, kesederhanaan struktur.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 16
Volume 2 Tahun 2009
ABSTRAK [09]
KEAKURATAN HEMISFER MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA
INGGRIS UNIVERSITAS MATARAM DALAM MENGIDENTIFIKASI
TOPIK KELOMPOK KATA-KATA BAHASA INGGRIS BERASOSIASI
YANG DISIMAK
Oleh :
Arifuddin
(Pembimbing : Prof. Dr. Sumarsono, M.Ed,
Dr. I Ketut Seken, MA)
Pengalaman menunjukkan bahwa keterampilan menyimak
paling sulit. Sjana, dkk., (2003:23) menemukan bahwa keterampilan
menyimak mahasiswa pendidikan bahasa Inggris (selanjutnya
disingkat PBI) FKIP Universitas Mataram rendah. Keterampilan
menyimak berkaitan dengan kapasitas berbahasa hemisfer.
Hemisfer kiri memfokuskan pada opeasi analitis, sedangkan
hemisfer kanan berfungsi dalam mengenali emosi, wajah dan
struktur sesuatu secara global atau holistic (dePoter and Hernacki,
2003:39). Temuan ini tidak memperlihatkan adanya peran jenis
kelamin dalam fungsi bahasa otak.
Masalah penelitian ini mencakup : a) Adakah perbedaan
yang signifikan antara keakuratan identifikasi topik kelompok katakata berasosiasi yang disimak (selanjutnya disingkat kkbs) masingmasing melalui telingan kanan, telinga kiri, dan telinga kanan-kiri?,
b) Adakah perbedaan yang signifikan keakuratan identifikasi topik
kkbs antara mahasiswa perempuan dan laki-laki?, c) Adakah
interaksi antara pelibatan hemisfer dan jenis kelamin mahasiswa
dalam mempengaruhi keakuratan identifikasi topik kkbs?, d)
Mengapa mahasiswa menyukai penggunaan telinga tertentu?.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan : a) Perbedaan yang
signifikan antara keakuratan identifikasi topik kelompok kata-kata
berasosiasi yang disimak masing-masing melalui telinga kanan,
telinga kiri, dan telinga kanan-kiri;
b) Perbedaan yang
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 17
Volume 2 Tahun 2009
signifikan keakuratan identifikasi topik kkbs antara mahasiswa
perempuan dan laki-laki; c) Interaksi antara pelibatan hemisfer dan
jenis kelamin dalam identifikasi topic kkbs; d) Efektivitas pelibatan
hemisfer dengan pilihan pelibatan hemisfer atau telinga, dan alas an
penggunaan telinga.
Data dikumpulkan melalui tes dan wawancara terhadap 60
mahasiswa PBI FKIP Universitas Mataram, 30 mahasiswa masingmasing jenis kelamin. Data dianalisis dengan “ANOVA Dua Jalur”
yang diikuti “ Tukey HSD Procedure”, χ2, dan Analisis Kualitatif.
Ditemukan : a) Ada perbedaan yang signifikan keakuratan dalam
identifikasi topic kkbs melalui masing-masing telinga kanan, telinga
kiri, dan telinga kanan-kiri; b) Ada perbedaan yang signifikan antara
keakuratan hemisfer mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan dalam mengidentifikasi topic kkbs; c) Ada interaksi
antara pelibatan hemisfer dan jenis kelamin mahasiswa dalam
mempengaruhi keakuratan mengidentifikasi topic kkbs; d) Alasan
penggunaan telinga hanya berdasarkan pada kejelasan,
kenyaringan, konsentrasi, kebiasaan, dan kesukaan orang lain.
Masih perlu kajian yang lebih komprehensif tentang keterampilan
menyimak berbasis jenis kelamin.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 18
Volume 2 Tahun 2009
ABSTRAK [10]
PENGGUNAAN STRATEGI KOMUNIKASI OLEH PEBELAJAR
INDONESIA BELAJAR BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA ASING
DALAM INTERAKSI DI KELAS SELAMA PELAJARAN BAHASA INGGRIS
(Studi Kasus pada Kelas XI Jurusan Bahasa di SMA Negeri 1
Singaraja)
Oleh :
Tobias Gunas, 2008
(Pembimbing : Prof. Dr. I Ketut Seken, M.A.,
Dr. I Made Sutama, M.Pd.)
Penelitian ini mengungkap penggunaan strategi komunikasi
oleh pebelajar kelas XI dalam interaksi di kelas selama pelajaran
bahasa Inggris, yang dalam penelitian ini disebut Indonesian EFL
learners. Penelitian ini bertujuan mengungkap penggunaan tipe-tipe
strategi komunikasi, frekuensi penggunaannya, dan alasan
penggunaan tipe strategi komunikasi tertentu. Penelitian ini
menggunakan rancangan deskriptif-kualitatif, terutama studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan dan
wawancara, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan
perekaman (tape-recording) dan pencatatan lapangan (note-taking).
Analisis data dilakukan berdasarkan teori strategi komunikasi dan
model taksonomi Tarone (1980).
Penelitian ini mengungkap beberapa temuan yang
berhubungan dengan (1) tipe-tipe strategi komunikasi, (2) frekuensi
penggunaan, dan (3) alasan penggunaan tipe strategi komunikasi
tertentu. Pertama, subjek (Indonesian EFL learners) menggunakan
delapan tipe strategi komunikasi, yaitu: topic avoidance, message
abandonment, approximation, literal translation, language switch,
mime, simplification, dan time-gaining/stalling. Enam tipe tergolong
dalam taksonomi Tarone, sedangkan dua tipe lainnya, yakni
simplication dan time-gaining/stalling, merupakan temuan baru
dalam penelitian ini. Kedua, berdasarkan frekuensi penggunaan,
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 19
Volume 2 Tahun 2009
literal translation adalah 19%. Time-gaining/stalling adalah 18 %.
simplification adalah 17%. Topic avoidance adalah 15%. Message
abandonment adalah 12%. Language switch adalah 8%.
Approximation adalah 6%. Mime adalah 5%. Jadi, literal translation
berada pada level frekuensi lebih tinggi dari tipe-tipe strategi
komunikasi lainnya. Time-gaining dan simplification berada pada
frekuensi sedang. Topic avoidance dan message abandonment
berada pada frekuensi rata-rata. Mime, language switch, dan
approximation lebih rendah. Ketiga, ada beberapa alasan yang
menyebabkan penggunaan delapan tipe strategi komunikasi dalam
interaksi di kelas, yaitu: kurangnya kosa kata dan terbatasnya
pengetahuan bahasa sasaran (EFL), konteks interaksi, tipe tugas,
dan efek sumber masalah, selain karena kurangnya perbendaharan
kosakata dan keterbatasan pengetahuan tentang struktur bahasa
sasaran.
Berdasarkan temuan tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa subjek menggunakan delapan tipe strategi komunikasi untuk
mengatasi kesulitan atau masalah (kosa kata atau tata bahasa
Inggris) yang muncul dalam interaksi di kelas. Tipe-tipe strategi
komunikasi tersebut berorientasi pada masalah (problem-based)
dan pada tugas (task-based). Penggunaan delapan strategi
komunikasi tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, seperti
konteks interaksi, tipe tugas, efek masalah, dan kurangnya kosa kata
serta keterbatasan pengetahuan tentang struktur bahasa sasaran.
Implikasinya adalah bahwa pebelajar Indonesia harus didorong
untuk terlibat aktif dalam interaksi di kelas, dimana mereka belajar
mengungkapkan atau menegosiasi makna dalam bahasa sasaran.
Mereka harus dimotivasi untuk menggunakan bahasa sasaran (EFL)
dalam interaksi di kelas. Untuk penelitian masa mendatang, isu
mengenai penggunaan strategi komunikasi tentu bukanlah satu
kasus tunggal, melainkan masih banyak aspek yang dapat diteliti,
seperti faktor konteks interaksi, tipe tugas dan lain sebagainya.
Abstrak Pendidikan Bahasa____________________________________ 20
Download