7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler & Keller (2009:5) Pemasaran (marketing) adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Definisi sosial dari Pemasaran menurut Kotler & Keller (2009 : 5) adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. American Marketing Association (AMA) menawarkan definisi format berikut : Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkain proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Rangkuti (2008:48) dalam bukunya menyebutkan bahwa pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. 7 8 2.1.1 Konsep-konsep Inti Pemasaran Menurut Kotler & Keller (2009:12-15), ada beberapa konsep-konsep inti dalam pemasaran, yaitu : a. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia. Orang membutuhkan udara, makanan, air, pakaian, dan tempat tinggal untuk dapat bertahan hidup. Orang juga memiliki kebutuhan yang kuat akan rekreasi, pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan-kebutuhan ini menjadi keinginan ketika diarahkan ke objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Permintaan adalah keinginan akan produk-produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar. Lima (5) tipe kebutuhan : 1. Kebutuhan yang dinyatakan 2. Kebutuhan yang sebenarnya 3. Kebutuhan yang tidak dinyatakan 4. Kebutuhan kesenangan 5. Kebutuhan rahasia b. Pasar Sasaran, Positioning, dan Segmentasi Membagi-bagi pasar ke dalam segmen-segmen lalu mengidentifikasikan segmen pasar tersebut kemudian memutuskan segmen mana yang memberikan peluang terbesar. Segmen itulah yang akan menjadi pasar sasarannya. Untuk setiap segmen, perusahaan mengembangkan suatu 9 penawaran pasar yang diposisikannya di dalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan utama. Perusahaan akan mencapai hasil yang lebih baik jika mereka memilih pasar sasarannya dengan cermat serta mempersiapkan program pemasaran yang sesuai. c. Penawaran dan Merek Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan sebuah proposisi nilai (value proposition), yaitu serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Proposisi nilai yang sifatnya tidak berwujud tersebut dibuat menjadi berwujud dengan suatu penawaran. Penawaran dapat berupa suatu kombinasi produk, jasa, informasi, dan pengalaman. Merek (brand) adalah suatu penawaran dari sumber yang diketahui. d. Nilai dan Kepuasan Penawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasaan kepada pembeli sasaran. Nilai mencerminkan sejumlah manfaat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan biaya yang dipersepsikan oleh pelanggan. Nilai adalah kombinasi kualitas, pelayanan, dan harga (“qsp”), yang disebut juga “tiga elemen nilai pelanggan”. Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa. Jika kinerja produk sesuai ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi ekspektasi, pelanggan tersebut senang. 10 e. Saluran Pemasaran Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga (3) jenis saluran pemasaran, yaitu : 1. Saluran komunikasi, menyampaikan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran ini mencakup surat kabar, majalah, radio, televisi, surat, telepon, papan iklan, poster, flier, CD, kaset rekaman dan Internet. Selain itu, pesan dengan ekspresi wajah dan pakaian, tampilan toko eceran dari perusahaan, tampilan situs Internet. Pemasar semakin banyak menggunakan saluran dua arah seperti e-mail, blog, dan nomor layanan bebas pulsa, dibandingkan saluran satu arah seperti iklan. 2. Saluran distribusi, pemasar menggunakan saluran ini untuk menggelar, menjual, atau menyampaikan produk fisik atau jasa kepada pelanggan atau pengguna, Saluran distribusi mencakup distributor, pedagang grosir, pengecer, dan agen. 3. Saluran layanan, pemasar menggunakan saluran ini untuk melakukan transaksi dengan calon pembeli. Saluran layanan mencakup gudang, perusahaan transportasi, bank, dan perusahaan asuransi yang membantu transaksi, f. Rantai Pasokan Rantai pasokan (supply chain) adalah saluran yang lebih panjang yang membentang dari bahan mentah hingga komponen sampai produk akhir yang dihantarkan ke pembeli akhir. 11 g. Persaingan Persaingan mencakup semua penawaran dan produk substitusi yang ditawarkan oleh pesaing, baik yang aktual maupun yang potensial, yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli. h. Lingkungan Pemasaran Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan luas. Lingkungan tugas mencakup para pelaku yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosi penawaran. Termasuk didalamnya adalah perusahaan, pemasok, distributor, dealer, dan pelanggan sasaran. Dalam kelompok pemasok terdapat pemasok bahan dan pemasok layanan, seperti lembaga riset pemasaran, agen periklanan, bank dan perusahaan asuransi, perusahaan transportasi, dan perusahaan telekomunikasi. Distributor dan dealer mencakup agen, pialang, perwakilan manufaktur, dan pihak lain yang membantu menemukan dan menjual ke pelanggan. Lingkungan luas terdiri atas enam (6) komponen, yaitu : lingkungan demografis, lingkungan ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan teknologi, lingkungan politik-hukum, dan lingkungan sosial budaya. 2.1.2 Unsur-unsur Utama Pemasaran Menurut Rangkuti dalam bukunya (2008 : 48-50), unsur-unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu : a. Unsur Strategi Persaingan Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 12 1. Segmentasi Pasar Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tersendiri. 2. Targeting Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. 3. Positioning Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. b. Unsur Taktik Pemasaran Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu : 1. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain. 2. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat. 13 c. Unsur Nilai Pemasaran Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Sebaiknya perusahaan senantiasa berusaha meningkatkan brand equity-nya. Jika brand equity ini dapat dikelola dengan baik, perusahaan yang bersangkutan setidaknya akan mendapatkan dua hal. Pertama, para konsumen akan menerima nilai produknya. Mereka dapat merasakan semua manfaat yang diperoleh dari produk yang mereka beli dan merasa puas karena produk itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua, perusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek, yaitu peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing, dan efisiensi serta efektivitas kerja khususnya pada program pemasarannya. 2. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu terus-menerus ditingkatkan. 3. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 14 2.2 Pengertian Jasa / Service Menurut Kotler dan Keller (2006:372) definisi jasa adalah sebagai berikut : “A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It’s production may or may not be tied to physical product”. Dari pengertian diatas, jasa adalah tindakan atau performa yang bersifat tidak dapat dilihat dan tidak pihak lain. Produksinya bisa berkaitan ataupun tidak berkaitan dengan suatu barang. Dapat disimpulkan bahwa jasa adalah setiap tindakan atau aktifitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik (Intangible), pelanggan terlibat secara aktif dalam proses jasa dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Pelayanan merupakan bagian dari jasa. Adapun Jasa dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu : 1. Jasa yang berpangkal pada manusia, dan 2. Jasa yang berpangkal pada peralatan Terdapat empat karakter yang dimiliki produk jasa dibandingkan produk yang berupa barang (Kotler dan Armstrong, 2003:368) : a. Ketidakberwujudan jasa berarti jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli; b. Ketidakterpisahkan jasa berarti jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, baik penyediaannya adalah manusia maupun mesin; 15 c. Keberubah-ubahan jasa berarti bahwa kualitas jasa tergantung pada siapa yang memberikan demikian pula kapan, dimana, dan bagaimana jasa itu diberikan; d. Ketidaktahanlamaan jasa berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan pada waktu yang akan datang. Pemahaman terhadap kenyataan bahwa jasa adalah kinerja atau proses dan bukan merupakan obyek adalah langkah awal untuk lebih memahami jasa itu sendiri, hal ini terutama untuk klasifikasi jasa yang sangat sedikit berhubungan dengan peralatan atau equipment. Jasa lebih merupakan kinerja atau prestasi dan pengalaman dari bentuk obyek, maka spesifikasi serta manufaktur yang tepat mengenai keseragaman kualitas sangat sulit untuk ditentukan. 2.3 Pengertian Layanan Purna Jual Menurut Kotler (2002) After Sales Service (pelayanan purna jual) adalah segala kegiatan yang dapat membantu usaha memaksimalkan kepuasan pelanggan setelah mereka memilih produk dan menggunakan produk. Dalam menyediakan layanan, sebagian besar perusahaan bergerak maju melalui serangkaian tahap. Perusahaan manufaktur pada umumnya mulai dengan menjalankan departemen suku cadang dan jasa. Kenyataannya, banyak produsen peralatan menetapkan harga peralatan yang rendah dan mengkompensasikan dengan membebankan harga tinggi untuk suku cadang dan jasa. 16 Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas : Layanan purna jual adalah jasa yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumennya setelah transaksi penjualan dilakukan sebagai jaminan mutu untuk produk yang ditawarkannya. 2.3.1 Tujuan Layanan Purna Jual Layanan purna jual dimaksudkan untuk menjaga minat konsumen atau calon konsumen dan memperluas sikap positif dari keunggulan produk yang telah dijanjikan. Tujuan dari layanan purna jual tersebut menurut wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ada 3 (tiga), yaitu : 1. Menumbuhkan kepuasan, kekaguman, rekomendasi dan diatas semuanya pembelian ulang. 2. Menciptakan kepercayaan, keyakinan diri, dan reputasi. 3. Mengungkapkan garansi dengan persyaratan termasuk penjelasan tentang suku cadang (bila ada) secara terbuka. 2.4 Pengertian Pelayanan Pelanggan Perusahaan-perusahaan sering kali memiliki perspektif yang berbeda mengenai layanan pelanggan. Banyak studi yang menunjukkan bahwa beragam pandangan muncul mengenai definisi layanan pelanggan dalam konteks jasa. 17 Segala kegiatan yang dibutuhkan untuk menerima, memproses, menyampaikan dan memenuhi pesanan pelanggan dan untuk menindaklanjuti setiap kegiatan yang mengandung kekeliruan. Ketepatan waktu dan reliabilitas penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan sesuai harapan mereka. Serangkaian kegiatan yang meliputi semua bidang bisnis yang terpadu untuk menyampaikan produk-produk dan jasa-jasa perusahaan tersebut sedemikian rupa sehingga dipersepsikan memuaskan oleh pelanggan dan yang merealisasikan pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Penyampaian produk dan jasa yang dipesan pelanggan secara tepat waktu dan akurat dengan tindak lanjut dan tanggapan keterangan yang akurat, termasuk pengiriman tagihan secara tepat waktu. 2.5 Pengertian Pembelian Organisasi Webster dan Wind (dalam Manajemen Pemasaran, Kotler & Keller : 2009) mendefinisikan pembelian organisasi (organizational buying) sebagai proses pengambilan keputusan dimana melalui proses ini organisasi formal menetapkan apakah mereka perlu membeli produk dan jasa dan mengidentifikasi, mengevaluasi, serta memilih antara merek dan pemasok yang ada. Pasar bisnis (business market) terdiri dari semua organisasi yang mendapatkan barang dan jasa yang digunakan untuk membuat produk atau jasa lain yang kemudian dijual, disewakan, atau dipasok ke organisasi lain. 18 Industri utama yang termasuk di dalam pasar bisnis adalah pertanian, perhutanan, dan perikanan; pertambangan; manufaktur; konstruksi; transportasi; komunikasi; utilitas publik; perbankan; keuangan; dan asuransi; distribusi; serta jasa. Dibandingkan pasar konsumen, pasar bisnis biasanya mempunyai pembeli yang lebih sedikit namun lebih besar. Hubungan pelanggan-pemasok yang lebih dekat, dan pembeli yang lebih terkonsentrasi secara geografis. Permintaan dalam pasar bisnis diturunkan dari permintaan di pasar konsumen dan berfluktuasi tergantung siklus bisnis. Meskipun demikian, total permintaan untuk banyak barang dan jasa bisnis dapat dikatakan tidak elastis terhadap harga. Pemasar bisnis harus menyadari peran pembeli profesional dan pihak yang mempengaruhi mereka, perlu dilakukannya telepon penjualan, dan arti penting pembelian langsung, keuntungan bagi kedua belah pihak, dan penyewaan jangka panjang (leasing). 2.6 Pengertian Pusat Pembelian dalam Pasas Bisnis Webster dan Wind menyebut unit pengambilan keputusan dari organisasi yang membeli/pembelian sebagai pusat pembelian (dalam Manajemen Pemasaran, Kotler & Keller : 2009). Pusat pembelian terdiri dari pencentus, pengguna, influencer, pengambil keputusan, pemberi persetujuan, pembeli, dan penjaga gerbang. Untuk mempengaruhi pihak-pihak ini, pemasar harus menyadari faktor lingkungan, organisasional, antar-pribadi, dan individual. 19 2.6.1 Proses pembelian dalam Pasar Bisnis Proses pembelian terdiri dari delapan tahap yang disebut dengan fase pembelian, terdiri dari : 1. Pengenalan masalah 2. Deskripsi kebutuhan umum 3. Spesifikasi produk 4. Pencarian pemasok 5. Pengumpulan proposal 6. Pemilihan pemasok 7. Spesifikasi pesanan-rutin 8. Tinjauan ulang kinerja 2.7 Pengertian Kepuasan Pelanggan 2.7.1 Pengertian Kepuasan Kotler & Keller (2009:138) dalam bukunya menyebutkan bahwa secara umum, kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi, pelanggan akan sangat puas atau senang. Penilaian pelanggan atas kinerja produk tergantung pada banyak faktor, terutama jenis hubungan loyalitas yang dimiliki pelanggan dengan 20 sebuah merek. Konsumen sering membentuk persepsi yang lebih menyenangkan tentang sebuah produk dengan merek yang sudah mereka anggap positif. Angel, Blackwell dan Miniard (2001:6) mendefinisikan kepuasan sebagai berikut : Kepuasan adalah penilaian sesudah pemakaian atau memilih alternative yang ditemui atau melebihi yang diharapkan. Singkatnya kepuasan telah tercapai sekurang-kurangnya seperti yang diharapkan dan ketidakpuasan datang dari harapan yang tidak terpenuhi. Tjiptono dan Chandra (2005:195) mengemukan bahwa kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin ”satis” (artinya cukup baik, memadai) dan ”facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai ”upaya pemenuhan sesuatu” atau ”membuat sesuatu memadai”. 2.7.2 Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan Pada umumnya pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan hal – hal berikut : 1) Keluhan pelanggan biasanya merupakan indikasi rendahnya kepuasan pelanggan, tetapi tidak adanya keluhan pelanggan tidak berarti kepuasan pelanggan tinggi. 2) Meskipun semua persyaratan pelanggan telah disetujui oleh pelanggan dan telah di penuhi, hal ini belum bisa memastikan terpenuhinya kepuasan pelanggan. (ISO 9000 : 2000) 21 Untuk dapat mengukur kepuasan pelanggan kita harus mengetahui definisinya secara konseptual dan teoritis. Dalam kaitan itu ada yang mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Harapan itu lantas dibandingkan dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk tersebut. Jika harapannya lebih tinggi daripada kinerja produk, pelanggan akan merasa tidak puas. Sebaliknya jika harapan pelanggan sama dengan atau lebih rendah daripada kinerja produk pelanggan akan merasa puas. Menurut definisi di atas ada dua ukuran yang tercakup, ukuran pertama adalah harapan pelanggan yang berfungsi sebagai pembanding atas ukuran, dan yang kedua adalah kinerja produk. Definisi lainnya hanya menggunakan satu ukuran berupa kepuasan yang diperoleh pelanggan setelah membeli dan menggunakan suatu produk. Dalam hal ini skor kinerja produk kinerja di jadikan sebagai skor kepuasan pelanggan. Pelanggan akan puas jika produk yang dibeli dan di konsumsinya berkualitas. Ukuran kualitas dapat bersifat objektif maupun subjektif. Akhir-akhir ini banyak orang yang menggunakan ukuran yang lebih subjektif, yang lebih berorientasi pada persepsi dan sikap daripada kriteria yang lebih objektif dan konkret. Alasannya indeks yang objektif tidak dapat diterapkan untuk menilai kualitas jasa. Selain itu perusahaan 22 mestinya lebih tertarik untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif atas persepsi pelanggan terhadap produk yang dihasilkan. Ukuran yang subjektif dapat mencakup angket kepuasan pelanggan untuk menentukan persepsi dan sikap pelanggan mengenai kualitas produk yang di konsumsinya. Pengetahuan atas persepsi dan sikap pelanggan terhadap produk suatu perusahaan akan menghasilkan peluang untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Perusahaan juga akan mengetahui tuntutan dan harapan pelanggannya serta dapat mengetahui apakah perusahaan telah memenuhi tuntutan dan harapan tersebut. Agar pengukuran kepuasan pelanggan itu tepat, maka perusahaan harus mengerti dan memahami bahwa terdapat saling keterkaitan antara perilaku pelanggan, sikap / persepsi pelanggan terhadap perusahaan serta pengalaman atas proses pelayanan yang diberikan oleh sebuah perusahaan kepada pelanggannya. Keterkaitan tersebut berjenjang bagaikan suatu hirarki, dimana hirarki yang lebih rendah mempengaruhi hirarki berikutnya, hingga pada akhirnya tujuan tertinggi suatu perusahaan tercapai: peningkatan omzet, peningkatan pangsa pasar (market share) dan peningkatan laba. 23 Gambar 2.1 : Hirarki Kepuasan Pelanggan (Derek R. Allen, Tanniru R. Rao, 2000 : 243) 2.7.3 Konsep kepuasan pelanggan Ada tiga komponen umum yang dikandung dalam konsep kepuasan pelanggan (customer satisfaction) : 1) Pengukuran respons konsumen terhadap produk/jasa. 2) Respons terhadap kepuasan pelanggan mengacu pada fokus tertentu. 3) Ada unsur waktu, karena respons bisa muncul pada saat sebelum memilih, pada saat memilih atau setelah memilih. Dengan demikian, kepuasan pelanggan sangat kontekstual terhadap siapa konsumen yang ditarget, seperti apa produk/jasanya, dan situasi atau waktu pada saat dilakukan studi. Upaya membandingkan secara langsung satu produk dengan lainnya, seperti yang dilakukan dalam 24 pengukuran indeks, berarti menyederhanakan banyak aspek, karena yang dikejar adalah generalisasi atau pemahaman umum dengan menggunakan jenis pertanyaan yang sama antar produk/jasa. Dorongan riset kualitatif kepuasan pelanggan makin hari akan semakin kuat. Sebab, pada akhirnya siapa pun ingin membuat koneksi antara kepuasan pelanggan dan nilai keuangan (financial value) terhadap bisnis. Karena, yang menjadi pertanyaan selalu menyangkut bottom line pengelolaan merek, apakah ada hubungan langsung antara meningkatnya kepuasan pelanggan dan meningkatnya nilai keuangan merek. Mengejar kepuasan pelanggan tanpa batas akan menyebabkan turunnya profibilitas. Selain itu, memasukkan dimensi customer dissatisfaction (CDS) dalam pengukuran kepuasan pelanggan juga diperlukan. Alasannya, kepuasan pelanggan adalah variabel yang sangat abstrak. Karena itu, ada kalanya bila konsumen diminta menjelaskan secara keseluruhan tingkat kepuasan terhadap sebuah produk atau merek, ia mengalami kesulitan untuk menjawab dengan akurat. Pendekatan dengan memisahkan faktor yang menyebabkan kepuasan pelanggan dan yang menyebabkan tidak puasnya pelanggan akan memberikan juga gambaran yang lebih konkret lagi, variabel apa dari sebuah produk/jasa yang masih oke, dan mana yang perlu memperoleh ketidakpuasan pelanggan perhatian serius. Pengukuran tingkat ini penting untuk mengidentifikasi hal-hal 25 yang membuat frustasi konsumen, yang disebabkan penyederhanaan informasi dalam survei tidak tertangkap secara baik. 2.7.4 Model Kepuasan Pelanggan Menurut Schnaars (1991) dalam Service,Quality & Satisfaction, (Tjiptono & Chandra, 2005) , pada dasarnya tujuan bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rerangka teoretikal guna menjelaskan determinan, proses pembentukan, dan konsekuensi kepuasan pelanggan (Yi, 1990). Secara garis besar, riset-riset kepuasan pelanggan didasarkan pada tiga teori utama : contrast theory, assimilation theory, dan assimilation-contrast theory (Chiou, 1999). Contrast theory berasumsi bahwa konsumen akan membandingkan kinerja produk aktual dengan ekspektasi pra-pembelian. Apabila kinerja aktual lebih besar atau sama dengan ekspektasi, maka pelanggan akan puas. Sebaliknya, jika kinerja aktual lebih rendah dibandingkan ekspektasi, maka konsumen akan tidak puas. Assimilation theory menyatakan bahwa evaluasi purnabeli merupakan fungsi positif dari ekspektasi konsumen pra-pembelian. Karena proses diskonfirmasi secara psikologis tidak enak dilakukan, konsumen cenderung secara perseptual mendistorsi perbedaan antara ekspektasi dan kinerjanya ke arah ekspektasi awal. Dengan kata lain penyimpangan dari ekspektasinya cenderung akan diterima oleh konsumen bersangkutan. 26 Assimilation-contrast theory berpegangan bahwa terjadinya efek asimilasi (assimilation effect) atau efek kontras (contrast effect) merupakan fungsi dari tingkat kesenjangan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual. Apabila kesenjangan besar, konsumen akan memperbesar gap tersebut, sehingga produk dipersepsikan jauh lebih bagus/buruk dibandingkan kenyataannya (sebagaimana halnya contrast theory). Namun, jika kesenjangannya tidak terlampau besar, assimilation theory yang berlaku. Dengan kata lain, jika rentang deviasi yang bisa diterima (acceptable deviations) dilewati, maka kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja akan menjadi signifikan dan disitulah efek kontras berlaku. 2.7.5 Pengertian Pelanggan Pelanggan berbeda dengan pembeli. Pembeli, membeli barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan pelanggan (yang puas akan manfaat produk) membeli produk perusahaan dan membeli lagi setiap saat membutuhkanya kembali. “Membeli lagi” adalah letak perbedaan antara pembeli dan pelanggan. Sedangkan sumber lain, mengemukakan definisi pelanggan yaitu “Semua orang yang menuntut kita (perusahaan kita) untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan karena itu memberikan pengaruh pada performansi (performance) kita (perusahaan kita)”. Manajemen perusahaan memberikan definisi tentang pelanggan yaitu: 27 1) Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita yang tergantung padanya. 2) Pelanggan adalah orang yang membawa kita pada keinginannya. 3) Tidak seorangpun yang pernah menang beradu argumentasi dengan pelanggan. 4) Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan. 2.7.6 Pengertian Kepuasan Pelanggan Menurut Gaspersz (2001:92), “Kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan di mana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi”. Menurut Howard dan Seth dalam (Pemasaran Jasa, Tjiptono,2007) kepuasan pelanggan adalah situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan dan ketidaksepadanan antara hasil yang didapatkan, dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan. Kotler, et.al. (2004) (dalam Service, Quality & Satisfaction, Tjiptono & Chandra : 2005) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan : sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis, dan survey kepuasan pelanggan. 28 1) Sistem Keluhan dan Saran Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customeroriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis, kartu komentar (yang bisa diisi langsung maupun yang dikirim via pos kepada perusahaan), saluran telepon khusus bebas pulsa, websites, dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk bereaksi secara tanggap dan cepat untuk mengatasi masalahmasalah yang timbul. Berdasarkan karakteristiknya, metode ini bersifat pasif, karena perusahaan menunggu inisiatif pelanggan untuk menyampaikan keluhan atau pendapat. Oleh karenanya, sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan melalui cara ini semata. Tidak semua pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya. Bisa saja mereka langsung beralih pemasok dan tidak akan membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan tersebut lagi. Berbagai riset menunjukkan bahwa 22,5% dari total pembelian konsumen diwarnai ketidakpuasan, namun kurang 29 dari 2,5% pelanggan yang tidak puas bersedia melakukan komplain, kebanyakan di antaranya langsung berganti pemasok (Kotler, et,al., 2004). Upaya mendapatkan saran yang bagus dari pelanggan juga sulit diwujudkan dengan metode ini. Terlebih lagi bila perusahaan tidak memberikan imbal balik dan tindak lanjut yang memadai bagi mereka yang telah bersusah-payah ’berpikir’ (menyumbangkan ide) kepada perusahaan. Patut diingat pula bahwa kotak saran/keluhan yang kosong tidak bisa lantas diinterpretasikan bahwa semua pelanggan telah puas. 2) Ghost Shopping (Mystery Shopping) Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahaan. Berdasarkan pengalamannya tersebut, mereka kemudian diminta melaporkan temuan-temuannya berkenaan dengan kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing. Biasanya para ghost shopper diminta mengamati secara seksama dan menilai cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan dan menangani setiap keluhan. 30 3) Lost Customer Analysis Sedapat mungkin perusahaan semestinya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang diperlukan, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting, dimana peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. Hanya saja kesulitan penerapan metode ini adalah pada mengidentifikasi dan mengkontak mantan pelanggan yang bersedia memberikan masukan dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. 4) Survey Kepuasan Pelanggan Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survei (McNeal & Lamb, dikutip dalam Peterson & Wilson, 1992), baik survei melalui pos, telepon, email, websites, maupun wawancara langsung. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan kesan positif bahwa perusahaan pelanggannya. menaruh Pengukuran perhatian kepuasan terhadap pelanggan para melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya : 31 a. Directly reported satisfaction Pengukuran dilakukan menggunakan item-item spesifik yang menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.. b. Derived satisfaction Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yaitu (1) tingkat harapan atau ekspektasi pelanggan terhadap kinerja produk atau perusahaan pada atribut-atribut relevan, dan (2) persepsi pelanggan terhadap kinerja aktual produk atau perusahaan bersangkutan (perceived performance). Alternatif lain, tingkat kepentingan masing-masing atribut dan atau tingkat kinerja ideal juga bisa ditanyakan. Pengukuran ini mirip dengan pengukuran kualitas jasa model SERVQUAL. c. Problem analysis Dalam teknisi ini, responden diminta mengungkapkan masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan saran-saran perbaikan. Kemudian perusahaan akan melakukan analisis konten (content analysis) terhadap semua permasalahan dan saran perbaikan untuk mengidentifikasi bidang-bidang utama yang membutuhkan perhatian dan tindak lanjut segera. 32 d. Importance-performance analysis Teknisi ini dikemukan pertama kali oleh Martilla & James (1997) dalam artikel mereka ”Importance-Performance Analysis” yang dipublikasikan di Journal of Marketing. Dalam teknisi ini, responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut relevan dan tingkat kinerja perusahaan (perceived performance) pada masing-masing atribut tersebut. Kemudian, nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dan kinerja perusahaan akan dianalisis di Importance-Performance Matrix. Matriks ini sangat bermanfaat sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang-bidang spesifik, dimana perbaikan kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan pelanggan total. Selain itu, matriks ini juga menunjukkan bidang atau atribut tertentu yang perlu dipertahankan dan aspek-aspek yang perlu dikurangi prioritasnya. Kendati demikian, batas antara ”tingkat kepentingan tinggi” dan ”tingkat kepentingan rendah” serta ”tingkat kinerja tinggi” dan ”tingkat kinerja rendah” relatif arbitrary, tergantung konteks riset bersangkutan (Martilla & James, 1997). 33 2.7.7 Pentingnya tingkat kepuasan pelanggan terhadap peningkatan profit perusahaan Apakah customer satisfaction penting bagi peningkatan profit? Jawabannya pasti : penting, tapi apakah ada hubungan langsung antara kepuasan konsumen dengan peningkatan profit maupun dan pertumbuhan bisnis ? Menurut Frederich Reichheld, (2000 : 286) survei tentang kepuasan konsumen mempunyai 2 masalah yang utama. Pertama, skor kepuasan konsumen hanyalah sarana dan cenderung tidak berarti sejauh kepuasan yang ditunjukkan melalui skor tersebut mampu diterjemahkan ke dalam penjualan maupun profit. Kedua, survei kepuasan konsumen seringkali dilakukan secara kurang hati-hati sehingga memberikan hasil yang keliru. Frederich Reichheld (2002:18) lebih jauh misalnya mengatakan bahwa pegukuran kepuasan konsumen tidak memberikan hasil yang dapat diandalkan untuk mengukur value yang di delivery oleh suatu perusahaan, apalagi kalau pengukuran ini dipakai untuk memprediksi perilaku konsumen di waktu mendatang. Menarik kalau kita simak apa yang dikatakan oleh Frederich Reichheld (2002:20) : “companies can avoid the satisfaction trap if they remember that what matters is not how satisfied you keep your customers, but how many satisfied and profitable customers you keep“ 34 Konsumen yang antusias memperlihatkan komitmen yang kuat terhadap penjual. Komitmen ini bersifat emosional, jangka panjang dan action-motivating. Dalam penelitian ini terlihat juga bahwa konsumen yang antusiastik, mempunyai kecenderungan relasi yang kuat dengan penjual, dan mereka bisa memaafkan bila ada hal-hal yang dirasakan kurang. Konsumen yang antusias (Enthusiastic Customers) merupakan kondisi emosional yang paling tinggi ketimbang kepuasan konsumen. Oleh karena itu bagi pemasar, perlu sekali untuk membuat profil konsumennya berdasarkan tingkat kepuasan dan entusiasme dari konsumen, sejauh mana korelasinya? Ada 4 profil konsumen yang bisa dianalisis dari hubungan antara kepuasan dan antusiasme : 1) Antusiasme rendah tapi kepuasannya tinggi (Potential Turncoats) 2) Antusiasme tinggi tapi kepuasannya rendah (Sentimental Shoopers) 3) Antusiasme rendah tapi kepuasannya tinggi (Silent Shoopers ) 4) Antusiasme tinggi dan kepuasan tinggi (Star Consumers). (Frederich Reichheld, 2000 : 128) Bagaimana menciptakan konsumen yang sangat antusias terhadap produk maupun service yang ditawarkan. Konsumen yang antusias selalu menginginkan produk atau service yang dapat menciptakan 35 excitement, fantasi dan komitmen yang tinggi terhadap suatu merek. Konsep ini menawarkan suatu cara pandang baru dan strategis menyiasati persaingan yang ketat saat ini. Seperti lazimnya setiap konsep menuntut suatu eksekusi yang tuntas, demikian juga halnya dengan konsep enthusiastic customer, tantangan bagi perusahaan adalah bagaimana menciptakan enthusiastic internal customers, untuk dapat menciptakan enthusiastic external customers. Jadi kesimpulannya, mempertahankan loyalitas konsumen pada dasarnya adalah demi meningkatkan pendapatan atau menambah keuntungan, bukan malah jadi mengurangi margin. Konsumen masa kini adalah makhluk yang dihadapkan pada begitu banyak pilihan, dan mempunyai begitu banyak informasi pembanding, sehingga ia tidak bisa terlalu mudah dikerjai oleh para penjual yang pintar berbicara. Para penjual masa kini tak cukup hanya pintar bicara dan mengumbar senyum. Dia juga harus berkemampuan mengantisipasi masalah calon pembeli, sehingga ia bisa mempaketkan sebuah solusi bagi calon pembeli. Para penjual harus juga berkemampuan mendengar masalah calon pembeli, dan mengembangkan menghasilkan penjualan. hubungan yang nantinya akan