BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pemanfaatan energi angin sebagai energi alternatif bukan merupakan hal yang baru dilakukan. Belanda contohnya sudah sejak dulu telah menggunakan angin sebagai sistem utama pengairan irigasi. Di Indonesia sendiri energi energi ini pun sudah banyak dilirik sebagai sumber energi alternatif untuk angin menghasilkan energi listrik skala kecil. Sudah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan turbin angin jenis vertikal maupun horizontal. Perancangan sistem konversi energi ini pun telah dilakukan pada penelitian-penelitian terdahulu maupun tugas akhir (tahun 2009) yang menghasilkan dimensi turbin angin poros vertikal yang cocok digunakan sesuai dengan data kecepatan angin yang telah diukur . Hasilnya didapat dimensi turbin angin dengan diameter 0.5 dan tinggi 1 meter. Dari dimensi turbin tersebut mampu menghasilkan daya sebesat 0.0673 Watt. 2.2 Tinjauan umum angin 2.2.1 Pengertian angin dan tekanan udara Angin adalah massa udara yang bergerak yang disebabkan dari perbedaan tekanan sehingga angin selalu bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah . Angin bergerak secara horisontal dan vertikal dengan pergerakan dinamis dan kecepatan yang fluktuatif dimana perputaran bumi berpengaruh terhadap angin yang disebut pengaruh coriolis (corriolis effect). Hal ini tidak terlepas karena udara itu sendiri adalah fluida yang kompresibel. Tekanan udara normal ditunjukan pada tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi pada garis lintang 45o dan temperatur 0o C . Besarnyatekanan udara dinyatakan dalam satuan atmosfer (atm). tekanan udara diukur berdasarkan gaya pada permukaan dengan luasan tertentu................................................................... II-1 II-2 Besarnya 1 atm adalah setara dengan tekanan yang diberikan kolom air raksa setinggi 760 mm sehingga 1 atm = 760 mm Hg = 14,7 Psi = 1,013 mbar dan alat ukur untuk mengetahui tekanan angin adalah barometer. Ketinggian suatu tempat sangat mempengaruhi tekanan udara dimana pada umumnya setiap naik 100 meter maka tekanan udara berkurang. Perbedaan tekanan udara pun berdasarkan garis edar matahari yang menyebabkan fluktuasi temperatur musiman, bentangan laut dimana semakin banyak uap air yang ditambahkan ke udara maka tekanan semakin besar dan yang adalah ketinggian tempat itu sendiri. Unsur-unsur tersebut mempengaruhi terahir pusat tekanan udara sendiri yang bersifat temporer dimana: a) Pusat tekanan rendah disebut siklon,depresi atau low b) Pusat tekanan tinggi disebut anti siklon atau high c) Pusat tekanan rendah yang memanjang disebut palung atau rough d) Pusat tekanan tinggi yang memanjang disebut ridge (punggung bukit/mountain 2.2.2 Jenis angin (umum & yang ada di indonesia) Angin yang mengikuti sirkulasi udara disebut prevailing wind dimana prevailing wind pada daerah tropis disebut trade wind pada daerah beriklim sedang disebut westerlies wind dan pada daerah kutub disebut polar wind. Di indonesia sendiri terdapat ragam jenis angin yang sering dijumpai ,seperti: a) Angin darat : angin yang berhembus dari darat menuju laut dan terjadi pada malam hari b) Angin laut : angin yang berhembus dari laut menuju darat dan terjadi pada siang hari c) Angin gunung : angin yang berhembus dari gunung menuju lembah dan terjadi pada malam hari d) Angin lembah : angin yang berhembus dari lembah menuju gunung dan terjadi pada siang hari II-3 2.2.3 Pengaruh geografis dan relief terhadap kondisi angin Wilayah Indonesia berada di antara 6o LU – 11o LS dan merupakan daerah tropis dengan dua musim yakni musim kemarau dan penghujan yang bergantian setiap enam bulan sekali.Musim kemarau berlangsung antara bulan April sampai Oktober. Adapun musim penghujan berlangsung antara bulan Oktober sampai April. Terjadinya perubahan musim ini disebabkan oleh terjadinya peredaran semu matahari setiap tahun. Perubahan letak terbitnya matahari berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari pada wilayah yang berkaitan langsung dengan tempat lintasan peredaran semu matahari tersebut. Salah satu akibat dari peredaran semu tahunan matahari adalah terjadinya perubahan gerakan angin yang dikenal dengan nama angin muson. Angin muson adalah angin yang bertiup setiap 6 bulan sekali dan selalu berganti arah. Di Indonesia terdapat dua angin muson, yaitu: a. Angin muson barat Bertiup setiap bulan Oktober sampai Maret, saat kedudukan semu matahari di belahan bumi selatan. Hal ini menyebabkan tekanan udara maksimum di Asia dan tekanan udara minimum di Australia, maka bertiuplah angin dari Asia ke Australia (tekanan tinggi ke rendah). Karena angin melalui Samudra Hindia, maka angin tersebut mengandung uap air yang banyak, sehingga pada bulan Oktober sampai Maret di Indonesia terjadi musim penghujan. b. Angin muson timur Bertiup mulai bulan April sampai September, di mana kedudukan semu matahari di belahan bumi utara. Akibatnya tekanan udara di Asia rendah dan tekanan udara di Australia tinggi, sehingga angin bertiup dari Australia ke Asia. Angin tersebut melewati gurun yang luas di Australia, sehingga bersifat kering. Oleh karena itu Indonesia saat itu mengalami musim kemarau. 2.3 Turbin angin Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. II-4 Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill. Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensonal (Contoh: PLTD, PLTU, dll), turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (Contoh : batubara, minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik. Pada awal sejarahnya jenis turbin angin yang pertama dibuat yaitu jenis sumbu vertikal oleh bangsa persia seiring perkembangan jaman maka jenis sumbu horisontal pun ditemukan. Berikut penjelasan mengenai kedua jenis utama turbin angin : 2.3.1 TASV (turbin angin sumbu vertikal ) Gambar 2.1 Jenis TASV Turbin angin sumbu vertikal (TASV) memiliki poros / sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus (tampak pada gambar 2.1) . Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan II-5 tenaga putaran yang berdenyut. Drag adalah gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar. Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal. 2.3.1.1 Kelebihan TASV a) Tidak membutuhkan struktur menara yang besar. b) Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw. c) Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah. d) TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi. e) Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH. f) TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang. g) TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun. II-6 h) berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit), i) TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah. j) Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung. 2.3.1.2 Kekurangan TASV a) TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar. b) TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi. c) Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai berputar. d) Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup. Turbin angin savonius adalah salah satu jenis dari VAWT yang memiliki beberapa varian berdasarkan bentuk bilahnya sendiri, seperti ditunjukan pada gambar 2.2 dibawah ini. Gambar 2.2 Tipe rotor savonius 2.3.2 Energi kinetik angin Energi kinetik angin berasal dari energi pada masa udara yang bergerak yang dipengaruhi pula oleh luas sapuan rotor dan besarnya kecepatan angin yang menabrak blade turbin angin. Secara matematis rumus perhitungan energi kinetik II-7 angin sama dengan rumus fisika klasik mengenai energi kinetik adalah sebagai berikut : .................................................................................................(2.1) Dimana m = massa udara yang diasumsikan sebagai blok udara yang memiliki penampang dan kecepatan tertentu sehingga luasan .....................................................................................................(2.2) Sehingga dari persamaan diatas dapat disimpulkan P= Energi persatuan waktu .............................................................................................(2.3) ⍴= massa jenis udara (kg/m3) A= luas sapuan turbin (m2) V= kecepatan angin (m/s) 2.3.2 Koefisien energi Ketika aliran udara melewati vane penghalang, aliran tersebut akan membentuk garis aliran (streamline). Hal ini tejadi akibat kesetimbangan debet aliran massa (asas kontinuitas), yang mengakibatkan terjadinya gaya hambat (drag) pada permukaan vane yang sejajar permukaan dan gaya angkat (lift) tegak lurus permukaan. Persamaan kecepatan pola aliran (streamwise) pada bilah dengan luas penampang berbeda yang dipengaruhi oleh faktor induksi aksial dan kecepatan datang angin. Suatu aliran udara yang bergerak melewati sebuah vane tidak dapat memberikan semua energinya ke vane, karena sebagian energi kinetik udara disimpan untuk melepaskan aliran udara dari vane setelah berinteraksi. Oleh karena itu sebuah rotor turbin tidah akan menyerap 100% energi angin. Untuk mengekspresikan energi output P dari sebuah turbin, sebuah besaran tanpa satuan koefisien Cp diikutsertakan. Maka persamaan energi outputnya menjadi : P = x Cp x ⍴ x A x u3 ......................................................................................(2.4) Dimana : P = energi output (watt) II-8 = koefisien energi Cp ⍴ = massa jenis udara A = Luas rotor (m3) U = kecepatan angin (m/s) Sedangkan rumusan untuk mencari kecepatan angular turbin digunakan persamaan Tip Speed Ratio : .............................../......................................(2.5) Sehingga: .......................................................................................................(2.6) Gaya pada turbin: ................................................................................(2.7) ⍴ Dimana: v2 = kecepatan angin sebelum menabrak bilah v1 = kecepatan angin setelah menabrak bilah (diasumsikan = 0 m/s) T= F x l ..............................................................................................(2.8) Dimana : l= jarak tumbukan optimal pada bilah terhadap pusat bilah 2.3.3 Tip speed ratio Tip speed ratio (TSR) untuk turbin angin adalah rasio kecepatan pada ujung bilah turbin terhadap kecepatan angin sesungguhnya. Jika kecepatan pada ujung bilah sama dengan kecepatan angin sesungguhnya maka rasionya adalah 1. Angka TSR ada kaitannya dengan efisiensi turbin angin itu sendiri dimana variasinya bergantung pada jenis bilah yang digunakan. Semakin tinggi angka TSR maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan sehingga diperlukan bilah yang lebih kuat agar dapat menahan gaya sentrifugal yang dihasilkan putaran turbin. Secara matematis cara menghitung TSR adalah sebagai berikut: .............................................................(2.9) II-9 Berikut adalah grafik yang menunjukan tentang hubungan antara Cp terhadap TSR yang digambarkan pada gambar 2.3, berdasarkan jenis turbin angin: Gambar 2.3 Grafik TSR-Cp 2.4 Elemen mesin 2.4.1 Poros turbin Poros merupakan salah satu bagian elemen mesin yang fungsinya untuk menumpu, meneruskan putaran dan daya. Macam-macam poros : 1. Spindel. Poros transmisi yang relatif pendek, dimana beban utamanya adalah beban puntir.Contoh: Poros mesin bor. 2. Gandar. Poros (berputar/tidak berputar) untuk menumpu bagian mesin dan hanya mendapat beban lentur. Contoh: Poros pada kereta gandeng. 3. Poros. Poros transmisi yang menerima beban kombinasi, beban puntir dan lentur secara bersamaan. Berdasarkan pembebanannya poros dibagi tiga jenis,yaitu: 1. Poros dengan beban puntir 2. Poros dengan beban lentur 3. Poros dengan beban puntir dan lentur II-10 Poros yang akan digunakan kali ini adalah poros dengan beban lentur. Ilustrasi digambarkan pada gambar 2.4 . karena kegunaanya hanya diperuntukan sebagai penumpu turbin dengan perhitungan teoritisnya sebagai berikut: Gambar 2.4 Poros dengan beban lentur 1. Beban Lentur M : N.mm / kg.mm 2. Tegangan geser yang diijinkan τa (N/mm2) Tegangan geser dihitung atas dasar kelelahan puntir. Kelelahan puntir = 40 % . kelelahan tarik Kelelahan tarik = 45 % . kekuatan tarik (σu) τa = 40 % . 45 % . σu τa = 1 / 5,6 . σu Untuk bahan SF τa = 1 / 6 . σu Untuk bahan SC Faktor ini dinyatakan dengan Sf 1 Alur pasak konsentrasi poros ber tan gga tegangan Sf 2 1,3 3 u ....................................................(2.10) a ( N / mm 2 ) Sf1 . Sf 2 3. Faktor koreksi momen puntir (Kt) Kt 1 Beban dikenakan sec ara halus Kt 1 1,5 Beban dikenakan sedikit keju tan Kt 1,5 3 Beban dikenakan dengan keju tan II-11 4. 5. Faktor koreksi momen lentur (Km) Km 1,5 Tumbukan halus Km 1 2 Tumbukan ringan Km 2 3 Tumbukan berat Diameter Poros M I R Dimana (ds, do, di ) ...............................................................................(2.11) : M = Momen lentur yang terjadi σ = Tegangan lentur yang terjadi. R = Jari-jari (d/2) I I 64 d4 = do 64 4 Momen inersia ................................................. di 4 ...................................................(2.12) d /2.M M .d 4 4 d /2 64 / 64 . d 32 d3 .M . 10,2 d .M .......................................................................................................(2.13) a Poros Pejal 10,2 ds . Kt . Km . M a 1/ 3 ..............................................( 2.14) Poros Berongga M 4 4 do / 2 / 64 . do di M . do / 2 / 64 . do 4 di 4 di 4 / 64 . do 4 . 1 4 do / 64 . do 3 .1 k 4 do3 M / 2 . / 64 . 1 k 4 M . do / 2 di k do M 2 . ....................................................(2.15) 1/ 3 II-12 do3 10,2 do .M 4 . 1 k 6 32 . M . . 1 k 4 1/ 3 a 10,2 do . Kt . Km . M 4 a . 1 k 1/ 3 .........................................(2.16) Hasil perencanaan Ds = Do = 2.4.2 Bantalan Bearing adalah elemen mesin yang menumpu poros sehingga putaran dapat berlangsung dengan smoot dan aman.Bearing harus cukup kokoh untuk memastikan poros serta elemen mesin lainya bekerja dengan baik. Jika bearing tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system akan menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya. Klasifikasi Bearing berdasarkan atas arah beban terhadap poros . 1. Radial bearing / bantalan radial Arah beban yang ditumpu bearing adalah tegak lurus sumbu poros. 2. Thrust bearing / bantalan aksial Arah beban yang ditumpu bearing adalah sejajar sumbu poros. 3. Kombinasi a & b Bearing ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros. 2.4.3 Roda gigi Roda gigi merupakan transmisi berbentuk roda yang memiliki profil alur atau bergerigi pada sekelilingnya. Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya pada jarak dekat sehingga pemindahan daya dilakukan dengan tepat. Jika dibanding jenis transmisi lain, roda gigi memiki kelebihan dimana bidang kontak permukaan luas dan kemungkinan slip tidak ada. Secara umum roda gigi dibagi 3 II-13 tipe yaitu roda gigi lurus,roda gigi helix dan roda gigi cacing (gambar 2.5).pada gambar 2.7 dan 2.8 ilustrasi kaitan antara profil roda gigi involut dengan panjang lintasan kontak. Berikut varian bentuk dari roda gigi tersebut : Gambar 2.5 Bentuk roda gigi Gambar 2.6 Kaitan antara profil roda gigi involut Gambar 2.7 Panjang lintasan kontak II-14 Gambar 2.8 nama-nama bagian roda gigi dan ukuranya : Gambar 2.8 Bagian roda gigi Perhitungan roda gigi Modul : m d z ...................................................................................(2.17) Jarak bagi lingkar : t .d ...................................................................................(2.18) z t .m Tinggi kaki dimana : ck : 0.25 x m (kelonggaran puncak) Tebal gigi Tebal gigi = m + ck....................................................................(2.19) .m 2 ...................................................................................(2.20) II-15 Gambar 2.9 gaya pada roda gigi Gambar 2.10 Profil gigi PERHITUNGAN RODA GIGI 1. Daya yang akan ditransmisikan Putaran poros motor penggerak P n1 : Kw/Hp : rpm Putaran poros mesin yg digerakan n2 : rpm Perbandingan putaran i : Diameter pinion d1 : mm Diameter wheel d2 : mm Jarak antar sumbu poros C : mm 2. Faktor koreksi fc : 3. Daya rencana Pd : P. fc II-16 4. Diameter sementara lingkar jarak bagi d1 2.C 1 i .....................(2.21) d2 2.C.i 1 i ....................(2.22) 5. Pemilihan modul Pd n mod ul max 6. Jumlah gigi Z1 d1 m ........................(2.23) Z2 d2 m .......................(2.24) 7. Diameter lingkar jarak bagi d1 = m. Z1.....................(2.25) d2 = m. Z2....................(2.26) 8. Kelonggaran puncak Ck = 0.25 . m..............(2.27) 9. Diameter kepala dk1 = (Z1 + 2). M.........(2.28) dk2 = (Z2 + 2). M.........(2.29) Diameter kaki df1 = (Z1 – 2). m – 2 . Ck......(2.30) df2 = (Z2 – 2). m – 2 . Ck........|(2.31) Tinggi gigi 10. Faktor bentuk gigi H = 2.m + Ck .............(2.32) Z1 ....... Y1 Z2 ....... Y2 11. Kecepatan keliling gear V .d .n 60 ....................(2.33) II-17 102 . Pd V .............(2.34) 12. Gaya tangensial Ft 13. Faktor dinamis fv = (tabel fv) 14. Bahan gear (kg/mm2) Teg.lentur ijin σa (kg/mm2) Kekuatan tarik σu / σB Kekerasan HB Faktor teg.kontak KH (kg/mm2) 15. Beban lentur yg diijinkan persatuan lebar Fb a .m.Y . fv (kg/mm)...(2.35) Fb1 a1.m.Y1. fv .................(2.36) Fb2 a 2 .m.Y2 . fv ................(2.37) Beban permukaan yg diijinkan persatuan lebar FH f v .KH .d1 2.Z 2 Z1 Z 2 (kg/mm)..........................................................................................................(2.38) b 17. Pengecekan b 6 10 m ................(2.40) 18. Hasil perhitungan. Ft F min 16. Lebar gigi Dk1 = Z1= Dk2 = Z2= (mm)........(2.39) II-18 2.5 Kontruksi Rangka Rangka adalah suatu kontruksi yang menopang turbin angin sehingga dapat ditempatkan sebagaimana mestinya. Jenis yang paling umum digunakan ada 2 yaitu kontruksi menara dan kontruksi tiang (pipa),kedua jenis ini digunakan berdasarkan kebutuhan termasuk variasi yang diinginkannya. 2.6 Generator Generator merupakan sumber utama energi listrik yang dipakai sekarang ini dan merupakan converter terbesar di dunia. Pada prinsipnya tegangan yang dihasilkan generator bersifat bolak-balik, sedangkan generator yang menghasilkan tegangan searah karena telah mengalami proses penyearahan. Generator adalah suatu mesin yang menggunakan magnet untuk mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Prinsip generator secara sederhana dapat dikatakan bahwa tegangan diinduksikan pada konduktor apabila konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga memotong garis-garis gaya2. Hukum tangan kanan Fleming (gambar 2.11) berlaku pada generator dimana menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara penghantar bergerak, arah medan magnet dan arah resultan dari aliran arus yang terinduksi. Apabila ibu jari menunjukkan arah gerakan penghantar, telunjuk menunjukkan arah fluks, jari tengah menunjukkan arah aliran elektron yang terinduksi. Gambar 2.11 Kaidah tangan kanan fleming Hukum ini juga berlaku apabila magnet sebagai pengganti penghantar yang digerakkan. Jumlah tegangan yang diinduksikan pada penghantar saat penghantar bergerak pada medan magnet tergantung pada : 1. Kekuatan medan magnet, makin kuat medan magnet makin besar tegangan yang diinduksikan. II-19 2. Kecepatan penghantar dalam memotong fluks, makin cepat maka semakin besar tegangan yang diinduksikan. 3. Sudut perpotongan, pada sudut 90 derajat tegangan induksi maksimum dan tegangan kurang bila kurang dari 90 derajat. 4. Panjang penghantar pada medan magnet. 2.7 Transmisi elektrik 2.7.1 Rangkaian Regulator Berfungsi membatasi tegangan yang bersumber dari generator. Tegangan yang fluktuatif menyebabkan perlunya pembatasan tegangan yang akan dipasok ke baterai, hal ini diperlukan untuk menjaga agar tegangan yang dipasok ke baterai sesuai kebutuhan sehingga dapat menjaga agar umur baterai terjaga dan aman untuk rangkaiaan lainnya. 2.7.2 Rangkaian Automatic Battery Charger Merupakan rangkaian yang berfungsi mengalirkan tegangan dan arus yang dipasok dari regulator menuju bateri selama baterai mengalami penurunan tegangan akibat pasokan arus ke beban oleh baterai. Selama baterai dinilai mengalami penurunan tegangan dan arus, rangkaian ini akan terus mengalirkan arus dan tegangan yang berasal dari generator yang sebelumnya telah diregulasi oleh regulator. Ketika baterai telah dalam kondisi penuh, maka rangkaian ini akan memutuskan aliran sehingga proses pengisian ke baterai terhenti. 2.7.3 Accumulator Accumulator atau sering disebut accu (=aki) adalah salah satu komponen utama dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan aki untuk dapat menghidupkan mesin kendaraan (mencatu arus pada dinamo stater kendaraan). Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi energi listrik. Dikenal dua jenis elemen yang merupakan sumber arus searah (DC) dari proses kimiaiwi, yaitu elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer terdiri dari elemen basah dan elemen kering. Reaksi kimia pada elemen primer menyebabkan elektron mengalir dari elektroda negatif (katoda) ke elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik arahnya. II-20 Maka jika muatannya habis, maka elemen primer tidak dapat dimuati kembali dan memerlukan penggantian bahan pereaksi (elemen kering). Sehingga dilihat dari sisi ekonomis elemen primer dapat dikatakan cukup boros, contoh elemen primer adalah batu baterai (dry cells). Elemen sekunder dalam pemakaiannya harus diberi muatan terlebih dahulu sebelum digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik (secara umum dikenal dengan istilah ’dicharge’). Akan tetapi, tidak seperti elemen primer, elemen sekunder dapat dimuati kembali berulang kali. Elemen sekunder ini lebih dikenal dengan aki. Dalam sebuah aki berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (bolak-balik) dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel yaitu di dalam aki saat dipakai berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging). Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik menjadi tenaga kimia (charging). 2.8 Sistem pencahayaan Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya. Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut: a) Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik. b) Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada. c) Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor. d) Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut II-21 merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence. Grafik cahaya nampak (gambar 2.12), menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak. Gambar 2.12 Grafik Radiasi Tampak Pada jaman dahulu manusia menghasilkan cahaya dengan cara menyalakan api padahal energi yang dominan muncul dari api adalah panas (kalor). Namun setelah berkembangnya teknologi maka sistem pencahayaan mulai menggunakan alat berupa lampu. Lampu yang kita sering lihat sekarang ini adalah lampu yang sudah menggunakan energi listrik sebagai sumber energi utamanya dimana memiliki beberapa jenis berdasarkan perkembangannya. Jenis-jenis lampu itu sendiri adalah sebaga berikut : 1. Lampu pijar (GLS) 2. Lampu tungsten-halogen 3. Lampu neon 4. Lampu sodium 5. Lampu uap merkuri 6. Lampu kombinasi 7. Lampu metal halida 8. Lampu LED II-22 2.8.1 Lampu LED Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya.Ketika lampu LED memancarkan cahaya nampak pada gelombang spektrum yang sangat sempit, mereka dapat memproduksi “cahaya putih”. Hal ini sesuai dengan kesatuan susunan merah-biru-hijau atau lampu LED biru berlapis fospor. Lampu LED bertahan dari 40.000 hingga 100.000 jam tergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalu lintas, cahaya dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif. Walaupun masih dalam masa perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami kemajuan dan menjanjikan untuk masa depan. Pada cahaya sinyal lalu lintas, pasar yang kuat untuk LED, sinyal lalu lintas warna merah menggunakan lampu 10W yang setara dengan 196 LEDs, menggantikan lampu pijar yang menggunakan 150W. Berbagai perkiraan potensi penghematan energi berkisar dari 82% hingga 93%. Produk pengganti LED, diproduksi dalam berbagai bentuk termasuk batang ringan, panel dan sekrup dalam lampu LED, biasanya memiliki kekuatan 2-5W masing-masing, memberikan penghematan yang cukup berarti dibanding lampu pijar dengan bonus keuntungan masa pakai yang lebih lama, yang pada gilirannya mengurangi perawatan. 2.8.2 Komponen Pencahayaan 2.8.2.1 Luminer/ Reflektor Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis atau seperti kaca). Tingkat pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting. Reflektor konvensional yang menyebar memiliki tingkat pemantulan 70-80% apabila baru. Bahan yang lebih baru dengan daya pemantulan yang lebih tinggi atau semi-difusi memiliki daya pemantulan sebesar 85%. Pendifusi/Diffuser konvensional menyerap cahaya lebih banyak dan menyebarkannya daripada memantulkannya ke area yang dikehendaki. Lama kelamaan nilai daya pantul dapat berkurang disebabkan penumpukan debu dan kotoran dan perubahan warna menjadi kuning disebabkan oleh sinar UV. Reflektor specular lebih efektif dimana pemantul ini memaksimalkan optik dan daya pantul specular sehingga membiarkan pengontrolan cahaya yang lebih seksama dan jalan II-23 pintas yang lebih tajam. Dalam kondisi baru, lampu ini memiliki nilai pantul sekitar 85-96%. Nilai tersebut tidak berkurang seperti pada reflektor konvensional yang berkurang karena usia. Bahan yang umum digunakan adalah alumunium yang diberi perlakuan anoda (nilai pantul 85-90%) dan lapisan perak yang dilaminasikan ke bahan logam (nilai pantul 91-95%). Menambah (atau melapisi) alumunium dilakukan untuk mencapai nilai pantul lebih kurang 88-96%. Lampu harus tetap bersih agar efektif, reflektor optik kaca tidak boleh digunakan dalam peralatan yang terbuka di industri dimana peralatan tersebut mungkin akan terkena debu. Gambar 2.13 merupakan contoh dari optik kaca. Gambar 2.13 Optik kaca luminer