1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan fenomena yang menjadi perhatian dunia. Iklim yang sulit diprediksi dan perubahan suhu laut merupakan salah satu indikasi fenomena perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim menyebabkan lebih dari 30 % tumbuhan dan hewan mengalami peningkatan risiko kepunahan, perubahan kisaran penyebaran, kelangkaan, perubahan waktu reproduksi, apabila kenaikan temperatur global di atas 1.5-2.5°C (IPCC 2007). Salah satu fenomena yang dijumpai pada ekosistem terumbu karang yang seringkali dianggap sebagai dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global adalah pemutihan karang. Isu perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar kelangsungan hidup terumbu karang karena dapat terjadi berulang-ulang dalam wilayah yang luas (Baker &Romanski 2007). Pemutihan karang tahun 1997/1998 merupakan bencana terumbu karang yang terbesar, yang merusak sekitar 18% dari luas karang dunia termasuk Indonesia (Hughes et al. 2007) dan diperkirakan akan terjadi setiap tahun pada tahun 2030 (Hoegh-Guldberg 1999). Peristiwa tersebut diyakini akibat peningkatan durasi dan frekuensi El Nino karena pemanasan global (Brown &Suharsono 1990), atau kecenderungan pemanasan global yang lama (Sammarco 2006). Tahap awal pemutihan karang, akan diikuti dengan tumbuhnya beberapa jenis alga yang akan menghambat pertumbuhan karang. Salah satu kasus ekstrim di Virgin Island menunjukkan terjadinya Ciquatera fish poisoning pada beberapa famili Acanthuridae, Pomacentridae dan Scaridae (Susan & Christoper 1992) karena tumbuhnya alga beracun pada karang yang memutih. Pratchett et al. (2008) dan Cole et al.(2009) melakukan penelitian di Seychelles Islands dan Kimbe Bay menemukan bahwa empat spesies ikan kemungkinan telah hilang dari kawasan tersebut dan 6 spesies lainnya dalam level kritis. Ditunjukkan pula bahwa populasi ikan pada kawasan tersebut diperkirakan turun 50%. Glyn & D’Croz (1990) menyatakan bahwa peningkatan suhu yang ekstrim hingga 4ºC di Teluk Gulf telah menyebabkan kematian karang dalam waktu 5 minggu, dan hewan krustaceae yang berasosiasi dengan karang juga mengalami kematian massal selama 9 minggu. 2 Pemutihan karang pada tahun 1998/1999 hanya menimpa beberapa kawasan Indonesia seperti bagian timur Sumatera (Kepulauan Riau), Jawa (Karimunjawa), Bali (Pulau Menjangan, Tulamben, Amed), dan Lombok, sehingga kurang mendapatkan perhatian yang cukup serius. Namun pada tahun 2010 pemutihan karang menyerang lebih dari 11 provinsi di Indonesia. Lokasi-lokasi yang mengalami pemutihan karang adalah Sabang, Padang, Morella dan Ratuhalat Ambon, Parigi Teluk Tomini, Lypah Amed dan Pemuteran Bali, Gili Air Lombok, Pulau Badi Spermonde Sulsel, Wakatobi Sultra, Kofiau dan Misool Papua Barat, Tabulolong Kupang dan Situbondo Jawa Timur (Jompa et al. 2010). Bagi Indonesia, sebagai negara yang bergantung pada kekayaan alam, peristiwa coral bleaching akan menjadi permasalahan serius, karena dampak yang diakibatkannya tidak semata berhenti pada kematian massal koloni karang, namun juga dapat berakibat dalam banyak aspek, tidak terbatas pada aspek ekologis (perubahan utama pada struktur dan fungsi ekosistem, ancaman bagi pertumbuhan karang, kematian organisme terumbu karang berupa kematian massal ikan dan benthos), namun juga pada aspek sosial ekonomi masyarakat pesisir (Jompa et al. 2010). Beberapa tahun ke depan, peristiwa pemutihan karang dapat mengancam kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan yaitu nelayan. Kondisi tersebut akan menjadi lebih buruk apabila terdapat faktor kombinasi kerusakan karang seperti penangkapan ikan yang merusak, tidak ramah lingkungan, sedimentasi, pengembangan kawasan, pembukaan kawasan hutan dan lain sebagainya. Terjadinya gangguan terhadap terumbu karang akibat faktor perubahan iklim terhadap mata pencaharian tentunya akan dapat mengurangi pendapatan yang berdampak terhadap kesejahteraan nelayan. Atas dasar hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan pengkajian efek pemutihan karang terhadap sumberdaya ikan sebagai satu kesatuan ekologi dan ekonomi yang terintegrasi dengan masyarakat sebagai salah satu penerima manfaatnya. 1.2. Perumusan Masalah Efek pemutihan karang terhadap perekonomian masih belum dipahami. Wilkinson et al. (1999) berasumsi bahwa pemutihan dan kematian karang di Indian Ocean menimbulkan kehilangan 25% secara linier terhadap ikan yang berhubungan dengan terumbu karang selama 5 sampai 25 tahun kedepan. 3 Kerugian yang ditimbulkan akibat coral bleaching dari kegiatan pariwisata di Filipina diperkirakan USD 1.5 milyar per tahun (Cesar 2000), selanjutnya penelitian yang dilakukan di Bolinao, Pangasinan, Philipina dan Indian Ocean (Wesmascot et al. 2000) juga menunjukkan bahwa coral bleaching yang terjadi pada tahun 1997- 1998 memberikan efek yang signifikan terhadap nelayan tradisional yang hidupnya hanya menggantungkan pada hasil tangkapan ikan. Disisi lain, studi yang dilakukan oleh Mc Clanahan & Pet Soede (2000) di Kenya menunjukkan hasil yang berbeda, yang mana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara coral bleaching dengan penurunan produksi perikanan di Kenya. Menilik dari dampak pemutihan karang yang masih belum jelas, maka hal yang perlu diketahui lebih lanjut adalah seberapa besar pengaruh pemutihan karang terhadap kondisi ekologi dan ekonomi masyarakat. Selain itu, seberapa besar kemampuan masyarakat dapat bertahan dan pulih kembali, serta kearifan lokal apa yang telah dilakukan oleh masyarakat selama ini dalam menghadapi pemutihan karang dan perubahan iklim global. Berdasarkan urian diatas maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah : 1. Peningkatan suhu global dapat meningkatkan frekuensi dan luasan pemutihan karang di perairan. 2. Pemutihan karang memberikan dampak terhadap biota yang hidup dalam ekosistem tersebut termasuk ikan, namun belum diketahui seberapa besar pengaruhnya. 3. Perubahan iklim akan mempengaruhi perilaku nelayan dalam melakukan penangkapan ikan. 4. Penurunan kelimpahan ikan perairan akan menurunkan jumlah hasil tangkapan nelayan, yang akan mempengaruhi pendapatannya. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi adanya pemutihan karang di Taman Nasional Karimunjawa. 2. Mengidentifikasi efek ekologi dan ekonomi nelayan di sekitar ekosistem terumbu karang sebelum dan sesudah terjadinya pemutihan karang. 3. Menyusun strategi adaptif pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan. 4 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang dampak ekologi dan ekonomi pemutihan karang. 2. Memberikan bahan masukan bagi para pengambil kebijakan dalam menentukan arah pengelolaan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan dan berbasis mitigasi dan adaptasi dengan memperhatikan nilai sosial, ekonomi dan budayanya 1.5. Kerangka Penelitian Interaksi dalam sistem pengelolaan perikanan karang melibatkan banyak dimensi, dalam dimensi ekologi terdapat keterkaitan antara lingkungan biofisik perairan, terumbu karang dan ikan karang dalam suatu keseimbangan ekologi. Tingginya ketergantungan masyarakat pesisir terhadap sumberdaya laut khususnya terumbu karang akan mempunyai dampak terhadap terumbu karang baik secara langsung maupun tidak. Kerangka pikir yang mendasari penelitian ini adalah adanya peran dari faktor ekologi dan antropogenik terhadap faktor ekonomi, dalam kasus ini peningkatan suhu global akan mengakibatkan pemutihan karang yang memberikan konsekuensi ekologis (1) perubahan struktur dan fungsi ekosistem, (2) penurunan organisme penghuni terumbu karang. Identifikasi adanya pemutihan karang dilakukan dengan melihat perubahan data tutupan karang keras, dan identifikasi perubahan suhu. Identifikasi suhu permukaan perairan merupakan salah satu cara untuk mendeteksi adanya anomali suhu yang berkaitan erat dengan terjadinya pemutihan karang (Hoegh-Guldberg 1999) Penilaian dampak pemutihan karang dilakukan dengan melalui penilaian ekologi dan ekonomi. Penilaian ekologi dilakukan dengan melihat status terumbu karang dan sumberdaya ikan. Sedangkan penilaian ekonomi, dilakukan melalui perhitungan prakiraan keuntungan (Revenue per unit Effort/RPUE), sedangkan penilaian perilaku nelayan dilihat melalui indek musiman. Berdasarkan hasil analisa efek pemutihan karang terhadap ekologi dan ekonomi, maka disusunlah suatu strategi adaptif pengelolaan terumbu karang melalui analisis Multi Criteria Decision Making dan analisis prospektif untuk menghasilkan alternatif 5 pengambilan keputusan yang terbaik untuk pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa dan sekitarnya. Kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1 dengan lingkup adalah sebagai berikut : (1) mendeskripsikan kondisi lingkungan dengan mengidentifikasi perubahan suhu permukaan laut dan mendeteksi anomali suhu, (2) mendeskripsikan kondisi terumbu karang dengan melihat persentase tutupan karang keras, (3) mendeskripikan kondisi ikan dengan melihat kelimpahan jenis ikan dan keanekaragamannya, (4) mendeskripsikan kondisi hasil tangkapan nelayan dengan melihat produksi ikan berdasarkan alat tangkap, (5) menganalisis hubungan parameter suhu dengan tutupan karang keras, (6) menganalisis perubahan sumberdaya ikan, (7) menganalisis perubahan pendapatan nelayan, dan (8) menyusun rekomendasi pengelolaan ekosistem terumbu karang. Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian