JUDUL. Jamu Gendong Sebagai Upaya Pencitraan dan Pengembangan Produksi Unggulan di Kabupaten Sukoharjo. A. PENDAHULUAN Latar belakang Keberadaan jamu tradisional sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sejak jaman dahulu, nenek moyang kita sudah banyak mengkonsumsi jamu tradisional untuk menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali ke alam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku alam perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku kimia. Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan jamu tradisional di Indonesia cukup melimpah. Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 30.000 spesies tanaman obat dari total 40.000 spesies yang ada di di seluruh dunia. Walaupun Indonesia baru memanfaatkan sekitar 180 spesies sebagai bahan baku obat bahan alam dari sekitar 950 spesies yang berkhasiat sebagai obat. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa dari segi ketersediaan bahan baku, industri jamu tradisional tidak memiliki ketergantungan impor (www.bi.go.id). Kabupaten Sukoharjo merupakan sentra penjualan jamu tradisional yang cukup dikenal di Indonesia. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang sekarang dipimpin oleh Bambang Riyanto, S.H., M.H. ini mempunyai slogan “MAKMUR”, kependekan dari Maju, Aman, Konstitusional, Mantap, Unggul, Rapi. Slogan tersebut menjadi kebanggan dan cermin dari kebribadian masyarakat sukoharjo.Kabupaten Sukoharjo. Salah satu misi Sukoharjo adalah meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat yang bertumpu pada Peningkatan Ketahanan Pangan dan UKM. Usaha meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat bisa dilakukan dengan usaha jamu di Sukohajo. Dari banyaknya pedagang jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, maka didirikanlah patung identitas Sukoharjo yaitu patung Jamu Gendong yang ada di Bulakrejo. Biasa disebut patung Jamu Gendong karena patungnya menggambarkan seorang petani dan seorang penjual jamu gendong. Daerah Sukoharjo, khususnya kecamatan Nguter, memang terkenal sebagai daerah asal penjual jamu gendong di berbagai kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya. Puluhan industry kecil pembuatan jamu di Kabupaten Sukoharjo memilih menghentikan usahanya, dikarenakan sulitnya mendapatkan ijin industry kecil obat tradisional (Ikot) dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah lantaran persyaratan dinilai memberatkan. Padahal apabila kita mau melihat peluang yang ada, maka banyaknya industry jamu yang ada di Kabupaten Sukoharjo dapat dijadikan suatu obyek pariwisata untuk mengenalkan berbagai macam produk jamu tradisional ke kancah yang lebih luas. Industry jamu di Sukoharjo merupakan home industry yang berlangsung secara turuntemurun. Kebanyakan resep yang ada adalah resep tradisional yang berbahan baku alami, tanpa bahan pengawet ataupun pewarna. Aspek politik Aspek politik dari jamu gendong ini timbul akibat pemanfaatan isu-isu ini dalam tingkat pengambilan keputusan guna kepentingan tertentu. Apabila kebijakan yang dihasilkan memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat maka hal tersebut tidak menjadi masalah tetapi sebagaimana layaknya sebuah kebijakan ini memancing sebuah pro dan kontra maka pastilah kebijakan ini memancing berbagai opini dari masyarakat. Kasus jamu yang ada di kabupaten Sukoharjo adalah salah satu dampak aspek politis dari kebijakan otonomi daerah. Kebijakan ini memberikan pengertian yang disempitkan dari otonomi yang berarti otoritas atas sebuah wilayah harus dihormati dari pihak manapun, sehingga intervensi apapun tidak diperkenankan kecuali dengan mempertimbangkan value of economic dari aspek tersebut. Masalah utama yang masih tetap merupakan hal yang belum tepecahkan adalah masalah industry jamu . Keluarnya larangan BPOM menyusul hasil temuan adanya bahan kimia berbahaya pada jamu, sangat dirasakan pembuat jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Penurunan penjualan jamu tradisional di Kabupaten ini mencapai tiga puluh persen dibandingkan sebelum keluarnya larangan BPOM. Disamping itu masalah sutrat ijin pengadaan usaha juga merupakan satu masalah yang sangat krusial bagi masyarakat yang mendirikan industry kecil pembuat jamu. Puluhan industri kecil pembuat jamu di Sukoharjo memilih menghentikan usahanya. Pasalnya, mereka mengaku kesulitan mendapatkan izin idustri kecil obat tradisional (Ikot) dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) lantaran persyaratan dinilai memberatkan. Aspek sosial Dalam permasalahan jamu gendong seperti diatas, masyarakat sukoharjo tentunya menuntut bahwa pemerintah Sukoharjo lebih mendukung dan mengelola aspek-aspek yang mempengaruhi masalah tersebut. Anggota masyarakat industry kecil pembuat jamu harus mendapat perhatian dari pemerintah Sukoharjo. Sepanjang tahun mereka harus bersabar, menanggung biaya produksi yang tidak sepadan dengan hasil yang dicapai. Dari sisi instrument hukum maka penting untuk menetapkan kebijakan yang terpola dalam peraturan daerah tentang industry kecil dan industry rumah tangga yang mendukung berhasilnya industry msayarakat yang merupakan peninggalan yang sudah turun-temurun dilakukan. Selain itu badan pengawas bahan makanan BBPOM dan Dinas Kesehatan Sukoharjo harus lebih teliti dan lebih jeli menanggapi permasalahan yang ada. Kesejahteraan masyarakat juga perlu untuk dipikirkan, jika ada pelarangan suatu jenis poduk maka juga harus disosialisasikan dan ditemukan jawaban yang relevan dengan masalah yang ada. Selain itu Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai Tujuan dan manfaat yang ingin di capai dengan adanya gagasan ini adalah Memanfaatkan sumber alam yang berlimpah di kabupaten sukoharjo berupa rempahrempah yang bisa di manfaatkan untuk industry jamu gendong. Mengenalkan kembali produk jamu gendong kepada masyarakat. Memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk lebih memperhatikan industry kecil warisan leluhur berupa jamu gendong. Menciptakan suatu kawasan industry jamu gendong yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata. Gagasan Ada pepatah yang mengatakan bahwa jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah). Patung jamu dan pak tani yang ada di Bulakrejo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu bukti bahwa dulunya di daerah itu merupakan pusat industry jamu dan pusat pertanian yang menjadi salah satu penyokong kebutuhan pangan dan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itu hendaknya pemerintah kabupaten Sukoharjo lebih peka terhadap keadaan industry jamu yang ada di kecamaan Grogol ini. Jamu yang merupakan produk herbal seharusnya lebih diperhatikan kelangsungannya dari pada produk pabrik yang kebanyakan manggunakan bahan pengawet. Disamping merupakan produk yang alami, jamu juga merupakan racikan bahan rempah-rempah yang merupakan peninggalan nenek moyang yang perlu dilestarikan keberlangsungannya.