Jurnal Akuntansi (JAk) Page 78 ANALISIS PERENCANAAN PAJAK

advertisement
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING)
DALAM MENGEFISIENKAN PEMBAYARAN PAJAK TERUTANG
PADA CV. MITRA BAHAGIA KENDARI
Oleh
Afkhasia Oditama
ABSTRACT
This study aimed to analyze the costs previously not recognized as
expenses by tax regulations to become recognizable expenses. This research uses
a descriptive analysis which obtained through secondary data. The data used is
qualitative data in the form of accounting policies and the quantitative data in the
form of financial statements, as well as a list of fixed assets and accumulated
depreciation in 2014.
Results of this studyindicate that tax planning that can be done by CV. Mitra
Bahagia Kendari, related to costs previously not recognized by tax regulations are to
replace the provision of meal/drink expenses for employee into providing meal/drink
for employees in the office, incorporate medical expenses in addition to the income
of the employees, make a nominative list related to the cost of entertainment, and
replace the method of depreciation of non-buildingfixed assets. The implementation
of tax planning will allow CV. Mitra Bahagia Kendari to reduce the income tax
burdento approximately 8.9% of the income tax before tax planning.
Keywords: Tax Planning, Reducing Tax Burden, Corporate Income Tax.
I.
PENDAHULUAN
Pengeluaran untuk membiayai belanja negara yang semakin lama semakin
bertambah besar tersebut, diperlukan penerimaan Negara yang berasal dari dalam
negeri tanpa harus bergantung dengan bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang
semakin sulit untuk diharapkan. Hal itu berarti bahwa semua pembelanjaan Negara
harus dibiayai dari pendapatan negara, dalam hal ini yaitu penerimaan pajak dan
penerimaan bukan pajak (Wulansari, 2013).
Pajak termasuk salah satu sumber pendapatan utama Negara, yang
mempunyai kontribusi besar dan signifikan dalam menyumbang penerimaan
Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
untuk anggaran tahun 2014 realisasi penerimaan dalam negeri Rp.1.545,6 triliun.
Penerimaan tahun lalu didominasi oleh pendapatan pajak dalam negeri yang
mencapai Rp.1.103,2 triliun sisanya berasal dari pendapatan pajak perdagangan
internasional yang mencapai Rp.43,6 triliun. Dengan realisasi sementara tersebut,
penerimaan pajak sepanjang 2014 hanya mencapai 92% dari target
(www.kemenkeu.go.id).
Perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
manajemen perpajakan. Perencanaan pajak dapat diterapkan ketika wajib pajak
akan memulai kegiatan usahanya sampai penutupan usaha (likuidasi), jika benarbenar terjadi. Perencanaan pajak dimulai pada saat akan mendirikan perusahaan
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 78
(pemilihan bentuk usaha, pemilihan metode pembukuan, pemilihan lokasi usaha);
saat menjalankan usaha (pemilihan transaksi-transaksi yang akan dilakukan dalam
kegiatan operasionalnya, pemilihan metode akuntansi dan perpajakan, tanggung
jawab stakeholders); atau saat akan menutup usaha (Pohan, 2013:9).
Dalam perencanaan pajak CV. Mitra Bahagia Kendari, ada beberapa alternatif
lain yang dapat digunakan untuk menghemat pajak, tetapi belum dimanfaatkan
dengan sepenuhnya oleh perusahaan. Diharapkan dengan menambah jumlah
biaya-biaya yang sudah ada dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan.
Misalnya, kebijakan perusahaan terkait dengan kesejahteraan karyawan adalah
dengan memberikan uang makan/minum karyawan. Pemberian uang makan/minum
karyawan harus di koreksi fiskal positif karena sesuai Pasal 9 ayat (1) huruf e UU
No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, biaya tersebut tidak dapat menjadi
pengurang penghasilan perusahaan karena merupakan pemberian natura
(kenikmatan) kepada karyawan. Maka strategi perencanaan pajak yang dapat
diterapkan perusahan adalah mengganti pemberian uang makan/minum karyawan
menjadi penyediaan makan/minum karyawan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah biaya-biaya apa saja yang dapat diakui oleh pajak dalam biaya
operasional CV. Mitra Bahagia Kendari untuk dapat mengefisienkan pembayaran
pajak terutangnya, serta seberapa besar tingkat efisiensi yang dapat diperoleh
dengan adanya perencanaan pajak tersebut?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis biaya-biaya yang semula tidak diakui sebagai biaya oleh pajak
menjadi biaya yang dapat diakui, serta berapa besar tingkat efisiensi yang dapat
diperoleh dari perencanaan pajaknya.
II.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Pajak
Pengertian Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
sebagaimana telah di sempurnakan terakhir dengan Undang-Undang No. 28 Tahun
2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.
(Resmi, 2011:1) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Dari pengertian diatas, Resmi (2011:2) menyimpulkan ciri-ciri pajak antara lain:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public
investment.
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 79
2.
Pajak Penghasilan
Dalam Undang Undang No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan (PPh)
Pasal 1, menyatakan bahwa:
“Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.Pengertian
penghasilan dalam undang-undang PPh tidak memperhatikan adanya
penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan
ekonomis”.
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) UU No. 36 tahun 2008 undang-undang pajak
penghasilan, yang termasuk subjek pajak penghasilan yaitu segala sesuatu yang
memiliki potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak penghasilan dalam undang-undang PPh disebut sebagai wajib
pajak.
Sedangkan yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu Setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun (Diana, 2014:125)
3.
Penghasilan dan Biaya Menurut Akuntansi
Penghasilan diartikan sebagai penambahan aktiva atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan peningkatan ekuitas yang bukan berasal dari kontribusi
penanaman modal. Penghasilan dalam suatu perusahaan meliputi pendapatan dan
keuntungan.
FASB seperti dikutip Vernon dalam Dwijayanti, memberikan definisi pendapatan
sebagai berikut :
“Revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or
settlements of its liabilities (or combination of both) during a period from delivery
or producing goods, rendering services, or other activities that constitute the
entity’s ongoing major or central operations”.
Lain halnya dengan pendapatan yang dapat meningkatkan laba, biaya
merupakan jumlah yang harus dikorbankan yang akan mengurangi laba
perusahaan. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu.
4.
Penghasilan dan Biaya Menurut Pajak
Menurut UU No.7 tahun 1983 tentang PPh sebagaimana yang telah beberapa
kali diubah terakhir dengan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1):
“Yang menjadi objek pajak adalah peghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun”.
Tidak semua biaya dapat diakui sebagai pengurang, meskipun biaya tersebut
berkaitan dengan kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena menurut ketentuan
pajak, biaya fiskal digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yakni biaya-biaya yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dan biaya-biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 80
5.
Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal atau penyesuaian fiskal adalah koreksi yang dilakukan akibat
adanya perbedaan antara laba/rugi komersial dengan laba/rugi fiskal. Tujuannya
adalah untuk membuat laba/rugi komersial menjadi sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.
Menurut Djuanda (2006:15), beberapa perbedaan antara Laporan Keuangan
Komersil dan Laporan Keuangan Fiskal yang menyebabkan koreksi fiskala dalah
sebagai berikut:
a. Perbedaan konsep pendapatan
Adakalanya terdapat perbedaan konsep tentang apa yang dianggap sebagai
pendapatan menurut pajak dengan pendapatan menurut akuntansi.
b. Perbedaan cara pengukuran pendapatan
Dalam cara pengukuran pendapatan untuk pajak dan akuntansi juga terdapat
perbedaan. Menurut akuntansi, pendapatan pada umumnya diukur sebesar
jumlah yang dibebankan kepada pembeli.
c. Perbedaan pengakuan pendapatan
Dalam keadaan tertentu, saat pengakuan pendapatan menurut pajak dapat
berbeda dengan pengakuan pendapatan menurut akuntansi.
d. Perbedaan konsep biaya
Setiap pengeluaran atau pengorbanan ekonomis yang dilakukan dalam rangka
memperoleh pendapatan dapat dibebankan sebagai biaya menurut akuntansi.
Akan tetapi, untuk tujuan perpajakan, konsep biaya hanya terbatas pada biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Perbedaan cara pengukuran dan pengakuan biaya
Pengukuran biaya untuk tujuan pajak dan akuntansi adalah sebesar harga
pertukaran. Namun bila diantara pihak yang melakukan transaksi tersebut
terdapat hubungan istemewa maka pihak pajak dapat menetapkan kembali
harga pertukaran yang terjadi karena transaksi yang dilakukan antara dua pihak
yang memiliki hubungan istemewa dapat saja diatur dan dapat merugikan pihak
pajak.
Oleh karena adanya perbedaan tersebut, maka perlu dilakukan penyesuaian
atau koreksi. Koreksi tersebut terdiri atas 2, yaitu (Diana, 2014:239) :
1. Koreksi/Penyesuaian Positif
Koreksi fiskal positif adalah koreksi yang dikarenakan adanya perbedaan
antara ketentuan perpajakan dengan komersial yang mengakibatkan
penghasilan kena pajak bertambah besar. Rekonsiliasi fiskal positif
mengakibatkan pengurangan biaya yang diakui dalam laporan rugi laba
komersil menjadi semakin kecil, atau yang berakibat adanya penambahan
penghasilan.
2. Koreksi/Penyesuaian Negatif
Koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan
komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah kecil.
Koreksi fiskal negatif mengakibatkan penambahan biaya yang diakui dalam
laporan rugi laba komersil menjadi semakin besar, atau yang berakibat adanya
pengurangan penghasilan.
6.
Manajemen Pajak
Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak
secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa
legalitas manajemen pajak tergantung dari instrumen yang dipakai.
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 81
Definisi manajemen perpajakan yang dikemukakan oleh John Hutagaol (Pohan,
2013:17) :
“Manajemen Perpajakan adalah proses perencanaan, implementasi, serta
pengendalian kewajiban dan hak di bidang perpajakan sehingga
pemenuhannya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien”.
Menurut Pohan (2013:13) dalam bukunya “Manajemen Perpajakan” terdapat
beberapa fungsi manajemen perpajakan, yaitu:
1. Tax Plannning. Tax Plannning adalah usaha yang mencakup perencanaan
perpajakan agar pajak yang dibayar oleh perusahaan benar-benar efisien.
Dalam tax plannning ada tiga macam cara yang dapat dilakukan wajib pajak
untuk menekan jumlah beban pajaknya, yakni: Tax Avoidance (Penghindaran
Pajak), Tax Evasion (Penyeludupan Pajak), dan Tax Saving (Penghematan
Pajak).
2. Tax Administration/Tax Compliance. Tax administration/tax compliance
mencakup usaha-usaha untuk memenuhi kewajiban administrasi perpajakan
dengan cara menghitung pajak secara benar, sesuai dengan ketentuan
perpajakan, kepatuhan dalam membayar dan melaporkan tepat waktu sesuai
deadline pembayaran dan pelaporan pajak yang telah ditetapkan.
3. Tax Audit. Tax audit mencakup strategi dalam menangani pemeriksaan pajak,
menanggapi hasil pemeriksaan pajak maupun strategi dalam mengajukan surat
keberatan atau surat banding.
4. Other Tax Matters. Masalah yang mencakup fungsi-fungsi lain yang berkaitan
dengan perpajakan, seperti mengkomunikasikan ketentuan-ketentuan sistem
dan prosedur perpajakan kepada pihak-pihak atau bagian-bagian lain dalam
perusahaan, seperti penerbitan faktur penjualan standar yang berhubungan
dengan PPN, pemotongan withholding tax yang berkaitan dengan jasa teknik,
jasa manajemen, jasa konstruksi, dan jasa profesi serta objek withholding tax
lainnya, juga termasuk pelatihan bagi staf yang berkaitan dengan masalah
perpajakan dan sebagainya.
7.
Perencanaan Pajak
Definisi perencanaan pajak yang dikemukakan oleh Dr. Mohammad Zain dalam
Pohan (2013:16) :
“Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau
kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak
penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi paling minimal,
sepanjang hal itu dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan maupun secara komersial”.
Menurut Pohan (2013:10) strategi yang dapat ditempuh untuk mengefisienkan
beban pajak secara legal yaitu:
1) Tax Saving. Tax saving adalah upaya untuk mengefisienkan beban pajak
melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
2) Tax Avoidance. Tax Avoidance merupakan upaya mengefisienkan beban pajak
dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya pada
transaksi yang bukan objek pajak.
3) Penundaan Pembayaran Pajak. Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa
melanggar peraturan berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran
PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak
keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan.
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 82
4)
Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan. Wajib pajak sering kurang
memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan
yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya PPh Pasal 22 atau pembelian
solar dan impor dan fiskal luar negeri atas perjalanan dinas pegawai.
5) Menghindari Pemeriksaan Pajak dengan cara Menghindari Lebih Bayar
6) Menghindari Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan.
Strategi yang dapat digunakan untuk mengefisienkan beban PPh Badan
menurut Erly Suandy dalam bukunya “Perencanaan Pajak” (2014:130) adalah
sebagai berikut.
1) Pemilihan alternatif dasar pembukuan, basis kas atau basis akrual.
2) Pengelolaan transaksi yang berhubungan dengan pemberian kesejahteraan
karyawan.
3) Pemilihan metode penilaian persediaan.
4) Pemilihan sumber dana dalam pengadaan asset tetap.
5) Pemilihan metode penyusutan aset tetap dan amortisasi aset tidak berwujud.
6) Transaksi yang berkaitan dengan pemungutan pajak.
7) Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.
8) Permohonan penurunan pembayaran angsuran masa (PPh Pasal 25 bulanan).
9) Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 dan Pasal 23.
10) Rekonsiliasi SPT.
8.
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
dan dapat dijadikan sebagai bahan utama dan pembanding, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh :
1. Penelitian dari Wulansari (2013), dengan judul: “Implementasi Tax Planning
Terhadap Perhitungan PPh Badan Pada PT Pelabuhan Indonesia IV
Makassar”, penelitian ini didesain dengan pendekatan deskriptif. Perbedaan
penelitian ini terletak pada lokasi dan jenis perusahaan, sedangkan
persamaannya terletak pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
bagaimana implementasi dari perencanaan pajak terhadap perhitungan PPh
Badan pada PT Pelabuhan Indonesia IV Makasssar.
2. Windriarti (2012), dengan penelitian berjudul: “Analisis Penerapan Perencanaan
Pajak Penghasilan Badan Pada PT. Semen Tonasa Di Pangkep”, penelitian ini
didesain dengan pendekatan deskriptif. Dari analisis yang dilakukan terhadap
penerapan perencanaan pajak yang diterapkan oleh perusahaan dengan
Undang-Undang Perpajakan yang berlaku ternyata perusahaan tidak
melakukan pelanggaran dan masih mengikuti semua peraturan yang berlaku.
3. Tanamal dan Tjondro (2013), dengan penelitian berjudul: “Perencanaan Pajak
Untuk Sebuah Perusahaan Distributor Makanan Dan Minuman”. Persamaan
dalam penelitian ini terletak pada jenis perusahaan dan tujuan dari penelitian.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perencanaan pajak dapat
dilakukan dengan melakukan penggantian tunjangan yang berbentuk produk
makanan dan minuman (natura) menjadi penyediaan makan minum bagi
seluruh karyawan sehingga beban tersebut dapat dijadikan pengurang
penghasilan bruto.
9.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang, teori-teori yang ada dari hasil peneliti terdahulu
dan teori dari literature yang relevan dengan masalah yang diteliti, maka keterkaitan
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 83
antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai
berikut:
Koreksi
Fiskal
Perencanaan Pajak
(Tax Planning)
Analisis Deskriptif
III. METODE PENELITIAN
Objek pada penelitian ini adalah perencanaan pajak dalam mengurangi
pembayaran pajak terutang tahun 2014 dengan lokasi penelitian pada CV. Mitra
Bahagia Kendariyang yang beralamat di Jl. Syech Yusuf No. 50 Kendari, di bawah
pimpinan bapak Eddy Gosal. Perusahaan ini merupakan distributor tunggal produk
PT. Frisian Flag Indonesia Tbk. untuk wilayah kota kendari.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif yang diperoleh melalui data sekunder. Data sekunder merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh instansi terkait dan/atau pihak lain) karena
data ini sudah tersedia yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti yakni laporan keuangan tahun 2014 dan Rincian SPT
tahunan PPh badan.
Berdasarkan tujuan penelitian dan karakteristik data yang di peroleh, teknik
analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Penelitian ini akan
memberikan gambaran atas fenomena yang terjadi dan menganalisis serta
mengolah data-data laporan keuangan dan menjelaskan bagaimana cara
menerapkan perencanaan pajak dalam upaya mengefisienkan jumlah Pajak
Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
1. Perencanaan Pajak adalah suatu proses organisasi usaha wajib pajak
sedemikian rupa, sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun
pajak lainnya berada dalam posisi paling efisien sepanjang hal itu
dimungkinkan baik oleh peraturan perundang-undangan perpajakan maupun
secara komersil.
2. Koreksi fiskal atau penyesuaian fiskal adalah koreksi yang dilakukan akibat
adanya perbedaan antara laba/rugi komersial dengan laba/rugi fiskal.
3. Mengefisienkan beban pajak (penghematan pajak) menganut prinsip the least
and latest, yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada waktu
terakhir yang masih diizinkan oleh undang-undang dan peraturan perpajakan.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Penelitian
Pada umumnya setiap perusahaan dalam menyelenggarakan kegiatan
akuntansi memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Kebijakan tersebut sangat
mempengaruhi dan menentukan kuantitas dan kualitas dari suatu laporan keuangan
yang disajikan. Adapun kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan oleh CV. Mitra
Bahagia Kendari yang terkait dengan laporan laba rugi adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan Penghasilan dan Biaya
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 84
Sebagai wajib pajak badan yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia, CV.
Mitra Bahagia Kendari wajib menyelenggarakan pembukuan. Pembukuan
diselenggarakan dengan metode accrual basis.Selain metode accrual basis
yang telah di gunakan oleh CV. Mitra Bahagaia Kendari terdapat metode cash
basis yang juga di perbolehkan oleh pajak untuk di gunakan oleh wajib pajak.
2. Metode Penilaian Persediaan
Dalam melakukan penilaian persediaan CV. Mitra Bahagia Kendari
menggunakan metode penilaian persediaan FIFO. Apabila dilihat dari
kepentingan pemilik perusahaan, metode penilaian persediaan FIFO lebih
menguntungkan bagi wajib pajak dari segi laba komersialnya. Dibandingkan
dengan metode FIFO, metode rata-rata akan menghasilkan harga pokok lebih
besar. Namun peneliti tidak dapat menilai apakah perencanaan pajak
perusahaan dengan menggunakan metode FIFO lebih menguntungkan CV.
Mitra Bahagia Kendari atau tidak. Dikarenakan peneliti tidak memiliki data
mengenai persediaan perusahaan.
3. Penyusutan Aktiva Tetap
Metode penyusutan aktiva tetap diatur dalam PSAK No. 16. Berbeda dengan
akuntansi komersial yang memperbolehkan perusahaan menggunakan metode
garis lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah unit. Metode
penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat
ekonomi masa depan dari aset. Maka untuk tujuan perpajakan perusahaan
hanya boleh memilih metode garis lurus atau metode saldo menurun. CV. Mitra
Bahagia Kendari menggunakan metode penyusutan saldo menurun pada aktiva
tetap bukan bangunan dan metode penyusutan garis lurus pada penyusutan
aktiva tetap bangunan.
Untuk mengetahui penghasilan kena pajak yang di akui oleh pihak pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Maka CV. Mitra Bahagia wajib
untuk melakukan rekonsiliasi fiskal. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan
penghitungan pendapatan dan biaya menurut laporan laba rugi komersial dan
laporan laba rugi fiskal. Perbedaan tersebut akan menimbulakan koreksi fiskal
positif dan negatif. Apabila biaya di dalam laporan laba rugi komersial dikoreksi
fiskal positif maka akan menambah penghasilan kena pajak dan sebaliknya jika di
koreksi fiskal negatif maka akan mengurangi penghasilan kena pajak dari
perusahaan.
Berdasarkan rekonsiliasi fiskal Terdapat koreksi fiskal positif pada biaya gaji
karyawan, biaya pengobatan dan biaya entertainment. Hal ini dikarenakan biaya
tersebut tidak dapat diakui oleh pajak sesuai dengan peraturan yang ada. Selain itu
terdapat pula koreksi fiskal negatif pada akun biaya penyusutan aktiva tetap,
dikarenakan terdapat perbedaan perhitungan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat biaya-biaya yang tidak
diakui oleh pajak sebagai pengurang penghasilan perusahaan. Namun, hal tersebut
dapat diatasi melalui perencanaan pajak dengan memanfaatkan pengecualian yang
ada, sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Berikut ini biayabiaya yang dapat diakui dalam biaya operasional CV. Mitra Bahagia Kendari untuk
dapat mengefisienkan pembayaran pajak terutangnya.
1. Biaya uang makan/minum karyawan
Didalam biaya gaji karyawan terdapat koreksi fiskal positif sebesar
Rp.48.000.000. Biaya yang terkoreksi fiskal positif tersebut adalah biaya uang
makan/minum karyawan. Maka strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan mengganti pemberian uang makan/minum karyawan menjadi biaya
penyediaan makan/minum karyawan, sesuai dengan ketentuan pajak berdasarkan
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 85
Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-undang No. 36 Tahun 2008, Peraturan Menteri
Keuangan No. 83/PMK.03/2009 dan Peraturan Dirjen Pajak No. 51/PJ/2009.
2. Biaya pengobatan
Biaya pengobatan karyawan dikoreksi fiskal positif sebesar Rp.609.500. Hal ini
dikarenakan perusahaan memberikan kebijakan, di mana karyawan diperkenankan
berobat ke rumah sakit/klinik/dokter dengan membayar terlebih dahulu, kemudian
oleh perusahaan akan diberikan penggantian (reimbursement) sesuai bukti yang
diberikan karyawan. Namun, perusahaan tidak memasukkan biaya pengobatan ini
dalam penghasilan karyawan. Agar biaya ini tidak di koreksi fiskal positif maka
perusahaan harus memasukkannya dalam penghasilan karyawan tersebut karena
diterima secara tunai dari perusahaan.
3. Biaya entertainment
Biaya entertainment sebesar Rp.1.650.500 tidak dapat menjadi pengurang
pada penghasilan bruto perusahaan karena tidak memiliki bukti-bukti pengeluaran
dan tidak adanya daftar nominatif. Agar biaya tersebut dapat menjadi pengurang
pada penghasilan bruto perusahaan maka perusahaan harus membuat daftar
nominatif beserta bukti yang jelas. Sehingga, biaya ini bisa di pertanggung
jawabkan pada saat dilakukan pemeriksaan oleh pihak pajak.
4. Biaya penyusutan aktiva tetap
Biaya pentusutan sebesar Rp.5,144,695 dikoreksi fiskal negatif. Dikarenakan
perbedaaan perhitungan biaya penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan dan
perhitungan yang dilakukan peneliti berdasarkan peraturan perpajakan. Saat ini CV.
Mitra Bahagia Kendari menggunakan metode penyusutan saldo menurun terhadap
aktiva tetap bukan bangunan miliknya.
Berdasarkan perencanaan pajak yang telah dilakukan, kita dapat melihat
efisiensi dari perencanaan pajak tersebut pada tabel 4.3. Berikut ini perhitungan
laba rugi CV. Mitra Bahagia Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak.
Tabel 1. Perhitungan Laba Rugi CV. Mitra Bahagia Kendari Untuk Tahun 2014
Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak
CV. MITRA BAHAGIA KENDARI
PERHITUNGAN LABA RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2014
Sebelum
Setelah
Perencanaan
Uraian
Perecanaan
Perencanaan
Pajak (Rp)
Pajak (Rp)
Pajak (Rp)
44,066,811,860
44,066,811,860
Penjualan
42,364,428,752
42,364,428,752
Harga Pokok Penjualan
1,702,383,108
1,702,383,108
Laba Kotor
Biaya Operasional
14,280,000
14,280,000
Biaya Kanvas
157,579,510
157,579,510
Biaya Bensin, Solar, Oli
6,015,000
6,015,000
Biaya Bongkar Muat
491,578,500
492,188,000
Biaya Gaji / Tunjangan
609,500
48,000,000
Biaya Konsumsi
48,000,000
22,766,257
22,766,257
Biaya Telepon, Listrik, Air PAM
9,646,500
9,646,500
Biaya Pengiriman Dokumen
7,207,800
7,207,800
Biaya Perjalanan Dinas
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 86
Biaya Parkir / Pajak Kendaraan
Biaya Pemeliharaan Kendaraan
Biaya Administrasi dan Izin Usaha
Biaya Entertaiment
Biaya Keperluan Usaha
Biaya Penyusutan Aktiva Tetap
Biaya Bunga Bank dan Adm.
Biaya Asuransi
Jumlah Biaya Operasional
Laba (Rugi) Bersih Sebelum Pajak
Pajak Penghasilan
3,478,400
95,536,700
14,116,100
12,666,000
53,392,818
223,715,284
26,367,840
1,138,346,709
564,036,399
133,329,045
Laba (Rugi) Bersih Setelah Pajak
Sumber : Data Diolah Tahun 2014
430,707,354
1,650,500
3,478,400
95,536,700
14,116,100
1,650,500
12,666,000
53,392,818
223,715,284
26,367,840
1,188,606,709
513,776,399
121,448,391
392,328,008
Berdasarkan tabel 1, peneliti membandingkan perolehan penghasilan kena
pajak perusahaan sebelum dan setelah perencanaan pajak. Dari perbandingan
tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilakukannya perencanaan pajak terdapat
pengurangan atas pembayaran pajak penghasilan badan sebesar Rp.50.260.000.
Dengan berkurangnya penghasilan kena pajak perusahaan maka beban pajak
penghasilan yang terutang oleh perusahaan akan berkurang pula. Berikut
perhitungan PPh terutang tahun 2014 menggunakan tarif PPh Pasal 31 E ayat (1),
yaitu:
1. Sebelum Perencanaan Pajak
PPh Terutang
25% X 50% X Rp. 61.440.441 = Rp.
7.680.055
25% X Rp. 502.595.958
= Rp. 125.648.990 +
Rp. 133.329.045
2. Setelah Perencanaan Pajak
PPh Terutang
25% X 50% X Rp. 55.965.663 = Rp.
6.995.707
25% X Rp. 513.776.400
= Rp. 114.452.684 +
Rp. 121.448.391
Sehingga dapat diketahui berapa besarnya efisiensi pajak penghasilan yang
dihasilkan jika perusahaan menerapkan perencanaan pajak dalam mengefisienkan
pembayaran pajak terutang tanpa melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu:
Pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak
Rp.133.329.045
Pajak penghasilan setelah perencanaan pajak
Rp.121.448.391 Efisiensi beban pajak penghasilan
Rp. 11.880.654
Persentase
2.
X 100% = 8,9%
Pembahasan
CV. Mitra Bahagia Kendari merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang distributor, khususnya mendistribusikan produk PT. Frisian Flag Indonesia di
kota kendari. Sebagai wajib pajak, setiap tahun perusahaan wajib membayar pajak
penghasilan badan. Berdasarkan tabel 4.3, untuk tahun 2014 CV. Mitra Bahagia
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 87
Kendari memperhitungkan biaya uang makan/minum karyawan sebesar
Rp.48.000.000, biaya pengobatan sebesar Rp.609.500, dan biaya entertainment
sebesar Rp.1.650.500. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang tidak diakui oleh
pajak sebagai biaya pengurang dari penghasilan kena pajak sesuai dengan undangundang pajak penghasilan badan, sedangkan menurut perusahaan biaya tersebut
merupakan biaya yang dapat diakui sebagai pengurang dari penghasilan
perusahaan.
Berikut ini penjelasan mengenai perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh
CV. Mitra Bahagia Kendari untuk mengefisienkan pembayaran pajak terutang
terhadap biaya-biaya yang tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan
bruto perusahaan menurut peraturan perpajakan.
a.
Mengganti pemberian uang makan/minum karyawan menjadi penyediaan
makan/minum karyawan di kantor.
Kebijakan CV. Mitra Bahagia Kendari terkait dengan kesejahteraan karyawan
adalah dengan memberikan uang makan/minum kepada karyawan. Dalam hal ini,
perusahaan tidak menyediakan makan/minum untuk seluruh karyawan. Biaya ini
merupakan pemberian kenikmatan dan natura kepada karyawan sehingga harus
dikoreksi fiskal positif karena sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf e UU No. 36
Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, biaya tersebut tidak termasuk dalam
komponen pengurang pengasilan bruto badan usaha.
Maka strategi perencanaan pajak yang dapat diterapkan oleh CV. Mitra
Bahagia Kendari adalah mengganti pemberian uang makan/minum karyawan
menjadi penyediaan makan/minum bagi seluruh karyawan. Biaya yang dikeluarkan
untuk penyediaan makan/minum karyawan ini menimbulkan akun baru pada laporan
laba rugi yaitu biaya konsumsi.
b.
Memasukkan biaya pengobatan sebagai tambahan penghasilan karyawan.
Selama ini CV. Mitra Bahagia Kendari memperkenankan karyawan untuk
berobat ke rumah sakit/klinik/dokter dengan membayar terlebih dahulu, kemudian
perusahaan akan memberikan penggantian (reimbursement) sesuai bukti asli atas
nama karyawan tersebut. Namun, hal ini tidak diperbolehkan oleh pajak. Sehingga,
harus di koreksi fiskal positif. Maka perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh
CV. Mitra Bahagia Kendari adalah dengan memasukkan biaya pengobatan
karyawan ini ke dalam penghasilan karyawan yang bersangkutan, sehingga pihak
perusahaan dapat menjadikannya sebagai pengurang pada penghasilan bruto.
c.
Membuat daftar nominatif terkait biaya entertainment.
CV. Mitra Bahagia Kendari tidak membuat daftar nominatif terkait biaya
entertainment sehingga dalam peraturan perpajakan, biaya tersebut dianggap fiktif
dan harus dikoreksi fiskal positif. Pada dasarnya biaya entertainment diperbolehkan
sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan. Maka strategi perencanaan
pajak yang dapat diterapkan oleh CV. Mitra Bahagia Kendari adalah harus selalu
menyimpan bukti-bukti pengeluaran terkait biaya entertainment dan membuat daftar
nominatif yang nantinya dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh.
d.
Mengganti metode penyusutan aktiva tetap bukan bangunan.
CV. Mitra Bahagia Kendari menggunakan metode saldo menurun ganda untuk
melakukan penyusutan aktiva tetap bukan bangunan. Namun dibandingkan dengan
metode garis lurus, metode saldo menurun akan menghasilkan beban penyusutan
lebih besar pada awal dan akhir tahun pembelian atau perolehan aktiva. Dan pada
tiga tahun sebelum tahun 2014 tidak menghasilkan beban penyusutan yang besar.
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 88
Sedangkan apabila CV. Mitra Bahagia Kendari menggunakan metode garis lurus,
setiap tahun biaya penyusutan aktiva tetap bukan bangunan akan sama.
Dengan perencanaan pajak tersebut perusahaan dapat mengefisienkan
pembayaran pajaknya, berdasarkan hasil penelitian sebelum perencanaan pajak
CV. Mitra Bahagia Kendari membayar pajak pengasilan sebesar Rp.133.329.045,
sedangan setelah penrencanaan pajak sebesar Rp.121.448.391, sehingga
perusahaan dapat mengefisienkan pembayaran pajaknya sebesar Rp.11.880.654
selisih ini dapat digunakan untuk kepentingan perusahaan yang lainnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada CV. Mitra Bahagia Kendari, maka
dapat disimpulkan bahwa CV. Mitra Bahagia Kendari belum melakukan
perencanaan pajak secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan jumlah
penghasilan kena pajak menurut perusahaan dan pihak pajak. Dimana dari hasil
koreksi fiskal terdapat beberapa biaya yang terkena koreksi fiskal. Penerapan
perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti pemberian
uang makan/minum karyawan menjadi penyediaan makan/minum bersama
karyawan, memasukkan biaya pengobatan sebagai tambahan penghasilan
karyawan, dan membuat daftar nominatif biaya entertainment, serta pemilihan
metode penyusutan aktiva tetap yang dapat memberikan efisiensi pembayaran
pajak setiap tahunnya, bukan hanya pada saat awal dan akhir masa manfaat saja.
Dengan perencanaan pajak tersebut perusahaan dapat mengefisienkan
pembayaran pajaknya, sebelum perencanaan pajak CV. Mitra Bahagia kendari
membayar pajak penghasilan perusahaan sebesar Rp.133.329.045, sedangkan
setelah perencanaan pajak sebesar Rp. 121.448.391.
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, terdapat
beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan agar dapat
mengefisienkan beban pajak, yaitu: Sebaiknya perusahaan menerapkan
perencanaan pajak yang lebih optimal dalam menentukan besarnya pajak
penghasilan, Sebaiknya biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat disertai
dengan bukti-bukti yang sah sehingga biaya yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan bisa menjadi pengurang penghasilan bruto dan lebih menghemat
pembayaran pajak, dan Sebaiknya perusahaan bisa lebih memahami peraturan
perpajakan yang berlaku dengan baik sehingga dapat meminimalkan koreksi fiskal
yang terjadi pada kewajiban perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Diana, Anastasia, dan Lilis Setiawati. 2014. Perpajakan Teori Dan Peraturan
Terkini. Yogyakarta: Andi Offset
Direktorat Jendral Pajak, Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Sebagaimana Telah
Diubah, Terakhir Dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan Beserta Aturan
Pelaksanaannya. Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jendral Pajak, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Sebagaimana
Telah Diubah, Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan Beserta Aturan Pelaksanaannya.
Kementerian Keuangan RI
Djuanda, Gustian, dan Irwansyah Lubis. 2006. Pelaporan Pajak Penghasilan. Edisi
Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 89
Dwijayanti, Ayu. 2013. Analisis Koreksi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersil
Pada PT. Citra Sulawesi Sejahtera Di Makassar.Skripsi, Universitas
Hasanuddin.
(online),
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream.html.
diakses 14 agustus 2015)
Kuncoro, Mudrajad. 2012. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis?.Jakarta: Penerbit Erlangga
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi Offset
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Penerbit Kompas
Gramedia
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori Dan Kasus. Edisi Ke-Enam. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
Suandy, Erly. 2014. Perencanaan Pajak. Edisi Ke-Lima. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Sumarsan, Thomas. 2013. Tax Review Dan Strategi Perencanaan Pajak. Edisi KeDua. Jakarta: Indeks
Tanamal, Marco & Elisa Tjondro. 2013. Perencanaan Pajak Untuk Sebuah
Perusahaan Distributor Makanan dan Minuman. Universitas Kristen
Petra. Jurnal Tax and Accounting. Vol 1, No 1. (online),
(http://download.portalgaruda.org/article.hlml. diakses 26 agustus 2015)
Wahono, Sugeng. 2012. Teori Dan Aplikasi Mengurus Pajak Itu Mudah. Jakarta:
Penerbit Elex Media Komputindo
Waluyo. 2010. Akuntansi Pajak. Edisi Ke-Tiga. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Windriarti, Maretha. 2012. Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan
Badan Pada PT. Semen Tonasa Di Pangkep. Skripsi, Universitas
Hasanuddin.
(online),
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream.html,
diakses 10 agustus 2015)
Wulansari, Evi. 2013. Implementasi Tax Planning Terhadap Perhitungan PPh Badan
Pada PT. Pelabuhan Indonesia IV. Skripsi, Universitas Hasanuddin.
(online), (http://repository.unhas.ac.id/bitstream.html.
diakses 10
agustus 2015)
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 90
Download