PENGARUH ASOSIASI MEREK TERHADAP RESPON PENGGUNA TELEPON SELULER SAMSUNG SERIES (STUDI PADA PENGGUNA PONSEL SAMSUNG GALAXY SERIES DI BATAM LUCKY PLAZA) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat salah satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya OLEH : NICKY NIM. 11002850 PROGRAM STUDI AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016 11 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin pesat. Seiring dengan era globalisasi dan pasar bebas, dunia usaha secara otomnatis akan diahdapkan pada persaingan yang sangat ketat (hypercompetitive),sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk lebih cermat dalam menentukan strategi bersaing, agar dapat memenangkan persaingan maka perusahaan dituntut untuk dapat mendesain dan mengimplementasaikan strategi pemasaran yang mampu menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan konsumennya, sehingga pada akhirnya dapat tercipta ekuitas merek yang tinggi. Kemajuan teknologi di era globalisasi memberikan peluang kepada setiap pihak untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang sama baik dan dengan harga yang sama kompetitifnya, sehingga produk yang beredar di pasar umumnya relative mirip dan sulit untuk dibedakan. Agar dapat memenuhi tuntutan pasar dan memenangkan persaingan para perusahaan berupaya mendeferensiasikan produknya melalui pengembangan dan perbaikan standar kualitas produk secara terus-menerus dan berusaha menekan biaya produksi sedapat mungkin, sehingga harga jual produk bisa terjangkau. 13 Namun ditengah situasi persaingan yang ketat dan sifat pasar yang telah berubah, tidak cukup mengandalkan diferensiasi kualitas dan harga sebagai modal keunggulan kompetitif, apalagi kedua strategi tersebut mudah ditiru oleh pesaing. Oleh karena itu dibutuhkan strategi lain yang tidak bisa ditiru dan dapat mendukung keduanya. Merek, memang merupakan komponen kecil dari kebijakan produk dan seringkali hanya dianggap sebagai sekedar nama atau tanda untuk mengidentifikasi suatu produk, yang mungkin dapat dijadikan atribut kompetitif yang cukup tangguh apabila dikelola secara tepat dan sungguhsungguh. Merek mengandung nilai-nilai yang bersifat intangible, emosional, keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan, sehingga sulit untuk ditiru oleh pesaing. Oleh karena itu beberapa merek terkenal di dunia memanfaatkan karakteristik manusia ke dalam produknya agar memudahkan konsumen mengingat merek tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan preferensi mereka dalam memilih suatu produk. Agar produk dari suatu perusahaan dapat dikenal dengan baik oleh konsumen dan dilihat berbeda dari produk yang disajikan oleh perusahaan, perlu diberikan suatu ada pada satu kategori pasar. Dengan kenalnya konsumen pada merek suatu produk, akan mempengaruhi kepercayaan konsumen pada merek tersebut, yang selanjutnya akan mempengaruhi keputusan pembelian pada merek yang sama. 14 Suatu merek dapat dikatakan sebagai merek yang berekuitas, jika merek memiliki 5 dimensi, yaitu kesadaran merek (brand awareness), kualitas yang dirasakan (perceived quality), asosiasi merek (brand association), loyalitas merek (brand loyalty),dan aset merek lainnya (other proprietary asset) (Aaker ,2006,dalam Durianto et al (2006:40). Asosiasi merek merupakan salah satu elemen penting dari pembentukan ekuitas merek, bahkan Keller menyatakan bahwa ekuitas merek terjadi ketika konsumen mengenali merek tersebut dengan baik dan mempunyai asosiasi merek yang kuat, layak, dan unik dalam benaknya (Keller, 2006:2). Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2006:69) mendefinisikan asosiasi merek merupakan segala kesan muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Definisi lain, menurut Aaker (2006:160) suatu asosiasi merek adalah segala hal yang “berkaitan” dengan ingatan mengenai sebuah merek. Fungsi merek terdiri dari jaminan, identifikasi personal, identifikasi sosial, dan status (Rio, et al, 2006:414). Fungsi jaminan dapat dipahami sebagai janji atau garansi terhadap kualitas. Fungsi identifikasi personal berhubungan dengan identitas diri konsumen dengan beberapa merek yang dibangun atas dasar daya tarik suatu merek. Fungsi identifikasi sosial didasarkan pada kemampuan merek sebagai sarana komunikasi dalam mewujudkan keinginan konsumen untuk berintegrasi atau sebaliknya, memisahkan diri dari kelompoknya di lingkungan 15 sosialnya. Terakhir, fungsi status diekspresikan melalui rasa bangga atau kagum serta prestise (wibawa) konsumen selama menggunakan merek (Rio, et al, 2006:412). Assael (2006:22) mengatakan bahwa respon konsumen merupakan hasil dari proses keputusan konsumen. Keller (2006:45) berpendapat bahwa respon konsumen terhadap merek direfleksikan melalui persepsi, preferensi, dan semua perilaku atau tindakan yang berhubungan dengan aspek pemasaran sebuah merek. Respon konsumen terhadap suatu merek telah diteliti oleh sejumlah peneliti, hasilnya menunjukkan adanya pengaruh positif antara asosiasi merek dengan pilihan konsumen, preferensi dan niat membeli, kesediaan untuk membayar harga premium, merekomendasikan merek pada pihak lain, dan menerima perluasan merek (Park dan Srinivasan, 2006; CobbWalgren et al, 2006, Agarwal dan Rao, 2006; Hutton, 2006; Yoo et al, 2006, dalam Rio et al, 2006;413). Pengaruh asosiasi merek pada respon konsumen merupakan subyek penting, ketika menganalisa nilai merek bagi perusahaan maupun konsumen. Rio et al, (2006:414) mengemukakan bahwa konsumen cenderung lebih meyakinkan dirinya dengan cara merekomendasikan merek pada orang lain, bahwa merek yang mereka asosiasikan mempunyai jaminan kualitas yang tinggi. Persepsi tertinggi atas jaminan sebuah merek akan lebih menguntungkan dalam mengevaluasi merek, sehingga mendorong konsumen untuk bersedia membayar merek dengan harga 16 premium, merekomendasikan merek pada orang lain, dan menerima perluasan merek. Samsung merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi yang terkenal di Indonesia yang memproduksi telepon seluler, sehingga masyarakat sudah tidak asing lagi dengan merek tersbut. Masyarakat sudah mengenal dengan merek Samsung sebagai merek telepon seluler atau smartphone, berkat pemasaran yang dilakukan oleh Samsung. Posisi market leader yang selama beberapa kurun waktu terakhir ini dipegang oleh Samsung dapat dikatakan sebagai buah manis dari strategi human technology yang dirumuskannya. Strategi human technology menunjukkan Samsung tidak ingin mengasosiasikan ponselnya sebagai produk dengan teknologi yang canggih, meskipun sebenarnya Samsung menggunakanya. Samsung lebih memilih menggunakan pendekatan emosional dalam mengasosiasikan produknya, misalnya dengan mempersepsikan produknya sebagai teknologi yang mempermudah hidup, menghibur, dan mengerti kebutuhan penggunanya. Atmosfer yang sangat emosional dan kental dengan sisi kemanusiaan ini bisa kita dapati dari beberapa iklannya dan juga tagline-nya yang berjuluk Connecting People. Samsung ingin menghadirkan nuansa baru dalam teknologi ponsel, yakni teknologi yang mengerti kita, bukan kita yang harus mencoba mengerti teknologi, sehinnga Samsung dinyatakan sebagai merek ponsel yang paling terlaris dan popular. 17 Meskipun Samsung berada pada peringkat pertama selama tiga tahun terakir ini, namun dari data yang ada, peneliti mendapati adanya beberapa keluhan dari pelanggan pengguna ponsel Samsung khususnya pengguna ponsel Samsung tipe Galaxy series di Batam Lucky Plaza selama tahun 2015, berikut data keluhan pelanggan pengguna ponsel Samsung Galaxy series dalam tri wulan : Tabel 1. Data Keluhan Pengguna Ponsel Samsung Galaxy Series Triwulan I Banyak Keluhan (per 3 bulan) 8% Triwulan II 15% Triwulan III 13% Triwulan IV 18% Total 54% Tahun 2015 Sumber: Batam Lucky Plaza Dan berikut adalah data penjualan ponsel Samsung Galaxy series yang mengalami penurunan penjualan di Batam Lucky Plaza selama tahun 2015, berikut prosentase data penjualan ponsel Samsung Galaxy series dalam tri wulan : Tabel 2. Data Penjualan Ponsel Samsung Galaxy Series Triwulan I Penjualan Samsung (per 3 bulan) 46.35 % Triwulan II 30.73 % Triwulan III 17.56 % Triwulan IV 5.36 % Total 100 % Tahun 2015 Sumber: Batam Lucky Plaza 18 Dari data keluhan pelanggan dan data penjualan diatas membuktikan turunnya asosiasi masyarakat mengenai ponsel Samsung Galaxy series sehingga mengakibatkan penjualan ponsel Samsung Galaxy series mengalami penurunan dan tidak dapat memenuhi target penjualan tiap tahun sebesar 300 unit. Turunnya penjualan tersebut diindikasikan karena banyaknya ditemukan keluhan dalam ponsel Samsung Galaxy series yaitu sering hang (error), sering restart sendiri, kamera tidak berfungsi maksimal, slider mudah rusak dan lain sebagainya sehingga dapat mempengaruhi respon pelanggan terhadap ponsel Samsung khususnya tipe Galaxy series. A. Belen del Rio (2006), Hutton (2006), Yoo et al. (2006) menyatakan bahwa “Brand Associations have a positive influence on consumer choice, preferences and intention of purchase, their willingness to pay a price premium for the brand, accept brand extentions, and recommend the brand to others “, yang berarti bahwa merek positif mempengaruhi pilihan atau kegemaran dan minat konsumen untuk membeli, serta kemauan untuk membayar harga premium, menerima perluasan merek dan merekomendasikan merek ke orang lain. Dalam penelitian A. Belen del Rio (2006) tidak memasukkan consumer choice, preferences, and intention of purchase sebagai dimensi penelitiannya karena responden yang diteliti merupakan responden yang sudah pernah membeli produk dan tidak membutuhkan tahap consumer 19 choice, preferences and intention of purchase dalam menentukan pembeliaannya (bukan lagi di tahap memilih produk melainkan dibeli). Dengan fenomena tersebut menyadarkan perusahaan ponsel Samsung perlu menciptakan strategi yang lebih baik, sehingga memberikan manfaat yang besar bagi pelanggannya melalui merek yang telah ditanamkan dan tidak beralih ke merek lain dan pelanggan bersedia menerima perluasan merek. Dengan demikian perusahaan perlu membangun asosiasi merek berdasarkan fungsi merek yang baik bagi pelanggan, sehingga pelanggan diharapkan mampu meningkatkan respon pelanggan yang lebih baik terhadap produk ponsel Samsung khususnya untuk tipe Galaxy series dalam bentuk merekomendasikan pada orang lain, membayar dengan harga premium, dan menerima perluasan merek. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti ingin mengetahui Pengaruh Asosiasi Merek Terhadap Respon Pengguna Telepon Seluler Samsung series (Studi Pada Pengguna Ponsel Samsung Galaxy Series Di Batam Lucky Plaza). 1.2 Rumusan Masalah Sebagaimana yang telah diungkapkan pada latar belakang, respon pelanggan dipengaruhi oleh asosiasi merek, maka dapat disusun suatu perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Jaminan mempunyai pengaruh terhadap Respon Pengguna ponsel Samsung Galaxy series di Batam? 20 2. Apakah Identifikasi Personal mempunyai pengaruh terhadap Respon Pengguna ponsel Samsung Galaxy series di Batam? 3. Apakah Identifikasi Sosial mempunyai pengaruh terhadap Respon Pengguna ponsel Samsung Galaxy series di Batam? 4. Apakah Status mempunyai pengaruh terhadap Respon Pengguna ponsel Samsung Galaxy series di Batam? 5. Apakah Jaminan, Identifikasi Personal, Identifikasi Sosial dan Status mempunyai pengaruh terhadap Respon Pengguna ponsel Samsung Galaxy series di Batam? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dari permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh Asosiasi Merek teleppon seluler Samsung terhadap Respon Pengguna telepon seluler Samsung Galaxy series di Batam. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan memperhatikan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut; 1. Sebagai masukan bagi perusahaan produsen telepon seluler Samsung sehingga dapat diketahui bahwa Asosiasi Merek telepon seluler 21 Samsung dapat dipersepsikan pelanggan dan dapat mempengaruhi Respon Pengguna. 2. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya berhubungan dengan Asosiasi Merek. 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang berkepentingan serta menambah literature perpustakaan sehingga memberikan manfaat bagi semua pihak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Penelitian ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Belen del Rio, Rodolfo Vasques Iglesias, dengan judul “The Effect of Brand Assosiation on Consumer Response”, 2006. 22 Penelitian tersebut menganalisis pengaruh asosiasi-asosiasi merek berdasarkan fungsi merek yang terdiri dari jaminan, identifikasi personal, identifikasi social, dan status terhadap respon pelanggan. Respon pelanggan ini meliputi kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium, kesediaan pelanggan merekomendasikan merek pada orange lain, dan kesediaan pelanggan untuk menerima perluasan merek. Penelitian ini mengambil obyek beberapa sepatu olahraga yaitu Adidas, Fila, Kelme, J”hayber, Nike, dan Reebok dengan tempat penelitian yaitu di beberapa kota di Spanyol dan menggunakan metode path analysis. Hasil penelitian yaitu keempat fungsi merek menunjukkan adanya pengaruh yang positif terhadap respon pelanggan berupa perluasan merek, rekomendasi merek, harga premium. 2. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Ujianto, 2006 dengan judul “Pengaruh Brand Assosiation terhadap Consumer Response pada produk Mc Donald’s di Surabaya”. Penelitian ini menggunakan cross sectional data dengan jumlah responden minimal sebanyak 5 kali item pertanyaan yang dipertanyaan (Hair, 2006:94) yang pernah mengonsumsi produk Mc Donald’s yang berada di Surabaya. Pertimbangan penentuan jumlah sampling tersebut mendasarkan pada jumlah populasi yang infite (tidak diketahui jumlah pastinya). Prosedur pengambilan sampel yang 23 digunakan adalah non-probability sampling. Sedangkan teknik pengambilan sampel adalah judgemental sampling dengan melakukan checking terhadap profil responden secara dinamis. Canonical Correlation adalah model statistik multivariate yang memfasilitasi penelitian interrelationship antara serangkaian dependent variable dan multiple independent variable. Hasil analisis canonical correlation dihitung nilai korelasi antara variabel independent dengan variannya dimana besarnya varian dalam penelitian ini adalah tiga karena variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variable dependen yaitu harga premium, merekomendasikan merek, perluasan merek dan varaibel independen yaitu jaminan, identifikasi personal, identifikasi social, dan status yang mempunyai pengaruh signifikan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Toto Rahardjo, 2006 dengan judul “Analisa Atribut Brand Association (Asosiasi Merek) Telepon Seluler Samsung (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya)”. Penelitian ini menganalisis atribut-atribut asosiasi merek manakah yang melekat dalam benak penngguna ponsel Samsung dan menganalisis keselarasan antara brand identity yang dibangun Samsung dengan brand image yang diekspresikan oleh pengguna Samsung. Populasi penelitian ini dalah mahasiswa FEUB yang jumlahnya 3760 mahasiswa dengan teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling. 24 Dengan menggunakan metode Solvin jumlah sample yang diambil sebanyak 97 responden. Dari analisis tersebut didapati hasil yang signifikan antara variabel dependen dan variabel independen. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Stephani, Indriani dan Honantha, 2008 dengan judul “Pengaruh Brand Association Terhadap Consumer Response Pada Produk Louis Vuiton Di Surabaya” Fakultas Ekonomi, Universitas Surabaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh Brand Association terhadap Consumer Response produk Louis Vuitton di Surabaya. Target populasi dari penelitan ini adalah orang yang membeli dan menggunakan produk branded fashion Louis Vuitton minimal selama 6 bulan baik pria maupun wanita di Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan jenis riset konklusif eksperimental. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa telah terbukti adanya pengaruh Brand Associations terhadap Consumer Response. 5. Penelitian yang juga dilakukan oleh Tri Nurulliyawati, 2008 skripsi FE/EM UPN “Veteran” Jawa Timur dengan judul “Pengaruh Asosiasi Merek Berdasarkan Fungsi Merek Terhadap Respon Pelanggan Pada Sabun Mandi Cair Dove di Surabaya”. Penelitian ini meneliti untuk mengetahui pengaruh asosiasi merek sabun mandi cair Dove berdasarkan fungsi merek terhadap respon pelanngan yang ada di Surabaya. Skala pengukuran yang 25 digunakan adalah skala ordinal yaitu jenjang selisih semantic (Semantic Differential Scale). Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan yang menggunakan sabun mandi cair Dove di Surabaya dengan tehnik pengambilan sampel non probability sampling. Hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh asosiasi merek terhadap respon pelanggan yang signifikan. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untukberkembang dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tegantung pada keahlian dan kemampuan mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Marketing berasal dari kata market yang berarti pasar, dan pasar disini bukan dalam arti kongkret, tetapi ditujukan pada pengertian pasar secara abstrak. Banyak definisi yang diberikan para ahli, namun pada umumnya berpendapat bahwa kegitan atau aktivitas pemasaran bukan hanya sekedar menjual barang atau jasa, melainkan mempunyai arti yang lebih luas. Adapun pengertian pemasaran menurut Kotler (2006:9) pemasaran adalah suatu proses mendapatkan apa sosial didalamnya individu dan kelompok yang mereka butuhkan dan inginkan dengan 26 menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut America Marketing Association (AMA) dalm bukunya Buchari Alma (2006:3) menyatakan pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi dan pendistribusian barang, jasa dan ide serta dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan. Warren. J. Keegan (2006:4) menyatakan pemasaran merupakan proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya dan sasaran dari sebuah organisasi pada kesempatan dan kebutuhan lingkungan. Pemasaran terdiri dari kegiatan-kegiatan para individu dan organisasi yang dilakukan untuk memudahkan atau mendukung pertukaran yang memuaskan dalam sebuah lingkungan yang dinamis melalui penciptaan distribusi, promosi, dan penetapan harga. Pemasaran dilakukan untuk mengembangkan dan memperoleh laba dengan mencoba memahami kebutuhan dan keinginan akan suatu produk dalam suatu proses transaksi. Ilmu pemasaran sekarang ini telah dipraktekan secara luas oleh organisasi bisnis maupun non bisnis. Hal ini dimungkinkan oleh adanya manfaat besar 2.2.2 diperoleh dalam mengelolah suatu organisasi. Konsep Pemasaran Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus 27 menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler, 2006:9). Menurut Kotler & Amstrong (2006:15) konsep pemasaran adalah manajemen pemasaran yang berkeyakinan bahwa penacapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing. Menurut Swastha (2006:17) konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dansosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Cravens, (2006:10) menyatakan pada dasarnya konsep pemasaran adalah sederhana, jika orang-orang tidak ingin atau tidak butuh terhadap produk yang perusahaan pasarkan, maka mereka tidak akan membelinya. 2.2.3 Merek Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, desain atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk (Kotler dan Amstrong 2006:244 dan Keller 2006 dalam Erna Ferrinadewi, 2008:137). 28 Menurut Tjiptono (2006:104) merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol/lambing, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberi identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Menurut Aaker (2006:9) mendefinisikan merek adalah nama dan atau symbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual. Kotler (2006:460) menyatakan merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekedar symbol. Merek dapat memiliki enam level pengertian: 1. Atribut: merek memgingatkan pada atribut-atribut tertentu. Blackberry memberi kesan sebagai ponsel yang mahal, dibuat dan dirancang dengan baik, dan bergengsi tinggi. 2. Manfaat: suatu merek lebih dari serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli atribut, tetapi mereka membeli manfaat dari produk tersebut. Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Atribut “mahal” diterjemahkan menjadi manfaat emosional, yaitu “ponsel ini membuat saya merasa lebih penting dan berkelas”. 29 3. Nilai: merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Blackberrry berarti kinerja tinngi, kemewahan, gengsi, style, dan lain-lain. 4. Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya mobil Mercedes yang mewakili budaya Jerman, yaitu terorganisasi, efisiensi, dan kualitas tinggi. 5. Kepribadian: merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes menunjukkan sebuah citra elegan, mewah dan terhormat.. 6. Pemakai: merek menunjukkan jenis pelanggan yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Manfaat merek bagi perusahaan (Rangkuti, 2006:139) adalah sebagai berikut: a. Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesanan-pesanan dan memperkecil timbulnya permasalahan. b. Nama merek dan tanda dagang secara hukum melindungi penjualan dan pemalsuan ciri-ciri produk, karena bila tidak setiap pesaing akan meniru produk yang telah berhasil di pasaran. c. Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar ke dalam segmen-segmen tertentu. d. Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap produknya. 30 e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya nama merek yang baik. Dengan membawa nama perusahaan, merek ini sekaligus mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan. Manfaat merek bagi para distributor adalah: a. Memudahkan penanganan produk. b. Mengidentifikasi pendistribusian produk. c. Meminta produksi agar berada pada standart mutu tertentu. d. Meningkatkan pilihan para pembeli. Sedangkan manfaat merek bagi konsumen adalah: a. Memudahkan untuk mengenali mutu suatu produk. b. Dapat berjalan dengan mudah dan efisien terutama ketika membeli kembali produk yang sama. c. Dengan adanya merek tertentu, konsumen dapat mengkaitkan status dan prestisenya. Tujuan digunakannya merek menurut Tjiptono (2006:104) adalah: 1. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. Ini akan memudahkan pelanggan untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan pembeli ulang. 2. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk. 3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen. 31 4. Untuk mengendalikan pasar. 2.2.3.1 Ekuitas Merek Definisi ekuitas merek, menurut Aaker (2006 dalam Fandy Tjiptono 2006:39) adalah serangkaian aset dan kewajiban merek yang terkait dengan sebuah merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan perusahaan tersebut. Menurut Durianto et al (2006:6) menyatakan ekuitas merek merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri di mata pelanggannya. Aset yang dikandungnya dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Aaker, 2006,2006 dalam Fandy Tjiptono (2005:40) menjabarkan aset merek dibagi kedalam lima kategori : a. Brand Awareness (kesadaran merek) Kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. b. Perceived Quality (persepsi kualitas) Merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perceived quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau pakar) terhadap kualitas produk. 32 c. Brand Associations (asosiasi merek) Segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek. Brand Associations berkaitan erat dengan brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan merek spesifik. d. Brand Loyalty (loyalitas merek) Mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 2.2.3.2 Asosiasi Merek Asosiasi merek adalah salah satu bagian dari ekuitas merek, dimana asosiasi merek mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain-lain (Aaker, 2006, dalam Durianto et al, 2006:4). Menurut Keller (2006:2) asosiasi merek adalah salah satu elemen pembentuk ekuitas yang penting, bahkan Keller menyatakan bahwa 33 ekuiatas merek terjadi ketika konsumen familiar terhadap merek dan mempunyai asosiasi merek yang kuat, layak dan unik dalam benaknya. Aaker (2006:160) mendefinisikan asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Sedangkan menurut Rangkuti (2006) asosiasi merek dapat menciptakan suatu nikai bagi suatu perusahaan dan para pelanggan, karena asosiasi merek dapat membantu penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek yang lain. Asosiasi merek memiliki empat dimensi yaitu : 1. Jaminan Fungsi jaminan sebagai kemampuan merek memberikan jaminan bahwa merek tersebut dapat dipercaya, secara efektif menghasilkan kualitas dan kinerja serta memenuhi harapan pelanggan (Ambler, 2006, dalam Rio et al, 2006:411) yang terdiri dari : a) Kepercayaan yang diinginkan Kepercayaan yang dimaksud adalah sebagai kepercayaan pelanggan terhadap produk, perusahaan asal produk, reputasi dan kredibilitasnya, serta tindakan perusahaan yang sesuai dengan keinginan pelanggan. (Lassar, Mittal dan Sharma, 2006:13). b) Kualitas kinerja Lassar, Mittal dan Sharma (2006:13) kualitas merupakan istilah lebih tertuju pada totalitas dari suatu pekerjaan fisik sebuah produk. 34 Kualitas merupakan penilaian dari pelanggan mengenai merek yang bebas cacat, tahan lama dan kesempurnaan fisik dari sebuah produk. c) Memenuhi harapan pelanggan Merek harus mampu memberikan manfaat lebih dari manfaat ekonomis dari sejumlah uang yang dibayar (Ambler, 2006:172). 2. Identifikasi Sosial Menurut Long dan Schiffman, 2006, dalam Rio, et al, (2006:412) fungsi identifikasi sosial didasarkan pada kemampuan merek yang sebagai alat komunikasi yang mengikuti harapan kebutuhan pelanggan untuk bergabung atau sebaliknya, memisahkan dirinya dari kelompko individu dan membuat lingkungan sosial yang dekat dengan dirinya sendiri. Lassar, Mittal dan Sharma, 2006 dalam Rio et al, 2006:417 fungsi identifikasi sosial terdiri dari: a) Reputasi sosial suatu merek Reputasi sosial suatu merek adalah persepsi penghargaan yang ditujukan dan di berikan oleh kelompok sosial di sekitar trehadap suatu merek (Lassar, Mittal dan Sharma, 2006:13). b) Penerimaan lingkungan terdekat 35 Penerimaan lingkungan terdekat yaitu penerimaan atas seseorang oleh kelompok sosial disekitar pelanggan (teman, kerabat, dan orang disekitar pelanggan), sesuai keinginan seseorang untuk diterima oleh orang lain atau merasa menjadi anggota suatu kelompok (Rio et al, 2006:412). 3. Identifikasi Personal Fungsi identifikasi personal didasarkan dari kemampuan merek untuk mengekspresikan konsep diri pelanggan dan kemampuan merek membangun hubungan emosional yang kuat (Lassar et al, Mittal dan Lee, 2006, dalam Rio et al, 2006:417) yang terdiri dari: a) Gaya Hidup Engel, Blackwell dan Minard, (2006:446) gaya hidup didefinisikan sebagai pola yang digunakan orang untuk hidup dan menghabiskan waktu dan uang. b) Kepribadian Sumarwan (2004:47) merupakan perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia, perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan cirri unik dari masing-masing individu. 4. Status 36 Solomon, (2006), dalam Rio et al, (2006:412) fungsi status merupakan fungsi yang mampu mengekspresikan perasaan penghargaan dan gengsi yang dialami pelanggan ketika menggunakan merek tersebut. Bhat dan Reddy, (2006) dalam Rio et al, (2006:417) fungsi status terdiri dari: a) Gengsi Kehormatan atau pengaruh yang diperoleh dari suatu perbuatan. b) Kelas Sosial Pembagian di dalam masyarakat yang terdiri atas individuindividu yang berbagai nilai-nilai, kepentingan, dan perilaku yang sama Engel (2006:498). 2.2.4 Perilaku Konsumen Tujuan perusahaan adalah memenuhi dan melayani kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan tentunya harus mengetahui factor-faktor apa yang mempengaruhi pelanggan dalam membeli suatu produk. Perusahaan juga perlu memahami perilaku pelanggan agar dapat menyusun strategi pemasaran yang tepat bagi pasar sasarannya. 37 Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan mengahabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lain, menurut Engel, Blackwell dan Miniard, 2006, dalam Sumarwan (2004:25) perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menhabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Schiffman dan Kanuk, 2006, dalam Sumarwan (2004:25) perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “why do consumers do what they do”. Bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). 2.2.4.1 Persepsi Pengguna (Pelanggan) Persepsi pelanggan merupakan suatu proses yang timbul akibat adannya sensasi, dimana pengertian sensasi adalah aktivitas meraskan atau penyebab keadaan emosi yang mengembirakan. Dengan adanya itu semua maka kan timbul persepsi. Setiadi (2006:160) persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli diinterpretasikan. itu diseleksi, diorganisasikan, dan 38 Sedangkan menurut Stanton dalam Setiadi (2006:160) persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. 2.2.4.2 Sikap Pengguna (Pelanggan) Sikap merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami pelanggan. Sikap sebagai salah satu konsep yang cukup sederhana yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki pelanggan atas atau menentang suatu objek. Sikap konsumen trhadap suatu merek berarti sikap terhadap merek yaitu mempelajari kecenderungan pelanggan untuk mengevaluasi merek tertentu secara konsisten. Dengan demikian, pelanggan mengevaluasi merek tertentu secara keseluruhan dari yang paling jelek sampai yang paling baik (Setiadi, 2006:214). Menurut Sumarwan (2006:136) sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Sutisna (2006:100) menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen yang terkait yaitu: 1. Kepercayaan terhadap merek 2. Evaluasi merek 3. Maksud untuk membeli 39 Kepercayaan merek adalah komponen kognitif dari sikap, evaluasi merek adalah komponen afektif atau perasaan, maksud untuk membeli adalah komponen konatif atau tindakan. Hubungan antara tiga komponen itu mengilustrasikan hirarki pengaruh keterlibatan tinggi yaitu kepercayaan merek mempengaruhi evaluasi merek dan evaluasi merek mempengaruhi maksud untuk membeli. Dalam pengukuran sikap, pemasar juga perlu memperhatikan sikap merek pelanggan. Sikap merek (brand attitude) adalah aspek penting dari ekuitas merek. Ekuitas merek menyangkut nilai suatu merek bagi pemasar dan pelanggan. Dari sudut pandang pemasar, ekuitas merek menyiratkan keuntungan, arus kas, dan pangsa pasar yang lebih beasr. Dari sudut pandang pelanggan, ekuitas merek melibatkan suatu sikap merek positif yang kuat (evaluasi yang baik terhadap suatu merek) didasarkan pada kepercayaan dan arti baik yang dapat diakses dari dalam ingatan (Peter dan Olsen, 2006:134). 2.2.4.3 Respon Pengguna (Pelanggan) Asri (2006:153) respon pelanggan adalah memberikan tanggapan terhadap suatu faktor (pendorong, stimuli) berdasarkan “kedudukanya”. Dengan kata lain respon yang diberikan seseorang akan sangat tergantung pada posisi yang menjadi latar belakang mengapa ia member respon tersebut. 40 Rio, Vasques dan Iglesias (2006:413) dalam hal ini memfokuskan ada tiga aspek respon pelanggan yang secara umum memberikan keuntungan kompetitif pada perusahaan yaitu kesediaan menerima perluasan merek, merekomendasikan merek pada orang lain, kesediaan membayar merek dengan harga premium. 1. Kesediaan menerima perluasan merek Rangkuti (2006:113) perluasan merek dapat dilakukan apabila perusahaan menggunakan merek yang sudah ada kepada produk baru yang akan diluncurkan. Kotler (2006:472) menyatakan perluasan merek adalah sebuah perusahaan mungkin memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru. Asosiasi merek yang diciptakan oleh perluasan bisa menumbuhkan pencitraan tajam yang bisa menjadi ast penting. Jika sebuah merek diperluas, asosiasi-asosiasi kelas produknya melemah, namun merek tersebut mungkin juga mengembangkan asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan tipe produk. Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2006:103) menyatakan bahwa suatu merek produk dengan kualitas yang dipersepsikan ileh pelnggannya dengan kuat dapat dieksploitasi kearah perluasan merek. Merek dengan persepsi yang kuat dapat digunakan untuk memperkenalkan kategori produk baru, yang beraneka macam. 41 Produk kemungkinan sukses yang lebih besar dibandingkan dengan merek yang persepsi kualitasnya lemah. 2. Kesediaan merekomendasikan merek pada orang lain Menurut Sutisna (2006:633) menyatakan pengetahuan konsumen atas berbagai macam merek produk lebih banyak disebabkan adanya komunikasi dari mulut ke mulut (Word of Mouth Communication) karena informasi dari mulut ke mulut akan lebih dipercaya, lebih bernilai dan lebih kuat serta dapat mengurangi pencarian informasi dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan dan brosur. Assael (2006:633) memberikan pengertian bahwa rekomendasi adalah salah satu bentuk perpindahan kalimat dari mulut ke mulut yang merupakan kesediaan pelanggan untuk memberikan saran, opini, dan pendapat kepada pihak lain tentang suatu hal. Peter dan Olsen (2006:200) menambahkan komunikasi dari mulut ke mulut (Word of Mouth Communication) dapat membantu penyebaran kesadaran produk hingga menjangkau pelanggan di luar dari mereka yang melakukan kontak langsung dengan promosi. 3. Kesediaan membayar dengan harga premium Rio, Vasques, Iglesias (2006:417) menyatakan harga premium bagi pelanggan merupakan bentuk kesediaan pelanggan membayar 42 merek yang telah dievaluasinya (diketahui) dibandingkan dengan merek yang belum diketahui dengan karakteristik fisik yang sama. Kotler (2006:248) harga premium adalah harga diatas ratarata, hal ini dapat terjadi pada sebuah merek yang terkenal dan mendominasi pada benak pelanggan. Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak (2006:102) menambahkan bahwa salah satu karakteristik yang penting dari merek produk adalah posisinya dalam dimensi kualitas yang dipersepsikan, apakah merek tersebut merupakan yang terbaik atau sama baiknya dengan merek lainnya, apakah merek tersebut ekonomis, super optimum atau optimum. Salah satu keuntungan darin persepsi kualitas adalah memberikan ruang pilihan dalam menentukan premium price (harag premium), sehingga dapat meningkatkan laba yang secara langsung dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dengan persepsi kualitas dapat menciptakan pelanggan memperoleh komoditi sesuai dengan apa yang dibayar. Sebagai kompensasi dari premium price adalah keunggulan dari produk atau merek. Nilai tambah ini akanmenghasilkan basis pelanggan yang lebih besar dengan loyalitas merek yang lebih tinggi disamping banyak lagi program pemasaran yang efektif dan efisien. 2.2.5 Pengaruh Asosiasi Merek terhadap Respon Pengguna (Pelanggan) 43 Hutton (2006 dalam Rio Vasques dan Iglesias, 2006:413) menyatakan bahwa asosiasi merek akan memperkuat dan mampu mendorong respon pelanggan. Keller (2006:47) mengemukakan bahwa elemen penting dari ekuitas merek adalah pengetahuan merek (brand knowledge) yang merupakan simpul-simpul merek di dalam ingatan seseorang dan terdiri dari bermacam-macam asosiasi-asosiasi yang terkait dan mampu menentukan informasi yang dapat diingat kembali mengenai suatu merek untuk mempengaruhi respon pelanggan. Dari pernyataan-pernyataan diatas peran fungsi merek dengan respon pelanggan yang telah diteliti oleh sejumlah pakar antara lain Park dan Srinivasan (2006), Cobb-Walgren (2006), Agarwal dan Rao (2006), Hutton (2006), Yoo et al (2006) menunjukkan adanya pengaruh positif asosiasi merek terhadap suatu pilihan konsumen, niat pembelian, kesediaan membayar merek dengan harga premium, kesediaan merekomendasikan merek pada orang lain, dan kesediaan menerima perluasan merek (Rio, Vasques dan Iglesias, 2006:413). 44 2.3 Kerangka Konseptual Kepercayaan X1.1 Kualitas X1.2 Jaminan X1 Memenuhi harapan pelanggan X1.3 Perluasan Merek Y1 Gaya Hidup X2.1 Kepribadian X2.2 Identifikasi Personal X2 Asosiasi Merek X Respon Pengguna Y Rekomendasi Y2 Harga Premium Y3 Reputasi merek X3.1 Penerimaan lingkungan terdekat X3.2 Gengsi X4.1 Kelas sosial X4.2 Identifikasi Sosial X3 Status X4 2.4 Hipotesis Diduga bahwa Asosiasi Merek telepon seluler Samsung Galaxy series berpengaruh positif terhadap Respon Pengguna. H.1 Jaminan mempunyai pengaruh terhadap respon pengguna telepon seluler Samsung galaxy series H.2 Identifikasi personal mempunyai pengaruh terhadap respon pengguna telepon seluler Samsung galaxy series H.3 Identifikasi sosial mempunyai pengaruh terhadap respon engguna telepon seluler Samsung galaxy series H.4 Status mempunyai pengaruh terhadap respon pengguna telepon seluler Samsung galaxy series H.5 Jaminan, Identifikasi Personal, Identifikasi Sosial dan Status secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap respon pengguna telepon seluler Samsung galaxy series 1 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi operasional variable dan pengukuran variabel 3.1.1 Definisi operasional variabel Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Asosiasi Merek (X) Asosiasi merek merupakan segala hal yang berkaitan dengan ingatan pelanggan mengenai pada telepon seluler merek Samsung. Indikator-indikator dari Asosiasi Merek: 1. Jaminan (X1) Meupakan kemampuan merek memberikan jaminan bahwa merek tersebut dapat dipercaya, secara efektif menghasilkan kualitas dan kinerja, serta memenuhi harapan yang dibangun konsumen (Ambler, 2006; Lassar et al,2006 dalam Rio et al,2006:412). Menurut Martin and Brown (2006 dalam Rio et al, 2006: 414) dan Lassar et al ( 2006 dalam Rio et al, 2006 : 441) bahwa fungsi jaminan terdiri dari : 1. Kepercayaan yang diinginkan (X1.1) Pendapat pelanggan terhadap rasa percaya akan mutu produk ponsel Samsung khususnya tipe Galaxy series. 47 2. Kualitas Kinerja (X1.2) Mempunyai keunggulan yang lebih baik dari produk merek lain. 3. Memenuhi harapan pelanggan (X1.3) Memberikan kesesuaian manfaat yang diterima oleh pelanggan saat membeli produk ponsel Samsung tipe Galaxy series. 2. Identifikasi Personal (X2) Didasarkan dari kemampuan merek untuk mengekspresikan konsep diri pelanggan dan kemampuan merek membangun hubungan emosional yang kuat (Mittal and Lee 2006, Lassar et al, 2006 dalam Rio eyt al, 2006:417) Variable fungsi identifikasi personal terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: 1. Gaya Hidup (X.2.1) Kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang yang diekspresikan oleh produk yang dibelinya. 2. Kepribadian (X.2.2) Keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat yang merupakan watak seseorang. 3. Identifikasi Sosial (X3) Didasarkan pada kemampuan merek yang sebagai alat komunikasi yang mengikuti harapan kebutuhan pelanggan untuk 48 bergabung atau sebaliknya memisahkan dirinya dari kelompok individu dan membuat lingkungan sosial yang dekat dengan dirinya sendiri (Long dan Schiffman, 2006 dalam Rio, et al, 2006:417). Variabel fungsi identifikasi sosial terdiri dari indikatorindikator sebagai berikut: 1. Reputasi sosial suatu merek (X.3.1) Nama penting bagi sebuah produk yang merupakan simbol kualitas dari sebuah produk. 2. Penerimaan lingkungan terdekat (X.3.2) Telepon seluler Samsung tipe Galaxy series dapat diterima dengan baik oleh kelompok sosial disekitar pelanggan. 4. Status (X4) Merupakan fungsi yang mampu mengekspresikan perasaan penghargaan dan gengsi yang dialami pelanggan ketika menggunakan merek tersebut (Solomon, 2006 dalam Rio et al, 2006:412). Variabel fungsi status terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: 1. Gengsi (X.4.1) Kehormatan atau pengaruh yang diperoleh dari suatu perbuatan pelanggan 2. Kelas sosial (X.4.2) Status ekonomi dari suatu individu yang dapat membedakan antar individu satu dengan individu yang lain. 49 B. Respon Pengguna (Y) Respon pelanggan merupakan hasil dari suatu keputusan pelanggan berupa tanggapan terhadap ponsel Samsung khususnya tipe Galaxy series . (Rio, Vasques, dan Iglesias, 2006:414) variabel respon pelanggan terdiri dari indikator-indikator berikut: 1. Perluasan merek (Y1) Kesediaan pelanggan untuk menerima produk baru dari Samsung selain Samsung tipe Galaxy series. 2. Rekomendasi (Y2) Kesediaan pelanggan melalui transmisi dari mulut ke mulut yang bersedia memeberikan saran, opini, pendapat pada orang lain dengan tujuan mempengaruhi orang lain tentang ponsel Samsung. 3. Harga premium (Y3) Kesediaan pelanggan membayar harga di atas rata-rata produk ponsel Samsung. 3.1.2 Pengukuran Variabel Skala yang digunakan adalah skala interval, yaitu skala jenjang selisih sematik (sematic differential scale) analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapat tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. 50 Dalam penelitian setiap pertanyaan masing – masing di ukur dalam 7 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. Ketujuh skala yang dipakai dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut 1 7 Sangat tidak setuju Sangat setuju Jawaban dengan nilai 1 menunjukkan nilai terendah, berarti sangat tidak membenarkan pernyataan yang diberikan Jawaban dengan nilai 7 menunjukkan nilai tertinggi, berarti sangat membenarkan pernyataan yang diberikan. 3.2 Teknik Penentuan Sampel a. Populasi Populasi adalah sekumpulan orang atau objek dan individu maupun kelompok yang memiliki ciri / karakteristik yang sama. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Batam Lucky Plaza yang menggunakan ponsel Samsung tipe Galaxy series. b. Sampel 51 Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang menjadi obyek sesungguhnya dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelanggan Batam Lucky Plaza dimana pelanggan tersebut adalah orang yang menggunakan (pengguna)s ponsel Samsung lebih dari 1 kali atau dalam kurun waktu l bulan atau lebih. Pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2006:48): a. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation. b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200. Sedangkan jenis pengambilan sampel didasari oleh analisis SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5-10 kali parameter yang diestimasi. Pada penelitian ini sebanyak 10 parameter yang diperoleh dari indicator-indikator penelitian yang diestimasi, sehingga besarnya sampel yang harus diperoleh adalah 120 responden yang didapati dari 12 indikator x 10 parameter = 120 responden. 3.2.1 Jenis Data 52 Untuk menganalisa data yang baik, maka diperlukan data yang valid agar dapat mendukung tingkat kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data, yaitu: a. Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pelanggan Batam Lucky Plaza. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari catatan-catatan, dokumen, atau arsip pada bagian pemasaran atau umum. Data sekunder bersumber dari pustaka, buku-buku dan literatur, internet serta dokumentasi data perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan yaitu perusahaan Samsung. 3.2.2 Sumber Data Beberapa sumber data yang dimanfaatkan oleh peneliti antara lain: a. Beberapa outlet ponsel yang ada di Batam, untuk mengetahui data penjualan ponsel Samsung tipe Galaxy series. b. Beberapa pelanggan ponsel Samsung di Batam Lucky Plaza, sebagai responden c. Buku-buku, literatur-literatur dan data dari internet yang mendukung penelitian. 3.2.3 Teknik Pengumpulan Data 53 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut: a. Wawancara Yaitu pengumpulan data bahan-bahan keterangan dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan para pelanggan Samsung di Batam Lucky Plaza. b.Kuesioner Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepda pelanggan Samsung di Batam Lucky Plaza. 3.3 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.3.1 Teknik Analisis Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM). SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Masing-masing variabel dependen dan independen dapat berbentuk factor (konstruk) yang dibangun dari beberapa variabel indikator. Metode ini bukan ditujukan untuk menghasilkan teori melainkan “menginformasikan” teori. Analisis SEM pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Asosiasi Merek terhadap Respon Pengguna pada produk Telepon Seluler 54 Samsung. Model pengukuran factor perluasan merek, rekomendasi, dan harga premium menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas Asosiasi Merek terhadap variabel terikatnya Respon Pengguna menggunakan koefisien jalur. Langkahlangkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh factor kepercayaan dilakukan sebagai berikut : X.1.1= X1 Garansi = er_1 X1.2= X2 Garansi = er_2 X1.3= X3 Garansi = er_3 Bila persamaan diatas dinyatakan dengan sebuah pengukuran model diuji undimensionanyal melalui Confirmatory Fatctor Analysis, maka model pengukuran dengan contoh factor jaminan akan nampak sebagai berikut: Jaminan X1.1 er 1 X1.2 er 2 X1.3 er 3 X1 Gambar 2 : Contoh model pengukuran factor jaminan Keterangan : X1.1 = Pertanyaan tentang kepercayaan X1.2 = Pertanyaan tentang kualitas kinerja 55 X1.3 = Pertanyaan tentang memenuhi harapan pelanggan er_j = error term X1j Demikian juga factor lain seperti identifikasi personal, identifikasi sosial, status, respon pelanggan. 3.3.2 Asumsi Model (Structural Equation Modelling) a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas 1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistic. 2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien samprl dengan standard errornya dan Skweness value yang biasanya disajikan dalam statistic deskriptif dimana nilai statistic untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikan 1% jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. 3. Normal Probability Plot (SPSS 10.1). 4. Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas. b. Evaluasi atas Outlier 1. Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara ± 3.0 non outlier. 56 2. Multivariate Outlier diuij dengan criteria jarak Mahalonobis pada tingkat ρ < 0.001. Jarak diuji dengan Chi-Square (X²) pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalonobis > dari nilai X² adalah multivariate outlier.Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair, 2006). c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity Deteksi dengan mengamati determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinieriti dari singularitas (Tabachnick dan Fidell, 2006). d. Uji Validitas dan Reliabilitas Dimensi yang diukur melalui indicator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitas, dalam hal ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Validitas Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indicator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Karena indicator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable/ construct akan diuji dengan 57 melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variabel. 2. Uji Realibilitas Adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikatorindikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance extracted. Construct reliability dan Variance extracted dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Construct reliability = [ ∑ Standardize Loading]² [ ∑ Standardize Loading]² + ∑ εj ] Variance Extracted = ∑ Standardize Loading² ∑ Standardize Loading² + εj Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 – [Stabdardize Loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5 (Hair et al,2006). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4,01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya. 58 3.3.3 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau ρ (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel berarti signifikan. 3.3.4 Pengujian model dengan One-Step Approach One-Step Approach to Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.2. One-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan (Hartline & Ferrell, 2006) dan keakuratan realibilitas indicator-indikator terbaik dapat dicapai dalam One-Step Approach ini. One-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model structural pada Two-Step Approach (Hair et al, 2006). Sampel data dalam penelitian ini berjumlah 120, dan jumlah butir instrumentasi penelitian berjumlah 12 butir pertanyaan. Yang dilakukan dalam One-Step Approach to SEM adalah estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model (Anderson dan Gerbing, 2006). Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan One-Step Approach adalah sebagai berikut: 59 1. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstruk menjadi indikator summed-scale bagi setiap kontrak. Jika terdapat skala berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang bertujuan adalah untuk mengeliminasi pengaruhpengaruh skala yang berbeda-beda tersebut (Hair et at, 2006). 2. Menetapkan error [ε] dan lamda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,1 kali σ² dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali σ (Anderson dan Gerbing, 2006). Perhitungan construct reliability [α] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan dviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lamda [λ] terms diketahui skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM. 3.3.5 Evaluasi Model Hair et al, 2006 menjelaskan bahwa pola “confirmatiry” menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis menggambarkan “good fit” dengan kata, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya suatu model toeritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling. 60 Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai criteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan Two-Step Approach to SEM. Tabel 3. Goodness of Fit Indices Godness of Fit Index X²- Chi-square Probality RMSEA GFI AGFI CMIN / DF TLI CFI Keterangan Menguji apakah covariance populasi yang di estimas sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data) Uji signifikan terhadap perbedaan matriks covariance dta dan matriks covariance yang diestimasi Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sampel besar Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covarians populasi yang diestimasi (analog) dengan R² dalam regresi berganda GFI yang disesuaikan terhadap DF Kesesuaian antara data dan model Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model Uji kelayakan model yang tidak ensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model Sumber: Hair et al (2006) Keterangan: 1. X² CHI SQUARE STATISTIK Cut-Off Value Diharapkan kecil 1 s.d 5 atau paling baik diantara 1dan 2 Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05 ≤ 0,08 ≥ 0,90 ≥ 0.90 ≤ 2,00 ≥ 0,95 ≥ 0,94 61 Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200). Statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang teralalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan chisquare hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200, bila ukuran luar tentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan uji yang lain. 2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF APPROXIMATION RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila mode diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom. 3. GFI = GOODNESS of FIT INDEKS 62 GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi terimbang dari varians dalam matriks covariance sampel yang dijelaskan oleh covariance matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non-statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”. 4. AGFI = ADJUST GOODNESS of FIT INDEX AGFI = GFI/df tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai yang sama dengan atau lebih besar dari 0,09. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks covariance sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besarnya nilai antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit). 5. CMIN / DF Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Df-nya sehingga disebut X² relative. Nilai X² relative ≤ 2,0 atau bahkan ≤ 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relative yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks covariance yang diobservasikan dan diestimasi. 6. TLI = TUCKER LEWIS INDEX 63 TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan A Very Good Fit. 7. CFI = COMPERATIF FIT INDEX Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (A Very Good Fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relatif Non Indeks (RNI).