ANALISIS PENGARUH EKSPOSUR EKONOMI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PERUSAHAAN SEKTOR BARANG KONSUMSI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA Skripsi Ini Ditujukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Oleh, Muhammad Ilham Setiadi NIM. 103 081 029 275 Di Bawah Bimbingan, Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodhoni, MM NIP 150 317 955 Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP 150 368 746 Penguji Ahli Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Si NIP 131 474 891 i Abstract This research to analyzed economic exposure factors ( Exchange rate, Composite Stock Price Indeks and Inflation ) to presentation stock price exchange as one of economic exposure indicators with used ARCH GARCH method, with term of period from 2002 until 2006 ( five year ). This object research focused to four cigarette companies were listed at Indonesian Stock Exchange which are PT BAT Indonesia,Tbk.,PT Gudang Garam,Tbk.,PT Bentoel International Investama,Tbk., and PT HM Sampoerna,Tbk. From this research show up that the factors which influences economic exposure ( Exchange rate, Composite Stock Price Indeks and Inflation) have significant impact to presentation stock price exchange from the companies. Key words: Economic Exposure, Exchange Rate, Jakarta Composite Index and Inflation. ii Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekonomi eksposur dan faktorfaktor yang mempengaruhinya ( Perubahan kurs, IHSG dan Inflasi ) terhadap perubahan harga saham perusahaan sebagai salah satu indikator ekonomi eksposur. Penelitian ini menggunakan metode ARCH dan GARCH dengan periode penelitian dari tahun 2002 sampai 2006 (5 tahun). Objek penelitian ini berfokus pada empat perusahaan rokok di sektor barang makanan dan konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT BAT Indonesia,Tbk.,PT Gudang Garam,Tbk.,PT Bentoel International Investama,Tbk., dan PT HM Sampoerna,Tbk. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi eksposur ( Perubahan kurs, IHSG dan Inflasi) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan rokok tersebut. Kata kunci: Ekonomi Eksposur, Perubahan Kurs, IHSG, dan Inflasi iii KATA PENGANTAR Segala puja dan puji tak terhingga penulis haturkan kepada satu-satu nya Tuhan yakni, Allah ‘Azza wa Jalla sang Maha Pemilik Ilmu yang emberikan begitu banyak karunia serta nikmat yang tak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapar menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat salam dan terima kasih tak terhingga juga penulis haturkan kepada sang pembalik peradaban dunia dengan kemulian akhlak dan hatinya, dialah sang Rasul Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat-sahabat yang istikomah dalam menjalankan, mengamalkan serta memperjuangkan Al-Islam. Penulis menyadari skripsi ini tidak sempurna, harapan penulis semoga skripsi ini dapat lebih disempurnakan oleh peneliti lain yang mencoba mengambil skripsi dengan objek penelitian yang sama. Penulis juga berharap kripsi ini dapat memberikan pengaruh positif serta memberikan pengetahuan terhadap masyarakat umum khususnya dan mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan manajemen UIN Syarif Hidayatullah pada khususnya. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis butuhkan agar tercapai peelitian dan hasil yang lebih baik kedepanya. Dalam perjalanan yang penulis alami dari awal kulaih sampai saat ini tentunya ada orag-orang yang berjasa besar terhadap penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini, yakni: 1. Kepada kedua orang yang sangat hebat yang pernah Allah ciptakan untuk penulis, yakni ayahku Tagor Muda Harahap, SH., dan ibuku Herjati Muji Wahyuni, semoga Allah menempatkan kalian di surga tertinggi kelak dan mendapatkan kemulian di sisi Allah dan Rasul-Nya. Amin 2. Kepada adik-adiku Iqbal Siyamima Ramadhani, Imanda Fadillah, Muthia Rizki fauziah yang menjadi pemicu semangatku. 3. Keluarga Besar Soekendar Wongso Tirto, terutama untuk Bunda Hj. Ummi Lestari, Almarhum H. Soedarno dan Mami Cici, terima kasih untuk semuanya. 4. Keluarga Besar Regen Harahap, teriama kasih untuk semuanya iv 5. Kepada sang Murrobbi Ustadz Ahmad Ashrori, Lc, Al-Hafidz, M.Pd, Ustadz Dr. Dumyathi Bashori, Ustadz Dr. Tajuddin, Jazaakallaah khairul jazaa. Semoga Allah membalas dengan surga terbaik 6. Dosen kesayanganku, guruku, inspirasiku hingga kuterus semangat untuk mengejar mimpiku untuk dapat duduk di altar suci inteletual suatu saat nanti, yakni Prof. Dr. Ahmad Rodhoni, MM, Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Si, dan Bapak Moh. Faisal Badroen, MBA. Terima kasih atas ilmu pengatuan kalian yang begitu inspiratif dan luar biasa dalam hidup ku. Semoga Allah menempatkan kalian di surga terbaik suartu saat nanti. amin 7. Dosen pembimbing skripsiku yang begitu sabar dan bersemangat dalam membantu penulis hingga selesainya skripsi ini yakni Prof. Dr. Ahmad Rodhoni, MM dan Titi Dewi Warninda, SE, M.Si. semoga Allah memberkahi. 8. Ikhwah Fillah di setiap jengkal bumi Allah…semoga tetap dalam barisan kebenaran karena Allah dan tetap istikomah dalam berjuang. 9. Keluarga besar Kol. Inf. Toto Sugardo yang menjadi inspirasi dan lentera penyemangat, khususnya sang Mutiara Meshopotamia, terima kasih tak terhingga atas hari-hari yang indah dan penuh pembelajaran, semoga mendapatkan yang terbaik 10. Sahabat seperjuanganku dalam mengarungi bahtera intelektualitas yang tak tergantikan: Ali Rama, Rusdiana, Sa’adi. Indra Kurniawan, Aria Permana. Semoga Allah mengumpulkan kita kembali dalam keadaan yang lebih baik dunia dan akhirat kita. 11. Kawan-kawan seperjuanganku di kelas manajemen C FE UIN Syarih Hidayatullah periode 2003/2004. 12. Kawan-kawan ku di BEMF, BEMJ akutansi dan manajemen, LDK UIN, KAMMI, PIM, PARMA, PPM, PMII, HMI Rumah Dakwah. Terima kasih untuk sumbangan inteletual dan revolusi pemkiran kalian. 13. Kawan-kawanku Jenifer Muesgbach Meihr (Jerman), Miss Elizabeth Vandovich, Kristin Urlich (Rusia, St. Pittersburgh), Christina Advoi Moss v (Swiss). Terima kasih atas sumbangan pemikiran kalian. Doakan agar ku dapat menyusul kalian. 14. Seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya dan FE UIN pada khususnya, semoga Allah memberkahi kalian 15. Dan semuanya yang mengenalku yang tak dapat kutuliskan disini karena keterbatasan ruang dan waktu, semoga Allah memberkahi hidup kalian dan medapatkan yang terbaik vi DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ………………………………………………………. i Lembar Pengesahan Uji Komprehensif …………………………………... ii Kata Pengantar ……………………………………………………………. iii Abstract….………………………………………………………………… vi Abstraksi…………………………………………………………………... vii Daftar Isi ………………………………………………………………….. viii Daftar Gambar……………………………………………………………. xi Daftar Tabel……………………………………………………………….. xii Daftar Lampiran…………………………………………………………... xiii Bab. I. Pendahuluan………………………………………………………... 1 A. Latar Belakang Masalah………………………………………. 1 B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 5 C. Pembatasan Masalah………………………………………….. 7 D. Tujuan Penelitian……………………………………………… 10 vii E. Manfaat Penelitian……………………………………………. 11 Bab. II. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 12 A. Eksposur Ekonomi…………………………………………….. 12 1. Defenisi………………………………………………... 12 2. Pengukuran Eksposur Ekonomi……………………….. 13 3. Pengelolaan Eksposur Ekonomi……………………….. 14 4. Faktor Yang Mempengaruhi…………………………… 16 B. IHSG…………………………………………………………… 19 1. Pengertian………………………………………………. 19 2. Metode Penghitungan…………………………………… 21 C. Kurs……………………………………………………………... 23 1. Defenisi………………………………………………….. 23 2. Teori Kurs……………………………………………….. 23 3. Perilaku Nilai Kurs………………………………………. 26 4. Sistem Nilai Kurs………………………………………… 27 viii 5. Peramalan Nilai Tukar…………………………………… 30 6. Dampak Nilai Mata Uang Terhadap Saham……………… 31 7. Prosentasi Perubahan Laju Nilai Tukar…………………... 33 D. Inflasi…………………………………………………………… 34 1. Defenisi…………………………………………………. 34 2. Penggolongan Inflasi…………………………………… 34 3. Teori Inflasi…………………………………………….. 35 4. Pengukuran Inflasi……………………………………… 37 E. Hasil Penelitian Sebelumnya…………………………………… 38 F. Kerangka Pemikiran……………………………………………. 40 G. Hipotesis ……………………………………………………….. 42 Bab. III. Metodologi Penelitian………………………………………….. … 43 A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………. 43 B. Metode Penentuan Sampel……………………………………… 43 C. Metode Pengumpulan Data……………………………………... 44 ix D. Metode Analisis…………………………………………………. 45 E. Operasional Variabel…………………………………………….. 56 Bab. IV. Penemuan Dan Pembahasan……………………………………….. 57 A. Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………… 57 B. Penemuan Dan Pembahasan……………………………………… 61 1. Persyaratan Uji Asumsi Klasik………………………….. 61 2. Uji Hipotesis……………………………………………... 63 3. Uji Koefisien Regresi…………………………………….. 66 4. Uji Koefisien Determinasi……………………………….. 71 5. Intepretasi………………………………………………… 73 Bab V: Kesimpulan Dan Implikasi………………………………………......... 75 A. Kesimpulan……………………………………………………….. 75 B. Implikasi…………………………………………………………... 76 x Daftar Pustaka…………………………………………………………………. 78 Lampiran……………………………………. ………………………………… 81 Curriculum Vitae ……………………………………………………………… 100 xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dengan meningkatnya perdagangan internasional serta investasi internasional yang diikuti dengan peningkatan lalu lintas informasi, komunikasi dan transportasi serta usaha antar negara untuk menurunkan hambatan dan tarif yang mengakibatkan terjadinya integrasi secara global dari barang dan jasa serta peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya. Transaksi perdagangan baik jasa maupun barang dilakukan dalam berbagai mata uang suatu negara, sehingga perubahan nilai mata uang suatu negara akan berpengaruh terhadap mata uang negara lainnya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian Internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara semakin terkait, telah meningkatkan arus perdagangan barang, uang, serta modal antar negara – negara yang sedang berkembang. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan kapitalisasi pasar keuangan, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, dan suku bunga tinggi (terutama di negara berkembang karena suku bunga di negara maju umumnya lebih rendah). Dorongan proses globalisasi juga berdampak terhadap peningkatan intensitas kegiatan perdagangan internasional maupun kegiatan investasi luar negeri, sehingga mendorong perusahaan-perusahaan untuk beroperasi xii secara efisien agar mampu bersaing di pasar internasional. Beroperasi secara efisien artinya perusahaan harus mampu untuk memproduksi barang dan jasa dengan biaya rendah pada tingkat economic of scale-nya. Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap daya saing seperti antara lain kualitas produk, standar lingkungan dan jasa purna jual bagi produk yang memerlukan pemeliharaan. Perubahan kurs valuta asing juga berpengaruh terhadap arus kas perusahaan, baik perusahaan tersebut melakukan transaksi dengan pihak luar negeri ataupun hanya melakukan transaksi dengan pihak dalam negeri. Nilai tukar valuta asing yang merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang negara lain berfungsi sebagai alat perdagangan yang penting dalam hubungan ekonomi antar negara (Fei Ming : 2001). Mekanisme nilai tukar terjadi karena adanya pertemuan antara pembeli dan penjual yang melakukan transaksi internasional, selain itu pula valas bisa menjadi ukuran bagi para pembisnis yang ingin mencari modal dari luar negeri, ataupun bisa sebaliknya, jika ada Investor yang ingin menanamkan modalnya di dalam negeri, pasti menggunakan nilai tukar valas (forex) sebagai salah satu pertimbangannya. Eksposur Ekonomi jauh lebih penting bagi kesehatan jangka panjang suatu usaha bisnis disbanding perubahan yang diakibatkan oleh eksposur transaksi maupun eksposur akutansi. Kendati demikian, eksposur ekonomi seringkali dinilai subyektif karena tergantung dari estimasi perubahan aliran kas di masa mendatang dalam suatu kurun waktu yang xiii arbitrer dengan kata lain eksposur ekonomi tidak berasal dari proses akuntansi namun berasal dari analisis operasi ekonomi. Perencanaan mengenai eksposur ekonomi merupakan tanggung jawab manajemen karena mencakup interaksi strategi pemasaran, pembelian, dan produksi. Dampak eksposur ekonomi tergantung dari horizon waktu yang digunakan. Setiap perubahan kurs yang tidak diharapkan akan berdampak bagi aliran kas perusahaan dalam empat tahap: jangka pendek, jangka menengah dengan kasus ekuilibrium, jangka menengah dalam kasus ketidakseimbangan dan jangka panjang. Dampak pertama terhadap aliran kas perusahaan dalam anggaran yang berjalan dalam satu tahun. Kerugian ataupun keuntungan tergantung dari mata uang yang mendasari aliran kas yang diharapkan, dalam hal ini peneliti menggunakan kurs mata uang US Dollar. Mata uang mendasari yang ada misalnya utang, komitmen penjualan atau pembelian tidak dapat diubah. Dalam jangka pendek adalah sulit. Oleh karena itu, realisasi aliran kas akan berbeda dengan apa yang direncanakan dalam anggaran padahal dengan berjalannya waktu harga dapat berubah akibat kurs valas yang berubah. Dampak kedua adalah pada aliran kas jangka menengah seperti ditunjukkan dalam anggaran dua hingga lima tahun dengan asumsi kondisi yang terjadi ialah ekuilibrium atau kesimbangan terjadi antara kurs valas, inflasi dan suku bunga domestik. Dalam kondisi ekuilibrium perusahaan dapat menyesuaikan harga sepanjang waktu agar dapat mempertahankan xiv aliran kas pada tingkat yang diharapkan. Kebijaksanaan moneter, fiscal dan neraca pembayaran amat menentukan apakah kondisi ekuilibrium akan terjadi dan apakah perusahaan diperbolehkan menyesuaikan harga dan biaya. Bila ekuilibrium terjadi secara terus menerus dan perusahaan bebas menyesuaikan harga dan biaya agar dapat mempertahankan posisi kompertitifnya. Dampak ketiga adalah pada aliran kas jangka menengah dengan asumsi terjadinya ketidakseimbangan dalam kasus ini, perusahaan tidak dapat menyesuaikan harga dan biayanya akibat perubahan kurs valas. Realisasi aliran kas perusahaan akan berbeda dengan bisa saja berubah Setidaknya ada dua metode yang biasanya digunakan untuk mengukur eksposur ekonomi dalam suatu perusahaan seperti Kuncoro Mudrajad: 1996 menjelaskan yaitu. 1. Sensitifitas penerimaan dan biaya terhadap pergerakan kurs 2. Analisis regresi terhadap data histories aliran kas dan kurs. Sensitivitas penerimaan dan biaya terhadap pergerakan kurs ini dilakukan dengan mengklasifikasikan aliran kas ke dalam pos-pos laporan rugi laba yang berbeda dan secara subjektif memprediksi masing-masing pos tersebut berdasarkan ramalan kurs valas. Beberapa perusahaan lebih suka mengunakan harga saham sebagai proyeksi dari nilai perusahaan dan penaksiran pemegang saham mengenai aliran kas di masa mendatang. Kemudian memperkirakan prosentase perubahan harga sahamnya sebagai akibat pergerakan mata uang. Analisis xv regresi digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan harga saham perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode ARCH_GARCH. Pengaruh perubahan kurs valuta asing akan berpengaruh terhadap arus kas perusahaan, baik perusahaan tersebut melakukan transaksi dengan pihak luar negeri ataupun hanya melakuknnya dengan pihak dalam negeri. Pengaruh resiko valuta asing terhadap perusahaan atau disebut foreign exchange exposure dapat dikelompokan dalam tiga bentuk, yaitu Translation Exposure, Transaction Exposure dan Operating Exposure. Alan C. Saphiro mengelompokan operating exposure dengan transaction exposure menjadi satu yang disebut dengan economic exposure atau eksposur ekonomi dimana eksposur ekonomi menunjukan dampak perubahan nilai kurs terhadap arus kas perusahaan yang akan datang yang merupakan pencerminan nilai perusahaan yang dapat di lihat juga indikator bagus atau tidaknya kinerja nilai arus kas perusahaan itu dari pergerakan nilai sahamnya (Alan C. Saphiro :1996 ; hal. 277) B. Identifikasi Masalah Economic Exposure dimana menunjukan dampak prosentase perubahan nilai kurs dan faktor-faktor lainnya terhadap arus kas yang akan datang yang merupakan tercermin dari nilai perusahaan dengan melihat prosentase perubahan harga saham perusahaan. (Alan C. Saphiro; 1996, xvi hal. 277). Economic Exposure terdiri dari operating exposure dan transaction exposure. Sedangkan Prof. Vicenteu Covrig mendefinisikan Economic Exposure dengan “The effect of random changes in exchange rates on the firm’s competitive position, future sales, costs, cash flows.” Dengan kata lain Economic Expoxure atau eksposur ekonomi adalah suatu efek perubahan secara acak terhada nilai tukar terhada posisi perusahaan yang kompetitif, masa depan penjualan perusahaan, biaya, dan arus kas perusahaan Berdasarkan uraian di atas, pengukuran economic exposure dari suatu perusahaan membutuhkan perspektif jangka panjang, yaitu memandang perusahaan akan terus beroperasi atau ongoing concern dimana biaya dan harga yang kompetitif dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs mata uang. Oleh karena itu pengukuran economic exposure merupakan tugas yang tidak mudah, yang membutuhkan kemampuan untuk meramalkan nilai dan kepekaan arus kas di masa yang akan datang terhadap nilai tukar. Untuk itu penelitian ini ingin melihat bagaimana economic exposure US Dollar dari perusahaan-perusahaan go public yang berada dalam kelompok industri barang konsumsi terjadi. Lalu pertanyaanya mengapa US Dollar? hal ini dikarenakan US Dollar merupakan mata uang yang paling sering digunakan dalam transaksi ekspor dan impor di Indonesia, menurut data dari Bank Indonesia diperkirakan transaksi ekspor xvii valuta asing Rupiah terhadap Dollar Amerika di Indonesia dalam kurun waktu 2002-2006 mencapai 260.860.689.000 USD jauh melebihi kurskurs mata uang negara lainnya. Sedangkan untuk nilai impornya mencapai 172.887.841.000 USD (Statistik Bank Indonesia tahun 2002 sampai dengan 2006 ; Sedangkan pemilihan industri barang konsumsi karena industri ini termasuk industri yang tidak terlalu terpengaruh akan siklus perekonomian dan juga industri ini (industri rokok-red) menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, perusahaan yang menjadi objek penelitian berasal dari industri barang konsumsi pada sektor industri rorkok yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang jumlahnya kurang lebih empat perusahaan, yakni PT BAT Indonesia, Tbk; PT Gudang Garam, Tbk; PT Bentoel Int’l Investama, Tbk; dan PT HM Sampoerna, Tbk. Sedangkan kurs mata uang yang digunakan adalah Rupiah dengan US Dollar, prosentase perubahan IHSG serta inflasi yang dilihat dari prosentase perubahan Indeks Harga Konsumen. Sedangkan data yang digunakan berkisar antara Januari 2002 sampai dengan 2006 dengan menggunakan data bulanan, dimana data-data tersebut untuk mencari seberapa xviii signifikannya pengaruh eksposur ekonomi baik secara simultan maupun secara parsial terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. Sebagaimana dijelaskan di awal, economic exposure atau eksposur ekonomi timbul karena kurs yang fluktuatif serta faktor-faktor lainnya sehingga dapat mempengaruhi arus kas perusahaan di kemudian hari yang tercermin dari perubahan harga saham perusahaan tersebut sebagai salah satu indikator. Oleh karenanya pengukuran economic exposure dilakukan dengan asumsi perusahaan akan terus beroperasi dimana biaya dan harga yang kompetitif dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs. Harga saham dianggap mewakili nilai perusahaan dan dapat merefleksikan penilaian dari para pemegang saham atas arus kas yang akan datang. Economic exposure atau eksposur ekonomi dapat diukur dengan menggunakan metode ARCH dan GARCH yang menghubungkan perubahan harga saham dengan perubahan indeks harga saham serta perubahan kurs mata uang (Jeff Madura, 1992; hal. 299). Indeks Harga Saham Gabungan (selanjutnya disingkat dengan IHSG) juga dimasukan sebagai independent variable dalam analisis karena mencerminkan portfolio pasar dan memberikan pengaruh yang besar terhadap tiap saham dan juga faktor inflasi. Dapat juga diukur dengan Adler&Simon Model dimana pengukuran economic exposure dengan mengukur koofisien kemiringan dari hasil regresi tingkat pengembalian saham dalam nilai tukar atau exchange rate (Prof.Dr.Tulay Yucel; Cadler&Simon Model; 1996; Articles). xix Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat diperoleh: Pertama, tingkat kepekaan suatu perusahaan secara simultan terhadap prosentase perubahan kurs, prosentase perubahan IHSG dan inflasi. Kedua tingkat kepekaan suatu perusahaan secara parsial terhadap prosentase perubahan kurs, prosentase perubahan IHSG dan inflasi., Disamping dilakukan pengukuran economic exposure dengan kurun yang berbeda antara tahun 2002 sampai dengan 2006 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan, perlu juga dicari faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat economic exposure tersebut, terutama dari mata uang US Dollar yang merupakan proporsi terbesar penggunaan valuta asing dalam perdagangan Internasional. Setelah diketahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhada economic exposure tersebut, hal ini akan dapat membantu perusahaan di dalam mengambil keputusan berkaitan dengan economic exposure ini. Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahannya sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dari beberapa faktor eksposur ekonomi yang diteliti seperti prosentase perubahan kurs, prosentase perubahanan IHSG serta inflasi yang dilihat dari prosentase perubahan Indeks Harga Konsumen-nya terhadap prosentase perubahan harga saham perusahaannya sebagai cerminan dari arus kasnya? xx 2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial;dari beberapa faktor eksposur ekonomi yang diteliti seperti prosentase perubahan kurs, prosentase perubahanan IHSG serta inflasi yang dilihat dari prosentase perubahan Indeks Harga Konsumen-nya terhadap prosentase perubahan harga saham perusahaannya sebagai cerminan dari arus kasnya? D. Tujuan Penelitian Dari uraian pokok di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis secara simultan beberapa faktor eksposur ekonomi yang diteliti seperti prosentase perubahan kurs, prosentase perubahanan IHSG serta inflasi yang dilihat dari prosentase perubahan Indeks Harga Konsumen-nya terhadap prosentase perubahan harga saham perusahaannya sebagai cerminan dari arus kasnya 2. Menganalisis secara parsial beberapa faktor eksposur ekonomi yang diteliti seperti prosentase perubahan kurs, prosentase perubahanan IHSG serta inflasi yang dilihat dari prosentase perubahan Indeks Harga Konsumen-nya terhadap prosentase perubahan harga saham perusahaannya sebagai cerminan dari arus kasnya xxi E. Manfaat Penelitian 1. Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan untuk memutuskan pengelolaan foreign exchange risk exposure-nya. 2. Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala serta khasanah ilmu pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan Internasioanl, khususnya dalam hal pengelolaan economic exposure serta dapat dijadikan masukan bagi penelitian sejenis di waktu mendatang. 3. Investor Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu masukan di dalam menentukan keputusan investasi sahamnya dengan melihat tingkat kepekaan suatu perusahaan aaupun kelompok industri perubahan nilai tukar. 4. Mahasiswa Mahasiswa lain pada umumnya dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah pada khususnya, hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi penelitian sejenis di waktu mendatang. xxii BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Eksposur Ekonomi 1. Defenisi Economic Exposure menunjukkan dampak prosentase perubahan nilai kurs dan faktor lainnya terhadap prosentase perubahan arus kas perusahaan yang merupakan cerminan dari nilai perusahaan (Alan C. Saphiro;1996, 277). Economic Exposure terdiri dari operating exposure dan transaction exposure. Sedangkan Vicenteu Covrig (1999) mendefinisikan Economic Exposure dengan “The effect of random changes in exchange rates on the firm’s competitive position, future sales, costs, cash flows.” Berdasarkan uraian di atas, pengukuran economic exposure dari suatu perusahaan membutuhkan perspektif jangka panjang, yaitu memandang perusahaan akan terus beroperasi atau ongoing concern dimana biaya dan harga yang kompetitif dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs mata uang. Oleh karena itu pengukuran economic exposure merupakan tugas yang tidak mudah, yang membutuhkan kemampuan untuk meramalkan nilai dan kepekaan arus kas di masa yang akan datang terhadap nilai tukar. Economic exposure terkait erat dengan fluktuasi kurs untuk jangka waktu yang panjang. Pengaruhnya di ukur terhadap indikator xxiii keekonomian yang terutama adalah Net Present Value (NPV) dan IRR. Adanya gejolak kurs akan menyebabkan perubahan pendapatan dan pengeluaran dan berpengaruh langsung terhadap keuntungan aliran kas saat ini. Jadi tingkatan dimana present value dan arus kas perusahaan dapat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar disebut dengan economic exposure. 2. Pengukuran Economic Exposure Menurut Alan C. Saphiro (1996;296), metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur economic exposure perusahaan adalah dengan menggunakan analisa regresi. Jeff Madura (1992;284) juga menunjukan metode yang sama untuk mengukur tingkat economic exposure sebagaimana diungkapkan Saphiro, namun Madura menggunakan prosentase perubahan bukan selisih nilai. Lebih lanjut menurut Madura beberapa MNC lebih menyukai menggunakan harga sahamnya sebagai proxy untuk nilai perusahaan dan kemudian menilai bagaimana perubahan harga sahamnya menanggapi perubahan kurs. Persamaan regresinya menurut Jeff Madura (1992;299) dapat dituliskan sebagai berikut : r s,t = a 0 + a 1 USIt + a2e1 + µt Dimana : r s,t = merefleksikan prosentase perubahan harga saham perusahaan xxiv USIt = prosentase perubahan IHSG e1 = prosentase perubahan nilai mata uang tertentu. a 0, a1, a2 = koofisien regresi µt = error term IHSG dimasukkan dalam analisis karena memberikan pengaruh yang besar terhadap setiap saham. Data yang digunakan dikelompokan sehingga bisa menilai apakah dampak dari suatu mata uang terhadap perusahaan berubah sepanjang waktu tertentu atau tidak. Selain itu karena begitu banyak variabel yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham dan sangat sulit menguraikan satu per satu dampaknya, maka analisa regresi diterapkan pada beberapa periode waktu yang berbeda sehingga paling tidak dapat diketahui apakah perusahaan menjadi lebih atau kurang ter-expose terhadap pergerakan suatu mata uang. Dari hasil regresi tersebut dapat diperoleh. Pertama, seberapa peka suatu perusahaan terhadap pergerakan suatu mata uang. Kedua, arah dari dampak perubahan tersebut positif atau negatif. Ketiga, apakah suatu perusahaan menjadi lebih atau kurang peka terhadap pergerakan suatu mata uang sepanjang waktu. 3. Pengelolaan Economic Exposure Tujuan dari pengelolaan economic exposure menurut Eiteman (1995; 230) adalah untuk mengantisipasi dan mempengaruhi efek dari xxv perubahan yang tidak diharapkan dari nilai tukar terhadap arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Untuk menganalisa economic exposure dan menentukan strategi yang harus diambil di dalam menghadapi economic exposure, langkahlangkah yang perlu dilaksanakan menurut Alan C. Saphiro (1996), adalah : a. Memperhitungkan real axchange rate dengan rumus : et = etx (1 + If,t ) (1 + Ih,t) Dimana : e’t = real exchange rate ( home currency / foreign currency) pada waktu t et = nominal exchange rate (home currency / foreign currency) pada waktu t. if,t = nilai inflasi luar negeri antara waktu 0 dan t ih,t = nilai inflasi dlam negeri antara waktu 0 dan t b. Memperhatikan situasi persiangan antar perusahaan, antara lain bagaimana posisi perusahaan saat ini, apakah perusahaan sebagai market leader atau market follower c. Memperhatikan jangka waktu perubahan kurs, apakah perubahan kurs akan berlangsung dalam jangka waktu pendek atau panjang. xxvi d. Menanggapi perubahan kurs dengan secara proaktif dan memilih strategi yang meliputi : a. Marketing : Market selection, product strategy, pricing strategy promotional strategy. b. Production : Product sourcing, input mix, plant location, raising Productivity. 3) Financial : Source of fund, natural hedge, currency swaps. e. Memperhitungkan nilai compound stock di negara tersebut. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Economic Exposure Masih menurut Profesor Alan C. Saphiro (1996), ada beberapa faktor yang mempengaruhi Eksposur Ekonomi, yakni : a. Dimana perusahaan menjual produknya (dalam atau luar negeri). b. Kompetitor utama perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri c. Kepekaan permintaan barangterhadap harga (elastis atau inelastis). d. Dimana perusahaan memproduksi produknya (di dalam atau di luar negeri). e. Input perusahaan berasal dari dalam atau dari luar negeri f. Bagaimana penetapan harga input atau outputnya (ditetapkan berdasarkan harga pasar dunia atau pasar domestik. g. Inflasi dengan melihat prosentase perubahan IHK. (Saphiro 1996;291). xxvii Hal lain yang dapat mempengaruhi economic exposure secara tidak langsung adalah espektasi terhadap faktor-faktor perekonomian antara lain tingkat bunga dan inflasi. Tingkat bunga akan naik dengan semakin melemahnya nilai suatu mata uang. Hal ini biasanya terjadi karena untuk mengimbangi melemahnya nilai suatu mata uang, tingkat bunga pun dinaikan sehingga real value dari suatu investasi tidak berubah dan investor asing tidak melarikan dananya ke luar negeri. Hal ini sesuai dengan Fischer Effect , dimana tingkat bunga yang tinggi tentunya akan berpengaruh negatif pada perusahaan yang memiliki hutang. Demikian pula dengan inflasi, berdasarkan teori Purchasing Power Parity, semakin melemahnya nilai suatu mata uang akan diikuti oleh kenaikan inflasi. Tingginya inflasi akan memperbesar cash outflow perusahaan sehingga akan berpengaruh pula terhadap future cash flow-nya. Hal lain yang dapat berpengaruh terhadap besarnya economic exposure adalah pola arus kas perusahaan. Pada MNC, arus kasnya timbul dari perusahaan lain dan antar unit-unit dalam perusahaan dan arus kas ini dapat terjadi pada interval waktu yang berbeda, jumlah yang berbeda, mata uang yang berbeda dan memiliki prediktibilitas kejadian yang berbeda (Madura;1992;221). xxviii Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi economic exposure adalah : a. Penjualan produk perusahaan, di dalam atau di luar negeri b. Pesaing utama perusahaan, baik di dalam maupun di luar negeri. c. Elastisitas permintaan barang terhadap harga. d. Lokasi produksi perusahaan, di dalam atau di luar negeri. e. Impor bahan baku dan bahan pembantunya. f. Penetapan harga input atau outputnya, ditetapkan berdasarkan harga pasar dunia atau pasar domestik, dan menggunakan mata uanga apa. g. MNC atau non MNC h. Hutang dalam mata uang apa i. Hedging. j. Penggunaan mata uang apa. h. Fluktuasi dari Compound Stock (Indeks Harga Saham Gabungan) negara tersebut g. Perubahan kurs suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang menjadi mitra dagang utama. xxix B. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 1. Pengertian Umum (www.jsx.co.id) Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki lima macam indeks harga saham, yaitu : a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimana menggunakan seluruh saham yang listed (tercatat) di Bursa Efek Jakarta sebagai komponen penghitungan indeks. b. Indeks Sektoral, menggunakan seluruh saham yang termasuk dalam masing-masing sektor dimana di Bursa Efek Jakarta ada sembilan sektor, yakni Agriculture; Mining; Basic Industry and Chemicals; Miscellaneous Industry; Consumer Goods Industry; Property, Real Estate and Building Construction; Infrastructure, Utilities and Transportation; Finance; Trade, Services and Investment. c. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa macam seleksi. d. Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. e. Jakarta Islamik Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham liquid. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai explanatory variable. Indeks Harga Saham xxx Gabungan (Composite Stock Price Indeks) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa, baik saham biasa maupun saham preferen (istimewa). Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu sebanyak 13 saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurut PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada peraturan no.11 adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh saham yang tercatat di bursa pada suatu saat tertentu. IHSG dapat memberi manfaat berupa informasi kepada investor untuk menilai suatu saham guna menentukan saham-saham atau portfolio yang dapat memberikan pengembalian paling optimal. Hal ini terkait dengan adanya nilai perkiraan suatu saham dan harga pasar saham yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atas pengembalian dan penjualan sahamnya. Dari informasi tersebut diharapkan perkiraan harga saham yang teridentifikasi sehingga investor tidak akan mengalami kerugian yang abnormal. Sumantoro (1998; 215) mengatakan bahwa “informasi harga saham yang wajar dapat mengurangi resiko kerugian”. xxxi 2. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Terdapat dua metode yang digunakan untuk menghitung IHSG, yaitu Metode Rata-rata (average method) dan Metode Rata-rata Tertimbang (weighted average method). a. Metode Rata-rata (Average Method). Berdasrakan metode ini harga pasar saham-saham yang ada dalam penghitungan indeks tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dengan suatu faktor penentu. Rumusnya adalah sebagai berikut : IHSG = IPs =…. % IPbase Keterangan: IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan IPs : Harga Pasar Saham IPbase : Nilai pembagi yang dapat beradaptasi terhadap perubaha harga saham teoritis akibat adanya aksi emiten seperti right issue, deviden saham dan saham bonus. b. Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method) Berdasarkan metode ini IHSG selain ditentukan oleh harga pasar saham dan harga dasar saham juga ditambahkan pembobotan berupa jumlah lembar saham yang dikeluarkan. Ada xxxii dua model penghitungan dalam metode ini, yakni metode Paasche dan metode Laspeyers. 1) Metode Paasche & Laspeyres IHSG = I (Ps x Ss) I (Pbase x Ss) Keterangan: IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan I : Indeks Ps : Harga Pasar Saham Ss : Jumlah saham yang dikeluarkan Pbase : Harga Dasar Saham. Berdasarkan rumus tersebut, jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar tidak akan berubah walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangkan pada metode Paasche jumlah saham bisa berubah jika ada pengeluaran saham baru. Selain metode Paasche dan Laspeyres di atas, masih terdapat metode lain yaitu metode Drobish dan metode Fisher. Kedua metode tersebut dijelaskan sebagai berikut : 2) Metode Drobish Menurut Drobish, rata-rata hasil dari kedua metode tersebut adalah pendekatan yang terbaik. IHSG = IHSGpaasche + IHSGLaspeyres 2 xxxiii 3) Metode Fisher Sedangkan menurut Fisher hasil akar kedua metode tersebut adalah pendekatan yang terbaik IHSG = √IHSGpaasche + IHSGLaspeyres 4) Prosentase Perubahan Harga Saham ∆ IHSG = IHSGt – IHSGt-1 x 100% IHSG t-1 C. Kurs 1. Defenisi Kurs Kurs adalah suatu rasio atau perbandingan antara mata uang domestik (dalam negeri) dengan mata uang asing (luar negeri). Nilai tukar atau kurs mempunyai fungsi cukup penting dalam perekonomian suatu negara. Karena kurs merupakan salah satu faktor yang mendukung kelancaran perdagangan internasional yang dilakukan oleh negara tersebut dengan negara lainnya. Kurs mata uang menunjukan harga suatu mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lainnya, dimana kurs mata uang dapat diartikan sebagai pembanding nilai antar mata uang. 2. Teori Kurs a. Teori Keseimbangan Suku Bunga (Theory of Intereset Rate Parity / IRP) xxxiv Teori ini menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (sekuritas) pada international money market akan cenderung sama dengan forward rate atau discount. Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat diperkirakan berapa perubahan forward rate (FR) dibandingkan dengan spot rate (SR) jika terdapat perbedaan tingkat bunga, misalnya antara tingkat bunga di dalam negeri dengan di negara lain. Dengan demikian seorang investor akan dapat menentukan dalam mata uang atau valuta asing apa dananya akan diinvestasikan. Kondisi di mana tingkat rate of return yang ditawarkan dalam berbagai valuta asing adalah sama bila dihitung dengan satu satuan yang sama yang disebut kondisi paritas tingkat bunga (interest parity), yaitu : RRp = Rx + (EeRp/x - ERp/x) ERp/x Dimana: RRp adalah tingkat bunga simpanan Rupiah ini. Rx adalah tingkat bunga simpanan Valuta saat ini. ERp/x adalah nilai Rp/Valuta x saat ini. EeRp/x adalah nilai Rp/Valuta x yang diharapkan di masa akan datang. xxxv b. Teori Keseimbangan Daya Beli (Theory of Purchasing Power Parity) Pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817 dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916. Teori ini mendasar logika bahwa mata uang dalam standar kertas tidak mempunyai nilai intrinsik atau dapat dikatakan tidak didukung dan dikaitkan nilainya dengan suatu komoditi tertentu yang dijadikan standar sehingga nilai tersebut didalam negeri ditentukan oleh kemampuan daya belinya. Mengacu pada hipotesis Theory of Purchasing Power Parity yang mengaitkan harga dalam mata uang suatu negara terhadap nilai tukar. P = R x Pf atau R = P/Pf Dimana: R adalah harga valuta asing dalam suatu mata uang negara tertentu. P adalah tingkat harga di dalam negeri (domestik). Pf adalah tingkat harga di negara asing.. Penjelasan teori ini didasarkan pada Law of One Price (LOP), yaitu hukum yang mnyatakan bahwa harga produk yang sama di dua negara yang berbeda akan sama pula bila dinilai dengan currency atau mata uang yang sama. xxxvi c. International Fischer Effect Theory (IFE) Jika semua kondisi lainnya tetap (ceteris paribus), kenaikan perkiraan titik inflasi suatu saat pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan titik bunga dari simpanan mata uang negara yang bersangkutan. Begitu pula sebaliknya, penurunan perkiraan inflasi (tingkat inflasi di masa yang akan datang) pada gilirannya akan mengakibatkan penurunan tingkat bunga seperti pada persamaan berikut: RRp – Rx = π eDL – π eLN. Artinya bahwa selisih tingkat bunga internasional sama dengan selisih antara perkiraan-perkiraan tingkat inflasi di kedua negara. 3. Perilaku Nilai Tukar (Kurs) Setiap perusahaan yang akan mengelola exposure dari fluktuasi nilai tukar tentunya harus memahami terlebih dahulu bagaimana perilaku nilai tukar karena setiap negara memiliki kebijaksanaan untuk menentukan sistem nilai tukar yang dianutnya dan hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan yang harus diambil perusahaan berkaitan dengan usaha yang dijalankan di negara tersebut. Disamping perusahaan tersebut harus mengetahui sistem nilai tukar, perusahaan juga harus mengetahui bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap harga saham, karena harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan. xxxvii 4. Sistem Nilai Tukar Di dalam keuangan internasional dikenal empat macam sistem nilai tukar, yaitu : Fixed Exchange Rate System, Freely Floating Exchange Rate System, Managed-float Exchange Rate System dan Pagged Echange Rate System. Berikut ini penjelasan dari masing-masing sistem : a. Fixed Exchange Rate System (Sistem Kurs Tetap) Pada tahun 1944 ke tahun 1971 Fixed Exchange Rate System berdasarkan sistem yang direncanakan di dalam Bretton Woods Conference adalah dimana kurs dipertahankan konstan atau fixed dalam arti yang lebih luas kurs dibiarkan berfluktuasi namun dalam batasan yang sangat sempit. sebagai regulator dapat melakukan intervensi untuk mempertahankan nilai tukar tersebut dalam batasan yang ditetapkan. Nilai kurs tetap dipertahankan dengan intervensi dari Bank Sentral negara bersangkutan (di Indonesia tugas ini diambil oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral) dalam pasar valuta asing dengan menjual atau membeli Rupiah dengan mata uang. Intervensi ini tergantung dari permintaan dan penawaran Rupiah di pasar yang menyebabkan kurs menyimpang dari nilai parinya. Standar kurs tetap dewasa ini lebih merupakan komitmen pemerintah untuk mempertahankan kurs mata uangnya pada tingkat tertentu. Bank Indonesia sebagai Bank xxxviii Sentral secara aktif akan menarik atau melepaskan cadangan mata uang pada saat mata uang mengalami depresiasi atau apresiasi. Karena dampak dari depresiasi atau apresiasi ini terkait erat dengan inflasi, maka pertimbangan tingkat inflasi menjadi penting dalam penentuan kurs tetap. b. Freely Floating Exchange Rate System (Sistem Kurs Mengambang) Dalam sistem bebas mengambang ini, kurs ditentukan berdasarkan interaksi permintaan dan penawaran dari mata uang. Hasil Smithsonian (1971), harga emas satu onz naik menjadi US$ 38 atau devaluasi dollar Amerika sebesar 7,9%. Fluktuasi diperlebar 2,5% dari nilai pari dan kemudian harga emas naik lagi menjadi US$ 42,2. akibatnya arus dollar Amerika yang keluar tetap tidak dapat di bendung, artinya standar kurs tetap gagal dalam menjalankan fungsinya.. Di bawah sistem ini, perusahaan-perusahaan multinational (multinational corporate selanjutnya disebut MNC) membutuhkan sumber daya yang kuat untuk mengukur dan mengelola exposure fluktuasi nilai tukar dimana perusahaan perlu memperhatikan fluktuasi mata uang atau kurs yang terjadi dari hari ke hari. xxxix c. Managed-float Exchange Rate System (Sistem Kurs MengambangTerkendali). Sistem ini sama dengan nilai tukar mengambang bebas karena nilai tukar dibiarkan berfluktuasi dari hari ke hari dan tidak ada batasan resmi, perbedaanya terletak pada perlu atau tidaknya cadangan devisa. Kalau mengambang bebas tidak memerlukan cadangan devisa, sedangkan mengambang terkendali memerlukan cadangan devisa. Namun sistem ini juga dikatakan mirip dengan sistem nilai tukar tetap, karena pemerintah dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah mata uangnya bergerak terlalu jauh dari arah yang ditentukan. Dalam melakukan kurs mengambang terkendali ini, peranan Bank Sentral sangat dominan dalam menentukan nilai kurs. Intervensi dapat dilakukan untuk menjaga timbulnya gangguan terhadap keseimbangan kurs yang sifatnya sementara atau dilakukan secara permanen. Dalam sistem mengambang terkendali, fluktuasi kurs dibatasi dengan pita intervensi, yaitu besarnya toleransi kurs mata uang yang diizinkan untuk berfluktuasi. Dengan demikian, Bank Sentral membutuhkan devisa yang memadai untuk melakukan intervensi. Sistem nilai tukar ini yang dipergunakan Indonesia xl sekarang sebelum terjadinya gejolak mata uang Rupiah pada tahun 1997 lalu. d. Pagged Exchange Rate Syatem ( Sistem Kurs Tertambat) Sistem kurs tertambat (pagged exchange rate) mendasarkan nilai mata uang dengan suatu mata uang atau sekelompok mata uang yang merupakan mitra dagang utamanya. Beberapa negara berkembang seperti Indonesia misalnya, mematok mata uangnya terhadap dollar Amerika. 5. Peramalan Nilai Tukar Perusahaan biasanya perlu melakukan peramalan nilai tukar untuk salah satu tujuan di bawah ini (Eiteman; 1995; 129) : a. Accounts Payable and Receivable Hutang dan piutang dalam valuta asing saat ini ataupun di masa yang akan datang terekspose kerugian nilai tukar pada saat dikonversikan ke mata uang dalam negeri di mana dalam hal ini adalah Rupiah. Peramalan nilai tukar bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah perlu atau tidaknya melindungi kerugian potensial tersebut b. International Price List Dalam menetapkan harga produk dalam valuta asing, perusahaan perlu melakukan estimasi arah perubahan mata uang. Peramalan ini dapat diperpanjang dari satu hari, satu tahun sampai jangka waktu yang telah disepakati. xli c. Working Capital Management Suatu perusahaan multinasional secara konstan mengelola arus kas antara parent company dan afiliasi asing. Peramalan nilai tukar dengan benar dapat mengatur waktu pergerakan arus kas yang efisien. d. International Investment Analysis Evaluasi atas proyek internasional dan investasi portfolio internasional membutuhkan peramalan nilai tukar yang baik Selanjutnya Eiteman (1995; 133) mengungkapkan bahwa di dalam prakteknya untuk melakukan peramalan nilai tukar harus memperhatikan periode peramalan apakah berjangka pendek ataukah berjangka panjang serta sistem nilai tukar yang berlaku pada negara tersebut dapat juga mempengaruhi peramalan akan nilai tukar. 6. Dampak Nilai Mata Uang terhadap Harga Saham Peserta pasar keuangan pada umumnya selalu memonitor pergerakan nilai mata uang dimana mereka melakukan suatu investasi. Nilai investasi di suatu negara dapat mengalami penurunan (apabila nilai mata uang negara tersebut melemah/depresiasi terhadap mata uang negara lain) dan dapat pula menguat (apabila nilai mata uang negara tersebut menguat/apresiasi terhadap mata uang negara lain), oleh karena hal ini pergerakan suatu mata uang akan mempengaruhi xlii nilai daripada surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar tersebut dala. Menurut Jeff Madura (Madura; 1992; 173) nilai mata uang dapat mempengaruhi harga saham karena beberapa faktor. Pertama, harga saham perusahaan dapat dipengaruhi oleh tindakan para investor yang menggunakan saham sebagai sarana mengambil keuntungan dari spekulasi mata uang. Investor membeli saham dari suatu negara pada saat nilai mata uang negara tersebut mengalami depresiasi lalu kemudian menjualnya pada saat nilai mata uang negara tersebut mengalami apresiasi. Kedua, harga saham dalam negeri yang dapat dipengaruhi akibat dampak perubahan arus kas perusahaan. Saham suatu perusahaan yang banyak melakukan ekspor tentunya akan mendapatkan efek positif dengan semakin melemahnya nilai mata uang daripada negara yang menjadi mitra dagang dari perusahaan tersebut diatas, sebaliknya bagi perusahaan pengimpor akan mendapatkan efek negatif. Ketiga, perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi harga saham karena pengaruhnya terhadap ekspektasi faktor-faktor perekonomian yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Sebagai contoh apabila melemahnya nilai mata uang merangsang perekonomian suatu negara hal tersebut dapat menaikan harga saham suatu perusahaan apabila penjualannya banyak tergantung pada perekonomian negara tersebut. xliii Keempat, Inflasi. Karena fluktuasi inflasi dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara juga perusahaan. Melemahnya nilai mata uang suatu negara secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan berdampak pula terhadap saham perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena melemahnya nilai mata uang akan memberi tekanan naik pada inflasi. Sebaliknya, nilai mata uang yang menguat akan memberikan tekanan turun pada inflasi dan hal ini akan berpengaruh pada kinerja perusahaan dan selanjutnya mempengaruhi harga sahamnya. Kelima, ekpektasi terhadap suatu mata uang juga dapat mempengaruhi harga saham karena pengaruhnya terhadap tingkat bunga. Melemahnya nilai mata uang akan menurunkan aliran modal masuk ke suatu negara dan hal ini akan memberi tekanan pada kenaikan tingkat bunga. Dampak kenaikan tingkat bunga pada perusahaan bervariasi tergantung pada karakteristik keuangannya. Dari uraian diatas terlihat bahwa perubahan nilai tukar dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tak langsung pada perusahaan yang kemudian akan memberi pengaruh terhadap harga sahamnya. 7. Prosentase Perubahan Laju Nilai Tukar Perubahan laju nilai tukar dapat diukur dengan mengukur nilai tukar bulan ini dengan bulan sebelumnya sebagai dasar, yakni: (Alan C. Saphiro) xliv β ER = ERt - ERt – 1 x 100% ERt – 1 Keterangan : β ER = perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar ERt = nilai tukar Rupiah/US Dollar bulan t ERt – 1 = = nilai tukar Rupiah/US Dollar bulan lalu. D. Inflasi 1. Defenisi Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga-harga dan biayabiaya untuk naik secara umum dengan jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus;1991) 2. Penggolongan Inflasi Terdapat beberapa cara menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama didasarkan atas parah atau tudaknya inflasi tersebut. Di sini ada perbedaan yang membedakan beberapa macam inflasi sebagai berikut : a. Inflasi Ringan ( < 10% per tahun) b. Inflasi Sedang (10% - 30% per tahun) c. Inflasi Berat (30% - 100% per tahun) d. Hyper Inflation (> 100% per tahun) xlv Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar penggolongan ini kita dapat bedakan inflasi menjadi dua macam, yaitu: a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu tinggi. Inflasi semacam ini disebut juga dengan inflasi akan permintaan atau demands of inflation. b. Inflasi yang terjadi karena biaya tatu ongkos produksi atau biasa disebut dengan cost inflation. Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi tersebut, apakah berasal dari dalam negeri atau dari luar negeri. a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya karena defisit anggaran belanja yang ditutupi dengan pencetakan uang baru, panen raya yang gagal dan contoh lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu di sini. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan yang menjadi mitra dagang utama Indonesia. 3. Teori Inflasi Ada tiga teori utama mengenai inflasi yaitu teori kuantitas, teori Keynes dan teori Strukturalis. xlvi a. Teori Kuantitas Teori Kuantitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penyebab utama dariinflasiadalah pertambahan jumlah uang beredar dan sisi psikologi masyarakat mengenai kenaikan hargaharga di masa mendatang. b. Teori Keynes Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki diantara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan agregat yang lebih daripada jumlah barang yang tersedia (yaitu apabila terjadi inflation gap). Selama inflation gap masih terjadi, selama itu pula proses inflasi akan berkelanjutan. Teori ini menaril karena ada peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non-ekonomis. c. Teori Strukturalis Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang. Kenapa disebut dengan jangka panjang ?, karena menyoroti sebabsebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi yang lambat yang tak berbanding lurus dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikan harga makanan dan kelangkaan xlvii devisa. Akibat selanjutnya adalah keniakan harga-harga lain sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak bisa diatasi hanya dengan misalnya mengurangi jumlah uang yang beredar, tetapi lebih dari itu inflasi ini harus ditangani dengan pembangunan di sektor bahan pangan dan ekspor. 4. Pengukuran Inflasi Laju inflasi dapat diukur dengan menghitung perubahan Indeks Harga Konsumen yang merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan oleh para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya sebagai tahun dasar, yakni: Laju Inflasi = IHKt - IHKt - 1 IHKt - 1 Adanya inflasi sangat berdampak besar bagi perekonomian suatu negara. Pada saat terjadi inflasi, harga-harga barang cenderung untuk naik, maka hai tersebut akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi ini menyebabkan harga jual produk meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk yang dijual, akibatnya laba yang diperoleh perusahaan akan menurun. Dengan menurunya kinerja keuangan perusahaan maka akan menyebabkan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham berkurang, sehingga investor enggan xlviii mempertahankan kepemilikannya atas saham perusahaan, yang akhirnya berakibat pada penurunan indeks harga saham. E. Hasil Penelitian Sebelumnya. Pengukuran economic exposure yang menghubungkan perubahan harga saham dengan perubahan kurs serta indeks harga saham gabungan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Jorion (1990) menggunakannya pada harga saham di Amerika Serikat. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa korelasi prosentasi perubahan kurs serta IHSG negara bersangkutan adalah signifikan untuk tiap negara. Jorion pada tahun 1979 sampai dengan 1989 melakukan penelitian tentang dampak prosentase perubahan kurs, tingkat bunga pada mata uang Dollar Amerika, Yen, Deutch Mark, dan British Poundsterling. Hasil penelitian ini ditulis dalam salah satu artikelnya The Economc Exposure Impact with Double Regretion Approach. Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat bunga serta prosentase perubahan kurs (exchange rate) merupakan variabel yang penting untuk dipertimbangkan. Metode yang digunakan Jorion di coba ulang oleh Geoffrey Loudon yang menerapkannya di bursa saham Australia (Loudon; 1993; 22). Namun Loudon tidak melihat perubahan per individu mata uang namun menggunakan indeks tertimbang perdagangan Australian Dollar. Penggunaan kurs tertimbang ini berdasrkan asumsi bahwa seluruh perusahaan memiliki exposure yang ekuivalen antar mata uang. xlix Loudon mengambil sampel sebanyak 141 perusahaan dari 23 industri. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan yang diperdagangkan setiap bulan selama enam tahun, dari Januari 1984 sampai dengan Desember 1989. hasilnya tingkat prosentase perubahan kurs berpebngaruh secara signifikan terhadap saham perusahaan tersebut Hasil dari penelitian Loudon adalah bukti adanya economic exposure pada umumnya lemah, namun terlihat bahwa antara saham perusahaan yang berada dalam industri manufaktur dengan saham perusahaan yang mengeksploitasi sumber alam akan memberi tanggapan yang berbeda terhadap perubahan kurs. Demikian pula antara perubahan IHSG nya. Penbelitian yang dilakukan Hudiwinarti menguji pengaruh prosentase perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar, prosentase perubahan IHSG, status perusahaan, transaksi perdagangan ekspor impor, hutang perusaahaan terhadap valuta asing serta apakah perusahaan melakukan hedging atau tidak pada sektor barang konsumsi pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang dilakukan antara 1996 – 1997 dengan hasil variabel kurs dan IHSG, Hedging dan status perusahaan berperan secara signifikan Penelitian yang dilakukan oleh Priambodo (2000) menguji pengaruh status perusahaan, suku bunga perusahaan, serta prosentase perubahan kurs terhadap harga saham perusahaan di sektor barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, dengan periode penelitian l dari tahun 1994 sampai dengan 1999. pengujian ini dilakukan dengan menggunakan analisis multivariate hasil pengujiannya eksposur ekonomi perusahaan banyak dipengaruhi oleh exchange rate serta status perusahaan apakah perusahaan tersebut Perusahaan Modal Dalam Negeri ataukah Perusahaan Modal Asing Siska Dwi Ariyani (2002) melakukan penelitian tentang dampak prosentase perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar, suku bunga serta IHSG terhadap saham perusahaan PT Gudang Garam, Tbk di industri perusahaan rokok sektor barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta dalam periode penelitian Januari 1996 sampai dengan Desember 2001. Dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square) secara simultan variabel prosentase perubahan kurs, IHSG serta tingkat suku bunga memiliki hasil yang signifikan. F. Kerangka Pemikiran Penelitian ini menganalisis sejauh mana pengaruh beberapa faktor eksposur ekonomi yang diteliti seperti prosentase perubahan kurs, prosentase perubahanan IHSG serta inflasi yang dilihat dari prosentase perubahan Indeks Harga Konsumen-nya terhadap prosentase perubahan harga saham perusahaannya sebagai cerminan dari arus kasnya di sektor industri rokok yang listed di Bursa Efek Jakarta dengan periode antara tahun 2002 sampai dengan 2006. li Untuk mengetahui pengaruh tersebut digunakan metode teknik analisis ARCH (Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity) dan GARCH (Generalized Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity). Selain itu juga dilakukan pengujian persyaratan analisis uji asumsi klasik yakni, normalitas, multikolinearitas, autokorelasi ,dan heteroskedastisitas. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut dilakukan uji signifikansi model, yakni dengan melakukan uji F, uji T, dan uji Koefisien Determinasi (R2). Secara skematis alur pikir penelitian ini data terlihat pada gambar berikut. Gambar 2.1. Gambar Skematis Alur Pikir Penelitian Inflasi (IHK) Prosentase Prosentase Perubahan Kurs Perubahan Prosentase Perubahan Harga Saham, Metode ARCH dan GARCH Uji Persyaratan Uji Signifikansi Interpretasi Analisis lii G. Hipotesis Untuk melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi economic exposure, diajukan hipotesis sebagai berikut : H0: β = 0 : Tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan faktor-faktor eksposur ekonomi yakni prosentase perubahan kurs, IHSG serta inflasi terhadap kinerja indeks harga saham individu baik secara simultan maupun parsial. H1 : β ≠ 0 : Terdapat pengaruh secara signifikan faktor-fkator terjadinya eksposur ekonomi yakni prosentase perubahan kurs, IHSG serta inflasi terhadap kinerja indeks harga saham individu baik secara simultan maupun parsial liii BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh prosentase perubahan variabel kurs Rupiah/US Dollar, Indeks Harga Saham Gabungan serta inflasi terhadap prosentase perubahana harga saham individu perusahaan (sebagai indikator utama terjadinya eksposur ekonomi) dalam kelompok Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari bulan Januari 2002 sampai dengan bulan November 2006, tercatat ada empat perusahaan sebagaimana deskriptif tabel di bawah ini : Tabel 3.1. Tabel Industri Rokok No. 1 2 3 4 Perusahaan BAT Indonesia Tbk. Gudang Garam Tbk. HM Sampoerna Tbk. Bentoel Int'l Investama Tbk. Sumber : JSX Statistics 2002- 2006 (diolah). B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah harga saham individu pada sektor barang konsumsi pada sub sektor industri rokok yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang sekarang berganti menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang kesemuanya berjumlah empat perusahaan liv sebagaimana tabel di atas. Prosentase perubahan harga saham individu ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini karena menurut Jeff Madura (1996) dianggap mewakili nilai perusahaan dan dapat merefleksikan penilaian pemegang saham atas arus kas yang akan datang atau bisa juga disebut dengan dianggap mewakili eksposur ekonomi. Sedangkan variabel independennya dibatasi pada kurs Rupiah terhadap US Dollar, IHSG serta inflasi dimana semua data tersebut menggunakan data bulanan, dikarenakan terjadinya perbedaan rentang waktu lah penulis menyeragamkan semua variabel dengan menggunakan rentang waktu bulanan. Periode penelitian ini mengambil rentang waktu januari 2002 sampai dengan Desember 2006. adapun alasan yang mendasari untuk menentukan periode penelitian ini karena untuk melihat kondisi eksposur terkini terhadap saham individu perusahaan pada sektor barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data perdagangan saham perusahaanperusahaan yang menjadi obyek penelitian yang diperoleh dari publikasi Bursa Efek Jakarta termasuk situs websitenya www.jsx.co.id. Laporan tahunan, JSX Statistik dan prospektus juga diperoleh dar Bursa Efek Jakarta, sedangkan mengenai laporan tahunan lv perekonomian Indonesia berasal dari publikasi Bank Indonesia. Data sekunder lain yang digunakan yaitu data kurs valuta asing diperoleh dari surat kabar (Bisnis Indonesia), website www.bi.co.id . 2. Kepustakaan Selain itu data-data untuk penelitian ini diperoleh dari berbagai bahan-bahan tertulis, baik berupa literatur-literatur ilmiah yang digunakan untuk meletakan dasar-dasar teoritis, maupun dari majalah, surat kabar, laporan penelitian, jurnal ilmiah, serta tulisan-tulisan lainnya yang menunjang dan berkaitan dengan penelitian ini. D. Metode Analisis 1. Metode ARCH dan GARCH Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, maka digunakan model regresi majemuk dengan persamaan sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3+X3 + et Keterangan : Y = Economic exposure ( Prosentase perubahan harga saham individu) a = Intercept (variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel dependen dan independen). b = Koefisien dari X X1 = Prosentase perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar X2 = Prosentase perubahan Indeks Harga Saham Gabungan lvi X3 = Indeks Harga Konsumen (Inflasi) ARCH merupakan suatu pendekatan untuk menggambarkan proses-proses stochastic yang ditandai oleh varian time-independence (volatilitas). Model ARCH diperkenalkan oleh Engle pada tahun 1982 dengan mengenalkan konsep Conditional Heterocedastic, sebuah konsep tentang ketidak-konstanan data acak, dan perubahan variasi ini dipengaruhi oleh data acak sebelumnya yang tersusun dalam urutan waktu. Persamaan Rit = β01 + β11 Rxt + β21 Rmt + εit dalam mencari eksposur ekonomi perusahaan serta persamaan Y = a + b1X1 + b2X2 + b 3+X3 + e dalam mencari faktor-faktor yang mempengarhi eksposur ekonomi perusahaan di analisis dengan menggunakan metode ARCH (Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity) dan GARCH (Generalized Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity). ,menurut Nachrowi Djalal dan Hardius Usman (2006) dan William H. Greene (2003), alasan yang mendasari untuk menggunakan metode tersebut adalah : a. Data dalam penelitian ini memiliki varian error (et) yang tidak konstan (heteroskedastisitas). b. Dalam metode ARCH dan GARCH varian error (et) yang tidak konstan itu dapat dimanfaatkan untuk memboat model. lvii c. Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan teknik analisa lain. Dalam metode heteroskedastisitas ARCH sebagai dan suatu GARCH tidak permasalahan, memandang tetapi justru memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuat model. Adakalanya dalam suatu model varian dari error tidak tergantung pada variabel bebasnya melainkan varian tersebut berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu. Data yang meiliki sifat heteroskedastisitas seperti ini dapat dimodelkan dengan Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) yang dikenalkan oleh Robert Engle, sebagaimana berikut σt2 = α 0 + α1 e2 t – 1 ; σt2 = var (et). Dapat dilihat bahwa var (et) dijelaskan oleh dua komponen : 1. Komponen konstanta α 0 2. Komponen variabel α1 e2 t – 1 yang disebut komponen ARCH. Pada model ini, et heteroskedastisitas, conditional pada et-1. Dengan menambahkan informasi conditional ini, estimator dari a, b1, b 2 dan b3 akan menjadi lebih efisien. Model ARCH di atas, di mana var (et) tergantung hanya pada volatilitas periode lalu, seperti pada σt2 = α 0 + α1 e2 t – 1, disebut dengan model ARCH (1). Sedangkan secara umum, nila var (et) tergantung pada volatilitas beberapa periode lalu seperti σt2 = α 0 + α1 e2 t – 1 + α2 e2 t–2 + … αp e2 t – p disebut model ARCH (p) lviii Pada model ini, agar varian menjadi positif (var(e2) > 0), maka harus di buat pembatasan yaitu : α 0 > 0 dan 0 < α1 < 1. untuk mengestimasi a, b1, b 2, b 3. Pada model ARCH (p) di atas, dengan jumlah p yang relatif besar akan mengakibatkan banyaknya parameter yang harus diestimasi, agar parameter yang diestimasi tidak terlalu banyak, var (et) dapat dijadikan model berikut : σ t2 = α 0 + α1 e2 t – 1 +λ1 σ 2 t – 1 modet tersebut di atas disebut dengan model GARCH (1) karena σt2 tergantung pada e2 t – 1 dan σ2 t – 1 yang masing-masing memiliki waktu satu. Sama halnya dengan model ARCH, agar varian menjadi positif (var(e2) > 0), maka pada model ini juga harus di buat pembatasan, yaitu α 0 > 0 ; α1 dan λ1 ≥ 0 ; dan α1 +λ1 < 1. Sebagaimana pada model ARCH, maka model GARCH ini juga dapat di estimasi dengan teknik Maximum Likelihood. Secara umum, var (et) darat direpresentasikan dalam bentuk : p q σt2 = α 0 + ∑ α1 e2 t – i + ∑ λ1 σ2 t – 1 i=1 i=1 model tersebut di atas disebut dengan model GARCH (p,q). dari model di atas terlihat bagwa besaran var (et) juga tergantung pada σ2 pada masa lalu. lix Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu melalui software statistik dan ekonometrik dalam komputer yang sesuai, yaitu E-Views 5 Version khusus untuk multikolinieritas menggunakan SPSS 14 2. Pengujian Persyaratan Analisis Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipatuhi antara lain : a. Normalitas Menurut Singgih Santoso (2000: 213) normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen ataupun kaeduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini digunakan uji Jarque-Berra dalam mengidentifikasi normalitas data penelitian ini Untuk mengetahui apakah model regresi tersebut mengalami masalah normalitas atau tidak dapat dideteksi dengan melihat probabilitas dari grafik Jarque- Berradimana dalam penelitian ini α = 5% (0.05), maka probabilitas > 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut normal, jika sebaliknya maka tidak normal. lx b. Multikoliniearitas Istilah multikoliniearitas atau disebut juga kolinearitas ganda diciptakan oleh Ranger Frish di dalam bukunya yang berjudul “Statistical Confluence Analysis by Means of Complete Regression System”. Istilah tersebut berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi (J. Supranto; 1938). Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya hubungan antara beberapa variabel independen atau semua variabel independen dalam model regresi serta merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen yang dinyatakan sebagai konsisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Salah satunya dengan melihat nilai VIF yang harus berada di sekitar 1 yaitu masingdengan nilai tolerance yang berkisar pada angka 1 pula. Multikolinieritas dapat dihadapi dengan beberapa alternatif, yaitu: 1. Tambahkan datanya bila memungkinkan, karena masalah multikolinier biasanya muncul karena jumlah observasinya sedikit. lxi 2. Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang memiliki hubungan linear yang kuat dengan variabel lain. Namun apabila menurut teori variabel independen tersebut tidak dapat dihilangkan, berarti harus tetap dipakai. 3. Transformasikan salah satu atau beberapa variabel, termasuk misalnya dengan melakukan diferensi. (Wing Wahyu Winarno; 2007) c. Autokorelasi Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Maurice G. Kendall dan William R. Buckland di dalam Dictionary of Statistical Term dikatakan bahwa, “correlation between member’s of series of observation ordered in time (as in time-series data) or space (as cross-sectional data)”. Maksudnya, autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data time series) atau menurut urutan tempat (seperti data cross section) atau korelasi pada dirinya sendiri. Autokorelasi dapat pula didefenisiskan sebagi terjadinya korelasi diantara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW terletak di antara du < d < 4-du maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik lxii positif maupun negatif atau jika nilai d mencapai sekitar 2, di mana du adalah batas atas dan dL adalah batas bawah (J. Sopranto; 1983). Menurut Durbin Watson Statistic, terdapat lima kondisi itu bisa disebut autokorelasi, yakni : 1. 0 < d < dL berarti ada autokorelasi positif. 2. d L < d <du berarti inconclusive (keraguan adanya autokorelasi positif). 3. d u < d < 4-d u berarti tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif. 4. 4-du < d < 4-dL berarti inconclusive. 5. 4-dL < d < 4 berarti ada autokorelasi negatif. Jika ada masalah dengan autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan (dilihat angka probabilita F dan signifikansinya) menjadi tidak layak untuk di pakai. Uji F (uji secara simultan) autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai macam cara, antara lain dengan melakukan tranformasi data serta menambah data observasi. Ada atau tidaknya autokorelasi dapt juga dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2. Tabel Uji Durbin Watson Ada autokorelasi positif 0 Tidak Dapat Diputuskan dL (1.48) Tidak ada Autokorelasi dU (1.689) 2 Tidak Dapat Diputuskan 4-dU (2.311) Ada autokorelas i positif 4-dL (2.52) 4 lxiii d. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana varian dari kesalahan penganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, (J. Supranto; 1983). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut dengan homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model yang baik adalah homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam menguji ada atau tidaknya herokedastisitas, penulis mengujinya dengan uji White (White’s Heteroscedasticity Test) dimana dalam implementasinya, model ini relatif lebih mudah dibandingkan dengan uji-uji lainya. Perhatikan persamaan regresi berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3+X3 + et Berdasarkan regresi yang memiliki tiga variabel bebas tersebut, dapat dilakukan uji white dengan beberapa tahapan prosedur, yaitu: 1) Hasil estimasi dari model di atas akan menghasilkan nilai error, yaitu: et2 2) Buat persamaan regresinya, yakni: lxiv et2 = a o + b1X1 + b2X2 + b3+X3+ b4X12 + b5X22 + b6+X32 + b7 X1 X2 X3 +Vi Dimana: et2 adalah nilai error a adalah intercept b adalah koefisien dari X X1 adalah prosentase perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar X2 adalah prosentase perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) X3 adalah Indeks Harga Konsumen (Inflasi) 3) Sampel berukuran n dan koefisien determinasi R2 yang Didapat dari regresi akan mengikuti distribusi Chisquare dengan derajat bebas jumlah variabel bebas atau jumlah koefisien regresi diluar intercept. Jika nilai penghitungan melebihi nilai kritis dengan α = 5%, diputuskan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. e. Uji F (Uji Secara Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikansinya lebih kecil dari 5% (α : 5% = 0.05)maka hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan lxv terhadap variabel dependen secara simultan (prosentase perubahan kurs, prosentase perubahan IHSG serta inflasi) terhadap koofisien economic exposure dalam hal ini adalah prosentase perubahan harga saham perusahaan tersebut sebagai indikatornya. f. Uji T (Uji Secara Parsial) Uji T digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Bila Zhitung lebih besar atau lebih kecil dari Ztabel atau nilai signifikansinya T (α : 5% = 0.05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial (prosentase perubahan kurs, prosentase perubahan IHSG serta inflasi) terhadap koofisien economic exposure pada perusahaan di sektor barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. g. Uji Koofisien Determinasi (R2) Uji koofisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependenya yang dapat di lihat melalui adjusted R square karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari dua. lxvi E. Operasional Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja harga saham individu dari industri rokok pada perusahaan sektor barang konsumsi yang tercacat di Bursa Efek Jakarta yang kesemuanya berjumlah empat perusahaan yang diperoleh dari Statistik Bursa Efek di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini sebagai faktor-faktor eksposur ekonomi yang berdamapak pada harga saham individu perusahaan adalah: 1. Prosentase perubahan kurs Dalam penelitian ini variabel kurs yang digunakan adalah kurs tengah Rupiah terhadap US Dollar. 2.. Prosentase perubahan Indeks Harga Saham Gabungan Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan ditambahkan sebagai independen variabel dan juga berfungsi sebagai explanatory variable untuk mengatasi adanya stock split, bonus shares ataupun stock devidend. 3. Inflasi Inflasi yang diperoleh dari penghitungan Indeks Harga Konsumen (indeks umum) yang merupakan gabungan 43 kota di Indonesia per bulan dengan menghitung prosentase perubahan Indeks Harga Konsumen. Inflasi di ukur dari laju perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dimana Laju Inflasi = IHKt - IHKt – 1 IHKt - lxvii BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan Go Public pada sektor barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang terkena foreign exchange exposure secara langsung, karena perusahaan mengekspor produknya ataupun melakukan pinjaman dengan valuta asing. Dalam penelitian ini ada kurang lebih empat perusahaan yang menjadi objek penelitian dari periode Januari 2002 sampai dengan 2006, di lapangan peneliti tidak menemukan kemunculan perusahaan baru Banyak faktor yang mempengaruhi economic exposure pada tahun periode 2002 - 2006. faktor tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan. Faktor yang berasal dari luar perusahaan muncul akibat perubahan kurs Rupaih terhadap US Dollar, perubahan IHSG serta perubahan inflasi yang disebabkan perubahan Indeks Harga Konsumennya. 1. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Sepanjang periode Januari 2002 hingga Desember 2006 Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ menunjukan tren peningkatan yang lxviii cukup pesat. Selengkapnya data Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1. Data IHSG Periode Januari 2002 sampai dengan Desember 2006 Bulan 2002 Januari 392.03 Februari 453.25 Maret 481.86 April 544.85 Mei 530.79 Juni 505.01 Juli 463.67 Agustus 456.4 September 412.43 Oktober 371.14 November 390.42 Desember 424.94 2003 388.44 399.22 398 435.04 494.78 497.81 508.7 530.86 599.84 629.05 617.08 679.3 Tahun 2004 752.93 761.08 735.67 783.41 733.99 732.4 756.98 746.76 819.82 860.35 977.77 1000.23 2005 1054.44 1073.83 1080.17 1080.17 1088.17 1122.37 1182.3 1050.09 1079.27 1058.26 1017.73 1162.63 2006 1229.7 1216.14 1322.97 1464.4 1330 1310.26 1351.65 1444.49 1534.62 1582.62 1718.96 1805.52 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari rata-rata sebesar 452.23 pada periode tahun 2002 menjadi 1805.52 pada periode bulan Desember tahun 2006. peningkatan ini mencapai lebih dari empat kali lipat (perubahan IHSG terlampir) 2. Perkembangan Kurs Selama periode januari 2002 sampai dengan Desember 2006, kurs Rupiah terhadap Dollar selalu berfluktuatif. Untuk lebih lengkapnya data kurs selama periode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : lxix Tabel 4.2: Data Kurs Tengah Rupiah/ US$ Dollar (Per bulan) Periode Januari 2002 – Desember 2006. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2002 10320 10189 9655 9376 8785 8730 9108 8867 9015 9233 8976 8940 2003 8876 8905 8908 8675 8279 8285 8505 8535 8389 8495 8537 8465 Tahun 2004 8441 8447 8587 8661 9210 9415 9168 9328 9170 9090 9018 9290 2005 9165 9260 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035 9830 2006 9395 9230 9075 8775 9220 9300 9070 9100 9235 9110 9165 9020 (Sumber: Statistik Ekonomi Moneter Bank Indonesia; data diolah) Dari tabel di atas dapat dilihat pergerakan Rupiah terus mengalami penguatan dengan volatilitas yang terjadi sejak tahun 2002 dan ternyata terus berlanjut hingga tahun 2003. Pada bulan Mei tahun 2004 Rupiah kembali melemah hingga menembus level Rp 9.000,- an yaitu mencapai Rp 9.210,- dan pada triwulan keempat pada tahun 2005 kurs Rupiah terdepresiasi hingga mencapai level Rp 10.000,- . Memasuki awal tahun 2006, kurs Rupiah kembali menguat hingga mencapai level Rp 9.000,an per US$ Dollar dan terus stabil. Apresiasi tersebut menjadikan Rupiah sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik.( Perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar terlampir). lxx 3. Perkembangan Inflasi Perkembangan inflasi sepanjang tahun 2002 sampai dengan Desember 2006 selalu berfluktuatif. Hal ini dapat di lihat pada tabel 4.3. data inflasi selama periode Januari 2002 sampai dengan Desember 2006 berikut. Tabel 4.3. Data Inflasi Bulan Tahun 2002 2003 2004 Januari 1.99 0.89 0.56 Februari 1.2 0.19 -0.02 Maret 0.29 -0.12 0.36 April -0.21 0.21 0.97 Mei 0.79 0.36 0.88 Juni 0.3 0.14 0.48 Juli 0.71 0.04 0.39 Agustus 0.36 0.58 0.09 September 0.56 0.39 0.02 Oktober 0.48 0.62 0.56 November 1.84 0.93 0.89 Desember 1.18 0.83 1.04 (Sumber : Bank Indonesia dan BPS Indonesia) 2005 1.43 -0.17 1.91 0.34 0.21 0.5 0.78 0.55 0.69 0.87 1.31 -0.04 2006 1.36 0.58 0.03 0.05 0.37 0.45 0.45 0.33 0.38 0.63 0.94 0.84 Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata tingkat inflasi bulanan pada tahun 2002 sebesar 0.798 dan terus meningkat sepanjang tahun 2005 hingga mencapai level 1.35, pada awal tahun 2006 inflasi masih tinggi kemudian menunjukan kecenderungan menurn pada akhir tahun 2006. lxxi 4. Harga Saham Individu Dalam periode dari Januari 2002 sampai dengan Desember 2006, penulis telah mendapatkan data-data tersebut yang mana digunakan untuk melihat eksposur ekonomi pada perusahaan tersebut. Harga Saham Individu atau biasa disingkat dengan HSI (terlampir) B. Penemuan dan Pembahasan 1. Persyaratan Uji Asumsi Klasik a. Normalitas Dalam penelitian ini digunakan Uji Jarque Berra untuk mengetahui apakah model regresi tersebut mengalami masalah normalitas atau tidak dapat dideteksi dengan melihat nilai probabilitasnya, dimana jika nilai probabilitas tersebut > α = 5%, maka data tersebut normal, jika sebaliknya maka tidak normal Dari hasil uji yang penulis lakukan tidak diketemukanya masalah normalitas, karena nila data probabilitas dari keempat perusahaan rokok tersebut > α = 5%, dimana PT BAT Indonesia, Tbk dengan nilai probabilita 0.130746 dan nilai Jarque Bera 4.068990, PT Gudang Garam, Tbk dengan nilai probabilita 0.124688 dan nilai Jarque Bera 1.246791, PT Bentoel, Tbk dengan nilai probabilita 0.536121 dan nilai Jarque Bera 1.246791 dan PT HM Sampoerna Tbk dengan nilai probabilita 0.164625 dan nilai Jarque Bera 3.608168 (terlampir) lxxii b. Uji Multikolinieritas Dari hasil perhitungan (data penghitungan terlampir) menunjukan bahwa nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tingkat tolerance variabel kurs, IHSG dan inflasi terhadap seluruh saham perusahaan sektor barang konsumsi pada industri rokok khususnya yang tercatat di Bursa Efek Jakarta masing-masing memiliki nilai VIF di sekitar 1 yaitu masing-masing 1.008 (kurs), 1.056 (IHSG) dan 1.006 (inflasi) disertai dengan nilai tolerance yang berkisar pada angka 1 yakni masing-masing 0.982 (kurs), 0.974 (IHSG) dan 0.994 (inflasi) maka dapat dikatakan pada penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas antara variabel independen. Tabel 4.4. Hasil Multikolinieritas Variabel VIF Tolerance Kurs 1.008 0.982 IHSG 1.056 0.974 Inflasi 1.006 0.994 Sumber : Data Olahan c. Uji Auto Korelasi Dari hasil pengujian autokorelasi dengan metode ARCH dan Garch terhadap seluruh saham perusahaan sektor barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek jakarta dari tahun 2002 sampai dengan 2006 di dapat nilai D-W (Durbin Watson) sebagaimana tabel 4.5. berikut : Tabel 4.5. Hasil Uji Durbin Watson lxxiii No 1 2 3 4 Saham Individu Perusahaan Tobacco Manufactures BAT Indonesia Tbk. Gudang Garam Tbk. HM Sampoerna Tbk. Bentoel Int'l Investama Tbk. Nilai D-W 1.794191 1.903927 1.691603 1.822231 Berdasarkan data tabel di atas berarti model dalam penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi, dengan melihat tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi berikut: Tabel 4.6. Tabel Uji Durbin Watson Ada autokorelasi positif 0 Tidak Dapat Diputuskan dL (1.48) dU (1.689) Tidak ada Autokorelasi 2 Tidak Dapat Diputuskan 4-dU (2.311) Ada autokorelas i positif 4-dL 4 (2.52) d. Uji Heteroskedastisitas Dalam penelitian ini persamaan model regresi di dapat dengan menggunakan uji White. Pada uji yang penulis lakukan tidak terdapat heteroskedastisitas kepada data-data yang penulis teliti dan ujikan karena memiliki hasil > α = 5% (terlampir) 2. Pengujian Hipotesis Setelah pengujian persyaratan analisis dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi model dan intrepetasi lxxiv model regresi berganda dengan menggunakan metode ARCH dan GARCH (penghitungan terlampir) dengan melihat tabel 4.7. berikut : Tabel 4.7. Hasil Uji F No 1 2 3 4 Saham Individu Perusahaan Tobacco Manufactures BAT Indonesia Tbk. Gudang Garam Tbk. HM Sampoerna Tbk. Bentoel Int'l Investama Tbk. Prob. F (statistic) 0.008752 0.009059 0.000305 0.003034 Dengan melihat tabel di atas, pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi eksposur ekonomi saham-saham individu perusahaan sektor barang konsumsi yang Go Public seperti kurs, IHSG serta inflasi secara simultan dengan menggunakan metode ARCH-GARCH (terlampir), di dapat nilai dimana dengan persyaratan metode ARCH-GARCH dengan persyaratan signifikansi alpha 5% tingkat signifikansi (Prob(F-statistic)) saham individu perusahaan < 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil tersebut di atas dapat di simpilkan bahwa secara simultan variabel kurs, IHSG dan inflasi mempengaruhi eksposur ekonomi perusahaan secara signifikan, di mana ini terlihat pengaruhnya pada saham perusahaan sebagai representatif arus kas perusahaan. Pengaruh kurs, IHSG dan inflasi secara parsial dimana jika nilai < alpha maka terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari variabelvariabel independen terhadap variabel dependen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: lxxv Tabel 4.8. Hasil Uji T Perusahaan Variabel Prob α 5% Keterangan Independen PT BAT Kurs 0.0000 0.05 Signifikan Indonesia IHSG 0.0356 0.05 Signifikan Inflasi 0.0118 0.05 Signifikan Kurs 0.0259 0.05 Signifikan IHSG 0.0000 0.05 Signifikan Inflasi 0.0192 0.05 Signifikan PT Bentoel Kurs 0.0110 0.05 Signifikan International IHSG 0.0001 0.05 Signifikan Investama,Tbk Inflasi 0.0005 0.05 Signifikan PT. HM Kurs 0.0183 0.05 Signifikan Sampoerna,Tbk IHSG 0.0000 0.05 Signifikan Inflasi 0.0000 0.05 Signifikan PT Gudang Garam,Tbk. Sumber : Data di olah dari metode ARCH GARCH Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel kurs, IHSG dan inflasi dapat mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan. Untuk industri rokok dari empat perusahaan, seluruh perusahaan signifikan akibat pengaruh kurs atau valuta asing . Untuk signifikansi IHSG, dari empat perusahaan yang diteliti, ke empat perusahaan mendapatkan pengaruh lxxvi yang signifikan oleh variabel IHSG. Untuk inflasi dari empat perusahaan yang diteliti semua perusahaan mendapatkan pengaruh yang signifikan atas vasiabel inflasi yakni PT BAT Indonesia, Tbk; PT Gudang Garam,Tbk; PT Bentoel International Investama,Tbk dan PT. HM Sampoerna,Tbk. 3. Uji Koefisien Regresi Secara lengkap hasil uji koefisien regresi yang dilakukan dengan metode ARCH dan GARCH dapat dilihat pada gambar 4.1. sampai dengan gambar 4.4. berikut : Gambar 4.1. Uji Koefisien Regresi PT BAT Indonesia, Tbk. Estimation Command ARCH(E) Ultra KURS IHSG INFLASI Estimation Equation BAT = C(1)*KURS + C(2) * IHSG+ C(3) * INFLASI+ C(4) * Substituted Coefficients: BAT = -0.194189 KURS -0.082981 IHSG + 0.114687 INFLASI + 0.174612 Dari gambar tersebut di atas dapat dituliskan persamaan sebagai berikut : BAT = 0.174612 -0.194189 KURS -0.082981 IHSG + 0.114687 INFLASI a. Dari persamaan tersebut di atas dapat diartikan bahwa kurs memiliki pengaruh yang negatif signifikan dengan hasil sebesar -0.194189 yang lxxvii berarti bahwa semakin tinggi prosentase perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar maka akan menyebabkan penurunan pada harga saham PT BAT Indonesia, Tbk. sebesar 0.194189 begitu pun sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. b. Faktor eksposur ekonomi IHSG memiliki pengaruh yang negatif signifikan dengan hasil sebesar -0.082981 yang berarti bahwa semakin tinggi prosentase perubahan IHSG maka akan menyebabkan penurunan harga saham sebesar 0.0829 81 sebagai cerminan arus kas perusahaannya begitu juga dengan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. c. Inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap saham perusahaan ini sebesar 0.114687, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi sebagai faktor eksposur ekonomi terhadap perusahaan ini maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 0.114687, begitu juga dengan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap Gambar 4.2. Uji Koefisien Regresi PT Gudang Garam, Tbk. Estimation Command ARCH(E) Ultra KURS IHSG INFLASI Estimation Equation G_Garam = C(1) KURS + C(2) IHSG+ C(3) INFLASI+ C(4) Substituted Coefficients: G_Garam = -0.029152 KURS + 0.609095 IHSG + 3.6206 INFLASI + -3.352523 lxxviii Dari gambar tersebut di atas dapat dituliskan persamaan sebagai berikut : G_Garam = -3.352523 -0.029152 KURS + 0.609095 IHSG + 3.6206 INFLASI a. Dari persamaan tersebut di atas dapat diartikan bahwa kurs memiliki pengaruh yang negatif signifikan dengan hasil sebesar -0.029152 yang berarti bahwa semakin tinggi prosentase perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar akan menyebabkan perubahan penurunan pada harga saham PT BAT Indonesia, Tbk. sebesar 0.029152 begitu pun sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. b. Faktor eksposur ekonomi IHSG memiliki pengaruh yang positif signifikan dengan hasil sebesar 0.609095 yang berarti bahwa semakin tinggi prosentase perubahan IHSG akan menyebabkan perubahan kenaikan harga saham sebesar 0.609095 sebagai cerminan arus kas perusahaannya begitu juga dengan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. c. Inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap saham perusahaan ini sebesar 3.6206, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi sebagai faktor eksposur ekonomi terhadap perusahaan ini maka akan menyebabkan perubahan kenaikan harga lxxix saham sebesar 3.6206, begitu juga dengan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. Gambar 4.3. Uji Koefisien Regresi PT Bentoel International Investama,Tbk. Estimation Command ARCH(E) Ultra KURS IHSG INFLASI Estimation Equation Bentoel = C(1)*KURS + C(2) * IHSG+ C(3) * INFLASI+ C(4) * Substituted Coefficients: Bentoel = 0.043207 KURS + 0.679707 IHSG + 6.227756 INFLASI -0.225114 Dari gambar tersebut di atas dapat dituliskan persamaan sebagai berikut : Bentoel = -0.225114 + 0.043207 KURS + 0.679707 IHSG + 6.227756 INFLASI a. Dari persamaan tersebut di atas dapat diartikan bahwa kurs memiliki pengaruh yang positif signifikan dengan hasil sebesar 0.043207 yang berarti bahwa jika semakin tinggi prosentase perubahan kurs Rupiah terhadap US Dollar maka akan menyebabkan kenaikan pada perubahan harga saham PT BAT Indonesia, Tbk. sebesar 0.194189 begitu pun sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. b. Faktor eksposur ekonomi IHSG memiliki pengaruh yang positif signifikan dengan hasil sebesar 0.679707 yang berarti bahwa semakin lxxx tinggi prosentase perubahan IHSG maka akan menyebabkan kenaikan perubahan harga saham sebesar 0.679707 sebagai cerminan arus kas perusahaannya begitu juga dengan sebaliknya c. Inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap saham perusahaan ini sebesar 6.227756, hal ini dapat diartikan bahwa jika semakin tinggi tingkat inflasi sebagai faktor eksposur ekonomi terhadap saham perusahaan ini maka akan menyebabkan perunahan kenaikan harga saham sebesar 6.227756, begitu juga dengan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. Gambar 4.4. Uji Koefisien Regresi PT HM Sampoerna,Tbk. Estimation Command ARCH(E) Ultra KURS IHSG INFLASI Estimation Equation * * * Sampoerna = C(1) KURS + C(2) IHSG+ C(3) INFLASI+ C(4) * Substituted Coefficients: Sampoerna = -0.215840 KURS + 0.863893 IHSG + 1.972210 INFLASI -24.33681 Dari gambar tersebut di atas dapat dituliskan persamaan sebagai berikut : Sampoerna = -24.33681 -0.215840 KURS + 0.863893 IHSG + 1.972210 INFLASI a. Dari persamaan tersebut di atas dapat diartikan bahwa kurs memiliki pengaruh yang negatif signifikan dengan hasil sebesar -0.215840 yang berarti bahwa semakin tinggi prosentase perubahan kurs Rupiah lxxxi terhadap US Dollar maka akan menyebabkan penurunan pada harga saham PT BAT Indonesia, Tbk. sebesar 0.215840 begitu pun sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. b. Faktor eksposur ekonomi IHSG memiliki pengaruh yang positif signifikan dengan hasil sebesar 0.863893 yang berarti bahwa semakin tinggi prosentase perubahan IHSG terhadap saham perusahaan ini maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 0.863893 sebagai cerminan arus kas perusahaannya begitu juga dengan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. c. Inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap saham perusahaan ini sebesar 1.972210, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi sebagai faktor eksposur ekonomi terhadap perusahaan ini maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 1.972210 , begitu juga dengan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya tetap. 3. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan vasiabel dependenya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ARCH dan GARCH diperoleh nilai adjusted R2 dari tiap-tiap saham perusahaan sebagai berikut: lxxxii Tabel 4.9. Hasil Uji Koefisien Determinasi NO R2 PERUSAHAAN 1. PT BAT Indonesia, Tbk. 0.806921 2. PT Gudang Garam, Tbk 0.710820 3. PT. Bentoel Int’l Investama. Tbk. 0.663321 4. PT HM Sampoerna, Tbk. 0. 81345 Berdasarkan tabel di atas dengan menggunakan metode ARCH dan GARCH, untuk PT BAT Indonesia, Tbk. Diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.806921 artinya bahwa pergerakan arus kas perusahaan PT BAT Indonesia, Tbk yang diwakili oleh prosentase perubahan harga sahamnya dapat dijelaskan oleh sebagian faktor-faktor eksposur ekonomi, yakni prosentase perubahan kurs, IHSG dan inflasi sebagai variabel independenya sebesar 80,6921 % dan sisanya sebesar 19,3079 % dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. Untuk PT Gudang Garam, Tbk diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.710820 artinya bahwa pergerakan arus kas perusahaan PT Gudang Garam, Tbk yang diwakili oleh prosentase perubahan harga sahamnya dapat dijelaskan oleh sebagian faktor-faktor eksposur ekonomi, yakni prosentase perubahan kurs, IHSG dan inflasi sebagai variabel independenya sebesar 71,082% dan sisanya sebesar 28,918 % dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. lxxxiii Untuk PT. Bentoel Int’l Investama. Tbk diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.663321 artinya bahwa pergerakan arus kas perusahaan PT Gudang Garam, Tbk yang diwakili oleh prosentase perubahan harga sahamnya dapat dijelaskan oleh sebagian faktor-faktor eksposur ekonomi, yakni prosentase perubahan kurs, IHSG dan inflasi sebagai variabel independenya sebesar 66,3321 % dan sisanya sebesar 33.6679 % dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. C. Interpretasi Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa secara bersamasama (simultan) variabel prosentase perubahan kurs, prosentase perubnahan IHSG serta inflasi berpengarug secara signifikan terhadap eksposur ekonomi perusahaan dengan melihat prosentase perubahan harga saham perusahaan sebagai indikatornya selama periode Januari 2002 sampai dengan Desember 2006. Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukanb oleh Jorion (1990), Loudon (1993) Hudiwinarti (1998), Priambodo (2000), dan Siska (2002) Untuk pengaruh secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel prosentase perubahan kurs untuk PT BAT Indonesia, Tbk; PT Gudang Garam, Tbk; serta PT HM Sampoerna, Tbk berpengaruh secara negatif signifikan, hanya PT Bentoel International Investama, Tbk yang memiliki hasil positif yang signifikan. lxxxiv Variabel IHSG berdasarkan hasil analisis hanya PT BAT Indonesia, Tbk. yang berpengaruh secara nbegatif signifikan sedangkan PT Gudang Garam, Tbk; PT Bentoel International Investama, Tbk serta PT HM Sampoerna, Tbk. memiliki hasil yang positif signifikan. Khusus untuk PT. Gudang Garam, Tbk. hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Siska (2002). Variabel inflasi berdasarkan hasil analisis berpengaruh secara positif signifikan terhadap ke empat perusahaan di indutri rokok tersebut yang menjadi objek penelitian ini. lxxxv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagaimana di bawah ini: 1. Secara Simultan Dengan melihat hasil penelitian di bab sebelumnya, pengaruh beberapa faktor seperti prosentase perubahan kurs IHSG dan inflasi yang dilihat dari Indeks Harga Konsumen-nya yang mempengaruhi eksposur ekonomi saham-saham individu perusahaan sektor barang konsumsi dengan fokus penelitian di industri rokok yang Go Public di Bursa Efek Jakarta secara simultan dengan menggunakan metode ARCH-GARCH, di dapat nilai dimana tingkat signifikansi (Prob(Fstatistic)) saham individu perusahaan < 0.05 sehingga H0 dirolak dan H1 diterima. Kesimpulannya bahwa secara simultan variabel prosentase perubahan kurs, IHSG dan inflasi mempengaruhi eksposur ekonomi perusahaan industri rokok yang tercatat di Bursa Efek Jakarta secara signifikan. 2. Secara parsial Secara parsial variabel prosentase perubahan kurs, IHSG serta inflasi berrpengaruh pula secara signifikan terhadap saham perusahaan sebagai representasi dari eksposur ekonomi perusahaan tersebut, yakni lxxxvi PT BAT Indonesia, Tbk; PT Gudang Garam,Tbk; PT Bentoel International Investama,Tbk; dan PT HM Sampoerna,Tbk. B. Implikasi 1. Bagi Perusahaan Bagi perusahaan sebelum perusahaan menentukan strategi yang akan diambil, sebaiknya melakukan suatu analisis pengukuran eksposur ekonomi terlebih dahulu sehingga dapat lebih jelas diketahui seberapa besar eksposur ekonominya serta terlihat ke arah mana pergerakan arus kas perusahaanya yang tercermin lewat prosentase perubahan harga sahamnya. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat menambah cakrawala serta khasanah ilmu pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan Internasioanl, khususnya dalam hal pengelolaan economic exposure serta dapat dijadikan masukan bagi penelitian sejenis di waktu mendatang. 3. Bagi Investor Untuk investor, sebelum memutuskan untuk menanamkan dananya di perusahaan mana, sebaiknya dilihat dan dianalisis terlebih dahulu kondisi pergerakan arus kas perusahaan tersebut atau bisa juga dilakukan penelitian terhadap prosentase perubahan harga-harga sahamnya sebagai cerminan pergerakan arus kas perusahaan tersebut. lxxxvii 4. Bagi Akademisi dan Mahasiswa Bagi akademisi ataupun mahasiswa hendaknya jumlah faktor-faktor eksposur ekonominya ditambah sehingga dapat lebih terlihat menggambarkan pengaruh eksposur ekonomi perusahaan tersebut. lxxxviii DAFTAR PUSTAKA 1. Bank Indonesia, Penutupan Harian Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Januari 2002 - Desember 2006. 2. Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Moneter Indonesia. Januari 2002 – Desember 2006 3. Bordnar, Gordon. 1999. Techniques for Managing Economic Exposure. Journal of Multinational Corporate Finance. 4. Bursa Efek Jakarta. JSX Monthly Report Statistic.2002 - 2006 Jakarta. 5. Butler, Kirt C. 2004. Multinational Finance ; Third Edition. Thomson South Western. Ohio-America 6. Covrig, Vicenteu. 2005. Economic Finance; Articles. University of Harvard Published. 7. Gujarati, D. 1999. Basic Econometrics. Singapore: McGraw Hill International Edition. 8. Hady, Hamdy. 2005. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Kedua. Jakarta :Mitra Wacana Media dan YAI Jakarta. 9. Hasan, M. Iqbal, Ir. 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara. 10. Hudiwinarti. 1998. Pengukuran Economic Exposure & Faktor yang Mempengaruhinya: BPFE-UI. Jakarta 11. Husnan, Suad. 1993. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi Ketiga. Jakarta: AMP YPKN. lxxxix 12. Jorion, Benjamin. 1990. The Economc Exposure Impact with Double Regretion Approach; Articles. United States of America. 13. Loudon, Geoffrey. 1993. The Economic Exposure and Risk. New South Wales. Australia 14. Madura, Jeff. 2003. Internasional Financial Management. USA: West Publishing Company. 15. Mantegna, Rosario N & H. Eugene Stanley. 2002. Pengantar Ekonofisika; Korelasi dan Komfleksitasnya dalam bidang keuangan.Jakarta: PT. INDEX Kelompok Gramedia. 16. Nachrowi, Nachrowi D & Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA untuk Anlisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbitan Universitas Indonesia. 17. Pritami, Mahesh. D, Dilip K. Shome, Vijay Singal. 2003. Foreign Exchange Exposure of Exporting and Importing Firms. Journal of Banking and Finance. Elsevier 18. Rowe, David. 1999. How to Right Wrong-way Exposure. Risk Magazine Articles 19. Santosa, Purbayu Budi & Ashari. 2005. Analis is Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS. Edisi Pertama. Yogyakarta: PENERBIT ANDI. 20. Sartono, Agus. 1990. Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Sugiyono. 1999. 21. Shapiro, Alan C. 1989. Multinational Financial Management. Third Edition. USA: Allyn & Bacon Publishing. 22. Shapiro, Alan C. 1999. Modern Corporate Finance. Third edition. Singapore: McMillan Piblishing Company. 23. Sharpe, Willliam F, Gordon J. Alexandrea & Jeffery V. Bailey. 2006. Investasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. INDEX Kelompok Gramedia. xc 24. Sudjana. 1996. Staistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Edisi Baru. Penerbit Tarsito. Bandung. 25. Suharyadi, Purwanto S. K. 2003. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Penerbit Salemba Empat. Jakarta 26. Winarno, Wing Wahyu.2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.UPP STIM YKPN. Yogyakarta. 27. Yucel, Tulay. 1996. Cadler and Simon Models. Articles 28. Yusgiantoro, Purnomo. 2004. Manajemen Keuangan Internasional ; Teori dan Praktik. Penebitan FEUI. Jakarta. xci LAMPIRAN Lampiran 1: Prosentase Perubahan Harga Saham Industri Rokok yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2002 – Desember 2006 Tahun Bulan 2002 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2003 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2004 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September PT BAT Indonesia 1.25% -1.85% -0.63% 16.46% 9.78% -0.99% -9.50% 2.76% -3.23% 0.00% -6.11% 0.00% 6.51% 0.00% 0.00% 2.22% 2.17% -4.26% 0.00% 5.56% -4.21% 2.20% 1.08% -13.83% 11.11% -5.56% 7.06% 4.40% -12.11% 0.00% 0.00% 0.00% -1.80% PT Gudang Garam 2.73% -5.31% 1.40% -4.61% 2.90% -1.88% -12.44% -8.20% -2.38% -13.41% 6.34% 6.62% -9.32% 2.05% -0.67% 15.54% 14.62% 2.04% -5.50% -3.17% 22.40% 16.96% -3.44% 6.72% 7.78% -3.44% -8.19% 10.08% -0.35% -3.89% 4.41% -10.21% 0.39% PT Bentoel Intl -1.16% 3.53% 2.27% -4.44% 4.65% -10.56% -3.73% -1.29% -13.07% -12.03% 7.69% 11.90% -16.31% -0.85% -0.85% 17.24% 11.03% 9.93% -1.20% -1.83% 11.80% -4.44% -2.33% 5.95% 10.11% -1.53% -7.25% 10.61% -1.01% 3.06% 6.93% -2.78% 16.19% PT HM Sampoer na 55.00% 29.03% -2.50% 25.64% 22.45% -10.00% -42.59% -19.35% -8.00% 0.00% 8.70% -8.00% -4.35% -4.55% 4.76% 0.00% 0.00% -9.09% -5.00% -5.26% 0.00% -5.56% -5.88% 0.00% 25.00% 15.00% -17.39% 15.79% -4.55% 4.76% 4.55% -4.35% -4.55% xcii Oktober November Desember 2005 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2006 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember -4.88% 2.56% 11.25% 6.74% -10.53% -7.06% 1.27% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% -6.25% 0.00% 0.00% 0.00% -13.33% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% -6.92% -0.83% 0.00% 0.00% -16.67% 0.00% 0.00% -1.56% 3.97% 2.29% 23.13% -7.27% 3.92% -5.03% -15.89% -0.39% 1.58% -17.51% 1.42% -6.98% 5.00% 10.00% -7.79% 3.29% -7.73% 1.48% -7.28% -2.62% -0.54% 7.03% 3.03% -3.92% 0.51% 1.52% -1.64% 7.50% 2.33% 8.33% 12.59% 27.95% 0.97% -21.15% 1.83% -2.40% -0.61% 4.94% -0.59% -0.59% 0.00% 0.60% -1.78% 0.00% -0.60% -3.03% -3.75% 1.30% -1.54% 5.47% -3.70% 1.28% -6.33% 9.52% 4.35% -8.33% 13.64% -4.00% 4.17% 0.00% 0.00% 0.00% -4.00% -4.17% 4.35% 0.00% -4.17% 13.04% 0.00% -3.85% 4.00% 15.38% 6.67% 9.38% 11.43% 2.56% 2.50% 4.88% 2.33% 27.27% xciii Lampiran 2: Lampiran Prosentase Perubahan Kurs Rupiah Terhadap US Dollar Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2002 0.0218 -0.0127 -0.0524 -0.0289 -0.063 -0.0063 0.0433 -0.0265 0.0167 0.0242 -0.0278 -0.004 2003 -0.0072 0.0033 0.0003 -0.0262 -0.0456 0.0007 0.0266 0.0035 -0.0171 0.0126 0.0049 -0.0084 2004 -0.0028 0.0007 0.0166 0.0086 0.0634 0.0223 -0.0262 0.0175 -0.0169 -0.0087 -0.0079 0.0302 2005 -0.0135 0.0104 0.0238 0.0095 -0.0078 0.023 0.0109 0.0429 0.0068 -0.0213 -0.0055 -0.0204 2006 -0.0443 -0.0176 -0.0168 -0.0331 0.0507 0.0087 -0.0247 0.0033 0.0148 -0.0135 0.006 -0.0158 xciv Lampiran 3: Prosentase Perubahan IHSG Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2002 0.3066 0.1562 0.0631 0.1307 -0.0258 -0.0486 -0.0819 -0.0157 -0.0963 -0.1001 0.0519 0.0884 2003 -0.0859 0.0278 -0.0031 0.0931 0.1373 0.0061 0.0219 0.0436 0.1299 0.0487 -0.019 0.1008 2004 0.1084 0.0108 -0.0334 0.0649 -0.0631 -0.0022 0.0336 -0.0135 0.0978 0.0494 0.1365 0.023 2005 0.0542 0.0184 0.0059 0 0.0074 0.0314 0.0534 -0.1118 0.0278 -0.0195 -0.0383 0.1424 2006 0.0577 -0.011 0.0878 0.1069 -0.0918 -0.0148 0.0316 0.0687 0.0624 0.0313 0.0861 0.0504 xcv Lampiran 4: Indeks Harga Konsumen ( Inflasi ) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2002 1.99 1.2 0.29 -0.21 0.79 0.3 0.71 0.36 0.56 0.48 1.84 1.18 2003 0.89 0.19 -0.12 0.21 0.36 0.14 0.04 0.58 0.39 0.62 0.93 0.83 2004 0.56 -0.02 0.36 0.97 0.88 0.48 0.39 0.09 0.02 0.56 0.89 1.04 2005 1.43 -0.17 1.91 0.34 0.21 0.5 0.78 0.55 0.69 0.87 1.31 -0.04 2006 1.36 0.58 0.03 0.05 0.37 0.45 0.45 0.33 0.38 0.63 0.94 0.84 xcvi Lampiran 5: Hasil Uji ARCH-GARCH 1. PT BAT Indonesia Dependent Variable: BAT Indonesia Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 10/23/07 Time: 16:03 Sample: 1 60 Included observations: 60 Convergence achieved after 17 iterations Variance backcast: ON LOG(GARCH) = C(5) + C(6)*ABS(RESID(-1)/@SQRT(GARCH(-1))) + C(7)*RESID(-1)/@SQRT(GARCH(-1)) + C(8)*LOG(GARCH(-1)) KURS IHSG INFLASI C Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. -0.194189 -0.082981 0.114687 0.174612 0.032991 0.089919 1.035459 0.671042 -5.886032 -0.922842 0.110759 0.260211 0.0000 0.0356 0.0118 0.0047 6.404797 -25.90780 -0.625987 0.0000 0.0000 0.0000 Variance Equation C ARCH(1) GARCH(1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 1.075664 -0.754694 -0.600811 0.892036 0.806921 7.361642 2818.076 -181.7030 1.794191 0.167947 0.029130 0.683834 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -0.125333 7.061153 6.323435 6.602680 3.325966 0.008752 xcvii 2. PT Gudang Garam, Tbk. Dependent Variable: Gudang Garam Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 10/23/07 Time: 17:20 Sample (adjusted): 1 59 Included observations: 59 after adjustments Failure to improve Likelihood after 56 iterations Variance backcast: ON @SQRT(GARCH)^C(9) = C(5) + C(6)*(ABS(RESID(-1)) - C(7)*RESID( -1))^C(9) + C(8)*@SQRT(GARCH(-1))^C(9) Kurs IHSG inflasi C Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. -0.029152 0.609095 3.620600 -3.352523 0.313582 0.149638 1.546118 1.083175 0.092966 4.070466 2.341736 -3.095090 0.0259 0.0000 0.0192 0.0020 0.279852 0.540522 -0.725987 0.0096 0.0000 0.0000 Variance Equation C ARCH(1) GARCH(1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 44.75043 0.073874 -0.500811 0.819672 0.710820 7.909234 3127.799 -193.4761 2.003927 159.9074 0.136671 0.689834 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.916610 8.903204 6.863598 7.180510 2.966748 0.009059 xcviii 3. PT Bentoel, Tbk. Dependent Variable:Bentoel Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 10/23/07 Time: 17:23 Sample: 1 60 Included observations: 60 Convergence achieved after 158 iterations Variance backcast: OFF GARCH = C(6) + C(7)*RESID(-1)^2 + C(8)*GARCH(-1) kurs IHSG INFLASI C Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. 0.043207 0.679707 6.227756 -0.225114 0.386616 0.178303 1.781944 9.275201 0.111757 3.812089 3.494923 -0.024271 0.0110 0.0001 0.0005 0.9806 34.46939 0.195301 0.797968 0.552061 0.831247 0.583248 0.5809 0.4058 0.5597 Mean 0.671902 dependent 1.804500 var 0.663321 S.D. dependent var 7.916814 Akaike info criterion 3259.149 Schwarz criterion -203.7704 F-statistic 1.691603 Prob(F-statistic) 9.061090 7.059014 7.338260 3.612570 0.003034 Variance C RESID(-1)^2 GARCH(-1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 19.02920 0.162343 0.465413 xcix 4. PT HM Sampoerna, Tbk. Dependent Variable: HM Sampoerna Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 10/24/07 Time: 06:06 Sample (adjusted): 1 60 Included observations: 60 after adjustments Convergence achieved after 25 iterations Variance backcast: OFF LOG(GARCH) = C(6) + C(7)*ABS(RESID(-1)/@SQRT(GARCH(-1))) + C(8)*RESID(-1)/@SQRT(GARCH(-1)) + C(9)*LOG(GARCH(-1)) KURS IHSG INFLASI C Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. -0.215840 0.863893 1.972210 24.33681 0.091511 0.004710 0.226502 1.849976 -2.358612 183.4132 8.707236 13.15520 0.0183 0.0000 0.0000 0.0000 0.199040 0.069191 39.94958 -3.258702 0.0000 0.0011 0. 76342 Mean 1.813500 dependent 0. 81345 S.D. dependent var 9.895919 Akaike info criterion 4994.389 Schwarz criterion -218.0388 F-statistic 1.822231 Prob(F-statistic) 12.05637 7.567958 7.882110 4.571695 0.000305 Variance Equation C(6) C(7) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 7.951556 -0.225472 c Lampiran 8 : Hasil Uji Multikolinieritas 1. PT BAT Indonesia, Tbk. Coefficients(a) Mod el 1 Unstandardize d Coefficients Std. B Error (Con stant ) kurs IHSG -.001 .012 -.247 .349 .075 .115 Standard ized Coefficie nts t Beta inflas -.014 .016 i a Dependent Variable: bat 95% Confidence Interval for B Lower Upper Bound Bound Sig. Collinearity Statistics Tolera nce VIF -.059 .954 -.026 .024 -.102 -.707 .483 -.945 .452 .982 1.008 .095 .653 .516 -.156 .307 .974 1.056 -.114 -.853 .397 -.046 .019 .961 1.006 2. PT Gudang Garam, Tbk. Coefficients(a) Mod el 1 Unstandardiz ed Coefficients Std. B Error (Con stant ) -.031 .015 Standar dized Coeffici ents Beta t 2.113 Sig. Correlations Zero- Parti order al Part Collinearity Statistics Toler ance VIF .039 ci kurs -.483 .413 -.144 IHS .482 .137 .436 G infla .027 .019 .161 si a Dependent Variable: gudang_garam 1.171 .247 -.303 -.155 -.131 .982 1.008 3.529 .001 .514 .427 .394 .974 1.056 1.409 .164 .210 .185 .157 .961 1.006 3. PT Bentoel International Investama, Tbk Coefficients(a) Unstandardiz ed Coefficients Std. B Error Mod el 1 Standar dized Coeffici ents Beta (Con stant -.016 .015 ) kurs -.075 .437 -.023 IHS .405 .145 .374 G infla .025 .020 .153 si a Dependent Variable: bentoel Correlations Zero- Parti order al Part Collinearity Statistics Toler ance VIF t Sig. 1.040 .303 -.171 .865 -.158 -.023 -.021 .982 1.008 2.802 .007 .404 .351 .338 .974 1.056 1.242 .219 .203 .164 .150 .961 1.006 4. PT HM Sampoerna, Tbk. Coefficients(a) Mod el 1 Unstandardiz ed Coefficients Std. B Error (Con stant ) kurs IHS G infla -.010 .022 1.003 .608 .591 .013 Standar dized Coeffici ents Beta t Sig. Correlations Zero- Parti order al Part Collinearity Statistics Toler ance VIF -.450 .655 -.209 1.650 .105 -.352 -.215 -.191 .982 1.008 .201 .375 2.938 .005 .465 .365 .339 .974 1.056 .028 .055 .468 .642 .092 .062 .054 .961 1.006 cii si a Dependent Variable: sampoerna ciii