8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kepuasan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Kepuasan Pelanggan
Secara linguistik, satisfaction berasal dari bahasa latin yaitu satis
yang berarti cukup dan facere melakukan atau membuat. Berdasarkan
pendekatan linguistic ini maka kepuasan dapat diartikan bahwa produk atau
jasa yang mampu memberikan lebih daripada yang diharapkan konsumen.
Kepuasan konsumen adalah kondisi dimana harapan konsumen mampu
dipenuhi oleh produk (Armstrong dan Kotler, 1999). Kegiatan pemasaran
yang dilakukan perusahaan pada prinsipnya akan bermuara pada penciptaan
nilai superior yang akan diberikan kepada pelanggan.
Kotler (2005) mendefinisikan, Satisfaction is a person’s feelings of
pleasure of disappointment resulting from comparing a product’s perceived
performance (or outcome) in relation to his or her expectations. Kepuasan
diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul
karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan (kenyataan yang
dialami) terhadap ekspektasi (harapan) mereka. Paul dan Olson (2000)
mendefinisikan kepuasan atau ketidakpuasan merupakan perbandingan
antara harapan kinerja sebelum membeli dan persepsi kinerja yang diterima
konsumen setelah membeli.
Jika harapan kinerja sebelum membeli lebih besar dari kinerja yang
diterima
setelah
membeli,
maka
8
dikatakan
konsumen
mengalami
9
ketidakpuasan. Sebaliknya, jika harapan kinerja sebelum membeli lebih
kecil dari persepsi kinerja sebelum membeli maka konsumen mengalami
kepuasan. Oliver dalam Umar (2003), mendefinisikan kepuasan pelanggan
sebagai evaluasi purna beli, di mana persepsi terhadap kinerja produk/jasa
yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Ini
artinya apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan,
maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Sementara Crosby (1986)
mendefinisikan, Dissatisfaction with the final product or service of an
organization is called trouble with quality. Dengan demikian, ketidakpuasan
terhadap suatu produk atau layanan suatu organisasi dapat menyebabkan
masalah dengan kualitas produk atau layanan tersebut.
Penciptaan nilai yang superior akan menghasilkan tingkat kepuasan
yang merupakan tingkat perasaan dimana seorang menyatakan hasil
perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan yang diharapkan
(Kotler, 2005). Untuk mengukur tingkat kepuasan sangatlah perlu,
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kualitas pelayanan yang diberikan
yang mampu menciptakan kepuasan pelanggan. Menurut Oliver dalam
Ferrinadewi (2005), kepuasan merupakan penilaian konsumen terhadap
fitur-fitur produk atau jasa yang berhasil memberikan pemenuhan
kebutuhan pada level yang menyenangkan baik itu di bawah maupun di atas
harapan.
Menurut Willie (dalam Tjiptono, 2002:24) mendefinisikan bahwa
kepuasan pelanggan sebagai “Suatu tanggapan emosional pada evaluasi
10
terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa”. Sebagai tanggapan
dari pengalaman yang dirasakan oleh pelanggan setelah mengkonsumsi
suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut Gerso Ricard (dalam Sudarsito
2004:3) menyatakan bahwa “Kepuasan pelanggan adalah persepsi
pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui.” Kepuasan
pelanggan merupakan anggapan pelanggan bahwa dengan menggunakan
suatu produk perusahaan tertentu dan harapannya telah terpenuhi. Beberapa
pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfied) dan loyalitas pelanggan
(customer loyalty) dapat dilihat pada bagian berikut. Tjiptono (2002)
mengutip beberapa defenisi kepuasan pelanggan diantaranya:
a. Menurut Tse dan Wilton bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
adalah merupakan respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian yang
dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan
pemakaiannya.
b. Menurut Wilkie kepuasan pelanggan merupakan suatu tanggapan
emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk
atau jasa.
c. Menurut Engel, kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli
dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui
harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan pelanggan timbul apabila
hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.
11
Pencapaian kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan menurut
Kotler (2007:64) dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan sebagai
berikut:
a. Memperkecil kesenjangan-kesenjangan antara pihak manajemen dan
pelanggan
b. Perusahaan membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi
dalam perbaikan proses pelayanan. Yang termasuk di dalamnya adalah
memperbaiki cara berfikir perilaku, kemampuan, dan pengetahuan dari
semua SDM yang ada.
c. Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan.
Dengan membentuk complaint and suggestion system.
d. Mengembangkan dan menerapkan:
1) Accountability, yaitu perusahaan menghubungi pelanggan setelah
proses pelayanan terjadi untuk mengetahui kepuasan dan harapan
pelanggan.
2) Proactive, dilakukan oleh perusahaan dengan cara menguhubungi
pelanggan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan
pelayanannya.
3) Partnership Marketing, merupakan pendekatan dimana perusahaan
membangun kedekatan dengan pelanggan yang bermanfaat untuk
meningkatakan citra dan posisi perusahaan di pasar.
12
Pelayanan yang baik akan dapat menciptakan loyalitas pelanggan
yang semakin melekat erat dan pelanggan tidak berpaling pada perusahaan
lain (Sugiarto dalam Lupiyoadi, 2006:42). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada bagian konsep kepuasan pelanggan pada gambar berikut:
Sumber: Tjiptono (2002)
Gambar 1 Konsep Kepuasan Pelanggan
Menurut Sumarwan (2003) kepuasan adalah tingkat perasaan setelah
membandingkan kinerja/hasil yang dirasakan dengan harapannya. Jadi
tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka
pelanggan akan kecewa, bila kinerja sesuai dengan harapan, maka
pelanggan akan sangat puas. Berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa
kepuasan pelanggan merupakan fungsi harapan dan kinerja yaitu evaluasi
pelanggan terhadap kinerja produk/layanan yang sesuai atau melampaui
13
harapan konsumen. Kepuasan pelanggan secara keseluruhan mempunyai
tiga antecedent yaitu kualitas yang dirasakan, nilai yang dirasakan dan
harapan pelanggan. Pada umumnya harapan pelanggan merupakan
perkiraan akan keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila
ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk/jasa. Sedangkan kinerja yang
dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah
mengkonsumsi produk yang dibeli.
Memuaskan
kebutuhan
pelanggan
adalah
keinginan
setiap
produsen/lembaga penyedia layanan jasa. Selain menjadi faktor penting bagi
kelangsungan hidup lembaga tersebut, memuaskan kebutuhan pelanggan
dapat meningkatkan keunggulan dalam persaingan. Pelanggan yang puas
terhadap produk/jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali dan
mengajak calon pelanggan baru untuk menggunakan jasa yang telah mereka
rasakan kepuasan kinerja pelayanannya.
Untuk dapat
memuaskan
pelanggan, pihak penyedia layanan jasa dapat melakukan tahapan kiat
berikut (Yamit, 2001):
a. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, yaitu dengan cara
melakukan penelitian untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Mengetahui apa yang diinginkan pelanggan atas suatu produk
atau
jasa
akan
memudahkan
perusahaan/lembaga
dalam
mengkomunikasikan produk/ layanan jasa kepada sasaran pelanggannya.
b. Mengetahui proses pengambilan keputusan dalam membeli. Dengan
mengetahui tipe pengambilan keputusan pengambilan keputusan
14
pelanggan dalam memilih dan menggunakan layanan jasa, pihak
penyedia jasa dapat memprediksi faktor yang mempengaruhi pelanggan
dalam memutuskan pembelian dan memilih cara pelaynan pelanggan
yang tepat.
c. Membangun citra lembaga.
Lembaga perlu memperhatikan proses
informasi yang membentuk persepsi pelanggan terhadap layanan yang
telah diberikan. Persepsi positif atau negatif sangat tergantung pada
informasi yang diterima pelanggan atas jasa pelayanan yang telah
diberikan oleh lembaga.
d. Membangun
kesadaran
akan
pentingnya
kepuasan
pelanggan.
Membangun kesadaran harus diimplementasikan dalam tindakan nyata
bahwa semua unit/bagian yang ada dalam lembaga bertanggung jawab
untuk memuaskan pelanggan. Jika kepuasan pelanggan menjadi motivasi
setiap unit/bagian dalam lembaga/organisasi, maka pembentukan citra
lembaga juga akan maksimal.
Untuk mengetahui apakah konsumen/pelanggan menerima atau
menolak suatu produk atau jasa, pemasar harus memperhatikan dengan
sungguh-sungguh pandangan konsumen/pelanggan utama terhadap produk
atau jasa tersebut. Pemasar/pihak manajemen produk atau jasa khususnya
jasa pendidikan tersebut dapat menggunakan metode-metode berikut untuk
meneliti tingkat kepuasan pelanggan utama yaitu (Kotler, 2005):
a. Sistem Keluhan dan Saran (complain and suggestion system). Organisasi
yang
berwawasan
pelanggan
akan
memudahkan
pelanggannya
15
memberikan saran dan keluhan, misalnya: menyediakan kotak saran dan
keluhan, kartu komentar, customer hot lines, mempekerjakan petugas
pengumpul pendapat/ keluhan pelanggan, dan lain-lain dengan cara ini
pemasar dapat lebih mudah memecahkan masalah.
b. Survei Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction survey). Suatu
organisasi yang berorientasi pada pelanggan tidak dapat beranggapan
bahwa sistem keluhan dan saran dapat menggambarkan secara lengkap
kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan. Salah satu alasannya adalah
karena tidak semua pelanggan akan dan mau menyampaikan keluhannya.
Oleh karena itu, perusahaan jasa perlu melakukan survei penelitian setiap
periode dengan cara menyebarkan kuesioner, baik secara langsung, atau
melalui pos.
c. Pembeli Bayangan (ghost shopper). Perusahaan produk atau jasa
mempekerjakan orang sebagai pembeli ke perusahaan pesaing untuk
menilai pelayanan yang diberikan perusahaan pesaing tersebut.
d. Analisis Pelanggan yang Beralih (lost customer analyze). Perusahaan
yang kehilangan pelanggan mencoba menghubungi pelanggan tersebut,
mereka dibujuk untuk mengungkapkan alasan mengapa mereka berhenti,
atau pindah ke perusahaan lain.
Menurut Tjiptono (2002), “ada enam konsep inti yang memiliki
kesamaan diantara beragamnya cara mengukur kepuasan pelanggan”, yaitu:
16
a. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Customer Satisfction)
Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan
adalah langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka
dengan produk atau jasa spesifik yang ditawarkan. Biasanya, ada dua
bagian dalam proses pengukurannya yaitu mengukur tingkat kepuasan
konsumen
terhadap
produk
yang
bersangkutan,
menilai
dan
membandingkannya dengan tingkat kepuasan konsumen keseluruhan
terhadap produk dan atau jasa para pesaing.
b. Dimensi Kepuasan Pelanggan
Berbagai penelitian memilah kepuasan konsumen atau pelanggan
kedalam komponen-komponennya. Umumnya proses semacam itu terdiri
atas empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci
kepuasan konsumen atau pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai
produk atau jasa berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan
layanan atau keramahan staf layanan pelanggan. Ketiga, meminta
pelanggan menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan item-item
spesifik yang sama. Dan keempat, meminta para pelanggan atau
konsumen untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka
paling penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.
c. Konfirmasi Harapan (Confirmation of Expectations)
Yaitu kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan konsumen
dengan pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini akan lebih ditekankan
pada service quality yang memiliki komponen berupa harapan pelanggan
17
akan pelayanan yang diberikan (seperti: kebersihan lokasi, kecepatan
pelayanan, keramahan/ kesopanan karyawan).
d. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent)
Yaitu kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan
menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan
kembali jasa yang telah diberikan. Pelayanan yang berkualitas dapat
menciptakan kepuasan konsumen dimana mutu pelayanan tersebut akan
masuk kebenak konsumen sehingga dipersepsikan baik.
e. Kesediaan Untuk Merekomendasi (Willingness to Recommend)
Yaitu kesedian untuk merekomendasi produk kepada teman atau
keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk dianalisis dan
ditindaklanjuti. Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai
dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan, sehingga melalui kepuasan itu konsumen akan melakukan
pembelian jasa atau memutuskan untuk menggunakan jasa dan pada
akhirnya akan merekomendasikan hal itu kepada orang lain.
f. Ketidakpuasan Pelanggan (Customer Dissatisfaction)
Yaitu menelaah aspek-asek yang digunakan untuk mengetahui
ketidakpuasan pelanggan, meliputi:
1) Complain
2) Retur atau pengembalian produk
3) Biaya garansi
4) Recall
18
5) Word of mouth negatif
6) Defections
Manurut Lupiyoadi (2001), terdapat lima faktor utama yang harus
diperhatikan oleh perusahaan dalam menentukan tingkat kepuasan
pelanggan, yaitu:
a. Kualitas Produk
Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
Konsumen rasional selalu menuntut produk yang berkualitas untuk setiap
pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Dalam
hal ini, kualitas produk yang baik akan memberikan nilai tambah di
benak konsumen.
b. Kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan terutama dibidang jasa, pelanggan akan
merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang
sesuai dengan yang diharapkan. Pelanggan yang puas akan menunjukkan
kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama. Pelanggan
yang puas cenderung akan memberikan persepsi terhadap produk
perusahaan.
c. Emosional
Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan
bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bial menggunakan produk
dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan
19
yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh. Bukan karena kualitas dari
produk tetapi nilai sosial atau self esteem yang membuat pelanggan
menjadi puas terhadap merk tertentu.
d. Harga
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan
harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada
pelanggannya.
e. Biaya
Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak
perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa
cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.
Bagi perusahaan penyedia jasa, hal yang tak kalah penting adalah
memiliki pelanggan atau konsumen. Apalah artinya bila kita memproduksi
dan menjual produk atau jasa tetapi tidak ada yang mengkonsumsi atau
membeli. Bagaimana nasib perusahaan atau produsen selanjutnya bila tidak
memiliki pelanggan atau konsumen. Oleh karena itu, pelanggan sangatlah
penting bagi perusahaan. Tanpa pelanggan, kita tidak memiliki apa-apa.
Pelangganlah yang menentukan bisnis kita. Jika kita tidak bisa memahami
pelanggan maka kita pun tidak bisa memahami bisnis kita. Pelanggan
merupakan bagian dari siklus pemasaran. Pemasar berupaya untuk
memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan,
sedangkan pelanggan memberikan imbalan atas pemenuhan kebutuhan dan
20
keinginan yang disajikan oleh pemasar. Secara diagram, aktivitas ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Haryono (2013)
Gambar 2 Aktivitas Pemasaran
American Customer Satisfaction Model (ACSM) adalah model
lintas-industri umum yang menyediakan pengukuran kinerja berbasis pasar
untuk perusahaan-perusahaan, industri, sektor dan negara. American
Customer Satisfaction Model (ACSM) digunakan untuk mengukur kualitas
barang dan jasa seperti yang dialami oleh konsumen (Fornell, dkk, 1996)
dan pengukur pengalaman konsumsi aktual dan diantisipasi oleh konsumen
(Anderson & Fornell, 2000). Berikut gambar yang menjelaskan model
American Customer Satisfaction Model (ACSM):
21
Sumber: Fornell dkk (1996)
Gambar 3 Model American Customer Satisfaction Model
Menurut model, terdapat hubungan positif antara harapan dirasakan
pelanggan (PE) dan persepsi kualitas (PQ), nilai yang dirasakan (PV) dan
kepuasan. Pada gilirannya, kepuasan memiliki hubungan positif dengan
loyalitas dan hubungan negatif dengan keluhan. Dengan demikian, loyalitas
langsung dijelaskan oleh kepuasan pelanggan dan keluhan pelanggan
mengenai produk atau jasa.
Indikator kepuasan pelanggan yang dikembangkan dari Tjiptono
(2002) terdiri dari:
a. Merasa senang selama setelah melakukan pembelian
b. Selalu melakukan pembelian
c. Pilihan berbelanja yang tepat
d. Merekomendasikan
22
2. Kualitas Pelayanan
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang
yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian
dengan persyaratan atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian perbaikan
berkelanjutan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan
pelanggan, melakukan segala sesuatu yang membahagiakan. Dalam
perspektif TQM (Total Quality Management) kualitas dipandang secara
luas, yaitu tidak hanya aspek hasil yang ditekankan, tetapi juga meliputi
proses, lingkungan dan manusia.
Hal ini jelas tampak dalam defenisi yang dirumuskan oleh Goeth dan
Davis yang dikutip Tjiptono (2012:51) bahwa kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sebaliknya, definisi
kualitas yang bervariasi dari yang kontroversional hingga kepada yang lebih
strategik. Menurut Garvin yang dikutip Tjiptono (2012:143) menyatakan
bahwa terdapat lima perspektif mengenai kualitas, salah satunya yaitu
bahwa kualitas dilihat tergantung pada orang yang menilainya, sehingga
produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk
yang berkualitas paling tinggi.
Pelayanan
dapat
didefinisikan
sebagai
segala
bentuk
kegiatan/aktifitas yang diberikan oleh satu pihak atau lebih kepada pihak
lain yang memiliki hubungan dengan tujuan untuk dapat memberikan
kepuasan kepada pihak kedua yang bersangkutan atas barang dan jasa yang
23
diberikan. Pelayanan memiliki pengertian yaitu terdapatnya dua unsur atau
kelompok orang dimana masing- masing saling membutuhkan dan memiliki
keterkaitan, oleh karena itu peranan dan fungsi yang melekat pada masingmasing unsur tersebut berbeda.Hal-hal yang menyangkut tentang pelayanan
yaitu faktor manusia yang melayani, alat atau fasilitas yang digunakan untuk
memberikan pelayanan, mekanisme kerja yang digunakan dan bahkan sikap
masing-masing orang yang memberi pelayanan dan yang dilayani. Pada
prinsipnya konsep pelayanan memiliki berbagai macam definisi yang
berbeda menurut penjelasan para ahli, namun pada intinya tetap merujuk
pada konsepsi dasar yang sama.
Menurut Sutedja (2007:5) pelayanan atau servis dapat diartikan
sebagai sebuah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan oleh satu
pihak kepada pihak lain. Pelayanan tersebut meliputi kecepatan melayani,
kenyamanan yang diberikan, kemudahan lokasi, harga wajar dan bersaing
(Sunarto, 2007:105). Menurut Almasdi dan Jusuf Suit (2012 (2012:88)
untuk melayani pelanggan secara prima kita diwajibkan untuk memberikan
layanan yang pasti handal, cepat serta lengkap dengan tambahan empati dan
penampilan menarik. Sedangkan menurut Gronroos (dalam Ratminto,
2005:2) pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat
adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.
24
Ciri-ciri pelayanan yang baik menurut Kasmir (2005:39) dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan/pengunjung sejak awal
hingga selesai.
b. Mampu melayani secara cepat dan tepat.
c. Mampu berkomunikas.
d. Mampu memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.
e. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
f. Berusaha memahami kebutuhan pelanggan/pengunjung.
g. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan/pengunjung.
Pengertian kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada upaya
pemenuhan
kebutuhan
dan
keinginan
pelanggan
serta
ketetapan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Lewis &
Booms (dalam Tjiptono, 2012:157) mendefinisikan kualitas pelayanan
secara sederhana, yaitu ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang
diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Artinya kualitas
pelayanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu
untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau
diinginkan berdasarkan kebutuhan pelanggan/pengunjung. Dengan kata lain,
faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah pelayanan yang
diharapkan pelanggan/pengunjung dan persepsi masyarakat terhadap
pelayanan tersebut. Nilai kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan
25
perusahaan dan stafnya dalam memenuhi harapan pelanggan secara
konsisten.
Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada pelanggan
atau dalam hal ini pengunjung untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat
dengan lembaga atau instansi pemberi pelayanan jasa. Ikatan hubungan
yang baik ini akan memungkinkan lembaga pelayanan jasa untuk
memahami dengan seksama harapan pelanggan/pengunjung serta kebutuhan
mereka. Dengan demikian penyedia layanan jasa dapat meningkatkan
kepuasan pengunjung dengan memaksimalkan pengalaman pengunjung
yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pengunjung yang
kurang menyenangkan. Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai
dengan harapan pelanggan, maka kualitas yang diterima atau dirasakan
sesuai dengan harapan pelanggan, maka kualitas layanan dipersepsikan
sebagai kualitas ideal, tetapi sebaliknya jika layanan yang diterima atau
dirasakan lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas layanan
dipersepsikan rendah.
Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset yang telah
dilakukan,
Grongoos
yang
dikutip
dalam
Tjiptono
(2005:261)
mengemukakan enam kriteria kualitas pelayanan yang dipersepsikan baik,
yakni sebagai berikut:
a. Professionalism and Skills. Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa,
karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik memiliki
26
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah mereka secara professional (outcomerelated criteria).
b. Attitudes and Behavior. Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa
(customer contact personel) menaruh perhatian besar pada mereka dan
berusaha membantu memecahkan masalah mereka secara spontan dan
ramah.
c. Accessibility and Flexibility. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa,
lokasi, jam operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dan
dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengakses jasa
tersebut dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar
dapat menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan secara luwes.
d. Reliability and Trustworthiness. Pelanggan memahami bahwa apapun
yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia
jasa beserta karyawan dan sistemnya dalam menentukan janji dan
melakukan segala sesatu dengan mengutamakan kepentingan pelanggan.
e. Recovery. Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau
sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak diprediksi, maka penyedia jasa
akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan
mencari solusi yang tepat.
f. Reputation and Credibility. Pelanggan meyakini bahwa operasi dari
penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai/imbalan yang
sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
27
Kualitas layanan pada prinsipnya adalah untuk menjaga janji
pelanggan agar pihak yang dilayani merasa puas dang diungkapkan.Kualitas
memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan, yaitu
kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalani
ikatan hubungan yang kuat dengan organisasi pemberi layanan.Dalam
jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan organisasi pemberi layanan
untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan
mereka.Dengan demikian, organisasi pemberi layanan dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat
menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada organisasi pemberi
layanan yang memberikan kualitas memuaskan.
Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas pelayanan, antara
lain Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Saleh (2010:103) yang
melakukan penelitian khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil
mengidentifikasi sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas jasa.
Kesepuluh faktor tersebut adalah:
a. Reliability,
mencakup
dua
hal
pokok,
yaitu
konsistensi
kerja
(performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependbility). Hal ini
berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat
pertama. Selain itu juga berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan
memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan
jadwal yang disepakati.
28
b. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk
memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
c. Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan
jasa tertentu.
d. Accessibility, meliputi kemudahan untuk menghubungi dan ditemui. Hal
ini berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu
yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah
dihubungi, dan lain-lain.
e. Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan
yang dimiliki para kontak personal.
f. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan pada
bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan
keluhan pelanggan.
g. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mecakup
nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakterisktik pribadi kontak
personal, dan interaksi dengan pelanggan.
h. Security, yaitu aman dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan. Aspek ini
meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial
(financial security), dan kerahasiaan (confidentiality).
i. Understanding/Knowing the Customer, yaitu usaha untuk memahami
kebutuhan pelanggan.
29
j. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan
yang dipergunakan, atau penampilan dari personil.
Perkembangan selanjutnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam
Saleh (2010:103) menyederhanakan sepuluh dimensi di atas menjadi lima
dimensi pokok yang dikenal dengan SERQUAL (service quality). Lima
dimensi ini akan digunakan sebagai indikator pengukuran kualitas
pelayanan yang terdiri dari:
a. Bukti fisik (tangibles) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan
serta keadaan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu cara
perusahaan jasa dalam menyajikan kualitas layanan terhadap pelanggan.
Diantaranya meliputi fasilitas fisik (gedung, buku, rak buku, meja dan
kursi, dan sebagainya), teknologi (peralatan dan perlengkapan yang
dipergunakan), serta penampilan pegawai.
b. Keandalan (reliability) adalah kemampuan perusahaan memberikan
pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
tercermin dari ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan akurasi yang tinggi.
c. Daya tanggap (responsiveness) adalah kemauan untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan tepat dengan
penyampaian informasi yang jelas. Mengabaikan dan membiarkan
30
pelanggan menunggu tanpa alas an yang jelas menyebabkan persepsi
yang negative dalam kualitas pelayanan.
d. Jaminan (assurance)
adalah pengetahuan, kesopan-santunan dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya
para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen,
antara lain:
1) Komunikasi (communication), yaitu secara terus menerus memberikan
informasi kepada pelanggan dalam bahasa dan penggunaan kata yang
jelas sehingga para pelanggan dapat dengan mudah mengerti apa yang
diinformasikan pegawai serta dengan cepat dan tanggap menyikapi
keluhan dan komplain dari para pelanggan.
2) Kredibilitas (credibility), perlunya jaminan atas suatu kepercayaan
yang diberikan kepada pelanggan, believability atau sifat kejujuran,
menanamkan kepercayaan, memberikan kredibilitas yang baik bagi
perusahaan pada masa yang akan datang.
3) Keamanan (security), adanya suatu kepercayaan yang tinggi dari
pelanggan akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yang
diberikan mampu memberikan suatu jaminan kepercayaan.
4) Kompetensi (competence) yaitu keterampilan yang dimiliki dan
dibutuhkan agar dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
dapat dilaksanakan dengan optimal.
5) Sopan santun (courtesy), dalam pelayanan adanya suatu nilai moral
yang dimiliki oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
31
pelanggan. Jaminan akan kesopan-santunan yang ditawarkan kepada
pelanggan sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.
e. Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan konsumen dimana suatu perusahaan
diharapkan memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta
memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
3. Kualitas Produk
Pengertian produk (product) menurut Kotler (2005) adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari
produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen,
sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.
Menurut Kotler dan Keller (2008), produk adalah elemen kunci dalam
keseluruhan penawaran pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan
sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil
produksinya (Tjiptono, 2002).
32
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) beberapa atribut yang
menyertai dan melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:
a. Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,
atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya
dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam
strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan memakan waktu, serta
dapat membuat produk itu berhasil atau gagal. Nama merek yang baik
dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk (Kotler dan
Armstrong, 2008).
b. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat
wadah atau pembungkus suatu produk. Pengemasan melibatkan
merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu
produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,
ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat
menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain
mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk
meningkatkan nilai konsumen.
33
Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut (Tjiptono,
2002):
a. Produk Inti (Core Product)
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang
dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.
b. Produk Aktual (Actual Product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual
(actual product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual
diantaranya,
tingkat
kualitas,
nama
merek,
kemasan
yang
dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti
(Kotler dan Armstrong, 2008).
c. Produk Tambahan
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa
pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan
menanggapi dengan baik claim dari konsumen dan melayani konsumen
lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan
(Kotler dan Keller, 2009).
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) kualitas adalah karakteristik
dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
telah ditentukan dan bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale
Timpe (1990, dalam Alma, 2011) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki
oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang
mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam
34
pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal
kualitas sebenarnya. Menurut Kotler (2009), kualitas didefinisikan sebagai
keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada
kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat.
Sedangkan menurut Tjiptono (2008), kualitas merupakan perpaduan antara
sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat
memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa
jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan
proses dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya
kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan
produk dan jasa sesuai harapan tinggi dari pelanggan. Untuk mencapai
kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu
standarisasi
kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan
memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan
kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang
tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung
tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan
cenderung menurun. Jika
pemasar memperhatikan kualitas, bahkan
diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak
akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk (Kotler
dan Amstrong, 2008).
35
Menurut Kotler and Amstrong (2008) arti dari kualitas produk
adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the
product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and
repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah
produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan
durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi
produk juga atribut produk lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan
keinginan konsumer yang secara keunggulan produk sudah layak
diperjualkan sesuai harapan dari pelanggan.
Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain
kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran
produk, dan lain-lain (Zeithalm, 1988 dalam Kotler, 2009). Konsumen
senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat
dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala
spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat
dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
Menurut Tjiptono (2002), kualitas mencerminkan semua dimensi
penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan.
Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui
36
dimensi-dimensinya. Berikut adalah dimensi kualitas produk menurut
Tjiptono (2002) yang akan dijadikan sebagai indikator pengukuran kualitas
produk, yaitu:
a. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
dari sebuah produk.
b. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin
besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin
besar pula daya produk.
c. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu
sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada
produk.
d. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk.
e. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin
kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
diandalkan.
f. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan
produk.
37
g. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena
terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan
informasi atas produk yang bersangkutan.
h. Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta
kompetensi dan keramahtamahan staf layanan.
B. Kajian Pustaka
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan
dan dasar pada penelitian ini:
1. Penelitian Mulyono (2007) “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan
Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus pada
Perumahan Puri Mediterania Semarang)”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji pengaruh kualitas produk dan kualitas layanan terhadap
kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan di kompleks Perumahan Puri
Mediterania Semarang, responden yang digunakan sebanyak 50 penghuni
rumah Puri Mediterania dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kualitas produk dan kualitas layanan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Pengaruh dari
kualitas produk terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,548, sedangkan
pengaruh dari kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,381.
Kualitas produk adalah variabel paling penting dalam mempengaruhi
kepuasan konsumen daripada kualitas layanan.
38
2. Penelitian Rachmansyah dan Oetomo (2013) yang berjudul “Pengaruh
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada PT. Dok dan
Perkapalan Surabaya (Persero)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, keandalan, daya
tanggap, jaminan, dan empati baik secara parsial maupun simultan terhadap
kepuasan pelanggan pada PT. Dok Dan Perkapalan Surabaya. Teknik
analisa yang digunakan adalah analisa regresi linier berganda. Hasil
pengujian secara simultan menunjukkan pengaruh variabel kualitas
pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan
dan empati secara bersama-sama terhadap kepuasan pelanggan adalah
signifikan.
3. Penelitian Hayati dan Sekartaji (2015) yang berjudul “Pengaruh Kualitas
Produk Terhadap Kepuasan Konsumen di Restoran Bebek dan Ayam
Goreng Pak Ndut Solo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen yang dilakukan
pada Rumah Makan Bebek dan Ayam Goreng Pak Ndut. Metode analisis
yang digunakan adalah kuantitatif statistik. Adapun analisis data yang
dipakai yaitu Analisis Koefisien Korelasi. Hasil Penelitian mengungkapkan
fakta bahwa kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan konsumen
Rumah Makan Bebek dan Ayam Goreng Pak Ndut Solo.
4. Penelitian Koestanto (2014) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pelanggan pada Bank Jatim Cabang Klampis
Surabaya”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
39
kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, kehandalan, daya tanggap,
jaminan, dan empati berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Populasi
dalam penelitian ini adalah nasabah yang melakukan transaksi perbankan di
Bank Jatim Cabang Klampis Surabaya dengan sampel ditetapkan sebanyak
80 orang. Adapun teknik anaisa data menggunakan regresi linier berganda.
Hasil pengujian menunjukkan 5 variabel kualitas jasa yang terdiri dari bukti
fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati yang masing-masing
menunjukkan pengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan nasabah
yang melakukan transaksi perbankan di Bank Jatim Cabang Klampis
Surabaya hanya pada variabel daya tanggap dan empati.
5. Penelitian Kurriwati (2015) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk
Terhadap Kepuasan dan Dampaknya Terhadap Loyalitas Konsumen”.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kualitas terhadap
kepuasan konsumen dan dampaknya terhadap loyalitas konsumen.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban
responden konsumen shampo clear di Surabaya (Kecamatan Gubeng)
sebanyak 100 responden. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis jalur atau path analisys dengan menggunakan software
AMOS. Hasil yang diperoleh bahwa kualitas berpengaruh terhadap
kepuasan dan selanjutnya kepuasan tersebut berpengaruh terhadap loyalitas
konsumen.
40
C. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pemikiran akan mengarahkan proses penelitian sesuai tujuan
yang ingin dicapai dan akan menjadi alur pemikiran penelitian. Berikut
gambaran kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini:
Kualitas Pelayanan (X1)
Kepuasan Pelanggan (Y)
Kualitas Produk (X2)
= Variabel Penelitian
= Arah Pengaruh
Gambar 4 Kerangka Pikir Penelitian
D. Perumusan Hipotesis
1. Terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan di
Laras Catering.
2. Terdapat pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan di Laras
Catering.
Download