BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko. Risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (loss) (Salim, 2007:199). Risiko diartikan sebagai kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya di ukur dalam bentuk kemungkinan (probability) bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik (misalnya asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (minsalnya, asetnya menjadi tidak bernilai sama sekali). Risiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kerugian yang akan dialami investor atau ketidakpastian atas return yang akan diterima dimasa mendatang (Gumamti, 2011:50). Manajemen risiko adalah pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan kemudian mengambil tindakan untuk mencegah dan atau meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa tersebut (Brigham dan Houston, 2006 : 333). Beberapa alasan perusahaan perlu melakukan pengelolaan risiko Brigham dan Houston (2006: 334) yakni : 1. Kepastian utang, manajemen risiko dapat mengurangi ketidakstabilan arus kas sehingga akan menjaga nilai perusahaan tidak menurun dan dapat mengurangi risiko kebangkrutan. 2. Dampak perpajakan, pajak yang tinggi akan menurunkan laba perusahaan dan di sisi lain pajak slalu berfluktuasi sesuai dengan tingkat pendapatan. Untuk inilah lindung nilai dibutuhkan agar dapat mengurangi dampak fluktuasi pajak perusahaan. 13 Universitas Sumatera Utara Jenis-jenis risiko bermacam-macam antara lain risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko keuangan, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan. Salah satu risiko yang dapat dikurangi dalam manajemen risiko adalah risiko keuangan. Bentuk risiko keuangan sendiri bermacam-macam dan salah saatunya adalah berubahnya nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing (valuta asing). 2.1.2 Eksposur Valuta Asing Eksposur valuta asing merupakan suatu ukuran terhadap potensi perubahan profitabilitas, arus kas, dan nilai pasar sebuah perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kurs. Eksposur valuta asing juga adalah kepekaan perubahan dalam nilai riil aset, kewajiban atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata uang domestik terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi. Eksposur valuta asing akan dialami oleh perusahaan yang melakukan dan/atau menerima pendapatan dalam vakuta asing. Ada berbagai cara untuk menghadapi eksposur risiko nilai tukar seperti, lindung nilai alami; manajemen kas; penyesuaian transaksi antar perusahaan; serta lindung nilai pendanaan internasional dan lindung nilai mata uang, melalui kontrak forward, kontrak berjangka (futures contract), opsi mata uang, dan swap mata uang (Van Horne dan dan Wachowizt 2007 :558). Ada beberapa aspek eksposur valuta asing, eksposur berhubungan dengan nilai mata uang domestik, ukuran kepekaan dari nilai mata uang domestik, eksposur terdapat dari nilai sediaan (stock) dan aliran (flow), eksposur hanya merujuk pada perubahan kurs yang tak terantisipasi, perubahan kurs akan 14 Universitas Sumatera Utara menimbulkan keuntungan atau kerugian atas aset, kewajiban atau pendapatan operasi. Menurut Van Horne dan Wachowizt (2007: 552) ditinjau dari dampak dan pengaruhnya, eksposur valuta asing dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 2.1.2.1 Eksposur Transaksi Eksposur transaksi mencakup keuntungan dan kerugian yang terjadi ketika menyelesaikan transaksi dengan menggunakan mata uang asing. Transaksi ini dapat berupa pembelian atau penjualan produk, pemberian atau penerimaan dana, atau transaksi lainya yang melibatkan perolehan aktiva atau penanggungan kewajiban yang menggunakan mata uang asing (Van Horne dan wachowizt, 2007:557). Eksposur transaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan transaksi diselesaikan/dipenuhi. Jadi eksposur ini berhubungan dengan transaksi-transaksi yang sudah ada tapi belum jatuh tempo. Pengukuran eksposur transaksi dapat dilakukan melalui dua tahapan yakni: A. Memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran dalam setiap mata uang asing, selama kurun waktu tertentu (misal perbulan, semester dan tahun). B. Menghitung keseluruhan eksposur dari semua penerimaan dan pengeluaran bersih. Bagi perusahaan besar yang memiliki banyak anak perusahaan, penghitungan eksposur transaksi harus didasarkan pada proyeksi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah konsolidasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghidarkan perusahaan dari redudansi usaha pemagaran risiko. 15 Universitas Sumatera Utara Eksposur transaksi dapat dihadapi dengan melakukan kontrak hedging valuta asing atau menempuh strategi tertentu. Kontrak hedging dapat dilakukan pada pasar foward, pasar futures, pasar uang, opsi, dan kesepakatan swap. 2.1.2.2 Eksposur Translasi Eksposur translasi merupakan perubahan laba akuntansi dan neraca yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar. Eksposur translasi terjadi jika perusahaan khususnya perusahaan multinasional melakukan konversi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainya (Van Horne dan Wachowizt, 2007;553). Berkaitan dengan translasi dari perubahan mata uang asing di neraca dan laporan laba rugi. Menurut peraturan Financial Acounting Standart Board FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan), perusahaan AS harus menentukan “mata uang fungsional” untuk setiap anak perusahaan yang berada di luar negeri. Jika anak perusahaan tersebut mampu beroperasi mandiri yang diintegrasikan dalam neraca tertentu, maka mata uang fungsionalnya bisa menggunakan mata uang lokal, jika tidak maka dapat digunakan mata uang dolar. Jika terjadi inflasi yang tinggi (lebih dari 100% pertahun), maka mata uang fungsional harus dalam dolar, apa pun kondisinya (Van Horne dan Wachowizt 2007: 553). Eksposur translasi atau yang disebut juga eksposur akuntansi tidak menimbulkan perubahan pada aliran kas riil perusahaan. Eksposur ini timbul saat sebuah perusahaan membuat laporan keuangan konsolidasi dari seluruh anak perusahaan yang tersebar diberbagai negara. Pembuatan mata uang fungsional penting untuk penentuan proses translasi. Jika mata uang lokal digunakan, semua aktiva dan kewajiban ditranslasikan pada saat ini (Van Horne dan Wachowizt, 2007:553). Pembuatan laporan keuangan 16 Universitas Sumatera Utara konsolidasi memiliki dua tujuan utama. Pertama untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan, kedua untuk mengevaluasi kinerja keuangan anak perusahaan. Dengan membandingkan laporan keuangan setiap anak perusahaan, manajemen dapat mengetahui kinerja keuangan masing-masing anak perusahaan. Informasi ini sangat berguna untuk merumuskan strategi bersaing dan alokasi sumber daya ke setiap anak perusahaan. Cara yang ditempuh untuk mengelola eksposur akuntansi adalah balance sheet hedge. Cara ini berupaya menetralisir eksposur dengan menyeimbangkan sisi kekayaan dan kewajiban perusahaan, pada arah yang berlawanan. Selain balance sheet hedge, juga terdapat teknik lain yakni contractual hedge tetapi hasil yang diperoleh seringkali melibatkan unsur spekulatif ( Haushalter et.al, 2007). 2.1.2.3 Eksposur Operasi atau Ekonomi Eksposur ekonomi adalah perubahan nilai suatu perusahaan yang mengiringi perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi (Van Horne dan Wachowizt, 2007:557). Eksposur operasi mengukur setiap perubahan pada nilai sekarang perusahaan yang disebabkan oleh perubahan aliran kas operasi, karena perubahan yang tidak terduga pada kurs valuta asing. Analisis eksposur operasi bertujuan untuk mengetahui dampak dari perubahan kurs valuta asing (yang tak terduga) terhadap kegiatan operasi dan posisi bersaing perusahaan. Eksposur operasi memiliki kesamaan dengan eksposur transaksi, yaitu berhubungan dengan perubahan aliran kas karena fluktuasi kurs valuta asing. Akan tetapi, eksposur operasi mempunyai cakupan yang lebih luas dari eksposur transaksi dan dampaknya terhadap eksistensi perusahaan yang lebih fundamental dari eksposur transaksi dan eksposur akuntansi. 17 Universitas Sumatera Utara Semakin tinggi eksposur operasi atau ekonomi yang dialami perusahaan, akan mempengaruhi arus kas perusahaan, yang akibatnya tingkat likuiditas perusahaan akan memingkat, sehingga perusahaan perlu melakukan hedging untuk meminimalkan risiko tersebut. 2.1.3 Lindung Nilai (Hedging) Lindung nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat popular dalam perdagangan berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh turun-naiknya harga. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:557) untuk mengurangi risiko nilai tukar adalah dengan menggunakan lindung nilai mata uang melalui instrumen derivatif atau kontrak seperti kontrak forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang, dan swap mata uang. Penggunaan derivatif dapat mengurangi risiko yang timbul akibat dari perubahan yang terjadi pada nilai tukar uang. 2.1.3.1 Instrument Derivatif untuk Melakukan Hedging Aktivitas lindung nilai (hedging) dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini (Brigham dan Houston, 2006: 308). 18 Universitas Sumatera Utara Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi opsi, forward, futures, dan swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga, obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks. 1. Opsi (option) Opsi adalah kontrak atau perjanjian yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli (atau menjual) suatu aktiva dengan harga yang ditentukan terlebih dahulu dalam periode waktu tertentu (Brigham dan Houston 2006:309). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:568) opsi merupakan kontrak yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli (call) atau menjual (put) jumlah tertentu mata uang asing pada harga tertentu sampai suatu tanggal (kedaluarsa) tertentu. Banyak dari opsi yang diperdagangkan di bursa opsi, tetapi sering kali opsi hanya berupa kesepakatan pribadi antara perusahaan dan bank. Dan frase yang terpenting dalam definisi ini adalah “hak” yang berarti bukan kewajiban melainkan bahwa si pemilik opsi memiliki pilihan yang berharga. Pembeli kontrak harus membayar penjual suatu biaya, yang disebut harga opsi (Van Horne dan Wachowizt, 2007: 568). Ada dua tipe opsi menurut Brigham dan Houston (2006:310), yaitu: a. Opsi beli (call options) adalah opsi untuk membeli, atau menarik selembar saham dalam waktu tertentu selama jangka waktu tertentu. b. Opsi jual (put option) adalah opsi untuk menjual selembar saham dengan harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. 2. Kontrak Berjangka (Future) Kontrak futures merupakan sebuah perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada suatu periode tertentu di masa yang akan datang dengan kepastian harga 19 Universitas Sumatera Utara yang telah disepakati sebelumnya. Menurut Van Horne dan John M.Wachowicz (2007:567) kontrak berjangka adalah kontrak untuk penyerahan komoditas, mata uang asing, atau instrument keuangan dengan harga tertentu pada tanggal yang telah ditentukan pada tanggal yang telah ditentukan di masa mendatang. Harga sebuah kontrak futures akan berlawanan dengan harga pasar spot, harga bisa lebih tinggi atau lebih rendah. Pada kontrak futures diperlukan sejumlah initial margin, yang merupakan jumlah nominal uang yang perlu disetor oleh investor kepada broker. Mekanisme futures kontrak adalah pertama kali investor menyetor sejumlah deposit sebagai initial margin dalam melakukan perdagangan futures. Kemudian investor akan melakukan kontrak futures dengan memperhatikan aset yang diperdagangkan, ukuran kontrak, price limit dan position limits. Nilai dari kontrak futures di masa mendatang dipengaruhi oleh intrumen induknya yang ada di pasar spot. Futures kontrak berbeda dengan kontrak forward karena kontrak futures dapat dieksekusi sebelum tanggal jatuh tempo dengan cara mengambil posisi yang berlawanan sehingga tidak perlu terjadi adanya delivery. Pada bulan penyelesaian yang tertera di kontrak tidak lagi dilakukan perdagangan dan harga ditentukan oleh bursa atas penyelesaian kontrak. Kontrak dapat diselesaikan dengan tanggal penyelesaian terdekat atau yang biasa disebut dengan kontrak futures dekat waktu. Namun, pada kontrak futures diperlukan daily settlement di mana apabila nilai aset investor di bawah nilai initial margin maka broker akan memberikan margin call pada investor tersebut. Kontrak dapat digunakan baik pada keuangan maupun komoditi. Di Amerika Serikat dan di bagian dunia yang lain, kontrak futures untuk berbagai jenis item secara rutin di jual dan di beli. Jenis kontak tersedia secara tradisional di bagi menjadi dua kelompok, yaitu 20 Universitas Sumatera Utara futures komoditas dan futures keuangan. Futures keuangan, barang yang diperdagangkan adalah aset keuangan seperti saham, obligasi atau mata uang. Futures komoditi barang yang diperdagangkan adalah barang apa saja selain aset keuangan (Fabozzi, 2000:408). 3. Forward Forward hampir sama dengan kontrak futures pada perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada waktu tertentu di masa yang akan datang dengan harga tertentu. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:564) kontrak forward adalah kontrak penyerahan komoditas, mata uang asing, atau instrument keuangan pada harga yang ditentukan saat ini dengan penyerahan dan penyelesaian pada tanggal terntentu di masa mendatang. Meskipun mirip dengan kontrak berjangka (futures), kontrak ini tidak mudah ditransfer atau dibatalkan. Namun, kontrak futures diperdagangkan pada lantai bursa sedangkan kontrak forward diperdagangkan pada pasar over-the-counter. Pasar over-the-counter (OTC) merupakan pasar perdagangan alternative yang menghubungkan dealers melalui jaringan telepon dan komputer sehingga tidak terjadi pertemuan secara fisik antar dealers. Kontrak forward adalah salah satu alat paling mendasar dan paling tua untuk mengelola risiko keuangan. Kontrak forward secara legal adalah perjanjian mengikat antara dua pihak yang meminta penjualan aset atau produk di masa yang akan datang dengan harga yang disetujui pada hari ini. Pasal-pasal dalam kontrak meminta satu pihak untuk mengirimkan barang kepada yang lain untuk tanggal tertentu di masa yang akan datang, disebut dengan tanggal penyerahan (settlement date). Pihak lain membayar harga forward yang sebelumnya telah disetujui dan mengambil barang tersebut. Kontrak forward dapat di beli dan di jual. Pembeli 21 Universitas Sumatera Utara dari kontrak forward memiliki kewajiban untuk memiliki kewajiban untuk menerima pengiriman tersebut dan membayar untuk barang tersebut, penjual dari kontrak forward memiliki kewajiban untuk melakukan pengiriman dan menerima pembayaran. Pembeli dari kontrak forward mendapatkan manfaat jika harga meningkat karena pembeli akan memiliki harga terkunci yang lebih rendah. Hal yang sama, penjual akan menang jika harga turun karena harga jual yang lebih tinggi telah dikunci (Hull, 2008 dalam Putro, 2012). 4. Swap Alat lain untuk menghindari risiko valuta asing adalah swap. Dalam swap, dua pihak menukar kewajiban utang yang menggunakan mata uang yang berbeda. Masing–masing pihak setuju untuk membayar kewajiban bunga pihak lainnya. Pada saat jatuh tempo, jumlah pokok yang ditukar biasanya sejumlah nilai tukar yang disepakati di awal. Pertukaran tersebut adalah nasional dalam arti bahwa hanya selisih arus kas yang dibayar. Jika satu pihak melanggarnya, tidak ada kerugian pada pokoknya. Akan tetapi, ada biaya peluang yang berkaitan dengan pergerakan mata uang setelah swap dilaksanakan. Swap biasanya dilakukan melalui perantara, seperti bank komersial. Beberapa jenis swap yang umum dilakukan oleh perusahaan adalah back-to-back loans, currency swap, dan credit swap (Van Horne dan Wachowicz, 2007:568). Back-to-back loans merupakan jenis swap yang melibatkan dua pihak di negara yang berbeda, yang sepakat untuk saling meminjam sejumlah dana dalam mata uang kedua negara, selama periode waktu tertentu. Pada akhir periode waktu yang telah disepakati, masing-masing pihak mengembalikan dana yang dipinjam. Currency swap mirip dengan back-to-back loans kecuali bahwa currency 22 Universitas Sumatera Utara swap tidak nampak di neraca. Biasanya, dua perusahaan sepakat untuk menukarkan sejumlah dana dalam mata uang yang berbeda, yang ekuivalen nilainya, selama waktu tertentu. Jangka waktu berakhirnya currency swap dapat dinegosiasikan sampai minimal 10 tahun. Apabila dana disuatu negara lebih mahal dari negara lain, currency swap dapat mempertimbangkan perbedaan tingkat bunga. Credit swap merupakan pertukaran mata uang antar perusahaan dan bank (seringkali bank sentral) asing, yang berlangsung selama kurun waktu tertentu. credit swap sebenarnya telah dipraktekkan antara bank-bank umum, dan bank umum dengan bank sentral, untuk memenuhi kebutuhan akan valuta asing. Daya tarik dari credit swap adalah kemampuannya untuk mengurangi kebutuhan guna membiayai kegiatan dengan mata yang uang lemah dari sumber mata uang yang kuat (Hull, 2008 dalam Putro, 2012). 2.1.3.2 Keuntungan Melakukan Hedging Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak produsen, pabrikan, prosessor, eksportir, maupun konsumen (Bappebti, 1997 dalam Putro, 2012) sebagai berikut: a. Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan yang diperkirakan, disebut “risk insrance”. b. Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat pemasaran (a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani dapat menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan sesudah panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan 23 Universitas Sumatera Utara suatu jumlah penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan menyimpan produk tersebut untuk dijual kemudian. c. Bagi pengolah komoditi seperti prosseco atau miller, hedging tersebut merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar berjangka mereka menentukan harga pembelian bahan baku yang akan diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa yang akan datang. d. Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah menghedge komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari komoditi yang akan dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang ditargetkan lebih pasti dan hal ini merupakan jaminan bank bahwa uang yang diberikan dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya bank hanya menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau persediaan yang tidak dihedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit 90 persen dari modal kerja. e. Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen maupun processeor mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta adanya kesempatan untuk memperbesar operting capital. 24 Universitas Sumatera Utara 2.1.3.3 Kerugian Melakukan Hedging Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa kerugian yang harus dihadapi hedger (BAPPEBTI, 1997 dalam Putro 2012), yaitu: a. Risiko basis Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang ada tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya. b. Biaya Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain, biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedung, biaya asuransi, pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus mempertibangkan biaya-biaya tersebut sebelum melakukan hedging. c. Ketidaksesuaian Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures Hal ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang dihedge tidak selalu sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang diperdagangkan. Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu menyesuaikan perbedaanperbedaan tersebut dengan cara melakukan hedging yang sesuai dengan volume produksinya 2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keptusan Hedging 2.1.4.1 Debt to Equity Ratio(DER) Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan 25 Universitas Sumatera Utara dengan total ekuitasnya. Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat diformulasikan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2010:143) : π·πΈπ = π‘ππ‘ππ ππππππππ‘πππ π‘ππ‘ππ πππ’ππ‘π¦ Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Klimzack, 2008) Rasio utang yang tinggi membuat perusahaan tersebut mempunyai banyak alternatif pendanaan dalam mendanai segala macam kegiatan perusahaan, baik dari kebutuhan operasional maupun kebutuhan ekspansi yang membuat perusahaan tersebut semakin besar (Brigham dan Houston, 2010:143). Ketersediaan dana tersebut memperlancar aliran kas yang mendukung segala macam kegiatan untuk menjawab permintaan pasar dan meningkatkan profitabilitas. Akan tetapi hal tersebut menimbulkan permasalahan baru yaitu meningkatnya biaya kebangkrutan, biaya keagenan, tingkat pengembalian bunga yang lebih tinggi, dan terciptanya asimetri informasi sesuai dengan pernyataan Franco Modigliani dan Milton Miller, Teori MM (Putro 2012). Dengan meningkatnya permasalahan sesuai teori MM, adanya eksposur transaksi valuta asing, misalnya perusahaan tersebut meminjam dalam US dolar ($), saat jatuh tempo kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar mengalami 26 Universitas Sumatera Utara depresiasi, oleh karena itu perusahaan harus membayar lebih banyak karena terdepresiasinya nilai tukar Rupiah tersebut dan risiko gagal bayar pun semakin besar, dapat menambah pengeluaran yang besar akibat penggunaan hutang yang lebih besar dibandingkan proporsi modal yang dimiliki. Risiko-risiko tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi, karena fluktuatifnya kondisi ekonomi membuat ketidakpastian semakin besar, maka dari itu perusahaan perlu untuk melakukan manajemen risiko untuk mengalihkan risiko yang kemungkinan muncul tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat semakin tinggi tingkat hutang atau Debt Equity Ratio maka akan semakin besar pengambilan keputusan hedging yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk risiko (Spano, 2004 dan Klimczak, 2008). 2.1.4.2 Current Ratio Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaaan likuid (Brigham dan Houston, 2010:134). Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan diproksikan dengan current ratio. Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar atau hutang lancar terdiri atas utang lancar, wesel tagih jangka pendek, hutang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama gaji). Current ratio dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2010:134) : 27 Universitas Sumatera Utara πΆπ’πππππ‘ π ππ‘ππ = πππ‘ππ£π ππππππ π’π‘πππ ππππππ Nilai CR yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, namun mengindikasikan adanya dana yang menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan, akibatnya ROA juga semakin kecil (Guniarti,2014). Apabila tingkat profitabilitas menurun menunjukkan perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan dananya dengan maksimal untuk mendapatkan laba atau profit. Adanya eksposur transaksi memperburuk penurunan profitabilitas tersebut, dikarenakan eksposur transaksi mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan, apabila pembayaran transaksi dilakukan dengan menggunakan denominasi kurs valuta asing, nilainya akan lebih besar apabila valuta asing mengalami apresiasi terhadap mata uang domestik, sehingga risiko meningkat. Dengan demikian, semakin tinggi nilai likuiditas maka semakin tinggi keputusan hedging yang dilakukan karena tingginya risiko dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek dan sebaliknya (Spano, 2004). 2.1.4.3 Market to Book Value (MTBV) Pengertian Market to Book Ratio bisa disebut juga Price to Book Value (PBV) menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006) dalam (Putro, 2012), PBV merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku. Untuk perusahaanperusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Market to 28 Universitas Sumatera Utara book ratio (MTB) merupakan rasio yang termasuk ke dalam rasio pasar. Rasio ini adalah rasio yang sering dipergunakan di pasar modal. Rasio ini menggambarkan kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang di gambarkan di Neraca. Semakin tinggi rasio yang didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut. Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham (book value per share) tidak menunjukan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku perlembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi. Sedangkan nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah nilai bursa pada saat tertentu ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Untuk dapat menghitung MTBV dirumuskan rasio tersebut sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2010: 151): Market to book Value (MTBV) = Harga pasar per saham / Nilai buku Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan menunjukan investment opportunity set, atau set kesempatan investasi dimasa yang akan datang. Dengan semakin besarnya rasio yang diperoleh, artinya pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan bersangkutan 29 Universitas Sumatera Utara lebih besar dari nilai bukunya. Dan pilihan keputusan investor untuk berinvestasi akan semakin besar (Ameer,2010). 2.1.4.4 Ukuran Perusahaan (Firm Size) Perusahaan merupakan suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang maupun jasa yang dilakukan secara terus menerus dalam kedudukan tertentu untuk mencari laba atau penghasilan. Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu indikator mengenai seberapa besar perusahaan itu telah berkembang. Kadangkala sering dijumpai perbedaan antara perusahaan yang berskala besar dengan perusahaan yang berskala lebih kecil, sebagai contoh dalam hal kemampuan untuk mendapatkan dana atau modal. Perusahaan yang besar umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal, sehingga perusahaan besar memiliki kemudahan dan kemampuan lebih dalam mendapatkan dana. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi, sehingga ukuran perusahaan merupakan proksi kebalikan dari kemungkinan kebangkrutan. Biaya menambah hutang dan modal sendiri juga berhubungan dengan ukuran perusahaan. Perusahaan kecil cenderung membayar biaya modal sendiri dan biaya hutang jangka panjang lebih mahal daripada perusahaan besar, sehingga perusahaan kecil mungkin menyukai hutang jangka pendek daripada meminjam hutang jangka panjang karena biayanya yang lebih rendah. Firm size atau ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan nilai total aktiva. Perusahaan yang berukuran besar pada umumnya usahanya lebih terdiversifikasi, 30 Universitas Sumatera Utara lebih mudah dalam mengakses pasar modal, dan membayar tingkat suku bunga rendah (Ahmad, 2012). sehingga dengan begitu risiko kebangkrutan relatif lebih kecil. Firm size menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi. Investor menganggap bahwa perusahaan besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba lebih besar dari pada perusahaan kecil, dengan semakin stabilnya perusahaan maka risiko yang harus ditanggung investor semakin rendah (Ahmad 2012).. Dalam penelitian ini akan digunakan proksi firm size dihitung dari logaritma natural dari nilai pasar ekuitas dan jumlah utang. Ukuran firm size diproksikan dengan (Ahmad 2012) : πΉπππ π ππ§π = πΏπ π‘ππ‘ππ ππ π ππ‘ 2.1.4.5 Kepemilikan Manajerial (Managerial ownership) Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan didalam perusahaan dan mengendalikan kepentingan dalam perusahaan seperti direktur dan komiaris (Sudana, 2011:11). Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan terjadinya konflik yang sering disebut dengan agency conflict. Konflik kepentingan yang terjadi ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Mekanisme pengawasan terhadap manajemen tersebut menimbulkan biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena itu salah satu cara mangurangi agency cost adalah dengan adanya kepamilikan saham oleh pihak 31 Universitas Sumatera Utara manajemen. Kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan akan menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemilik perusahaan, sehingga dapat mengurangi konflik keagenan. Meningkatnya kepemilikan manajerial maka para manajer perusahaan akan mengurangi perilaku yang merugikan perusahaan. Pengambilan keputussan perusahaan pada manajer juga akan mendapat manfaat langsung dan apabila keputusan yang diambil salah maka para manajer juga akan menanggung risiko langsung, sehingga para manajer pun akan berhati-hati dalam mengambil keputusan dan hedging adalah keputusan yang baik untuk mengatasi risiko yang akan di hadapi. Kepemilikan manajerial diproksikan sebagai berikut (Sudana,2011: 11): ππππππππππ ππ€ππππ βππ = 2.2 π·πππππ‘πππ ππ ππππππππ πβπππβπππππππ π‘ππ‘ππ πβπππ Penelititan Terdahulu Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012) melakukan penelitian tentang factors for using derivatives: evidence from malaysian non-financial companies dengan menggunakan metode Logistic Regression menemukan hasil bahwa Leverage, liquidity, Firm size, managerial ownership berpengaruh negatif sedangkan market-to-book value berpengaruh positif dengan penerapan hedging dengan instrumen derivatif. Clark and Judge (2005) melakukan penelitian tentang Motives for Corporate Hedging: Evidence From the UK dengan metode logit regression dengan variable expected financial distress cost, liquidity, firm size, hasil penelitian menunjukkan 32 Universitas Sumatera Utara bahwa terdapat hubungan antara expected financial distress cost dengan keputusan hedging nilai tukar mata uang asing. Likuiditas perusahaan juga signifikan menjelaskan hedging mata uang asing. Eksposur mata uang perusahaan merupakan factor penting dalam melakukan hedging. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan keputusan hedging. Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul Corporate Hedging and Risk Management Theory: Evidence from Polish Listed Companies ANOVA dan logit regression menemuhan hasil bahwa variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging. Ameer (2010) meneliti hedging yang dilakukan perusahaan non-keuangan di Malaysia, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan, sementara itu growth opportunity berhubungan negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang memahami manajemen risiko pada bisnis internasional, dengan derivatif. Para manajer Malaysia kebanyakan risk averse dan tidak memahami cara memilih posisi dalam pasar derivatif. Guniarti (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Hedging dengan Instrumen Derivatif Valuta Asing (Studi Kasus pada Perusahaan Nonfinancial yang Terdaftar di BEI periode 20072009) dengan menggunakan model regresi logistik menemukan hasil bahwa 33 Universitas Sumatera Utara variabel leverage, firm size, dan financial distress secara konsisten berpengaruh positif signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging. Spano (2004) menunjukkan fakta yang kuat bahwa hedging perusahaan dilakukan karena biaya financial distress dan scale of economies. Sedangkan bukti lemah ditunjukkan pada hubungan hedging dengan underinvestment incentive dan tax incentive to hedge. Hasil penelitian juga memberikan bukti yang mendukung bahwa holding cash merupakan subtitusi terbaik untuk financial derivatives dan managerial ownership tidak berefek pada tindakan hedging. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung suka untuk melakukan hedging. Dan yang terakhir, aktivitas hedging lebih banyak dilakukan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar. Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage), Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan hedging dengan instrumen derivatif valas. Nance, dan Smithson (1993) hasil penelitiannya adalah perusahaan yang melakukan hedging memiliki lebih banyak fungsi convex tax, memiliki lebih sedikit coverage of fixed claims, ukuran perusahaan yang lebih besar, financial distress lebih besar, memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar, dan 34 Universitas Sumatera Utara memakai lebih sedikit instrumen pengganti hedging. Hedging juga meningkatkan nilai perusahaan dengan menurunkan beban pajak. No Peneliti / Tahun Judul Penelitian 1. Ahmad (2012) Factors for Using Derivatives: Evidence From Malaysian Non Financial Companies 2. Paranita (2011) Kebijakan Hedging dengan Derivatif Valuta Asing pada Perusahaan Publik di Indonesia 3. 4. Guniarti , Fay (2011) Ameer (2010) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Hedging Dengan Instrumen Derivatif Valuta Asing Determinants of Corporate Hedging Practices in Malaysia Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Dependen: Logistic Hedging Regresion Independen: Laverage, Liquidity,Firm size, Managerial Ownership, dan Market-tobook- value Dependen: Hedging Independen: DER, Interest Coverage Ratio, Market-to-Book Value of Equity, Current Ratio dan Foreign Liabilities to Total Sales. Dependen: Hedging Independen: Growth Opportunity, Leverage, Liquidity, Firm Size, dan Financial Distress Dependen: Hedging Independen: Liquidity, Growth Option, Managerial Ownership, Firm Size. Hasil penelitian Leverage, liquidity, Firm size, managerial ownership berpengaruh negatif sedangkan market-to-book value berpengaruh positif dengan penerapan hedging dengan instrumen derivatif. Logistic DER, firm size, secara positif Regresion dan signifikan berhubungan denga hedging. MTBV positif berhubungan tetapi tidak signifikan terhadap hedging. Interst coverage, CR, foraign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap hedging. Regresi Logistik Variabel leverage, firm size, dan financial distress secara konsisten berpengaruh positif signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging. Liquidity berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Growth opportunity berpengayh positif tidak signifikan. Logistic Liquidity, managerial Regresion ownership, firm size berpengaruh positif terhadap perilaku hedging, sedangkan growth option berpengaruh negatif. 35 Universitas Sumatera Utara No Peneliti / Tahun 5. Klimcz ak (2008) 6. 7. 8. Clark and Judge (2005) Spano (2004) Nance, dan Smiths on (1993) Lanjutan Tabel 2.1 Judul Variabel Penelitian Penelitian Corporate Hedging and Risk Managemen t Theory: Evidence from Polish Listed Companies Motives For Corporate Hedging: Evidence From The UK A survey of the theoretical models of corporate hedging On the Determina of Corporate Hedging Dependen: Hedging Teknik Analisis Data Logit Regression Hasil penelitian DER (Liquidity), EBIT, growth, individual block ownership, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging. Independen: DER,EBIT, Growth, Individual Block Ownership, Ukuran Perusahaan dan Pembayaran Pajak. Dependen: Hedging Logit Regression Independen: Liquidity, Firm Size, Expected Financial Distress Cost Dependen: Hedging Independen: Underinvestment Cost, Taxes, Cost of Financial Distress, Leverage ,Firm Size Dependen: Hedging Independen: Convex tax, Coverage of Fixed Claims,Firm Size, Growth Opportunity, Hedging Substitution, Taxes, Cost of Financial distress Logit Regression dan Probit Regression Logistic Regresion Terdapat hubungan antara expected financial distress cost dengan keputusan hedging nilai tukar mata uang asing. Likuiditas perusahaan, dan firm size juga signifikan menjelaskan hedging mata uang asing. Underinvestment cost, taxes, cost of financial distress, leverage ,firm size berpengaruh positf terhadap kebijakan hedging Perusahaan yang melakukan hedging memiliki lebih banyak fungsi convex tax, memiliki lebih sedikit coverage of fixed claims, ukuran perusahaan yang lebih besar, financial distress lebih besar memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar, dan memakai lebih sedikit instrumen pengganti hedging. Hedging juga meningkatkan nilai perusahaan dengan menurunkan beban pajak. 36 Universitas Sumatera Utara 2.3 Kerangka Koseptual 2.3.1 Keputusan Hedging Keputusan hedging adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau meniadakan risiko pada suatu kekayaan atau investasi. Hedging dalam penelitian ini merupakan lindung nilai yang dilakukan perusahaan untuk menanggulangi dampak buruk dari eksposur transaksi (hutang dan piutang yang menggunakan valuta asing) dengan instrumen derivatif valuta asing (forward, future, option, dan swap). Keputusan hedging juga diperngaruhi beberapa faktor internal perusahaan. 2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Keputusan Hedging Penggunaan hutang diyakini mampu mengungkit kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketersediaan dana tersebut mampu menjalankan perusahaan untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan operasional, ekspansi usaha, dan lain-lain. Karena terpenuhinya dana tersebut, maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun semakin tinggi proporsi tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan berpengaruh terhadap besaran risiko yang semakin besar. Penggunaan hutang yang lebih besar dibandingkan dengan kuantitas modal yang dimiliki tersebut menimbulkan permasalahan baru yaitu meningkatnya biaya kebangkrutan, biaya keagenan, tingkat pengembalian bunga yang lebih tinggi, dan terciptanya asimetri informasi sesuai dengan pernyataan Franco Modigliani dan Milton Miller (Teori MM). Dengan risiko yang semakin besar tersebut, maka perusahaan perlu untuk mengambil keputusan yang strategis terkait manajemen risiko agar meloloskan perusahaan dari adanya risiko tersebut yang dapat 37 Universitas Sumatera Utara membuat perusahaan bangkrut. Semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri atau debt to equity ratio yang ditanggung perusahaan, sehingga semakin besar tindakah hedging yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak buruk risio tersebut, sehingga semakin besar tingkat debt to equity ratio yang diterima perusahaan, semakin besar peluang perusahaan untuk mengambil keputusan hedging Spano (2004), dan Klimczak (2008). 2.3.3 Pengaruh Market to Book Value terhadap Keputusan Hedging Pembiayaan eksternal sangatlah penting bagi perusahaan karena hal ini adalah sumber dana untuk membiayai investasi perusahaan. Pembiayaan eksternal biasanya sangat mahal. Oleh karena itu, ada kemungkinan bagi perusahaan untuk tidak melakukan proyek ini (biaya investasi yang tinggi) yang akibatnya tidak akan meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan eksternal yang tinggi yang dapat menyebabkan kurangnya investasi, Perusahaan bisa menggunakan hedging derivatif untuk memaksimalkan investasi (Ahmad,2012). Rasio market-to-book value (MTBV) digunakan sebagai proksi untuk mengukur peluang investasi perusahaan. 2.3.4 Pengaruh Current Ratio terhadap Keputusan Hedging Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti, membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo. Rasio likuiditas jangka pendek perusahaan tersebut dapat diproksikan dengan rasio lancar, current ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi 38 Universitas Sumatera Utara ketidakpastian bagi investor, yang mengindikasikan adanya dana menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan, apabila pembayaran transaksi dilakukan dengan menggunakan denominasi kurs valuta asing, nilainya akan lebih besar apabila valuta asing mengalami apresiasi terhadap mata uang domestik, sehingga risiko meningkat. Dengan demikian semakin tinggi nilai likuiditas maka semakin rendah aktivitas hedging yang dilakukan karena risiko kesulitan keuangan yang muncul cenderung rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Clark and Judge (2005) dan Ahmad (2012). 2.3.5 Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging Semakin besar suatu perusahaan, semakin bertambahnya aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan, sehingga menimbulkan tingginya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan, terlebih jika perusahaan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perdagangan internasional. risiko dari fluktuasi kurs yang tidak dapat diprediksi mengakibatkan perusahaan untuk melakukan manajemen risiko. Salah satu tindakan manajemen risiko yaitu dengan melakukan lindung nilai (hedging) dengan derivatif. Semakin besar size (ukuran) perusahaan, terdapat kecenderungan perusahaan untuk lebih menerapkan kebijakan hedging Paranita (2011), dan Guniarti (2011). 2.3.6 Pengaruh Managerial Ownership terhadap Keputusan Hedging Beberapa penelitian terdahulu mendukung bahwa jika manajer memegang sebagian besar saham yang dimiliki perusahaan maka para manajer akan lebih intensif untuk melakukan hedging untuk melindungi aset perusahaan (Ahmad, 39 Universitas Sumatera Utara 2012 dan Ameer, 2010). Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan manajerial suatu perusahaan maka semakin tinggi aktivitas hedging yang dilakukan. Debt to Equity Ratio (DER) Market to Book Value (MTBV) Liquidity (Current Ratio-CR) Keputusan Hedging (HEDG) Firm Size (FS) Managerial Ownership (MO) Gambar 2.1 Kerangka konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2012:93), “ hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan instrument derivatif yang terdiri dari Debt to Equity Ratio, Market to Book Value, Current Ratio, Firm Size, Managerial ownership berpengaruh positif terhadap keputusan Hedging. 40 Universitas Sumatera Utara