BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko.
Risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan
kerugian (loss) (Salim, 2007:199). Risiko diartikan sebagai kemungkinan
mengalami kerugian, yang biasanya di ukur dalam bentuk kemungkinan
(probability) bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran
sangat baik (misalnya asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (minsalnya, asetnya
menjadi tidak bernilai sama sekali). Risiko juga dapat diartikan sebagai
kemungkinan terjadinya kerugian yang akan dialami investor atau ketidakpastian
atas return yang akan diterima dimasa mendatang (Gumamti, 2011:50).
Manajemen risiko adalah pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang dapat
memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan kemudian mengambil
tindakan untuk mencegah dan atau meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh
peristiwa-peristiwa tersebut (Brigham dan Houston, 2006 : 333). Beberapa alasan
perusahaan perlu melakukan pengelolaan risiko Brigham dan Houston (2006: 334)
yakni :
1. Kepastian utang, manajemen risiko dapat mengurangi ketidakstabilan arus
kas sehingga akan menjaga nilai perusahaan tidak menurun dan dapat
mengurangi risiko kebangkrutan.
2. Dampak perpajakan, pajak yang tinggi akan menurunkan laba perusahaan dan
di sisi lain pajak slalu berfluktuasi sesuai dengan tingkat pendapatan. Untuk
inilah lindung nilai dibutuhkan agar dapat mengurangi dampak fluktuasi
pajak perusahaan.
13
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis risiko bermacam-macam antara lain risiko kredit, risiko pasar,
risiko likuiditas, risiko operasional, risiko keuangan, risiko hukum, risiko reputasi,
risiko strategik, dan risiko kepatuhan. Salah satu risiko yang dapat dikurangi
dalam manajemen risiko adalah risiko keuangan. Bentuk risiko keuangan sendiri
bermacam-macam dan salah saatunya adalah berubahnya nilai tukar mata uang
terhadap mata uang asing (valuta asing).
2.1.2 Eksposur Valuta Asing
Eksposur valuta asing merupakan suatu ukuran terhadap potensi perubahan
profitabilitas, arus kas, dan nilai pasar sebuah perusahaan yang disebabkan oleh
perubahan kurs. Eksposur valuta asing juga adalah kepekaan perubahan dalam
nilai riil aset, kewajiban atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata
uang domestik terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi. Eksposur valuta
asing akan dialami oleh perusahaan yang melakukan dan/atau menerima
pendapatan dalam vakuta asing.
Ada berbagai cara untuk menghadapi eksposur risiko nilai tukar seperti,
lindung nilai alami; manajemen kas; penyesuaian transaksi antar perusahaan; serta
lindung nilai pendanaan internasional dan lindung nilai mata uang, melalui
kontrak forward, kontrak berjangka (futures contract), opsi mata uang, dan swap
mata uang (Van Horne dan dan Wachowizt 2007 :558).
Ada beberapa aspek eksposur valuta asing, eksposur berhubungan dengan
nilai mata uang domestik, ukuran kepekaan dari nilai mata uang domestik,
eksposur terdapat dari nilai sediaan (stock) dan aliran (flow), eksposur hanya
merujuk pada perubahan kurs yang tak terantisipasi, perubahan kurs akan
14
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan keuntungan atau kerugian atas aset, kewajiban atau pendapatan
operasi.
Menurut Van Horne dan Wachowizt (2007: 552) ditinjau dari dampak dan
pengaruhnya, eksposur valuta asing dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
2.1.2.1 Eksposur Transaksi
Eksposur transaksi mencakup keuntungan dan kerugian yang terjadi ketika
menyelesaikan transaksi dengan menggunakan mata uang asing. Transaksi ini
dapat berupa pembelian atau penjualan produk, pemberian atau penerimaan dana,
atau transaksi lainya yang melibatkan perolehan aktiva atau penanggungan
kewajiban yang menggunakan mata uang asing (Van Horne dan wachowizt,
2007:557).
Eksposur transaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat
perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan transaksi
diselesaikan/dipenuhi. Jadi eksposur ini berhubungan dengan transaksi-transaksi
yang sudah ada tapi belum jatuh tempo.
Pengukuran eksposur transaksi dapat dilakukan melalui dua tahapan yakni:
A. Memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran dalam setiap mata uang asing,
selama kurun waktu tertentu (misal perbulan, semester dan tahun).
B. Menghitung keseluruhan eksposur dari semua penerimaan dan pengeluaran
bersih.
Bagi
perusahaan
besar
yang
memiliki
banyak
anak
perusahaan,
penghitungan eksposur transaksi harus didasarkan pada proyeksi keseluruhan
penerimaan dan pengeluaran setelah konsolidasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghidarkan perusahaan dari redudansi usaha pemagaran risiko.
15
Universitas Sumatera Utara
Eksposur transaksi dapat dihadapi dengan melakukan kontrak hedging
valuta asing atau menempuh strategi tertentu. Kontrak hedging dapat dilakukan
pada pasar foward, pasar futures, pasar uang, opsi, dan kesepakatan swap.
2.1.2.2 Eksposur Translasi
Eksposur translasi merupakan perubahan laba akuntansi dan neraca yang
disebabkan oleh perubahan nilai tukar. Eksposur translasi terjadi jika perusahaan
khususnya perusahaan multinasional melakukan konversi laporan keuangan dari
satu mata uang ke mata uang lainya (Van Horne dan Wachowizt, 2007;553).
Berkaitan dengan translasi dari perubahan mata uang asing di neraca dan laporan
laba rugi. Menurut peraturan Financial Acounting Standart Board FASB (Dewan
Standar Akuntansi Keuangan), perusahaan AS harus menentukan “mata uang
fungsional” untuk setiap anak perusahaan yang berada di luar negeri. Jika anak
perusahaan tersebut mampu beroperasi mandiri yang diintegrasikan dalam neraca
tertentu, maka mata uang fungsionalnya bisa menggunakan mata uang lokal, jika
tidak maka dapat digunakan mata uang dolar. Jika terjadi inflasi yang tinggi (lebih
dari 100% pertahun), maka mata uang fungsional harus dalam dolar, apa pun
kondisinya (Van Horne dan Wachowizt 2007: 553).
Eksposur translasi atau yang disebut juga eksposur akuntansi tidak
menimbulkan perubahan pada aliran kas riil perusahaan. Eksposur ini timbul saat
sebuah perusahaan membuat laporan keuangan konsolidasi dari seluruh anak
perusahaan yang tersebar diberbagai negara.
Pembuatan mata uang fungsional penting untuk penentuan proses translasi.
Jika mata uang lokal digunakan, semua aktiva dan kewajiban ditranslasikan pada
saat ini (Van Horne dan Wachowizt, 2007:553). Pembuatan laporan keuangan
16
Universitas Sumatera Utara
konsolidasi memiliki dua tujuan utama. Pertama untuk mengetahui kinerja
keuangan perusahaan secara keseluruhan, kedua untuk mengevaluasi kinerja
keuangan anak perusahaan. Dengan membandingkan laporan keuangan setiap
anak perusahaan, manajemen dapat mengetahui kinerja keuangan masing-masing
anak perusahaan. Informasi ini sangat berguna untuk merumuskan strategi
bersaing dan alokasi sumber daya ke setiap anak perusahaan.
Cara yang ditempuh untuk mengelola eksposur akuntansi adalah balance
sheet hedge. Cara ini berupaya menetralisir eksposur dengan menyeimbangkan
sisi kekayaan dan kewajiban perusahaan, pada arah yang berlawanan. Selain
balance sheet hedge, juga terdapat teknik lain yakni contractual hedge tetapi hasil
yang diperoleh seringkali melibatkan unsur spekulatif ( Haushalter et.al, 2007).
2.1.2.3 Eksposur Operasi atau Ekonomi
Eksposur ekonomi adalah perubahan nilai suatu perusahaan yang
mengiringi perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi (Van Horne dan
Wachowizt, 2007:557). Eksposur operasi mengukur setiap perubahan pada nilai
sekarang perusahaan yang disebabkan oleh perubahan aliran kas operasi, karena
perubahan yang tidak terduga pada kurs valuta asing. Analisis eksposur operasi
bertujuan untuk mengetahui dampak dari perubahan kurs valuta asing (yang tak
terduga) terhadap kegiatan operasi dan posisi bersaing perusahaan. Eksposur
operasi memiliki kesamaan dengan eksposur transaksi, yaitu berhubungan dengan
perubahan aliran kas karena fluktuasi kurs valuta asing. Akan tetapi, eksposur
operasi mempunyai cakupan yang lebih luas dari eksposur transaksi dan
dampaknya terhadap eksistensi perusahaan yang lebih fundamental dari eksposur
transaksi dan eksposur akuntansi.
17
Universitas Sumatera Utara
Semakin tinggi eksposur operasi atau ekonomi yang dialami perusahaan,
akan mempengaruhi arus kas perusahaan, yang akibatnya tingkat likuiditas
perusahaan akan memingkat, sehingga perusahaan perlu melakukan hedging
untuk meminimalkan risiko tersebut.
2.1.3
Lindung Nilai (Hedging)
Lindung nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat
popular dalam perdagangan berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu
fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging
merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh
turun-naiknya harga.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:557) untuk mengurangi risiko
nilai tukar adalah dengan menggunakan lindung nilai mata uang melalui
instrumen derivatif atau kontrak seperti kontrak forward, kontrak berjangka
(future contract), opsi mata uang, dan swap mata uang. Penggunaan derivatif
dapat mengurangi risiko yang timbul akibat dari perubahan yang terjadi pada nilai
tukar uang.
2.1.3.1 Instrument Derivatif untuk Melakukan Hedging
Aktivitas lindung nilai (hedging) dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak
untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas)
pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah
disepakati pada saat ini (Brigham dan Houston, 2006: 308).
18
Universitas Sumatera Utara
Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi opsi, forward, futures,
dan swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga,
obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks.
1.
Opsi (option)
Opsi adalah kontrak atau perjanjian yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli (atau menjual) suatu aktiva dengan harga yang
ditentukan terlebih dahulu dalam periode waktu tertentu (Brigham dan Houston
2006:309). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:568) opsi merupakan
kontrak yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli (call) atau
menjual (put) jumlah tertentu mata uang asing pada harga tertentu sampai suatu
tanggal (kedaluarsa) tertentu. Banyak dari opsi yang diperdagangkan di bursa
opsi, tetapi sering kali opsi hanya berupa kesepakatan pribadi antara perusahaan
dan bank. Dan frase yang terpenting dalam definisi ini adalah “hak” yang berarti
bukan kewajiban melainkan bahwa si pemilik opsi memiliki pilihan yang
berharga. Pembeli kontrak harus membayar penjual suatu biaya, yang disebut
harga opsi (Van Horne dan Wachowizt, 2007: 568).
Ada dua tipe opsi menurut Brigham dan Houston (2006:310), yaitu:
a. Opsi beli (call options) adalah opsi untuk membeli, atau menarik
selembar saham dalam waktu tertentu selama jangka waktu tertentu.
b. Opsi jual (put option) adalah opsi untuk menjual selembar saham
dengan harga tertentu dalam jangka waktu tertentu.
2.
Kontrak Berjangka (Future)
Kontrak futures merupakan sebuah perjanjian untuk membeli atau menjual
aset pada suatu periode tertentu di masa yang akan datang dengan kepastian harga
19
Universitas Sumatera Utara
yang telah disepakati sebelumnya. Menurut Van Horne dan John M.Wachowicz
(2007:567) kontrak berjangka adalah kontrak untuk penyerahan komoditas, mata
uang asing, atau instrument keuangan dengan harga tertentu pada tanggal yang
telah ditentukan pada tanggal yang telah ditentukan di masa mendatang. Harga
sebuah kontrak futures akan berlawanan dengan harga pasar spot, harga bisa lebih
tinggi atau lebih rendah. Pada kontrak futures diperlukan sejumlah initial margin,
yang merupakan jumlah nominal uang yang perlu disetor oleh investor kepada
broker. Mekanisme futures kontrak adalah pertama kali investor menyetor
sejumlah deposit sebagai initial margin dalam melakukan perdagangan futures.
Kemudian investor akan melakukan kontrak futures dengan memperhatikan aset
yang diperdagangkan, ukuran kontrak, price limit dan position limits. Nilai dari
kontrak futures di masa mendatang dipengaruhi oleh intrumen induknya yang ada
di pasar spot. Futures kontrak berbeda dengan kontrak forward karena kontrak
futures dapat dieksekusi sebelum tanggal jatuh tempo dengan cara mengambil
posisi yang berlawanan sehingga tidak perlu terjadi adanya delivery. Pada bulan
penyelesaian yang tertera di kontrak tidak lagi dilakukan perdagangan dan harga
ditentukan oleh bursa atas penyelesaian kontrak. Kontrak dapat diselesaikan
dengan tanggal penyelesaian terdekat atau yang biasa disebut dengan kontrak
futures dekat waktu. Namun, pada kontrak futures diperlukan daily settlement di
mana apabila nilai aset investor di bawah nilai initial margin maka broker akan
memberikan margin call pada investor tersebut. Kontrak dapat digunakan baik
pada keuangan maupun komoditi. Di Amerika Serikat dan di bagian dunia yang
lain, kontrak futures untuk berbagai jenis item secara rutin di jual dan di beli.
Jenis kontak tersedia secara tradisional di bagi menjadi dua kelompok, yaitu
20
Universitas Sumatera Utara
futures komoditas dan futures keuangan. Futures keuangan, barang yang
diperdagangkan adalah aset keuangan seperti saham, obligasi atau mata uang.
Futures komoditi barang yang diperdagangkan adalah barang apa saja selain aset
keuangan (Fabozzi, 2000:408).
3.
Forward
Forward hampir sama dengan kontrak futures pada perjanjian untuk
membeli atau menjual aset pada waktu tertentu di masa yang akan datang dengan
harga tertentu. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:564) kontrak forward
adalah kontrak penyerahan komoditas, mata uang asing, atau instrument keuangan
pada harga yang ditentukan saat ini dengan penyerahan dan penyelesaian pada
tanggal terntentu di masa mendatang. Meskipun mirip dengan kontrak berjangka
(futures), kontrak ini tidak mudah ditransfer atau dibatalkan. Namun, kontrak
futures
diperdagangkan
pada
lantai
bursa
sedangkan
kontrak
forward
diperdagangkan pada pasar over-the-counter. Pasar over-the-counter (OTC)
merupakan pasar perdagangan alternative yang menghubungkan dealers melalui
jaringan telepon dan komputer sehingga tidak terjadi pertemuan secara fisik antar
dealers. Kontrak forward adalah salah satu alat paling mendasar dan paling tua
untuk mengelola risiko keuangan. Kontrak forward secara legal adalah perjanjian
mengikat antara dua pihak yang meminta penjualan aset atau produk di masa yang
akan datang dengan harga yang disetujui pada hari ini. Pasal-pasal dalam kontrak
meminta satu pihak untuk mengirimkan barang kepada yang lain untuk tanggal
tertentu di masa yang akan datang, disebut dengan tanggal penyerahan (settlement
date). Pihak lain membayar harga forward yang sebelumnya telah disetujui dan
mengambil barang tersebut. Kontrak forward dapat di beli dan di jual. Pembeli
21
Universitas Sumatera Utara
dari kontrak forward memiliki kewajiban untuk memiliki kewajiban untuk
menerima pengiriman tersebut dan membayar untuk barang tersebut, penjual dari
kontrak forward memiliki kewajiban untuk melakukan pengiriman dan menerima
pembayaran. Pembeli dari kontrak forward mendapatkan manfaat jika harga
meningkat karena pembeli akan memiliki harga terkunci yang lebih rendah. Hal
yang sama, penjual akan menang jika harga turun karena harga jual yang lebih
tinggi telah dikunci (Hull, 2008 dalam Putro, 2012).
4.
Swap
Alat lain untuk menghindari risiko valuta asing adalah swap. Dalam swap,
dua pihak menukar kewajiban utang yang menggunakan mata uang yang berbeda.
Masing–masing pihak setuju untuk membayar kewajiban bunga pihak lainnya.
Pada saat jatuh tempo, jumlah pokok yang ditukar biasanya sejumlah nilai tukar
yang disepakati di awal. Pertukaran tersebut adalah nasional dalam arti bahwa
hanya selisih arus kas yang dibayar. Jika satu pihak melanggarnya, tidak ada
kerugian pada pokoknya. Akan tetapi, ada biaya peluang yang berkaitan dengan
pergerakan mata uang setelah swap dilaksanakan. Swap biasanya dilakukan
melalui perantara, seperti bank komersial. Beberapa jenis swap yang umum
dilakukan oleh perusahaan adalah back-to-back loans, currency swap, dan credit
swap (Van Horne dan Wachowicz, 2007:568).
Back-to-back loans merupakan jenis swap yang melibatkan dua pihak di
negara yang berbeda, yang sepakat untuk saling meminjam sejumlah dana dalam
mata uang kedua negara, selama periode waktu tertentu. Pada akhir periode waktu
yang telah disepakati, masing-masing pihak mengembalikan dana yang dipinjam.
Currency swap mirip dengan back-to-back loans kecuali bahwa currency
22
Universitas Sumatera Utara
swap tidak nampak di neraca. Biasanya, dua perusahaan sepakat untuk
menukarkan sejumlah dana dalam mata uang yang berbeda, yang ekuivalen
nilainya, selama waktu tertentu. Jangka waktu berakhirnya currency swap dapat
dinegosiasikan sampai minimal 10 tahun. Apabila dana disuatu negara lebih
mahal dari negara lain, currency swap dapat mempertimbangkan perbedaan
tingkat bunga.
Credit swap merupakan pertukaran mata uang antar perusahaan dan bank
(seringkali bank sentral) asing, yang berlangsung selama kurun waktu tertentu.
credit swap sebenarnya telah dipraktekkan antara bank-bank umum, dan bank
umum dengan bank sentral, untuk memenuhi kebutuhan akan valuta asing. Daya
tarik dari credit swap adalah kemampuannya untuk mengurangi kebutuhan guna
membiayai kegiatan dengan mata yang uang lemah dari sumber mata uang yang
kuat (Hull, 2008 dalam Putro, 2012).
2.1.3.2 Keuntungan Melakukan Hedging
Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak
produsen, pabrikan, prosessor, eksportir, maupun konsumen (Bappebti, 1997
dalam Putro, 2012) sebagai berikut:
a. Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan
risiko harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan
yang diperkirakan, disebut “risk insrance”.
b. Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat
pemasaran (a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani
dapat menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan
sesudah panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan
23
Universitas Sumatera Utara
suatu jumlah penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan
menyimpan produk tersebut untuk dijual kemudian.
c. Bagi pengolah komoditi seperti prosseco atau miller, hedging tersebut
merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar
berjangka mereka menentukan harga pembelian bahan baku yang akan
diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan
akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa
yang akan datang.
d. Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan
kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah menghedge
komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik
komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari komoditi yang
akan dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang
ditargetkan lebih pasti dan hal ini merupakan jaminan bank bahwa uang
yang diberikan dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya
bank hanya menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau
persediaan yang tidak dihedge, sedangkan bagi yang melakukan
hedging mendapat kredit 90 persen dari modal kerja.
e. Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang
lebih rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen maupun
processeor mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang
merugikan, serta adanya kesempatan untuk memperbesar operting
capital.
24
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3 Kerugian Melakukan Hedging
Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa
kerugian yang harus dihadapi hedger (BAPPEBTI, 1997 dalam Putro 2012), yaitu:
a. Risiko basis
Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi
secara wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang
ada tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
b. Biaya
Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara
lain, biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedung, biaya asuransi,
pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus
mempertibangkan biaya-biaya tersebut sebelum melakukan hedging.
c. Ketidaksesuaian
Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures Hal ini
terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang dihedge tidak selalu
sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang diperdagangkan.
Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu menyesuaikan perbedaanperbedaan tersebut dengan cara melakukan hedging yang sesuai dengan
volume produksinya
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keptusan Hedging
2.1.4.1 Debt to Equity Ratio(DER)
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal
sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio
(DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan
25
Universitas Sumatera Utara
dengan total ekuitasnya. Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat
diformulasikan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2010:143) :
𝐷𝐸𝑅 =
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘™π‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘–π‘’π‘ 
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘’π‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur
modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total hutang
(jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total
modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap
pihak luar (kreditur) (Klimzack, 2008)
Rasio utang yang tinggi membuat perusahaan tersebut mempunyai banyak
alternatif pendanaan dalam mendanai segala macam kegiatan perusahaan, baik
dari kebutuhan operasional maupun kebutuhan ekspansi yang membuat
perusahaan tersebut semakin besar (Brigham dan Houston, 2010:143).
Ketersediaan dana tersebut memperlancar aliran kas yang mendukung segala
macam kegiatan untuk menjawab permintaan pasar dan meningkatkan
profitabilitas. Akan tetapi hal tersebut menimbulkan permasalahan baru yaitu
meningkatnya biaya kebangkrutan, biaya keagenan, tingkat pengembalian bunga
yang lebih tinggi, dan terciptanya asimetri informasi sesuai dengan pernyataan
Franco Modigliani dan Milton Miller, Teori MM (Putro 2012).
Dengan meningkatnya permasalahan sesuai teori MM, adanya eksposur
transaksi valuta asing, misalnya perusahaan tersebut meminjam dalam US dolar
($), saat jatuh tempo kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar mengalami
26
Universitas Sumatera Utara
depresiasi, oleh karena itu perusahaan harus membayar lebih banyak karena
terdepresiasinya nilai tukar Rupiah tersebut dan risiko gagal bayar pun semakin
besar, dapat menambah pengeluaran yang besar akibat penggunaan hutang yang
lebih besar dibandingkan proporsi modal yang dimiliki.
Risiko-risiko tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi, karena
fluktuatifnya kondisi ekonomi membuat ketidakpastian semakin besar, maka dari
itu perusahaan perlu untuk melakukan manajemen risiko untuk mengalihkan
risiko yang kemungkinan muncul tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
semakin tinggi tingkat hutang atau Debt Equity Ratio maka akan semakin besar
pengambilan keputusan hedging yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
risiko (Spano, 2004 dan Klimczak, 2008).
2.1.4.2 Current Ratio
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang
harus segera dipenuhi. Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih, perusahaan yang
mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti
perusahaan tersebut dalam keadaaan likuid (Brigham dan Houston, 2010:134).
Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan diproksikan dengan current ratio. Aktiva lancar umumnya meliputi
kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar atau hutang lancar
terdiri atas utang lancar, wesel tagih jangka pendek, hutang jatuh tempo yang
kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama
gaji). Current ratio dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2010:134)
:
27
Universitas Sumatera Utara
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
π‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ
π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ
Nilai CR yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian
bagi investor, namun mengindikasikan adanya dana yang menganggur (idle cash)
sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan, akibatnya ROA juga
semakin
kecil
(Guniarti,2014).
Apabila
tingkat
profitabilitas
menurun
menunjukkan perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan dananya dengan
maksimal untuk mendapatkan laba atau profit. Adanya eksposur transaksi
memperburuk penurunan profitabilitas tersebut, dikarenakan eksposur transaksi
mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan, apabila pembayaran
transaksi dilakukan dengan menggunakan denominasi kurs valuta asing, nilainya
akan lebih besar apabila valuta asing mengalami apresiasi terhadap mata uang
domestik, sehingga risiko meningkat. Dengan demikian, semakin tinggi nilai
likuiditas maka semakin tinggi keputusan hedging yang dilakukan karena
tingginya risiko dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek dan sebaliknya
(Spano, 2004).
2.1.4.3 Market to Book Value (MTBV)
Pengertian Market to Book Ratio bisa disebut juga Price to Book Value
(PBV) menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006) dalam (Putro, 2012), PBV
merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku. Untuk perusahaanperusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu,
yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.
Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal
relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Market to
28
Universitas Sumatera Utara
book ratio (MTB) merupakan rasio yang termasuk ke dalam rasio pasar. Rasio ini
adalah rasio yang sering dipergunakan di pasar modal. Rasio ini menggambarkan
kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya
dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham
tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai
buku saham tersebut yang di gambarkan di Neraca. Semakin tinggi rasio yang
didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut.
Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net
assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per
lembar saham (book value per share) tidak menunjukan ukuran kinerja saham
yang penting, tetapi nilai buku perlembar saham dapat mencerminkan berapa
besar jaminan yang akan diperoleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit
saham (emiten) dilikuidasi.
Sedangkan nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai
buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka
nilai pasar adalah nilai bursa pada saat tertentu ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai
pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar
bursa. Untuk dapat menghitung MTBV dirumuskan rasio tersebut sebagai berikut
(Brigham dan Houston, 2010: 151):
Market to book Value (MTBV) = Harga pasar per saham / Nilai buku
Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan
dapat diketahui. Pertumbuhan menunjukan investment opportunity set, atau set
kesempatan investasi dimasa yang akan datang. Dengan semakin besarnya rasio
yang diperoleh, artinya pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan bersangkutan
29
Universitas Sumatera Utara
lebih besar dari nilai bukunya. Dan pilihan keputusan investor untuk berinvestasi
akan semakin besar (Ameer,2010).
2.1.4.4 Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan merupakan suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses
produksi barang maupun jasa yang dilakukan secara terus menerus dalam
kedudukan tertentu untuk mencari laba atau penghasilan. Ukuran perusahaan
digunakan sebagai salah satu indikator mengenai seberapa besar perusahaan itu
telah berkembang. Kadangkala sering dijumpai perbedaan antara perusahaan yang
berskala besar dengan perusahaan yang berskala lebih kecil, sebagai contoh dalam
hal kemampuan untuk mendapatkan dana atau modal. Perusahaan yang besar
umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah
pendanaan melalui pasar modal, sehingga perusahaan besar memiliki kemudahan
dan kemampuan lebih dalam mendapatkan dana. Perusahaan yang lebih besar
cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi, sehingga
ukuran perusahaan merupakan proksi kebalikan dari kemungkinan kebangkrutan.
Biaya menambah hutang dan modal sendiri juga berhubungan dengan ukuran
perusahaan. Perusahaan kecil cenderung membayar biaya modal sendiri dan biaya
hutang jangka panjang lebih mahal daripada perusahaan besar, sehingga
perusahaan kecil mungkin menyukai hutang jangka pendek daripada meminjam
hutang jangka panjang karena biayanya yang lebih rendah.
Firm size atau ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang
dapat dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan nilai total aktiva.
Perusahaan yang berukuran besar pada umumnya usahanya lebih terdiversifikasi,
30
Universitas Sumatera Utara
lebih mudah dalam mengakses pasar modal, dan membayar tingkat suku bunga
rendah (Ahmad, 2012). sehingga dengan begitu risiko kebangkrutan relatif lebih
kecil. Firm size menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor
dalam pengambilan keputusan investasi. Investor menganggap bahwa perusahaan
besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba lebih besar dari pada
perusahaan kecil, dengan semakin stabilnya perusahaan maka risiko yang harus
ditanggung investor semakin rendah (Ahmad 2012).. Dalam penelitian ini akan
digunakan proksi firm size dihitung dari logaritma natural dari nilai pasar ekuitas
dan jumlah utang.
Ukuran firm size diproksikan dengan (Ahmad 2012) :
πΉπ‘–π‘Ÿπ‘š 𝑠𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘ π‘ π‘’π‘‘
2.1.4.5 Kepemilikan Manajerial (Managerial ownership)
Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupakan pemegang
saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
didalam perusahaan dan mengendalikan kepentingan dalam perusahaan seperti
direktur dan komiaris (Sudana, 2011:11).
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham mengakibatkan terjadinya konflik yang sering disebut dengan
agency conflict. Konflik kepentingan yang terjadi ini menyebabkan pentingnya
suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang saham
(Jensen dan Meckling, 1976). Mekanisme pengawasan terhadap manajemen
tersebut menimbulkan biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena itu salah satu cara
mangurangi agency cost adalah dengan adanya kepamilikan saham oleh pihak
31
Universitas Sumatera Utara
manajemen.
Kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan akan menyelaraskan
kepentingan manajemen dan pemilik perusahaan, sehingga dapat mengurangi
konflik keagenan. Meningkatnya kepemilikan manajerial maka para manajer
perusahaan akan mengurangi perilaku yang merugikan perusahaan. Pengambilan
keputussan perusahaan pada manajer juga akan mendapat manfaat langsung dan
apabila keputusan yang diambil salah maka para manajer juga akan menanggung
risiko langsung, sehingga para manajer pun akan berhati-hati dalam mengambil
keputusan dan hedging adalah keputusan yang baik untuk mengatasi risiko yang
akan di hadapi.
Kepemilikan manajerial diproksikan sebagai berikut (Sudana,2011: 11):
π‘€π‘Žπ‘›π‘Žπ‘”π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘œπ‘€π‘›π‘’π‘Ÿπ‘ β„Žπ‘–π‘ =
2.2
π·π‘–π‘Ÿπ‘’π‘π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘  π‘œπ‘Ÿ π‘‚π‘“π‘“π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘  π‘†β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’β„Žπ‘œπ‘™π‘‘π‘–π‘›π‘”π‘ 
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘†β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’
Penelititan Terdahulu
Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad (2012) melakukan penelitian tentang factors for using
derivatives:
evidence
from
malaysian
non-financial
companies
dengan
menggunakan metode Logistic Regression menemukan hasil bahwa Leverage,
liquidity, Firm size, managerial ownership berpengaruh negatif sedangkan
market-to-book value berpengaruh positif dengan penerapan hedging dengan
instrumen derivatif.
Clark and Judge (2005) melakukan penelitian tentang Motives for Corporate
Hedging: Evidence From the UK dengan metode logit regression dengan variable
expected financial distress cost, liquidity, firm size, hasil penelitian menunjukkan
32
Universitas Sumatera Utara
bahwa terdapat hubungan antara expected financial distress cost dengan
keputusan hedging nilai tukar mata uang asing. Likuiditas perusahaan juga
signifikan menjelaskan hedging mata uang asing. Eksposur mata uang perusahaan
merupakan factor penting dalam melakukan hedging. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan keputusan
hedging.
Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul Corporate Hedging
and Risk Management Theory: Evidence from Polish Listed Companies ANOVA
dan logit regression menemuhan hasil bahwa variabel DER, EBIT, growth,
individual block ownership, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap
hedging.
Ameer (2010) meneliti hedging yang dilakukan perusahaan non-keuangan
di Malaysia, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan
manajerial, dan ukuran perusahaan, sementara itu
growth
opportunity
berhubungan negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang
memahami manajemen risiko pada bisnis internasional, dengan derivatif. Para
manajer Malaysia kebanyakan risk averse dan tidak memahami cara memilih
posisi dalam pasar derivatif.
Guniarti (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Aktivitas Hedging dengan Instrumen Derivatif Valuta Asing
(Studi Kasus pada Perusahaan Nonfinancial yang Terdaftar di BEI periode 20072009) dengan menggunakan model regresi logistik menemukan hasil bahwa
33
Universitas Sumatera Utara
variabel leverage, firm size, dan financial distress secara konsisten berpengaruh
positif signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging.
Spano (2004) menunjukkan fakta yang kuat bahwa hedging perusahaan
dilakukan karena biaya financial distress dan scale of economies. Sedangkan
bukti lemah ditunjukkan pada hubungan hedging dengan underinvestment
incentive dan tax incentive to hedge. Hasil penelitian juga memberikan bukti yang
mendukung bahwa holding cash merupakan subtitusi terbaik untuk financial
derivatives dan managerial ownership tidak berefek pada tindakan hedging.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung suka untuk
melakukan hedging. Dan yang terakhir, aktivitas hedging lebih banyak dilakukan
perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar.
Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging
dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan
menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa
Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan
signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage), Firm size
sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak
signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan
negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan
hedging dengan
instrumen derivatif valas.
Nance, dan Smithson (1993) hasil penelitiannya adalah perusahaan yang
melakukan hedging memiliki lebih banyak fungsi convex tax, memiliki lebih
sedikit coverage of fixed claims, ukuran perusahaan yang lebih besar, financial
distress lebih besar, memiliki kesempatan pertumbuhan yang lebih besar, dan
34
Universitas Sumatera Utara
memakai lebih sedikit instrumen pengganti hedging. Hedging juga meningkatkan
nilai perusahaan dengan menurunkan beban pajak.
No
Peneliti
/ Tahun
Judul Penelitian
1.
Ahmad
(2012)
Factors for Using
Derivatives:
Evidence From
Malaysian Non
Financial
Companies
2.
Paranita
(2011)
Kebijakan
Hedging dengan
Derivatif Valuta
Asing pada
Perusahaan
Publik di
Indonesia
3.
4.
Guniarti
, Fay
(2011)
Ameer
(2010)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Aktivitas Hedging
Dengan
Instrumen
Derivatif Valuta
Asing
Determinants of
Corporate
Hedging Practices
in Malaysia
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Teknik
Analisis
Data
Dependen:
Logistic
Hedging
Regresion
Independen:
Laverage, Liquidity,Firm
size, Managerial
Ownership, dan Market-tobook- value
Dependen:
Hedging
Independen:
DER, Interest Coverage
Ratio, Market-to-Book
Value of Equity, Current
Ratio dan Foreign
Liabilities to Total Sales.
Dependen:
Hedging
Independen:
Growth Opportunity,
Leverage, Liquidity, Firm
Size, dan Financial
Distress
Dependen: Hedging
Independen:
Liquidity, Growth Option,
Managerial Ownership,
Firm Size.
Hasil penelitian
Leverage, liquidity, Firm size,
managerial
ownership
berpengaruh negatif sedangkan
market-to-book
value
berpengaruh positif dengan
penerapan hedging dengan
instrumen derivatif.
Logistic DER, firm size, secara positif
Regresion dan signifikan berhubungan
denga hedging. MTBV positif
berhubungan
tetapi
tidak
signifikan terhadap hedging.
Interst coverage, CR, foraign
liabilities to total sales
berhubungan negatif dan tidak
signifikan terhadap hedging.
Regresi
Logistik
Variabel leverage, firm size,
dan financial distress secara
konsisten berpengaruh positif
signifikan
terhadap
probabilitas aktivitas hedging.
Liquidity berpengaruh negatif
dan tidak signifikan. Growth
opportunity berpengayh positif
tidak signifikan.
Logistic Liquidity,
managerial
Regresion ownership,
firm
size
berpengaruh positif terhadap
perilaku hedging, sedangkan
growth option berpengaruh
negatif.
35
Universitas Sumatera Utara
No
Peneliti
/ Tahun
5.
Klimcz
ak
(2008)
6.
7.
8.
Clark
and
Judge
(2005)
Spano
(2004)
Nance,
dan
Smiths
on
(1993)
Lanjutan Tabel 2.1
Judul
Variabel Penelitian
Penelitian
Corporate
Hedging
and Risk
Managemen
t Theory:
Evidence
from Polish
Listed
Companies
Motives For
Corporate
Hedging:
Evidence
From The
UK
A survey of
the
theoretical
models of
corporate
hedging
On the
Determina
of
Corporate
Hedging
Dependen: Hedging
Teknik
Analisis
Data
Logit
Regression
Hasil penelitian
DER (Liquidity), EBIT, growth,
individual block ownership, dan
ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap perilaku hedging.
Sementara itu, pembayaran pajak
berpengaruh negatif terhadap
hedging.
Independen:
DER,EBIT,
Growth, Individual Block
Ownership, Ukuran Perusahaan
dan Pembayaran Pajak.
Dependen: Hedging
Logit
Regression
Independen:
Liquidity, Firm Size, Expected
Financial Distress Cost
Dependen: Hedging
Independen:
Underinvestment Cost, Taxes,
Cost of Financial Distress,
Leverage ,Firm Size
Dependen: Hedging
Independen:
Convex tax,
Coverage of Fixed Claims,Firm
Size, Growth Opportunity,
Hedging Substitution, Taxes,
Cost of Financial distress
Logit
Regression
dan Probit
Regression
Logistic
Regresion
Terdapat
hubungan
antara
expected financial distress cost
dengan keputusan hedging nilai
tukar mata uang asing. Likuiditas
perusahaan, dan firm size juga
signifikan menjelaskan hedging
mata uang asing.
Underinvestment cost, taxes, cost
of financial distress, leverage
,firm size berpengaruh positf
terhadap kebijakan hedging
Perusahaan
yang melakukan
hedging memiliki lebih banyak
fungsi convex tax, memiliki lebih
sedikit coverage of fixed claims,
ukuran perusahaan yang lebih
besar, financial distress lebih
besar
memiliki
kesempatan
pertumbuhan yang lebih besar,
dan memakai lebih sedikit
instrumen pengganti hedging.
Hedging juga meningkatkan nilai
perusahaan dengan menurunkan
beban pajak.
36
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Koseptual
2.3.1 Keputusan Hedging
Keputusan hedging adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi atau meniadakan risiko pada suatu kekayaan atau investasi. Hedging
dalam penelitian ini merupakan lindung nilai yang dilakukan perusahaan untuk
menanggulangi dampak buruk dari eksposur transaksi (hutang dan piutang yang
menggunakan valuta asing) dengan instrumen derivatif valuta asing (forward,
future, option, dan swap). Keputusan hedging juga diperngaruhi beberapa faktor
internal perusahaan.
2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Keputusan Hedging
Penggunaan hutang diyakini mampu mengungkit kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketersediaan dana tersebut mampu
menjalankan
perusahaan
untuk
berbagai
kebutuhan,
seperti
kebutuhan
operasional, ekspansi usaha, dan lain-lain. Karena terpenuhinya dana tersebut,
maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun
semakin tinggi proporsi tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan
berpengaruh terhadap besaran risiko yang semakin besar.
Penggunaan hutang yang lebih besar dibandingkan dengan kuantitas modal
yang dimiliki tersebut menimbulkan permasalahan baru yaitu meningkatnya biaya
kebangkrutan, biaya keagenan, tingkat pengembalian bunga yang lebih tinggi, dan
terciptanya asimetri informasi sesuai dengan pernyataan Franco Modigliani dan
Milton Miller (Teori MM). Dengan risiko yang semakin besar tersebut, maka
perusahaan perlu untuk mengambil keputusan yang strategis terkait manajemen
risiko agar meloloskan perusahaan dari adanya risiko tersebut yang dapat
37
Universitas Sumatera Utara
membuat perusahaan bangkrut. Semakin tinggi rasio hutang terhadap modal
sendiri atau debt to equity ratio yang ditanggung perusahaan, sehingga semakin
besar tindakah hedging yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
risio tersebut, sehingga semakin besar tingkat debt to equity ratio yang diterima
perusahaan, semakin besar peluang perusahaan untuk mengambil keputusan
hedging Spano (2004), dan Klimczak (2008).
2.3.3 Pengaruh Market to Book Value terhadap Keputusan Hedging
Pembiayaan eksternal sangatlah penting bagi perusahaan karena hal ini
adalah sumber dana untuk membiayai investasi
perusahaan. Pembiayaan
eksternal biasanya sangat mahal. Oleh karena itu, ada kemungkinan bagi
perusahaan untuk tidak melakukan proyek ini (biaya investasi yang tinggi) yang
akibatnya tidak akan meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mengurangi
ketergantungan pada pendanaan eksternal yang tinggi yang dapat menyebabkan
kurangnya investasi, Perusahaan bisa menggunakan hedging derivatif untuk
memaksimalkan investasi (Ahmad,2012). Rasio market-to-book value (MTBV)
digunakan sebagai proksi untuk mengukur peluang investasi perusahaan.
2.3.4 Pengaruh Current Ratio terhadap Keputusan Hedging
Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk
mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti,
membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo. Rasio
likuiditas jangka pendek perusahaan tersebut dapat diproksikan dengan rasio
lancar, current ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi
38
Universitas Sumatera Utara
ketidakpastian bagi investor, yang mengindikasikan adanya dana menganggur
(idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan. Hal ini
akan mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan, apabila pembayaran
transaksi dilakukan dengan menggunakan denominasi kurs valuta asing, nilainya
akan lebih besar apabila valuta asing mengalami apresiasi terhadap mata uang
domestik, sehingga risiko meningkat. Dengan demikian semakin tinggi nilai
likuiditas maka semakin rendah aktivitas hedging yang dilakukan karena risiko
kesulitan keuangan yang muncul cenderung rendah. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Clark and Judge (2005) dan Ahmad (2012).
2.3.5
Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging
Semakin besar suatu perusahaan, semakin bertambahnya aktivitas yang
terjadi di dalam perusahaan, sehingga menimbulkan tingginya risiko yang akan
ditanggung oleh perusahaan, terlebih jika perusahaan melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan perdagangan internasional. risiko dari fluktuasi kurs yang tidak
dapat diprediksi mengakibatkan perusahaan untuk melakukan manajemen risiko.
Salah satu tindakan manajemen risiko yaitu dengan melakukan lindung nilai
(hedging) dengan derivatif. Semakin besar size (ukuran) perusahaan, terdapat
kecenderungan perusahaan untuk lebih menerapkan kebijakan hedging Paranita
(2011), dan Guniarti (2011).
2.3.6 Pengaruh Managerial Ownership terhadap Keputusan Hedging
Beberapa penelitian terdahulu mendukung bahwa jika manajer memegang
sebagian besar saham yang dimiliki perusahaan maka para manajer akan lebih
intensif untuk melakukan hedging untuk melindungi aset perusahaan (Ahmad,
39
Universitas Sumatera Utara
2012 dan Ameer, 2010). Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan manajerial
suatu perusahaan maka semakin tinggi aktivitas hedging yang dilakukan.
Debt to Equity Ratio (DER)
Market to Book Value (MTBV)
Liquidity (Current Ratio-CR)
Keputusan Hedging
(HEDG)
Firm Size (FS)
Managerial Ownership (MO)
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:93), “ hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Berdasarkan kerangka
konseptual, maka hipotesis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
instrument derivatif yang terdiri dari Debt to Equity Ratio, Market to Book Value,
Current Ratio, Firm Size, Managerial ownership berpengaruh positif terhadap
keputusan Hedging.
40
Universitas Sumatera Utara
Download