8 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
8
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
LANDASAN TEORI
2.1.1
Manajemen Keuangan
2.1.1.1 Fungsi Keuangan
Skripsi ini mengambil tema manajemen keuangan. Oleh karena itu, pertamatama kita harus mengetahui terlebih dahulu fungsi dari keuangan di dalam suatu
organisasi maupun perusahaan.
Walaupun rinciannya bervariasi di antara organisasi-organisasi, fungsi
keuangan yang utama menurut Weston & Copeland (1995) adalah dalam hal
keputusan investasi, pembiayaan, dan dividen untuk suatu organisasi. Dana
dikumpulkan dari sumber-sumber keuangan ekstern dan dialokasikan untuk
penggunaan yang berbeda-beda. Arus dana di dalam perusahaan dipantau. Imbalan
untuk sumber-sumber pembiayaan ini dapat berupa hasil pengembalian (return),
pembayaran kembali, produk dan jasa. Fungsi-fungsi ini sama harus dilaksanakan
dalam perusahaan bisnis, badan pemerintah maupun organisasi-organisasi nirlaba.
Tujuan manajer keuangan adalah merencanakan untuk, memperoleh, dan
menggunakan dana guna memaksimalkan nilai organisasi. Ada beberapa kegiatan
yang terlibat. Pertama, dalam perencanaan dan forecasting, manajer keuangan
berinteraksi dengan para eksekutif yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
perencanaan strategis yang umum.
Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada keputusan
investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya. Perusahaan
9
yang berhasil biasanya mengalami laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, yang
memerlukan dukungan penambahan investasi dari perusahaan. Para manajer
keuangan perlu menentukan laju pertumbuhan penjualan yang sebaiknya dicapai
dan membuat priritas altenatif investasi yang tersedia. Mereka membantu
memutuskan investasi tertentu yang akan dilakukan dan sumber serta bentuk dana
untuk membiayai investasi ini.
Yang ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer
lain di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. Semua
keputusan bisnis menyangkut dampak keuangan. Misalnya keputusan di bidang
pemasaran berpengaruh pada pertumbuhan penjualan dan akibatnya berpengaruh
pada perubahan kebutuhan investasi. Perubahan investasi harus mempertimbangkan
pengaruhnya terhadap (atau bagaimana investasi dipengaruhi oleh) tersedianya
dana, kebijaksanaan persediaan, penggunaan kapasitas mesin dan sebagainya.
Keempat, manajer keuangan menghubungkan perusahaan perusahaan pada
pasar uang dan pasar modal, tempat dana diperoleh dan tempat surat berharga
perusahaan diperdagangkan.
Kesimpulannya, tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan
investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer
keuangan
berkaitan
langsung
dengan
keputusan
pokok
perusahaan
dan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.1.1.2 Tujuan Keuangan Perusahaan
Menurut Kweon dkk (2001), perusahaan haruslah bertujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, dengan cara memaksimalkan
nilai saham perusahaan. Tujuan ini tidak hanya merupakan kepentingan bagi
10
para pemegang saham semata, namun juga akan memberikan manfaat terbaik
bagi masyarakat di lingkungan perusahaan. Di dalam salah satu pembahasan
tujuan keuangan perusahaan ini akan ada bagian mengenai maksimalisasi
kesejahteraan pemegang saham yang merupakan salah satu alasan pembuatan
skripsi ini.
Untuk dapat menciptakan kesejahteraan, perusahaan dituntut mampu
memanfaatkan
sumber
daya
yang
terbatas,
dan
beroperasi
pada
tingkat
produktivitas yang optimal. Dengan tujuan ini, tugas manajer keuangan adalah
menciptakan kesejahteraan bagi para pemegang saham.
1) Maksimalisasi Keuntungan
Dalam ekonomi mikro, maksimalisasi keuntungan sering disebut sebagai
tujuan perusahaan. Maksimalisasi keuntungan menekankan pada pemanfaatan
barang modal secara efisien. Namun hal ini sama sekali tidak mengaitkan secara
khusus besarnya keuntungan yang dihasilkan terhadap nilai waktu perolehannya.
Seorang manajer keuangan dapat dengan mudah meningkatkan keuntungan
saat ini dengan mengurangi beban riset dan pengembangan ataupun bebanbeban pemeliharaan rutin. Dalam jangka pendek, hal ini dapat meningkatkan
keuntungan, namun untuk jangka panjang, hal ini sama sekali tidak
menguntungkan perusahaan. Jika kita membuat suatu keputusan keuangan
berdasarkan tujuan perusahaan, maka tujuan perusahaan harus dinyatakan
dengan tepat den jelas, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman serta
sesuai
dengan
kondisi
dunia
nyata
dengan
segala
kompleksitas
permasalahannya.
Dengan ekonomi mikro, tujuan untuk memaksimalkan keuntungan
berfungsi
sebagai
tujuan
teoritis,
yang
dipakai
untuk
menggambarkan
11
bagaimaan perilaku rasional perusahaan dalam meningkatkan keuntungan.
Sayangnya, hal ini mengabaikan kompleksitas permasalahan dunia nyata yang
harus diperhatikan oleh para manajer keuangan dalam membuat keputusan.
Dalam kenyataanya, manajer keuangan setiap harinya harus selalu berurusan
dengan dua masalah penting yang tidak tercakup dalam tujuan memaksimalkan
keuntungan yaitu waktu dan ketidakpastian.
Ekonomi
mikro
tentu
saja
mengabaikan
masalah
waktu
dan
ketidakpastian agar dapat lebih menjelaskan teori dengan mudah. Beberapa
alternatif proyek dan investasi saling diperbandingkan dengan menganalisis nilai
yang diharapkan (expected value) atau keuntungan rata-rata tertimbang
(weigted average profits). Sedangkan masalah, apakah satu proyek lebih
beresiko terhadap yang lainnya tidak tercakup di dalam perhitungan tersebut.
Para ekonom memang membahas tentang masalah resiko, namun hanya secara
umum (tangential). Kenyataannya, proyek-proyek akan sangat berbeda jika
dilihat dari karakteristik resikonya, dan jika diabaikan akan dapat mengakibatkan
suatu penganbilan keputusan yang tidak tepat.
Masalah lain yang timbul dari tujuan memaksimalkan keuntungan adalah
bahwa tujuan ini mengabaikan lamanya waktu pengembalian. Jika tujuan ini
hanya mementingkan keuntungan saat ini, maka secara tidak semestinya kita
sudah mengabaikan keuntungan di tahun-tahun berikutnya. Jika hanya
mementingkan untuk keuntungan di tahun-tahun mendatang itupun tidak tepat.
Meskipun semakin banyak uang kas di tangan, akan semakin besar pula peluang
investasi yang akan kita dapat. Sehingga tidak ada kata indifferent untuk waktu
pengembalian. Jika uang kas yang didapat sama dengan besarnya keuntungan
yang diperoleh, maka penerimaan arus kas masuk yang lebih cepat pasti akan
12
lebih disukai. Sehingga, faktor ketidakpastian dan waktu penerimaan telah
mendorong kita untuk lebih memahami bahwa tujuan untuk memaksimalkan
keuntungan hanya merupakan suatu kriteria keputusan yang sangat sederhana.
Akhirnya, sebagai suatu hal yang terpenting, keuntungan akuntansi
gagal untuk satu dari beberapa beban yang paling penting dalam melakukan
usaha. Pada saat kita menghitung keuntungan berdasarkan perhitungan
akuntansi, kita memang mempertimbangkan beban bunga sebagai baban dari
utang, namun kita mengabaikan beban modal yang harus dipikul oleh para
pemegang saham. Jika perusahaan dapat memperoleh 8% tingkat pengembalian
dari sebuah investasi baru, maka itu pasti akan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Akan tetapi, bagaimana jika dengan uang yang sama perusahaan
bisa mendapatkan kesempatan untuk memperoleh 12% tingkat pengembalian
dari investasi lain dengan tingkat resiko yang sama? Apakah manajer
perusahaan tetap harus menerima investasi semula hanya karena dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan? Jawabnya, tentu saja tidak jika mereka
memutuskan untuk memilih yang terbaik dari sisi kepentingan si pemegang
saham.
Memang benar bahwa manajemen dapat meningkatkan kesejahteraan
para pemegang saham karena tidak mampu memberikan suatu tingkat
pengembalian yang paling tidak sama dengan investasi bebas resiko.
2. Maksimalisasi Kesejahteraan Pemegang Saham
Dalam
merumuskan
tujuan
untuk
memaksimalkan
kesejahteraan
pemegang saham, yang kita lakukan tidak lain adalah memodifikasi tujuan
memaksimalkan keuntungan agar mampu menghadapi perubahan lingkungan
operasi yang kompleks. Kita telah memilih memaksimalkan kesejahteraan
13
pemegang saham yaitu memaksimalkan nilai pasar saham perusahaan karena
seluruh keputusan keuangan akan terefleksi di dalamnya. Kebijakan investasi
ataupun dividen yang buruk akan mengakibatkan para investor bereaksi dan
membuat naik harga saham di pasar untuk suatu kebijakan perusahaan yang
baik adalah keputusan yang mampu menciptakan kesejahteraan para pemegang
saham.
Sayangnya, ada beberapa masalah praktis yang cukup serius untuk
menerapkan tujuan ini dan menggunakan harga saham sebagai alat dalam
evaluasi suatu keputusan keuangan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
harga saham; sehingga upaya untuk mengidentifikasi reaksi yang mungkin
muncul atas suatu keputusan keuangan menjadi agak sulit. Beruntung sekali
bahwa hal ini tidak perlu dilakukan. Untuk melaksanakan tujuan ini, kita tidak
perlu mempertimbangkan setiap perubahan harga saham yang terjadi sebagai
interpretasi pasar atas keputusan keuangan yang kita buat. Faktor lain, seperti
perubahan kondisi ekonomi tentu juga akan mempengaruhi harga saham,
namun yang akan menjadi fokus utama adalah bagaimana pengaruh keputusan
keuangan yang dibuat terhadap harga harga saham jika kondisi lainnya
diasumsikan tetap. Bagi para pemegang saham harga pasar saham perusahaan
akan menggambarkan nilai perusahaan termasuk seluruh kompleksitas dan
komplikasi risiko dunia nyata. Untuk mendukung tujuan ini, penting sekali untuk
selalu diingat bahwa secara hukum para pemegang saham adalah pemilik sah
perusahaan.
2.1.2
Dividen
2.1.2.1 Pengertian Dividen
14
Kebijakan dividen menentukan penempatan laba, yaitu antara membayar
kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali dalam perusahaan. Laba
ditahan (retained earnings) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling
penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus
kas yang disisihkan untuk pemegang saham (Horne, 1998).
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan
banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan
kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik
memang adalah tujuan utama suatu bisnis.
Beberapa perusahaan mungkin memiliki Rencana Investasi Ulang Dividen.
Hal ini memungkinkan para pemegang saham untuk menggunakan dividennya
secara sistematis untuk membeli sedikit saham yang biasanya tanpa komisi. Dalam
beberapa kasus, mereka tidak perlu membayar pajak untuk investasi ulang dividen
ini, namun biasanya perlu membayar (Wikipedia).
Teori Kebijakan Dividen
Menurut Adji Suratman (Jurnal Skonomi Teleskop STIE YAI Volume 3 Edisi 5,
2004), hubungan antara kebijakan dividen dan nilai perusahaan, yang direfleksikan
pada nilai pasar saham membuat beberapa pengamat keuangan tertarik untuk
melakukan penelitian. Ada tiga perbedaan mendasar dari pendapat-pendapat
tentang pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai saham. Pendapat tersebut adalah
(Martin et. Al. 1994, hal 454) :
1. Kebijakan dividen tidak relevan
Pendapat ini didasari oleh dua pemikiran. Pertama, diasumsikan bahwa
keputusan investasi dan penggunaan utang telah dibuat dan keduanya tidak
15
mempengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan. Kedua, ada pasar sempurna,
jadi :
1. Investor dapat menjual dan membeli saham tanpa kerugian biaya transaksi,
seperti komisi untuk broker. Dalam pasar yang sempurna, informasi tersebar
luas dengan demikian investor bisa membuat pertimbangan dan keputusan
oleh mereka sendiri.
2. Masing-masing perusahaan bisa mengeluarkan saham tanpa berbagai
macam biaya
3. Tidak ada pajak pendapatan pribadi maupun pajak perusahaan
4. Informasi yang lengkap selau tersedia, dengan demikian investor tidak
melihat pengumuman khusus tentang pembayaran dividen sebagai indikator
penting dari kondisi perusahaan
5. Tidak ada konflik antara manajemen dengan para pemegang saham
Berdasarkan pada asumsi-asumsi tersebut, kebijakan dividen tidak memiliki
korelasi dengan harga saham. Para investor hanya melihat total pengembalian, yang
ditetapkan oleh keputusan investasi perusahaan. Mereka tidak peduli apakah hasil
tersebut datang dari dividen atau capital gain.
2. Dividen yang lebih tinggi akan meningkatkan harga saham
Pendapat kedua mangatakan bahwa meningkatkan pembayaran dividen
akan meningkatkan nilai perusahaan. Moddiglini & Miler mengatakan bahwa dalam
pasar
yang
sempurna
para
investor
bisa
menjual
saham
mereka
dan
menginvestasikan kembali dividen mereka. Dalam jangka panjang, hasil dari
penjualan saham dan reinvestasi tidaklah berbeda dengan hasil yang diperoleh dari
dividen jika dibayarkan secara teratur. Sayangnya, dalam kenyataan pasar tidaklah
sempurna.
16
Ada banyak faktor yang tidak diketahui. Kondisi tersebut membuat para
investor tidak tertarik untuk menjual saham mereka. Para investor lebih menyukai
dividen dibandingkan menjual saham. Besar dividen yang dibayarkan merupakan
informasi tentang potensi perusahaan. Berdasarkan pada dividen hari ini, para
investor dan para pemegang saham bisa memperkirakan remunation perusahaan di
masa yang akan datang. Dengan harapan hasilnya lebih tinggi, para investor akan
menghargai saham mereka lebih tinggi juga.
3. Dividen yang lebih rendah akan meningkatkan harga saham
Opini ketiga tentang pengaruh dari kebijakan dividen terhadap harga saham
mengatakan bahwa dividen sebenarnya menyebabkan kerugian bagi para investor.
Opini ini berdasarkan kepada perbedaan pajak penghasilan dengan pajak perolehan
modal (capital gain). Pajak dividen lebih tinggi daripada pajak perolehan modal,
dengan demikian para investor lebih menyukai gain daripada capital gain dengan
harapan hasil bersih mereka akan besar.
Pengaruh dividen terhadap harga saham terjadi karena dividen memberikan
informasi atau isyarat mengenai keuntungan perusahaan. Bukti pemberian isyarat
keuangan sejalan dengan pengaruh pengumuman dividen : peningkatan dividen
mengakibatkan kelebihan positif pengembalian saham, sedangkan penurunan
dividen mengakibatkan kelebihan negatif.
Jika perusahaan memiliki sasaran rasio pembayaran dividen yang stabil
selama ini dan perusahaan dapat meningkatkan rasio tersebut, para investor akan
percaya bahwa manajemen mengumumkan perubahan positif pada keuntungan
yang diharapkan perusahaan. Isyarat yang diberikan kepada investor adalah bahwa
manajemen dan dewan direksi sepenuhnya merasa yakin bahwa kondisi keuangan
perusahaan lebih baik daripada yang direfleksikan pada harga saham.
17
Peningkatan dividen akan dapat memberikan pengaruh positif pada harga
saham. Hal ini menunjukkan bahwa laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan
bukan merupakan refleksi yang tepat terhadap laba ekonomis perusahaan. Sampai
pada batasan di mana dividen dapat memberikan informasi mengenai laba ekonomi
yang tidak dapat diberikan oleh laba yang dilaporkan, harga saham akan
terpengaruh (Horne, 1998).
Menurut Arthur J Keown (2001) seperti yang dikutip berdasarkan jurnal
menurut Bhattacharya (1979), apabila penanam modal percaya bahwa perusahaan
yang membayar dividen per saham yang lebih besar mempunyai nilai yang lebih
tinggi, maka kenaikan dividen yang tidak diduga akan dianggap sebagai isyarat yang
menggembirakan.
Mengenai isyarat kebijakan dividen akan dibahas tersendiri.
2.1.2.2 Jenis-jenis Dividen
Ada dua jenis dividen yang sering digunakan menurut Darmadji dan Fakbruddin
(2001) yaitu :
1. Dividen tunai
Metode paling umum untuk pembagian keuntungan. Dibayarkan dalam bentuk tunai
dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya.
2. Dividen saham
Metode ini cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk saham tambahan,
biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang dimiliki. Dalam
metode ini tidak dikenakan pajak. dividen saham juga dapat meningkatkan total
saham dengan harga yang lebih rendah untuk setiap saham. Contohnya, setiap 100
saham yang dimiliki, dibagikan 5 saham tambahan.
18
2.1.2.3 Tanggal-tanggal Penting dalam Dividen
Ada beberapa tanggal penting yang harus diperhatikan menyangkut
prosedur pembayaran dividen (Horne & Wachowicz, 1998), yaitu :
1. Tanggal Pengumuman (Declaration Date)
Ini merupakan tanggal saat perusahaan mengeluarkan pengumuman waktu untuk
pembayaran dividen. Pada tanggal ini, perusahaan menciptakan suatu kewajiban
dalam bukunya. Saat ini perusahaan berutang pada para pemegang saham. Selain
itu, juga ada tanggal untuk registrasi.
2. Tanggal Registrasi (Record Date)
Ini merupakan tanggal saat para pemegang saham untuk mendaftarkan dirinya pada
saat atau sebelum hari tanggal ini. Para pemegang saham yang tidak terdaftar tidak
akan menerima dividen. Tapi, di beberapa negara registrasi seperti ini sudah
otomatis terjadi sebelum hari pembagian dividen.
3. Tanggal Pemisahan Dividen (Ex-Dividend)
Ini merupakan tanggal saat daftar para pemilik saham ditetapkan. Biasanya
beberapa hari sebelum tanggal registrasi (biasanya dua), semua transaksi saham
perusahaan diperhitungkan. Pembelian saham sebelum tanggal ini akan menerima
dividen. Semua saham akan diakumulasikan sampai pada hari ini. Pembelian saham
pada saat atau setelah tanggal ini tidak akan menerima dividen.
4. Tanggal Pembayaran (Dividend Payment)
Ini merupakan tanggal saat cek dividen akan dikirim ke para pemegang saham
perusahaan.
2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
19
Menurut Horne dan Wachowicz (1998), beberapa faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen adalah :
1. Undang-undang
Walaupun beberapa undang-undang dan keputusan pengadilan yang
mengatur kebijakan dividen sangat rumit sifatnya, tetapi isinya dapat diringkas.
Undang-undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun
berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos laba ditahan dalam neraca.
Peraturan pemerintah menekankan pada tiga hal : (1) peraturan laba bersih;
(2) larangan pengurangan modal (capital impairment rule); dan (3) peratuarn
kepailitan (insolvency rule).
Peraturan laba bersih menyatakan bahwa dividen dapat dibayar dari laba
saat ini atau tahun lalu. Larangan pengurangan modal melindungi pemberi kredit
karena adanya larangan untuk membayar dividen dengan mengurangi modal
(membayar dividen dengan modal akan berarti membagi modal suatu perusahaan
dan bukan membagikan laba). Peraturan kepailitan menyatakan bahwa perusahaan
tidak dapat membayar dividen pada saat pailit. Kepailitan di sini adalah karena
kewajiban lebih besar dari aktiva. Membayar dividen pada kondisi seperti ini akan
berarti memberi kepada pemegang saham, dana yang sebenarnya milik pemberi
kredit.
Undang-undang ini penting karena merupakan kerangka untuk merumuskan
kebijakan dividen. Akan tetapi, dalam batas-batas kerangka tersebut, faktor-faktor
keuangan dan ekonomi mempunyai pengaruh yang penting pada kebijakan itu
sendiri.
2. Posisi Likuiditas
20
Laba ditahan (yang terlihat pada sisi kanan dari neraca) biasanya
diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan
dari tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik dan peralatan, persediaan
dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun
suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak
dapat membayar dividen kas karena posisi likuiditasnya. Memang, suatu perusahaan
yang sedang berkembang, walaupun dengan keuntungan yag sangat besar,
biasanya mempunyai kebutuhan dana yang sangat mendesak. Dalam keadaan
seperti ini perusahaan dapat memutuskan untuk tidak membayar dividen.
3. Kebutuhan untuk Melunaskan Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau
mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut mengahadapi dua
pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan
menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain, atau perusahaan dapat
memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika keputusannya adalah
membayar hutang tersebut, maka ini biasanya memerlukan penyimpanan laba.
4. Larangan dalam Perjanjian Hutang
Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang,
seringkali membatasi kemampuan suatu perusahaan untuk membayar dividen kas.
Larangan ini, yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya
menyatakan bahwa (1) dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar
dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang (jadi, dividen
tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu) dan (2) dividen tidak dapat
dibayarkan apabila modal kerja bersih (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar)
berada di bawah suatu jumlah yang telah ditentukan. Demikian pula, perjanjian
21
saham preferen biasanya mengatakan bahwa dividen kas dari saham biasa tidak
dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham prefeen sudah dibayar.
5. Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya
untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin
besar,
perusahaan
akan
cenderung
untuk
menahan
laba
dari
pada
membayarkannya. Apabila perusahaan mencari dana dari luar, maka sumbersumbernya, biasanya adalah dari pemegang saham saat itu, yang telah mengetahui
keadaan perusahaan. Tetapi jika laba dibayarkan sebagai dividen dan terkena pajak
penghasilan pribadi yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang tersisa untuk
investasi.
6.
Tingkat Laba
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan
pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang
saham (yang akan menggunakan dana itu di tempat lain) atau menggunakannya di
perusahaan tersebut.
7. Stabilitas Laba
Suatu
perusahaan
yang
mempunyai
laba
stabil
sering
kali
dapat
memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini
biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi
daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak
yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat
tercapai, sehingga perusahaan cenderug untuk menahan sebagian bsar laba saat ini.
Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun
pada masa yang akan datang.
22
8. Peluang ke Pasar Modal
Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai
catatan profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang besar untuk
masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi,
perusahaan kecil yang baru atau bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung
resiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan
modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas; dan perusahaan
seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi
perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran
dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.
9. Kendali (Control)
Variabel penting lainnya adalah dampak dari pilihan sumber-sumber
keuangan pada kendali situasi dalam perusahaan. Sebagai suatu kebijakan,
beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan
laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa menghimpun dana
melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi kekuasaan dari
kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil hutang
akan memperbesar resiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat
ini. Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk mempertahankan kendali,
akan memperkecil pembayaran dividen.
10. Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak
Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi
keinginannya untuk memperoleh dividen. Misalnya, suatu perusahaan yang dipegang
hanya oleh beberapa pembayar pajak dalam golongan berpendapatan tinggi,
cenderung untuk membayar dividen yang rendah. Pemilik memilih untuk mengambil
23
pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal daripada dividen, karena
dividen akan terkena pajak penghasilan pribadi yang lebih tinggi.
Pada saat-saat tertentu di dalam perusahaan besar terjadi konflik
kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan
pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Yang pertama menginginkan
pembagian dividen yang rendah dan menahan laba yang tinggi dengan harapan
meningkatkan modal saham dari perusahaan. Yang kedua mungkin menginginkan
pembayaran dividen yang tinggi. Kebijakan dividen dari perusahaan seperti ini dapat
berupa kompromi dari pembayaran dividen yang tinggi dan rendah – rasio
pembayaran menengah. Jika satu kelompok datang menguasai perusahaan dan
menetapkan, misalnya, kebijakan pembagian dividen yang rendah, maka pemegang
saham yang memerlukan uang akan cenderung untuk menjual saham mereka dan
pindah ke saham yang memberi hasil yang lebih tinggi. Jadi, dalam hal tertentu,
kebijakan suatu perusahaan menentukan jenisa dari pemegang sahamnya – dan
sebaliknya. Ini disebut “pengaruh pembeli (clientele influence)” pada kebijakan
dividen.
11. Pajak Atas Laba yang Diakumulasikan Secara Salah
Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan perusahaan
sebagai suatu “perusahaan penyimpan uang (incorporated pocket book)” yang dapat
digunakan untuk menghindari tarif pajak penghasilan pribadi yang tinggi, perpajakan
perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang
diakumulasikan secara tidak benar. Akan tetapi, pasal 531 dari Peraturan
Pendapatan (Revenue Act) Tahun 1954 menetapkan IRS (Internal Revenue Service
= Inspeksi Pajak Amerika) harus dapat memberikan bukti sebelum menetapkan
24
denda pajak atas akumulasi laba yang dianggap salah. Jadi laba yang ditahan itu
dibenarkan, kecuali IRS dapat membuktikan sebaliknya.
2.1.2.5 Dividen Sebagai Isyarat
Penggunaan dividen sebagai isyarat, cenderung berupa cerita bagaimana
informasi dapat diteruskan ke pasar daripada berupa teori tentang kebijakan dividen
optimal.
Pengumuman
yang
menyatakan
bahwa
suatu
perusahaan
telah
memutuskan untuk menaikkan dividen per saham mungkin diartikan oleh penanam
modal sebagai berita yang baik, karena dividen per saham yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan yakin arus kas pada masa mendatang akan cukup
besar untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi.
Manajer, sebagai orang dalam yang mempunyai jalur informasi monopolistik
tentang arus kas perusahaan, akan memilih untuk menciptakan isyarat yang jelas
mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat
untuk melakukannya. Ross (1977) membuktikan bahwa kenaikan pada dividen yang
dibayarkan (atau dalam penggunaan hutang) dapat menimbulkan isyarat yang jelas
dan tidak ada duanya pada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami
kemajuan.
Untuk membuat suatu isyarat menjadi bermanfaat, ada 4 keadaan yang
harus dipenuhi:
1. Manajemen harus selalu mempunyai dorongan yang tepat untuk mengirimkan
isyarat yang jujur, meskipun beritanya buruk.
2. Isyarat dari suatu perusahaan yang sukses tidak mudah ditiru oleh pesaingnya yang
kurang sukses.
25
3. Isyarat itu harus mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang
dapat diamati (misalnya dividen yang lebih tinggi saat ini akan dihubungkan dengan
arus kas yang tinggi pada masa mendatang).
4. Tidak ada cara menekan biaya yang lebih efektif daripada mengirimkan isyarat yang
sama.
Pendekatan
dorongan
isyarat
(incentive
signalling
approach)
ini
menunjukkan bahwa manajemen dapat memilih pengeluaran pembiayaan yang
sesungguhnya seperti dividen (atau pembayaran hutang) sebagai alat untuk
mengirimkan isyarat yang nyata pada masyarakat mengenai hasil kerja perusahaan
pada masa mendatang. Isyarat ini tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang kurang
berhasil karena perusahaan seperti ini tidak mempunyai arus kas yang cukup untuk
mendukung kegiatan keinginan mereka dan karena manajer mempunyai dorongan
yang tepat untuk mengatakan kebenaran.
Bhattacharya (1979) mengembangkan suatu model pengirim isyarat dividen
yang mirip dengan model milik Ross (1977), yaitu model yang dapat digunakan
untuk menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan menggunakan dividen untuk
memberi
isyarat
walaupun
menanggung kerugian
akibat
pajak
pada
saat
melaksanakannya. Apabila penanam modal percaya bahwa perusahaan yang
membayar dividen per saham yang lebih saham yang lebih besar mempunyai nilai
yang lebih tinggi, maka kenaikan dividen yang tidak diduga akan dianggap sebagai
isyarat yang menggembirakan. Rupanya dividen memberikan informasi tentang nilai
dari perusahaan yang tidak dapat disampaikan sepenuhnya oleh media lain seperti
laporan tahunan, prakiraan laba atau pengujian oleh analis jaminan. Bagi
perusahaan yang kurang sukses, meniru isyarat ini akan mahal, karena perusahaan
harus menangung biaya ekstra sehubungan dengan pengumplan dana dari luar
26
untuk membayar dividen kas. Dengan demikian, memberi isyarat melalui nilai dividen
memberi hasil yang positf dan dapat merupakan pengganti kerugian pajak sebagai
akibat dari pendapatan dividen (dibandingkan dengan keuntungan modal).
Jika perubahan dividen mempunyai dampak pada nilai saham, maka penting
bagi perubahan itu untuk memberikan informasi mengenai arus kas masa depan.
Namun itu saja tidak cukup. Informasi yang sama dapat diberikan pada penanam
modal melalui sumber-sumber lain (Horne & Wachowicz, 1998).
2.1.3
Saham
Skripsi ini membahas mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan yang direfleksikan oleh harga saham perusahaan. Untuk itu, kita akan
membahas mengenai saham terutama jenis saham biasa (common stocks).
Struktur keuangan suatu perusahaan yang terdapat di sisi kanan neraca
yang merupakan sisi passiva. Sedangkan struktur modal merupakan pengurangan
dari sisi passiva terhadap utang-utang jangka pendek perusahaan.
Di dalam struktur modal terdapat tiga komponen utama yaitu pinjaman
jangka panjang (obligasi), saham preferen dan saham biasa. Penjumlahan antara
saham biasa dan saham preferen adalah kekayaan bersih perusahaan. Di dalam
saham biasa terdapat empat jenis saham yaitu saham dengan nilai nominal biasa,
saham dengan nilai yang lebih dari nominal biasa, laba ditahan atau ekuitas dan
pembelian kembali saham yang beredar.
2.1.3.1 Pengertian Saham Biasa
Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan. Saham biasa
tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tetapi sebagai pemilik selama sebuah
27
perusahaan berdiri. Juga saham tersebut tidak memiliki batas atas dari pembayaran
dividen. Pembayaran dividen harus diumumkan oleh dewan komisaris sebelum
dikeluarkan. Jika terjadi kebangkrutan - pemegang saham biasa – sebagai pemilik
perusahaan, tidak dapat menuntut terhadap aktiva sebelum kewajiban terhadap
kreditor perusahaan, termasuk pemegang obligasi dan pemegang saham preferen,
telah terpenuhi (Keown, 2001).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud
saham adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut (Darmadji & Fakbruddin, 2001).
2.1.3.2 Ciri-ciri atau Karakteristik Saham Biasa
Menurut Keown dkk (2001), karakteristik saham biasa adalah :
1. Tagihan terhadap Pendapatan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa memiliki hak untuk sisa
pendapatan
setelah
pemegang
obligasi
dan
saham
preferen
memperoleh
pembayaran. Pendapatan ini boleh dibayar langsung kepada para pemegang saham
dalam bentuk dividen, atau ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan.
Walaupun sudah jelas bahwa pemegang saham memperoleh keuntungan langsung
dari distribusi pendapatan berupa dividen, investasi kembali sebenarnya juga
menguntungkan pemegang saham. Memasukkan kembali pendapatan ke dalam
perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan, meningkatkan kemampuan untuk
menghasilkan, dan meningkatkan dividen di masa yang akan datang. Tindakan ini
28
berakibat pada peningkatan nilai saham. Sisa pendapatan didistribusikan langsung ke
pemegang saham dalam bentuk dividen atau secara tidak langsung dalam bentuk
penambahan modal pada saham biasa mereka.
Hak terhadap sisa pendapatan memiliki baik keuntungan maupun kerugian
bagi pemegang saham biasa. Keuntungannya adalah potensi pengembaliannya tidak
terbatas. Begitu tagihan dari sekuritas yang lebih senior telah diselesaikan (obligasi
dan saham preferen), sisa pendapatan yang ada mengalir kepada pemegang saham
biasa dalam bentuk dividen atau pertambahan modal (capital gain). Kerugiannya :
jika tagihan dari obligasi dan saham preferen menghabiskan seluruh keuntungan
yang diperoleh, pemegang saham biasa tidak akan menerima apapun. Dalam masamasa keuntungan menurun, yang akan menderita lebih dahulu adalah pemegang
saham biasa.
2. Tagihan terhadap Aset
Bahwasannya saham biasa memiliki tagihan terhadap sisa pendapatan, ia
juga memiliki tagihan terhadap sisa aktiva jika terjadi likuidasi. Hanya jika tagihan
dari pemegang obligasi dan pemegang saham preferen telah diselesaikan, barulah
tagihan
pemegang
saham
biasa
dapat
dilakukan.
Sayangnya,
jika
terjadi
kebangkrutan, biasanya tagihan pemegang saham biasa tidak dapat diselesaikan
dengan memuaskan. Sisa tagihan terhadap aktiva ini menambah resiko saham biasa.
Maka, walaupun saham biasa secara historis memberikan pengembalian yang lebih
tinggi dari bentuk sekuritas lainnya, dengan rata-rata 10 persen per tahun semenjak
1920, resiko yang ditanggungnya juga lebih besar.
3. Hak Suara
Pemegang saham biasa memilih dewan komisaris dan secara umum
merupakan satu-satunya pemegang sekuritas yang memiliki hak suara. Pada awal
29
abad ini merupakan suatu hal yang biasa bagi perusahaan untuk mengeluarkan dua
macam saham biasa yang sama, kecuali bahwa hanya satu macam saham saja yang
memiliki hak suara.
Pemegang saham biasa tidak hanya memiliki hak untuk memilih dewan
komisaris, mereka juga berwenang memberikan persetujuan terhadap setiap
perubahan anggaran dasar perusahaan. Biasanya setiap perubahan anggaran dasar
disebabkan otorisasi untuk menerbitkan saham baru atau kemungkinan proposal
penggabungan perusahaan.
Pemberian suara untuk dewan komisaris dan perubahan anggaran dasar
berlangsung pada pertemuan tahunan perusahaan (rapat umum pemegang saham).
Para pemegang saham dapat menggunakan haknya secara perorangan atau melalui
wakil (proxy). Seorang wakil mempunyai kekuatan hukum sementara untuk mewakili
sejumlah pemegang saham pada pertemuan tahunan perusahaan. Pihak manajemen
perusahaan biasanya berusaha mendekati wakil ini. Jika para pemegang saham puas
akan kinerja perusahaan, maka pihak manajemen tidak akan menemui kesulitan
dalam mendekati wakil tersebut. Namun bila perusahaan sedang mengalami
kesulitan keuangan atau bila ada ancaman pengambilalihan perusahaan, akan terjadi
pertarungan
wakil
–
yakni
pertikaian
antara
beberapa
kelompok
untuk
memperebutkan suara wakil.
Meskipun tiap lembar saham mewakili jumlah suara yang sama, prosedur
pemberian suaranya sendiri tidaklah sama antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya. Dua prosedur yang biasa dipakai adalah pemberian suara
mayoritas dan kumulatif. Dalam pemberian suara mayoritas, setiap lembar saham
memberikan satu suara untuk setiap pemegangnya, dan setiap kursi dewan
komisaris dipilih sendiri-sendiri. Oleh karena setiap anggota dewan komisaris dipilih
30
berdasarkan mayoritas suara terbanyak, orang yang memiliki mayoritas saham
mempunyai kekuatan untuk memilih keseluruhan dewan komisaris.
Dengan pemberian suara kumulatif, setiap lembar saham memberikan
pemegang saham hak untuk memberikan beberapa suara kepada sejumlah dewan
komisaris yang dipilih. Pemegang saham dapat memberikan seluruh suaranya untuk
seorang calon saja atau membaginya antara beberapa calon. Keuntungan
pemeberian suara kumulatif ini adalah bahwa prosedur ini memberikan kekuasaan
kepada pemegang saham minoritas untuk memilih seorang komisaris.
4. Hak Didahulukan
Hak didahulukan (preemptive rights) memberikan hak kepada pemegang
saham
untuk
mempertahankan
presentasi/proporsi
kepemilikannya
dalam
perusahaan. Jika perusahaan menerbitkan saham-saham baru, para pemegang
saham umum adalah orang yang ditawari pertama kali dan mempunyai hak untuk
menolak. Jika pemegang saham memiliki 25 persen saham perusahaan, ia berhak
membeli 25 persen saham baru. Sertifikat yang diterbitkan untuk pemegang saham
memeberikan mereka pilihan untuk membeli sejumlah saham baru pada harga
tertentu dalam periode dua sampai sepuluh minggu yang disebut hak (rights). Hak
ini dapat digunakan (biasanya pada harga yang ditetapkan manajemen di bawah
harga saham biasa di pasar), dapat kadaluwarsa, atau dapat dijual di pasar.
5. Tanggung Jawab Terbatas
Walaupun
pemegang
saham
biasa
merupakan
pemilik
perusahaan
sesungguhnya, tanggung jawab mereka jika terjadi kebangkrutan dibatasi sampai
jumlah modal yang disetor. Keuntungannya adalah, bila investor yang tadinya tidak
bermaksud menginvestasikan dana mereka di perusahaan menjadi berubah pikiran.
31
2.1.3.3 Menilai Saham Biasa
Sama seperti obligasi dan saham preferen, suatu nilai saham biasa dengan
nilai sekarang dari semua arus dana masa depan yang diharapkan untuk diterima
investor. Akan tetapi, berlawanan dengan obligasi, saham biasa tidak menjanjikan
kepada pemegangnya suatu pendapatan bunga atau pembayaran jatuh tempo pada
suatu masa ditetapkan sebelumnya. Untuk saham biasa, dividen didasarkan pada
keuntungan perusahaan dan keputusan manajemen untuk membayar dividen atau
menahan keuntungan untuk diinvestasikan kembali. Konsekuensinya, arus dividen
cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan. Maka,
pertumbuhan dividen di masa depan merupakan sifat utama saham biasa.
Faktor Pertumbuhan dalam Perhitungan Saham Biasa
Sebuah perusahaan dapat tumbuh dengan beberapa cara. Ia dapat menjadi
besar dengan meminjam dana untuk diinvestasikan dalam proyek-proyek baru.
Begitu juga, ia dapat menerbitkan saham baru untuk ekspansi. Manajemen juga
dapat mengambil alih perusahaan lain untuk digabungkan dengan perusahaan yang
ada, sehingga dapat meningkatkan aktiva perusahaan. Dalam semua kasus tersebut,
perusahaan mengalami pertumbuhan melalui penggunaan sumber pembiayaan baru,
penerbitan saham umum atau utang. Meskipun manajemen dapat mengatakan
dengan akurat bahwa perusahaan telah mengalami pertumbuhan, pemegang saham
bisa
saja
berpartisipasi
atau
tidak
berpartisipasi
dalam
pertumbuhan
ini.
Pertumbuhan direalisasikan melalui masuknya modal baru. Ukuran perusahaan telah
meningkat, tetapi jika investor semula tidak meningkatkan investasi mereka dalam
perusahaan, persentase porsi kepemilikan mereka akan semakin kecil dalam bisnis
yang berkembang tersebut.
32
Cara lain untuk tumbuh adalah dengan melakukan pertumbuhan internal
yaitu manajemen menahan sebagian atau semua keuntungan perusahaan untuk
diinvestasikan kembali dalam perusahaan, yang akan menghasilkan pertumbuhan
keuntungan di masa depan dan dengan harapan meningkatkan nilai saham biasa di
pasar. Proses inilah yang menjadi dasar bagi pertumbuhan potensial untuk para
pemegang saham perusahaan, dan apa yang dapat kita sebut sebagai satu-satunya
pertumbuhan yang relevan, untuk tujuan melakukan penilaian.
Kesimpulannya, pemegang saham biasa sering kali bergantung pada
peningkatan harga saham sebagai sumber pengembalian. Jika perusahaan menahan
sebagian laba untuk diinvestasikan kembali, laba dan dividen di masa depan
seharusnya akan bertambah. Pertumbuhan ini seharusnya dapat dicerminkan pada
peningkaatn harga pasar saham biasa pada periode mendatang, dengan asumsi
bahwa tingkat pengembalian dana atas investasi kembali melebihi tingkat
pengembalian yang disyaratkan oleh investor (investor’s required rate of return).
Oleh karena itu, kedua jenis pengembalian (dividen dan apresiasi harga) dibutuhkan
dalam pengembangan model penilaian saham biasa.
1. Penilaian Saham Biasa - Periode Pemegangan Tunggal (Single Holding Period)
Bagi seorang investor yang memegang saham biasa hanya untuk satu tahun,
nilai saham haruslah sama dengan nilai sekarang dari baik dividen yang diharapkan
diterima dalam satu tahun, D1, dan harga pasar saham yang diprediksi pada akhir
tahun, P1. jika kcs mewakili tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh pemegang
saham biasa, nilai sekuritas Vcs, akan menjadi :
Vcs = nilai sekarang dividen yang diterima dalam satu tahun (D1) + nilai sekarang dari
harga pasar yang diterima dalam satu tahun (P1)
D1
P1
33
Vcs = _______ + _______
(1 + kcs)
(1 + kcs)
Sekali lagi kita melihat bahwa penilaian merupakan suatu proses tiga langkah.
Pertama, kita memperkirakan arus kas masa depan yamg diharapkan dari
kepemilikan saham biasa. Kedua, kita memperkirakan tingkat pengembalian yang
disyaratkan investor setelah mempertimbangkan resiko arus kas yang diharapkan.
Selanjutnya, kita mendiskontokan dividen yang diharapkan dan harga saham akhir
tahun yang diharapkan surut ke masa kini pada tingkat pengembalian yang
disyaratkan investor.
2. Penilaian Saham Biasa – Periode Kepemilikan Berganda (Multiple Holding Periods)
Oleh karena saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan sering kali
dimiliki
selama
bertahun-tahun,
dibutuhkan
suatu
model
penilaian
periode
kepemilikan berganda. Model perhitungan saham biasa umumnya dapat didefinisikan
sebagai berikut :
D2
Dn
D∞
D1
Vcs = ________ + ________ + ... + ________ + ... + ________
(1 + kcs)1
(1 + kcs)2
(1 + kcs)n
(1 + kcs)∞
Persamaan tersebut mengidentifikasikan bahwa kita sedang mendiskonto
dividen pada akhir tahun pertama, D1, mundur satu tahun; dividen pada tahun
kedua, D2, mundur dua tahun; dividen pada tahun ke-n mundur n tahun, dan dividen
tidak terhingga mundur selama tidak terhingga. Tingkat pengembalian yang
disyaratkan adalah kcs.
Untunglah persamaan ini dapat disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih
ringkas jika tingkat pertumbuhan dividen setiap tahun pada tingkat yang konstan, g.
34
Persamaan penilaian saham umum yang pertumbuhannya konstan dapat ditunjukkan
sebagai berikut :
Dividen dalam tahun 1
Nilai saham biasa= ___________________________________________________
Tingkat pengembalian yang disyaratkan – tingkat pertumbuhan
D1
Vcs = _____
kcs – g
Konsekuensinya, nilai sekarang (intrinsic value) dari sebuah saham biasa
yang dividennya tumbuh pada tingkat konstan setiap tahun dalam perpetuitas dapat
dihitung. Walaupun interpretasi persamaan ini boleh jadi tidak begitu jelas, ingat
sajalah bahwa persamaan tersebut menghitung nilai sekarang dari arus dividen masa
datang yang berada pada tingkat pertumbuhan g hingga tidak terhingga, dengan
mengasumsikan bahwa kcs lebih besar dari g.
Kita berargumentasi bahwa nilai saham biasa sama dengan nilai sekarang
dari semua dividen di masa depan, yang tanpa diragukan merupakan premis daar
dalam keuangan, namun dalam praktiknya, manajer bersama dengan para pengamat
sekuritas, lebih sering membicarakan hubungan antara nilai saham dengan dan
pendapatan, daripada dividen. Kita akan menyarankan untuk benar-benar berhatihati dalam menggunakan pendapatan untuk menilai sebuah saham. Walaupun hal
tersebut merupakan praktik yang ppuler digunakan, bulti yang tersedia menyarankan
agar investor melihat arus kas yang dihasilkan perusahaan, bukan pendapatannya
untuk menilai. Nilai perusahaan yang sesungguhnya merupakan nilai sekarang dari
arus kas yang dihasilkan.
35
2.1.3.4 Tingkat Pengembalian yang Diharapkan Pemegang Saham
Tingkat pengembalian yang diharapkan dari sebuah obligasi adalah tingkat
pengembalian yang diharapkan dari investor untuk diterima dari investasi dengan
membayar harga pasar yang berlaku atas sekuritas tersebut. Tingkat pengembalian
ini merupakan kepentingan manajer keuangan karena hal ini bercerita kepada
manajer mengenai harapan oleh investor. Hal yang sama dapat dikatakan untuk
manajer keuangan yang ingin mengetahui tingkat pengembalian yang diharapkan
oleh pemegang saham perusahaan.
Persamaan untuk menilai saham biasa telah didefinisikan sebelumnya.
Berhubung sulitnya melakukan diskon hingga tak terhingga, kita membuat asumsi
kunci bahwa dividen, d1, meningkat pada tingkat pertumbuhan majemuk tahunan
yang konstan, g.
Maka Vcs menggambarkan nilai maksimum investor denagn tingkat
pengembalian disyaratkan kcs akan membayar untuk suatu sekuritas yang telah
mengantisipasi dividen pada tahun 1 dari d1, yang diharapkan untuk tumbuh di masa
depan pada tingkat g.
d1
Kcs = [ ___ ] + g
Vcs
d1
[ ___ ] = hasil dividen
Vcs
g = tingkat pertumbuhan tahunan
Persamaan
ini
memperlihatkan
bahwa
tingkat
pengembalian
yang
disyaratkan oleh pemegang saham adalah sama dengan hasil individu ditambah
faktor
pertumbuhan.
Meskipun
tingkat
pertumbuhan
berkenaan
dengan
36
pertumbuhan dividen perusahaan, nilai saham diharapkan meningkat dengan
pertumbuhan yang sama. Untuk alasan ini, g menunjukkan persentase pertumbuhan
tahunan pada nilai saham. Dengan kata lain, tingkat pengembalian yang disyaratkan
investor dipenuhi dengan penerimaan dividen dan pendapatan model (capital gain),
yang direfleksikan oleh persentase pertumbuhan yang diharapkan pada harga
saham.
Seperti halnya saham preferensi, dengan mengganti nilai intrinsik, Vcs,
dengan harga pasar saham sekarang, P0, kita memperoleh tingkat pengembalian
yang diharapkan adalah sebagai berikut :
_
dividen tahun 1
kcs = _____________ + tingkat pertumbuhan
harga pasar
D1
kcs = _____ + g
P0
2.1.4
Pasar Modal
2.1.4.1 Pengertian Pasar Modal dan Surat Berharga
Untuk penelitian ini, Penulis mengumpulkan bahan di Bursa Efek Jakarta
yang merupakan bagian dari struktur pasar modal Indonesia.
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam
bentuk utang maupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk
surat berharga jangka panjang, maka pasar uang (money market) pada sisi yang lain
merupakan pasar surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar
uang merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market).
37
Sumber : PASAR MODAL INDONESIA Pendekatan Tanya Jawab (Darmadji & Fakbruddin, 2001)
Gambar 2.1
Bagan Pasar Keuangan
Jika di pasar modal diperjualbelikan instrumen keuangan seperti saham,
obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif)
seperti opsi (put atau call), maka di pasar uang diperjualbelikan antara lain Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper,
Promissory Notes, Call Money, Repurchase Agreement, Banker’s Acceptence,
Treasury Bills dan lain-lain.
Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian
Pasar Modal yang lebih spesifik yaitu ”kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan
Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Secara teoritis, Surat Berharga atau sering juga disebut sekuritas merupakan
secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas
tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal
tersebut menjalankan haknya.
Pada dasarnya, surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke
dalam dua bentuk yaitu (1) surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas
38
(equity) dan yang ke (2) surat berharga yang bersifat utang atau sering juga disebut
sebagai surat berharga pendapatan tetap (fixed income). Surat berharga yang
bersifat Ekuitas umumnya dikenal dengan saham sedangkan surat berharga fixed
income dikenal dengan obligasi. Sedangkan surat berharga lainnya merupakan
turunan dari kedua bentuk tersebt\ut, misalnya saham preferen, obligasi konversi,
waran, right dan sekuritas turunan (derivatif) seperti opsi (call atau put).
Efek merupakan istilah buku-buku yang digunakan Undang-undang Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995 untuk menyatakan surat berharga atau sekuritas. Dalam
praktek sehari-hari, penyebutan surat berharga dapat berupa Efek atau sering juga
disebut Sekuritas.
Dalam Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, dengan tegas
dinyatakan bahwa Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak
Investasi Kolektif, Kontrak Berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Definisi Efek yang tertera dalam Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun
1995 tersebut telah mencakup semua jenis surat berharga yang ada di pasar modal.
2.1.4.2 Manfaat Keberadaan Pasar Modal
Pasar Modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan.
Pasar
modal
dikatakan
memiliki
fungsi
ekonomi
karena
pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana
(issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana
dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan
39
(return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan
dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana
dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena
pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan
(return) bagi pemilik, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi
meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar
dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran
masyarakat luas.
Manfaat keberadaan pasar modal :
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana inventasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
4. Penyebaran
kepemilikan
perusahaan
sampai
lapisan
masyarakat
menengah.
5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan
iklim berusaha yang sehat.
6. Menciptakan lapangan kerja / profesi yang menarik.
7. Memberikan
kesempatan
mempunyai prospek.
memiliki
perusahaan
yang
sehat
dan
40
8. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko
yang
bisa
diperhitungkan
melalui
keterbukaan,
likuiditas,
dan
diversifikasi investasi.
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol
sosial.
10. Pengelolaan
perusahaan
dengan
iklim
keterbukaan,
mendorong
pemanfaatan manajemen profesional.
11. Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.
2.1.4.3 Indeks Harga Saham Gabungan
Untuk mengetahui tentang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), ada
baiknya kita membahas tentang Indeks harga saham telebih dahulu. Hal ini untuk
memudahkan pemahaman lebih lanjut tentang IHSG.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), indeks harga saham merupakan
indikator utama yang menggambarkan pergerakkan harga saham. Di pasar modal
sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu:
1. sebagai indikator trend pasar,
2. sebagai indikator tingkat keuntungan,
3. sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio,
4. memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi,
5. memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang
digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) Menghitung rata-rata (arithmatic
mean) harga saham yang termasuk dalam anggota indeks, (2) Menghitung
(geometric mean) dari indeks individual saham yang termasuk anggota indeks, (3)
41
Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham
gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa
Efek Jakarta.
Di Bursa Efek Jakarta terdapat 5 (lima) jenis indeks, antara lain:
1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga
dasarnya.
Perhitungan Indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG, yaitu:
Harga Pasar/Harga Dasar x 100.
BEJ memberi angka dasar IGSI 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana
dan berubah sesuai dengan perubahan pasar.
2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sektor.
Perhitungan harga dasar masing-masing sektor didasarkan pada kurs/harga akhir
setiap saham tanggal 28 Desember 1995.
Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 Januari 1996.
Di BEJ indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor, yaitu:
A. Sektor-sektor primer (ekstratif):
1. Pertanian
2. Pertambangan
B. Sektor-sektor Sekunder (industri manufaktur):
3. Industri Dasar dan Kimia
4. Aneka Industri
5. Industri Barang Konsumsi
C. Sektor-sektor Tersier (jasa):
6. Properti dan Real Estate
42
7. Transportasi dan Infrastruktur
8. Keuangan
9. Perdagangan, Jasa dan Investasi
3. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas
perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari
dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan
selalu berubah.
4. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (composite share price index),
menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
Tanggal 10 Agustus 1982 ditetapkan sebagai hari dasar (nilai indeks = 100).
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks terakhir yang
dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan Danareksa Investmen Management.
Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariat investasi dalam Islam
atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam.
2.1.5
Abnormal Return
Definition: Used in the context of stock returns; abnormal returns means the return
to a portfolio in excess of the return to a market portfolio. Contrast excess returns
which means something else. Note that abnormal returns can be negative.
In stock market trading, abnormal returns are the difference between a single stock
or portfolio's performance in regard to the average market performance (usually a
broad index s.a. the S&P 500 and EURO STOXX 50 or a national index like the Nikkei)
over a set period of time (Econterms).
43
Definisi : Digunakan dalam konteks pengembalian saham, abnormal returns
berarti pengembalian dari suatu portofolio yang diinginkan dari pengembalian atas
portofolio pasar. Pengembalian yang diharapkan yang kontras menandakan hal yang
lain. Catatan bahwa abnormal returns tidak mungkin negatif.
Dalam perdagangan pasar saham, abnormal returns adalah perbedaan
antara suatu saham individu atau performa portofolio dengan performa pasar ratarata (biasanya suatu indeks seperti S&P 500 dan EURO STOXX 50 atau suatu indeks
nasional seperti Nikkei) dalam suatu periode waktu (Econterms).
2.2
KERANGKA PEMIKIRAN
EMITEN
Kebijakan Dividen
DPS
DPR
Harga Saham
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pemikiran
Pengumuman
44
2.3
HIPOTESIS
Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, diperlukan
hipotesa dengan menggunakan formula sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Dividend Per Share terhadap harga saham :
a. H0,1 : p = 0
Ini berarti tidak ada pengaruh antara Dividend Per Share terhadap harga
saham perusahaan.
b. H0,1 : p ≠ 0
Ini berarti ada pengaruh antara Dividend Per Share terhadap harga saham
perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap harga saham :
a. H0,2 : p = 0
Ini berarti tidak ada pengaruh antara Dividend Payout Ratio terhadap harga
saham perusahaan.
b. H0,2 : p ≠ 0
Ini berarti ada pengaruh antara Dividend Payout Ratio terhadap harga
saham perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh waktu pengumuman kebijakan dividen terhadap
harga saham :
a. H0,3 : p = 0
Ini berarti tidak ada pengaruh antara waktu pengumuman kebijakan dividen
terhadap harga saham perusahaan.
b. H0,3 : p ≠ 0
Ini berarti ada pengaruh antara waktu pengumuman kebijakan dividen
terhadap harga saham perusahaan.
Download