Analisis, Juni 2012, Vol1 No.1 : 78 – 84 ISSN 2302-6340 HUBUNGAN INTERVENSI PEKERJA SOSIAL DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL PENYANDANG CACAT DALAM BERADAPTASI SOSIAL Relationship Between Social Worker Intervention with Social Attitude Change for Disability People in Social Adaptation La Tatong1, Maria Pandu2, Syaifullah Cangara2 1 Panti Sosial Bina Laras Budi Luhur, Banjar Baru, Kalimantan Selatan 2 Fakultas Ilmu sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial penyandang cacat, menganalisis pelaksanaan intervensi pekerja sosial dalam pemulihan prilaku sosial penyandang cacat tubuh klien PSBDW Makassar, menganalisis korelasi intervensi pekerja sosial dengan perubahan prilaku sosial penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar.Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di UPT Kementerian Sosial RI mulai bulan Juni 2010 s/d Nopember 2010. Intervensi Pekerja Sosial yang dilakukan mulai dari pendekatan awal, asessment, penyusunan rencana intervensi, intervensi dalam bentuk bimbingan fisik, mental , sosial dan pelatihan keterampilan bermanfaat bagi penyandang cacat tubuh klien Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar. Berdasarkan Penelitian dengan uji regresi sederhana menujukkan pula bahwa ada hubungan yang signifikan antara intervensi pekerja sosial dengan perubahan prilaku sosial penyandang cacat tubuh untuk dapat beradaftasi dengan lingkungan sosialnya. Intervensi Pekerja Sosial telah membentuk prilaku sosial penyandang cacat tubuh memiliki kedisiplinan, Interaksi sosial, tanggung jawab dan hasil kerja yang oleh masyarakat menilainya sangat baik. Hasil penelitian menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% intervensi pekerja sosial akan meningkatkan sikap/opini penyandang cacat tubuh sebasar 2.00%. Olehnya itu kompetensi pekerja sosial yang didukung oleh sarana dan prasarana perlu ditingkatkan agar dapat memberi pelayanan yang lebih profesional. Kata Kunci: Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial ABSTRACT This study aims to analyze the implementation of social rehabilitation services people with disabilities, to analyze the implementation of the intervention of social workers in the restoration of the social behavior of persons with disabilities Makassar PSBDW clients, analyzing the correlation of social work intervention with changes in social behavior with disabilities in the Elderly Social Development is Daksha Wirajaya Makassar.Penelitian studies using quantitative approaches. Research conducted at the Ministry of Social Affairs Unit began in June 2010 s / d November 2010. Social Worker interventions are carried out starting from the initial approach, asessment, planning interventions, interventions in the form of physical guidance, mental, and social skills training for persons with disabilities benefit clients of Social Institutions Development Daksha Wirajaya Makassar. Based on research with a simple regression test showed also that there is a significant relationship between the intervention of social workers with the changing social attitudes to disability can beradaftasi body with its social environment. Intervention Social Worker has established social behavior persons with disabilities have the discipline, social interaction, responsibility and the work that the community is very good judge. The study states that every 1% increase in social workers' intervention will improve the attitude / opinion disabilities sebasar 2.00% of the body. Her social worker's competence are supported by facilities and infrastructure need to be improved in order to provide a more professional service. Keywords : Behavioral, rehabilitation, social interaction 78 Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial ISSN 2302-6340 adalah tindakan yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam penyelesaian masalah kesejahteraan sosial penyandang cacat tubuh melalui metode dan tehnik pekerja sosial secara profesional. Intervensi tersebut dilakukan dengan maksud antara lain ; 1) Membantu klien dalam meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif dalam mencapai tujuan. Tugas pekerja sosial dalam hal ini adalah; Mengidentifikasikan dan mengadakan kontak dengan klien yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan kelompok, Memberikan pemahaman, dorongan, dan dukungan pada klien yang terlibat dalam kelompok. Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaanmental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman, yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek, dan keadaan (Gamea, 2008). Walgito (1994) menyatakan faktor–faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan, agama dan faktor emosional. Suatu sikap belum otomatisterwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadisuatu tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas, support dari orang lain (Hani, 1989). Pola sikap seseorang dipengaruhi orang lain yang dianggap penting yaitu seseorang yang diharapkan persetujuanya bagi setiap gerak, tindakan dan pendapatnya, seseorang yang tidak ingin dikecewakan atau seseorang yang mempunyai arti khusus, sepeti orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru dan sebagainya. Pada umumnya sikap konformitas (searah) dengan orang yang dianggap penting. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas penulis mencoba meneliti tentang hubungan intervensi Pekerja Sosial terhadap pemulihan perilaku sosial penyandang cacat tubuh Klien Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar. PENDAHULUAN Penyandang Cacat atau ODK karena kondisinya mengalami permasalahan diantaranya kurang kemampuan mengadakan adaftasi sosial yang positif, lalu mereka mengembangkan sikap dan prilaku menyerah, tidak mampu dan merasa rendah diri serta merasa sangat sial. Kondisi ini akan berdampak pada rendahnya penyandang cacat untuk melakukan sosialisasi dan menunjukkan eksistensi dalam kehidupan yang lebih luas. Kondisi ODK sebagaimana diatas, sehingga memerlukan penanganan secara khusus, sebab mereka mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang no 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. McChesney (2003) menyatakan bahwa prinsip fundamental hak asasi manusia antara lain memperlakukan manusia secara terhormat dan bermartabat. Untuk memperlaukan ODK secara terhormat maka dilakukan rehabilitasi yang dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungi sosialnya secara optimal dalam bermasyarakat.” ( Pasal 50 PP No 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat) . Diantaranya melalui Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar yang merupakan salah satu tempat para Pekerja Sosial melaksanakan peraktek pekerjaan sosial dalam penyelesaian masalah kesejahteraan sosial penyandang cacat tubuh berupa intervensi psikososial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar melalaui tehnik dan metode pekerjaan sosial. Intervensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) diartikan sebagai campur tangan dalam suatu masalah. Selanjutnya yang dimaksud dengan Intervensi Sosial dalam (Kamus Social Work Dictionary Edisi 3) adalah keterlibatan pekerja sosial dalam penyelesaian masalah antar kelompok, dalam kejadian-kejadian baik dalam perencanaan kegiatan-kegiatan atau kelompok konflik individu. Sedangkan Intervensi dalam kerangka pekerjaan sosial adalah membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan adanya ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan pada ketahanan sosial yang mereka hadapi. Intervensi Pekerja Sosial dalam hal ini METODE PENELITIAN Lokasi penilitian ini adalah Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Adapun alasan penetapan lokasi peneletian adalah karena panti sosial tersebut merupakan panti percontohan yang menangani permasalahan sosial penyandang cacat 79 La Tatong, Maria Pandu, Syaifullah Cangara ISSN 2302-6340 tubuh di Kawasan Timur Indonesia, yang sumbersumber peyelenggaraan pelayanan sosial telah cukup reprensentatif dimana sumber tenaga pegawai cukup tersedia, prosedur dan mekanisme pelayanan telah berjalan sebagai mana mestinya dan sarana dan prasarana tersedia. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dalam usaha menguji hipotesa yang telah disusun Metoda analisis yang dipergunakan adalah: Regresi Sederhana. Analisis regresi linear sederhana adalah suatu metode statistik umum yang dipergunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel tak terbatas dengan beberapa variabel bebas. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Klien Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar yang telah mendapat intervensi pekerja sosial dan akan dilakukan terminasi sebanyak 70 orang. Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:Kuisoner,Wawancara, pengamatan (observasi). orientasi, konsultasi, motivasi, seleksi serta penerimaan. Pada kegiatan ini terjadi proses pelamaran Penyandang Cacat Tubuh yang mengalami permasalah sosial yang ditandai dengan adanya kontrak calon klien dengan Pekerja Sosial sebagai salah satu syarat dilakukannya praktek pekerjaan sosial. Penalaahan dan pengungkapan masalah (asesmen).Peran pekerja sosial dalam kegiatan ini adalah melakukan proses pengungkapan dan penelahaan masalah melalui wawancara dan tes asesment dalam rangka mendapat informasi yang menyeluruh tentang kondisi dan permasalahan klien guna pengambilan keputusan penempatan pada program yang tepat, meliputi: Pemeriksaan aspek fisik dan kesehatan , Pemeriksaan aspek mental psikologis, Pemeriksaan aspek sosial, Pemeriksaan aspek vokasional. Data–data mengenai hal tersebut oleh pekerja sosial disimpan dengan baik pada folder masing-masing klien dan bersifat rahasia. Setelah memperolah hasil pengungkapan dan penelaahan masalah kelayan, selanjutnya pekerja sosial melaksanakan case comperence (CC) guna menyusun rencana intervensi dan penempatan pada program pelayanan dan rehabilitasi sosial. Pada proses ini Pekerja Sosial Tigkat Ahli menyusun rancangan kegiatan untuk dilaksanakan oleh Pekerja Sosial Tingkat terampil, meliputi rencana kegiatan bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, dan pelatihan keterampilan. Adapun model rancangan kegiatan berisi tentang pendahuluan, nama kegiatan, tujuan, sasaran, proses, pelaksana sarana dan prasarana ,keunggulan dan keterbatasan, kondisi program yang dibutuhkan. Rencana kegiatan intervensi yang telah disusun oleh Pekerja Sosial selanjutnya dilaksanakan dengan menggunakan Metode Case Work atau Group Work, tergantung jenis permasalahannya. Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan di rujuk kepada pihak lain seperti Psycolog untuk masalah mental pesykologis, dokter/tim medis untuk masalah kesehatan. Demikian halnya dengan permasalahan lainnya. Pekerja Sosial dalam tahapan pelaksanaan intervensi ini terkadang berperan sebagai motivator, guru, konselor, ataupun mediator. Sehingga hampir semua kegiatan seperti bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, dan pelatihan keterampilan, telah dibagi HASIL DAN PEMBAHASAN Intervensi pekerja sosial di PSBD Wirajaya Makassar terhadap penyandang cacat dilakukan baik langsung maupun tidak langsung. Intervensi secara langsung merupakan bagian utama dari keterlibatan pekerja sosial dengan klien. Adapun pertemuan langsung yang dimaksud antara lain; penyuluhan, bimbingan sosial, wawan–muka antara klien dengan pekerja sosial. Selain dari itu tidak kalah pentingnya pula kegiatan-kegiatan bantuan yang dilakukan peksos secara tidak langsung, seperti menghubungkan klien dengan sumber kesejahteraan sosial, mengadakan pengkajian dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti. Melaksanakan kemitraan dengan stakeholder atau badan usaha dan instansi terkait untuk memperoleh bantuan yang dibutuhkan. Intervensi Pekerja Sosial dalam penanganan masalah penyandang cacat meliputi seluruh proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diprogramkan oleh PSBD Wirajaya Makassar , mulai dari: Kegiatan pendekatan awal. Peran pekerja sosial dalam kegiatan pendekatan awal adalah melaksanakan home visit guna melakukan 80 Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial ISSN 2302-6340 habis oleh tujuh belas orang pekerja sosial yang ada di PSBDW Makassar. Kegiatan dilakukan dalam bentuk tim work seperti Tim Pendekatan awal, Tim work asesmen, Panpel OPP, Tim Work Bimbingan Sosial, Panpel Bimbingan Keterampilan Peraktis, Panpel Peraktek Belajar Kerja, Panpel Bimbingan Kewirausahaan, Panpel Rekreasi, Panpel Ujian Akhir, Panpel Penyaluran, Tim Bimbingan Lanjut. Tim Work tersebut diatas sifatnya ada yang personilnya permenen namun ada pula yang berubah-ubah berdasarkan kebutuhan. Setiap kegiatan dilaksanakan berdasarkan rencana intervensi yang telah disusun oleh pekerja sosial. Evaluasi dalam tahapan proses intervensi pekerja sosial merupakan rangkaian kegiatan untuk melihat kelebihan dan kelemahan yang terjadi dalam memberikan intervensi kepada klien. Dalam hal ini pekerja sosial bukan hanya melihat proses dan hasil, tetapi juga menentukan kriteria proses yang berhasil dan hasil yang baik. Diantara kegiatan dilakukan adalah pelaksanaan ujian akhir, yakni evaluasi dilakukan setelah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti telah dilaksanakan. Namun pada setiap pelaksanaan kegiatan dilakukan pula supervisi dan evaluasi oleh pekerja sosial.Kegiatan intervensi lainnya adalah terminasi, pekerja sosial pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar melaksanakan terminasi atas dasar : Klien telah selesai masa rehabilitasinya di panti, Permintaan Klien untuk mengakhiri proses pertolongan/ intervensi, Adanya permasalahan baru yang mengakibatkan masalah tersebut perlu dirujuk ke lembaga lain. dalam penerapannya disesuaikan dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman penyandang cacat, serta situasi dan kondisi keluarga, kelompok dan masyarakat. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan, ia juga akan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan (Maltis, 2000). Pendidikan yang dicapai seseorang diharapkan menjadi faktor determinan produktifitas antara lain knowledge, skills, abilities, attitude dan behavior, yang cukup dalam menjalankan aktifitas pekerjaanya (Newland, 1984). Agar penyandang cacat tubuh yang telah menjalani rehabilitasi sosial dapat termotivasi memulai usaha kerja, maka mereka dibekali dengan Paket Usaha Prdoduktif. Disamping itu pemagangan pada Workshop Wirajaya Makassar hingga memperoleh peluang kerja atau usaha mandiri bagi mereka yang belum mendapat kesempatan kerja pada perusahaan atau usaha mandiri. Intervensi Pekerja Sosial dalam Pemulihan Prilaku Sosial Penyandang Cacat Tubuh Intervensi pekerja sosial adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam penyelesaian masalah kesejahteraan sosial penyandang cacat tubuh melalui metode dan tehnik pekerja sosial secara profesional. Pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar Intervensi pekerja sosial terhadap penyandang cacat dilakukan baik langsung maupun tidak langsung. Intervensi secara langsung merupakan bagian utama dari keterlibatan pekerja sosial dengan klien. Adapun pertemuan langsung antara lain; penyuluhan, bimbingan sosial, wawan–muka antara klien dengan pekerja sosial. Selain dari itu tidak kalah pentingnya pula kegiatan-kegiatan bantuan yang dilakukan peksos secara tidak langsung, seperti menghubungkan klien dengan sumber kesejahteraan sosial, mengadakan pengkajian dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti. Melaksanakan kemitraan dengan stakeholder atau badan usaha dan instansi terkait untuk memperoleh bantuan yang dibutuhkan. Uraian diatas dapat diperoleh gambaran mengenai pelaksanaan Intervensi Pekerja Sosial Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tubuh Untuk memulihkan dan mengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang cacat tubuh agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara oftimal dalam kehidupan bermasyarakat, maka Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar yang merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Kemeterian Sosial RI melaksanakan Rehabilitasi Sosial. Rehabilitasi sosial merupakan proses kegiatan pelayanan yang terkoordinir, bertujuan memulihkan dan mengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang cacat, agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal. Mencakup upayaupaya medis, sosial, edukasional dan vokasional. 81 La Tatong, Maria Pandu, Syaifullah Cangara ISSN 2302-6340 dalam penanganan masalah penyandang cacat meliputi seluruh proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diprogramkan oleh PSBD Wirajaya Makassar ,mulai dari kegiatan pendekatan awal. Yang didalamnya terjadi proses pelamaran yang ditandai dengan adanya kontrak calon klien dengan Pekerja Sosial sebagai salah satu syarat dilakukannya praktek pekerjaan sosial. Dilanjutkan dengan penalaahan dan pengungkapan masalah (asesmen) dalam rangka mendapat informasi yang menyeluruh tentang kondisi dan permasalahan klien guna pengambilan keputusan penempatan pada program yang tepat. Setelah memperolah hasil pengungkapan dan penelaahan masalah klien, selanjutnya pekerja sosial melaksanakan case comperence (CC) guna menyusun rencana intervensi dan penempatan pada program pelayanan dan rehabilitasi sosial. Pada proses ini Pekerja Sosial Tigkat Ahli menyusun rencana kegiatan untuk dilaksanakan oleh Pekerja Sosial Tingkat terampil. Yang meliputi rencana kegiatan bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, dan pelatihan keterampilan. Rencana kegiatan intervensi yang telah disusun oleh Pekerja Sosial selanjutnya dilaksanakan dengan menggunakan Metode Case Work atau Group Work, tergantung jenis permasalahannya. Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan di rujuk kepada pihak lain. Sehingga hampir semua kegiatan seperti bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, dan pelatihan keterampilan. telah dibagi habis oleh tujuh belas orang pekerja sosial yang ada di PSBDW Makassar. Kegiatan dilakukan dalam bentuk tim work seperti Tim Pendekatan awal, Tim work asesmen, Panpel OPP, Tim Work Bimbingan Sosial, Panpel Bimbingan Keterampilan Peraktis, Panpel Peraktek Belajar Kerja, Panpel Bimbingan Kewirausahaan, Panpel Rekreasi, Panpel Ujian Akhir, Panpel Penyaluran, Tim Bimbingan Lanjut. Tim Work tersebut diatas sifatnya ada yang personilnya permenen namun ada pula yang berubah-ubah berdasarkan kebutuhan. Setiap kegiatan dilaksanakan berdasarkan rencana intervensi yang telah disusun oleh pekerja sosial. Evaluasi dalam tahapan proses intervensi pekerja sosial merupakan rangkaian kegiatan untuk melihat kelebihan dan kelemahan yang terjadi dalam memberikan intervensi kepada klien. Dalam hal ini Pekerja Sosial bukan hanya melihat proses dan hasil, tetapi juga menentukan kriteria proses yang berhasil dan hasil yang baik. Diantara kegiatan dilakukan adalah pelaksanaan ujian akhir, yakni evaluasi dilakukan setelah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti telah dilaksanakan. Namun pada setiap pelaksanaan kegiatan dilakukan pula supervisi dan evaluasi oleh pekerja sosial. Kegiatan terakhir setelah intervensi dilaksanakan adalah terminasi. Supervisi adalah sebagai seorang anggauta dari managemen lini pertama yang bertanggung jawab atas pekerjaan kelompoknya kepada managemen tingkat lebih tinggi, kerena mereka pada suatu kedudukan yang menentukan untuk mempengaruhi. Supervisi dilukiskan sebagai orang – orang yang mengendalikan kegiatan orang lain (Dharma, 2004). Menurut Swansberg (1990) supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber – sumber yang diperlukan staf untuk menyelesaikan tugas – tugasnya. supervisi adalah sebagai suatu kegiatan pembinaan, bimbingan, atau pengawasan oleh pengelola program terhadap pelaksanaan ditingkat administrasi yang lebih rendah dalam rangka menetapkan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Walin, 2005). Hubungan Intervensi Pekerja terhadap Perubahan Prilaku Sosial Penyandang Cacat Modal utama seseorang untuk dapat beradaptasi sosial adalah apabila telah memiliki fisik dan mental yang kuat, interaksi sosial yang baik, dan memiliki keterampilan kerja. Keberhasilan intervensi pekerja sosial terhadap perubahan perilaku sosial penyandang cacat tubuh agar dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya tergambar pada pernyataan penyandang cacat tubuh yang menjadi informan dimana tabel 1 diatas menunjukkan bahwa ada 57 orang responden atau 81 % dari 70 responden yang menyatakan intervensi pekerja sosial melalui bimbingan fisik sangat bermanfaat guna perubahan prilaku sosial penyandang cacat. Sasaran bimbingan fisik yang dilakukan di Pekerja Sosial adalah terutama agar klien memiliki kebugaran sehingga mereka memiliki kesiapan fisik dalam melakukan aktifitas seharihari. Olehnya itu dilakukanlah senam kesegaran jasmani setiap pada jam 06.00 wita dan latihan penggunaan alat bantu tubuh serta olah raga rekreasi. Selain itu kelayan yang memiliki bakat dan potensi untuk berprestasi dibidang olah raga 82 Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial ISSN 2302-6340 dilaksanakan pula latihan olah raga prestasi seperti atletik, renang dan olah raga permainan. Sejumlah Kelayan Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar telah berhasil menjadi atlit berprestasi ditingkat nasional, regional maupun internasional. Selanjutnya mengenai pendapat responden tentang bimbingan mental yang diberikan kepadanya, menunjukkan bahwa ada 63 orang responden atau 90 % dari seluruh responden yang menyatakan intervensi pekerja sosial melalui bimbingan mental sangat bermanfaat guna perubahan prilaku sosial penyandang cacat. Hal ini membuktikan intervensi tidaklah sia-sia dan ada hasil yang dirasakan oleh klien. Intervensi yang tak kalah pentingya dalam rehabilitasi sosial adalah bimbingan sosial. Berdasarkan hasil penelitian diatas menggambarkan bahwa ada 59 orang responden atau 84 % dari seluruh responden yang menyatakan intervensi pekerja sosial melalui bimbingan sosial sangat bermanfaat guna perubahan prilaku sosial penyandang cacat tubuh. Bimbingan keterampilan adalah intervensi pekerja sosial yang diharapkan agar klien memiliki keterampilan kerja sehingga mereka dapat menghidupi dirinya dan bertanggungjawab terhadap keluarganya berpartisi aktif dalam pembangunan bangsa. Hasil penelitian menggambarkan bahwa ada 67 orang responden atau 96 % dari seluruh responden yang menyatakan intervensi pekerja sosial melalui bimbingan keterampilan kerja sangat bermanfaat guna perubahan prilaku sosial penyandang cacat tubuh. Sedangkan penilaian masyarakat/ pengguna jasa tenaga kerja penyandang cacat tubuh paska informan mengikuti kegiatan peraktek belajar kerja pada bulan Oktober 2010 hingga tanggal 20 Nopember 2010 sebagaimana yang tercantum pada Laporan Pelaksanaan PBK Klien PSBD Wirajaya Makassar Tahun 2010. menujukkan bahwa ada perubahan prilaku sosial penyandang cacat tubuh setelah mendapat intervensi Pekerja Sosial melalui proses rehabilitasi di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar, dimana oleh pihak pengguna jasa tenaga kerja penyandang cacat tubuh, menilai klien telah memiliki kedisiplinan yang rata-rata sangat baik, Interaksi sosial, tanggungjawab dan hasil kerja juga dinilai sangat baik oleh pimpinan perusahaan sebagai pengguna jasa. Dalam keadaan yang demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Intervensi Pekerja Sosial terhadap penyandang cacat tubuh klien PSBDW Makassar cukup efektif berubah prilaku sosialnya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dengan analisis menggunakan Regresi Sederhana diperoleh hasil (1) Uji Korelasi, bahwa tingkat signifikan koefisien korelasi satu sisi dari out put (diukur dari probabilitas) menghasilkan angka 0.000, oleh karena angka ini jauh dari probabilitas 0.05 atau 5 %, maka korelasi diantara varibel intervensi pekerja sosial dengan sikap/opini penyandang cacat tubuh adalah sangat nyata. Selanjutnya besarnya pengaruh varibel intervensi Pekerja Sosial terhadap sikap/opini penyandang cacat tubuh digunakan (2) analisis determinasi dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Dari tabel luaran SPSS versi 17.0 diketahui nilai R Square sebesar 0.262, yang diperoleh dari perkalian R, yaitu 0.512 x0.512=0.262. Dalam hal ini bermakna bahwa 26.2% sikap penyandang cacat tubuh dapat diterangkan oleh intervensi pekerja sosial. Sedangkan selebihnya yaitu 100%-26,2%= 73.8% disebabkan oleh sebab lain yang tidak diteliti. Berdarkan uji regresi dapat digambarkan persamaan regresi yakni :Y=5,505 + 0.200 X yang menunjukkan bahwa konstanta sebesar 5.505 menyatakan bahwa jika ada upaya peningkatan intervensi pekerja sosial, maka peningkatan sikap/opini penyandang cacat tubuh adalah 5.505. Koefisien regresi intervensi pekerja sosial (x) sebesar 0,200, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% intervensi pekerja sosial akan meningkatkan sikap/opini penyandang cacat tubuh sebasar 2.00%. Atas seluruh hasil uji regresi sederhana dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Intervensi Pekerja Sosial dengan perubahan perilaku sosial Penyandang Cacat Tubuh Klien Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar dalam beradaftasi sosial. KESIMPULAN DAN SARAN Selain masih menggunakan peralatan manual, keterampilan belum memadai bila dibanding dengan jumlah peserta pelatihan. Sementara itu sejumlah pekerja sosial yang ditugas di keterampilan tidak berlatar pendidikan sebagai seorang instruktur. Namun mereka 83 La Tatong, Maria Pandu, Syaifullah Cangara ISSN 2302-6340 ditempatkan atas pertimbangan telah memiliki pengetahuan tentang suatu keterampilan kerja. Kebijakan penempatan instruktur seperti kasus dimaksud karena PSBDW Makassar kekurangan tenaga berlatar pendidikan tehnik. Hal ini bila tidak dibenahi sudah barang tentu akan berpengaruh baik kepada keluaran PSBDW Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan intervensi melalui bimbingan fisik, mental , sosial dan keterampilan bermanfaat bagi penyandang cacat tubuh klien Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar. Atas seluruh hasil uji regresi sederhana dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Intervensi Pekerja Sosial dengan perubahan perilaku sosial Penyandang Cacat Tubuh Klien Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar dalam beradaptasi sosial. Saran kepada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar kiranya memberikan kesempatan dan dukungan yang seluas-luasnya kepada pekerja sosial untuk dapat melaksanakan praktek pekerjaan sosial secara professional dan mandiri sesuai dengan otoritas yang dimiliki. Diantaranya memberikan kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya melalui diklat teknis maupun diklat fungsional (Sertifikasi) yang ditunjang sarana dan prasarana memadai. Selain itu perlu dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja bagi pekerja sosial agar terjadi keseimbangan kebutuhan pekerja sosial dan melaksanakan pengkajian dan mencari model intervensi sosial yang lebih efektif dalam mengubah perilaku sosial penyandang cacat. Untuk maksud tersebut maka peningkatan kompetensi pekerja sosial baik melalui pendidikan formal maupun melalui diklat, seminar, pertemuan profesi secara rutin perlu dilakukan. Kepada Penyandang Cacat kiranya mengaktualisasikan hasil intervensi sosial yang telah diberikan oleh pekerja sosial selama mengikuti program rehabilitasi sosial. DAFTAR PUSTAKA Dharma, Agus. (2004). Manajemen Supervisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Gamea & Faustino.(2008). Manajemen Sumberdaya Manusia. Jogyakarta Hani. (1989) Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BpFE. Jogyakarta. Maltis, Robet. (2000). Manajemen Sumberdaya Manusia. Salemba. Jakarta. McChesney, Allan .(2003). Memajukan Dan Membuka Hak Ekonomi,Sosial, dan Budaya: Sebuah Buku Pegangan (terjemahan: Irawan), Institut, Yogyakarta. Newland. (1984). Kesehatan dan Keluarga Berencana. Sinar Harapan. Jakarta. Walgito, (1994), Psikologi Sosial Pengantar, Andi Offset, Yogyakarta Suatu Walin. (2005) Hubungan Antara Supervisi kinerja Perawat di Puskesmas rawat Inap (Tesis). Kabupaten Kebumen. . 84