84 ISSN 2302-6340 78 HUBUNGAN INTERVENSI PEKERJA

advertisement
Analisis, Juni 2012, Vol1 No.1 : 78 – 84
ISSN 2302-6340
HUBUNGAN INTERVENSI PEKERJA SOSIAL DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL
PENYANDANG CACAT DALAM BERADAPTASI SOSIAL
Relationship Between Social Worker Intervention with Social Attitude Change for Disability People in Social
Adaptation
La Tatong1, Maria Pandu2, Syaifullah Cangara2
1
Panti Sosial Bina Laras Budi Luhur, Banjar Baru, Kalimantan Selatan
2
Fakultas Ilmu sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial penyandang cacat, menganalisis
pelaksanaan intervensi pekerja sosial dalam pemulihan prilaku sosial penyandang cacat tubuh klien PSBDW Makassar,
menganalisis korelasi intervensi pekerja sosial dengan perubahan prilaku sosial penyandang cacat di Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar.Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
dilaksanakan di UPT Kementerian Sosial RI mulai bulan Juni 2010 s/d Nopember 2010. Intervensi Pekerja Sosial yang
dilakukan mulai dari pendekatan awal, asessment, penyusunan rencana intervensi, intervensi dalam bentuk bimbingan
fisik, mental , sosial dan pelatihan keterampilan bermanfaat bagi penyandang cacat tubuh klien Panti Sosial Bina Daksa
Wirajaya Makassar. Berdasarkan Penelitian dengan uji regresi sederhana menujukkan pula bahwa ada hubungan yang
signifikan antara intervensi pekerja sosial dengan perubahan prilaku sosial penyandang cacat tubuh untuk dapat
beradaftasi dengan lingkungan sosialnya. Intervensi Pekerja Sosial telah membentuk prilaku sosial penyandang cacat
tubuh memiliki kedisiplinan, Interaksi sosial, tanggung jawab dan hasil kerja yang oleh masyarakat menilainya sangat
baik. Hasil penelitian menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% intervensi pekerja sosial akan meningkatkan
sikap/opini penyandang cacat tubuh sebasar 2.00%. Olehnya itu kompetensi pekerja sosial yang didukung oleh sarana
dan prasarana perlu ditingkatkan agar dapat memberi pelayanan yang lebih profesional.
Kata Kunci: Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial
ABSTRACT
This study aims to analyze the implementation of social rehabilitation services people with disabilities, to analyze the
implementation of the intervention of social workers in the restoration of the social behavior of persons with disabilities
Makassar PSBDW clients, analyzing the correlation of social work intervention with changes in social behavior with
disabilities in the Elderly Social Development is Daksha Wirajaya Makassar.Penelitian studies using quantitative
approaches. Research conducted at the Ministry of Social Affairs Unit began in June 2010 s / d November 2010. Social
Worker interventions are carried out starting from the initial approach, asessment, planning interventions, interventions
in the form of physical guidance, mental, and social skills training for persons with disabilities benefit clients of Social
Institutions Development Daksha Wirajaya Makassar. Based on research with a simple regression test showed also that
there is a significant relationship between the intervention of social workers with the changing social attitudes to
disability can beradaftasi body with its social environment. Intervention Social Worker has established social behavior
persons with disabilities have the discipline, social interaction, responsibility and the work that the community is very
good judge. The study states that every 1% increase in social workers' intervention will improve the attitude / opinion
disabilities sebasar 2.00% of the body. Her social worker's competence are supported by facilities and infrastructure
need to be improved in order to provide a more professional service.
Keywords : Behavioral, rehabilitation, social interaction
78
Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial
ISSN 2302-6340
adalah tindakan yang dilakukan oleh pekerja
sosial dalam penyelesaian masalah kesejahteraan
sosial penyandang cacat tubuh melalui metode
dan tehnik pekerja sosial secara profesional.
Intervensi tersebut dilakukan dengan maksud
antara lain ; 1) Membantu klien dalam
meningkatkan dan menggunakan kemampuannya
secara efektif dalam mencapai tujuan. Tugas
pekerja sosial
dalam hal ini adalah;
Mengidentifikasikan dan mengadakan kontak
dengan klien yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan kelompok, Memberikan pemahaman,
dorongan, dan dukungan pada klien yang terlibat
dalam kelompok.
Sikap adalah perasaan positif atau negatif
atau keadaanmental yang selalu disiapkan,
dipelajari, dan diatur melalui pengalaman, yang
memberikan pengaruh khusus pada respon
seseorang terhadap orang, obyek, dan keadaan
(Gamea, 2008). Walgito (1994) menyatakan
faktor–faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa,
lembaga pendidikan, agama dan faktor emosional.
Suatu sikap belum otomatisterwujud dalam
suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap
menjadisuatu tindakan nyata diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan
antara lain fasilitas, support dari orang lain (Hani,
1989). Pola sikap seseorang dipengaruhi orang
lain yang dianggap penting yaitu seseorang yang
diharapkan persetujuanya bagi setiap gerak,
tindakan dan pendapatnya, seseorang yang tidak
ingin dikecewakan atau seseorang yang
mempunyai arti khusus, sepeti orang tua, teman
sebaya, teman dekat, guru dan sebagainya. Pada
umumnya sikap konformitas (searah) dengan
orang yang dianggap penting. Berdasarkan uraian
yang dikemukakan diatas penulis mencoba
meneliti tentang hubungan intervensi Pekerja
Sosial
terhadap pemulihan perilaku sosial
penyandang cacat tubuh Klien Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar.
PENDAHULUAN
Penyandang Cacat atau ODK karena
kondisinya mengalami permasalahan diantaranya
kurang kemampuan mengadakan adaftasi sosial
yang positif, lalu mereka mengembangkan sikap
dan prilaku menyerah, tidak mampu dan merasa
rendah diri serta merasa sangat sial. Kondisi ini
akan berdampak pada rendahnya penyandang
cacat
untuk melakukan sosialisasi
dan
menunjukkan eksistensi dalam kehidupan yang
lebih luas. Kondisi ODK sebagaimana diatas,
sehingga memerlukan penanganan secara khusus,
sebab mereka mempunyai hak dan kesempatan
yang sama dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang no 4 tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat.
McChesney (2003) menyatakan bahwa
prinsip fundamental hak asasi manusia antara lain
memperlakukan manusia secara terhormat dan
bermartabat. Untuk memperlaukan ODK secara
terhormat maka dilakukan rehabilitasi yang
dimaksudkan
untuk
memulihkan
dan
mengembangkan kemauan dan kemampuan
penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungi
sosialnya secara optimal dalam bermasyarakat.” (
Pasal 50 PP No 43 tahun 1998 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang
Cacat) . Diantaranya melalui Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar yang merupakan salah
satu tempat para Pekerja Sosial melaksanakan
peraktek pekerjaan sosial dalam penyelesaian
masalah kesejahteraan sosial penyandang cacat
tubuh berupa intervensi psikososial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
melalaui tehnik dan metode pekerjaan sosial.
Intervensi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) diartikan sebagai campur tangan
dalam suatu masalah. Selanjutnya yang dimaksud
dengan Intervensi Sosial dalam (Kamus Social
Work Dictionary Edisi 3) adalah keterlibatan
pekerja sosial dalam penyelesaian masalah antar
kelompok, dalam kejadian-kejadian baik dalam
perencanaan kegiatan-kegiatan atau kelompok
konflik individu. Sedangkan Intervensi dalam
kerangka pekerjaan sosial adalah membantu
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan adanya ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan pada ketahanan sosial yang mereka
hadapi. Intervensi Pekerja Sosial dalam hal ini
METODE PENELITIAN
Lokasi penilitian ini adalah Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar. Penelitian ini
dilaksanakan selama 5 bulan. Adapun alasan
penetapan lokasi peneletian adalah karena panti
sosial tersebut merupakan panti percontohan yang
menangani permasalahan sosial penyandang cacat
79
La Tatong, Maria Pandu, Syaifullah Cangara
ISSN 2302-6340
tubuh di Kawasan Timur Indonesia, yang sumbersumber peyelenggaraan pelayanan sosial telah
cukup reprensentatif dimana sumber tenaga
pegawai cukup tersedia, prosedur dan mekanisme
pelayanan telah berjalan sebagai mana mestinya
dan sarana dan prasarana tersedia. Sehingga
diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh
mana efektifitas pelaksanaan pelayanan dan
rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina Daksa
Wirajaya Makassar
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, dalam usaha menguji hipotesa yang
telah disusun Metoda analisis yang dipergunakan
adalah: Regresi Sederhana. Analisis regresi linear
sederhana adalah suatu metode statistik umum
yang dipergunakan untuk meneliti hubungan
antara sebuah variabel tak terbatas dengan
beberapa variabel bebas. Subyek penelitian dalam
penelitian ini adalah Klien Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar yang telah mendapat
intervensi pekerja sosial dan akan dilakukan
terminasi sebanyak 70 orang. Adapun Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah:Kuisoner,Wawancara,
pengamatan (observasi).
orientasi, konsultasi, motivasi, seleksi serta
penerimaan. Pada kegiatan ini terjadi proses
pelamaran Penyandang Cacat Tubuh yang
mengalami permasalah sosial yang ditandai
dengan adanya kontrak calon klien dengan
Pekerja Sosial sebagai salah satu syarat
dilakukannya praktek pekerjaan sosial.
Penalaahan dan pengungkapan masalah
(asesmen).Peran pekerja sosial dalam kegiatan ini
adalah melakukan proses pengungkapan dan
penelahaan masalah melalui wawancara dan tes
asesment dalam rangka mendapat informasi yang
menyeluruh tentang kondisi dan permasalahan
klien guna pengambilan keputusan penempatan
pada program yang tepat, meliputi: Pemeriksaan
aspek fisik dan kesehatan , Pemeriksaan aspek
mental psikologis, Pemeriksaan aspek sosial,
Pemeriksaan aspek vokasional. Data–data
mengenai hal tersebut oleh pekerja sosial
disimpan dengan baik pada folder masing-masing
klien dan bersifat rahasia.
Setelah memperolah hasil pengungkapan dan
penelaahan masalah kelayan, selanjutnya pekerja
sosial melaksanakan case comperence (CC) guna
menyusun rencana intervensi dan penempatan
pada program pelayanan dan rehabilitasi sosial.
Pada proses ini Pekerja Sosial Tigkat Ahli
menyusun rancangan kegiatan untuk dilaksanakan
oleh Pekerja Sosial Tingkat terampil, meliputi
rencana kegiatan bimbingan fisik, bimbingan
mental, bimbingan sosial, dan pelatihan
keterampilan. Adapun model rancangan kegiatan
berisi tentang pendahuluan, nama kegiatan,
tujuan, sasaran, proses, pelaksana sarana dan
prasarana ,keunggulan dan keterbatasan, kondisi
program yang dibutuhkan.
Rencana kegiatan intervensi yang telah
disusun oleh Pekerja Sosial selanjutnya
dilaksanakan dengan menggunakan Metode Case
Work atau Group Work, tergantung jenis
permasalahannya. Permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan di rujuk kepada pihak lain seperti
Psycolog untuk masalah mental pesykologis,
dokter/tim medis untuk masalah kesehatan.
Demikian halnya dengan permasalahan lainnya.
Pekerja Sosial dalam tahapan pelaksanaan
intervensi ini
terkadang berperan sebagai
motivator, guru, konselor, ataupun mediator.
Sehingga hampir semua kegiatan seperti
bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan
sosial, dan pelatihan keterampilan, telah dibagi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Intervensi pekerja sosial di PSBD Wirajaya
Makassar terhadap penyandang cacat dilakukan
baik langsung maupun tidak langsung. Intervensi
secara langsung merupakan bagian utama dari
keterlibatan pekerja sosial dengan klien. Adapun
pertemuan langsung yang dimaksud antara lain;
penyuluhan, bimbingan sosial, wawan–muka
antara klien dengan pekerja sosial. Selain dari itu
tidak kalah pentingnya pula kegiatan-kegiatan
bantuan yang dilakukan peksos secara tidak
langsung, seperti menghubungkan klien dengan
sumber kesejahteraan sosial, mengadakan
pengkajian dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti.
Melaksanakan kemitraan dengan stakeholder atau
badan usaha dan instansi terkait
untuk
memperoleh bantuan yang dibutuhkan.
Intervensi Pekerja Sosial dalam penanganan
masalah penyandang cacat
meliputi seluruh
proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang
diprogramkan oleh PSBD Wirajaya Makassar ,
mulai dari: Kegiatan pendekatan awal. Peran
pekerja sosial dalam kegiatan pendekatan awal
adalah melaksanakan home visit guna melakukan
80
Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial
ISSN 2302-6340
habis oleh tujuh belas orang pekerja sosial yang
ada di PSBDW Makassar. Kegiatan dilakukan
dalam bentuk tim work seperti Tim Pendekatan
awal, Tim work asesmen, Panpel OPP, Tim Work
Bimbingan
Sosial,
Panpel
Bimbingan
Keterampilan Peraktis, Panpel Peraktek Belajar
Kerja, Panpel Bimbingan Kewirausahaan, Panpel
Rekreasi, Panpel Ujian Akhir, Panpel Penyaluran,
Tim Bimbingan Lanjut. Tim Work tersebut diatas
sifatnya ada yang personilnya permenen namun
ada pula yang berubah-ubah berdasarkan
kebutuhan.
Setiap kegiatan dilaksanakan
berdasarkan
rencana intervensi yang telah
disusun oleh pekerja sosial.
Evaluasi dalam tahapan proses intervensi
pekerja sosial merupakan rangkaian kegiatan
untuk melihat kelebihan dan kelemahan yang
terjadi dalam memberikan intervensi kepada
klien. Dalam hal ini pekerja sosial bukan hanya
melihat proses dan hasil, tetapi juga menentukan
kriteria proses yang berhasil dan hasil yang baik.
Diantara kegiatan dilakukan adalah pelaksanaan
ujian akhir, yakni evaluasi dilakukan setelah
proses pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti
telah dilaksanakan. Namun pada setiap
pelaksanaan kegiatan dilakukan pula supervisi dan
evaluasi oleh pekerja sosial.Kegiatan intervensi
lainnya adalah terminasi, pekerja sosial pada
Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar
melaksanakan terminasi atas dasar : Klien telah
selesai masa rehabilitasinya di panti, Permintaan
Klien untuk mengakhiri proses pertolongan/
intervensi, Adanya permasalahan baru yang
mengakibatkan masalah tersebut perlu dirujuk ke
lembaga lain.
dalam penerapannya disesuaikan dengan bakat,
kemampuan, pendidikan dan pengalaman
penyandang cacat, serta situasi dan kondisi
keluarga, kelompok dan masyarakat. Tingkat
pendidikan seseorang berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang
dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih
rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima
adanya bermacam usaha pembaharuan, ia juga
akan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap
berbagai perubahan (Maltis, 2000). Pendidikan
yang dicapai seseorang diharapkan menjadi faktor
determinan produktifitas antara lain knowledge,
skills, abilities, attitude dan behavior, yang cukup
dalam
menjalankan
aktifitas
pekerjaanya
(Newland, 1984).
Agar penyandang cacat tubuh yang telah
menjalani rehabilitasi sosial dapat termotivasi
memulai usaha kerja, maka mereka dibekali
dengan Paket Usaha Prdoduktif. Disamping itu
pemagangan pada Workshop Wirajaya Makassar
hingga memperoleh peluang kerja atau usaha
mandiri bagi mereka yang belum mendapat
kesempatan kerja pada perusahaan atau usaha
mandiri.
Intervensi Pekerja Sosial dalam Pemulihan
Prilaku Sosial Penyandang Cacat Tubuh
Intervensi pekerja sosial adalah tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam
penyelesaian masalah kesejahteraan sosial
penyandang cacat tubuh melalui metode dan
tehnik pekerja sosial secara profesional. Pada
Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar
Intervensi pekerja sosial terhadap penyandang
cacat dilakukan baik langsung maupun tidak
langsung. Intervensi secara langsung merupakan
bagian utama dari keterlibatan pekerja sosial
dengan klien. Adapun pertemuan langsung antara
lain; penyuluhan, bimbingan sosial, wawan–muka
antara klien dengan pekerja sosial. Selain dari itu
tidak kalah pentingnya pula kegiatan-kegiatan
bantuan yang dilakukan peksos secara tidak
langsung, seperti menghubungkan klien dengan
sumber kesejahteraan sosial, mengadakan
pengkajian dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti.
Melaksanakan kemitraan dengan stakeholder atau
badan usaha dan instansi terkait
untuk
memperoleh bantuan yang dibutuhkan.
Uraian diatas dapat diperoleh gambaran
mengenai pelaksanaan Intervensi Pekerja Sosial
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang
Cacat Tubuh
Untuk memulihkan dan mengembangkan
kemauan dan kemampuan penyandang cacat
tubuh agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara oftimal dalam kehidupan bermasyarakat,
maka
Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya
Makassar yang merupakan Unit Pelaksanaan
Teknis Kemeterian Sosial RI melaksanakan
Rehabilitasi Sosial.
Rehabilitasi sosial
merupakan proses kegiatan pelayanan yang
terkoordinir,
bertujuan
memulihkan
dan
mengembangkan kemauan dan kemampuan
penyandang cacat, agar dapat melaksanakan
fungsi sosialnya secara optimal. Mencakup upayaupaya medis, sosial, edukasional dan vokasional.
81
La Tatong, Maria Pandu, Syaifullah Cangara
ISSN 2302-6340
dalam penanganan masalah penyandang cacat
meliputi seluruh proses pelayanan dan rehabilitasi
sosial yang diprogramkan oleh PSBD Wirajaya
Makassar ,mulai dari kegiatan pendekatan awal.
Yang didalamnya terjadi proses pelamaran yang
ditandai dengan adanya kontrak calon klien
dengan Pekerja Sosial sebagai salah satu syarat
dilakukannya
praktek pekerjaan sosial.
Dilanjutkan
dengan
penalaahan
dan
pengungkapan masalah (asesmen) dalam rangka
mendapat informasi yang menyeluruh tentang
kondisi dan permasalahan klien guna pengambilan
keputusan penempatan pada program yang tepat.
Setelah memperolah hasil pengungkapan dan
penelaahan masalah klien, selanjutnya pekerja
sosial melaksanakan case comperence (CC) guna
menyusun rencana intervensi dan penempatan
pada program pelayanan dan rehabilitasi sosial.
Pada proses ini Pekerja Sosial Tigkat Ahli
menyusun rencana kegiatan untuk dilaksanakan
oleh Pekerja Sosial Tingkat terampil. Yang
meliputi rencana kegiatan bimbingan fisik,
bimbingan mental, bimbingan sosial, dan
pelatihan keterampilan. Rencana kegiatan
intervensi yang telah disusun oleh Pekerja Sosial
selanjutnya dilaksanakan dengan menggunakan
Metode Case Work atau Group Work, tergantung
jenis permasalahannya. Permasalahan yang tidak
dapat diselesaikan di rujuk kepada pihak lain.
Sehingga hampir semua kegiatan seperti
bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan
sosial, dan pelatihan keterampilan. telah dibagi
habis oleh tujuh belas orang pekerja sosial yang
ada di PSBDW Makassar. Kegiatan dilakukan
dalam bentuk tim work seperti Tim Pendekatan
awal, Tim work asesmen, Panpel OPP, Tim Work
Bimbingan
Sosial,
Panpel
Bimbingan
Keterampilan Peraktis, Panpel Peraktek Belajar
Kerja, Panpel Bimbingan Kewirausahaan, Panpel
Rekreasi, Panpel Ujian Akhir, Panpel Penyaluran,
Tim Bimbingan Lanjut. Tim Work tersebut diatas
sifatnya ada yang personilnya permenen namun
ada pula yang berubah-ubah berdasarkan
kebutuhan.
Setiap kegiatan dilaksanakan
berdasarkan
rencana intervensi yang telah
disusun oleh pekerja sosial. Evaluasi dalam
tahapan proses intervensi pekerja sosial
merupakan rangkaian kegiatan untuk melihat
kelebihan dan kelemahan yang terjadi dalam
memberikan intervensi kepada klien. Dalam hal
ini Pekerja Sosial bukan hanya melihat proses dan
hasil, tetapi juga menentukan kriteria proses yang
berhasil dan hasil yang baik. Diantara kegiatan
dilakukan adalah pelaksanaan ujian akhir, yakni
evaluasi dilakukan setelah proses pelayanan dan
rehabilitasi sosial di panti telah dilaksanakan.
Namun pada setiap pelaksanaan kegiatan
dilakukan pula supervisi dan evaluasi oleh pekerja
sosial.
Kegiatan terakhir setelah intervensi
dilaksanakan adalah terminasi.
Supervisi adalah sebagai seorang anggauta
dari managemen lini pertama yang bertanggung
jawab atas pekerjaan kelompoknya kepada
managemen tingkat lebih tinggi, kerena mereka
pada suatu kedudukan yang menentukan untuk
mempengaruhi. Supervisi dilukiskan sebagai
orang – orang yang mengendalikan kegiatan
orang lain (Dharma, 2004). Menurut Swansberg
(1990) supervisi adalah suatu proses kemudahan
sumber – sumber yang diperlukan staf untuk
menyelesaikan tugas – tugasnya. supervisi adalah
sebagai suatu kegiatan pembinaan, bimbingan,
atau pengawasan oleh pengelola program terhadap
pelaksanaan ditingkat administrasi yang lebih
rendah dalam rangka menetapkan kegiatan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
(Walin, 2005).
Hubungan Intervensi Pekerja
terhadap
Perubahan Prilaku Sosial Penyandang Cacat
Modal utama seseorang untuk dapat
beradaptasi sosial adalah apabila telah memiliki
fisik dan mental yang kuat, interaksi sosial yang
baik, dan memiliki keterampilan kerja.
Keberhasilan intervensi pekerja sosial terhadap
perubahan perilaku sosial penyandang cacat tubuh
agar dapat beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya tergambar pada pernyataan penyandang
cacat tubuh yang menjadi informan dimana tabel
1 diatas menunjukkan bahwa ada 57 orang
responden atau 81 % dari 70 responden yang
menyatakan intervensi pekerja sosial melalui
bimbingan fisik sangat bermanfaat guna
perubahan prilaku sosial penyandang cacat.
Sasaran bimbingan fisik yang dilakukan di
Pekerja Sosial adalah terutama agar klien
memiliki kebugaran sehingga mereka memiliki
kesiapan fisik dalam melakukan aktifitas seharihari. Olehnya itu dilakukanlah senam kesegaran
jasmani setiap pada jam 06.00 wita dan latihan
penggunaan alat bantu tubuh serta olah raga
rekreasi. Selain itu kelayan yang memiliki bakat
dan potensi untuk berprestasi dibidang olah raga
82
Perilaku, rehabilitasi, interaksi sosial
ISSN 2302-6340
dilaksanakan pula latihan olah raga prestasi
seperti atletik, renang dan olah raga permainan.
Sejumlah Kelayan Panti Sosial Bina Daksa
Wirajaya Makassar telah berhasil menjadi atlit
berprestasi ditingkat nasional, regional maupun
internasional.
Selanjutnya mengenai pendapat responden
tentang bimbingan mental yang diberikan
kepadanya, menunjukkan bahwa ada 63 orang
responden atau 90 % dari seluruh responden yang
menyatakan intervensi pekerja sosial melalui
bimbingan mental sangat bermanfaat guna
perubahan prilaku sosial penyandang cacat. Hal
ini membuktikan intervensi tidaklah sia-sia dan
ada hasil yang dirasakan oleh klien.
Intervensi yang tak kalah pentingya dalam
rehabilitasi sosial adalah bimbingan sosial.
Berdasarkan
hasil
penelitian
diatas
menggambarkan bahwa ada 59 orang responden
atau 84 % dari seluruh responden yang
menyatakan intervensi pekerja sosial melalui
bimbingan sosial sangat bermanfaat guna
perubahan prilaku sosial penyandang cacat tubuh.
Bimbingan keterampilan adalah intervensi pekerja
sosial yang diharapkan agar klien memiliki
keterampilan kerja sehingga mereka dapat
menghidupi dirinya dan bertanggungjawab
terhadap keluarganya berpartisi aktif dalam
pembangunan bangsa.
Hasil penelitian
menggambarkan bahwa ada 67 orang responden
atau 96 % dari seluruh responden yang
menyatakan intervensi pekerja sosial melalui
bimbingan keterampilan kerja sangat bermanfaat
guna perubahan prilaku sosial penyandang cacat
tubuh.
Sedangkan penilaian masyarakat/ pengguna
jasa tenaga kerja penyandang cacat tubuh paska
informan mengikuti kegiatan peraktek belajar
kerja pada bulan Oktober 2010 hingga tanggal 20
Nopember 2010 sebagaimana yang tercantum
pada Laporan Pelaksanaan PBK Klien PSBD
Wirajaya Makassar Tahun 2010. menujukkan
bahwa ada perubahan prilaku sosial penyandang
cacat tubuh setelah mendapat intervensi Pekerja
Sosial melalui proses rehabilitasi di Panti Sosial
Bina Daksa Wirajaya Makassar, dimana oleh
pihak pengguna jasa tenaga kerja penyandang
cacat tubuh, menilai klien telah memiliki
kedisiplinan yang rata-rata sangat baik, Interaksi
sosial, tanggungjawab dan hasil kerja juga dinilai
sangat baik oleh pimpinan perusahaan sebagai
pengguna jasa. Dalam keadaan yang demikian
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Intervensi
Pekerja Sosial terhadap penyandang cacat tubuh
klien PSBDW Makassar cukup efektif berubah
prilaku sosialnya dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya.
Dengan analisis menggunakan Regresi
Sederhana diperoleh hasil (1) Uji Korelasi,
bahwa tingkat signifikan koefisien korelasi satu
sisi dari out put (diukur dari probabilitas)
menghasilkan angka 0.000, oleh karena angka ini
jauh dari probabilitas 0.05 atau 5 %, maka
korelasi diantara varibel intervensi pekerja sosial
dengan sikap/opini penyandang cacat tubuh
adalah sangat nyata. Selanjutnya besarnya
pengaruh varibel intervensi Pekerja Sosial
terhadap sikap/opini penyandang cacat tubuh
digunakan (2) analisis determinasi dengan
menggunakan SPSS versi 17.0. Dari tabel luaran
SPSS versi 17.0 diketahui nilai R Square sebesar
0.262, yang diperoleh dari perkalian R, yaitu
0.512 x0.512=0.262. Dalam hal ini bermakna
bahwa 26.2% sikap penyandang cacat tubuh dapat
diterangkan oleh intervensi pekerja sosial.
Sedangkan selebihnya yaitu 100%-26,2%= 73.8%
disebabkan oleh sebab lain yang tidak diteliti.
Berdarkan uji regresi dapat digambarkan
persamaan regresi yakni :Y=5,505 + 0.200 X
yang menunjukkan bahwa konstanta sebesar
5.505 menyatakan bahwa jika ada upaya
peningkatan intervensi pekerja sosial, maka
peningkatan sikap/opini penyandang cacat tubuh
adalah 5.505. Koefisien regresi intervensi pekerja
sosial (x) sebesar 0,200, menyatakan bahwa setiap
peningkatan 1% intervensi pekerja sosial akan
meningkatkan sikap/opini penyandang cacat
tubuh sebasar 2.00%. Atas seluruh hasil uji regresi
sederhana dapat disimpulkan bahwa
ada
hubungan yang signifikan antara Intervensi
Pekerja Sosial dengan perubahan perilaku sosial
Penyandang Cacat Tubuh Klien Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar dalam beradaftasi
sosial.
KESIMPULAN DAN SARAN
Selain masih menggunakan peralatan
manual,
keterampilan belum memadai bila
dibanding dengan jumlah peserta pelatihan.
Sementara itu sejumlah pekerja sosial yang
ditugas di keterampilan tidak berlatar pendidikan
sebagai seorang instruktur. Namun mereka
83
La Tatong, Maria Pandu, Syaifullah Cangara
ISSN 2302-6340
ditempatkan atas pertimbangan telah memiliki
pengetahuan tentang suatu keterampilan kerja.
Kebijakan penempatan instruktur seperti kasus
dimaksud karena PSBDW Makassar kekurangan
tenaga berlatar pendidikan tehnik. Hal ini bila
tidak dibenahi sudah barang tentu akan
berpengaruh baik kepada keluaran PSBDW
Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan intervensi melalui bimbingan fisik,
mental , sosial dan keterampilan bermanfaat bagi
penyandang cacat tubuh klien Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar. Atas seluruh hasil uji
regresi sederhana dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara Intervensi
Pekerja Sosial dengan perubahan perilaku sosial
Penyandang Cacat Tubuh Klien Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar dalam beradaptasi
sosial.
Saran kepada Panti Sosial Bina Daksa
Wirajaya
Makassar
kiranya
memberikan
kesempatan dan dukungan yang seluas-luasnya
kepada pekerja sosial untuk dapat melaksanakan
praktek pekerjaan sosial secara professional dan
mandiri sesuai dengan otoritas yang dimiliki.
Diantaranya memberikan kesempatan untuk
meningkatkan kompetensinya melalui diklat
teknis maupun diklat fungsional (Sertifikasi) yang
ditunjang sarana dan prasarana memadai. Selain
itu perlu dilakukan analisis jabatan dan analisis
beban kerja bagi pekerja sosial agar terjadi
keseimbangan kebutuhan pekerja sosial dan
melaksanakan pengkajian dan mencari model
intervensi sosial yang lebih efektif dalam
mengubah perilaku sosial penyandang cacat.
Untuk maksud tersebut maka peningkatan
kompetensi pekerja sosial baik melalui pendidikan
formal maupun
melalui diklat, seminar,
pertemuan profesi secara rutin perlu dilakukan.
Kepada
Penyandang
Cacat
kiranya
mengaktualisasikan hasil intervensi sosial yang
telah diberikan oleh pekerja sosial selama
mengikuti program rehabilitasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Agus. (2004). Manajemen Supervisi.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Gamea
&
Faustino.(2008).
Manajemen
Sumberdaya Manusia. Jogyakarta
Hani. (1989) Manajemen Personalia dan
Sumberdaya Manusia. BpFE. Jogyakarta.
Maltis, Robet. (2000). Manajemen Sumberdaya
Manusia. Salemba. Jakarta.
McChesney, Allan .(2003). Memajukan Dan
Membuka Hak Ekonomi,Sosial, dan Budaya:
Sebuah Buku Pegangan (terjemahan:
Irawan), Institut, Yogyakarta.
Newland. (1984). Kesehatan dan Keluarga
Berencana. Sinar Harapan. Jakarta.
Walgito, (1994), Psikologi Sosial
Pengantar, Andi Offset, Yogyakarta
Suatu
Walin. (2005) Hubungan Antara Supervisi kinerja
Perawat di Puskesmas rawat Inap (Tesis).
Kabupaten Kebumen.
.
84
Download