BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Right Issue Right Issue adalah hak

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Right Issue
Right Issue adalah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dimana
merupakan penawaran umum saham terbatas. Penawaran umum saham terbatas
ini merupakan saham tambahan yang diterbitkan perusahaan yang telah go public
atau sering disebut penawaran tambahan (seasoned offering). Menurut Brealey,
Myers, dan Marcus (2007:421), “Perusahaan publik bisa menerbitkan sekuritas,
baik dengan melakukan penawaran kas umum pada investor secara umum atau
dengan melakukan penawarn umum terbatas (right issue)”.
Menurut Gitman (2009:284), yaitu:
In a rights offering, the firm grants rights to its shareholders. These
financial instrument allow stockholders to purchase additional shares at a
price below the market price, in direct proportion to their number of
owned shares. Rights are used primarily by smaller corporations whose
shares are either closely owned or publicly owned and not actively traded.
(Dalam rights issue, perusahaan memberikan hak kepada pemegang
saham. Instrumen keuangan ini memungkinkan pemegang saham untuk
membeli saham tambahan dengan harga di bawah harga pasar, dalam
proporsi langsung dengan jumlah saham yang dimiliki mereka. Rights
digunakan terutama oleh perusahaan-perusahaan kecil yang sahamnya baik
milik sendiri atau milik publik dan tidak aktif diperdagangkan).
Sedangkan Van Horne dan Wachowicz (2007:327) menyatakan, “Hak
memesan efek terlebih dahulu ; penjualan sekuritas baru dimana pemegang saham
lama diberikan keutamaan dalam pembelian sekuritas ini hingga sejumlah bagian
saham biasa yang mereka miliki disebut juga rights offering”. Dikatakan
demikiaan disebabkan para pemegang saham lama dapat menerima satu hak beli
(pendaftaran) untuk setiap lembar saham milik mereka. Tindakan pembelian
11
Universitas Sumatera Utara
sekuritas membutuhkan hak atas saham dengan jumlah tertentu. Hak tersebut
menunjukkan opsi jangka pendek atas pembelian sekuritas baru dengan harga
pendaftaran.
Right issue adalah salah satu tindakan corporate action yang menurut
peraturan perdagangan BEI, corporate action merupakan tindakan emiten yang
memberikan hak kepada seluruh pemegang saham dari jenis dan kelas yang sama
seperti hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hak untuk
memperoleh dividen tunai, saham dividen, saham bonus, Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu, Waran, atau hak-hak lainnya.
Menurut Anoraga dan Kartika (2008:72), Right merupakan “salah satu
jenis opsi yang merupakan derivatif (turunan) dari efek yang sebenarnya dan
mempunyai masa hidup yang singkat. Di Indonesia right issue diatur dalam
peraturan Bapepam No. IX.D1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih dahulu
khususnya butir 2 disebutkan bahwa “Apabila suatu perusahaan telah melakukan
Penawaran Umum saham atau perusahaan publik bermaksud untuk menambah
modal sahamnya, termasuk melalui penerbitan Waran atau Efek Konversi, maka
setiap pemegang saham harus diberi Hak Memesan efek Terlebih Dahulu
sebanding dengan persentase pemilikan mereka”.
Secara umum right issue ditujukan untuk memperkuat permodalan suatu
perusahaan. Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi
internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap
penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham.
12
Universitas Sumatera Utara
Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan
perusahaan dan para pemegang saham. Didalam memenuhi harapan para
pemegang saham right issue sangat terkait dengan pre-emptive right/hak prioritas
(hak yang dimiliki oleh pemegang saham lama untuk mempertahankan porsi
kepemilikannya dalam perusahaan).
Berdasarkan pre-emptive right/hak prioritas maka perusahaan harus
memberikan hak atas saham (right) untuk setiap lembar saham biasa yang dimiliki
oleh para pemegang saham lama. Hak atas saham bermanfaat bagi para pemegang
saham opsi untuk membeli right issue sesuai dengan klausal penawaran dengan
periode umumnya tiga minggu atau kurang. Klausal penawaran adalah hak atas
saham yang dibutuhkan untuk membeli right issue dalam jumlah saham
tambahan, harga pembelian per lembar dan tanggal kadaluarsa penawaran
tersebut.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:328) ada 3 (tiga) pilihan yang
dilakukan para pemilik hak atas right issue, yaitu:
1) Menggunakan haknya dan membeli saham tambahan, 2) Menjual
haknya, karena memang dapat dipindahtangankan, 3) Tidak melakukan
apapun dan membiarkan hak tersebut kadaluarsa. Di dalam pemilihan
tersebut para pemegang saham yang rasional akan memilih pilihan terakhir
jika pemegang saham memiliki saham dalam jumlah yang sedikit atau nilai
atas saham dapat diabaikan.
Pilihan terakhir bila dilakukan akan memiliki dampak bagi pemegang
saham menurut Anoraga dan Kartika (2008:72–73), yaitu: “1) dilusi
(berkurangnya proporsi kepemilikan pemegang saham yang tidak menggunakan
haknya), 2) mengurangi ROI (return on onvestment) dengan bertambahnya saham
yang beredar, 3) mengecilnya DPS (dividend per Share) karena harus dibagikan
13
Universitas Sumatera Utara
kepada pemegang saham. Pada hakikatnya right issue tidak terpisahkan dari
strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing (competitive position).
Namun, tindakan dalam menawarkan right issue tidak selalu diterima oleh
para pemegang saham, sehingga sering terjadi pro dan kontra di kalangan
pemegang saham. Padahal diketahui right issue memiliki keterikatan hubungan
yang tidak terpisahkan dengan strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing
(competitive position). Untuk itu para pemegang saham akan menelaah setiap
tindakan dalam melakukan hak atas right issue. Tindakan tersebut dilihat dari
keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue, menurut Aini
(2009:15), yaitu:
1. Keuntungan right issue, yaitu:
a. Salah satu sumber dana bagi perusahaan
b. Tidak memerlukan prosedur dan aturan yang ketat seperti halnya
dengan penawaran umum perdana atau go public
c. Right issue dapat dikombinasikan dengan derivatif efek lainnya,
seperti warrant atau convertible stock.
2. Kelemahan right issue, yaitu:
a. Belum ada peraturan mengenai penggunaan right issue
b. Adanya perubahaan harga saham setelah dilakukannya right issue
c. Adanya dilusi, yaitu: pengurangan persentasi kepemilikan dari
pemegang saham lama jika tidak digunakan right issue tersebut.
Keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue juga harus
mempertimbangkan beberapa hal dalam menelah right issue, menurut Fakhruddin
(2008:220–221), sebagai berikut: “latar belakang dilakukannya right issue, tujuan
right issue, rencana penggunaan dana hasil right issue, kinerja keuangan emiten
setelah right issue, dan harga pelaksanaan, serta rasio right issue”. Pertimbangan
tersebut juga dilakukan juga karena right issue tidak membutuhkan biaya yang
besar jika mengeluarkan saham baru dan saham biasa menjadi likuid sehingga
14
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan perdagangan saham. Bagi para pemegang saham tindakan right
issue diharapkan hasilnya sesuai dengan tujuan jangka panjang untuk
mempertahankan tingkat kepemilikan saham dengan menggunakan haknya dalam
membeli tambahan saham.
2.2. Struktur Modal
Struktur modal, menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:232) adalah
“bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang
diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa”. Jadi struktur
Modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham
preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Dimana
keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan
operasional perusahaan. Keputusan Struktur Modal yang diambil oleh manajer
tidak hanya berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga
berpengaruh terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan.
Modal menunjukkan dana jangka panjang pada suatu perusahaan yang
meliputi semua bagian di sisi kanan neraca perusahaan, kecuali utang jangka
pendek. Untuk itu modal, yaitu:
a. Modal Pinjaman
Modal pinjaman didalam struktur modal hanya semua pinjaman jangka
panjang yang diperoleh perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:324),
“utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka
panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5–20 tahun”.
15
Universitas Sumatera Utara
Pemberi dana biasanya meminta return yang paling kecil atas segala jenis modal
jangka panjang menurut Sundjaja dan Barlian (2002:240) karena:
1. Modal pinjaman mempunyai prioritas lebih dahulu bila terjadi tuntutan
atas pendapatan/aktiva yang tersedia untuk pembayaran. 2. Modal
pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas pembayaran dibandingkan
dengan pemegang saham prefern atau saham biasa. 3. Bunga pinjaman
merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak, maka biaya modal
pinjaman yang sebenarnya secara substansial menjadi lebih rendah.
b. Modal Sendiri (Ekuitas)
Modal sendiri/ekuitas merupakan dana jangka panjang yang diperoleh dari
pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Sundjaja dan Barlian
(2002:240), “Modal sendiri atau equity capital adalah dana jangka panjang
perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang
terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba
ditahan”. Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost.
Tidak seperti modal pinjaman yang harus dibayar pada tanggal tertentu di masa
yang akan datang, modal sendiri diharapkan tetap dalam perusahaan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas.
Di dalam penelitian ini perusahaan menggunakan modal sendiri karena
mengeluarkan right issue. Perubahan struktur modal dengan penerbitan right issue
diharapkan berpengaruh positif terhadap return perusahaan. Struktur modal
merupakan masalah yang penting karena kinerja keuangan didapat dari baik atau
buruknya struktur modal. Struktur modal yang kurang baik dengan jumlah hutang
yang sangat tinggi akan membebani perusahaan yang bersangkutan, sedangkan
menerbitkan saham baru menyebabkan perubahan struktur modal yang akan
mengakibatkan berubahnya biaya modal.
16
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kinerja Keuangan
Perkembangan perusahaaan sangat perlu diperhatikan dan diketahui baik
oleh perusahaan, pemegang saham, ataupun investor baru. Hal itu diperlukan
untuk mengambil keputusaan untuk perusahaan paling tidak untuk lima tahun
terakhir, dimana dilakukan baik perusahaan dalam proses perkenalan,
perkembangan, maturity ataupun decline. Kinerja keuangan adalah kinerja yang
dinilai berdasarkan ukuran angka, dimana anggaran disesuaikan dengan realisasi
anggarannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan membandingkan kinerja secara
internal dan eksternal. Tindakan internal adalah membandingkan perusahaan saat
ini dan sebelumnya, sedangkan tindakan eksternal adalah membandingkan kinerja
perusahaan dengan pesaing lainnya (competitive benchmarking).
Untuk itu dilakukan analisis laporan keuangan diperusahaan dan juga
diperlukan data keuangan masa lalu agar dapat diperkirakan untuk tahun – tahun
berikutnya. Analisis laporan keuangan dapat diketahui dengan tingkat keuangan
perusahaan dan hasil perusahaan tersebut, sehingga dapat digunakan untuk
mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan, menurut Syamsuddin
(2007:37) merupakan “perhitungan rasio – rasio untuk menilai keadaan keuangan
perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan”.
Sedangkan analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:94)
akan melibatkan “1) membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari
perusahaan–perusahaan lain dalam industri yang sama dan 2) mengevaluasi tren
posisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu”.
17
Universitas Sumatera Utara
Analisis laporan keuangan memerlukan data laporan tahunan (annual
report) sebagai input dalam analisis rasio. Laporan tahunan, menurut Brigham
dan Houston (2006:45) adalah “sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan
untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan
juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek –
prospek perusahaan di masa mendatang”. Di dalam analisis laporan keuangan data
yang paling dibutuhkan dalam laporan tahunan adalah laporan keuangan, seperti :
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan
keuangan menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007:56–64), yaitu:
1) Neraca menampilkan potret asset (aktiva) dan kewajiban perusahaan
pada waktu tertentu. Asset tersebut – mewakili penggunaan kas yang
didapatkan – didaftar pada sisi kiri neraca. Kewajiban yang mewakili
sumber kas itu – didaftar di sebelah kanan. 2) Laporan laba rugi
merupakan laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban,
dan laba bersih perusahaan selama periode tertentu. 3) Laporan arus kas
memperlihatkan arus kas masuk dan keluar dari operasi serta dari investasi
dan aktivitas pendanaan.
Laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:46–58), sebagai
berikut:
1) Neraca (balance sheet) adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan
perusahaan pada suatu titik waktu tertentu. 2) Laporan laba rugi (income
statement) adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan
pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya
setiap satu kuartal atau satu tahun. 3) Laporan laba ditahan (statement of
retained earnings) adalah pernyataan yang melaporkan berapa banyak laba
perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke
dividennya. Tampilan untuk laba ditahan yang ada di sini merupakan
jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan. 4)
Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan yang melaporkan
dampak dari aktivitas – aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh
perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi.
18
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara dalam melakukan analisis laporan keuangan tersebut,
tetapi analisis rasio keuangan paling umum dan sering digunakan. Dikarenakan
analisis rasio keuangan dapat menunjukkan kekuatan ataupun kelemahan
perusahaan dan juga pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio keuangan
menurut Harahap (2008:297) adalah “angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”. Dengan analisis rasio
keuangan dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio
keuangan rata – rata industri atau dengan rasio keuangan perusahaan lainnya.
Teknik rasio keuangan paling umum digunakan, dimana menyederhanakan
informasi hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Penyederhanaan
tersebut menilai secara cepat hubungan antara pos dan dapat membandingkannya
dengan rasio lain untuk mendapat informasi dan memberikan penilaian. Hal itu
dapat dilakukan dengan cross sectional approach untuk mengetahui baik/buruk
operasi yang dilakukan perusahaan dibandingkan perusahaan lain, selain itu
dengan time series approach untuk membandingkan rasio perusahaan saat ini
dengan sebelumnya sehingga dapat diketahui perusahaan maju atau mundur.
Namun, analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dan keterbatasan, menurut
Harahap (298 -299), yaitu:
1. Keunggulan analisis rasio
1) Rasio merupakan angka – angka ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model – model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).
19
Universitas Sumatera Utara
5) Menstandarisir size perusahaan
6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan
lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau
“time series”.
7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
2. Keterbatasan analisis rasio
1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan
untuk kepentingan pemakainya.
2) Keterbatasan yan dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti.
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau
subjektif
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah
nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka
rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berebeda.
3) Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4) Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5) Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
Walaupun analisis rasio memiliki keunggulan dan keterbatasan, analisis
rasio merupakan cara yang tepat untuk merangkum sejumlah besar data dari
laporan keuangan dan membandingkan kinerja perusahaan agar dapat digunakan
manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk itu ada beberapa
pembagian rasio, tetapi pada umumya rasio dibagi empat, yaitu : rasio likuiditas,
rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Di dalam penelitian
penggunaan rasio sesuai yang sering digunakan, yaitu rasio likuiditas diproksikan
dengan current ratio, rasio leverage diproksikan dengan debt ratio, rasio aktivitas
diproksikan dengan aset turn over, dan rasio profitabilitas diproksikan dengan
return on asset, dan net profit margin.
20
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Rasio likuiditas
Rasio
likuiditas,
menurut
Harahap
(2008:301)
menggambarkan
“kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”.
Likuiditas, menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77) adalah “kemampuan
untuk menjual sebuah asset guna mendapatkan kas pada waktu singkat”. Dengan
kata lain rasio ini kas dapat diubah dengan cepat dan murah. Rasio likuiditas ini
menggambarkan perusahaan mampu melunasi utang – utangnya, biasanya
dilengkapi dengan anggaran kas. Namun, dengan menghubungkan jumlah kas dan
aktiva lancar dengan kewajiban lancar dapat memberikan ukuran likuiditas yang
cepat dan mudah digunakan.
Rasio likuiditas dianalisis bersumber pada sumber informasi tentang modal
kerja yakni pos – pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas
yang paling umum digunakan menurut Darsono dan Ashari (2005:52-54), yaitu:
1.Current ratio
Current ratio merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.
2.Quick test ratio
Quick test ratio yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk
membayar kewajiban lancar.
3.Net working capital
Net working capital merupakan selisih antara current asset (aktiva
lancar) dengan current liabilities (utang lancar). Jumlah net working
capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di
dalam suatu perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding
dengan perusahaan lain.
4.Defensive Interval ratio
Defensive interval ratio ini berguna untuk mengetahui keberlangsunga
dari perusahaan dalam melakukan operasi tanpa keberlangsungan dari
perusahaan dalam melakukan operasi tanpa adanya arus kas dari pihak
eksternal.
21
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio (CR)
karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
finansialnya. Hal ini yang paling sering dan umum digunakan para kreditur dalam
mengambil keputusan pemberian pinjaman saat perusahaan mengalami kesulitan
keuangan atau membutuhkan dana tambahan dalam operasi perusahaan. Dengan
kata lain para kreditur melihat ketepatan waktu perusahaan membayar utangnya
pada saat jatuh tempo.
Current ratio adalah rasio likuiditas yang membandingkan current asset
dengan current liabilities. Current asset umumnya, yaitu: kas, sekuritas, piutang
usaha, dan persediaan, sedangkan current liabilities, yaitu: utang usaha, wesel
tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak,
dan beban – beban akrual lainnya. Di dalam rasio ini apabila current liabilities
meningkat lebih cepat dari current asset maka menyebabkan penurunan yang
cepat pada current ratio. Hal ini menunjukkan adanya masalah karena current
ratio merupakan dasar penilaian terbaik dari perubahan current asset menjadi kas
dalam pemenuhan current liabilities.
Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities
itu juga tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena
current asset tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu yang dikatakan
perusahaan yang baik dalam current rationya harus dianalisis dengan
memperhatikan beberapa faktor seperti: rata – rata rasio industri, frekuensi
melakukan kredit, ketepatan waktu dalam pengembalian, dan lainya.
22
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Rasio Leverage
Rasio leverage yang dikenal juga dengan pengungkit keuangan (financial
leverage), menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77) “mengukur seberapa
besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan”. Leverage keuangan dapat
berupa utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Tingkat leverage
ditunjukkan di dalam neraca yang mana terlihat besarnya modal pinjaman yang
digunakan dalam operasi perusahaan. Perlu diketahui utang dapat meningkatkan
pengembalian saham pada pemegang saham pada masa baik dan sebaliknya pada
masa buruk.
Menurut Brigham dan Houston (2006:101) ada 3 (tiga) hal penting dalam
leverage, yaitu:
1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
memeprtahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan
sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2) kreditur akan
melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu
batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proprosi dari jumlah modal
yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang
harus dihadapi oleh kreditor. 3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari
investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada
bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan
diperbesar atu diungkit (leveraged).
Pengukuran utang didasarkan pada data–data yang berasal dari neraca dan
rasio yang biasanya yang digunakan menurut Syamsuddin (2007:54-55), yaitu:
1. Debt Ratio
Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. Rasio total utang terhadap total aktiva, yang umunya
disebut sebagai rasio utang (debt ratio), akan mengukur persentase dari
dana yang diberikan oleh para kreditur. Total utang meliputi kewajiban
lancar dan utang jangka panjang.
23
Universitas Sumatera Utara
2. Debt Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka
panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumalah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
3. Debt to Total Capitalization Ratio
Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan
(total capitalization) yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang.
4. Times Interest Earned
Rasio ini sering juga disebut “the total interest coverage ratio” yang
tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban – kewajiban tetap berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini,
semakin baik/mampu suatu perusahaan di dalm membayar bunga –
bunga atas segala utang – utangnya.
5. Total Debt Coverage
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban – kewajiban kepada kreditur baik yang berupa
bunga maupun pinjaman pokok (principal) ataupun pembayaran sinking
fund.
6. The overall coverage ratio
The overall coverage ratio ini hampir sama dengan total debt coverage
hanya dengan tambahan terhadap kewajiban – kewajiban finansial tetap
lainnya seperti pemabayaran lease dan dividen untuk saham preferen.
Pada penelitian ini rasio leverage yang digunakan adalah debt ratio (DR)
menggambarkan solvabilitas yang menggambarkan total utang terhadap total
aktiva. Debt ratio menunjukkan bahwa semakin tinggi debt ratio semakin besar
jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih
menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur
tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi.
2.3.3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah kegiatan perusahaan dalam melakukan operasi
perusahaan seperti kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Dirancang
untuk melihat aktiva terlalu tinggi, terlalu rendah atau wajar dibandingkan dengan
24
Universitas Sumatera Utara
tingkat penjualan saat ini dan ke depan. Untuk itu dapat melihat perusahaan
efektif dan efisien atau tidak dalam mengelola aktivanya, sehingga aktiva yang
rendah menunjukkan keuntungan yang rendah dan sebaliknya aktiva yang tinggi
menunjukkan biaya modal modal yang terlalu tinggi juga dan menyebabkan
keuntungan tertekan.
Rasio aktivitas menurut Harahap (2008:308-309), yaitu:
1. Inventory turnover ratio
Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus
produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap
bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
2. Receivable Turn over
Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar
semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.
3. Fixed Aset Turn Over
Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari
volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya
kemampuan aktiva tetap mencipatakan penjulan yang tinggi.
4. Total asset turn over
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
5. Average Collection period
Rasio ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan
piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik. Rasio ini sejalan
dengan informasi yang digambarkan Receivable Turn Over.
Pada penelitian ini menggunakan rasio perputaran total aktiva (total assets
turnover ratio/TATO) mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan.
Semakin tinggi rasio maka semakin baik maka seandainya rasio ini rendah maka
dapat melakukan langkah – langkah seperti meningkatkan penjualan, menjual
beberapa asset, atau dikombinasikan keduanya.
25
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan pada laba perusahaan atau disebut juga
dengan rasio rentabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2006:107) rasio
profitabilitas adalah “sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek – efek
dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil – hasil operasi”. Untuk
mendapatkan laba dapat melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
Rasio profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2006:107–110), yaitu:
1. Profit margin on sales
Margin laba atas penjualan (Profit margin on sales), yang dihitung
dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Dimana margin laba
yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi atas inivestasinya pemegang saham karena leverage
keuangan.
2. Basic earning power
Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (Basic earning
power) dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga
dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini bermanfaat dalam
membandingkan perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat
pengungkitan keuangan yang berbeda.
3. Return on total assets
Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat
pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak.
4. Return on common equity
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang diukur sebagai
tingkat pengembalian ekuitas saham biasa (Return on common equity).
Pada penelitian ini menggunakan return on asset (ROA) dan net profit
margin (NPM) dalam melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Return
on Asset (ROA) sering digunakan manajer dalam mengukur kinerja perushaan
dalam menghasilkan laba. Dikarenakan laba bersih mengukur keuntungan setelah
dipotong beban bunga, sehingga profitabilitas terlihat jelas dari perusahaan
sebagai fungsi struktur modalnya. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan
26
Universitas Sumatera Utara
dapat membeli asset yang sama saat ini dan tingkat pengembalian yang tinggi dan
sebaliknya.
Net profit margin menunjukkan pendapatan bersih yang diterima dari
setiap penjualan. Semakin besar NPM semakin baik karena terlihat perusahaan
baik dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi. Namun, hal itu belum tentu
karena margin yang tinggi berarti volume penjualan rendah. Maka margin yang
rendah dan volume penjualan tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan yang baik.
2.4. Hubungan Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan
Pada dasarnya analisis rasio dalam laporan keuangan dilakukan untuk
melakukan tindakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Tindakan tersebut
salah satunya dalam hal kinerja keuangan, yakni: pendanaan atau pembiayaan
perusahaan untuk menanggulangi kesulitan keuangan (financial distress).
Pembiayaan modal banyak dilakukan perusahaan dengan menjadi perusahaan go
public, dimana perusahaan memasuki pasar modal. Hal itu dilakukan untuk lebih
mudah dalam mendapatkan modal dengan pasar modal sebagai wadah ataupun
alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Setelah perusahaan tercatat atau listed
di bursa efek maka perusahaan dapat melakukan penawaran saham, salah satu
penawaran perusahaan dengan right issue.
Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi
internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap
penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham.
27
Universitas Sumatera Utara
Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan
perusahaan dan para pemegang saham. Untuk itu hubungan right issue terhadap
kinerja perusahaan haruslah berpengaruh baik pada perusahaan. Dengan kata lain
right issue memberikan peningkatan pada kinerja keuangan dengan melihat pada
rasio keuangan baik rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio
profitabilitas di dalam penelitian ini.
2.4.1. Hubungan Right Issue Terhadap Current Ratio
Current ratio (CR) merupakan salah satu rasio dalam rasio likuiditas yang
mana merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus
segera dipenuhi. Current ratio paling sering dan umum digunakan terutama oleh
para kreditur karena menunjukkan tingkat keamanan sebuah perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya saat melakukan peminjaman.
Pada dasarnya apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari
current asset maka current ratio mengalami penurunan yang cepat. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan current asset menjadi kas menjadi lambat.
Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga
tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena current
asset tidak dimanfaatkan dengan baik. Perusahaan yang baik dalam current
rationya harus dianalisa dengan memperhatikan beberapa faktor seperti rata – rata
rasio industri, frekuensi melakukan kredit, ketepatan waktu dalam pengembalian,
dan lainya.
Hubungan right issue dengan current ratio seharusnya memiliki perbedaan
dan pengaruh baik pada sebelum dan sesudah right issue, serta pada perusahaan
28
Universitas Sumatera Utara
issuer dan perusahaan nonissuer. Pada hasil penelitian yang dilakukan Putra
(2006) menggunakan current ratio membuktikan bahwa pada uji independen
untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan issuer dan nonissuer, terlihat
current ratio signifikan artinya ada perbedaan antara perusahaan issuer dengan
nonissuer.
Rusmilawati (2006) meneliti kinerja perusahaan terhadap current ratio
dibuktikan beberapa hal, yaitu: (1) di dalam perbedaan perusahaan sebelum dan
sesudah pengumuman right issue dengan uji berpasangan, terlihat current ratio
signifikan artinya ada perbedaan pada perusahaan sebelum dan sesudah
pengumuman dan perusahaan menjadi lebih baik setelah pengumuman right issue.
(2) antara perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right
issue hasilnya signifikan artinya terdapat perbedaan current ratio antara
perusahaan yang melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan
right issue.
Andriyani (2008) meneliti pengaruh sikap refleksi oportunistik kinerja
perusahaan pada saat perusahaan sebelum dan sesudah right issue, dibuktikan
bahwa baik secara simultan dan parsial current ratio signifikan artinya ada
perbedaan sebelum dan sesudah right issue. Tarigan (2011) membuktikan bahwa
current ratio signifikan baik pada saat sebelum dan sesudah right issue, serta pada
perusahaan issuer dan nonissuer. Artinya ada perbedaan pada perusahaan setelah
right issue dan ada perbedaan pada perusahaan issuer dan nonissuer. Sedangkan
right issue terhadap kinerja perusahaan berpengaruh positif, artinya ada pengaruh.
29
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Hubungan Right Issue Terhadap Debt Ratio
Debt ratio (DR) adalah rasio yang mengukur berapa besar aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar
jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih
menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur
tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi. Rasio ini
menekankan pentingnya pendanaan utang bagi perusahaan dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan
hutang.
Hubungan right issue dengan debt ratio seharusnya memiliki perbedaan
dan pengaruh, hal itu dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan, Sukwadi
(2006) meneliti tentang debt ratio perusahaan yang melakukan right issue dan
hasilnya berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue, di mana
diperoleh hasil debt ratio signifikan dan ternyata debt ratio lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang tidak melakukan right issue.
Yokobus dan Ediningsih (2009) membuktikan, yaitu: 1) Di dalam
perbedaan perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman right issue terlihat debt
ratio signifikan artinya ada perbedaan pada perusahaan sebelum dan sesudah
pengumuman. 2) untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan issuer dan
nonissuer, terlihat debt ratio juga signifikan artinya ada perbedaan antara
perusahaan issuer dengan nonissuer. Yessi Beru tarigan (2011) membuktikan
bahwa debt ratio signifikan baik pada saat sebelum dan sesudah right issue, serta
30
Universitas Sumatera Utara
pada perusahaan issuer dan nonissuer. Artinya ada perbedaan pada perusahaan
setelah right issue dan ada perbedaan pada perusahaan issuer dan nonissuer.
2.4.3. Hubungan Right Issue Terhadap Total Asset Turnover ratio
Total asset turnover ratio (TATO) menunjukkan perputaran total aktiva
diukur dari volume penjualan. Menunjukkan seberapa jauh kemampuan semua
aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio maka semakin baik maka
seandainya rasio ini rendah maka dapat melakukan langkah–langkah seperti
meningkatkan penjualan, menjual beberapa asset, atau dikombinasikan keduanya.
Apabila rasio ini rendah akibat perputaran lambat yang menunjukkan aktiva lebih
besar dari penjualannya.
Hubungan right issue terhadap total asset turnover seharusnya memiliki
pengaruh dan ada perbedaan, dapat dilihat pada penelitan sebagai berikut:
Rusmilawati (2006) membuktikan bahwa total asset turnover signifikan pada
perubahan perusahaan sebelum dan sesudah right issue. Artinya ada perbedaan
yang terjadi pada perusahaan setelah right issue karena adanya peningkatan
penjualan setelah right issue. Andriyani (2008) meneliti pengaruh sikap refleksi
oportunistik kinerja perusahaan pada saat perusahaan sebelum dan sesudah right
issue, dibuktikan bahwa baik secara simultan dan parsial total asset turnover
signifikan artinya ada perbedaan sebelum dan sesudah right issue.
2.4.4. Hubungan Right Issue Terhadap Return on Asset
Return on Asset (ROA) adalah rasio sering digunakan manajer dalam
mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja Perusahaan
31
Universitas Sumatera Utara
diukur antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian
total aktiva setelah beban bunga dan pajak. Dikarenakan laba bersih mengukur
keuntungan setelah dipotong beban bunga, sehingga profitabilitas terlihat jelas
dari perusahaan sebagai fungsi struktur modalnya. Semakin tinggi ROA
menunjukkan perusahaan dapat membeli asset yang sama saat ini dan tingkat
pengembalian yang tinggi dan sebaliknya.
Untuk hubungan right issue dengan return on asset harus berpengaruh dan
ada perbedaan, dapat dilihat pada hasil penelitian, yaitu: Rusmilawati (2006) yang
menunjukkan ROA cukup signifikan pada perusahaan setelah dilakukannya right
issue dan begitu juga pada perusahaan issuer dan nonissuer ROA juga
berpengaruh signifikan yang artinya ada perbedaan yang terjadi. Yokobus dan
Ediningsih (2009) menunjukkan ROA memiliki perbedaan yang signifikan pada
perusahaan setelah right issue.
2.4.5. Hubungan Right Issue Terhadap Net Profit Margin
Net profit margin (NPM) yang dihitung dengan membagi laba bersih
dengan penjualan. Semakin besar NPM semakin baik karena terlihat perusahaan
baik dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi. Namun, hal itu belum tentu
karena margin yang tinggi berarti volume penjualan rendah. Sebaliknya margin
yang rendah dan volume penjualan tinggi mungkin akan mendapatkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi atas investasinya pemegang saham karena
leverage keuangan.
Untuk itu hubungan right issue dengan net profit margin (NPM) memiliki
hubungan yang berpengaruh positif dan ada perbedaan, dimana dapat dilihat pada
32
Universitas Sumatera Utara
hasil penelitian, berikut: Putra (2006) menggunakan net profit margin
membuktikan bahwa pada uji independen untuk mengetahui perbedaan kinerja
perusahaan issuer dan nonissuer, terlihat net profit margin signifikan artinya ada
perbedaan antara perusahaan issuer dengan nonissuer. Rusmilawati (2006) cukup
signifikan pada perusahaan setelah dilakukannya right issue dan begitu juga pada
perusahaan issuer dan nonissuer net profit margin juga berpengaruh signifikan
yang artinya ada perbedaan yang terjadi, sehingga menunjukkan dana yang
diperoleh dapat dikelola dengan baik.
2.5. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam melihat pengaruh
right issue terhadap kinerja perusahaan, yaitu:
Kabir dan Roosenboom (2002) meneliti tentang dapatkah pasar saham
mengantisipasi kinerja operasi masa depan dengan menggunakan bukti dari
ekuitas right issue. Penelitian menggunakan pengumuman right issue dan
mengamati bahwa penurunan harga saham yang signifikan secara statistik terjadi
ketika perusahaan mengumumkan right issue. Sampel diambil dari daftar
perusahaan industri yang melakukan right issue yang terdaftar di bursa
Amsterdam antara Januari 1984 dan Desember 1995. Namun sampel akhir terdiri
dari 58 perusahaan issuer. Data laporan keuangan dikumpulkan dari tahunan
perusahaan selama lima tahun setelah right issue. Data ini dikumpulkan dari
REACH (database Belanda tersedia di CD-ROM), dan buku tahunan perusahaan
Belanda dengan periode penelitian dari 60 hari sebelum pengumuman sampai 30
hari setelah pengumuman.
33
Universitas Sumatera Utara
Metode penelitian yang digunakan adalah event study yang digunakan
untuk mengukur reaksi harga saham menjadi pengumuman rights issue. Untuk
menguji apakah pengembalian kelebihan kumulatif rata-rata secara signifikan
berbeda dari nol. Penelitian dilakukan dengan konvensional t-test berdasarkan
pengembalian kelebihan standar dan juga melakukan non-parametrik tes seperti
uji tanda dan uji Wilcoxon signed Ranks Test. Variabel yang digunakan return on
sales yang mirip dengan return on asset, yaitu: laba bersih dibagi dengan rata-rata
awal dan nilai akhir buku total aset, arus kas dibagi dengan nilai rata-rata total
aset, laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibagi dengan nilai rata-rata total aset,
dan laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dan amortisasi (EBITDA)
dibagi dengan nilai rata-rata total aset.
Analisis empiris menunjukkan bahwa harga saham menurun secara
signifikan pada pengumuman right issue. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang
saham menafsirkan ekuitas rights issue sebagai berita negatif. Efek dari right
issue tidak kualitatif berbeda dari non-right issue. Analisis menyampaikan
informasi kualitatif sama dan menghasilkan perubahan kualitatif serupa dalam
harga saham dan kinerja operasi. Selain itu disimpulkan juga bahwa besarnya
penurunan harga saham dan kinerja perusahaan yang lebih kecil untuk perusahaan
yang melakukan right issue.
Lukose dan Rao (2003) meneliti tentang operasi kinerja perusahaan
penerbitan ekuitas melalui penawaran right issue. Penelitian menggunakan
laporan keuangan tahun 1990 sampai 2000 dengan sampel perushaan yang
digunakan adalah 392 perusahaan. Metode penelitian dengan nonparametrik
34
Universitas Sumatera Utara
Wilcoxon Signed-jajaran Uji yang menguji nol hipotesis bahwa kinerja normal
median sama dengan nol. Variabel yang digunakan adalah arus kas operasi untuk
mengukur operasi kinerja, laba sebelum bunga dan pajak untuk memeriksa
kinerja, nilai buku aktiva bersih untuk skala pendapatan operasional untuk
membandingkan kinerja di perusahaan, penjualan bersih didefinisikan sebagai
penjualan dikurangi tidak langsung pajak, market book ratio terhadap total asset,
market book ratio terhadap net worth, dan price earning ratio.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan kinerja yang lebih besar bagi
perusahaan-perusahaan besar, rendahnya market book ratio nilai perusahaan, dan
perusahaan dengan direksi rendah kepemilikan. Namun, penurunan kinerja
operasi terutama karena pemanfaatan aset yang tidak efisien ini berbeda dengan
hasil dari pasar AS. Demikian pula, Perusahaan India tanpa afiliasi dengan
kelompok-kelompok
bisnis
menunjukkan
penurunan
yang
lebih
besar
dibandingkan dengan perusahaan dengan afiliasi kelompok dan perusahaan asing.
Di antara emiten issuer, perusahaan swasta dengan kepemilikan managerial
rendah yang menunjukkan besar penurunan kinerja. Selanjutnya, mengukur nilai
pasar juga menurun selama pasca-isu periode setelah run-up pada periode pramasalah. Secara keseluruhan, penelitian mendukung model agency biaya dan
investasi peluang hipotesis.
Putra (2006) meneliti pengaruh yang diakibatkan oleh adanya issue
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan diproksikan dengan
delapan rasio yang dikelompokkan menjadi empat jenis rasio, yaitu: rasio
likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Sampel yang digunakan adalah
35
Universitas Sumatera Utara
issuer 43 perusahaan dan non-issuer 43 perusahaan. Penelitian menggunakan
pengamatan periode tahun 1996–1999 yang menggunakan size effect, yakni
pengaruh right issue diteliti berdasarkan size perusahaan. Metode pengambilan
sampel dengan kriteria (purposive sampling) dan menggunakan window dua tahun
sebelum dan dua tahun sesudah periode right issue.
Metode pengujian yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Ranks Test
karena data tidak berdistribusi normal. Hasil yang diperoleh adalah sejumlah rasio
tidak mengalami perubahan, sedangkan rasio lain mengalami perubahan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja keuangan menjadi menurun setelah
perusahaan melakukan right issue dilihat dari rasio total assets turnover ratio dan
return on assets. Tidak ada perbedaan signifikan untuk rasio-rasio lainnya.
Sementara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue lebih baik
daripada perusahaan yang tidak melakukan right issue untuk sebagian besar rasio
keuangan yang diteliti.
Sukwadi (2006) adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan right issue dan
perusahaan yang tidak melakukan right issue serta menganalisis rasio keuangan
yang mempengaruhi probabilitas perusahaan melakukan right issue. Variabel
dependen menggunakan rasio-rasio keuangan, yaitu: current ratio, debt ratio, debt
to equity ratio, ROA, ROE, Total assets turnover dan variable independen adalah
right issue. Penelitian diuji dengan metode SPSS yaitu menggunakan Independent
sample t Test dan Logistic regression. Sampel penelitian ini adalah 81 perusahaan,
36
Universitas Sumatera Utara
yaitu 34 untuk perusahaan yang melakukan right issue dan 47 perusahaan yang
tidak melakukan right issue.
Hasil analisis penelitian ini, yaitu: debt ratio dan debt to equity ratio
memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai signifikansi untuk debt ratio
(DR) sebesar 0,011 dan nilai signifikansi untuk debt to equity ratio (DER) sebesar
0,011 pada α = 5 % yang menggunakan Independent sample t Test. Sedangkan
hasil analisis menggunakan Logistic Regression diketahui bahwa hanya debt ratio
dan debt to equity ratio yang berpengaruh signifikan terhadap probabilitas
perusahaan yang melakukan right issue dengan nilai signifikansi untuk debt ratio
(DR) sebesar 0,033 dan nilai signifikansi untuk debt to equity ratio (DER) sebesar
0,047 pada α = 5 %.
Dengan kata lain penelitian ini menunjukkan perusahaan yang melakukan
right issue menginginkan adanya perubahan struktur modal, yaitu perbaikan
kinerja solvabilitas perusahaan. Perubahan struktur modal akan mempengaruhi
perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang atau
kewajiban-kewajiban jangka panjang. Perbaikan struktur modal atau kinerja
solvabilitas akan membantu tercapainya stabilitas finansial dan jaminan akan
kelangsungan hidup perusahaan.
Rusmilawati (2006) meneliti tentang pengaruh penawaran terbatas
terhadap kinerja keuangan perusahaan go public. Penelitian menggunakan sampel
perusahaan yang melakukan right issue tahun 2001–2004 dengan sampel
penelitian adalah 51 perusahaan yang melakukan right issue dan 54 perusahaan
yang tidak melakukan right issue. Metode pengambilan sampel dengan purposive
37
Universitas Sumatera Utara
sampling dan menggunakan pengujian dengan uji t sampel berpasangan (paired
sample t-test) untuk menguji perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
sesudah right issue dan uji t sampel bebas (independent sample t-test) untuk
menguji perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue
dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue. Hasil penelitian adalah
current ratio, return on assets, total assets turnover ratio lebih baik setelah
melakukan right issue, tetapi solvabilitas tidak ada perubahan. Sedangkan rasio
likuiditas dan solvabilitas memiliki perbedaaan antara perusahaan yang
melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue.
Andriyani (2008) meneliti tentang refleksi oportunistik manajemen pada
kinerja perusahaan setelah dan sesudah right issue. Teknik penelitian ini
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel perusahaan digunakan 16
sampel yang
melakukan right issue selama periode 2003–2005 dan bukan
perusahaaan sektor keuangan. Penelitian dengan menggunakan rasio current ratio,
ROI, NPM, DER, total of asset turnover, dan return serta abnormal return. Hasil
analisis secara simultan menunjukkan oportunistik manajemen dan waktu right
issue
terhadap
kinerja
keuangan
signifikan,
sedangkan
secara
parsial
menunjukkan current ratio, DER, dan total of asset turnover terbukti signifikan
terhadap kinerja saham dan waktu right issue terhadap kinerja keuangan dan
saham tidak signifikan.
Setiajaya (2009) meneliti tentang pengaruh right issue terhadap kinerja
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan
kinerja antara perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang
38
Universitas Sumatera Utara
tidak melakukan right issue. Penelitian ini menggunakan 39 sampel perusahaan
yang melakukan right issue dan 35 perusahaan yang tidak melakukan right issue
dengan menggunakan window 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah right issue.
Metode pengujian menggunakan pengujian statistik parametric, yaitu: uji t
untuk dua sampel independen (independent sample t-test). Hasil penelitian ini
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja pada current ratio, return
on assets dan total assets turnover ratio antara perusahaan yang melakukan right
issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue.
Yokobus dan Ediningsih (2009) meneliti tentang pengaruh right issue
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan. Penelitian dengan event study yang
menjadi peristiwa adalah right issue dengan dampaknya dilihat dari kinerja
keuangan yang diproksikan melalui rasio–rasio keuangan ROA, ROE, NPM, DR,
dan DER. Sampel penelitian adalah 14 issuer dan 33 non issuer ayng melalakukan
right issue antara tahun 2001 sampai dengan 2003.
Pengujian dilakukan dengan uji-t berpasangan (paired t – test) untuk
melihat signifikansi perbedaan rata – rata rasio keuangan sebelum dan sesudah
right issue dan uji-t sample bebas (independent sample t – test) untuk melihat
perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan yang melakukan
right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
sebelum dan sesudah right issue. Selain itu tidak ada perbedaan kinerja keuangan
antara perusahaan yang melakukan right issue dengan yang tidak melakukan right
39
Universitas Sumatera Utara
issue yang menggunakan rasio ROA, ROE, NPM, Debt ratio, dan DER yang
menghasilkan perbedaaan yang signifikaan.
Shahid, Xia, Mahmood, dan Usman (2010) meneliti tentang pengumuman
pengaruh Seasoned Equity Offerings (SEO) di Cina. Penelitian menggunakan
laporan keuangan selama tahun 1998 sampai dengan 2008. Penelitian ini meneliti
reaksi harga saham terhadap pengumuman right issue di Cina. Penelitian
mendokumentasikan efek pengumuman masalah right dan penawaran umum
(SEO). Periode pengamatan, yakni: pengumuman tanggal untuk SEO sebagai
acara tanggal rapat direksi (BOD), tanggal rapat pemegang saham dan
pengumuman tanggal kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan sampel 565
melakukan right issue dan 152 pengamatan dari seasoned public offerings.
Sampel secara keseluruhan 717 dengan penarikan sampel 302 dari Shanghai dan
Shenzhen bursa, 263 di bursa saham dan SEO ditarik 152 dengan 87 diterbitkan di
shanghai dan 65 di Shenzhen bursa. Variable penelitian dengan menggunakan
abnormal return dan harga saham.
Metode penelitian yang digunakan adalah dua model yang berbeda
digunakan untuk menghasilkan pengembalian yang diharapkan dari surat
berharga, yaitu: Market Adjusted Return Model dan Mean Adjusted Return Model.
Semua penelitian lain pada seasoned equity offerings mendokumentasikan reaksi
pasar pada saat tanggal pengumuman rights. Namun disebabkan sifat yang
berbeda regulasi di Cina, tanggal pengumuman tersedia beberapa, yaitu: tanggal
dewan direksi pertemuan, tanggal pertemuan pemegang saham, tanggal
persetujuan CSRC, dan tanggal pengumuman kepada masyarakat. Hasil penelitian
40
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa right issue berhubungan dengan reaksi pasar positif
sementara pengumuman SEO menyampaikan sinyal negatif ke pasar.
Tarigan (2011) yang meneliti tentang analisis kinerja keuangan perusahaan
sebelum dan sesudah right issue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah perusahaan melakukan right
issue, serta untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan
yang melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue dan
untuk menganalisis pengaruh right issue terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Variabel dependen adalah kinerja keuangan yang diproksi dengan current
ratio, debt ratio, return on assets, dan total asset turnover, sedangkan varibel
independen adalah right issue. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif,
jenis penelitian deskriptif dan sifat penelitian adalah komparatif. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 28 perusahaan yang melakukan right issue,
dan 31 perusahaan yang tidak melakukan right issue. Metode pengujian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji t sampel berpasangan untuk hipotesis
pertama, uji t sampel bebas untuk hipotesis kedua, dan regresi sederhana untuk
hipotesis ketiga.
Hasil pengujian pertama menunjukkan bahwa current ratio meningkat dan
debt ratio menurun setelah right issue. Hasil pengujian kedua menunjukkan
bahwa antara perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang
tidak melakukan right issue terdapat perbedaan pada current ratio dan debt ratio.
Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa right issue berpengaruh positif
terhadap current ratio dan berpengaruh negatif terhadap debt ratio. Kesimpulan
41
Universitas Sumatera Utara
dari penelitian ini adalah terdapat perubahan setelah right issue pada current ratio
dan debt ratio. Terdapat perbedaan pada current ratio dan debt ratio antara
perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan
right issue. Juga disimpulkan bahwa right issue berpengaruh terhadap current
ratio dan debt ratio.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Nama
peneliti/
Tahun
1.
Rezaul
Kabir dan
Peter
Roosen
boom/
2002
2.
P J Jijo
Lukose and
S Narayan
Rao/ 2003
Judul
Penelitian
Variabel
Alat Analisis
Hasil
Can the stock
market
anticipate
future
operating
performance?
Evidence from
equity rights
issues
Return on
Sales
Nonparametrik tes
seperti uji
tanda dan uji
Wilcoxon
Signed Ranks
Test
Operating
Performance of
the Firms
Issuing Equity
through Rights
Offer
Operating
income,
Profitabili
tas,Operasi
kinerja,
kepemilika
n afiliasi,
manage
rial, asset,
Market to
book ratio,
dan
leverage
Metode
penelitian
dengan non
parametrik
Wilcoxon
Signed-jajaran
Uji
Hasil menunjukkan bahwa
harga saham menurun
secara signifikan pada
pengumuman right issue
karena pemegang saham
menafsirkan ekuitas rights
issue sebagai berita negatif.
Efek dari right issue tidak
kualitatif berbeda dari nonright issue. Selain itu
disimpulkan juga bahwa
besarnya penurunan harga
saham dan kinerja
perusahaan yang lebih kecil
untuk perusahaan yang
melakukan right issue.
kepemilikan.
Hasil penelitian
menunjukkan penurunan
kinerja yang lebih besar
bagi perusahaanperusahaan besar,
rendahnya market book
ratio nilai perusahaan, dan
perusahaan dengan direksi
rendah kepemilikan
42
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
3.
I Nyoman
Wijana
Asmara
Putra/
2006
Pengaruh Right
Issue terhadap
Kinerja
Perusahaan di
Bursa Efek
Jakarta Tahun
1996 -1999
4.
Robby
Sukwadi/
2006
5.
Rusmila
wati/ 2006
Analisis
Perbedaan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
yang Melakukan
Right Issue dan
Perusahaan
yang Tidak
Melakukan
Right Issue di
Bursa Efek
Jakarta Periode
2000-2003
Pengaruh
Penawaran
Terbatas pada
Kinerja
Keuangan
Perusahaan Go
Public
Current Ratio,
Assets
Turn over,
Leverage &
Debt to equity
Ratio,
Operating
Profit Margin,
Net Profit
Margin,
Return on
Asset, Return
on Equity, dan
Right Issue.
Current Ratio,
Debt Ratio,
Debt to Equity
Ratio,
ROA,ROE,
Total Assets
Turnover.
Statistic Non
parametric
dengan
Kolmogrov Smirnov
Kinerja keuangan
mengalami penurunan
setelah right issue,
tetapi perusahaan yang
melakukan right issue
lebih baik daripada
yang tidak melakukan
right issue untuk rasio
yang diteliti.
Independent
sample t Test
dan Logistic
regression
Debt Ratio dan Debt to
Equity Ratio yang
berpengaruh signifikan
terhadap perusahaan
yang melakukan right
issue. Untuk itu Debt
Ratio dan Debt to
Equity Ratio memiliki
perbedaan signifikan.
Kas terhadap
utang lancar,
total utang
lancar
terhadap total
asset,total
utang jangka
panjang
terhadap total
asset, total
utang jangka
panjang
terhadap total
ekuitas, ROI,
ROE, NPM,
penjualan
terhadap total
asset,
penjualan
terhadap
piutang. PBV,
PER, dan
Right issue.
Uji-t
berpasangan
(paired t –
test) dan ujit sampel
bebas
(independent
sample t –
test.
Kinerja perusahaan
setelah right issue
lebih baik daripada
sebelum right issue.
Sedangkan kinerja
perusahaan issuer
underperformed
terhadap perusahaan
non issuer.
43
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
6.
Lilik Andri
yani/
2008
7.
Shandy
Setiajaya/2
009
8.
Aryono
Yokobus
dan Sri
Isworo
Ediningsi/
2009
9.
Humera
Shahid,
Xia
Xinping,
Faiq
Muhamad,
dan
Muhamad
Usman/
2010
Yessi Beru
Tarigan/
2011
10.
Refleksi
Oportunistik
Manajemen
pada Kinerja
Perusahaan
Sebelum dan
Sesudah Right
Issue
Pengaruh
Right Issue
terhadap
Kinerja
Perusahaan
yang tercatat
di Bursa Efek
Indonesia
tahun 2004 2007
Pengaruh
Right Issue
terhadap
Kinerja
Keuangan
Pada
Perusahaan
yang Tercatat
di Bursa Efek
Indonesia
Announcement
Effects of
Seasoned
Equity
Offerings in
China
Analisis
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Sebelum dan
Sesudah Right
Issue Tahun
2005 - 2007
Pada
Perusahaan
Yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
CR, DER,
ROI, NPM,
TAT,
Return,
Abnormal
Return, dan
Discretionar
y Accrual
Current
ratio, Return
on Assets
dan Total
Assets
Turnover
Ratio.
Purposive
sampling
dengan Uji
–F
Pengaruh Kinerja saham
secara signifikan terbukti,
sedangkan right issue
terhadap kinerja keuangan
dan saham tidak terbukti.
uji t untuk
dua sampel
indepen
den
(independe
nt sample
t-test).
Tidak terdapat perbedaan
kinerja pada rasio CR,
TATOR dan ROA antara
perusahaan yang
melakukan right issue dan
perusahaan yang tidak
melakukan right issue.
Return on
Asset,
Return on
Equity, Net
Profit
Margin,
Debt ratio,
Debt to
equity ratio,
dan Right
issue.
Abnormal
return dan
harga saham
Uji-t
berpasa
ngan
(paired t –
test) dan
uji-t
sampel
bebas
(independe
nt sample t
– test)
Market
Adjusted
Return
Model dan
Mean
Adjusted
Return
Model
Kinerja keuangan
perusahaan tidak ada
perbedaaan antara
perusahaan yang
melakukan right issue
dengan yang tidak
melakukan right issue.
Namun,ukuran kinerja
keuangan menunjukkan
adanya perbedaan pada
rasio utang.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa right
issue berhubungan dengan
reaksi pasar positif
sementara pengumuman
SEO menyampaikan sinyal
negatif ke pasar
Current
ratio, Debt
ratio, Return
on Assets,
dan Total
Asset
Turnover.
Uji t
sampel
berpasanga
n, uji t
sampel
bebas, dan
regresi
sederhana.
Perubahan setelah right
issue terdapat pada current
ratio dan debt ratio, selain
itu ada perbedaan current
ratio dan debt ratio antara
perusahaan yang
melakukan right issue
dengan perusahaan yang
tidak melakukan right
issue. Serta right issue
berpengaruh terhadap
current ratio dan debt
ratio.
44
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konseptual
Keputusan struktur modal di dalam perusahaan dapat menggunakan modal
sendiri atau pinjaman. Perusahaan dalam mengambil keputusan struktur modal ini
tidak hanya berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga
berpengaruh terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan membuat
keputusan sturktur modal ini dengan memperhatikan beberapa alasan, yaitu:
memperluas operasi, mengganti atau memperbarui aktiva tetap, atau untuk
mendapatkan beberapa manfaat lainnya dalam jangka panjang (Gitman, 2009).
Salah satu keputusan struktur modal yang digunakan perusahaan adalah
dengan menawarkan right issue. Right issue dapat menjadi solusi potensial untuk
penyeleksian buruk yang terkait dengan masalah modal dan memiliki biaya
langsung yang relatif rendah (Lukose dan Rao, 2003). Namun biaya tidak
langsung juga mempengaruhi masalah right issue, seperti: pajak dari penolakan
right issue, biaya transaksi dari penjualan kembali right issue, dilusi kepemilikan
saham, dan masalah keagenan (Hansen, 1988 dan Eckbo dan Masulis, 1995).
Right issue adalah keputusan struktur modal yang merupakan pembiayaan
atau sumber dana jangka panjang yang digunakan untuk investasi agar
mendapatkan keuntungan. Bila manajemen gagal dalam mencocokan dana
tersebut atau dana jangka panjang digunakan untuk jangka pendek dan sebaliknya
maka akan membawa akibat fatal bagi perusahaan. Dengan kata lain akan
mempengaruhi keteraturan tentang kinerja security price dan pendapatan dalam
seasoned equity offerings (SEO) (Eckbo dan Masulis, 1995 dan Ritter, 2003).
Pembiayaan yang dipilih adalah sumber dana dengan biaya paling murah sesuai
45
Universitas Sumatera Utara
dengan kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan untuk menjaga
kinerja keuangan perusahaan (Noer, 2009). Masalah kinerja keuangan perusahaan
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu: efek pengumuman, jangka panjang kinerja
operasi, dan jangka panjang kinerja security price (Lukose dan Rao, 2003).
Penilaian kinerja keuangan perusahaan salah satunya dengan analisis rasio.
Hal itu dapat dilakukan dengan cross sectional approach untuk mengetahui
baik/buruk operasi yang dilakukan perusahaan dibandingkan perusahaan lain,
selain itu dengan time series approach untuk membandingkan rasio perusahaan
saat ini dengan sebelumnya sehingga dapat diketahui perusahaan maju atau
mundur (Brigham dan Houston, 2006).
Analisis rasio keuangan sering digunakan karena memberikan interpretasi
yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang menjelaskan hubungan yang saling
terkait antara variabel. Rasio keuangan dapat terbagi empat, yaitu: rasio leverage
(leverage ratio), rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio tingkat perputaran
(turnover ratio), dan Rasio profitabilitas (profitability ratio) (Brealey, Myers, dan
Marcus, 2008). Penelitian ini menggunakan rasio keuangan, yaitu: current ratio,
debt ratio, total assets turnover, return on asset, dan net profit margin.
Current ratio merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki (Darsono
dan Ashari, 2005). Apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari current
asset maka menyebabkan penurunan yang cepat pada current ratio. Sebaliknya
jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga tidak baik.
46
Universitas Sumatera Utara
Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena current asset tidak
dimanfaatkan dengan baik (Brigham dan Houston, 2006).
Debt ratio adalah rasio yang mengukur berapa besar aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh kreditur. Apabila semakin tinggi debt ratio semakin besar
jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih
menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur
tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi (Syamsuddin,
2007).
Total asset turnover digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan (Darsono
dan Ashari, 2005). Apabila semakin tinggi rasio maka semakin baik maka
seandainya rasio ini rendah maka dapat melakukan langkah – langkah seperti
meningkatkan penjualan, menjual beberapa asset, atau dikombinasikan keduanya
(Harahap, 2008).
Return on Asset adalah rasio antara laba bersih terhadap total aktiva
mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak
(Brigham dan Houston, 2006). Apabila semakin tinggi ROA menunjukkan
perusahaan dapat membeli asset yang sama saat ini dan tingkat pengembalian
yang tinggi dan sebaliknya. Net profit margin merupakan gambaran persentase
keuntungan bersih yang diperoleh perushaaan untuk setiap penjualan karena
adanya unsur pendapatan dan biaya operasional (Darsono dan Ashari, 2005).
Apabila semakin besar NPM semakin baik karena terlihat perusahaan baik dalam
47
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan laba yang cukup tinggi. Namun, hal itu belum tentu karena margin
yang tinggi berarti volume penjualan rendah. Sebaliknya margin yang rendah dan
volume penjualan tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan yang
baik (Brigham dan Houston, 2006).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual pada
penelitian adalah:
1. Perbedaan right issue terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah
pengumuman dan pengaruh right issue.
Right Issue
(X)
Kinerja perusahaan
sebelum pengumuman
(Y1)
Kinerja perusahaan
setelah pengumuman
(Y2)
Rasio Keuangan :
Rasio Keuangan :
1. Current ratio
2. Debt ratio
3. Total Asset
Turnover
4. Return on Asset
5. Net Profit
Margin
Dibandingkan
1. Current ratio
2. Debt ratio
3. Total Asset
Turnover
4. Return on Asset
5. Net Profit
Margin
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Hipotesis Pertama
48
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka konseptual hipotesis pertama diketahui bahwa
kinerja perusahaan sebelum right issue akan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan setelah right issue. Kinerja perusahaan diproksikan dengan rasio,
yaitu: current ratio, debt ratio, total asset turnover, return on asset, dan net profit
margin.
2. Perbedaan right issue terhadap kinerja perusahaan yang issuer dan nonissuer.
Right Issue
(X)
Perusahaan Issuer
(Y1)
Perusahaan Nonissuer
(Y2)
P
Rasio Keuangan :
Rasio Keuangan :
Dibandingkan
1.
Current ratio
2. Debt ratio
3. Total Asset
TurnOver
4. Return On Asset
5. Net Profit Margin
1. Current ratio
2. Debt ratio
3. Total Asset
TurnOver
4. Return On Asset
5. Net Profit Margin
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Hipotesis Kedua
49
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka konseptual hipotesis kedua diketahui bahwa akan
ada perbedaan kinerja perusahaan issuer dan nonissuer. Kerangka konseptual
diatas dibuat dengan penyesuain dari hasil penelitian, dengan kinerja perusahaan
diproksikan dengan rasio, yaitu : current ratio, debt ratio, total asset turnover,
return on asset, dan net profit margin.
3. Pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan yang dilihat pada current
ratio, debt ratio, total asset turnover, return on asset, dan net profit margin.
Current ratio
(Y1)
Debt ratio
(Y2)
Right Issue
(X)
Total Asset Turnover
(Y3)
Return on Asset
(Y4)
Net Profit Margin
(Y5)
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual Hipotesis Ketiga
Kerangka konseptual pada hipotesis ketiga menunujukkan adanya
pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan. Right issue akan mempengaruhi
kinerja perusahaan secara parsial. Kinerja perusahaan dianalisa berdasarkan rasio,
50
Universitas Sumatera Utara
yaitu: current ratio, debt ratio, total asset turnover, return on asset, dan net profit
margin. Untuk itu right issue harus berpengaruh signifikan pada current ratio,
total asset turnover, return on asset, dan net profit margin, dan berpengaruh
negatif pada debt ratio.
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio
(CR), debt ratio (DR), total assets turnover ratio (TATO), return on assets
(ROA) dan net profit margin (NPM) sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan right issue yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio
(CR), debt ratio (DR), total assets turnover ratio (TATO), return on assets
(ROA) dan net profit margin (NPM) antara perusahaan issuer dan nonissuer
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
3. Right issue berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari
current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover ratio (TATO), return
on assets (ROA) dan net profit margin (NPM) yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia.
51
Universitas Sumatera Utara
Download