BAB I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
UJI SCHIRMER I SEBELUM DAN SESUDAH 2 JAM MENGGUNAKAN
KOMPUTER
IRSAD SADRI
Bagian Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang
akhir–akhir ini sebagai tuntutan globalisasi mengharuskan seseorang untuk
selalu mendapat informasi mutakhir, baik melalui media elektronik, media
massa, internet serta penggunaan komputer yang sangat luas. Beberapa gejala
pada mata akibat penggunaan komputer telah dilaporkan dimana bagian dari
perangkat komputer yang berpengaruh terhadap mata operator adalah monitor
komputer atau Visual Display Terminal (VDT) 1. Gejala–gejala yang dapat
terjadi pada mata adalah astenopia yang dapat mencapai 75 %–90 % yang
dilaporkan WHO2, mata kering, sakit kepala, kabur melihat dekat secara
periodik, kadang–kadang kabur melihat jauh, mata merah, rasa panas, silau,
pemakaian lensa kontak yang tidak nyaman, perubahan persepsi warna, nyeri
leher dan bahu, istilah yang digunakan akibat penggunaan komputer dikenal
dengan Computer Vision Syndrome (CVS) atau VDT 1,3. Sekarang ini di Amerika
serikat lebih 100 juta orang menggunakan komputer, lebih 50 persen
pengguna komputer mengalami Computer Vision Syndrom (CVS) sebagai
istilah yang digunakan oleh American Optometric Association 4.
Disamping astenopia akibat kerja mata yang berlebihan didepan komputer juga
Mata
kering
berpotensi
menimbulkan
mata
kering
(dry
eye)3,5.
menggambarkan suatu keadaan defisiensi air mata baik secara kualitas
maupun kuantitas, terjadi akibat penguapan air mata yang berlebihan. Pada
para pengguna komputer terjadinya mata kering dihubungkan dengan
berkurangnya kedipan mata selama menggunakan komputer 3,5,6
Keluhan yang banyak dari pengguna komputer adalah pengaruh langsung pada
mata, biasanya keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi kerusakan
struktur yang permanen dapat terjadi 2. Untuk mengurangi dampak
penggunaan komputer tersebut telah dikembangkan ergonomis tempat dan
lingkungan kerja seperti monitor komputer, rancangan tempat kerja,
penerangan, suhu , kelembaban dan lain–lain 2
Gejala mata kering yang terjadi pada pengguna komputer akibat kerja mata
yang berlebihan didepan komputer jika terjadi dalam jangka waktu yang lama
dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang menetap7
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apakah penggunan komputer selama 2
mempengaruhi sekresi air mata yang berarti
©2003 Digitized by USU digital library
jam
terus
menerus
dapat
1
C. HIPOTESA
Terdapat perbedaan hasil Uji Schirmer I
menerus menggunakan komputer
sebelum dan sesudah 2 jam terus
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum:
Untuk mengetahui efek paparan cahaya komputer terhadap kondisi air mata
Tujuan khusus:
1. Mengetahui karakteristik sampel
2. Mengetahui perubahan sekresi air mata dengan menggunakan uji Schimer I
MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat memprediksi efek penggunaan komputer terhadap kondisi air mata
dengan uji Schirmer I
2. Apakah penggunaan komputer selama 2 jam terus menerus memerlukan
pengobatan substitusi (artificial tears) atau tidak
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
KERANGKA TEORI
A. 1. Sistim Lakrimal
Terdiri dari 2 sistim, yaitu 8,9 ,10:
1. Sistim sekresi
2. Sistim ekskresi
Ada beberapa komponen sekresi yang terdiri dari: Glandula lakrimal (kel.
Utama), glandula lakrimal asesoris (Krause dan Wolfring), glandula sebasea
palpebra (kel. Meibom) dan sel–sel goblet dari konjuntiva (Musin) 9,11.
Persyarafan dari sistim sekresi oleh
syaraf trigeminus (V) dan syaraf
simpatik tidak memberikan efek pada sekresi 10. Sistim sekresi terdiri dari
sekresi basal dan reflek sekresi. Sekresi basal terdiri dari kelenjar asesoris
air mata dari Krause dan Wolfring sedangkan reflek sekresi dari kelenjar air
mata yang utama terdiri dari porsi orbita dan palpebra 10
Sistim ekskresi dari air mata dimulai dari puntum lakrimalis superior dan
inferior, ampula, kanalikulus, kanalikulus komunis, sakkus lakrimalis, duktus
nasolakrimalis dibagian akhir terdapat katup Hasner 12 dan berakhir dimeatus
nasi inferior. Persyarafan juga berasal dari syaraf trigeminus dan simpatetik
yang berasal dari simpatetik orbita 10.
A. 2.
Air
1.
2.
3.
4.
5.
Fungsi air mata
mata berfungsi sebagai 8,10, 13 , 14:
Sebagai optik yang mempertahankan permukaan kornea
Menghapus benda asing dari permukaan kornea
Sumber oksigen terhadap epitel kornea dan konjuntiva
Pelicin antara kelopak mata dan permukaan mata
Jalur untuk sel–sel lekosit menuju kebagian sentral kornea
bila terjadi trauma kornea
6. Sebagai anti bakterial
©2003 Digitized by USU digital library
avaskuler
2
7. Media untuk membuang debris dan sel yang mengalami deskuamasi
A.3. Fisiologi pengeluaran air mata
Air mata (tear film) berjalan menutupi permukaan bolamata dan kelopak mata
kemudian masuk kepungtum lakrimal terus kekanalikuli, sakus lakrimal, duktus
naso lakrimal terus kehidung. Kebanyakan tear film dieliminasi secara langsung
melalui evaporasi dan diabsorbsi disakus lakrimal 12. Pengaliran dari air mata
merupakan proses yang aktif dengan mekanisme yang beragam adanya
keaktifan pompa palpebra-kanalikuler yang dilaporkan oleh Doane, Rosengren,
Frieberg, Chavis dan Maurice 8,12.
Sewaktu kelopak mata membuka sebelum mata mulai berkedip maka kanalikuli
siap untuk diisi air mata. Kelopak mata atas turun sebagai awal berkedip dan
bagian medial kelopak mata sekitar puntum akan naik, puntum bagian atas dan
bawah akan berkontak lebih kuat dan hanya setengah jalan yang tertutup.
Sewaktu puntum tertutup sewaktu berkedip akan menekan kanalikuli dan
sakkus lakrimal air mata terdorong melalui duktus nasolakrimalis dan melalui
hidung 12, volume air mata akan minimum sewaktu berkedip.
Teori Pompa lakrimal yang dikembangkan oleh Jones menyatakan sewaktu
kelopak mata menutup fisura kelopak mata berpindah kenasal dan air mata
pindah ke daerah puntum, antara kelopak mata, konjuntiva dan karunkulae
daerah lakrimal. Sewaktu relaksasi kelopak pada saat mata terbuka kanalikuli
dan ampula ditekan oleh otot pretarsal superfisial dan pretarsal dalam, yang
sangat elastis dan akan menghasilkan tekanan negatif didalam ampulakanalikuler sistim menyebabkan air mata terhisap kedalam puntum, kemudian
sewaktu kelopak mata menutup lagi, air mata yang sebelumnya di ampula–
sistim kanalikuli selanjutnya apabila kelopak mata terbuka air mata ditekan ke
sakus lakrimal 12
A. 4. Tear film
Permukaan depan bola mata ditutupi oleh suatu lapisan yang disebut Tear film
10, 14,15
, berperan juga untuk pembentukan dan mempertahankan kualitas air
mata. Tear film terdiri dari tiga lapisan:
- Lapisan superfisial (lipid), yang dihasilkan oleh kelenjar meibom dan
kelenjar sebasea, berfungsi mencegah eveporasi. Tebalnya 0,1 um terdiri
dari sedikitnya sembilan jenis lemak yaitu hydrokarbon (7,54 %), sterol
ester (27,3 %), wax ester (32,3 %), diester region (7,54 %), tryacyl gliserol
(3,7 %), post tryacyl gliserol (2,98 %), free sterol (1,63 %), free fatty acid
(1,98 %) dan polar lipid (14,8 %) 16, dengan titik leleh yang berbeda–beda,
namun pada komposisi fraksi lemak yang ideal seluruh komponen akan
meleleh pada suhu tubuh. Perubahan komposisi fraksi lemak akan
menimbulkan deviasi dan corakan lipid normal yang dinilai berdasarkan
interferensi warna dan selanjutnya akan mengganggu kestabilan air mata.
Lapisan lipid bersifat hidropobik, memperlambat evaporasi dan untuk
lubrikasi
- Lapisan akuos, yang disekresi oleh kelenjar lakrimalis dan kelenjar Krause
serta Wolfring. Mengandung garam–garam inorganik, glukosa, urea, protein
dan glikoprotein yang berfungsi dalam pengambilan oksigen untuk
metabolisme kornea. Tebalnya 6,5 um–7,5 um, merupakan komponen
terbesar dari air mata, seperti juga pada lapisan yang lain gangguan pada
komposisi akan mempunyai dampak pada kualitas air mata
- Lapisan mukus, dihasilkan oleh sel–sel goblet konjuntiva dan merupakan
lapisan terdalam. Tebal 0,02 um–0,05 um. variasi musin lain dihasilkan
kelenjar lakrimalis yang teriritasi. Kualitas lapisan ini secara klinis dapat
dinilai dengan uji
Ferning. Mukus merupakan faktor penting untuk
©2003 Digitized by USU digital library
3
menurunkan tegangan permukaan (surfactant) epitel kornea
hidropobik, sehingga permukaan tersebut dapat dibasahi air mata.
yang
Sekresi air mata pada satu mata adalah 60 gram/hari (Janin 1772), sedangkan
sekresi basal 0,6 ml–1,2 ml permenit (Frieberg 1941, Nover dan Jaeger 1952,
Mishima 1966, Gonzales de la rosa 1981) 8,10. 10 %–25 % dari total air mata yang
disekresi akan hilang melalui evaporasi. Bila tidak ada lapisan lipid eveporasi akan
meningkat 10–20 kali.
B. Pemeriksaan air mata
Beberapa pemeriksaan air mata baik secara kuantitas maupun kualitas yang
ditentukan oleh komposisi komponen yang ada pada ketiga lapisan air mata akan
mencakup dua kategori pemeriksaan yaitu:
1. Untuk mengukur produksi air mata
2. Untuk mengevaluasi stabilitas air mata
Beberapa pemeriksaan air mata 17, 18 Yaitu:
1. Pemeriksaan Tear meniskus, cara pemeriksaan produksi air mata normal
menghasilkan meniskus air mata, penuh dan sedikit konkaf, kira–kira 0,5
mm 18, 1,0 mm 17. Pada defesiensi air mata meniskus akan berkurang atau
tidak ada dan mungkin mengandung mukus atau debris
2. Uji Schirmer, untuk menilai kuantitas air mata, menilai kecepatan sekresi
air mata dengan memakai kertas filter Whatman 41 bergaris 5 mm–30 mm
dan salah satu ujungnya berlekuk berjarak 5 mm dari ujung kertas . Kertas
lakmus merah dapat juga dipakai dengan melihat perubahan warna.
Perbedaan kertas lakmus dengan kertas filter hanya sedikit. Rata–rata hasil
bila memakai Whatman 41 adalah 12 mm (1 mm–27 mm) sedangkan lakmus
merah 10 mm (0 mm–27 mm).
Uji Schirmer I dilakukan tanpa anestesi topikal, ujung kertas berlekuk
diinsersikan ke sakus konjuntiva forniks inferior pada pertemuan medial dan
1/3 temporal palpebra inferior. Pasien dianjurkan menutup mata perlahan–
lahan tetapi sebagian peneliti menganjurkan mata tetap dibuka dan melihat
keatas. Lama pemeriksaan 5 menit dan diukur bagian kertas yang basah,
diukur mulai dari lekukan. Nilai normal adalah 10 mm–25 mm 11, 10 mm–30
mm 12
Uji Schirmer II dengan penetesan anestesi topikal untuk menghilangkan efek
iritasi lokal pada sakkus konjuntiva. Kemudian syaraf trigeminus dirangsang
dengan memasukkan kapas lidi kemukosa nasal atau dengan zat aromatik
amonium, maka nilai schirmer akan bertambah oleh adanya reflek sekresi.
Pemeriksaan ini yang diukur adalah sekresi basal karena stimulasi dasar
terhadap refleks sekresi telah dihilangkan.
3. Tear Film Breakup Time (TBUT), Pasien didudukkan didepan slit lamp,
kemudian diberi zat fluoresen kedalam sakus konjuntiva, pasien menutup
mata dengan tujuan agar fluoresen menyebar kepermukaan kornea. Dengan
memakai sinar filter cobalt warna biru dilihat gambaran bintik kering (dry
spot) pada kornea yaitu daerah bebas fluoresen berwarna hitam. Normal
waktu 15 detik–30 detik, bila kurang 10 detik berarti defisiensi musin.
Pemeriksaan ini digunakan pada pemeriksaan defisiensi musin 17.
4. Uji Rose Bengal, uji ini lebih sensitif dari fluoresen, warna rose bengal akan
mewarnai sel–sel epitel kornea yang tidak vital juga sel–sel pada konjuntiva.
Penilaiannya: 0 – 4 +, bila 3 + - 4 + berarti pewarnaan lebih banyak,
secara klinis adalah hiposekresi lakrimal.
©2003 Digitized by USU digital library
4
5. Pemeriksaan Lisozim air mata, metode ini memakai kertas filter
berbentuk cakram ukuran 6,0 mmdiletakkan didalam sakus konjuntiva untuk
menyerap air mata. Konsentrasi lisozim biasanya berkurang pada sjogren
syndrom
6. Uji Ferning (Ocular Ferning Test), Air mata yang terdapat di forniks
dikumpulkan dengan spatula atau mikropipet tanpa anestesi topikal. Sampel
air mata diletakkan diatas gelas objek, ditutup dan dibiarkan kering (5–10
menit) pada suhu kamar. Lihat dibawah mikroskop cahaya dengan
pembesaran 40–100 kali. Secara mikroskopik tampak gambaran arborisasi
seperti pohon pakis ada mata normal.
7. Impresi Sitologi konjungtiva, pemeriksaan untuk sel goblet konjuntiva.
Pada orang normal sel goblet banyak dikwadran infranasal. Hilangnya sel
goblet ditemukan pada penderita keratokonjuntvitis sikka, trakoma, sikatriks
okular pada Steven–Johnson Syndrome dan avitaminosis A.
8. Pemeriksaan osmolaritas air mata, air mata mempunyai osmolaritas 302
+ 6,3 mOsm/l pada individu normal, pada KCS osmolaritas air mata
meningkat antara 330 dan 340 mOsm/l karena penurunan aliran dan
peningkatan evaporasi dari air mata. Osmolaritas air mata mempunyai
sensitivitas 90 % dan spesifisitas 95 %, sayang besarnya biaya dan
terbatasnya mikroosmolmeter untuk mengukur osmolaritas air mata
mempunyai kegunaan klinis yang terbatas.
C.
Mata kering (dry eyes)
Mata kering menggambarkan produksi air mata yang tidak cukup atau
ketidaknormalan dari komposisi air mata 5. Gejala mata kering bervariasi pada
tiap–tiap orang seperti perasaan tidak enak dimata, rasa benda asing, mata
merah, rasa terbakar dan air mata berlebihan 5.
Mata kering sering terjadi akibat penuaan, lebih 75 % orang diatas 65 tahun dan
lebih tua menderita mata kering. Wanita umumnya yang mengalami menopause
karena perubahan hormonal. Mata kering dapat terjadi pada beberapa kondisi
antara lain seperti:
Adanya problem mengedip yang dihubungkan dengan penggunaan komputer
Pemakaian anti histamin, hormonal dan anti depresan
Faktor lingkungan seperti cuaca yang panas
Kehamilan dan merokok
Kondisi kesehatan seperti diabetes, akne rosacea, arthritis, sindrom
syogren, defisiensi vit A dan lain–lain
Pemakaian lensa kontak
Pembedahan refraktif seperti Lasik
Ketidakstabilan dari tear film merupakan hasil dari: defisiensi air mata pada
sindroma Sjogren, defisiensi mukus, perubahan permukaan kornea dan
ketidaksanggupan menutupi kelopak mata akibat berkurangnya kedipan dan
paralise kelopak mata.
Klasifikasi dan penyebab dari defisiensi air mata 17, 19:
Pada pemakai komputer cendrung untuk mengurangi frekwensi kedipan sekitar 7
kali permenit, sedangkan normalnya 22 kali per menit, ini akan meningkatkan
evaporasi air mata.
E. Hipersekresi dan hiposekresi air mata
Beberapa kondisi hipersekresi akibat stimulus iritatif yang merangsang syaraf
trigeminus: Trauma, benda asing, penyakit kornea, penyakit konjungtiva dan
penyakit mukosa hidung 11. Hiposekresi dapat dapat terjadi secara kongenital
meskipun jarang. Hiposekresi didapat disebabkan: inflamasi lokal konjuntiva,
©2003 Digitized by USU digital library
5
sikatrik konjintiva karena infeksi sekunder dari bakteri dan virus,inflamasi kronis
kel. Lakrimal dan atrofi senilis kelenjar lakrimal.
Produksi air mata dapat dipengaruhi obat–obatan sistemik dan topikal. Obat
yang mengurangi produksi air mata: Atropin, skopolamin (parasimpatolitik),
antihistamin, beta blokker, phenotiazin, diazepam, nitrous oxide dan halotan.
Obat–obat yang meningkatkan produksi air mata seperti: Pilokarpin
(parasimpatomimetik), metakholin, neostigmin (antikholinesterase), epinefrin,
efedrin, fluouracil dan bromhexin.
D. Komputer dan dampak fisik
Komputer secara umum terdiri dari dua perangkat, yaitu hard ware dan soft
ware. Monitor komputer atau dikenal dengan “video display terminal “ (VDT)
dimasukkan sebagai hard ware sedangkan aplikasi program dimasukkan sebagai
soft ware. Sehari–hari kita selalu dipengaruhi oleh radiasi karena kita dikelilingi
oleh radioaktifitas alam dipermukaan bumi dan sinar kosmik dari ruang angkasa,
radiasi ini tidak dapat dikendalikan. Selain itu terdapat radiasi buatan manusia
dan radiasi itu harus dikendalikan. Semua radiasi buatan manusia berasal dari
produk atau peralatan elektronik, misalnya mesin sinar–X diagnostik, piranti
radar, sumber laser dan komputer.
Banyak komponen pesawat televisi dan komputer beroperasi pada tegangan
tinggi,
membuat
layar
monitor
televisi
atau
komputer
berpotensi
membangkitkan sinar–X (24), dengan demikian pesawat televisi dan komputer
yang menghasilkan radiasi sinar–X yang mempunyai bahaya potensial. Efek fisik
yang berasal dari radiasi komputer, bahkan bila kita mematikan komputer
radiasi masih tetap ada, sehingga kita tidak bisa menghindar.
Efek fisik yang ditimbulkan radiasi gelombang elektromagnetik dibedakan antara
radiasi yang menghasilkan ion
dan yang tidak menghasilkan ion. Radiasi
pengion mempunyai energi yang lebih tinggi, radiasi elektromagnetik yang
ditimbulkan monitor komputer sebagian kecil adalah radiasi pengion, karena
intensitasnya yang kecil radiasi pengion sudah habis sebelum mencapai tubuh.
Bagian terbesar radiasi komputer tidak mempunyai sifat radioaktif yang berarti
radiasi non–pengion 24. Dapat dikatakan bahwa radiasi komputer tidak akan
menimbulkan efek yang berbahaya terhadap manusia, tetapi yang diperhatikan
adalah lamanya radiasi menyinari tubuh, khususnya yang mengenai mata.
Intensitas radiasi yang rendah tetapi lama penyinaran yang panjang, beberapa
jam dalam sehari dapat menimbulkan gangguan fisiologis.
Untuk mengurangi dampak dari monitor komputer perlu memperhatikan aspek
ergonomis dari tempat kerja dan lingkungan kerja.
Tempat kerja
memperhatikan monitor komputer, rancangan tempat kerja memperhatikan
tinggi meja, tinggi kursi dan jarak mata–VDT (450–700) mm, dan jarak optimal
500–600 mm2. Lingkungan kerja memperhatikan penerangan sebaiknya 300–
700 lux. Suhu dan kelembabn disarankan 19–26 ‘ C dan kelembaban 40–60 %,
sedangkan suhu yang nyaman diindonesia 24-26 ‘ C dan perbedaan suhu
didalam dan diluar ruangan tidak melebihi 5 ‘ C. Kebisingan secara umum
dibawah 60 dB (40–60 dB). Disamping faktor diatas dianjurkan untuk istirahat
selama 15 menit setelah bekerja terus menerus dengan VDTselama 2 jam
dengan beban kerja sedang dan 1 jam pada beban kerja berat. Olah raga yang
teratur juga dianjurkan untuk meningkatkan kebugaran 2.
©2003 Digitized by USU digital library
6
E. KERANGKA KONSEPSIONAL
1. Paparan cahaya komputer akan meningkatkan evaporasi air mata yang akan
menyebabkan kekeringan mata
2. Paparan cahaya komputer untuk jangka waktu lama atau bekerja lebih dari 2
jam akan merubah kondisi air mata
3. Uji Schirmer merupakan salah satu pemeriksaan klinis sekresi air mata yang
cepat, sederhana dan mudah dilakukan
4. Uji Schirmer I menilai refleks sekresi dan sekresi basal
5. Nilai Schimer I akan mengalami perubahan sebelum dan sesudah 2 jam
menggunakan komputer
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengukuran satu
kelompok sebelum dan sesudah perlakuan
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di SMF Penyakit Mata RSUP. H. Adam Malik pada setiap
hari pukul 8.00–12. 00 Wib. Penelitian dimulai bulan April 2003
C. Populasi dan sampel
Populasi: Semua residen yang berusia kurang dari 40 tahun yang datang ke SMF
penyakit
Mata RSUP H. Adam Malik Medan
yang dapat mengoperasikan
komputer pada April 2003
Sampel: Semua residen yang bersedia menjadi subjek penelitian sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi.
D. Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi:
- Visus kedua mata dengan atau tanpa kacamata 6/6
- Usia kurang dari 40 tahun tahun
- Bisa mengoperasikan komputer
- Tidak sedang menggunakan obat–obat yang meningkatkan/menurunkan
produksi air mata
- Tidak ada keluhan lakrimal
- Tidak ada kelainan kornea, konjungtiva dan palpebra
- Anel test ( + )
Kriteria eksklusi:
- Visus kedua mata tidak 6/6
- Usia lebih dari 40 tahun
- Yang sedang memakai obat dry eye
- Ada kelainan lakrimal
E. Besar sampel
Untuk menguji hipotesa penelitian besar sampel dihitung dengan menggunakan
rumus 25
n = Z<2 P Q / d 2
Dengan nilai baku normal berdasarkan nilai < yang ditentukan, untuk < = 0,05
didapat (Z <) = 1,96. Proporsi (P) pengguna komputer yang TIO mengalami
©2003 Digitized by USU digital library
7
perubahan = 0,5. Tingkat kemaknaan absolut (d) = 15 %.q = 1 – p= 0,5.
Dengan menggunakan rumus diatas didapat sampel sebanyak 42 mata
F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bahan dan alat yang digunakan
Optotip Snellen
senter
Slith lamp
Anel test set
Kertas Schirmer (Schirmer tear test Strips Alcon)
Rol
Komputer
Jam
G. Cara kerja
1. Penelitian dilakukan pagi hari antara pukul 8.00–12.00 Wib
2. Sampel yang telah dianamnesis, kemudian dilakukan pemeriksaan visus dan
pemeriksaan mata
3. Dilakukan pemeriksaan air mata dengan cara Uji Schirmer I pada kedua mata,
dengan menginsersikan kertas Schirmer (Schirmer tear test strips Alcon)
kedalam sakus konjungtiva pada pertemuaan bagian tengah dan 1/3 temporal
palpebra inferior. Mata ditutup perlahan–lahan, setelah 5 menit kertas dicabut
dan diukur bagian kertas yang basah mulai dari lekukan
4. Sampel menggunakan komputer selama 2 jam terus menerus pada jarak yang
tetap (60 cm) pada suhu kamar, kemudian dilakukan pemeriksaan Uji Schirmer I
yang kedua
5. Hasil yang didapat kemudian dicatat, dikumpulkan dan dimasukkan kedalam
suatu tabel
H.
Variabel penelitian
Hasil Schirmer I sebelum dan sesudah 2 jam menggunakan komputer
I. Definisi operasional
Uji Schirmer I merupakan pemeriksaan sekresi air mata memakai kertas filter
Schirmer tanpa anestesi topikal
Uji Schimer I normal apabila didapatkan nilai Schimer lebih dari 10 mm–25 mm
Mata kering (Dry eyes) dikatakan jika pada pemeriksaan Schirmer I sebelum dan
sesudah menggunakan komputer kurang dari 10 mm
J. Analisa data
1. Analisa Deskriptif digunakan untuk menyajikan data karakteristik sampel
2. Untuk melihat perbedaan sekresi air mata
sebelum dan sesudah 2 jam
menggunakan komputer diuji dengan Uji-T berpasangan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan selama lebih kurang 1 bulan pada bulan april 2003,
diperoleh sampel sebanyak 42 mata dari 21 orang peserta pendidikan spesialis
penyakit mata dan peserta kepaniteraan senior di SMF penyakit Mata RSUP H
Adam Malik Medan, yang memenuhi kriteria.
Data
yang diperoleh dikumpulkan, diolah dan kemudian disajikan secara
deskriptif dan dianalisa dengan hasil dibawah ini.
©2003 Digitized by USU digital library
8
KARAKTERISTIK PENDERITA
Tabel. 1 SEBARAN SAMPEL MENURUT KELOMPOK UMUR
UMUR
n
%
20 - 24
13
61,90
25 - 29
5
23,81
30 - 34
2
9,53
30 - 39
1
4,76
JUMLAH
21
100,00
Pada penelitian ini usia penderita berkisar antara 22-38 tahun, dengan kelompok
terbanyak berusia 22–24 tahun (61,9 %). Rata–rata usia adalah 25,24 tahun
dengan simpangan baku 4,09
Tabel . 2 JENIS KELAMIN
JENIS KELAMIN
n
LAKI -LAKI
6
PEREMPUAN
15
JUMLAH
21
%
28,57
71,43
100,00
Dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel atau 15 orang (71,42 %) berjenis
kelamin perempuan, sedangkan laki–laki hanya 6 orang (28,57 %)
Tabel . 3 GAMBARAN SEKRESI AIR MATA KANAN
SEKRESI
n
X + SD
PERBE
AIR
MATA
DAAN
kanan
SEBELUM
21
18,29+
5,59
1,10
SESUDAH
21
2 JAM
17,86
+
7,63
PADA PENGGUNA KOMPUTER
CI
95%
PROBABIL
BAGI
RATAITAS
RATA
(-1,86 ; 2,72 )
0,700
CI = Confidence Interval
Rata–rata hasil Uji Schirmer I pada mata kanan sebelum menggunakan
komputer 18,29 mm + 5,59 dan sesudah menggunakan komputer 17, 86 +
7,63. Dengan menggunakan Uji–T berpasangan pada selang kepercayaan (CI =
confidence interval) 95 % didapatkan p > 0,700. bahwa tidak ada pengaruh
penggunaan komputer pada mata kanan terhadap sekresi air mata
Tabel . 4 GAMBARAN SEKRESI AIR MATA KIRI BAGI PENGGUNA KOMPUTER
SEKRESI AIR
n
X + SD
PERBE
CI 95 % BAGI
PROBA
MATA KIRI
DAAN
RATA - RATA
BILITAS
SEBELUM
21
18,48
+
4,75
0,87
(-0,34 ; 3,29)
0.105
SESUDAH
21
2 JAM
17,00
+
5,96
CI = Confidence Interval
Rata–rata hasil Uji Schirmer I pada mata kiri sebelum menggunakan komputer
18,48 mm + 4,75 dan sesudah menggunakan komputer 17,00 mm +
©2003 Digitized by USU digital library
9
5,96,dengan menggunakan Uji–T berpasangan pada selang kepercayaan (CI =
confidence interval) 95 % didapatkan p > 0,105, artinya tidak ada pengaruh
penggunaan komputer terhadap sekresi air mata
BAB V
DISKUSI
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan komputer terhadap sekresi air
mata pada sampel yang sama dengan menggunakan Uji Schirmer -I sebelum dan
sesudah 2 jam menggunakan komputer. Akibat penggunaan komputer yang luas
telah dijumpai sindrom akibat penggunaan komputer (CVS)1,3 salah satunya adalah
mata kering yang terjadi akibat bekerja dengan komputer. Bagian perangkat
komputer yang paling berpengaruh adalah monitor dari komputer yang dikenal
sebagai Visual Display Terminal (VDT). Akibat bekerja terus menerus, mata akan
terbuka lebar, frekwensi kedipan menurun menjadi 7 kali permenit yang akan
meningkatkan penguapan berlebihan sehingga akan menimbulkan mata kering.
Mata kering menggambarkan sekresi air mata yang tidak cukup atau
ketidaknormalan dari komposisi dari air mata. Dengan menggunakan Uji Schirmer I
dapat mengukur reflek sekresi dari air mata.
Dalam penelitian ini sekresi air mata sebelum dan sesudah menggunakan komputer
seperti telah diuraikan sebelumnya, pada mata kanan dan mata kiri (p > 0,05)
tidak ada perbedaan sekresi air mata. Sekresi air mata berkurang terdapat hanya
pada 5 lima mata (11, 90 %) dari 42 mata, pada beberapa mata terjadi sekresi yang
berlebihan setelah 2 jam terus menerus menggunakan komputer kemungkinan
akibat pemeriksaan Schirmer menimbulkan rangsangan pada kornea yang
mengakibatkan kedipan yang berlebihan dan meningkatkan sekresi dari air mata12
Pada beberapa laporan kondisi mata kering 3,6 yang terjadi akibat penggunaan
komputer dianjurkan untuk istirahat setiap 20 menit dan menganjurkan monitor
lebih rendah dari kelopak mata atas untuk mencegah evaporasi dari air mata.
Pengguna komputer yang menggunakan kaca mata dapat menghindari terjadinya
mata kering karena kaca mata dapat mengurangi gerakan udara sekitar mata
sehingga udara yang terperangkap dapat meningkatkan kelembaban 4,6
Pada mata kanan dan mata kiri ada 5 sampel (23,80 %) dari 42 mata dalam
penelitian menggunakan kaca mata dari hasil Uji Schirmer I pada mata kanan dan
mata kiri didapatkan p > 0,05, diperoleh hasil yang tidak sinifikan artinya tidak ada
perbedaan sekresi air mata bagi pemakai dan tidak pemakai kaca mata sewaktu
menggunakan komputer.
Kondisi terjadinya mata kering yang dilaporkan sebagai akibat dari penggunaan
komputer telah banyak dilaporkan (CVS) 4,5,6, yang berhubungan dengan tidak
adekuatnya kedipan mata menjadi sepertiga dari normal dan kondisi lingkungan
kerja umumnya kering akan meningkatkan penguapan dari air mata
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya mata kering ketika
bekerja dengan komputer termasuk 4,13: Tidak memakai lensa kontak ketika
menggunakan komputer, menggunakan kaca mata yang akan meningkatkan
kelembaban, mengurangi paparan mata dari monitor komputer dengan membuat
posisi monitor lebih rendah dari mata, meningkatkan kelembaban lingkungan kerja
dan menghubungi dokter sebelum menggunakan tetes mata yang akan
menyebabkan mata kering.
©2003 Digitized by USU digital library
10
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan:
- Tidak terdapat perbedaan sekresi air mata sebelum dan sesudah 2 jam
menggunakan komputer dengan menggunakan Uji Schirmer I
- Tidak diperlukan terapi artificial tears pada 2 jam pertama penggunaan
komputer
B. SARAN
Perlu penelitian lebih lanjut untuk penggunaan komputer yang lebih lama dan
yang memakai kaca mata.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams D. The Clinical Importance of Refraction in Duke-Elder,s Practice of
Refraction, Tenth Edition, Edinburg, Churchill Livingstone, 1993; 3-8
American Academy of Ophthalmology, External Eye Disease, Section 8, Basic and
Clinical Science Course, 1997–1998; 155-163
American Academy of Ophthalmology, Fundamental and Principles of Ophthalmology,
Section 2, Basic and Clinical Science Course, 1991–1992; 149-152
American Academy of Ophthalmology, Orbit, Eyelids, and Lacrimal System, Section
7, Basic and Clinical Science Course, 1997–1998; 199-205
Asyari
F. Mata Kering, Astenopia Ancam Pengguna Komputer, Republika, 10
November; 2002
Batubara JE, Dampak Radiasi Komputer, Seminar Sehari Komputer dan Kesehatan
Mata, Jakarta; 2002
Chacko B, Lemp MA. Diagnosis and Treatment of Tear Deficiencies in Duane,s Clinical
Ophthalmology, Volume 4, Chapter 14, Lippincott–Raven
Publishers,
Philladelphia, 1997; 1-13
Crystal D. Dry Eyes in Dry Eye treatment, Edinburg, 2002; 1-3
Digirolamo J. Dry eyes in primary Eye Care, Charlotesville, 2002; 1-3
Goldberg RA. Disease of the Lacrimal and Orbital System in Clinical Guide to
Comprehensive Ophthalmology, Thieme, New york, 1999; 107-136
Gondhowiardjo TD, Medical and Surgical Managemen of Ocular Surface Disorder in
Understanding Ocular Infection and Inflamation, Continuiting Medical
Eucation,FKUI- RSCM, 1999; 84-90
Gondhowiarjo TD, Qualities Deterioration of Lipid and Mucous Fractions of The tear
Film in Understanding Ocular Infection and Inflamation, Continuiting Medical
Education, FKUI-RSCM 1999; 59-68
Grossman M. Dry Eyes in Vision Works Alternative Eye Care–Disease Prevention and
Treatment, 2001; 1-4
Harahap H. Hubungan Produksi Air Mata Dengan Usia Pada Uji Schirmer II Terhadap
Usia Subur Dan Menopause, Tesis; FK–USU, 1999
Ismael S, Sastroasmoro S. Besar Sampel Untuk Data Nominal, Dasar–Dasar
Metodologi Penelitian Klinis, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta,
1995; 197–198
Kanaan E, Keratoconjuntivitis Sicca in Disease and prevention.http//www.tear
test.com
Kansky. Disorder of the Lacrimal Drainage System in Clinical Ophthalmology, Third
Edition, Butterworth–Heinemann, 1994; 60-69
©2003 Digitized by USU digital library
11
Lamberts DW, Physiology of the Tear Film in The CorneaScientfic Foundation and
Clinical Practice, Little Brown and Company, Boston, 1987; 38-49
Milder B. The Lacrimal Apparatus, Adler,s Physiology of The eye Clinical Application,
8 th ,edition, Toronto, 1987; 15-35
Miller SJH, Disease of Lacrimal Apparatus in Parson,s Disease of The Eye, 18 th
Edition, Churchill Livingstone, Edinburgh, 1990; 371–377
Sheedy JE. Bausch & Lomb in Computer Vision Syndrome, Ophtometry University of
California, 2000; 1-4
Stephen C, Lubfelder PF, Whitcher PJ. Sjogren Syndrome in Ocular Infection &
Immunology, Mosby, 1996; 313-330
Suharyanto FX. Cara Menggunakan Komputer Sesuai Prinsip Kesehatan Kerja,
Seminar Sehari Komputer dan Kesehatan Mata, Jakarta; 2002
Tanenbaum M, Mc Cord Jr CD. The Lacrimal Drainage System in Duane,s Clinical
Ophthalmology, Volume 4, Chapter 13,Lippincott–Raven Publishers,
Phhiladelpia, 1997; 1–33
Vaughan DG, Asbury T, Riordan P–Eva. Lacrimal Apparatus in General
Ophthalmology, 14 th Edition, Prentice–Hall International 1998; 87-94
©2003 Digitized by USU digital library
12
Download