BAB V PENUTUP Paradigma baru museum telah menunjukkan jati dirinya sebagai institusi yang terbuka untuk seluruh elemen masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar museum mampu memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat umum. Manfaat ini berupa keikutsertaanya dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat. Kondisi ini disebabkan museum merupakan tempat berkumpulnya banyak informasi melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan dan yang disimpan. Maka, tidak mengherankan apabila pada saat ini museum juga dikenal sebagai institusi pendidikan nonformal. Keterbukaan dan pemanfaatan museum sebagai tempat belajar ini memberikan kesempatan kepada kelompok disabilitas untuk ikut merasakan peran museum tersebut. Apalagi, pada saat ini kesetaraan bagi kelompok disabilitas menjadi isu yang penting. Namun, keberadaan kesetaraan pendidikan di museum ini masih belum optimal dilakukan di Indonesia karena masih terfokus pada institusi formal. Penyebabnya adalah kurangnya kebijakan yang mengatur mengenai penerapan kesetaraan di museum. Kondisi serupa juga ditemukan di Yogyakarta. Museum Sonobudoyo sebagai museum milik pemerintah daerah ini belum maksimal dalam menunjukkan peran sertanya dalam kesetaraan pendidikan. Hal ini didasarkan pada belum adanya kebijakan museum yang diperuntukkan bagi kelompok disabilitas yang memengaruhi minimnya fasilitas bagi kelompok disabilitas, pengelola museum 128 129 masih berfokus pada keberadaan koleksi daripada keberadaan pengunjung, fokus museum menekankan dirinya sebagai tempat wisata., informasi yang disampaikan kepada pengunjung belum mempertimbangkan perbedaan intelektual, dan cara penyampaian informasi di Museum Sonobudoyo masih bersifat didaktik. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan menyediakan fasilitas dan model pembelajaran yang tepat bagi kelompok disabilitas. A. KESIMPULAN Dengan memperhatikan permasalahan yang diajukan, maka penelitian ini mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Tawaran fasilitas pembelajaran bagi kelompok disabilitas disesuaikan dengan keterbatasan yang dimiliki, antara lain: a. Kelompok disabilitas audio memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi melalui suara. Individu ini sangat bergantung pada indera penglihatan. Oleh karena itu, fasilitas ideal yang diperlukan berkaitan erat dengan penggunaan indera penglihatan seperti teks, interpreter bahasa isyarat, dan gambar atau foto. b. Kelompok disabilitas mobilitas merupakan individu yang memiliki keterbatasan dalam bergerak berpindah tempat. Keterbatasan ini tidak mempengaruhi kemampuan indera lainnya sehingga individu ini masih mampu untuk mengakses fasilitas label, pemandu, dan perangkat 130 teknologi. Perhatian utama bagi kelompok ini kesesuaian dengan jangkauan dari kursi roda. c. Kelompok disabilitas visual memiliki keterbatasan untuk menggunakan indera penglihatan. Fasilitas yang dibutuhkan sangat berkaitan erat dengan penggunaan indera pendengaran dan perabaan. Fasilitas yang dibutuhkan antara lain adalah huruf braille, perangkat audio, interpreter, dan benda taktil. 2. Model pembelajaran yang tepat untuk kelompok disabilitas ini adalah pembelajaran kolaboratif. Model ini diperoleh melalui keberadaan interaksi dan aktivitas yang merupakan salah satu ciri pembelajaran konstruktivisme dan kontekstual. Pemilihan model pembelajaran kolaboratif ini disebabkan oleh kondisi kelompok disabilitas yang cenderung akan lebih memahami materi belajar secara maksimal melalui interaksi sosial. B. REKOMENDASI Dalam upaya untuk mewujudkan fasilitas dan model pembelajaran tersebut, maka penulis merekomendasikan beberapa hal agar dilakukan oleh pengelola Museum Sonobudoyo. Rekomendasi itu terdiri atas: 1. Melakukan peninjauan ulang mengenai kebijakan yang telah dilakukan di museum. Tinjauan ini dilakukan untuk memaksimalkan kebijakan museum yang berkaitan erat dengan aspek pendidikan. Dalam melakukan kegiatan ini, pengelola museum juga perlu memperhatikan peraturan daerah serta isuisu pendidikan yang berkembang di Yogyakarta. 131 2. Meluaskan target pengunjung museum. Cara yang ditempuh adalah dengan menyediakan fasilitas yang dapat diakses dan digunakan oleh pengunjung museum yang beragam. Selain itu, juga adanya program museum bagi seluruh pengunjung, termasuk di dalamnya adalah program pendidikan. 3. Melakukan kerjasama dengan organisasi atau institusi lain yang ada di sekitar museum. Kerjasama ini dilakukan untuk meningkatkan peran serta organisasi tersebut di museum serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan museum.