BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Kampanye 2.1.1. Definisi Kampanye Rogers dan Storey (1987:7) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung 4 hal yakni : tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu. dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. 2.1.1. Jenis-jenis Kampanye Charles U. Larson (1992: 10) membagi kampanye menjadi tiga katagori yang dikutip ulang oleh Drs. Antar Venus, M.A. dalam bukunya berjudul “Manajemen Kampanye”, yaitu : product-oriented campaigns, candidateoriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns. a. Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaigns. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finasial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan. 4 b. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuan antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidatkandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatanjabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. c. Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang beriontasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang bertujuan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap perilaku publik yang terkait. 2.1.2. Tujuan Kampanye Upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioural) (Pfau dan Parrot, 1993:10). Ostergaard (2002) menyebutkan ketiga aspek tersebut dengan ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh (target of infuences) yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta. Pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada ini yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam kosep Ostergaard tahap ini merupakan tahap awareness yakni menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberikan informasi tentang produk, gagasan yang dikampanyekan. Tahapan berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap atau attitude. Sasaran adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, 5 kepedulian atau ke berpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye. Sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk merubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahapn ini menghendaki adanya perilaku tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat bersifat sekali itu saja atau berkelanjutan (terus menerus). Contoh-contoh tindakan sekali itu saja misalnya : menjadi pendonor darah, menyumbangkan dana untuk korban bencana alam, atau mengikuti imunisasi massal yang diselenggarakan pemerintah. Sementara tindakan berkelanjutan lebih terlihat dalam peribahan perilaku secara permanen pada diri sasaran seperti: perubahan pola makan, cara memasak air, pemakain helm pengaman, atau turut serta menjadi akseptor KB (Schenk dan Dobler, 2002:37). 2.1.3. Tujuh Elemen Kampanye Menurut McQuail & Windahal (1993:22) model kampanye Nowak dan Warneryd merupakan salah salah satu contoh model tradisional kampanye. Pada model ini proses kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan diakhiri dengan efek yang diinginkan. Tujuan kampanye pada model ini tidak bersifat rigid, tetapi dapat berubah, meskipun kampanye sedang berlangsung. Pada model Nowak dan Warneryd ini terdapat tujuh eleman kampanye yang harus diperhatikan yakni: a. Intended effect (efek yang diharapkan). Efek yang hendak dicapai harus dirumuskan dengan jelas. Dengan demikian, penentuanpenentuan elemen-elemen lainnya akan lebih mudah dilakukan. Kesalahan umum yang sering terjadi adalah terlalu “mengagungagungkan” pontensi efek kampanye, sehingga efek yang ingin dicapai menjadi tidak jelas dan tegas. 6 b. Competiting communication (persaingan komunikasi). Agar sesuatu kampanye menjadi efektif maka perlu diperhitungkan potensi gangguan dari kampanye yang bertolak belakang (counter campaign ). c. Communition object (objek komunikasi). Objek kampanye biasanya dipusatkan pada satu hal saja, karena untuk objek yang berbeda menghendaki metode komunikasi yang berbeda. Ketika objek kampanye telah ditentukan, pelaku kampanye akan dihadapkan lagi pada pilihan apa akan ditonjolkan atau ditentukan pada objek tersebut. d. Target population & receiving group (populasi target dan kelompok penerima). Kelompok penerima adalah bagian dari populasi target. Agar penyebaran pesan lebih mudah dilakukan maka penyebaran pesan lebih baik ditujukan kepada opinion leader (pemuka pendapat) dari populasi target. Kelompok penerima dan populasi target dapt diklasifikasi menurut sulit atau mudahnya mereka dijangkau oleh pesan kampanye. Mereka yang membutuhkan atau tidak terterpa pesan kampanye adalah bagian dari kelompok yang sulit dijangkau. e. The channel (saluran). Saluran yang digunakan dapat bermacammacam tergantung karakteritik kelompok penerima dan jenis pesan kampanye. Media dapat menjangkau hampir seluruh kelompok, namun bila tujuannya adalah menpengaruhi perilaku maka akan lebih efektif bila dilakukan melalui saluran antar pribadi. f. The message (pesan). Pesan dapat dibentuk sesuai dengan karakteristik kelompok yang menerimanya. Pesan juga dapat dibagi ke dalam tiga fungsi yakni: menumbuhkan kesadaran, mempengaruhi, serta memperteguh dan meyakinkan penerima pesan bahwa pilihan atau tindakan mereka adalah benar. g. The communicator/sender (komunikator/ pengirim pesan). Komunikator dapat dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu 7 misalnya seorang ahli atau seorang yang dipercaya khalayak atau malah seseorang yang memiliki kedua sifat tersebut. Pendeknya komunikator harus memiliki kredibilitas dimata penerima pesannya. h. The obtained effect (efek yang dicapai). Efek kampanye meliputi efek kognitif (perhatian, peningkatan pengetahuan dan kesadaran) dan afektif (berhubungan dengan perasaan, mood dan sikap), dan konatif (keputusan bertindak dan penerapan). 2.1.4. Strategi Kreatif Kampanye Strategi kreatif dalam kampanye ini menggunakan Teori AIDCA. Yang dikemukakan oleh Kasali (1995:83), sebagai berikut: Attention (perhatian) Dimana dalam penyampaian pesan harus dapat menarikperhartian khalayak sasaran. Penyampaian pesan tersebut membutuhkan bantuan, antara laian ukufah, media, penggunaan warna, tata letak, tipografi yang tampilkan dan alat bantuan tersebut untuk memberikan hubungan yang saling menunjang. Iklan kampanye dibuat semenarik mungkin untuk khalayak sasaran. Untuk itulah iklan kampanye ini menggunakan beberapa bantuan antara lain berupa pemilihan ukuran (size) dari media, penggunaan warna dan huruf yang mampu menarik perhartian, dan tata letak (layout) dari image dan huruf tersebut disusun agar menarik khalayak sasaran. Interest (minat) Ketika perhartian khalyak sasaran telah direbut, maka dalam penyampaian pesan selanjutnya adalah bagaimana khalayak sasaran agar berminta dan ingin lebih jauh, oleh karena itu, 8 khalayak sasaran harus dirangsang agar mau membaca dan mengikuti pesan-pesan yang disampaikan. Untuk menumbuhkan minat ada tiga hal yang paling berpengaruh pada medoa-media iklan cetak, yaitu warna, gambar dan teks. Maka media ini dirancang menggunakan warna-warna kuat, berani, tegas yang umum mencerminkan sebuah penegasan. Menggunakan tag line, logo. Desire (kebutuhan atau keinginan) Dimana dalam penyampaian pesan harus dapat mengerakkan keinginan orang, dimana kebutuhan atau keinginan khalayak sasaran untuk bergabung harus dibangkitkan denagn penekanan kata yang secara emosional dapat menggerakkan kebutuhan atau keinginan khalayak sasaran terhadap sesuatu. Selain ditumbuhkan minat, target sasaran juga didorong untuk berkeinginan mengikuti pesan yang ada di dalam media kampanye tersebut. Keinginan atau kebutuhan dalam hal ini adalah untuk menumbuhkan kepedulian dan kesadaran dari pesan kampanye yang disampaikan. Conviction (Rasa Percaya) Dimana dalam penyampaian pesan harus dapat menciptakan kepercayaan khalayak sasaran, pada tahap ini khalayak sasaran sudah mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh. Pada tahap ini penyampaian pesan informasi harus meyakinkan khalayak agar tidak goyah lagi dan penyampaian pesan dapat ditunjang dengan peragaan seperti pembuktian. Yaitu informasi tentang dampak negatif dari pengunaan kemasan styrofoam atau pembungkus makanan. 9 Action (Tindakan) Upaya terakhir dalam penyampaian pesan adalah untuk membujuk khalayak sasaran agar sesegera mungkin untuk melakukan tindakan bergabung atau menjadi anggota. Keberhasilan suatu kampanye adalah adanya respon dari khalayak sasaran. Maka pada dasarnya ini pesan dalam kampanye ini yaitu menginformasikan kepada khalayak tentang bahaya kemasan Styrofoam makanan bagi kesehatan dan menginginkan adanya perubahan perilaku dari target kampanye ke arah yang baik. 2.1. Kemasan 2.1.1. Pengertian Kemasan Kemasan makanan adalah pembungkus atau tempat makanan agar kualitas makanan tetap baik, meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan dan praktis. Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Tidak semua kemasan makanan aman sebagai pelindung makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. 10 Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983). Menggunakan kemasan produk (Sacharow dan Griffin, 1980). Menurut Erliza dan Sutedja (1987). Bahan kemasan harus mempunyai syaratsyarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai. 2.1.2. a. Jenis-jenis Kemasan Kemasan Kaleng Bahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan botulinin bagi pengonsusmi makanan kaleng tersebut. Tandatanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Untungnya racun botulinin ini peka terhadap pemanasan. 11 Gambar. 2.1 Kemasan Kaleng Kecermatan dalam memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut. Boleh-boleh saja memilih kaleng yang sedikit penyok, asalkan tidak terdapat kebocoran. Selain itu segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tempat lain agar kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mempengaruhi kualitas makanannya. b. Kemasan Styrofoam Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, penelitian terakhir membuktikan styrofoam sangat diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Menurut : Teguh Vedder. (2007). 12 Gambar.2.2 Kemasan Styrofoam Divisi Keamanan Pangan Jepang, Juli 2001, mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Saat ini masih banyak restoran-restoran siap saji (fast food) yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah bagi makanan atau minumannya. c. Kemasan Plastik Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan plastik, baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Dibandingkan dengan kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Sedangkan kelemahannya, plastik tidak tahan panas dan dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (nonbiodegradable). Akibat dari penggunaan plastik yang tidak 13 sesuai dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik ke dalam makanan. Gambar.2.3 Kemasan plastik Sebagian di antaranya kemasan plastik berasal dari material polyetilen, polypropilen, polyvinylchloride (PVC) yang jika dibakar atau dipanaskan bisa menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Sehingga menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas makanan merupakan cara aman untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut. Peneliti bidang teknologi proses dan katalisis Pusat Kimia LIPI menjelaskan, banyak kandungan berbahaya dari kantong plastik (kresek) bisa mengontaminasi makanan. Bila terkena suhu tinggi, pigmen warna kantong plastik akan bermigrasi ke makanan. Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi 14 Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersamasama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988). Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu: 1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus(linear) maka akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan. 2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. d. Kemasan Kertas 15 Gambar.2.4 Kemasan kertas Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut. 2.2.3. Dampak Negatif Kemasan Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Terdapat banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yakni kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi dari sekian banyak itu tidak semua bahan kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Penggunaan kemasan makanan sebagai bahan pembungkus telah meluas di masyarakat. Umumnya kertas yang digunakan adalah kertas koran atau kertas bekas. Mulai dari untuk membungkus sayuran, ikan kering, bumbu dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau warung), sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan sebagainya. Padahal, bila bagian kertas yang bertinta terkena panas dari makanan, minyak dari gorengan atau bagian cair dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam makanan. Tinta mengandung unsur dasar timbal atau timah hitam yang beracun. Unsur ini sama dengan yang terdapat pada polutan dari kendaraan bermotor. Dalam tubuh, timbal akan disimpan dan terakumulasi. Akumulasi timbal akan memicu munculnya gangguan saraf dan kanker.Dikatakan Agus berkaitan tentang masalah dampak negatif 16 kemasan, oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang bekerjasama dengan Badan POM. 2.2. Bahaya kemasan Styrofoam Menurut Dr Marius Widjajarta, Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), (Kompas, 2003). Kamis, 28 Agustus 2003. Styrofoam atau plastik busa merupakan salah satu jenis plastik dari sekian banyak bahan lainnya. Styrofoam lazim digunakan sebagal bahan pelindung dan penahan getaran barang-barang yang fragile, seperti elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut juga banyak digunakan sebagai bahan pengemas makanan dan minuman. Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, suatu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Namun, bahan tersebut cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut, polistiren dicampur seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticier seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena, atau n butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang kita pergunakan saat ini. Pemakaian styrofoam sebagai wadah makanan menimbulkan kekhawatiran dan protes dari berbagai pihak. Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa stiren, bahan dasar styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang sel kanker). Demikian pula butadien sebagai bahan penguat maupun DOP atau BHT sebagai plasticiser-nya. 17 Bahan-bahan tersebut, khususnya stiren, larut dalam air, lemak, alkohol, maupun asam. Semakin lama waktu pendadakan dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke makanan atan minuman. Apalagi bila makanan atau minuman itu banyak mengandung lemak atau minyak. Sementara itu, CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi dan menjebol lapisan pelindung bumi. Akibat jebolnya lapisan ozon, akan timbul efek rumah kaca. Suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi, sehingga menimbulkan kanker kulit. 18