Bab 6 Kesimpulan Pada dasarnya tulisan ini ingin melihat suatu perubahan untuk mewakili hal-hal lain yang berkaitan. Hal yang dimaksud disini adalah keingintahuan mengenai perubahan representasi kartun Panji Koming terhadap dua kondisi politik yang berbeda juga mewakili apa yang terjadi terhadap media-media lainnya. Perubahan yang dirasakan oleh Panji Koming agaknya juga dialami oleh banyak media lain yang hidup pada dua jaman ini. Hal ini membuktikan bahwa peran yang dibawa media kepada masyarakat juga tergantung pada rezim yang memimpin pada saat itu. Representasi dari sebuah media tergantung dari seberapa besar kebebasan atau keleluasaan yang mereka dapat dari penguasa. Kebebasan merepresentasikan ideologi berbanding lurus dengan besarnya kebebasan yang diterapkan oleh suatu rezim kepada media. Representasi ini bukan semata-mata karena peraturan yang mengikat, tapi juga mengenai seberapa besar tekanan yang diperoleh. Nyatanya dengan dua kondisi pemerintahan yang memiliki tingkat penekanan yang berbeda pada media, maka media akan bersikap berbeda sesuai dengan besarnya ancaman yang dirasakan oleh masing-masing media. Bila dapat kita katakan bahwa tekanan dari suatu rezim atau pemerintahan kepada media berbanding terbalik dengan keberanian media dalam berekspresi. Semakin besar tekanan pemerintah maka semakin kecil pula keberanian media dalam berekspresi. Begitu pula sebaliknya jika semakin kecil tekanan pemerintah maka semakin besar keberanian media dalam berekspresi sesuai dengan ideologinya. 109 Representasi politik merupakan media yang ampuh untuk tawar menawar dalam situasi tertentu yang melibatkan emosi dan logika manusia secara bersamaan. Didalam representasi politik terdapat suatu polarisasi kepentingan. Polarisasi kepentingan ini disusun sedemikian rupa sehingga kepentingan ini seperti kebutuhan bagi semua pihak yang akan dilibatkan dan berpengaruh pada kepentingan tersebut. Sehingga dengan cara demikian pihak-pihak yang berkepentingan tersebut bisa menunjukkan identitasnya dan mempengaruhi orangorang yang akan dilibatkan tadi. Dari dua masa ini kita dapat melihat perbandingan sikap pemerintah dalam melibatkan representasi media. Masa orde baru menanggapi representasi media dengan menekannya supaya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Sedangkan yang dilakukan pemerintah pasca orde baru melibatkan representasi media dengan cara membiarkan media untuk menyatakan representasinya dengan lebih bebas untuk memperlihatkan kepedulian pemerintah terhadap media dan masyarakat banyak terhadap isu-isu kebebasan yang ada. Melalui kondisi kartun Panji Koming yang merupakan kartun dua zaman, hal ini dapat kita lihat secara lebih nyata. Panji Koming nyatanya mampu membuktikan bahwa kartun yang bermuatan politis pada saat orde baru dapat bertahan dengan representasinya sendiri tanpa dibreidel untuk selamanya. Dengan ruang geraknya yang sangat terbatas yaitu hanya terbit setiap hari Minggu di koran Kompas, Panji Koming mampu mempengaruhi pembacanya. Panji Koming merupakan kartun yang mempunyai ciri khas baik dalam hal penampilan maupun karakteristiknya yang identik dengan keadaan kerajaan Jawa pada waktu dulu. 110 Representasi yang disajikan oleh Panji Koming mampu merepresentasikan pembuatnya yaitu Dwi Koendoro dan saat orde baru berlangsung pemikiran Dwi Koendoro ini seakan-akan mewakili atau merepresentasikan keinginan, pendapat dan rasa ingin tahu dari seluruh masyarakat Indonesia. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap media pasti terdapat kepentingan tersembunyi dibelakangnya. Kepentingan ini disampaikan melalui cara yang tersirat. Pada masa orde baru kepentingan Panji Koming adalah ingin memberikan kritik kepada pemerintah dan menyadarkan masyarakat untuk lebih terbuka terhadap hal yang ada disekitar mereka terutama dalam hal politik. Dengan demikian masyarakat mampu lebih kritis. Masa pasca orba Panji Koming ingin sedikit berinovasi dalam hal penampilan. Panji Koming lebih menggunakan bahasa yang lebih terbuka dan dengan cara yang tersurat. Selain itu Panji Koming juga lebih berani menyisipkan karikatur yang menyerupai seorang tokoh untuk menyindir. Pada era ini Panji Koming tetap merepresentasikan pembuatnya, Dwi Koendoro, akan tetapi tidak lagi merepresentasikan pemikiran seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa pasca orba pemikiran masyarakatnya sudah lebih heterogen dan sudah lebih mudah untuk mengutarakan pemikiran mereka masingmasing melalui media yang sangat beragam. Kepentingan yang tersembunyi pada Panji Koming pasca orba masih sama dengan masa orde baru yaitu untuk mengkritisi pemerintah dan keadaan saat itu. Dalam masa ini Panji Koming juga lebih ditujukan bagi pemikiran idealis pembuat Panji Koming sendiri dan 111 masyarakat yang mempunyai pemikiran yang sama. Karena kita ketahui keterlibatan sosial dan politik masyarakat sudah lebih aktif. Perubahan dalam suatu bagian dalam media massa biasanya melibatkan dua hal yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang dimaksud disini seperti perubahan dalam media massa itu sendiri seperti perubahan kepemimpinan atau kepemilikan dan perubahan ideologi dalam media tersebut. Tapi hal ini sepertinya tidak berlaku pada Panji Koming. Kompas yang merupakan tempat bernaungnya Panji Koming telah mengalami perubahan kepemimpinan. Selama beberapa kali posisi pimpinan redaksi Kompas telah berganti, namun hal ini tidak mempengaruhi alur dari Kompas. Hal ini dikarenakan posisi pemimpin redaksi pertama kali berganti pada masa pasca orba setelah sekian puluh tahun dipimpin Jakob Oetama. Pemikiran jakob Oetama inilah yang tidak dapat hilang dari tumbuh kembangnya Kompas sebagai media cetak. Meskipun telah berkembang secara pesat dan sudah banyak berinovasi tapi pemikiran Jakob Oetama telah menjadi nadi dari Kompas. Bahkan ideologi dan visi misi dari Kompas yang saat ini masih digunakan berasal dari Jakob Oetama. Jadi meskipun telah berganti kepemimpinan tapi benang merah dari Kompas masih sama, sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa faktor intern tidak berpengaruh terhadap berubahnya Panji Koming. Faktor selanjutnya adalah faktor ekstern yang berasal dari luar media masa yang menaungi. Faktor tersebut antara lain perubahan teknologi, perubahan rezim dan perubahan masyarakat. Kita jelas mengakui bahwa setelah reformasi kondisi politik, teknologi dan kondisi masyarakat berubah sangat jauh berbeda. 112 selera dan cara pikir masyarakat juga menjadi berbeda pada akhirnya. Perubahan inilah yang menuntut suatu media untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat supaya dapat diterima dengan baik. Hal ini pulalah salah satu yang menyebabkan Panji Koming yang tetap berada di Kompas melakukan inovasi dan beberapa perubahan untuk memenuhi keingintahuan dari pembaca dan penikmat Panji Koming dan Kompas secara bersamaan. Selain itu pembuat Panji Koming juga pasti tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berekspresi lebih pada era pasca orba setelah sekian lama harus sedikit memendam keinginan untuk bisa lebih terbuka dan menyisipkan ideologinya dalam karya Panji Komingnya. Dengan begitu terjawab sudah pertanyaan utama dalam studi ini yakni Panji Koming mengalami pergeseran representasi dalam menyampaikan pesan politik saat era orba dan pasca reformasi. Telah disebutkan sebelumnya bahwa politik representatif adalah pemberian pesan atau definisi tertentu yang telah dipolitisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pada masa orba Panji Koming dipolitisasi dan dibuat sebagai sarana pembelajaran politik sehingga masyarakat dapat lebih sadar politik melalui cara yang menyenangkan yaitu membaca kartun, ditengah minimnya kebebasan berpolitik. Sedangkan saat ini representasi politiknya adalah Panji Koming dibuat dengan tujuan penyampai ide-ide idealis dan pemikiran-pemikiran politis dari pembuatnya karena kesadaran politik masyarakat telah jauh meningkat diiringi keberagaman pilihan politik yang makin banyak. Hal ini juga membuktikan perbedaan suatu rezim dengan rezim lainnya dalam memperlakukan media massa juga akan mempengaruhi representasi politik 113 yang diambil oleh suatu media. Bahkan perbedaan rezim ini juga berdampak pada keaktifan berpolitik media massa dan masyarakat suatu negara. Dengan adanya contoh kasus diatas terbukti bahwa kita tidak dapat meremehkan arti dari pentingnya representasi sebuah media dalam bentuk apapun. Representasi ini dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologi dan pemikiran pemirsa, pembaca maupun pendengarnya. Representasi ini mampu memberikan sugesti yang kuat. Cara yang berbeda akan mempengaruhi efek, tujuan dan sasaran yang berbeda pula. Kondisi dan situasi ternyata juga mempengaruhi cara orang maupun suatu pihak menyampaikan representasinya. Representasi sekecil apapun akan mengandung muatan yang dapat dimanfaatkan untuk mempolarisasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan. 114