BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Properti Investasi dan Latar Belakang PSAK 13
Properti investasi menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
13 (revisi 2015), properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau
bagian dari suatu bangunan atau kedua-keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik
atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk
kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk: (a) digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, atau (b) dijual dalam
kegiatan usaha sehari-hari. Sedangkan properti yang digunakan sendiri adalah
properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif.
Properti investasi contohnya adalah tanah yang dikuasai dalam jangka
panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual jangka pendek dalam
kegiatan usaha sehari-hari, tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di
masa depan belum ditentukan. Bangunan yang dimiliki oleh entitas atau dikuasai
oleh entitas melalui sewa pembiayaan dan disewakan kepada pihak lain melalui
satu atau lebih sewa operasi, bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk
disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi juga merupakan
contoh properti investasi. Dan contoh lainnya adalah properti dalam proses
pembangunan atau pengembangan yang di masa depan digunakan sebagai properti
investasi.
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Tunggal (2009) meringkas klasifikasi, pengakuan dan pengukuran suatu
investasi properti dalam diagram pohon berikut ini:
Start
Apakah properti
dimiliki untuk dijual
kembali dalam
aktivitas bisnis
normal?
TIDAK
K
Apakah properti
digunakan sendiri
oleh pemiliknya?
YA
Persediaan
(Gunakan PSAK 14)
YA
Aset tetap
(Gunakan PSAK 16)
TIDAK
K Apakah properti
sedang dalam tahap
konstruksi atau
pengembangan?
YA
TIDAK
K
Properti
merupakan
investasi properti
Apakah properti
investasi memenuhi
kriteria pengakuan?
Aset tetap
(Gunakan PSAK 16
hingga penyelesaian)
Selesai
TIDAK
Tunda pengakuan
YA
Ukur investasi properti
pada awalnya sebesar
biaya perolehan
(gunakan PSAK 13)
YA
Metode biaya
Selanjutnya ukur
investasi properti
dengan memilih antara
lain:
Metode nilai wajar
Gambar 4.1. Diagram pohon klasifikasi akun
Sumber: Tunggal, 2009
http://digilib.mercubuana.ac.id/
PSAK 13
PSAK 13
51
1. Pengklasifikasian Properti Investasi
Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha seharihari atau sedang dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual
bukan merupakan properti investasi melainkan persediaan, dan diatur dalam
PSAK 14 tentang persediaan. Properti dalam proses pembangunan atau
pengembangan atas nama pihak ketiga diatur dalam PSAK 34 tentang kontrak
konstruksi. Dan properti yang digunakan sendiri, mencakup (diantaranya)
properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai properti yang
digunakan sendiri, properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan
dan selanjutnya digunakan sebagai properti yang digunakan sendiri, properti
yang digunakan oleh karyawan (dengan atau tanpa pembayaran rental sesuai
harga pasar oleh karyawan) dan properti yang digunakan sendiri yang
menunggu untuk dijual, seluruh properti yang digunakan sendiri tersebut
diatur dalam PSAK 16.
Properti yang disewakan dan yang digunakan oleh entitas induknya
atau entitas anak lainnya, properti tersebut tidak diklasifikasikan sebagai
properti investasi dalam laporan keuangan konsolidasian karena properti
tersebut termasuk properti yang digunakan sendiri jika dipandang dari
kelompok usaha. Sedangkan jika dipandang dari sudut pandang entitas yang
memiliki properti, properti tersebut termasuk kategori properti investasi
sepanjang memenuhi memenuhi definisi sebagai properti investasi. Dan
lessor memperlakukan kepemilikan properti tersebut sebagai properti
investasi dalam laporan keuangan individualnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
2. Pengakuan Properti Investasi
Pengakuan properti investasi sebagai aset menurut PSAK 13, jika dan
hanya jika memenuhi kriteria:
(a) besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan
properti investasi akan mengalir ke entitas; dan
(b) biaya perolehan properti investasi dapat diukur secara andal.
Sama dengan pengakuan aset pada umumnya, properti investasi diakui
pada saat timbul biaya perolehan. Biaya perolehan dari properti investasi
yang dibeli meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat
diatribusikan secara langsung (biaya transaksi), misalnya biaya jasa hukum,
pajak penjualan, dan biaya transaksi lainnya.
Bagian dari properti investasi dapat diperoleh melalui penggantian.
Seperti yang dicontohkan dalam PSAK 13 (paragraf 19), interior dinding
bangunan yang merupakan pengganti dinding asli bangunan tersebut.
Berdasarkan prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya penggantian properti
investasi yang ada pada saat terjadinya dalam jumlah tercatat properti
investasi jika memenuhi kriteria pengakuan. Jumlah tercatat bagian yang
diganti dihentikan pengakuannya sesuai dengan ketentuan penghentian
pengakuan.
3. Pengukuran Properti Investasi
Pengukuran properti investasi menggunakan dua pilihan metode, yaitu:
(a) metode biaya; dan (b) metode nilai wajar. Pada paragraf 32, PSAK 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
mensyaratkan seluruh entitas untuk mengukur nilai wajar properti investasi,
baik untuk tujuan pengukuran maupun pengungkapan. Entitas dianjurkan tapi
tidak disyaratkan, untuk mengukur nilai wajar properti investasi berdasarkan
penilaian oleh penilai independen yang memiliki kualifikasi profesional yang
telah diakui dan relevan serta memiliki pengalaman terkini di lokasi dan
kategori investasi yang dinilai.
Model biaya yang diterapkan adalah model biaya yang sama dengan
yang diatur dalam standar akuntansi untuk aset tetap (PSAK 16). Penerapan
model biaya mensyaratkan entitas menyajikan properti investasi pada biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Namun, penerapan model biaya
memungkinkan adanya penurunan nilai, sebagaimana diatur di PSAK 48
tentang penurunan nilai.
Masalah yang mungkin timbul dalam pengukuran properti investasi
adalah ketidakmampuan mengukur nilai wajar secara andal. Seperti yang
diuraikan dalam paragraf 53 PSAK 13, bahwa dalam beberapa kasus yang
jarang terjadi ketika entitas pertama kali memperoleh properti yang pertama
kali menjadi properti investasi tidak dapat diukur secara andal atas dasar
berkelanjutan. Hal ini timbul jika dan hanya jika pasar untuk properti yang
sebanding tidak aktif. Jika entitas menentukan bahwa nilai wajar dari properti
investasi tidak dapat diukur secara andal atas dasar berkelanjutan, maka
entitas mengukur properti investasi tersebut menggunakan model biaya sesuai
PSAK 16. Nilai residu dari properti investasi diasumsikan nol. Entitas
menerapkan PSAK 16 hingga pelepasan properti investasi tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
4. Pengalihan Properti Investasi
PSAK 13 mengatur tentang pengalihan properti investasi yang
dilakukan jika, dan hanya jika terdapat perubahan penggunaan yang
dibuktikan dengan:
a. dimulainya penggunaan oleh pemilik, dialihkan dari properti investasi
menjadi properti yang digunakan sendiri;
b. dimulainya pengembangan untuk dijual, dialihkan dari properti investasi
menjadi persediaan;
c. berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dialihkan dari properti yang
digunakan sendiri menjadi properti investasi; atau
d. dimulainya sewa operasi kepada pihak lain, dialihkan dari persediaan
menjadi properti investasi.
Lebih lanjut dalam paragraf 60 dan 61 dalam PSAK 13 dijelaskan juga
bahwa untuk properti investasi yang dicatat pada nilai wajar dan kemudian
dialihkan menjadi properti yang digunakan sendiri atau persediaan, akuntansi
selanjutnya mengacu pada PSAK 16 untuk aset tetap atau PSAK 14 untuk
persediaan yang mana biaya perolehan bawaan (deemed cost) sebagai nilai
wajar pada tanggal perubahan penggunaan. Jika properti yang digunakan
sendiri oleh pemilik berubah menjadi properti investasi dan akan dicatat
dengan menggunakan nilai wajar, entitas menerapkan sebagai aset tetap
sampai dengan saat tanggal terakhir perubahan penggunaannya. Entitas
memperlakukan perbedaan antara jumlah tercatat berdasarkan PSAK 16 dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
nilai wajar dengan cara yang sama sebagaimana revaluasi berdasarkan
PSAK 16.
5. Pelepasan Properti Investasi
Properti investasi dihentikan pengakuannya (dieliminasi dari laporan
posisi keuangan pada saat dilepaskan atau ketika properti investasi tidak
digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomik masa
depan yang diharapkan dari pelepasannya. Pelepasan properti investasi dapat
dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara secara sewa pembiayaan.
B. Properti Investasi dari Sudut Pandang Standar Internasional
Indonesia adalah bagian dari IFAC (International Federation of
Accountant). Konsekuensi menjadi bagian dari IFAC adalah harus mematuhi 7
(tujuh) Statement Membership Obligation (SMO), yaitu:
a. Quality assurance – Jaminan kualitas
b. International Education Standards™ for Professional Accountants and
Other Pronouncements Issued by the International Accounting Education
Standards Board™ (IAESB™) – Standar Pendidikan
c. International Standards and Other Pronouncements Issued by the
International Audit and Assurance Standards Board® (IAASB®) – Standar
pengauditan
d. International Ethics Standards Board for Accountants® (IESBA®) Code
of Ethics for Professional Accountants™ - Standar Etika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
e. International
Public
Sector
Accounting
Standards™
and
Other
Pronouncements Issued by the International Public Sector Accounting
Standards Board® (IPSASB®) – Standar Akuntansi Sektor Publik
f. Investigations and Discipline
g. International Financial Reporting Standards and Other Pronouncements
Issued by the International Accounting Standards Board (IASB) – Standar
Pelaporan dengan IFRS.
Produk standar akuntansi keuangan yang dihasilkan oleh IASB adalah
International Accounting Standard (IAS). Dan salah satunya mengatur tentang
properti investasi yaitu pada IAS 40. Dalam IAS 40 properti investasi
didefinisikan sebagai berikut:
Investment property is property (land or a building – or part of a building – or
both) held (by the owner or by the lessee under a finance lease) to earn rentals or
for capital appreciation or both, rather than for: (a) use in the production or
supply of goods or services or for administrative purpose; or (b) sale in the
ordinary course of business.
IAS 40 kemudian diselaraskan dengan PSAK 13 dan diterjemahkan
menjadi sebagai berikut:
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau kedua-keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui
sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau
keduanya, dan tidak untuk: (a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa atau untuk tujuan administratif, atau (b) dijual dalam kegiatan usaha
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
sehari-hari. Sedangkan properti yang digunakan sendiri adalah properti yang
dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif.
C. Fenomena Penerapan Standar Akuntansi untuk Menara Telekomunikasi
Fenomena
telekomunikasi
perbedaan
yang
pengklasifikasian
disewakan
muncul
aset
sejak
berupa
adanya
menara
peralatan
telekomunikasi berupa menara tersebut. Belum ada standar yang menegaskan
untuk mengalokasikannya dalam laporan keuangan, khususnya di Indonesia.
Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan penyajian laporan keuangan untuk
aset tersebut.
Salah satu karakteristik kualitatif penyajian laporan keuangan adalah
dapat diperbandingkan. Fenomena perbedaan penyajian laporan keuangan
untuk aset berupa menara telekomunikasi ini berakibat tidak terpenuhinya
salah satu karakteristik kualitatif penyajian laporan keuangan tersebut.
Di bawah ini adalah pendapat dan keputusan institusi yang berpengaruh
terhadap penyajian laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang diperoleh berdasarkan
wawancara langsung dengan menggunakan tehnik triangulasi, yaitu:
triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Ketiga tehnik
tersebut digunakan untuk mendapatkan validasi dan keabsahan data.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
1. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008
Institut Akuntan Publik Indonesia yang selanjutnya disebut IAPI adalah
Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang diakui pemerintah. Akuntan publik
adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri untuk memberikan
jasa sebagaimana diatur dalam peraturan menteri keuangan tersebut.
Sedangkan Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah
badan usaha yang telah mendapatkan izin dari menteri sebagai wadah bagi
akuntan publik dalam memberikan jasanya.
Tarkosunaryo sebagai informan dari IAPI menjelaskan sebab terjadinya
perbedaan intepretasi dalam penyajian laporan keuangan pada perusahaan
telekomunikasi di Indonesia karena kata building dalam IAS 40
diterjemahkan dalam PSAK 13 menjadi ”bangunan”. Jika diterjemahkan
menjadi ”gedung” maka permasalahan ini tidak akan timbul. Pengertian
gedung dalam kamus Bahasa Indonesia adalah struktur bangunan yang
memiliki dinding, lantai dan atap. Lebih lanjut Tarkosunaryo menjelaskan
bahwa menara telekomunikasi tidak dapat dikategorikan sebagai gedung
(building) karena tidak memiliki 3 (tiga) kategori tersebut.
Manajemen laba bisa menjadi salah satu alasan bagi manajemen
perusahaan dalam memilih standar klasifikasi menara telekomunikasi. Hal ini
dikarenakan kedua standar tersebut memungkinkan untuk melakukan
pengukuran yang berbeda. Jika dikategorikan properti investasi, biasanya
menggunakan nilai wajar sedangkan aset tetap menggunakan model biaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Informasi lain yang diperoleh dari IAPI sehubungan fenomena ini
adalah dengan diterbitkannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
nomor 31 (ISAK 31) oleh IAI dan telah disahkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 18 Nopember 2015. Secara
ringkas dikatakan dalam ikhtiar ISAK 31 bahwa aset berupa bangunan yang
digunakan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau
keduanya jika tidak memenuhi karakteristik fisik dari suatu bangunan (adanya
dinding, lantai dan atap), maka tidak termasuk dalam ruang lingkup PSAK
13, dan pengaturannya mengacu pada SAK yang sesuai.
Kaitannya dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh OJK Nomor
27/SEOJK.04/2015 tertanggal 1 September 2015, menurut Tarkosunaryo
seharusnya OJK mengeluarkan surat edaran baru atau membatalkan surat
edaran yang lama. Surat edaran OJK tersebut sudah tidak lagi relevan dengan
ISAK 31 yang disahkan oleh DSAK pada tanggal 18 Nopember 2015.
2. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas bahwa perseroan menyampaikan laporan
keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Standar akuntansi keuangan adalah standar yang
ditetapkan oleh Organisasi Profesi Akuntan Indonesia yang diakui
Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Republik Indonesia Nomor 263/KMK.01/2014, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) adalah organisasi profesi yang menaungi seluruh Akuntan Indonesia.
Yenny Agapitasari sebagai informan dari IAI menginformasikan bahwa
fenomena
penerapan
standar
akuntansi
untuk aset
berupa menara
telekomunikasi juga masuk dalam forum diskusi internasional. Hal ini
dibuktikan dengan adanya paper atau makalah IASB Agenda ref. 12C pada
Desember 2014 dengan topik “IAS 40 Investment Property: Accounting for a
structure that appears to lack the physical characteristics of a building” /
akuntansi untuk struktur yang tidak tampak fisik bangunannya.
Latar belakang makalah tersebut ditulis bahwa The Interpretations
Committee mempertanyakan apakah menara telekomunikasi dapat dianggap
sebagai suatu bangunan (building), karena tidak memiliki karakteristik fisik
yang diasosiasikan dengan suatu bangunan yang memiliki dinding, lantai dan
atap. Pertanyaan yang sama juga untuk tangki penyimpanan gas dan papan
reklame. Permintaan kepada IASB untuk membatasi ruang lingkup IAS 40
dianggap belum diperlukan karena keragaman dalam praktek ini mungkin
hanya di Indonesia, dan selain itu telah menerapkan IAS 16 (aset tetap).
Dasar Kesimpulan (DK) sebagai pelengkap tetapi bukan bagian dari
ISAK 31 mengatakan bahwa mempertimbangkan keputusan IASB serta
perbedaan interpretasi serta pengaturan di praktik yang terjadi di Indonesia,
DSAK IAI memutuskan untuk menerbitkan ISAK 31 (Interpretasi atas Ruang
Lingkup PSAK 13). ISAK 31 untuk memberikan interpretasi atas apa yang
dapat dikategorikan sebagai suatu bangunan, sehingga dapat memenuhi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
definisi properti investasi sebagaimana diatur dalam PSAK 13. Dalam
menentukan apakah aset dapat dianggap sebagai suatu bangunan, IFRS
Interpretation Committee menyampaikan bahwa suatu bangunan umumnya
memiliki fitur atau karakteritik fisik tertentu yang umumnya diasosiasikan
dengan suatu bangunan, seperti adanya dinding, lantai dan atap yang melekat
pada aset yang dimaksud. Perlu dipertimbangkan juga bahwa hal ini mengacu
pada pemahaman secara umum atas apa yang umumnya dipahami sebagai
suatu bangunan (building).
ISAK 31 tidak memberikan keputusan secara gamblang dan jelas
mengenai aset berupa menara telekomunikasi apakah memenuhi syarat
sebagai suatu bangunan sesuai yang sebutkan dalam PSAK 13. Namun Yenny
memberikan clue yang bersumber pada paragraf 10 ISAK 31 bahwa
berdasarkan hasil kajian kembali, aset berupa menara telekomunikasi
diklasifikasikan dalam aset tetap. Dan dalam paragraf tersebut juga
diungkapkan bahwa apabila entitas memutuskan menerapkan PSAK 16, maka
pengukuran selanjutnya entitas memilih antara model biaya atau model
revaluasi.
Hal lain yang mempertegas pengklasifikasian ini terdapat dalam
paragraf 11 ISAK 31. Jika aset sebelumnya tidak memenuhi kriteria
bangunan dan sebelumnya diklasifikasikan sebagai properti investasi yang
diukur dengan model biaya, maka entitas mereklasifikasikan aset tersebut ke
aset tetap secara prospektif sejak 1 Januari 2016, serta mengukur dengan
model biaya atau model revaluasi sesuai PSAK 16. Dan jika aset sebelumnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
diukur dengan nilai wajar, maka entitas mereklasifikasi aset tersebut ke aset
tetap secara prospektif sejak 1 Januari 2016 serta mengukur dengan model
biaya atau model rerevaluasi sesuai PSAK 16.
ISAK 31 telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada
tanggal 18 Nopember 2015. Entitas menerapkan ISAK 31 untuk periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2017. Penerapan
dini diperkenankan, namun tersebut harus diungkapkan. Dalam ISAK 31 juga
dikatakan bahwa entitas menerapkan intepretasi ini secara prospektif sejak 1
Januari 2016 namun entitas harus mengkaji kembali sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Selisih yang timbul sebagai dampak dari kajian yang dilakukan
diakui langsung ke saldo laba pada saat awal penerapan berdasarkan
ISAK 31.
3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 2011, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK berfungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sejak tanggal 31 Desember 2012,
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa
keuangan di sektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: (a)
kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; (b) kegiatan jasa keuangan di
sektor pasar modal; dan (c) kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian,
dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. OJK
memiliki fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu, independen, dan
akuntabel.
Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK pada tanggal 1
September 2015, menerbitkan Surat Edaran nomor 27/SEOJK.04/2015. Isi
surat edaran tersebut adalah aset menara telekomunikasi perusahaan publik
harus diakui sebagai properti investasi. Alasan dikeluarkannya surat edaran
tersebut karena terdapat perbedaan perlakuan akuntansi atas aset menara
telekomunikasi yang disewakan pada perusahaan publik.
OJK melalui surat yang ditetapkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal tanggal 5 September 2016, mencabut surat edaran di atas
melalui Surat Edaran Nomor 36/SEOJK.04/2016 tentang Pencabutan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/SEOJK.04/2015 tentang Perlakuan
Akuntansi atas Aset Menara Telekomunikasi yang Disewakan. Alasan
pencabutan surat edaran tersebut memperhatikan adanya penerbitan ISAK 31
mengenai interpretasi atas ruang lingkup PSAK 13 tentang Properti Investasi
yang diterbitkan pada tanggal 18 Nopember 2015. Dengan diterbitkannya
ISAK 31 OJK menegaskan kembali bahwa perusahaan publik wajib
mengikuti ketentuan SAK terkini atas aset menara telekomunikasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
disewakan. Dengan dikeluarkannya pencabutan surat edaran sebelumnya
maka ISAK 31 berlaku untuk penyusunan laporan keuangan yang
disampaikan kepada OJK mulai tahun 2018.
Teknik pemeriksaan keabsahan data terhadap dikeluarkannya surat
edaran OJK tersebut melalui triangulasi sumber. Triangulasi ini untuk
menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoeh
melalui beberapa sumber, selain dari sumber utama. Sumber utama informasi
adanya
pencabutan
ditetapkannya Surat
Surat
Edaran
Edaran Nomor
Nomor
27/SEOJK.04/2015
dan
36/SEOJK.04/2016 adalah dari
http://www.ojk.go.id namun Yenny Agapitasari (IAI) juga memberikan
informasi yang sama tentang adanya surat edaran tersebut.
D. Alasan Perusahaan mengklasifikasikan Menara Telekomunikasi
Teknik triangulasi juga digunakan dengan cara melakukan analisa
terhadap laporan keuangan entitas yang dilaporkan secara lengkap melalui
http://www.idx.co.id. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data alasan
entitas mengklasifikasikan aset berupa menara telekomunikasi yang
disewakan. Laporan keuangan triwulan tersedia untuk dibaca dan dianalisa
oleh pengguna laporan keuangan entitas tersebut, termasuk di dalamnya
catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan keuangan.
PSAK 1 paragraf 112 memaparkan tentang isi dari catatan atas laporan
keuangan adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
(a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi spesifik yang digunakan
(b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak
disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan
(c) Menyediakan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam
laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami
laporan keuangan.
Dari paparan tentang catatan atas laporan keuangan dapat diambil
informasi mengenai alasan perusahaan telekomunikasi menyajikan dan
mengklasifikasikan menara telekomunikasi ke dalam properti investasi atau
aset tetap. Dan berikut adalah alasan perusahaan dalam menerapkan PSAK 13
dan PSAK 16 untuk aset berupa menara telekomunikasi.
1. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk. beralamat di Gedung
International Financial Centre lantai 6 Jl. Jenderal Sudirman, Kavling 22-23,
Jakarta 12920. Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta Notaris No. 14
tanggal 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Dewi Himijati Tandika, S.H, dan
telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-28415HT.01.01.TH.2004 tanggal
12 Nopember 2004. Pada saat ini, kegiatan utama Perusahaan adalah
melakukan investasi atau penyertaan pada entitas anak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Rincian properti investasi PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk
adalah sebagai berikut:
(Disajikan dalam jutaan rupiah)
31 Desember 2015
30 Juni 2016
Properti investasi dalam
penyelesaian
Tanah
Bangunan menara
Repeater
Akumulasi kenaikan nilai
wajar
Nilai wajar
Jumlah
394.571
585.025
32.356
13.222.679
149.186
13.404.221
43.988
13.964.537
150.236
14.158.761
2.321.661
15.725.882
16.120.453
2.415.099
16.573.860
17.158.885
Pengukuran nilai wajar
Perusahaan dan entitas anak telah memilih model nilai wajar untuk
pengukuran setelah pengakuan awal. Nilai wajar properti investasi per
31 Desember 2015 ditentukan berdasarkan penilaian dari penilai independen
KJPP Martokoesoemo Prasetyo & Rekan dalam laporannya pada tanggal
25 Februari 2016, dan telah sesuai dengan peraturan Bapepam-LK No.
VIII.C.4 mengenai pedoman penilaian dan penyajian laporan penilaian
properti di pasar modal.
Kebijakan akuntansi
Perusahaan mendefinisikan properti investasi adalah tanah atau
bangunan (termasuk menara) atau bagian dari suatu bangunan atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
keduaduanya yang dikuasai oleh Perusahaan dan entitas anak untuk
menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak
digunakan maupun dijual dalam kegiatan operasi. Definisi tersebut
mengadopsi dari definisi properti investasi menurut PSAK 13, namun
terdapat tambahan kata-kata “termasuk menara”.
Perusahaan mengukur properti investasi dengan nilai wajar. Nilai wajar
properti investasi diakui berdasarkan penilaian dari penilai independen yang
memenuhi kualifikasi dan telah diakui, serta didukung oleh bukti pasar.
Perubahan nilai wajar properti investasi diakui pada laporan laba rugi
komprehensif. Dan Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan)
dari laporan posisi keuangan pada saat pelepasan atau ketika properti
investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki
manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat
pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan
properti investasi diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif dalam tahun terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut.
Akumulasi biaya pembangunan menara telekomunikasi dikapitalisasi
sebagai “Properti investasi dalam penyelesaian” dan dicatat pada akun
“Properti Investasi” sampai proses pembangunan atau pengembangan selesai,
dan diukur dengan menggunakan metode biaya (cost method).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Penilaian properti investasi
Perusahaan
menerima
penilaian
yang
dilakukan
oleh
penilai
independen untuk menetapkan nilai wajar properti investasi. Penilaian ini
dilakukan berdasarkan asumsi yang mencakup pendapatan sewa di masa
depan, biaya pemeliharaan yang diantisipasi, biaya pengembangan di masa
depan, dan tingkat suku bunga diskon yang sesuai. Penilai juga membuat
referensi terhadap bukti pasar harga transaksi properti yang serupa.
Perubahan kebijakan akuntansi
Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, bahwa terdapat
interpretasi yang berlaku efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah
1 Januari 2017, dengan penerapan dini diperkenankan yaitu ISAK No. 31
“Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAK No. 13: Properti Investasi”. Namun
sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, manajemen sedang
mengevaluasi dampak dari standar dan interpretasi tersebut terhadap laporan
keuangan.
Laporan auditor independen
Laporan
keuangan
perusahaan
untuk
periode
yang
berakhir
31 Desember 2015 dan 30 Juni 2016 masing-masing telah diaudit dan
direview oleh Kantor Akuntan Publik Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang &
Rekan dengan opini dan kesimpulan review, laporan keuangan disajikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
secara wajar dalam semua hal yang material dan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.
2. PT. Sarana Menara Nusantara Tbk
Kantor pusat PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. berlokasi di Jl. Ahmad
Yani No. 19A, Kudus, Jawa Tengah dan kantor cabangnya berlokasi di
Menara BCA, lantai 55, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Jakarta 10310. Perusahaan
ini didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 31 tanggal 2 Juni 2008, dibuat
dihadapan Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi., dan telah disahkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU37840.AH.01.01.Tahun 2008 tanggal 2 Juli 2008. Ruang lingkup usaha
perusahaan ini adalah berusaha dalam bidang jasa kecuali jasa di bidang
hukum dan pajak dan melakukan investasi pada perusahaan lain.
Rincian properti investasi PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. adalah
sebagai berikut:
(Disajikan dalam jutaan rupiah)
31 Desember 2015
30 Juni 2016
Properti investasi dalam
penyelesaian
157.349
176.445
Menara-menara
12.409.991
15.548.881
Akumulasi kenaikan nilai
wajar
Nilai wajar
Jumlah
2.116.012
14.526.003
14.683.352
2.227.310
17.776.191
17.952.636
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Pengukuran nilai wajar
Nilai wajar properti investasi dinilai dengan mempertimbangkan
peraturan Bapepam-LK No. VIII.C.4 mengenai pedoman penilaian dan
penyajian laporan penilaian properti di pasar modal. Perseroan ini menerima
penilaian yang dilakukan oleh penilai independen KJPP Nirboyo A., Dewi A
& Rekan tertanggal 24 Agustus 2016 dan 9 Februari 2016 untuk menetapkan
nilai wajar properti investasi. Penilaian ini dilakukan berdasarkan asumsi
yang mencakup pendapatan sewa di masa depan, biaya pemeliharaan yang
diantisipasi, biaya pengembangan di masa depan, dan tingkat suku bunga
diskon yang sesuai. Penilai juga membuat referensi terhadap bukti pasar
harga transaksi properti yang serupa.
Kebijakan akuntansi
Perusahaan mendefinisikan properti investasi adalah tanah atau
bangunan (termasuk menara) atau bagian dari suatu bangunan atau keduaduanya yang dikuasai oleh Perseroan dan entitas anak untuk menghasilkan
rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak digunakan
maupun dijual dalam kegiatan operasi. Definisi tersebut juga mengadopsi dari
definisi properti investasi menurut PSAK 13, namun terdapat tambahan katakata “termasuk menara”.
Setelah pengakuan awal, properti investasi dinyatakan sebesar nilai
wajar yang mencerminkan kondisi pasar pada tanggal pelaporan. Nilai wajar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
ditentukan berdasarkan evaluasi tahunan yang dilakukan oleh penilai
independen.
Penyajian kembali (restatement)
Perusahaan melakukan restatement atau penyajian kembali laporan
keuangan berdasarkan surat edaran OJK nomor 27/SEOJK.04/2015 mengenai
perlakuan akuntansi untuk aset menara telekomunikasi. Pengaruh perubahan
akuntansi pada 30 Juni 2015 adalah sebagai berikut:
Laporan laba rugi dan
penghasilan
komprehensif lain
konsolidasian
Depresiasi dan amortisasi
Beban pokok pendapatan
Laba bruto
Penurunan nilai wajar
properti investasi
Kerugian lain-lain, neto
Laba usaha
Pajak penghasilan
Laba periode berjalan
Sebelum
disesuaikan
Penyesuaian
Setelah
disesuaikan
(578.545)
(678.338)
1.462.793
406.988
406.988
406.988
(171.557)
(271.350)
1.869.781
(313.456)
900.671
(166.340)
474.751
531.428
(360)
938.056
(234.672)
703.384
531.428
(313.816)
1.838.727
(401.012)
1.178.135
PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. merupakan entitas yang periode
sebelum
1
Januari
2016
mengklasifikasikan
aset
berupa
menara
telekomunikasi ke dalam aset tetap dan mengikuti standar sesuai dengan
PSAK
16,
namun
dengan
adanya
surat
edaran
OJK
nomor
27/SEOJK.04/2015 melakukan restatement menjadi properti investasi dengan
mengacu sesuai standar pada PSAK 13.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
Angka-angka perbandingan antara sebelum dan sesudah restatement di
atas merupakan bukti bahwa perubahan klasifikasi akun juga berdampak pada
perubahan akun-akun lainnya, karena beda pengakuan, akan berbeda pula
pengukuran dan penyajiannya. Penjelasan perubahan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Depresiasi dan amortisasi dikoreksi sejumlah Rp406.988 juta sehingga
beban depresiasi dan amortisasi menurun menjadi Rp171.557 juta. Seperti
diketahui bahwa entitas sebelumnya menerapkan standar PSAK 16 untuk
aset berupa telekomunikasi dengan model biaya, selanjutnya mengikuti
menjadi PSAK 13 dengan model nilai wajar.
b. Beban pokok pendapatan dikoreksi sejumlah Rp406.988 juta karena
adanya koreksi beban depresiasi dan amortisasi, sehingga mengalami
penurunan sejumlah Rp271.350 juta.
c. Laba bruto dikoreksi sejumlah Rp406.988 juta sehingga naik menjadi
Rp1.869.781 juta
d. Entitas pada awalnya tidak mencatat adanya kenaikan nilai properti
investasi, namun dengan adanya perubahan kebijakan akuntansi ini entitas
mencatat kenaikan nilai sejumlah Rp531.428 juta dari yang sebelumnya
tidak ada. Kenaikan nilai wajar merupakan penambahan keuntungan bagi
entitas.
e. Perubahan kebijakan akuntansi ini berakibat pada penambahan kerugian
lainnya sejumlah Rp360 juta sehingga menjadi Rp313.816 juta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
f. Akibat perubahan ini, entitas memperoleh penambahan laba usaha
sejumlah Rp938.056 juta sehingga menjadi Rp1.838.727 juta dari yang
sebelumnya hanya Rp900.671 juta.
g. Kaitan dengan penambahan laba usaha, perubahan ini juga berpengaruh
terhadap pajak penghasilan. Sebelumnya Rp166.340 juta menjadi
Rp401.012 juta atau bertambah Rp234.672 juta.
h. Pengaruh yang terakhir adalah penambahan laba periode berjalan, dari
sebelumnya Rp474.751 juta bertambah Rp703.384 juta menjadi
Rp1.178.135 juta.
Laporan auditor independen
Laporan
keuangan
perusahaan
untuk
periode
yang
berakhir
31 Desember 2015 dan 30 Juni 2016 masing-masing telah diaudit dan
direview oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sungkoro & Surja dengan
opini dan kesimpulan review, laporan keuangan disajikan secara wajar dalam
semua hal yang material dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia.
Kedua perusahaan tersebut merupakan sebagian dari perusahaan
telekomunikasi yang mengklasifikasikan aset berupa menara telekomunikasi ke
dalam properti investasi. Namun PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. adalah
perusahaan yang merubah kebijakan akuntansi dari yang sebelumnya mencatat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
sebagai aset tetap sesuai PSAK 16 menjadi properti investasi sesuai PSAK 13
berdasarkan Surat Edaran OJK Nomor 27/SEOJK.04/2015.
Teori utilitas atau teori manfaat yang diharapkan, antara lain mengatakan
bahwa para pengambil keputusan harus membandingkan setiap dua alternatif dan
memilih salah satu alternatif dan mengabaikan yang lainnya. Hubungan dengan
pemilihan kebijakan akuntansi ini, entitas harus menentukan dua alternatif pilihan
yaitu menyajikan menara telekomunikasi dalam aset tetap sesuai PSAK 16 atau
properti investasi sesuai PSAK 13. Pengambilan keputusan ini tentunya sesuai
dengan strategi masing-masing entitas yang paling rasional dan terhindar dari
resiko.
Teori atribusi mempelajari proses bagaimana memilih diantara kedua
kekuatan, yaitu kekuatan internal dan kekuatan eksternal atau mengombinasikan
keduanya. Surat Edaran OJK Nomor 27/SEOJK.04/2015 ditetapkan tidak berbeda
jauh dengan ditetapkannya ISAK 31. OJK menetapkan surat edaran tersebut
tanggal 1 September 2015 sedangkan IAI menetapkan ISAK 31 pada tanggal 18
Nopember 2015. Alasan OJK mengeluarkan surat edaran tersebut karena belum
ada standar untuk menentukan apakah menara telekomunikasi masuk dalam aset
tetap atau properti investasi. Sedangkan DSAK IAI mengeluarkan interpretasi
SAK dengan maksud memberikan penjelasan lebih lanjut atas definisi properti
investasi dalam ruang lingkup PSAK 13. Berdasarkan teori tersebut entitas
mempunyai kemampuan internal untuk mempelajari dan menerapkan kedua
standar tersebut. Entitas yang menerapkan ISAK 31 mengelompokkan menara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
telekomunikasi dalam aset tetap, sedangkan entitas yang menerapkan surat edaran
OJK akan mengelompokkannya sebagai properti investasi.
Teori keagenan juga menjadi dasar dalam menyajikan aset berupa menara
teleekomunikasi ini. Prinsipal dan agen sama-sama mempunyai kepentingan
untuk memperbesar keuntungan dari masing-masing pihak. Seperti yang terlihat
dalam catatan restatement entitas bahwa pengaruh dari penyajian kembali laporan
keuangan memberikan dampak finansial. Perubahan laba atau rugi dipengaruhi
oleh pengukuran dan penyajian aset menara telekomunikasi tersebut. Beda
penerapan antara PSAK 13 atau PSAK 16 yang digunakan mempengaruhi laba
atau rugi entitas dalam laporan keuangannya. Hal lain yang bisa dimungkinkan
dari fenomena ini adalah adanya creative accounting dengan memanfaatkan
celah-celah yang terdapat dalam standar akuntansi. Penerapan standar akuntansi
berpengaruh terhadap perhitungan pajak perusahaan dan berdampak pada
kerugian negara dari sektor pembayaran pajak perusahaan.
Fenomenologi yang disampaikan oleh Edmund Hussell dalam kasus ini
dapat dikatakan bahwa pemilihan standar akuntansi yang digunakan oleh entitas
dalam menerapkan PSAK 13 atau PSAK 16 merupakan kesadaran diri karena
pengalaman
yang
dimiliki
masing-masing
entitas.
Entitas
mempunyai
intentionalitas berbeda dalam menerjemahkan definisi properti investasi dalam
PSAK 13. Konsep bangunan yang diterjemahkan oleh entitas memiliki multi
tafsir. Sebelum adanya ISAK 31 atau surat edaran OJK tentang menara
telekomunikasi, entitas menterjemahkan bebas kata bangunan. Penulisan
bangunan (termasuk menara) dalam definisi properti investasi oleh entitas yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
menerapkan PSAK 13 merupakan bagian dari keyaninannya tentang karakter
menara telekomunikasi adalah bangunan.
Sebelum OJK mengeluarkan surat edaran dan DSAK IAI membuat
interpretasi PSAK 13, konsep bangunan belum jelas. Bangunan bisa didefinisikan
sebagai apapun yang didirikan di atas tanah, seperti papan reklame dan tangki
penyimpanan gas. Sehingga setiap entitas mempunyai penafsiran masing-masing
tentang bangunan. Fenomena ini sesuai dengan teori fenomenologinya Edmund
Hussell bahwa perspektif fenomenologi tidak dapat diclaim kebenarannya dan
tidak pula dapat dipersalahkan. Dan hingga pada akhirnya tidak ada lagi
perdebatan tentang fenomenologi sampai ditemukan standar yang baku dan
berlaku umum.
Langkah akhir dari perdebatan ini adalah dengan ditetapkannya Surat
Edaran Nomor 36/SEOJK.04/2016 pada tanggal 5 September 2016 untuk
mencabut Surat Edaran Nomor 27/SEOJK.04/2015 yang ditetapkan tanggal 1
September 2015. Pencabutan surat edaran ini akibat telah dikeluarkannya ISAK
31 yang ditetapkan pada 18 Nopember 2015 untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut atas definisi bangunan dalam ruang lingkup PSAK 13. Bangunan
sebagaimana dimaksud dalam PSAK 13 memiliki karakteristik fisik adanya
dinding, lantai dan atap. Dan walaupun menara telekomunikasi dapat
dikategorikan sebagai bangunan karena didirikan di atas tanah, namun karena
tidak memiliki karakteristik fisik adanya dinding, lantai dan atap maka menara
telekomunikasi tidak dapat di kategorikan sebagai properti investasi sesuai kriteria
dalam PSAK 13.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download