JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 ANALISA

advertisement
ANALISA PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, KURS,
DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP VOLUME
PERDAGANGAN SAHAM PADA LQ-45
By:
Fera Yuliana
Errin Yani Wijaya
Haryetti
Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia
e-mail: [email protected]
Analyze the Effect of Interest Rate, Inflation, Exchange Rates, and the Money Supply
to Volume of Stock Trading in LQ-45
ABSTRACT
The capital market is one of investment alternative that able to yield optimal
advantage for investor. Each investor is requiring of relevant information with transaction
development in stock. This is very important to be made in consideration in compiling
strategy and decision making of investment in capital market. The objectives of this research
to analyze the influence of interest rate, inflation, exchang rate, and money supply to volume
of stock trading on LQ-45 that listed on BEI in 2009-2012 periods.
This research using time series data from IDX Statistic ICMD (Indonesian Capital
Market Directory) and Indonesian Bank monthly published on BEI in January 2009 until
December 2012. Population in this research is all company which included on LQ-45 that is
45 companies and number of samples 16 companies by passing phase purposive sample.
Analyze technique to use in this research is multiple linier regression to obtain describe
which totally regarding relationship between one variable with other variable. And use
aplication Statistical Package For Social Sciences (SPSS) Statistics 21 program.
The result of this reseacrh shows that interest rate variable has a negative and not
significant to volume of stock trading, while inflation variable has a positive and not
significant to volume of stock trading intrading, exchang rate and money supply variable has
a negative and significant to volume of stock trading on LQ-45.Result of Adjuts R Square
Keyword : Volume of Stock Trading, Interest Rate, Inflation, Exchange Rates, Broad Money
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
1
ANALISA PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, KURS,
DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP VOLUME
PERDAGANGAN SAHAM PADA LQ-45
By:
Fera Yuliana
Errin Yani Wijaya
Haryetti
Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia
e-mail: [email protected]
Analyze the Effect of Interest Rate, Inflation, Exchange Rates, and the Money Supply
to Volume of Stock Trading in LQ-45
ABSTRAK
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat
menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi para investor. Setiap investor sangat
membutuhkan informasi yang relevan dengan perkembangan transaksi di bursa. Hal ini
sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi dan
pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Penlitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh suku bunga, inflasi, kurs dan jumlah uang beredar terhadap volume perdagangan
saham pada LQ-45 yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2012.
Data penelitian menggunakan time series yang diperoleh dari IDX Statistic, ICMD
(Indonesian Capial Market Directory) dan Bank Indonesia (BI) yang terdaftar di BEI dari
periode waktu Januari 2009 sampai Desember 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang termasuk pada LQ-45 yaitu sebanyak 45 perusahaan dan jumlah
sampel sebanyak 16 perusahaan dengan melewati tahap purposive sampling. Teknik analisa
yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara vaiabel satu dengan yang lain. Dan
penelitian menggunakan program aplikasi Statistical Package For Social Sciences (SPSS)
Statistics 21.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham, sedangkan inflasi berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham. Kurs dan jumlah uang beredar
berpengaruh negatif signifikan terhadap volume perdagangan saham pada LQ-45. Dan hasil
adjusted R square hanya 19,5% yang dapat mempengaruhi volume perdagangan saham pada
LQ-45.
Kata kunci : Volume perdagangan, Suku bunga, Inflasi, Kura dan Jumlah Uang beredar
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasar modal dalam arti sempit
adalah suatu tempat terorganisasi di mana
efek-efek diperdagangkan yang disebut
Bursa Efek. Bursa Efek atau stock exchange
adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek
yang dilakukan baik secara langsung
maupun dengan melalui wakil-wakilnya.
Perkembangan perekonomian suatu Negara
tidak lepas dari pengaruhnya terhadap
perkembangan pasar modal. Hal ini sangat
berpengaruh pada keputusan investor dalam
melakukan investasi di Negara yang kondisi
ekonominya sangat baik. Selain itu, dengan
kondisi ekonomi yang baik dan pasar bisnis
yang lancar akan meningkatkan harga saham
di pasar modal.
Tingkat suku bunga
dapat
mempengaruhi naik turunnya harga saham di
pasar modal. Menurut Karl dan Fair (2001)
suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk
persentase dari pinjaman yang diperoleh. BI
rate yang naik akan membuat suku bunga
pinjaman meningkat. Seorang investor akan
memilih alternatif investasi yang cenderung
menguntungkan. Jika tingkat suku bunga
lebih tinggi dari pada harga saham maka
akan lebih menguntungkan memilih
investasi yang bebas resiko, seperti
menabung di bank dan obligasi.Tingkat suku
bunga dapat mempengaruhi naik turunnya
harga saham di pasar modal. Tingkat suku
bunga juga dapat di pengaruhi oleh adanya
inflasi. Inflasi membuat tingkat risiko yang
berkaitan
dengan
investasi
dalam
perekonomian meningkat. Karena adanya
inflasi yang tinggi, mengakibatkan adanya
penekanan mata uang dalam arti mata uang
Negara
akan
melemah.
Kebijakan
pemerintah yang dapat dilakukan dengan
adanya inflasi yang tinggi yaitu mengurangi
impor dan akan menekan ekspor. Dan
pemerintah juga akan menaikkan tingkat
suku bunga dengan asumsi bahwa inflasi
akan berkurang atau stabil.
Selain inflasi, kurs juga merupakan
faktor makroekonomi yang berkaitan dengan
kondisi pasar secara keseluruhan. Kurs atau
nilai tukar Rupiah terhadap USD mulai
merosot sejak pertengahan tahun 2008 dan
terus terdepresiasi hingga mencapai level
terendah pada awal tahun 2009 yaitu sebesar
Rp. 11.900 per 1 USD. Menurut Eduardus
(2001:214) penguatan kurs rupiah terhadap
mata uang asing merupakan sinyal positif
bagi investor. Dimana ketika kurs rupiah
terhadap mata uang asing mengalami
penguatan maka akan banyak investor
berinvestasi
pada
saham.
Hal
ini
dikarenakan
penguatan
tersebut
mengindikasikan bahwa perekonomian
dalam keadaan bagus. Sedangkan ketika
kurs rupiah melemah hal tersebut
mengindikasikan bahwa perekonomian
dalam kondisi yang kurang baik sehingga
investor pun akan berpikir dua kali dalam
berinvestasi pada saham.
Jumlah uang beredar (money
supply) juga merupakan salah satu indikator
makroekonomi yang bisa mempengaruhi
pergerakan harga saham di pasar modal
(Mohamad, 2006:210). Ketika jumlah uang
yang beredar di masyarakat mengalami
peningkatan maka orang akan cenderung
berinvestasi pada saham. Karena semakin
banyak jumlah uang yang beredar ditangan
masyarakat, maka akan semakin tinggi harga
saham di bursa. Dan banyaknya jumlah uang
yang beredar akan menyebabkan suku bunga
mengalami penurunan, sehingga orang
cenderung tidak memilih investasi dalam
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
3
perbankan melaikan dalam bentuk saham.
Jumlah uang beredar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah M2 (uang dalam arti
luas).
Penelitian sejenis telah banyak
dilakukan
oleh
penelitian
terdahulu
diantaranya Wongbangpo dan Sharma
(2002), Hooker (2004) dan Chiarella dan
Gao (2004), Gjerde dan Saettem (1999),
Kandir (2008), dan Gupta (1997) dengan
hasil yang beragam sehingga menarik
penelitian menggunakan objek yang berbeda
yaitu pada LQ-45. Sebagai variabel terikat
adalah volume perdagangan saham, dan
tingakt suku bunga, inflasi, nilai tukar
rupiah, dan jumlah uang yang beredar
sebagai variabel bebas.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
1. Apakah tingkat suku bunga, inflasi, kurs,
dan jumlah uang yang beredar secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap volume perdagangan saham
pada LQ-45?
2. Pengaruh mana yang paling kuat antara
tingkat suku bunga, inflasi, kurs, dan
jumlah uang yang beredar terhadap
volume perdagangan saham pada LQ45?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
antara lain:
1. Untuk menguji apakah tingkat suku
bunga, inflasi, kurs, dan jumlah uang
yang beredar berpengaruh terhadap
volume perdagangan saham pada LQ-45.
2. Untuk menguji pengaruh mana yang
paling kuat antara tingkat suku bunga,
inflasi, kurs, dan jumlah uang yang
beredar terhadap volume perdagangan
saham pada LQ-45.
TELAAH PUSTAKA
Volume perdagangan saham
Volume perdagangan saham adalah
banyaknya lembaran saham suatu emiten
yang diperjualbelikan di pasar modal setiap
hari bursa dengan tingkat harga yang
disepakati oleh penjual dan pembeli saham
melalui perantara (broker) perdagangan
saham di pasar modal yang dikenal dengan
istilah lot. Satu lot terdiri dari 500 lembar
saham (Wiyani & Wijayanto, 2005). Volume
perdagangan saham merupakan instrumen
yang dapat digunakan untuk melihat reaksi
pasar modal terhadap informasi publikasi
laporan keuangan melalui parameter
pergerakan aktivitas perdagangan saham di
pasar modal. Dan merupakan hal yang
penting bagi investor, karena bagi investor
volume perdagangan saham menggambarkan
efek yang diperjualbelikan di pasar modal.
Pendekatan volume perdagangan saham ini
dapat juga digunakan untuk menguji
hipotesis pasar efisien pada bentuk lemah.
Hal ini terjadi karena perubahan harga yang
terbentuk
belum
dengan
segera
mencerminkan informasi yang ada, sehingga
peneliti hanya dapat mengamati reaksi pasar
melalui pergerakan aktivitas volume
perdagangan saham.
Volume
perdagangan
dalam
penelitian ini dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut:
Jumlah
sahami
waktut
yang
diperdagangkan
TVAi.t=
Jumlah sahami waktut yang beredar
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
4
Suku Bunga
Menurut Keynes dalam (Wardane,
2003), tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan uang
(ditentukan dalam pasar uang). Perubahan
tingkat suku bunga selanjutnya akan
mempengaruhi keinginan untuk mengadakan
investasi, misalnya pada surat berharga,
dimana harga dapat naik atau turun
tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat
bunga naik maka surat berharga turun dan
sebaliknya), sehingga ada kemungkinan
pemegang surat berharga akan menderita
capital loss atau capital gain. Suku bunga
menurut para ekonom dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga
dalam nilai uang. Suku bunga ini
merupakan nilai yang dapat dibaca
secara umum.
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang
telah mengalami koreksi akibat inflasi
dan didefinisikan sebagai suku bunga
nominal dikurangi laju inflasi.
Menurut
Madura
(2000),
menyatakan laju inflasi dan suku bunga
dapat menimbulkan dampak yang signifikan
atas nilai tukar karena pada saat laju inflasi
sebuah negara relatif naik terhadap laju
inflasi negara lain, permintaan atas
valutanya menurun karena ekspornya juga
menurun. Hal ini mengakibatkan tingginya
nilai valuta (mata uang asing), yang akhirnya
investor akan lebih memilih menanamkan
modalnya ke dalam mata uang asing dari
pada menginvestasikannya dalam bentuk
saham dan mengakibatkan turunnya harga
saham secara signifikan.
Inflasi
dimanapun
selalu
merupakan fenomena moneter (Friedman
dalam Mankiw, 2007). Inflasi pada dasarnya
merupakan suatu kecenderungan dari hargaharga untuk menaik secara umum dan terusmenerus. Jika harga cenderung turun disebut
deflasi. Inflasi dihitung dari Indeks Harga
Konsumen (IHK).
[ IHK (t) – IHK (t-1) ]
Inf (t) =
X 100%
IHK (t-1)
Inflasi
Definisi inflasi adalah kenaikan
harga barang dan jasa yang terus menerus.
Tingkat inflasi dinyatakan dalam persen
setiap tahun. Jika inflasi meningkat, maka
jumlah uang yang beredar akan menyusut.
Karena dengan jumlah uang yang sama
hanya akan mampu membeli barang atau
jasa yang relatif sedikit. Inflasi merupakan
suatu keadaan senantiasa meningkatnya
harga-harga pada umumnya, atau suatu
keadaan senantiasa turunnya nilai uang
karena meningkatnya jumlah uang yang
beredar tidak diimbangi dengan peningkatan
persediaan barang.
dimana :
Inf (t) = Inflasi bulan t
IHK (t) = Indeks Harga Konsumen bulan t
IHK (t-1) = Indeks Harga Konsumen bulan
t-1
Kurs
Kurs atau nilai tukar rupiah
merupakan satu indikator ekonomi makro
yang terkait dengan besaran APBN. Asumsi
nilai tukar rupiah berhubungan dengan
banyaknya transaksi dalam APBN yang
terkait dengan mata uang asing, seperti
penerimaan pinjaman dan pembayaran utang
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
5
luar negeri, penerimaan minyak dan
pemberian subsidi BBM. Dengan demikian,
variabel asumsi dasar ekonomi makro
tersebut sangat menentukan besarnya
penerimaan dan pengeluaran negara,
termasuk dana perimbangan, serta besarnya
pembiayaan anggaran. Kurs mata uang
menunjukkan harga mata uang apabila
ditukarkan dengan mata uang lain.
Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara
dengan mata uang negara lain ditentukan
sebagai mana halnya barang yaitu oleh
permintaan dan penawaran mata uang yang
bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk
kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih
banyak daripada suplainya maka kurs rupiah
ini akan terapresiasi, demikian pula
sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan
terjadi apabila negara menganut kebijakan
nilai tukar mengambang bebas (free floating
exchange rate) sehingga nilai tukar akan
ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro,
2001).
Bagi investor sendiri, depresiasi
rupiah terhadap Dollar menandakan bahwa
prospek perekonomian Indonesia suram.
Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila
faktor fundamental perekonomian Indonesia
tidaklah kuat, sehingga Dolar Amerika akan
menguat dan akan menurunkan Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Sunariyah,
2003). Investor tentunya akan menghindari
resiko, sehingga investor akan cenderung
melakukan aksi jual dan menunggu hingga
situasi perekonomian dirasakan membaik.
Aksi jual yang dilakukan investor ini akan
mendorong penurunan indeks harga saham
di BEI dan mengalihkan investasinya ke
dolar Amerika (Jose Rizal, 2007).
Jumlah Uang Beredar
Menurut Ana Ocktaviana (2007:
27), jumlah uang beredar adalah nilai
keseluruhan uang yang berada di tangan
masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti
sempit (narrow money) adalah jumlah uang
beredar yang terdiri atas uang kartal dan
uang giral.
M1 = C + D
Keterangan :
M1
= jumlah uang yang beredar dalam
arti sempit
C
= Uang kartal (uang kertas + uang
logam)
D
= uang giral atau cek
Uang beredar dalam arti luas (M2)
adalah uang bererdar dalam arti sempit (M1)
ditambah deposito berjangka (time deposit),
atau:
M2 = M1 + TD
Keterangan:
M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = deposito berjangka (time deposit)
Mohammad
(2006:
210)
menyatakan bahwa semakin banyak uang
yang beredar ditangan masyarakat maka
akan semakin tinggi harga saham, karena
masyarakat akan mencari cara untuk
mengalokasikan dana mereka. Banyaknya
uang yang beredar akan menyebabkan suku
bunga turun, sehingga orang cendrung tidak
memilih
investasi
dalam
perbankan
melainkan dalam bentuk saham. Dan jika
jumlah uang beredar meningkat, maka
tingkat bunga akan menurun dan volume
perdagangan saham akan naik sehingga
pasar akan menjadi bullish. Jika jumlah uang
beredar menurun, maka tingkat bunga akan
naik dan volume perdagangan saham akan
turun sehingga pasar akan menjadi bearish.
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
6
Pasar Modal
METODE PENELITIAN
Pasar modal (capital market)
menurut Usman dkk (1997:11) adalah: Pasar
modal adalah perdagangan instrument
keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik
dalam bentuk modal sendiiri (stock) maupun
hutang (bonds) baik yang diterbitkan oleh
pemerintah (public authourities) maupun
oleh swasta (private sector). Dengan kata
lain, pasar modal adalah pasar dalam
pengertian abstrak. Dalam pengertian yang
abstrak pasar modal adalah perdagangan
surat berharga (bonds atau stock).
Tanda bukti kepemilikan atau
penyetoran modal atas suatu perseroan
terbatas, yang diperoleh dari pemberian
saham tersebut atau cara lain yang kemudian
memberikan hak atas deviden sesuai dengan
besarnya investasi modal pada perusahaan di
artikan sebagai saham. Widiadmodjo
(2001:5) mendefinisikan saham sebagai
tanda
penyertaan
atau
kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik (berapapun porsinya) dari
suatu perusahaan yang menerbitkan kertas
tersebut, sesuai porsi kepemilikannya yang
tertera pada kertas tersebut.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Hipotesis
H1 : Terdapat pengaruh Tingkat Suku
Bunga, Inflasi, Kurs, dan Jumlah
Uang Beredar secara bersama-sama
(simultan)
terhadap
Volume
Perdagangan Saham pada LQ-45.
H2 :
Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Inflasi, Kurs, dan Jumlah Uang
Beredar secara persial (sendirisendiri)
terhadap
Volume
Perdagangan Saham pada LQ-45.
Penelitian ini dilakukan pada
Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek
Indonesia meliputi data pada LQ-45 yang
diperoleh dari IDX Statistics atau Indonesian
Capital Market Dictionary (ICMD) yang
tersedia di Jalan Jendral Sudirman No. 73
Pekanbaru. Dengan waktu penelitian yang
dilakukan penulis yaitu dari Januari 2009
sampai dengan Desember 2012.
Populasi dan Sampel
Populasi yang akan diteliti adalah
emiten yang tergolong dalam LQ-45 di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2009 - 2012. Metode pengumpulan sampel
(sampling method) dalam penelitian ini
adalah non probability atau non random
sampling dengan teknik purposive sampling.
Non probability atau non random sampling
adalah metode yang tidak didasarkan pada
mekanisme yang acak dalam pemilihan
sampel penelitian. Purposive sampling
adalah sampel diambil dengan maksud atau
kriteria tertentu. Penelitian ini menggunakan
sampel saham yang berturut-turut masuk ke
dalam LQ-45 dari tahun 2009 - 2012. Dan
mempunyai data lengkap tentang volume
perdagangan sahamnya. Pengujian dengan
Purposive sampling menemukan 16
perusahaan sampel yang memenuhi keriteria
yang ada. Adapun keriteria sampel dalam
penelitian adalah yaitu:
1. Perusahaan berturut-turut masuk ke
dalam LQ-45 setiap bulan selama
periode Januari 2009 sampai Desember
2012.
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
7
2. Saham Perusahaan aktif diperdagangkan
setiap bulan selama periode Januari 2009
sampai Desember 2012.
3. Tersedianya laporan perdagangan saham
emiten setiap bulan selama periode
Januari 2009 sampai Desember 2012.
4. Data terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI), dan dipublikasikan.
Proses Penentuan Sampel
Keterangan
Populasi penelitian (emiten yang
tergolong dalam LQ-45 di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
Emiten pernah tidak tergolong
LQ-45 tahun 2009
Saham
Perusahaan
aktif
diperdagangkan setiap bulan
selama periode Januari 2009
sampai Desember 2012.
Emiten pernah tidak tergolong
LQ-45 tahun 2010
Emiten pernah tidak tergolong
LQ-45 tahun 2011
Emiten pernah tidak tergolong
LQ-45 tahun 2012
Jumlah sampel
Tahun pengamatan (4 tahun =
48 bulan)
Jumlah
Emiten
45
Variabel
Penelitian
Operasionel Variabel
dan
Definisi
Variabel Dependen (Y)
Variabel terikat pada penelitian ini
adalah volume perdagangan saham (Y).
Volume perdagangan saham akan diukur
dengan Trading Volume Activity (TVA).
Ukuran aktivitas volume perdagangan saham
(TVA) telah digunakan secara luas untuk
mengukur tingkat likuiditas saham dalam
berbagai studi empiris.
Variabel Independen (X)
(11)
(2)
(9)
(1)
(6)
16
48
Sumber : Data diolah www.idx.co.id
Hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan
analisis
regresi
linier
berganda
melalui
program
aplikasi
Statistical Package For Social Sciences
(SPSS) Statistics 21.
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (Bi
Rate)
Suku bunga Bank Indonesia (Bi
Rate) adalah tingkat suku bunga yang
ditentukan oleh Bank Indonesia atas
penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI)
yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pengukuran
yang digunakan adalah satuan
persen. Kenaikan suku bunga pinjaman atau
suku bunga deposito akan mengakibatkan
turunnya harga saham sehingga suku bunga
berpengaruh negatif terhadap initial return
(Samsul, 2006).
Inflasi
Inflasi adalah tingkat kenaikan
harga barang secara umum yang terjadi terus
menerus. Tingkat inflasi yang digunakan
adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari
Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengukuran
yang digunakan adalah dalam satuan persen.
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
8
Kurs
Kurs atau Nilai tukar adalah harga
mata uang suatu negara terhadap mata uang
negara lain. Nilai tukar yang digunakan
adalah kurs dolar Amerika terhadap rupiah
yang dihitung berdasarkan kurs tengah yaitu
berdasarkan kurs jual dan kurs beli3.5.1.
diatur
oleh Bank Indonesia.
3.5.2.
Jumlah Uang yang Beredar
Berranya yang dibandingkan dengan nilai
tabel Chi-Square ( χ2 ) dengan besarnya“v”
adalah sesuai dengan jumlah lag-nya. Jika
nilai Jarque-Berra-nya lebih kecil dari nilai
kritis tabelnya maka lolos dari adanya
ketidaknormalan distribusi residual.
Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian
hipotesis melalui analisis regresi berganda,
terlebih dahulu data harus di uji dengan uji
asumsi
klasik
yang
meliputi:
uji
multikoloneritas, uji autokorelasi, dan uji
heterokedastisitas agar memenuhi keriteria
Bast Linear Unbiased Estimator (BLUE)
sehingga dapat menghasilkan persamaan
perbandingan yang valid.
Jumlah uang beredar (JUB) dalam
artian luas atau broad money (M2). Broad
money (M2) adalah penjumlahan dari M1
(uang kartal dan logam ditambah simpanan
dalam bentuk rekening koran atau demand
deposit) yang memasukkan depositodeposito berjangka dan tabungan 3.5.2.1.
serta
rekening valuta asing milik swasta domestik
3.5.2.2. Uji Multikolinieritas
sebagai bagian dari 18 penyediaan uang3.5.2.3.
atau
uang kuasai (quasi money). Pengukuran
Multikolinieritas adalah hubungan
yang digunakan adalah dalam Miliar Rupiah. linier yang sempurna diantara beberapa atau
semua variabel independen dari model
regresi. Pengujian ini dimaksudkan untuk
Metode Pengujian Data
mengetahui hubungan antara variabel bebas
satu dengan yang lain ada atau tidak.
Uji Normalitas
Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah
Uji normalitas bertujuan untuk tidak validnya signifikansi variabel. Untuk
menguji apakah dalam model regresi mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
variabel dependen, variabel independen atau dilakukan Uji Colinearity Statistics dengan
keduanya berdistribusi normal atau tidak. mendasarkan pada nilai tolerance dan nilai
Model regresi yang baik adalah yang Variance Inflation Factor (VIF). (Ghozali,
berdistribusi normal atau mendekati normal.
2006: 232), memberikan Rule of Thumb, jika
Analisis regresi linier klasik nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka
mengasumsikan bahwa setiap sisaan terjadi multikolinearitas.
berdistribusi normal dengan kriteria sebagai
3.5.2.4.
berikut (Ghozali, 2006: 19):
3.5.2.5. Uji Autokorelasi
Mean
: E(εi ) = 0
Varian
: E(εi2) = σ2
Autokorelasi adalah korelasi yang
Covarian
: E(εi , εj) = 0
terjadi antara anggota-anggota serangkaian
Pengujian asumsi normalitas ini observasi yang terletak berderetan secara
dilakukan dengan melihat nilai Jarque- series dalam bentuk waktu (jika datanya
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
9
time series) atau korelasi antara tempat yang
berdekatan (jika datanya cross sectional).
Pengujian ini untuk mengetahui hubungan
variabel
yang
sama
antar
waktu.
Konsekuensi adanya autokorelasi adalah
biasnya varian dengan nilai yang lebih kecil
dari nilai yang sebenarnya, sehingga R2 dan
Fhitung yang dihasilkan cenderung sangat
berlebihan
(overestimated).
Pengujian
autokorelasi dilakukan dengan Uji Durbin
Watson
(statistik-d),
dengan
3.6.
membandingkan nilai Durbin Watson hitung
3.7.
(d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu
batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan
batas lebih rendah (lower bond atau dl).
Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah suatu
keadaan di mana varian dari faktor
penggangu tidak konstan untuk semua nilai
variabel bebas. Pengujian ini dilakukan
untuk melihat kesalahan pengganggu
mempunyai varian yang sama atau tidak,
jika varian sama disebut homokedastisitas,
jika varians berbeda atau tidak konstan
3.7.1.
disebut heterokedastisitas. Konsekuensi
3.7.2.
adanya heterokedastisitas adalah lebih
besarnya varian dari taksiran. Pengujian ada
tidaknya masalah heterokedastisitas dapat
dilihat dari pola gambar scatterplot model
tersebut.
Keterangan:
Y: Volume Perdagangan Saham pada LQ-45
a : Konstanta
b1…b4: Koefisien Variabel Bebas
X1: Tingkat Suku Bunga
X2: Inflasi
X3: Kurs
X4: Jumlah Uang yang Beredar), dan e
(Gangguan acak)
Uji Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel
dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari good ness of fit nya. Secara statistik,
setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan
nilai satistik t. Perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik, apabila uji nilai
statistiknya berada dalam daerah kritis
(daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya,
disebut tidak signifikan bila uji nilai
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho
diterima. (Ghozali, 2006: 270).
Uji F (secara simultan)
Uji F digunakan untuk menguji
signifikansi pengaruh tingkat suku bunga
bank, tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang
yang beredar secara simultan terhadap
volume perdagangan saham.
Analisis Regresi Linear Berganda
Uji t (secara parsial)
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik regresi berganda
(multiple regresion). Bentuk persamaan
regresi berganda dari penelitian ini adalah
sebagai berikut (Ghozali, 2006: 269):
Uji t digunakan untuk menguji
signifikansi pengaruh tingkat suku bunga
bank, tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang
yang beredar secara persial terhadap volume
perdagangan saham. Oleh karena itu uji t ini
digunakan untuk menguji hipotesis H2.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
10
Uji Koefisien Determinasi (R2)
HASIL PENELITIAN
Untuk mengetahui variabel mana
yang paling berpengaruh terhadap variabel
dependennya, dapat dilihat dari koefisien
korelasi parsialnya. Variabel independen
yang paling berpengaruh terhadap variabel
dependennya dapat dilihat dari koefisien
parsial yang terbesar. Koefisien korelasi
merupakan ukuran yang dapat digunakan
untuk mengetahui bagaimana keeratan
hubungan antara suatu variabel independen
dengan variabel dependennya. Koefisien
korelasi juga dapat digunakan untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel.
Koefesien determinasi adalah rasio
dari jumlah kuadrat regresi dengan jumlah
kuadrat total. Kelayakan suatu model regresi
dapat dilihat dari koefesien determinasi (R2)
yang menunjukkan proporsi variasi dalam
variabel dependen yang dijelaskan oleh
variabel-variabel independen secara bersama
-sama. R2 sangat dipengaruhi oleh
penambahan jumlah variabel penjelas, maka
untuk menyesuaikannya digunakan adjusted
R2 (R2adj), yang dirumuskan sebagai berikut
(Ghozali, 2006: 269):
Jumlah kuadrat regresi
ESS
2
R =
=
Jumlah kuadrat total
TSS
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini digunakan
untuk memberikan gambaran nilai minimun,
maximum, rata-rata (mean), dan simpangan
baku (standart deviasi) dari variabel-variabel
yang diteliti. Hasil statistik deskriptif dapat
dilihat pada tabel berikut:
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. D
V
LogVol 48 5,44 6,04 5,6754 ,12547 ,016
BI Rate 48 5,75 8,75 6,5000 ,63581 ,001
Inflasi
48 2,41 9,17 4,9196 1,60038 ,006
LogKur
48 3,93 4,08 3,9722 ,03286 ,404
s
LogJUB
48 6,27 6,52 6,3829 ,07431
2,56
1
Sumber: hasil pengolahan output data SPSS
Statistics 21
Untuk mengetahui model regresi
variabel dependen, variabel independen atau
keduanya
berdistribusi
normal
atau
tidak.dapat dilihat dari grafik Normal
Probability Plot di bawah ini:
Hasil Uji Normalitas Data
dimana :0 < R2, R2adj < 1
Residual Sum of Square = RSS = Σei 2 = Σ(
ŷi – ў)2
Explained Sum of Square = ESS = Σ( yi –
ŷi)2
Total Sum of Square = TSS = Σ yi 2
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
11
Data grafik normal probability plot
di atas dapat dilihat bahwa sebaran data
berada pada garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal tersebut. Hal ini
menunjukan
bahwa
data
tersebut
berdistribusi normal.
Pada table di atas, dapat dilihat
bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar
1,334 yang terletak di daerah -2 < d < 2.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi terbebas dari autokorelasi.
Uji Heterokedastisitas
Uji Multikolinieritas
Scatterplot
Coefficients
Model
a
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Suku Bunga
,152
6,561
Inflasi
,401
2,497
Log Kurs
,713
1,403
Log JUB
,260
3,842
1
( Constant)
a.Dependent Variable: Log Volume
Perdagangan Saham
Dari table di atas dapat diketahui
bahwa masing-masing variabel bebas (Suku
Bunga, Inflasi, Log Kurs, Log JUB)
memiliki angka tolerance di atas 0,1 dan
nilai VIF di bawah 10. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
multikolinieritas Antara variabel bebas
dalam model regresi ini.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
DurbinWatson
1
1,334
Pola penyebaran titik-titik terlihat
acak dan tidak membentuk pola tertentu
pada gambar. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat heterokedastisitas, sehingga
model regresi layak dipakai untuk
memprekdisikan variabel terikat terhadap
variabel bebasnya.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini bertujuan untuk
mengetaahui besarnya pengaruh suku bunga,
inflasi, nilai tukar rupiah (kurs), dan jumlah
uang yang beredar (M2) terhadap volume
perdagangan saham pada LQ-45. Hasil
pengujian, dapat dilihat dalam table berikut:
Kesimpulan
Tidak Terjadi
Autokorelasi
a.Predictors: (Constant), Suku Bunga,
Inflasi, Log Kurs, Log JUB
b.Dependent Variabel: Log Volume
Perdagangan Saham
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
12
Coefficientsa
UC
SC
Model
1
B
S. E
Con
stant
16,59
3
3,757
BI
Rate
-,017
,066
Inflasi
,018
,016
,228
1,105
,275
Log
Kurs
-1,211
,592
-,317
-2,046
,047
Log
JUB
-,953
,433
-,565
-2,202
,033
Beta
-,087
T
Sig.
4,417
,000
-,259
,797
a.DependentVariable:LogVolumePerdagang
an
Berdasarkan hasil output SPSS 21
di atas, maka persamaan regresi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y = 16,593 - 0,017X1 + 0,018X2 1.211X3 - 0,953X4 + e
Dari persamaan regresi di atas
dapat dijelaskan bahwa:
1. Jika suku bunga, inflasi, kurs, dan
jumlah uang yang beredar bernilai 0,
maka volume perdagangan saham (Y)
bernilai konstan yaitu sebesar 16,593.
2. Koefisien tingkat suku bunga (X1)
sebesar -0,017, yaitu menunjukkan
besarnya pengaruh tingkat suku bunga
terhadap volume perdagangan saham.
Pengaruh negatif disini menunjukkan
adanya pengaruh yang berlawanan antara
tingkat suku bunga terhadap volume
perdagangan saham. Jika tingkat suku
bunga meningkat 1%, maka volume
perdagangan saham akan mengalami
penurunan sebesar 0,017 dan sebaliknya.
Yaitu jika tingkat suku bunga mengalami
penurunan sebesar 1%, maka volume
perdagangan
akan
mengalami
peningkatan sebesar 0,017.
3. Koefisien inflasi (X2) sebesar 0,018 yang
menunjukkan besarnya pengaruh tingkat
inflasi terhadap volume perdagangan
saham. Pengaruh positif menunjukkan
adanya pengaruh yang searah antara
inflasi dengan volume perdagangan
saham. Jika inflasi meningkat sebesar
1% maka volume perdagangan saham
akan mengalami peningkatan juga
sebesar 0,018 dan sebaliknya. Yaitu jika
inflasi mengalami penurunan sebesar
1%, maka volume perdagangan akan
mengalami penurunan sebesar 0,018.
4. Koefisien nilai tukar rupiah (X3) sebesar
-1,211 yang menunjukkan besarnya
pengaruh nilai tukar rupiah (kurs)
terhadap volume perdagangan saham.
Pengaruh negatif disini menunjukkan
adanya pengaruh yang berlawanan antara
nilai tukar rupiah (kurs) terhadap volume
perdagangan saham. Jika nilai tukar
rupiah (kurs) meningkat 1% maka
volume perdagangan akan mengalami
penurunan sebesar 1,211 dan sebaliknya.
Yaitu jika nilai tukar rupiah mengalami
penurunan sebesar 1% maka volume
perdagangan
akan
mengalami
peningkatan sebesar 1,211.
5. Koefisien jumlah uang beredar (X4)
sebesar -0,953 yang menunjukkan
besarnya pengaruh jumlah uang beredar
(M2) terhadap volume perdagangan
saham.
Pengaruh
negatif
disini
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
13
menunjukkan adanya pengaruh yang
berlawanan antara jumlah uang beredar
(M2) terhadap volume perdagangan
saham. Jika jumlah uang beredar (M2)
meningkat
1%
maka
volume
perdagangan akan mengalami penurunan
sebesar 0,953 dan sebaliknya. Yaitu jika
jumlah uang beredar mengalami
penurunan sebesar 1% maka volume
perdagangan
akan
mengalami
peningkatan sebesar 0,017.
Hasil Uji F (secara simultan)
ANOVAb
Uji t (secara parsial)
Coefficientsa
Model
t
Sig.
(Constant)
4,417
,000
BI Rate
-,259
,797
Tidak
signifikan
Inflasi
1,105
,275
Tidak
signifikan
Log Kurs
-2,046
,047
Signifikan
Log JUB
-2,202
,033
Signifikan
a. Dependent
Variable:
Perdagangan Saham
Keterangan
Log
Volume
1. Dari hasil uji t di atas menunjukkan
besarnya p-value tingkat suku bunga
Model
Sum df Mean F
Sig.
sebesar 0,797 > α = 0,05 dan thitung -,259
of S
S
> -ttabel 2,01. Hal ini menunjukkan bahwa
Regressi ,195 4
,049
3,854 ,009a
tingkat suku bunga secara persial tidak
on
berpengaruh signifikan terhadap volume
Residual ,545 43 ,013
perdagangan saham.
Total
,740 47
2. Variabel tingkat inflasi memiliki p-value
a. Predictors: (Constant), Suku Bunga, Inflasi, Log
sebesar 0,275 > α = 0,05 dan thitung 1,105
Kurs, Log JUB
> ttabel 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa
b. Dependent Variable: Log Volume Perdagangan
tingkat inflasi secara persial tidak
Saham
berpengaruh signifikan terhadap volume
Dari hasil pada table di atas
perdagangan saham.
menunjukkan bahwa p-value 0,009 < α =
0,05, sedangkan Fhitung 3,854 > Ftabel 2,59. 3. Variabel nilai tukar rupiah (kurs)
memiliki p-value sebesar 0,047 < α =
Hal ini menunjukkan bahwa variabel
0,05 dan thitung -2,046 < -ttabel 2,01. Hal
independen tingkat suku bunga, inflasi, nilai
ini menunjukkan bahwa nilai tukar
tukar rupiah (kurs), dan jumlah uang yang
rupiah (kurs) secara persial berpengaruh
beredar secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap volume perdagangan
signifikan terhadap variabel dependen
saham.
volume perdagangan saham. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang 4. Variabel jumlah uang yang beredar
memiliki p-value sebesar 0,033 < α =
signifikan antara variabel independen
0,05 dan thitung -2,202 < -ttabel 2,01. Hal
terhadap variabel dependennya secara
ini menunjukkan bahwa jumlah uang
simultan, hal ini menunjukkan bahwa
yang beredar secara persial berpengaruh
dimana Ho diterima.
signifikan terhadap volume perdagangan
saham.
Dari hasil uji t di atas, dapat
disimpulkan bahwa variabel independen
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
14
yang paling kuat mempengaruhi variabel
dependennya adalah nilai tukar rupiah
(kurs), yaitu sebesar -1,211 dan signifikan
sebesar 0,047 < α = 0,05.
2.
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
1
.514a
.264
.195
3.
a.Predictors: (Constant), Suku Bunga, Inflasi,
Log Kurs, Log JUB
b.Dependent
Variable:
Log Volume
Perdagangan Saham
Dari table di atas dapat dijelaskan
bahwa koefisien determinasi sebesar 0,264.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen tingkat suku bunga, inflasi, nilai
tukar rupiah, dan jumlah uang yang beredar
mampu menjelaskan variabel dependen
volume perdagangan saham sebesar 26,4%.
Dan sisanya 73,6% dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar penelitian.
4.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh
melalui pengujian ststistik dan pembahasan
yang seperti telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pengujian pengaruh tingkat suku bunga,
inflasi, nilai tukar rupiah (kurs), dan
jumlah uang yang beredar terhadap
volume perdagangan saham pada LQ-45
dari tahun 2009 - 2012, menemukan 16
perusahaan sampel yang memenuhi
keriteria yang ada. Hipotesis dalam
5.
penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda melalui program
aplikasi Statistical Package For Social
Sciences (SPSS) Statistics 21.
Dilihat dari uji normalitas data
menggunakan uji Kolmogrov-Sminov
menunjukkan hasil 2 tailed p > α = 0,05
dari masing-masing variabel penelitian,
dan dari grafik Normal Probability Plot
menunjukkan bahwa semua data yang
digunakan berdistribusi secara normal.
Uji asumsi klasik menunjukkan hasil
terbebas dari multikolinieritas dengan
menggunakan uji Colinearity Statistics
dengan mendasarkan pada nilai tolerance
dan nilai Variance Inflation Factor
(VIF), dan memberikan Rule of Thumb.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masing-masing variabel bebas (Suku
Bunga, Inflasi, Log Kurs, Log JUB)
memiliki angka tolerance di atas 0,1
(dibawah 1) dan nilai VIF di bawah 10.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas
antara variabel bebas dalam model
regresi yang digunakan.
Hasil
uji
autokorelasi
dengan
menggunakan
uji
Durbin-Watson
mendapatkan hasil sebesar 1,334 yang
terletak di daerah -2 < d < 2. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi
terbebas dari autokorelasi.
Pengujian untuk melihat kesalahan
pengganggu mempunyai varian yang
sama atau tidak dapat dilihat denga
pengujian heterokedatisitas. Pengujian
ada tidaknya masalah heterokedastisitas
dapat dilihat dari pola gambar
scatterplot. Hasil menunjukkan pola
gambar scatterplot penyebaran titik-titik
terlihat acak dan tidak membentuk pola
tertentu pada gambar. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
15
6.
7.
8.
9.
heterokedastisitas,
sehingga
model
regresi yang dipakai layak untuk
memprekdisikan
variabel
terikat
berdasarkan masukan variabel bebasnya.
Dari hasil pengujian hipotesis (H1) dapat
disimpulkan bahwa variabel tingkat suku
bunga, inflasi, kurs, dan jumlah uang
yang
beredar
bersama-sama
mempengaruhi secara signifikan volume
perdagangan saham di pasar modal.
Hasil
pengujian
hipotesis
(H2)
mendapatkan hasil bahwa tingkat suku
bunga dan inflasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap volume
perdagangan saham, sedangkan kurs dan
jumlah uang yang beredar berpengaruh
secara signifikan terhadap volume
perdagangan saham di pasar modal. Dan
dari hasil uji t pada (Unstandardized
Coefficients Beta) dapat diketahui bahwa
variabel kurs merupakan variabel
independen yang mempunyai pengaruh
paling kuat terhadap variabel dependen
volume perdagangan saham sebesar 1.211.
Berkaitan dengan variabilitas variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independenya (Adjusted R
Square) hanya mampu menjelaskan
variabel dependennya sebesar 19,5%,
sementara 80,5% lagi dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar penelitian
ini.
Berdasarkan pengujian dengan tingkat
signifikansi 5% (0,05), diperoleh bukti
bahwa variabel tingkat suku bunga, dan
inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap volume perdagangan saham
pada LQ-45, sedangkan variabel nilai
tukar rupiah (Kurs), dan jumlah uang
beredar berpengaruh signifikan terhadap
volume perdagangan saham pada LQ45.
Saran
Dengan berbagai telaah yang telah
penulis
lakukan,
serta
berdasarkan
keterbatasan dari peneliti dapat memberikan
saran sebagai berikut :
1. Kemampuan model hanya mampu
menjelaskan fenomena hubungan antara
variabel independen dengan variabel
dependennya sebesar 26,4%. Ini berarti
variabel penjelas belum 100% mampu
menjelaskan variabel dependennya. Oleh
karena itu peneliti an selanjutnya perlu
dilakukan lagi dengan menambah
variabel lain yang berpengaruh terhadap
volume perdagangan saham di pasar
modal.
2. Dan kepada penelitian selanjutnya
diharapkan peneliti menguji dengan
cakupan perusahaan secara keseluruhan,
tidak hanya focus pada perusahaan
tertentu saja.
3. Instrument
peneitian
selanjutnya
diharapkan memakai alat pengukuran
yang lain dan metode analisis data yang
lebih maju, agar hasil penelitian dapat
menjadi pembanding hasil penelitian
sebelumnya dan pengaruhnya terhadap
signifikansi data.
DAFTAR PUSTAKA
Albeta, Febrika Rika. 2006. Pengaruh Kurs
Inflasi dan Suku Bunga Deposito
Terhadap IHSG di BEJ. Skripsi,
Universitas Riau.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia. Jakarta: Media Soft
Indonesia.
Case, K. E. & Fair, R. C. 2006. PrinsipPrinsip Ekonomi (5th ed). Chicago:
Richard D. Irwin.
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
16
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan System Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gjerde, Oystein & Frode Sættem. 1999.
Causal Relations Among Stock Returns
and Macroeconomic Variables in A
Small,
Open
Economy.
Journal
ofInternational
Financial
Markets,
Institutions and Money.
Gupta, Chevalier dan Sayekt. 1997. The
Causality Between Interest Rate,
Exchange Rate And Stock Price in
Emerging Markets. The Case Of The
Jakarta Stock Exchange.
Hooker, Mark A. 2004. Macroeconomic
Factors and Emerging Market Equity
Returns. A Bayesian Model Selection
Approach.
Emerging
Markets
Review.5:379‐387.
Kandir,
Serkan
Yilmaz.
2008.
Macroeconomic
Variables,
Firm
Characteristics and Stock Returns:
Evidence from Turkey. International
Research Journal of Finance and
Economics ISSN 1450‐2887 Issue 16.
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan
Internasional. Jakarta: Erlangga.
Ocktavia, Ana. 2007. Analisis Pengaruh
Nilai Tukar Rupiah /US$ Dan Tingkat
Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan Di Bursa Efek
Jakarta. Skripsi, Universitas Riau.
Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks
Harga Saham Sektor Property Dan Real
Estate Dengan Pendekatan Error
Correction Model. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan
Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga
:210.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal. Edisi Ke-4. AMP YKPN,
Yogyakarta.
________. 2006. Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal. Edisi ke-5. Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis
Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE.
Usman dkk. 1999. Pengetahuan dasar Pasar
Modal. Institute Bankir Indonesia.
Wiyani. Wahyu Dan Wijayanto. 2005.
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat
Suku Bunga Dan Volume Perdagangan
Saham Terhadap Harga Saham. Jurnal
Keuangan Dan Perbankan, No, 3, Th Ix,
September.
Wongbangpo, Praphan Dan Subhash
C.Sharma. 2002.Stock Market And
Macroeconomic Fundamental Dynamic
Interaction : Asean‐5 Countries. Journal
Of Asian Economics 13:27‐51.
Octafia, Sri Mona. 2011. Pengaruh Tingkat
Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Dan
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
17
Download