perilaku seksual mahasiswa kota jambi

advertisement
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
Nofrans Eka Saputra
PERILAKU SEKSUAL MAHASISWA KOTA JAMBI
Nofrans Eka Saputra
Prodi S1 Keperawatan STIKBA
ABSTRACT
Background:Premarital sex behavior among adolescents has been a problem in
the field of health.
Objective: This study aims to determine how many sexual behaviors that had
occurred and other forms of sexual behavior anything ever done by adolescents. The total
number of the subject were 239.
Method : Data is collected through questionaires. While data analytical method
with descriptive analysis.
Results: The research findings show that there is sexualbehaviorssuch asdating,
holding hands, hugging, cheekskissing, lipskissing, breasts rubbing, rubbing thegenitals,
oralsex, sexual intercourse is aforms existing in student’slife.
Key words : PrimaritalSexual Behaviour, Adolescent
1.
PENDAHULUAN
HIV/AIDS
merupakan
permasalahan
yang
belum
bisa
terselesaikan dalam bidang kesehatan.
Penyakit ini tersebar diberbagai belahan
dunia. Salah satu penyebabepidemik
penyakit HIV/AIDS yaitu disebarkan
karena perilaku seksual (Islam &
Conigrave, 2008).
Indonesia sendiri memiliki 26,483
kasus AIDS yang dilaporkan sampai
dengan bulan Juni 2011 Sebanyak
19,139 kasus (72,3 %) adalah laki-laki,
7,255 kasus (27,4 %) berjenis kelamin
perempuan dan 89 kasus tidak diketahui
jeniskelaminnya(http://www.pppl.depke
s.go.id).Provinsi Jambi sendiri telah
memiliki 291 kasus AIDS. 66 kasus
diantaranya telah meninggal dunia.
Berdasarkan cara penularannya
kasus AIDS lebih dominan disebabkan
oleh hubungan heteroseksual yang
persentasenya
mencapai
54,8%.
Berdasarkan kelompok usia AIDS
sendiri dominan pada kelompok usia
remaja akhir dan dewasa yaitu 20-29
tahun (46,4 %), 30-39 tahun (31,5 %)
(http://www.pppl.depkes.go.id).
Di New York 53 % remaja Latin
dan 57 % remaja Afrika Amerika yang
bersekolah di sekolah menengah atas
pernah melakukan hubungan intim lebih
dari satu kali. Lebih dari itu 10,1 %
remaja latin dan 13,4 % remaja remaja
Afrika Amerika telah melakukan
hubungan intim sebelum usia 13 tahun
(Center of Disease Control and
Prevention dalam Guilamo, 2011).
Sejalan hal tersebut. Penelitian
yang dilakukan oleh berbagai institusi di
Indonesia selama kurun waktu tahun
1993–2002, menemukan bahwa 5
sampai 10 % wanita dan 18 sampai 38
% pria muda berusia 16–24 tahun telah
melakukan hubungan seksual pranikah
dengan pasangan yang seusia mereka
(Hatmadji, Rochani, 1993; Hasmi, 2001
dalam
Suryoputro,
dkk,
2006).
Penelitian lain di Indonesia juga
memperkuat
gambaran
adanya
peningkatan risiko pada perilaku seksual
kaum remaja. Temuan-temuan tersebut
mengindikasikan bahwa 5%-10% pria
muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum
menikah, telah melakukan aktifitas
seksual yang berisiko (Khisbiyah, dkk,
47
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
1997;
Situmorang,
1998
dalam
Suryoputro, dkk, 2006).
Faktor resiko terjadinya aktivitas
seksual remaja disebabkan oleh minat
dan motivasi remaja yang tinggi
terhadap seksualitas. Remaja pada masa
ini mengalami eksplorasi seksual dan
keingintahuan yang tinggi mengenai
permasalahan seksual, baik berfantasi
seksual dan melakukan hubungan
seksual (Santrock, 1998).
Papalia, Olds, dan Feldman (2004)
menjelaskan bahwa perilaku seks bebas
diidentikkan dengan gaya hidup modern.
Era
native
technology
mampu
mendorong beberapa anak muda terlibat
perilaku
seks
bebas.Kurangnya
pengawasan orang tua dan rendahnya
pengawasan lingkungan juga mendorong
remaja untuk terlibat dalam perilaku
seksual negatif. Banyak anak muda telah
terpapar pornograpi dari layanan
internet. Penelitian Nursal (2008)
menemukan bahwa seseorang yang
terpapar pornograpi mempunyai peluang
3,06 kali untuk berperilaku seksual
berisiko berat dibandingkan tidak
terpapar dengan media elektronik,
sedangkan responden yang terpapar
media cetak mempunyai peluang 4,44
kali untuk berperilaku seksual berisiko
berat dibanding tidak terpapar dengan
media cetak.
Penelitian Andrew (dalam Nursal,
2008) pada remaja perempuan kulit
hitam 14-18 tahun melaporkan mereka
yang terpapar dengan film porno punya
lebih
banyak
pacar,
melakukan
hubungan seksual lebih sering, tidak
suka menggunakan kondom dan banyak
yang terinfeksi dengan penyakit
kelamin.
Aktivitas seksual remaja tidak
hanya didorong oleh banyaknya akses
pornograpi, namun juga dipengaruhi
oleh kualitas hubungan interpersonal
seseorang dengan orang lain yang lebih
intim. Hal ini sering dijelaskan dengan
hubungan kekasih/ berpacaran. Kondisi
demikian membuat dua orang yang telah
Nofrans Eka Saputra
berhubungan satu sama lain menjadi
semakin
intim
sehingga
dapat
menimbulkan perilaku seks bebas.
Perasaan
cinta
yang
mendasari
hubungan
intim
tersebut,
selalu
dijadikan alasan dalam melakukan
hubungan intim untuk pertama kali
(Tanner, Hansel, Fortenberry, 2010).
Hubungan kekasih/ berpacaran
selalu diartikan sebagaimasa untuk
belajar melakukan aktivitas seksual
denganlawan
jenis,
mulai
dari
berciuman, masturbasi, seks oral,
bahkan
sampai
hubungan
seksual(Pangkahila, 1997).Penelitian di
Amerika
Serikat
tahun
1995
terhadapremaja berusia 15-19 tahun
menunjukan
55%
remaja
telah
melakukan hubungan seksual dan 75%
diantaranyamelakukan aktivitas seksual
tersebut di rumah orang tua(Pangkahila,
2004).
Berdasarkan hal tersebut peneliti
bermaksud untuk mengetahuiseberapa
banyak perilaku seksual yang telah
terjadi dan bentuk-bentuk perilaku
seksual apa saja yang pernah dilakukan
oleh mahasiswa. Subjek penelitian ini
adalah remaja laki-laki dan perempuan
siswa Sekolah Menengah Atas di Kota
Jambi tahun ajaran 2011-2012.
2.
METODE PENELITIAN
Penelitianinimenggunakanpendek
atankuantitatifdenganmenggunakananali
sisdeskriptifuntukmengukurpersentaseda
riresponjawabansubjekpenelitian.
SubjekPenelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
remaja laki-laki dan perempuan dengan
rentang usia 17-21 tahun yang
merupakan mahasiswa di Kota Jambi
tahun ajaran 2011-2012.
Jumlah data yang dapat terkumpul
adalah 275 mahasiswa. Data yang diolah
dari 275 data yang terkumpul adalah 239
subjek karena 36 data tidak diisi dengan
lengkap.
48
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
MetodePengumpulan Data
Metode pengumpulan data studi
ini dengan menggunakan kuesioner dan
diskusi kelompok terarah atau FGD
(Focus Group Discussion). Pertanyaan
dalam kuesioner pertanyaan bersifat
terbuka dan tertutup dengan dua pilihan
jawaban yaitu iya dan tidak. Setiap
pertanyaan yang menjadi isi kuesioner di
diskusikanterlebihdahulu dalam FGD
bersama mahasiswa-mahasiswa yang
berkuliah di salah satu Sekolah Tinggi.
Hal tersebut dimaksudkan untuk
menggali informasi mengenai perilaku
seksual apa saja yang terjadi pada
mahasiswa di Kota Jambi.
Berdasarkan
hal
tersebut,
pertanyaan-pertanyaan yang disusun
dalam
kuesioner
berjumlah
15
pertanyaan.
Pertanyaan
tersebut
berkaitan dengan bentuk-bentuk perilaku
seksual yang dikemukakan oleh Nursal
(2010); Sarwono (2010) ; Prienstein,
dkk (2003) dan ditambah dari
kesimpulan FGD yang telah dilakukan
yaitu seperti berpacaran, pengangan
tangan, pelukan, cium pipi, cium bibir,
meraba payudara, meraba alat kelamin,
oral seks, bahkan hubungan seks dan
sumber informasi yang didapat berkaitan
perilaku seksual.
Hasil dan pembahasan
Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek
penelitian
ini
berjumlah 239 orang yang telah
memenuhi persyaratan karakteristik
subjek penelitian. Subjek berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 111 orang
(46,4 %), dan perempuan berjumlah
sebesar 128 orang (53,6 %). Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel
2 berikut ini.
Nofrans Eka Saputra
Usia
17 tahun
18 tahun
19 tahun
20 tahun
21 tahun
Jumlah
Laki-laki
Jmh
%
4
3,6
22
19,8
31
27,9
32
28,8
22
19,8
111
100
Perempuan
Jmh
%
12
9,4
42
32,8
38
29,7
23
18
12
10,2
128
100
Tabel 2. Deskripsi subjek berdasarkan
jeniskelamin dan usia
Berdasarkan tempat tinggal subjek
dapat ditemukan bahwa 125 subjek
tinggal di rumah sendiri (laki-laki
berjumlah 50 orang dan perempuan
berjumlah 75 orang) dan 114 subjek
tinggal di kost (laki-laki berjumlah 61
orang dan perempuan berjumlah 53
orang). Data selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel3.
DeskripsisubjekberdasarkanTem
pat Tinggal
Usia
Rumah
Sendiri
Kost
Jumlah
3.
Laki-laki
Jmh
%
50
45
Perempuan
jmh
%
75
58,6
61
111
53
128
55
100
41,4
100
HASIL PENELITIAN
Gambaran
perilaku
seksual
mahasiswa meliputi persentase distribusi
mahasiswa yang melakukan berbagai
bentuk perilaku seksual yang terdiri dari
perilaku berpacaran, pegangan tangan,
pelukan, cium pipi, cium bibir, meraba
payudara, meraba alat kelamin, oral
seks, bahkan hubungan seks dan sumber
informasi yang didapat berkaitan
perilaku seksual.
49
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
1. Gambaran
Nofrans Eka Saputra
Perilaku
SeksualMahasiswa
Gambaran perilakuberpegangan
tangan pada mahasiswa dijabarkan
dalam tabel 4 berikut ini :
GambaranPersentasePerilakuSeksual
Mahasiswa
Indikator
Berpacaran
Berpegangan
Tangan
Mengengga
m Tangan
Mengganden
g Pasangan
Berpelukan
Mencium
pipi
Berciuman
Bibir
Mencium
bagian
sensitif
Mencium
buah dada
Memegang
Sensitif
Oral seks
Senggama
Nonton
porno
Masturbasi/
Onani
2. Gambaran
Melakukan
Laki-laki
Perempuan
jmh
101
99
%
91
89,2
jml
122
115
%
95,3
89,8
96
86,5
94
73,4
90
81,1
98
76,6
82
82
73,9
73,9
68
75
53,1
58,6
70
63,1
47
36,3
55
49,5
17
13,3
47
42,3
10
7,8
38
34,2
11
8,6
31
33
91
27,9
29,7
82
7
4
70
5,5
3,1
54,7
73
65,8
17
13,3
Tabel
5.GambaranPersentaseTempat
Pcaran Mahasiswa
Indikator
Melakukan
Laki-laki
jmh
%
Rumah
Sendiri
Rumah
teman
Diluar
rumah
Lain-lain
Tidak
pernah
47
42,3
4
3,6
8
6,2
30
27
30
23,4
20
10
18
9
20
6
15,6
4,7
3. Gambaran
Pasangan Perilaku
Senggama pada Mahasiswa
Gambaran pasangan perilaku
senggama pada mahasiswa dijabarkan
dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel
6.GambaranPersentasePasang
anPerilaku Senggama pada
Mahasiswa
Indikator
Tempat
Pacaran
Mahasiswa
Gambaran
tempat
pacaran
mahasiswa dijabarkan dalam tabel
5berikut ini :
Perempuan
Jm
%
h
64
50
Melakukan
Laki-laki
Pacar
Teman
dekat
Pelacur
Pacar
&Teman
Tidak
pernah
Perempua
n
Jmh
%
3
2,3
1
0,8
Jmh
19
4
%
17,1
3,6
8
2
7,2
1,8
-
-
78
70,3
124
96,9
50
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
Nofrans Eka Saputra
4. Gambaran
Tempat
Melakukan Senggama pada
Mahasiswa
Gambaran
tempat
melakukan senggama pada
mahasiswa dijabarkan dalam
tabel 7 berikut ini :
Tabel
7.GambaranPersentaseTempat
MelakukanSenggama
pada
Mahasiswa
Indikator
Melakukan
Laki-laki
Perempuan
Jmh
%
Jmh
%
7
6,3
1
0,8
Rumah
sendiri
Kost
Hotel
Rumah
Teman
Lainnya
Tidak
pernah
6
9
6
5,4
8,1
5,4
1
1
-
0,8
0,8
-
5
78
4,5
70,3
1
124
0,8
96,9
5. Gambaran Tempat Menonton
Porno pada Mahasiswa
Gambaran
tempat
menonton
porno
pada
mahasiswa dijabarkan dalam
tabel 8berikut ini :
Tabel
8.GambaranPersentaseTempat
Menonton
Porno
pada
Mahasiswa
Indikato
r
Rumah
sendiri
Rumah
Teman
Lainnya
Tidak
pernah
Melakukan
Laki-laki
Jmh
%
43
38,7
Perempuan
Jmh
%
21
16,4
26
23,4
37
28,9
22
20
19,8
18
12
58
9,4
45,3
6. Gambaran
Berapa
kali
Perilaku Masturbasi/ onani
yang dilakukan Mahasiswa
Gambaran berapa kali
perilaku
masturbasi/
onani
dijabarkan dalam tabel 9
berikut:
Tabel
9.GambaranPersentaseBerapa
kali Masturbasi/ onani pada
Mahasiswa
Indikator
Melakukan
Laki-laki
Perempua
n
Jmh %
Jmh
%
Setiap hari
7
1
0,8
Seminggu 2
kali
Seminggu 1
kali
Duaminggu
2 kali
Sebulan 1
kali
Lainnya
12
6,
3
10
,8
9
5
3,9
1
0,8
1
0,8
7
5,5
3
2,3
Tidak pernah
39
4,
5
13
,5
20
,7
35
,1
110
85,
9
10
5
15
23
7. Gambaran
Sumber Porno
yang diterima oleh Mahasiswa
Gambaran
sumber
porno yang diterima oleh
mahasiswa
dijabarkan
sebagaiberikut:
Tabel
10.GambaranPersentaseSumbe
r
Porno
yang
diterima
Mahasiswa
51
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
Indikator
Televisi
Internet
Hp
Radio
VCD
Komik
Film
Poster
Brosur
Iklan
Koran
Teman
Sumber
Lain
Nofrans Eka Saputra
Melakukan
Laki-laki
Jmh
%
71
64
92
82,9
81
73
26
23,4
80
72,1
42
37,8
76
68,5
31
27,9
19
17,1
34
30,6
79
25
71,2
22,5
Perempuan
Jmh
%
82
64,1
92
71,9
79
61,7
26
20,3
56
43,8
33
25,8
77
60,2
33
25,8
22
17,2
46
35,9
81
14
63,3
10,9
Pembahasan
Berdasarkan
hasil
analisis
deskriptif diketahui bahwa perilaku
seksual yang terjadi pada mahasiswa
berada beberapa bentuk perilaku
seksual, seperti berpacaran, berpegangan
tangan, pelukan, cium pipi, cium bibir,
meraba payudara, meraba alat kelamin,
oral seks, bahkan hubungan seks. Hal ini
menjelaskan bahwa perilaku seksual
telah menjadi bagian dalam kehidupan
mahasiswa. Senada dengan hal tersebut,
Santrock (1998); Hurlock (1996) telah
menjelaskan bahwa seseorang yang
telah memasuki masa remaja akan
merasakan ketertarikan dengan lawan
jenis, dan mulai menjalin relasi
heteroseksual.
Adanya
dorongan
hormon reproduksi dalam diri remaja
akan meningkatkan hasrat seksual,
sehingga remaja ingin menyalurkan
kebutuhan
seksualnya
dengan
menunjukkan perilaku seksual seperti
berpacaran bahkan sampai berhubungan
intim.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa berpacaran menjadi hal yang
biasa terjadi saat ini. Hampir 223
(93,3%) dari 239 mahasiswa yang
menjadi
subjek
penelitian
telah
berpacaran baik mahasiswa laki-laki
berjumlah 101 orang (91 %) dan
mahasiswa perempuan berjumlah 122
orang (92,5%), meskipun tinggal di kost
bahkan di rumah sendiri. Sisi lain, tidak
hanya berpacaran dianggap sebagai hal
yang biasa. Berpegangan tangan,
mengenggam tangan, menggandeng
pasangan, bahkan berpelukan telah
dianggap menjadi hal yang biasa terjadi
dalam
hubungan
heteroseksual
mahasiswa.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa sebanyak 124 (89
%) mahasiswa telah memegang tangan
pasangannya, mengenggam 190 (79%),
menggandeng 188 (78,7%), berpelukan
150 (65,7%).
Hasil penelitian lain juga
menunjukkan bahwa mencium bahkan
berciuman telah dianggap hal yang
wajar bagi beberapa orang mahasiswa.
Sebanyak 157 mahasiswa (65,7%) telah
pipi mencium pipi pasanganya (laki-laki
berjumlah 82 orang dan perempuan
berjumlah 75 orang), dan 117 (49%)
mahasiswa telah berciuman bibir dengan
pasangannya (laki-laki berjumlah 70
orang dan perempuan berjumlah 47
orang). Selain itu, 72 mahasiswa (30,1
%) telah mencium bagian sensitif
pasangannya seperti telinga, leher,
telapak tangan (laki-laki berjumlah 55
orang dan perempuan berjumlah 17
orang). Bahkan 54 mahasiswa (23,8%)
telah mencium buah dada pasanganya
(laki-laki berjumlah 47 orang dan
perempuan 10 orang). Hal ini
menjelaskan bahwa perilaku seksual
seperti mencium bahkan berciuman
bibir, sebenarnya merupakan pencetus
awal yang mendorong diri mahasiswa
untuk bereksplorasi seksual. Hasrat
seksual yang semakin besar dalam diri
mahasiswa disaat berciuman akan
mampu mengarahkan diri mereka untuk
melakukan perilaku seksual yang lebih
erotis, seperti mencium bagian sensitif
bahkan
mencium
buah
dada
pasangannya.
52
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
Hasil penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa 38 mahasiswa
(15,9%) telah melakukan oral seks (lakilaki berjumlah 31 orang dan perempuan
berjumlah 7 orang) dan 37 orang
mahasiswa (15,5%) telah melakukan
senggama (laki-laki berjumlah 33 orang
dan perempuan berjumlah 4 orang). Hal
ini menjelaskan bahwa oral seks dengan
senggama menjadi tahapan perilaku
seksual yang terkait satu dengan yang
lainnya. Artinya bisa dikatakan bahwa
seorang remaja yang telah melakukan
oral seks akan terkena pengaruh lebih
besar untuk melakukan perilaku
senggama. Hal tersebut disebabkan
perilaku oral seks tersebut melibatkan
bagian sensitif dari setiap pasangan yang
melakukannya,
sehingga
dapat
melemahkan
kontrol
dalam
diri
mahasiswa.
Akibatnya
bisa
menimbulkan aktifitas cumbuan yang
mampu
mendorong
terjadinya
intercourse.
Berdasarkan
pasangannya,
perilaku senggama mahasiswa tersebut
menunjukkan bahwa mahasiswa tidak
hanya melakukan aktivitas senggama
dengan
pacarnya
saja,
namun
melakukannya dengan pekerja seks
komersial. Adapun dapat dijelaskan
sebagai berikut; Mahasiswa yang
senggama dengan pacarnya (laki-laki
berjumlah 19 orang dan perempuan
berjumlah 3 orang), sedangkan 5 orang
(2,1 %) mahasiswa pernah melakukan
perilaku senggama dengan teman
dekatnya (laki-laki berjumlah 4 orang
dan perempuan 1 orang). 8 orang (3,3
%)
mahasiswa
laki-laki
pernah
melakukan senggama dengan pekerja
seks komersial, dan 2 orang (0,8 %)
mahasiswa laki-laki pernah melakukan
senggama dengan pacar dan temannya.
Tempat melakukan senggama
kebanyakan terjadi di hotel (4,2 %), di
rumah (3,3 %), tempat kost (2,9%),
rumah teman (2,5%) dan lainya seperti
di taman/ tempat rekreasi (2,5 %).
Artinya mahasiswa dapat melakukan
Nofrans Eka Saputra
perilaku senggama dimana-pun disaat
kesempatan ada. Tidak hanya diluar
rumah, bahkan di dalam rumah sendiripun aktivitas senggama dapat dilakukan.
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa perilaku seksual
yang dilakukan dapat juga terjadi karena
dorongan sumber informasi porno yang
ada dilingkungan mahasiswa. 153 orang
(64 %) mahasiswa yang menjadi subjek
penelitian berpendapat bahwa sumber
informasi porno dapat diperoleh dari
tayangan televisi (laki-laki berjumlah 71
orang dan perempuan 82 orang),
sedangkan 184 orang (77 %) dari
internet (laki-laki berjumlah 92 orang
dan perempuan 92 orang). 160 orang
(66,9 %) dari handphone (laki-laki
berjumlah 81 orang dan perempuan 79
orang), 52 orang (21,8%) dari radio
(laki-laki berjumlah 26 orang dan
perempuan 26 orang),136 orang (56,9%)
dari VCD (laki-laki berjumlah 80 orang
dan perempuan 56 orang), 75 orang
(31,4%) dari komik (laki-laki berjumlah
42 orang dan perempuan 23 orang), 153
orang (64%) dari film (laki-laki
berjumlah 76 orang dan perempuan 77
orang), 64 orang (26,8%) dari poster
(laki-laki berjumlah 31 orang dan
perempuan 33 orang), 41 orang (17,2%)
menganggap dari brosur (laki-laki
berjumlah 19 orang dan perempuan 22
orang). 80 orang (33,5%) dari koran
(laki-laki berjumlah 34 dan perempuan
46 orang), 160 orang (66,9%) dari teman
(laki-laki berjumlah 79 orang dan
perempuan berjumlah 81 orang),
sedangkan
39
orang
(16,3%)
menganggap informasi porno diterima
dari sumber lain, seperti tabloid dan
majalah (laki-laki berjumlah 25 orang
dan perempuan 14 orang). Hal ini
menjelaskan bahwa mahasiswa dalam
menyalurkan
keingintahuannya
mengenai permasalahan seputar seks,
ternyata mencari informasi diberbagai
media termasuk internet, handphone,
bahkan teman-temannya.
53
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
Sebanyak
78
mahasiswa
(32,6%) mengakses informasi porno
tersebut di dalam rumahnya sendiri, 64
mahasiswa (26,8%) mendapatkan dari
rumah temannya, bahkan 34 mahasiswa
(34%) mendapatkan informasi di warnet
(warung internet). Data tersebut juga
menjelaskan dari 64 orang mahasiswa
yang menonton porno di rumah
temannya, kebanyakan melakukan hal
tersebut adalah mahasiswa perempuan
yaitu sebanyak 37 orang daripada
mahasiswa laki-laki yang berjumlah 26
orang.
Mudahnya akses informasi
mengenai seksmenyebabkan mahasiswa
melakukan masturbasi/ onani untuk
menyalurkan dorongan seksualnya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
90 orang (37,7 %) mahasiswa yang
menjadi subjek penelitian pernah
melakukan
masturbasi/
onani,
sedangkan 149 orang (62,3 %)
mahasiswa tidak pernah melakukan
masturbasi/onani. Hasil data tersebut
juga menunjukkan bahwa tidak hanya
mahasiswa laki-laki yang melakukan
perilaku masturbasi/ onani, namun
mahasiswa
perempuan
juga
melakukannya.
8 orang (3,3 %)
mahasiswa yang menjadi subjek
penelitian
pernah
melakukan
masturbasi/onani setiap hari (laki-laki
berjumlah 7 orang dan perempuan
berjumlah 1 orang), sedangkan 17 orang
(7,1 %) mahasiswa pernah melakukan
masturbasi/onani seminggu 2 kali (lakilaki berjumlah 12 orang dan perempuan
berjumlah 5 orang). 11 orang (4,6 %)
mahasiswa
pernah
melakukan
masturbasi/onani sebanyak seminggu 1
kali (laki-laki berjumlah 10 orang dan
perempuan 1 orang), 6 orang (2,5%)
melakukannya sebanyak dua minggu 1
kali (laki-laki berjumlah 5 orang dan
perempuan 1 orang), 22 orang (9,2 %)
melakukannya sebanyak sebulan 1 kali
(laki-laki berjumlah 15 orang dan
perempuan 17 orang), dan 26 orang
(10,9%) melakukan masturbasi/onani
Nofrans Eka Saputra
kapan diinginkanya (laki-laki berjumlah
23 orang dan perempuan 3 orang).
Berdasarkan uraian temuantemuan tersebut dapat disimpulkan
bahwa
ada
dua
faktor
yang
menyebabkan
mahasiswa
dalam
melakukan perilaku seksual (Sarwono,
2010; Nursal, 2008;Cuffe, Hallfors,
Waller, 2008; Santrock, 1998), yaitu
faktor eksternal dan internal. Faktor
internal dapat berupa berkembangnya
alat reproduksi dalam diri remaja,
pengetahuan mengenai seks. Faktor
eksternal dapat berupa pengawasan dari
orangtua, pengaruh teman sebaya,
kesediaan tempat, sumber informasi
mengenai seks bahkan tempat tinggal.
Usia subjek penelitian yang
relatif muda yaitu usia 17 sampai 21
tahun menjelaskan bahwa subjek
penelitian termasuk pada masa remaja
yang memiliki potensi dalam melakukan
perilaku seksual aktif. Hal ini senada
Sarwono (2010) yang menyatakan
bahwa dalam masa remaja ini, seorang
individu akan mengalami perkembangan
alat reproduksi, baik pada remaja lakilaki dan perempuan. Berkembangnya
alat reproduksi tersebut memicu hormon
testosteron dan progesteron dalam diri
remaja menjadi lebih aktif, sehingga
mendorong seorang remaja untuk
melakukan
hubungan
relasi
heteroseksual.
Sisi lain, perilaku seksual yang
dilakukan oleh remaja cenderung tanpa
disertai komunikasi dengan orangtua
mereka dalam memberikan pemahaman
yang baik terhadap berkembangnya
fungsi alat reproduksi tersebut. Hal ini
yang membuat seorang remaja dilema
dalam mencari informasi mengenai
perilaku seksual yang dialaminya.
Keadaan
seperti
demikian
yang
membuat seorang remaja ragu dalam
memilah hal–hal yang dapat dilakukan
atau tidak dapat dilakukan yang
berkaitan dengan perilaku seksual.
Pengetahuan
seksual
yang
kurang tepat biasanya diawali melalui
54
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
perilaku seksual yang sederhana, seperti
berpacaran,
berpegangan
tangan,
berpelukan, bahkan berciuman. Hal ini
sebenarnya juga membuat seorang
remaja menjadi dilema. Satu sisi mereka
merasakan
belum
pantas
untuk
melakukan tersebut, namun sisi lain
mereka ingin melakukanya karena sudah
menjadi
bagian
budaya
dalam
lingkungan pergaulan mereka.
Dorongan teman sebaya yang
menyakinkan bahwa perilaku seksual
seperti berpacaran, berpegangan tangan
bahkan berpelukan adalah hal yang
biasa. Membuat eksplorasi seksual
remaja menjadi semakin berkembang.
Perilaku seksual seperti mencium buah
dada pasangan, oral seks, bahkan
senggama-pun menjadi tolak ukur
bahwa seorang remaja tidak hanya puas
dengan melakukan beberapa bentuk
perilaku seksual yang sederhana, namun
lebih ingin meningkatkan pengalaman
seksual mereka ke tahapan perilaku
seksual yang lebih tinggi.
Tahapan perilaku seksual seperti
oral seks dan senggama, tidak hanya
dapat terjadi diluar rumah seperti di
hotel maupun kost, namun didalam
rumah sendiri-pun mahasiswa dapat
melakukan hal tersebut. Tidak peduli
berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan, perilaku seksual seperti
demikian dapat terjadi pada siapa saja,
dengan syarat kesediaan tempat dan
suka sama suka, baik itu dilakukan
dengan pacar, teman, bahkan sama
pekerja seks komersial.
Apabila
dorongan
seksual
mereka tidak dapat mereka kendalikan
dan tidak ada tempat penyaluran
dorongan tersebut. Seorang remaja dapat
melampiaskan
kebutuhan
seksual
mereka sendiri dengan melakukan onani
dan masturbasi. Hal ini dipengaruhi oleh
kurangnya pengawasan dari orangtua,
dan sumber informasi mengenai perilaku
seksual yang sangat banyak ditemui
dilingkungan sekitar mereka, seperti
televisi, vcd, teman dan handphone yang
Nofrans Eka Saputra
menjadi inspirasi kepada
mengenai perilaku seksual.
4.
mereka
KESIMPULAN
a. Bentuk-bentuk
b.
c.
d.
e.
f.
g.
perilaku seksual
seperti berpacaran, berpegangan
tangan, berpelukan, mencium pipi,
berciuman bibir, meraba payudara,
meraba alat kelamin, oral seks,
bahkan hubungan seks merupakan
bentuk-bentuk perilaku seksual yang
telah menjadi bagian kehidupan
mahasiswa
Sebanyak 37 orang mahasiswa tela h
melakukan senggama. Mahasiswa
laki-laki sebanyak 33 orang (29,7
%) dan mahasiswa perempuan
sebanyak 4 orang (4,1 %)
Perilaku senggama yang dilakukan
mahasiswa tidak hanya dilakukan
dengan
pacar,
namun
dapat
dilakukan juga dengan teman dan
pekerja seks komersial
Mahasiswa lebih banyak memilih
hotel (8,1 %) sebagai tempat
melakukan senggama dari pada
melakukanya dirumah sendiri dan
kost.
Menonton porno menjadi salah satu
pilihan
dalam
menyalurkan
dorongan seksual dalam diri
mahasiswa, baik laki-laki maupun
perempuan
selain
mereka
melakukan masturbasi/ onani.
Mahasiswa mendapatkan informasi
porno dari berbagai media, seperti
televisi, internet, handphone, radio,
VCD, komik, film, poster, brosur
koran, teman, sumber lain seperti
tabloid dan majalah.
Mahasiswa mengakses informasi
porno tidak hanya dilakukan di luar
rumah, namun dapat dilakukan
dirumah sendiri
55
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.3 No.1 Oktober 2014
5.
DAFTAR PUSTAKA
a. Islam, M. Md., Conigrave. (2008).
HIV and sexual risk behaviors
among recognize high-risk groups
in Bangladesh: need for a
comprehensive
prevention
program. International Journal of
Infectious Diseases, 12, 363370.http://intl.elsevierhealth.com/j
ournals/ijid
b. Nursal, D. G. A. (2008). Faktorfaktor yang berhubungan dengan
perilaku seksual murid SMU
Negeri di Kota Padang tahun
2007.
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat. II (2)
c. Papalia, D.E., Olds, S.W., and
Feldman, R.D. (2004) Human
development
(ninth
edition)
McGraw-Hill New York.
d. Prinstein, M.J., Meade, C. S.,
Cohen, G.L. (2003). Adolescent
Oral Sex, Peer Popularity, and
Perceptions
of
Best
Friends’Sexual Behavior. Journal
of Pediatric Psychology, vol 28
no 4 2003 243-249.
Nofrans Eka Saputra
e. Ramos-Guilamo, V., Bouris, A.,
Jaccard, J., Gonzales, B., McCoy,
W., Arranda, D. (2011). A parentbased Intervention to reduce
Sexual Risk Behavior in Early
Adolescenece
:
Building
Alliances Between Physicians,
Social Workers, and Parents.
Journal Adolescent Health. 48
(2). 159-163. NIH Public Access
Author Manuscript.
f.
Santrock,
J.
W.
(1998).
Adolescence (7th ed). Boston,
Massachusetts : McGraw Hill
Companies. Inc
g. Sarwono, S. W. (2010). Psikologi
Remaja. Jakarta : Rajawalipress
56
Download