Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 Nofrans Eka Saputra PERILAKU SEKSUAL MAHASISWA KOTA JAMBI Nofrans Eka Saputra Prodi S1 Keperawatan STIKBA ABSTRACT Background:Premarital sex behavior among adolescents has been a problem in the field of health. Objective: This study aims to determine how many sexual behaviors that had occurred and other forms of sexual behavior anything ever done by adolescents. The total number of the subject were 239. Method : Data is collected through questionaires. While data analytical method with descriptive analysis. Results: The research findings show that there is sexualbehaviorssuch asdating, holding hands, hugging, cheekskissing, lipskissing, breasts rubbing, rubbing thegenitals, oralsex, sexual intercourse is aforms existing in student’slife. Key words : PrimaritalSexual Behaviour, Adolescent 1. PENDAHULUAN HIV/AIDS merupakan permasalahan yang belum bisa terselesaikan dalam bidang kesehatan. Penyakit ini tersebar diberbagai belahan dunia. Salah satu penyebabepidemik penyakit HIV/AIDS yaitu disebarkan karena perilaku seksual (Islam & Conigrave, 2008). Indonesia sendiri memiliki 26,483 kasus AIDS yang dilaporkan sampai dengan bulan Juni 2011 Sebanyak 19,139 kasus (72,3 %) adalah laki-laki, 7,255 kasus (27,4 %) berjenis kelamin perempuan dan 89 kasus tidak diketahui jeniskelaminnya(http://www.pppl.depke s.go.id).Provinsi Jambi sendiri telah memiliki 291 kasus AIDS. 66 kasus diantaranya telah meninggal dunia. Berdasarkan cara penularannya kasus AIDS lebih dominan disebabkan oleh hubungan heteroseksual yang persentasenya mencapai 54,8%. Berdasarkan kelompok usia AIDS sendiri dominan pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa yaitu 20-29 tahun (46,4 %), 30-39 tahun (31,5 %) (http://www.pppl.depkes.go.id). Di New York 53 % remaja Latin dan 57 % remaja Afrika Amerika yang bersekolah di sekolah menengah atas pernah melakukan hubungan intim lebih dari satu kali. Lebih dari itu 10,1 % remaja latin dan 13,4 % remaja remaja Afrika Amerika telah melakukan hubungan intim sebelum usia 13 tahun (Center of Disease Control and Prevention dalam Guilamo, 2011). Sejalan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993–2002, menemukan bahwa 5 sampai 10 % wanita dan 18 sampai 38 % pria muda berusia 16–24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka (Hatmadji, Rochani, 1993; Hasmi, 2001 dalam Suryoputro, dkk, 2006). Penelitian lain di Indonesia juga memperkuat gambaran adanya peningkatan risiko pada perilaku seksual kaum remaja. Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko (Khisbiyah, dkk, 47 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 1997; Situmorang, 1998 dalam Suryoputro, dkk, 2006). Faktor resiko terjadinya aktivitas seksual remaja disebabkan oleh minat dan motivasi remaja yang tinggi terhadap seksualitas. Remaja pada masa ini mengalami eksplorasi seksual dan keingintahuan yang tinggi mengenai permasalahan seksual, baik berfantasi seksual dan melakukan hubungan seksual (Santrock, 1998). Papalia, Olds, dan Feldman (2004) menjelaskan bahwa perilaku seks bebas diidentikkan dengan gaya hidup modern. Era native technology mampu mendorong beberapa anak muda terlibat perilaku seks bebas.Kurangnya pengawasan orang tua dan rendahnya pengawasan lingkungan juga mendorong remaja untuk terlibat dalam perilaku seksual negatif. Banyak anak muda telah terpapar pornograpi dari layanan internet. Penelitian Nursal (2008) menemukan bahwa seseorang yang terpapar pornograpi mempunyai peluang 3,06 kali untuk berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan tidak terpapar dengan media elektronik, sedangkan responden yang terpapar media cetak mempunyai peluang 4,44 kali untuk berperilaku seksual berisiko berat dibanding tidak terpapar dengan media cetak. Penelitian Andrew (dalam Nursal, 2008) pada remaja perempuan kulit hitam 14-18 tahun melaporkan mereka yang terpapar dengan film porno punya lebih banyak pacar, melakukan hubungan seksual lebih sering, tidak suka menggunakan kondom dan banyak yang terinfeksi dengan penyakit kelamin. Aktivitas seksual remaja tidak hanya didorong oleh banyaknya akses pornograpi, namun juga dipengaruhi oleh kualitas hubungan interpersonal seseorang dengan orang lain yang lebih intim. Hal ini sering dijelaskan dengan hubungan kekasih/ berpacaran. Kondisi demikian membuat dua orang yang telah Nofrans Eka Saputra berhubungan satu sama lain menjadi semakin intim sehingga dapat menimbulkan perilaku seks bebas. Perasaan cinta yang mendasari hubungan intim tersebut, selalu dijadikan alasan dalam melakukan hubungan intim untuk pertama kali (Tanner, Hansel, Fortenberry, 2010). Hubungan kekasih/ berpacaran selalu diartikan sebagaimasa untuk belajar melakukan aktivitas seksual denganlawan jenis, mulai dari berciuman, masturbasi, seks oral, bahkan sampai hubungan seksual(Pangkahila, 1997).Penelitian di Amerika Serikat tahun 1995 terhadapremaja berusia 15-19 tahun menunjukan 55% remaja telah melakukan hubungan seksual dan 75% diantaranyamelakukan aktivitas seksual tersebut di rumah orang tua(Pangkahila, 2004). Berdasarkan hal tersebut peneliti bermaksud untuk mengetahuiseberapa banyak perilaku seksual yang telah terjadi dan bentuk-bentuk perilaku seksual apa saja yang pernah dilakukan oleh mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Jambi tahun ajaran 2011-2012. 2. METODE PENELITIAN Penelitianinimenggunakanpendek atankuantitatifdenganmenggunakananali sisdeskriptifuntukmengukurpersentaseda riresponjawabansubjekpenelitian. SubjekPenelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 17-21 tahun yang merupakan mahasiswa di Kota Jambi tahun ajaran 2011-2012. Jumlah data yang dapat terkumpul adalah 275 mahasiswa. Data yang diolah dari 275 data yang terkumpul adalah 239 subjek karena 36 data tidak diisi dengan lengkap. 48 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 MetodePengumpulan Data Metode pengumpulan data studi ini dengan menggunakan kuesioner dan diskusi kelompok terarah atau FGD (Focus Group Discussion). Pertanyaan dalam kuesioner pertanyaan bersifat terbuka dan tertutup dengan dua pilihan jawaban yaitu iya dan tidak. Setiap pertanyaan yang menjadi isi kuesioner di diskusikanterlebihdahulu dalam FGD bersama mahasiswa-mahasiswa yang berkuliah di salah satu Sekolah Tinggi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menggali informasi mengenai perilaku seksual apa saja yang terjadi pada mahasiswa di Kota Jambi. Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam kuesioner berjumlah 15 pertanyaan. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan bentuk-bentuk perilaku seksual yang dikemukakan oleh Nursal (2010); Sarwono (2010) ; Prienstein, dkk (2003) dan ditambah dari kesimpulan FGD yang telah dilakukan yaitu seperti berpacaran, pengangan tangan, pelukan, cium pipi, cium bibir, meraba payudara, meraba alat kelamin, oral seks, bahkan hubungan seks dan sumber informasi yang didapat berkaitan perilaku seksual. Hasil dan pembahasan Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini berjumlah 239 orang yang telah memenuhi persyaratan karakteristik subjek penelitian. Subjek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 111 orang (46,4 %), dan perempuan berjumlah sebesar 128 orang (53,6 %). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Nofrans Eka Saputra Usia 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun Jumlah Laki-laki Jmh % 4 3,6 22 19,8 31 27,9 32 28,8 22 19,8 111 100 Perempuan Jmh % 12 9,4 42 32,8 38 29,7 23 18 12 10,2 128 100 Tabel 2. Deskripsi subjek berdasarkan jeniskelamin dan usia Berdasarkan tempat tinggal subjek dapat ditemukan bahwa 125 subjek tinggal di rumah sendiri (laki-laki berjumlah 50 orang dan perempuan berjumlah 75 orang) dan 114 subjek tinggal di kost (laki-laki berjumlah 61 orang dan perempuan berjumlah 53 orang). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel3. DeskripsisubjekberdasarkanTem pat Tinggal Usia Rumah Sendiri Kost Jumlah 3. Laki-laki Jmh % 50 45 Perempuan jmh % 75 58,6 61 111 53 128 55 100 41,4 100 HASIL PENELITIAN Gambaran perilaku seksual mahasiswa meliputi persentase distribusi mahasiswa yang melakukan berbagai bentuk perilaku seksual yang terdiri dari perilaku berpacaran, pegangan tangan, pelukan, cium pipi, cium bibir, meraba payudara, meraba alat kelamin, oral seks, bahkan hubungan seks dan sumber informasi yang didapat berkaitan perilaku seksual. 49 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 1. Gambaran Nofrans Eka Saputra Perilaku SeksualMahasiswa Gambaran perilakuberpegangan tangan pada mahasiswa dijabarkan dalam tabel 4 berikut ini : GambaranPersentasePerilakuSeksual Mahasiswa Indikator Berpacaran Berpegangan Tangan Mengengga m Tangan Mengganden g Pasangan Berpelukan Mencium pipi Berciuman Bibir Mencium bagian sensitif Mencium buah dada Memegang Sensitif Oral seks Senggama Nonton porno Masturbasi/ Onani 2. Gambaran Melakukan Laki-laki Perempuan jmh 101 99 % 91 89,2 jml 122 115 % 95,3 89,8 96 86,5 94 73,4 90 81,1 98 76,6 82 82 73,9 73,9 68 75 53,1 58,6 70 63,1 47 36,3 55 49,5 17 13,3 47 42,3 10 7,8 38 34,2 11 8,6 31 33 91 27,9 29,7 82 7 4 70 5,5 3,1 54,7 73 65,8 17 13,3 Tabel 5.GambaranPersentaseTempat Pcaran Mahasiswa Indikator Melakukan Laki-laki jmh % Rumah Sendiri Rumah teman Diluar rumah Lain-lain Tidak pernah 47 42,3 4 3,6 8 6,2 30 27 30 23,4 20 10 18 9 20 6 15,6 4,7 3. Gambaran Pasangan Perilaku Senggama pada Mahasiswa Gambaran pasangan perilaku senggama pada mahasiswa dijabarkan dalam tabel 6 berikut ini : Tabel 6.GambaranPersentasePasang anPerilaku Senggama pada Mahasiswa Indikator Tempat Pacaran Mahasiswa Gambaran tempat pacaran mahasiswa dijabarkan dalam tabel 5berikut ini : Perempuan Jm % h 64 50 Melakukan Laki-laki Pacar Teman dekat Pelacur Pacar &Teman Tidak pernah Perempua n Jmh % 3 2,3 1 0,8 Jmh 19 4 % 17,1 3,6 8 2 7,2 1,8 - - 78 70,3 124 96,9 50 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 Nofrans Eka Saputra 4. Gambaran Tempat Melakukan Senggama pada Mahasiswa Gambaran tempat melakukan senggama pada mahasiswa dijabarkan dalam tabel 7 berikut ini : Tabel 7.GambaranPersentaseTempat MelakukanSenggama pada Mahasiswa Indikator Melakukan Laki-laki Perempuan Jmh % Jmh % 7 6,3 1 0,8 Rumah sendiri Kost Hotel Rumah Teman Lainnya Tidak pernah 6 9 6 5,4 8,1 5,4 1 1 - 0,8 0,8 - 5 78 4,5 70,3 1 124 0,8 96,9 5. Gambaran Tempat Menonton Porno pada Mahasiswa Gambaran tempat menonton porno pada mahasiswa dijabarkan dalam tabel 8berikut ini : Tabel 8.GambaranPersentaseTempat Menonton Porno pada Mahasiswa Indikato r Rumah sendiri Rumah Teman Lainnya Tidak pernah Melakukan Laki-laki Jmh % 43 38,7 Perempuan Jmh % 21 16,4 26 23,4 37 28,9 22 20 19,8 18 12 58 9,4 45,3 6. Gambaran Berapa kali Perilaku Masturbasi/ onani yang dilakukan Mahasiswa Gambaran berapa kali perilaku masturbasi/ onani dijabarkan dalam tabel 9 berikut: Tabel 9.GambaranPersentaseBerapa kali Masturbasi/ onani pada Mahasiswa Indikator Melakukan Laki-laki Perempua n Jmh % Jmh % Setiap hari 7 1 0,8 Seminggu 2 kali Seminggu 1 kali Duaminggu 2 kali Sebulan 1 kali Lainnya 12 6, 3 10 ,8 9 5 3,9 1 0,8 1 0,8 7 5,5 3 2,3 Tidak pernah 39 4, 5 13 ,5 20 ,7 35 ,1 110 85, 9 10 5 15 23 7. Gambaran Sumber Porno yang diterima oleh Mahasiswa Gambaran sumber porno yang diterima oleh mahasiswa dijabarkan sebagaiberikut: Tabel 10.GambaranPersentaseSumbe r Porno yang diterima Mahasiswa 51 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 Indikator Televisi Internet Hp Radio VCD Komik Film Poster Brosur Iklan Koran Teman Sumber Lain Nofrans Eka Saputra Melakukan Laki-laki Jmh % 71 64 92 82,9 81 73 26 23,4 80 72,1 42 37,8 76 68,5 31 27,9 19 17,1 34 30,6 79 25 71,2 22,5 Perempuan Jmh % 82 64,1 92 71,9 79 61,7 26 20,3 56 43,8 33 25,8 77 60,2 33 25,8 22 17,2 46 35,9 81 14 63,3 10,9 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa perilaku seksual yang terjadi pada mahasiswa berada beberapa bentuk perilaku seksual, seperti berpacaran, berpegangan tangan, pelukan, cium pipi, cium bibir, meraba payudara, meraba alat kelamin, oral seks, bahkan hubungan seks. Hal ini menjelaskan bahwa perilaku seksual telah menjadi bagian dalam kehidupan mahasiswa. Senada dengan hal tersebut, Santrock (1998); Hurlock (1996) telah menjelaskan bahwa seseorang yang telah memasuki masa remaja akan merasakan ketertarikan dengan lawan jenis, dan mulai menjalin relasi heteroseksual. Adanya dorongan hormon reproduksi dalam diri remaja akan meningkatkan hasrat seksual, sehingga remaja ingin menyalurkan kebutuhan seksualnya dengan menunjukkan perilaku seksual seperti berpacaran bahkan sampai berhubungan intim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpacaran menjadi hal yang biasa terjadi saat ini. Hampir 223 (93,3%) dari 239 mahasiswa yang menjadi subjek penelitian telah berpacaran baik mahasiswa laki-laki berjumlah 101 orang (91 %) dan mahasiswa perempuan berjumlah 122 orang (92,5%), meskipun tinggal di kost bahkan di rumah sendiri. Sisi lain, tidak hanya berpacaran dianggap sebagai hal yang biasa. Berpegangan tangan, mengenggam tangan, menggandeng pasangan, bahkan berpelukan telah dianggap menjadi hal yang biasa terjadi dalam hubungan heteroseksual mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 124 (89 %) mahasiswa telah memegang tangan pasangannya, mengenggam 190 (79%), menggandeng 188 (78,7%), berpelukan 150 (65,7%). Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa mencium bahkan berciuman telah dianggap hal yang wajar bagi beberapa orang mahasiswa. Sebanyak 157 mahasiswa (65,7%) telah pipi mencium pipi pasanganya (laki-laki berjumlah 82 orang dan perempuan berjumlah 75 orang), dan 117 (49%) mahasiswa telah berciuman bibir dengan pasangannya (laki-laki berjumlah 70 orang dan perempuan berjumlah 47 orang). Selain itu, 72 mahasiswa (30,1 %) telah mencium bagian sensitif pasangannya seperti telinga, leher, telapak tangan (laki-laki berjumlah 55 orang dan perempuan berjumlah 17 orang). Bahkan 54 mahasiswa (23,8%) telah mencium buah dada pasanganya (laki-laki berjumlah 47 orang dan perempuan 10 orang). Hal ini menjelaskan bahwa perilaku seksual seperti mencium bahkan berciuman bibir, sebenarnya merupakan pencetus awal yang mendorong diri mahasiswa untuk bereksplorasi seksual. Hasrat seksual yang semakin besar dalam diri mahasiswa disaat berciuman akan mampu mengarahkan diri mereka untuk melakukan perilaku seksual yang lebih erotis, seperti mencium bagian sensitif bahkan mencium buah dada pasangannya. 52 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa 38 mahasiswa (15,9%) telah melakukan oral seks (lakilaki berjumlah 31 orang dan perempuan berjumlah 7 orang) dan 37 orang mahasiswa (15,5%) telah melakukan senggama (laki-laki berjumlah 33 orang dan perempuan berjumlah 4 orang). Hal ini menjelaskan bahwa oral seks dengan senggama menjadi tahapan perilaku seksual yang terkait satu dengan yang lainnya. Artinya bisa dikatakan bahwa seorang remaja yang telah melakukan oral seks akan terkena pengaruh lebih besar untuk melakukan perilaku senggama. Hal tersebut disebabkan perilaku oral seks tersebut melibatkan bagian sensitif dari setiap pasangan yang melakukannya, sehingga dapat melemahkan kontrol dalam diri mahasiswa. Akibatnya bisa menimbulkan aktifitas cumbuan yang mampu mendorong terjadinya intercourse. Berdasarkan pasangannya, perilaku senggama mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya melakukan aktivitas senggama dengan pacarnya saja, namun melakukannya dengan pekerja seks komersial. Adapun dapat dijelaskan sebagai berikut; Mahasiswa yang senggama dengan pacarnya (laki-laki berjumlah 19 orang dan perempuan berjumlah 3 orang), sedangkan 5 orang (2,1 %) mahasiswa pernah melakukan perilaku senggama dengan teman dekatnya (laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan 1 orang). 8 orang (3,3 %) mahasiswa laki-laki pernah melakukan senggama dengan pekerja seks komersial, dan 2 orang (0,8 %) mahasiswa laki-laki pernah melakukan senggama dengan pacar dan temannya. Tempat melakukan senggama kebanyakan terjadi di hotel (4,2 %), di rumah (3,3 %), tempat kost (2,9%), rumah teman (2,5%) dan lainya seperti di taman/ tempat rekreasi (2,5 %). Artinya mahasiswa dapat melakukan Nofrans Eka Saputra perilaku senggama dimana-pun disaat kesempatan ada. Tidak hanya diluar rumah, bahkan di dalam rumah sendiripun aktivitas senggama dapat dilakukan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku seksual yang dilakukan dapat juga terjadi karena dorongan sumber informasi porno yang ada dilingkungan mahasiswa. 153 orang (64 %) mahasiswa yang menjadi subjek penelitian berpendapat bahwa sumber informasi porno dapat diperoleh dari tayangan televisi (laki-laki berjumlah 71 orang dan perempuan 82 orang), sedangkan 184 orang (77 %) dari internet (laki-laki berjumlah 92 orang dan perempuan 92 orang). 160 orang (66,9 %) dari handphone (laki-laki berjumlah 81 orang dan perempuan 79 orang), 52 orang (21,8%) dari radio (laki-laki berjumlah 26 orang dan perempuan 26 orang),136 orang (56,9%) dari VCD (laki-laki berjumlah 80 orang dan perempuan 56 orang), 75 orang (31,4%) dari komik (laki-laki berjumlah 42 orang dan perempuan 23 orang), 153 orang (64%) dari film (laki-laki berjumlah 76 orang dan perempuan 77 orang), 64 orang (26,8%) dari poster (laki-laki berjumlah 31 orang dan perempuan 33 orang), 41 orang (17,2%) menganggap dari brosur (laki-laki berjumlah 19 orang dan perempuan 22 orang). 80 orang (33,5%) dari koran (laki-laki berjumlah 34 dan perempuan 46 orang), 160 orang (66,9%) dari teman (laki-laki berjumlah 79 orang dan perempuan berjumlah 81 orang), sedangkan 39 orang (16,3%) menganggap informasi porno diterima dari sumber lain, seperti tabloid dan majalah (laki-laki berjumlah 25 orang dan perempuan 14 orang). Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa dalam menyalurkan keingintahuannya mengenai permasalahan seputar seks, ternyata mencari informasi diberbagai media termasuk internet, handphone, bahkan teman-temannya. 53 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 Sebanyak 78 mahasiswa (32,6%) mengakses informasi porno tersebut di dalam rumahnya sendiri, 64 mahasiswa (26,8%) mendapatkan dari rumah temannya, bahkan 34 mahasiswa (34%) mendapatkan informasi di warnet (warung internet). Data tersebut juga menjelaskan dari 64 orang mahasiswa yang menonton porno di rumah temannya, kebanyakan melakukan hal tersebut adalah mahasiswa perempuan yaitu sebanyak 37 orang daripada mahasiswa laki-laki yang berjumlah 26 orang. Mudahnya akses informasi mengenai seksmenyebabkan mahasiswa melakukan masturbasi/ onani untuk menyalurkan dorongan seksualnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 90 orang (37,7 %) mahasiswa yang menjadi subjek penelitian pernah melakukan masturbasi/ onani, sedangkan 149 orang (62,3 %) mahasiswa tidak pernah melakukan masturbasi/onani. Hasil data tersebut juga menunjukkan bahwa tidak hanya mahasiswa laki-laki yang melakukan perilaku masturbasi/ onani, namun mahasiswa perempuan juga melakukannya. 8 orang (3,3 %) mahasiswa yang menjadi subjek penelitian pernah melakukan masturbasi/onani setiap hari (laki-laki berjumlah 7 orang dan perempuan berjumlah 1 orang), sedangkan 17 orang (7,1 %) mahasiswa pernah melakukan masturbasi/onani seminggu 2 kali (lakilaki berjumlah 12 orang dan perempuan berjumlah 5 orang). 11 orang (4,6 %) mahasiswa pernah melakukan masturbasi/onani sebanyak seminggu 1 kali (laki-laki berjumlah 10 orang dan perempuan 1 orang), 6 orang (2,5%) melakukannya sebanyak dua minggu 1 kali (laki-laki berjumlah 5 orang dan perempuan 1 orang), 22 orang (9,2 %) melakukannya sebanyak sebulan 1 kali (laki-laki berjumlah 15 orang dan perempuan 17 orang), dan 26 orang (10,9%) melakukan masturbasi/onani Nofrans Eka Saputra kapan diinginkanya (laki-laki berjumlah 23 orang dan perempuan 3 orang). Berdasarkan uraian temuantemuan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan mahasiswa dalam melakukan perilaku seksual (Sarwono, 2010; Nursal, 2008;Cuffe, Hallfors, Waller, 2008; Santrock, 1998), yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal dapat berupa berkembangnya alat reproduksi dalam diri remaja, pengetahuan mengenai seks. Faktor eksternal dapat berupa pengawasan dari orangtua, pengaruh teman sebaya, kesediaan tempat, sumber informasi mengenai seks bahkan tempat tinggal. Usia subjek penelitian yang relatif muda yaitu usia 17 sampai 21 tahun menjelaskan bahwa subjek penelitian termasuk pada masa remaja yang memiliki potensi dalam melakukan perilaku seksual aktif. Hal ini senada Sarwono (2010) yang menyatakan bahwa dalam masa remaja ini, seorang individu akan mengalami perkembangan alat reproduksi, baik pada remaja lakilaki dan perempuan. Berkembangnya alat reproduksi tersebut memicu hormon testosteron dan progesteron dalam diri remaja menjadi lebih aktif, sehingga mendorong seorang remaja untuk melakukan hubungan relasi heteroseksual. Sisi lain, perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja cenderung tanpa disertai komunikasi dengan orangtua mereka dalam memberikan pemahaman yang baik terhadap berkembangnya fungsi alat reproduksi tersebut. Hal ini yang membuat seorang remaja dilema dalam mencari informasi mengenai perilaku seksual yang dialaminya. Keadaan seperti demikian yang membuat seorang remaja ragu dalam memilah hal–hal yang dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan yang berkaitan dengan perilaku seksual. Pengetahuan seksual yang kurang tepat biasanya diawali melalui 54 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 perilaku seksual yang sederhana, seperti berpacaran, berpegangan tangan, berpelukan, bahkan berciuman. Hal ini sebenarnya juga membuat seorang remaja menjadi dilema. Satu sisi mereka merasakan belum pantas untuk melakukan tersebut, namun sisi lain mereka ingin melakukanya karena sudah menjadi bagian budaya dalam lingkungan pergaulan mereka. Dorongan teman sebaya yang menyakinkan bahwa perilaku seksual seperti berpacaran, berpegangan tangan bahkan berpelukan adalah hal yang biasa. Membuat eksplorasi seksual remaja menjadi semakin berkembang. Perilaku seksual seperti mencium buah dada pasangan, oral seks, bahkan senggama-pun menjadi tolak ukur bahwa seorang remaja tidak hanya puas dengan melakukan beberapa bentuk perilaku seksual yang sederhana, namun lebih ingin meningkatkan pengalaman seksual mereka ke tahapan perilaku seksual yang lebih tinggi. Tahapan perilaku seksual seperti oral seks dan senggama, tidak hanya dapat terjadi diluar rumah seperti di hotel maupun kost, namun didalam rumah sendiri-pun mahasiswa dapat melakukan hal tersebut. Tidak peduli berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, perilaku seksual seperti demikian dapat terjadi pada siapa saja, dengan syarat kesediaan tempat dan suka sama suka, baik itu dilakukan dengan pacar, teman, bahkan sama pekerja seks komersial. Apabila dorongan seksual mereka tidak dapat mereka kendalikan dan tidak ada tempat penyaluran dorongan tersebut. Seorang remaja dapat melampiaskan kebutuhan seksual mereka sendiri dengan melakukan onani dan masturbasi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengawasan dari orangtua, dan sumber informasi mengenai perilaku seksual yang sangat banyak ditemui dilingkungan sekitar mereka, seperti televisi, vcd, teman dan handphone yang Nofrans Eka Saputra menjadi inspirasi kepada mengenai perilaku seksual. 4. mereka KESIMPULAN a. Bentuk-bentuk b. c. d. e. f. g. perilaku seksual seperti berpacaran, berpegangan tangan, berpelukan, mencium pipi, berciuman bibir, meraba payudara, meraba alat kelamin, oral seks, bahkan hubungan seks merupakan bentuk-bentuk perilaku seksual yang telah menjadi bagian kehidupan mahasiswa Sebanyak 37 orang mahasiswa tela h melakukan senggama. Mahasiswa laki-laki sebanyak 33 orang (29,7 %) dan mahasiswa perempuan sebanyak 4 orang (4,1 %) Perilaku senggama yang dilakukan mahasiswa tidak hanya dilakukan dengan pacar, namun dapat dilakukan juga dengan teman dan pekerja seks komersial Mahasiswa lebih banyak memilih hotel (8,1 %) sebagai tempat melakukan senggama dari pada melakukanya dirumah sendiri dan kost. Menonton porno menjadi salah satu pilihan dalam menyalurkan dorongan seksual dalam diri mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan selain mereka melakukan masturbasi/ onani. Mahasiswa mendapatkan informasi porno dari berbagai media, seperti televisi, internet, handphone, radio, VCD, komik, film, poster, brosur koran, teman, sumber lain seperti tabloid dan majalah. Mahasiswa mengakses informasi porno tidak hanya dilakukan di luar rumah, namun dapat dilakukan dirumah sendiri 55 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.3 No.1 Oktober 2014 5. DAFTAR PUSTAKA a. Islam, M. Md., Conigrave. (2008). HIV and sexual risk behaviors among recognize high-risk groups in Bangladesh: need for a comprehensive prevention program. International Journal of Infectious Diseases, 12, 363370.http://intl.elsevierhealth.com/j ournals/ijid b. Nursal, D. G. A. (2008). Faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku seksual murid SMU Negeri di Kota Padang tahun 2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat. II (2) c. Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D. (2004) Human development (ninth edition) McGraw-Hill New York. d. Prinstein, M.J., Meade, C. S., Cohen, G.L. (2003). Adolescent Oral Sex, Peer Popularity, and Perceptions of Best Friends’Sexual Behavior. Journal of Pediatric Psychology, vol 28 no 4 2003 243-249. Nofrans Eka Saputra e. Ramos-Guilamo, V., Bouris, A., Jaccard, J., Gonzales, B., McCoy, W., Arranda, D. (2011). A parentbased Intervention to reduce Sexual Risk Behavior in Early Adolescenece : Building Alliances Between Physicians, Social Workers, and Parents. Journal Adolescent Health. 48 (2). 159-163. NIH Public Access Author Manuscript. f. Santrock, J. W. (1998). Adolescence (7th ed). Boston, Massachusetts : McGraw Hill Companies. Inc g. Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawalipress 56