Direktur Jenderal Pengelolaan Utang 2. IKHTISAR JABATAN

advertisement
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1562/KM.1/2011
TENTANG
URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
1. NAMA JABATAN : Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
2. IKHTISAR JABATAN :
Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengelolaan utang.
3. TUJUAN JABATAN :
Terselenggaranya pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN) yang terdiri dari
Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), serta
pinjaman dan hibah yang efektif, transparan, akuntabel, dan prudent untuk
meminimalisasi biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali dalam rangka
memenuhi kebutuhan pembiayaan defisit APBN yang berkelanjutan.
4. URAIAN TUGAS DAN KEGIATAN :
4.1. Merumuskan kebijakan di Bidang Pengelolaan SUN, SBSN, Pinjaman dan
Hibah.
4.1.1. Mempelajari, menelaah, dan mengevaluasi rumusan kebijakan di
bidang pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN) yang terdiri dari
Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN), serta pinjaman dan hibah;
4.1.2. Melakukan koordinasi dengan otoritas moneter dan perbankan,
otoritas pasar modal, lembaga keuangan domestik dan
internasional, forum kerjasama ekonomi internasional dan regional,
para pelaku pasar/investor/kreditor/donor dalam dan luar negeri,
lembaga pemeringkat (rating agency), Self Regulatory Organizations
(SROs) di bidang pasar uang dan modal, export credit agencies,
lembaga yang memiliki otoritas di bidang syariah, kementerian dan
lembaga perencana pembangunan nasional, executing agencies,
unit kerja terkait di lingkungan Kementerian Keuangan di bidang
kebijakan fiskal, penganggaran, pebendaharaan, dan pengelolaan
kekayaan negara dalam rangka memperoleh masukan dan
informasi yang diperlukan untuk perencanaan Surat Berharga
Negara (SBN) yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN), serta pinjaman dan hibah;
4.1.3. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang untuk:
4.1.3.1. Menyiapkan rumusan strategi pengelolaan utang jangka
menengah dalam rangka mencapai struktur portofolio
utang yang optimal dari sisi minimalisasi biaya utang pada
tingkat risiko portofolio yang terkendali;
4.1.3.2. Melakukan mitigasi risiko terkait pengelolaan utang dan
kewajiban kontinjensi;
4.1.3.3. Menyiapkan rumusan rencana strategi pengelolaan utang
tahunan dalam rangka pembiayaan APBN melalui utang;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-24.1.3.4. Menyiapkan rumusan strategi pengelolaan risiko portofolio
utang dan kebijakan lindung nilai (hedging);
4.1.3.5. Menyiapkan rumusan kebijakan kewajiban kontijensi;
4.1.3.6. Melakukan kajian dan evaluasi kebijakan teknis
pengelolaan utang untuk menghasilkan rekomendasi
perbaikan dan penyempurnaan pengelolaan utang.
4.1.4. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah untuk:
4.1.4.1. Menyiapkan rumusan Kebijakan Teknis Pinjaman dan
Hibah;
4.1.4.2. Mengkaji
dan
menyiapkan
rancangan
peraturan
perundang-undangan serta kebijakan operasional yang
berkaitan dengan pengelolaan pinjaman dan hibah.
4.1.5. Menugaskan Direktur Surat Utang Negara untuk:
4.1.5.1. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi terkait transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif
termasuk infrastruktur transaksi Surat Utang Negara dan
Derivatif;
4.1.5.2. Melaksanakan
kegiatan-kegiatan
dalam
rangka
pengembangan pasar Surat Utang Negara;
4.1.5.3. Melaksanakan kegiatan analisis keuangan dan pasar Surat
Utang Negara;
4.1.5.4. Mengkaji
dan
menyiapkan
rancangan
peraturan
perundang-undangan,
dokumen
hukum,
dokumen
perencanaan dan evaluasi kinerja, serta melaksanakan
evaluasi pelaksanaan transaksi SUN.
4.1.6. Menugaskan Direktur Pembiayaan Syariah untuk:
4.1.6.1. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penatausahaan
transaksi, yang meliputi penerbitan, penjualan, pembelian
kembali, dan penukaran SBSN;
4.1.6.2. Melakukan koordinasi dengan unit kerja atau instansi lain
yang terkait dalam rangka penyediaan Barang Milik Negara
(BMN) dan objek pembiayaan termasuk proyek APBN yang
akan digunakan sebagai Aset SBSN;
4.1.6.3. Melakukan pengembangan instrumen pembiayaan syariah,
termasuk SBSN untuk pembiayaan proyek APBN (Project
Financing Sukuk) dan Surat Perbendaharaan Syariah (SPN
Syariah)/Islamic T-Bill, serta melakukan pengembangan
pasar SBSN;
4.1.6.4. Melakukan pemantauan dan analisis perkembangan pasar
keuangan, termasuk analisis kinerja dan potensi pasar
SBSN;
4.1.6.5. Melakukan perumusan peraturan perundang-undangan
dan pengkajian peraturan yang berkaitan dengan
pembiayaan syariah, serta melakukan penyiapan dokumen
hukum termasuk fatwa dan opini syariah dalam rangka
penerbitan, penjualan, pembelian kembali, dan penukaran
SBSN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-34.1.7. Menugaskan
Sekretaris
Direktorat
Jenderal
untuk
mengkoordinasikan rapat pembahasan bersama para Direktur di
lingkungan Direktorat Jenderal, unit kerja atau instansi lain yang
terkait dalam merumuskan kebijakan di bidang pengelolaan utang
dan pengembangan pasar SBN;
4.1.8. Meneliti dan menetapkan rumusan kebijakan di bidang pengelolaan
utang.
4.2. Merumuskan kebijakan pengembangan pasar (perdana dan sekunder)
SBN.
4.2.1. Mempelajari, menelaah, dan mengevaluasi rumusan kebijakan di
bidang pengembangan pasar SBN;
4.2.2. Melakukan koordinasi dengan otoritas moneter dan perbankan,
otoritas pasar modal, lembaga keuangan domestik dan
internasional, forum kerjasama ekonomi internasional dan regional,
para pelaku pasar/investors
dalam dan luar negeri, lembaga
pemeringkat kredit (credit rating agency), Self Regulatory
Organizations (SROs) di bidang pasar keuangan, export credit
agencies, lembaga yang memiliki otoritas di bidang syariah, dan
unit kerja terkait di lingkungan Kementerian Keuangan dalam
rangka memperoleh masukan dan informasi yang diperlukan untuk
pengembangan pasar SBN di dalam dan luar negeri;
4.2.3. Menugaskan Direktur Surat Utang Negara dan Direktur Pembiayaan
Syariah untuk melakukan perumusan pengembangan pasar SBN,
serta melakukan analisis keuangan dan pasar terkait dengan
pengembangan
pasar
dan
transaksi
SBN,
termasuk
penyempurnaan sistem Dealer Utama;
4.2.4. Meneliti dan menetapkan rumusan kebijakan di bidang
pengembangan pasar SBN;
4.2.5. Menugaskan
Sekretaris
Direktorat
Jenderal
untuk
mengkoordinasikan rapat pembahasan bersama para Direktur di
lingkungan Direktorat Jenderal, unit kerja, atau instansi lain yang
terkait dalam merumuskan kebijakan di bidang pengembangan
pasar SBN.
4.3. Melaksanakan Kebijakan Operasional di Bidang Pengelolaan Pinjaman dan
Hibah.
4.3.4. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah untuk melaksanakan
kebijakan operasional pengelolaan pinjaman dan hibah;
4.3.5. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah untuk melakukan
evaluasi terhadap kelayakan pembiayaan atas usulan kegiatan yang
sebagian/seluruh dananya bersumber dari pinjaman dan hibah;
4.3.6. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah untuk melaksanakan
penilaian atas tawaran pinjaman yang bersumber dari fasilitas
kredit ekspor/komersial;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-44.3.7. Mengusulkan pinjaman untuk membiayai proyek yang sudah
memenuhi kriteria kesiapan;
4.3.8. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah untuk melakukan
seleksi pemberi pinjaman dalam negeri dan kreditor swasta asing;
4.3.9. Menetapkan tanggapan atas exchange of notes, government
arrangement dan/atau financial protocol kepada Kementerian Luar
Negeri;
4.3.10. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah untuk melaksanakan
penelaahan draft loan/credit/grant/rescheduling agreement;
4.3.11. Menetapkan SK Tim Negosiasi (apabila disyaratkan);
4.3.12. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah untuk menyiapkan
pelaksanaan rapat inter kementerian/lembaga (interkem);
4.3.13. Melaksanakan negosiasi dengan pihak lender/donor.
4.3.13.1. Memimpin tim delegasi RI untuk melaksanakan negosiasi
tatap muka dengan lender dan/atau donor;
4.3.13.2. Menandatangani minutes of negotiation.
4.3.14. Menetapkan laporan hasil negosiasi dengan pihak Lender dan
Donor.
4.4. Melaksanakan Kebijakan di Bidang Pengelolaan SBN (Pelaksanaan
Transaksi Penerbitan, Penjualan, Pembelian Kembali, Penukaran, dan
Peminjaman).
4.4.1. Mempelajari, menelaah, dan mengevaluasi kebijakan pengelolaan
SBN;
4.4.2. Menugaskan Direktur Surat Utang Negara dan Direktur
Pembiayaan Syariah untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan
SBN;
4.4.3. Menandatangani/memberikan disposisi surat-surat berhubungan
dengan pengelolaan utang khususnya SUN:
4.4.3.1. Pelaksanaan Lelang Pembelian Kembali SUN:
4.4.3.1.1. Memimpin rapat koordinasi rencana lelang
pembelian kembali;
4.4.3.1.2. Memimpin
rapat
penetapan
hasil
lelang
pembelian kembali, dalam hal Menteri Keuangan
berhalangan hadir;
4.4.3.1.3. Meneliti dan memaraf dokumen hasil lelang pada
lembar halaman tanda tangan yang akan
ditandatangani oleh Menteri Keuangan, atau
menetapkan dan menandatangani
dokumen
hasil lelang pada lembar halaman tanda tangan
atas nama Menteri Keuangan, dalam hal Menteri
Keuangan berhalangan hadir dalam rapat
penetapan hasil lelang;
4.4.3.1.4. Mengambil keputusan sehubungan dengan
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
lelang pembelian kembali;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-54.4.3.1.5. Menandatangani
adendum
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) SBN serta
surat-surat terkait penjualan SBN dengan cara
private placement kepada Bank Indonesia
sebagai agen penatausahaan, kliring, dan
setelmen, serta agen pembayar bunga dan pokok
SBN;
4.4.3.1.6. Meneliti dan menandatangani surat kepada
peserta lelang yang gagal serah kepada
Pemerintah.
4.4.3.2. Pelaksanaan Lelang SUN Di Pasar Perdana:
4.4.3.2.1. Memimpin rapat koordinasi rencana lelang
penerbitan SUN;
4.4.3.2.2. Memimpin rapat dan menetapkan hasil lelang
SUN atas nama Menteri Keuangan;
4.4.3.2.3. Meneliti dan menandatangani dokumen hasil
lelang pada lembar halaman tanda tangan atas
nama Menteri Keuangan;
4.4.3.2.4. Mengambil keputusan sehubungan dengan
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
lelang;
4.4.3.2.5. Menandatangani
dokumen
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) SBN, atau
adendum ketentuan dan persyaratan (terms and
conditions) SUN serta surat-surat terkait
penjualan SUN dengan cara private placement
kepada
Bank
Indonesia
sebagai
agen
penatausahaan, kliring, dan setelmen, serta
agen pembayar bunga dan pokok SUN;
4.4.3.2.6. Meneliti dan menandatangani surat kepada
peserta lelang SUN yang gagal menyerahkan
dana pada tanggal setelmen.
4.4.3.3.Penjualan SUN dalam valuta asing di pasar perdana
internasional atau pasar negara lain:
Menerima dan meneruskan disposisi Menteri Keuangan
tentang persetujuan atas pelaksanaan penjualan SUN
dalam valuta asing di pasar perdana internasional atau
pasar negara lain;
4.4.3.3.1. Memimpin
rapat
dan
menetapkan
hasil
penjualan dan penjatahan SUN dalam valuta
asing, dalam hal Menteri Keuangan berhalangan
hadir dalam rapat penetapan;
4.4.3.3.2. Menandatangani
dokumen-dokumen
terkait
pelaksanaan penjualan SUN dalam valuta asing
di pasar perdana internasional atau pasar
negara lain, atas dasar pelimpahan wewenang
atau kuasa dari Menteri Keuangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-64.4.3.4.Penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) Di Pasar Perdana:
4.4.3.4.1. Menerima dan meneruskan disposisi Menteri
Keuangan tentang persetujuan atas penjualan
ORI di pasar perdana;
4.4.3.4.2. Menyelenggarakan rapat pembahasan kupon
ORI dengan Menteri Keuangan;
4.4.3.4.3. Menyampaikan rekomendasi kupon ORI yang
akan diterbitkan kepada Menteri Keuangan;
4.4.3.4.4. Memberikan persetujuan terhadap Memorandum
Informasi dalam rangka Penjualan ORI;
4.4.3.4.5. Memimpin
rapat
dan
menetapkan
hasil
penjualan dan penjatahan ORI, dalam hal
Menteri Keuangan berhalangan hadir dalam
rapat penetapan;
4.4.3.4.6. Meneliti, menetapkan dan menandatangani
dokumen hasil penjualan ORI untuk dan atas
nama Menteri Keuangan;
4.4.3.4.7. Menandatangani
dokumen
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) ORI, serta
surat-surat terkait penjualan ORI kepada Bank
Indonesia sebagai agen penatausahaan, kliring,
dan setelmen, serta agen pembayar bunga dan
pokok SUN.
4.4.3.5.Pelaksanaan Transaksi SUN dengan Cara Private Placement:
4.4.3.5.1. Mendisposisikan surat permohonan Pihak untuk
melakukan transaksi pembelian SUN dengan
cara private placement;
4.4.3.5.2. Menerima
dan
menyetujui
dokumen
kesepakatan dengan Pihak;
4.4.3.5.3. Menetapkan dan menandatangani ketetapan
hasil penjualan SUN dengan cara private
placement untuk dan atas nama Menteri
Keuangan;
4.4.3.5.4. Menandatangani
dokumen
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) SUN, atau
adendum ketentuan dan persyaratan (terms and
conditions) SBN serta surat-surat terkait
penjualan SUN dengan cara private placement
kepada
Bank
Indonesia
sebagai
agen
penatausahaan, kliring, dan setelmen, serta
agen pembayar bunga dan pokok SUN.
4.4.3.6.Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara Secara
Langsung:
4.4.3.6.1. Menerima dan menyetujui hasil pelaksanaan
transaksi SUN secara langsung;
4.4.3.6.2. Menetapkan dan menandatangani ketetapan
hasil transaksi SUN secara langsung untuk dan
atas nama Menteri Keuangan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-74.4.3.6.3. Menandatangani
dokumen
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) SUN, atau
adendum ketentuan dan persyaratan (terms and
conditions) SUN serta surat-surat terkait
transaksi SUN secara langsung kepada Bank
Indonesia sebagai agen penatausahaan, kliring,
dan setelmen, serta agen pembayar bunga dan
pokok SUN.
4.4.3.7.Pelaksanaan Peminjaman SUN:
4.4.3.7.1. Mendisposisikan surat permohonan Dealer
Utama untuk melakukan transaksi peminjaman
SUN;
4.4.3.7.2. Meneliti dan menandatangani surat persetujuan
pemberian fasilitas peminjaman SUN kepada
Dealer Utama;
4.4.3.7.3. Menandatangani
adendum
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) SUN dan
surat-surat terkait transaksi peminjaman SUN
oleh Dealer Utama.
4.4.3.8.Pelaksanaan Hedging Melalui Transaksi Derivatif:
4.4.3.8.1. Mendisposisikan
persetujuan
pelaksanaan
hedging
melalui transaksi derivatif kepada
Direktur terkait
4.4.3.8.2. Meneliti dan menandatangani dokumen dan
surat-surat
terkait
pelaksanaan
hedging
melalui transaksi derivatif;
4.4.3.8.3. Menandatangani dokumen dan surat-surat
terkait transaksi derivatif.
4.4.4. Melaksanakan Kebijakan di Bidang Pengelolaan (Perencanaan,
Pelaksanaan dan Penatausahaan Transaksi Penerbitan, Penjualan,
Pembelian Kembali, dan Penukaran) SBSN:
4.4.4.1. Mempelajari, menelaah, dan mengevaluasi kebijakan
pengelolaan SBSN;
4.4.4.2. Menugaskan
Direktur
Pembiayaan
Syariah
untuk
melaksanakan kebijakan pengelolaan SBSN;
4.4.4.3. Mengarahkan, mengambil keputusan, dan menetapkan
dalam pelaksanaan lelang SBSN di pasar perdana dalam
negeri:
4.4.4.3.1. Memimpin
rapat-rapat
internal
Direktorat
Jenderal dalam rangka koodinasi persiapan
pelaksanaan lelang SBSN, serta mengawasi
secara umum pelaksanaan lelang SBSN;
4.4.4.3.2. Memimpin rapat rencana dan rapat penetapan
hasil lelang SBSN yang dihadiri oleh wakil dari
Direktorat, wakil dari unit pengelola kas negara,
dan BI;
4.4.4.3.3. Menetapkan hasil lelang SBSN atas nama
Menteri Keuangan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-84.4.4.3.4. Meneliti, menyetujui, dan melakukan koordinasi
dengan lembaga berwenang dalam rangka
penerbitan fatwa dan/atau opini syariah (dalam
hal diperlukan) atas struktur akad yang akan
digunakan dalam rangka penerbitan dan
penjualan SBSN secara lelang;
4.4.4.3.5. Meneliti dan menandatangani akad-akad yang
diperlukan sesuai dengan jenis dan struktur
SBSN secara lelang yang diterbitkan atas nama
Pemerintah;
4.4.4.3.6. Meneliti dan menandatangani surat keputusan
penetapan BMN atau objek pembiayaan lainnya
yang digunakan sebagai aset SBSN dalam
penerbitan SBSN secara lelang atas nama
Menteri Keuangan.
4.4.4.4. Mengarahkan, mengambil keputusan, dan menetapkan
dalam pelaksanaan penjualan SBSN dalam valuta asing di
pasar perdana internasional:
4.4.4.4.1. Menerima disposisi Menteri Keuangan tentang
persetujuan atas pelaksanaan seleksi Agen
Penjual dan Konsultan Hukum;
4.4.4.4.2. Meneliti
dan
menandatangani
dokumen
Memorandum Informasi dalam rangka penjualan
SBSN dalam valuta asing di pasar perdana
internasional;
4.4.4.4.3. Membentuk Tim Deal Roadshow dalam rangka
penjualan SBSN dalam valuta asing;
4.4.4.4.4. Meneliti, menyetujui, dan melakukan koordinasi
dengan lembaga berwenang dalam rangka
penerbitan fatwa dan/atau opini syariah atas
struktur akad yang akan digunakan dalam
rangka penerbitan dan penjualan SBSN dalam
Valuta Asing;
4.4.4.4.5. Meneliti dan menandatangani akad-akad yang
diperlukan sesuai dengan jenis dan struktur
SBSN dalam valuta asing yang diterbitkan atas
nama Pemerintah;
4.4.4.4.6. Meneliti dan menandatangani surat keputusan
penetapan BMN atau objek pembiayaan yang
digunakan sebagai aset SBSN dalam penerbitan
SBSN dalam valuta asing atas nama Menteri
Keuangan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-94.4.4.5. Mengarahkan, Mengambil Keputusan, dan Menetapkan
dalam Penjualan SBSN Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri:
4.4.4.5.1. Memimpin rapat-rapat internal DJPU dalam
rangka
koordinasi
persiapan
pelaksanaan
penjualan SBSN Ritel (Sukuk Ritel), serta
mengawasi
secara
umum
semua
tahap
pelaksanaan penjualan Sukuk Ritel;
4.4.4.5.2. Memberikan pertimbangan dan rekomendasi
mengenai tingkat imbalan (kupon) Sukuk Ritel
yang akan diterbitkan untuk ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dalam rapat pembahasan
tingkat imbalan (kupon) Sukuk Ritel;
4.4.4.5.3. Menyelenggarakan rapat pembahasan tingkat
imbalan (kupon) Sukuk Ritel dengan Menteri
Keuangan;
4.4.4.5.4. Meneliti
dan
menandatangani
dokumen
Memorandum Informasi dalam rangka penjualan
Sukuk Ritel;
4.4.4.5.5. Meneliti dan menandatangani dokumen hasil
penjualan Sukuk Ritel yang akan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan;
4.4.4.5.6. Meneliti, menyetujui, dan melakukan koordinasi
dengan lembaga berwenang dalam rangka
penerbitan fatwa (dalam hal diperlukan)
dan/atau opini syariah atas struktur akad yang
akan digunakan dalam rangka penerbitan dan
penjualan Sukuk Ritel;
4.4.4.5.7. Meneliti dan menandatangani akad-akad yang
diperlukan sesuai dengan jenis dan struktur
Sukuk Ritel yang diterbitkan atas nama
Pemerintah;
4.4.4.5.8. Meneliti dan menandatangani surat keputusan
penetapan BMN atau objek pembiayaan lainnya
yang digunakan sebagai aset SBSN dalam
penerbitan Sukuk Ritel atas nama Menteri
Keuangan;
4.4.4.6.Mengarahkan, mengambil keputusan, dan menetapkan
dalam Penjualan SBSN dengan metode Penempatan
Langsung (Private Placement):
4.4.4.6.1. Menerima
dan
mendisposisikan
surat
penawaran pembelian SBSN secara Private
Placement;
4.4.4.6.2. Menetapkan hasil kesepakatan penerbitan dan
penjualan SBSN secara Private Placement, serta
menandatangani dokumen hasil penjualan SBSN
secara Private Placement, termasuk terms and
conditions SBSN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
4.4.4.6.3. Meneliti, menyetujui, dan melakukan koordinasi
dengan lembaga berwenang dalam rangka
penerbitan fatwa dan/atau opini syariah atas
struktur akad yang akan digunakan dalam
rangka penerbitan dan penjualan SBSN secara
Private Placement, dalam hal diperlukan;
4.4.4.6.4. Meneliti dan menandatangani akad-akad yang
diperlukan sesuai dengan jenis dan struktur
SBSN secara Private Placement yang diterbitkan
atas nama Pemerintah;
4.4.4.6.5. Meneliti dan menandatangani surat keputusan
penetapan BMN atau objek pembiayaan yang
digunakan sebagai Aset SBSN dalam penerbitan
SBSN secara Private Placement atas nama
Menteri Keuangan, dalam hal diperlukan.
4.4.4.7. Mengarahkan, mengambil keputusan, dan menetapkan
dalam Lelang Pembelian Kembali dan/atau Penukaran
SBSN:
4.4.4.7.1. Memimpin rapat-rapat intern Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang dalam rangka koordinasi
persiapan pelaksanaan lelang pembelian kembali
dan/atau penukaran SBSN dan mengawasi
secara umum pelaksanaan lelang;
4.4.4.7.2. Meneliti, menyetujui, dan melakukan koordinasi
dengan lembaga berwenang dalam rangka
penerbitan fatwa dan/atau opini syariah atas
struktur akad yang akan digunakan dalam
rangka lelang pembelian kembali dan/atau
penukaran SBSN;
4.4.4.7.3. Memberikan disposisi terhadap rekomendasi
mengenai jumlah dan seri SBSN yang akan
dibeli kembali dan/atau jumlah dan seri SBSN
yang akan diterbitkan sebagai SBSN penukar;
4.4.4.7.4. Menetapkan hasil lelang pembelian kembali
dan/atau penukaran SBSN atas nama Menteri
Keuangan;
4.4.4.7.5. Meneliti dan menandatangani akad-akad yang
diperlukan sesuai dengan jenis dan struktur
SBSN penukar yang diterbitkan atas nama
Pemerintah;
4.4.4.7.6. Meneliti dan menandatangani surat keputusan
penetapan BMN atau objek pembiayaan yang
digunakan sebagai Aset SBSN dalam penerbitan
SBSN penukar atas nama Menteri Keuangan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 4.4.5. Melakukan koordinasi dalam rangka penyediaan BMN yang akan
digunakan sebagai underlying asset penerbitan SBSN (Aset SBSN):
4.4.5.1. Menyampaikan permintaan BMN yang memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai underlying asset penerbitan
SBSN (Aset SBSN) kepada Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
4.4.5.2. Menyampaikan daftar BMN yang akan digunakan sebagai
underlying asset penerbitan SBSN (Aset SBSN) untuk
mendapat persetujuan Menteri Keuangan;
4.4.5.3. Bersama dengan Menteri Keuangan melakukan rapat kerja
dengan DPR dalam rangka permintaan persetujuan atas
rencana penggunaan BMN sebagai underlying asset
penerbitan SBSN (Aset SBSN);
4.4.5.4. Memerintahkan Konsultan Hukum yang telah ditunjuk
untuk melakukan penelitian hukum (legal due diligence)
atas BMN yang akan digunakan sebagai underlying asset
penerbitan SBSN (Aset SBSN);
4.4.5.5. Atas nama Menteri Keuangan menetapkan rincian jenis,
spesifikasi, dan nilai BMN yang digunakan sebagai
underlying asset penerbitan SBSN (Aset SBSN).
4.4.6. Melakukan koordinasi dalam rangka penyediaan proyek APBN yang
akan digunakan sebagai objek pembiayaan SBSN:
4.4.6.1. Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal
Anggaran, Bappenas, dan unit kerja atau instansi terkait
dalam rangka penyiapan daftar rincian proyek APBN yang
dapat digunakan sebagai underlying asset penerbitan
SBSN (Aset SBSN);
4.4.6.2. Menyampaikan daftar rincian proyek yang akan digunakan
sebagai underlying asset penerbitan SBSN (Aset SBSN)
untuk mendapat persetujuan Menteri Keuangan;
4.4.6.3. Memerintahkan Konsultan Hukum yang telah ditunjuk
untuk melakukan penelitian hukum (legal due diligence)
atas proyek yang akan digunakan sebagai underlying asset
penerbitan SBSN (Aset SBSN) dalam hal diperlukan;
4.4.6.4. Atas nama Menteri Keuangan menetapkan rincian jenis,
spesifikasi, dan nilai proyek yang digunakan sebagai
underlying asset penerbitan SBSN (Aset SBSN).
4.4.7. Melakukan Pengelolaan Aset Surat Berharga Syariah Negara (Aset
SBSN):
4.4.7.1. Melakukan penatausahaan dan pengawasan terhadap Aset
SBSN;
4.4.7.2. Melakukan penggantian Aset SBSN dalam hal terdapat
kondisi yang mengharuskan adanya penggantian Aset
SBSN;
4.4.7.3. Menyusun database Aset SBSN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 4.4.8. Melakukan penyiapan fatwa dan opini syariah dalam rangka
penerbitan SBSN:
4.4.8.1. Meneliti, menelaah, dan mengevaluasi rumusan struktur
akad SBSN yang sudah disiapkan oleh Direktorat
Pembiayaan Syariah untuk dimintakan fatwa, dan/atau
rumusan dokumen perjanjian dalam rangka penerbitan
SBSN yang akan dimintakan opini syariah;
4.4.8.2. Menyampaikan surat permohonan penerbitan fatwa atau
opini
syariah
kepada
lembaga
yang
berwenang
mengeluarkan fatwa dan opini syariah;
4.4.8.3. Melakukan rapat pembahasan dalam rangka penerbitan
fatwa dan opini syariah bersama dengan lembaga yang
berwenang mengeluarkan fatwa.
4.5. Melakukan Monitoring dan Evaluasi, Melaksanakan Administrasi dan
Verifikasi, Melaksanakan Setelmen Transaksi, Melaksanakan Rekonsiliasi
Data, Menyelenggarakan Akuntansi dan Pelaporan Pinjaman dan Hibah,
SUN, Dan SBSN.
4.5.1. Menugaskan Direktur Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen untuk
melaksanakan :
4.5.1.1. monitoring dan evaluasi Pelaksanaan Pinjaman dan hibah
serta instrumen pembiayaan syariah terkait dengan
pembiayaan proyek;
4.5.1.2. Registrasi, Administrasi, Verifikasi dan Penataan Arsip
pinjaman dan hibah serta SBN;
4.5.1.3. setelmen transaksi pembayaran pokok, bunga, dan biaya
pinjaman dan hibah serta SBN;
4.5.1.4. Setelmen transaksi penarikan pinjaman dan hibah,
penerbitan, penjualan, pembelian kembali, penukaran,
dan peminjaman SBN;
4.5.1.5. Penyelengaraan akuntansi dan pelaporan data pinjaman
dan hibah serta SBN;
4.5.1.6. Penyampaian bahan dan jawaban berkaitan dengan hasil
pemeriksaan BPK atas pengelolaan utang dan hibah dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
4.5.2. Meneliti dan menyampaikan laporan
pelaksanaan kebijakan di
bidang pengelolaan utang dalam rangka penyusunan dan
pertanggungjawaban APBN yang meliputi:
4.5.2.1. Laporan posisi dan realisasi pinjaman dan hibah
berdasarkan sektor/kegiatan, lender/donor, dan mata
uang;
4.5.2.2. Laporan perkembangan pinjaman dan
hibah, dan
instrumen pembiayaan syariah untuk membiayai proyek;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 4.5.2.3. Laporan pelaksanaan pengelolaan Surat Utang Negara dan
Surat Berharga Syariah Negara;
4.5.2.4. Laporan
pelaksanaan
pembayaran
bunga/imbalan
dan/atau pokok Surat Utang Negara dan Surat Berharga
Syariah Negara;
4.5.2.5. Laporan Penarikan pinjaman dan hibah;
4.5.2.6. Laporan Proyeksi Penarikan pinjaman dan hibah;
4.5.2.7. Laporan Proyeksi Pembayaran Pokok, Bunga dan Biaya
Utang;
4.5.2.8. Laporan Pembayaran Pokok, Bunga, dan Biaya pinjaman
dan hibah;
4.5.2.9. Laporan Pelaksanaan Verifikasi pinjaman dan hibah;
4.5.2.10. Laporan aktivitas pengelolaan utang-bulanan;
4.5.2.11. Laporan kinerja portofolio utang - triwulanan dan
tahunan;
4.5.2.12. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)– Enam
bulanan;
4.5.2.13. Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri – Tahunan;
4.5.2.14. Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Pinjaman dan
Hibah Dalam Negeri - Tahunan;
4.5.2.15. Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan SUN dan SBSN;
4.5.2.16. Laporan Perkembangan Utang Negara – Bulanan;
4.5.2.17. Laporan Central Government Debt: Statistical Table –
Triwulanan;
4.5.2.18. Laporan kemajuan pengembangan pasar Surat Berharga
Negara.
4.6. Menetapkan Standar, Norma, Pedoman, Kriteria, dan Prosedur di Bidang
Pengelolaan Utang.
4.6.1
4.6.2
4.6.3
4.6.4
Mempelajari standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di
bidang pengelolaan utang sesuai penugasan Menteri Keuangan;
Menugaskan Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
untuk melakukan koordinasi dalam penyusunan konsep standar,
norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengelolaan
utang;
Meneliti dan menetapkan Surat Keputusan tentang Kode Etik
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
Meneliti dan menetapkan Surat Keputusan tentang Standard
Operating Procedures Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
4.7. Memberikan jawaban pemerintah atas pertanyaan Dewan Perwakilan
Rakyat berkaitan dengan kebijakan pengelolaan utang.
4.7.1
Mempelajari pertanyaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berkaitan
dengan kebijakan pengelolaan utang;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 Menugaskan Sekretaris Direktorat Jenderal untuk melakukan
koordinasi dengan para Direktur dalam menyusun konsep jawaban
Pemerintah atas pertanyaan DPR berkaitan dengan kebijakan
pengelolaan utang;
4.7.3 Meneliti dan menetapkan tanggapan atas pertanyaan DPR berkaitan
dengan pelaksanaan kebijakan pengelolaan utang.
4.7.2
4.8. Memberikan tanggapan atas Laporan Hasil Pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengelolaan utang.
4.8.1
4.8.2
4.8.3
Mempelajari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) aparat pengawasan
fungsional berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan utang;
Menugaskan Sekretaris Direktorat Jenderal untuk melakukan
koordinasi dengan para Direktur untuk menyusun konsep
tanggapan atas LHP;
Mengoreksi dan menetapkan tanggapan atas Laporan LHP dari
aparat pengawasan fungsional.
4.9. Menetapkan Dokumen Perencanaaan dan Evaluasi Kinerja Direktorat
Jenderal.
4.9.4. Menugaskan Sekretaris Direktorat Jenderal untuk melakukan
koordinasi dengan para Direktur untuk menyusun konsep dokumen
perencanaaan dan evaluasi kinerja Direktorat Jenderal Pengelolaan
Utang;
4.9.5. Menetapkan dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang.
4.10. Melaksanakan kebijakan Penyusunan Indikator Kinerja Utama KemenkeuWide, One, dan Two Direktorat Jenderal.
4.10.4. Menugaskan Sekretaris Direktorat Jenderal untuk melakukan
koordinasi dengan para Direktur untuk menyusun konsep
dokumen Indikator Kinerja Utama Kemenkeu-Wide, One, dan Two
Direktorat Jenderal;
4.10.5. Menetapkan dokumen Indikator Kinerja Utama Kemenkeu-Wide
dan One.
4.11. Melaksanakan Kebijakan Operasional Pengelolaan Risiko Operasional Dan
Kepatuhan terhadap Standar Operasi Dan Prosedur Kerja, Kode Etik, dan
Peraturan Perundang-Undangan.
4.11.1. Menerima dan memeriksa rekomendasi hasil evaluasi dan
assesment risiko operasional, kepatuhan terhadap Standar
Operasi Dan Prosedur Kerja, Kode Etik, dan Peraturan PerundangUndangan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 4.11.2. Menetapkan langkah-langkah kebijakan sebagai tindak lanjut
terhadap hasil evaluasi risiko operasional dan kepatuhan dalam
rangka perbaikan, penyempurnaan dan good governance dalam
pengelolaan utang.
4.12. Menyiapkan rumusan kebijakan strategi pengelolaan utang jangka
menengah dalam rangka mencapai struktur portofolio yang optimal.
4.12.1. Mempelajari
dan
memeriksa
rumusan
dokumen
strategi
pengelolaan utang jangka menengah dalam rangka mencapai
struktur portofolio utang yang optimal yang disampaikan oleh
Direktur Strategi dan Portofolio Utang;
4.12.2. Melakukan pembahasan rumusan dokumen rumusan strategi
pengelolaan utang jangka menengah dengan Direktorat Strategi dan
Portofolio Utang, Direktorat Surat Utang Negara, Direktorat
Pembiayaan Syariah, Direktorat Pinjaman dan Hibah, Direktorat
Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen dan dan Sekretaris Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang;
4.12.3. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang untuk
menindaklanjuti hasil pembahasan dan mengajukan rumusan
strategi pengelolaan utang jangka menengah dan jangka panjang
strategi pengelolaan utang kepada Menteri Keuangan;
4.12.4. Menerima hasil penetapan strategi pengelolaan utang jangka
menengah dan jangka panjang strategi pengelolaan utang dari
Menteri Keuangan;
4.12.5. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah, Direktur Surat Utang
Negara, Direktur Pembiayaan Syariah dan Direktur Strategi dan
Portofolio Utang untuk menjadikan dokumen strategi pengelolaan
utang sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pengelolaan
utang.
4.13. Menetapkan Strategi Pengelolaan Utang Tahunan
Pembiayaan APBN melalui Utang (Debt Program).
dalam
rangka
4.13.1. Mempelajari dan memeriksa rumusan rencana Strategi Pengelolaan
Utang Tahunan dalam rangka pembiayaan APBN melalui utang
yang disampaikan oleh Direktur Starategi dan Portofolio Utang;
4.13.2. Melakukan pembahasan bersama rumusan dokumen Strategi
Pengelolaan Utang Tahunan dalam rangka pembiayaan APBN
melalui utang dengan Direktorat Strategi dan Portofolio Utang,
Direktorat Surat Surat Negara, Direktorat Pembiayaan Syariah,
Direktorat Pinjaman dan Hibah, Direkrtorat Evaluasi, Akuntansi
dan Setelmen dan Sekretaris Direktorat Jenderal;
4.13.3. Menetapkan dokumen Strategi Pengelolaan Utang Tahunan dalam
rangka pembiayaan APBN melalui utang;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 4.13.4. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah, Direktur Surat Utang
Negara dan Direktur Pembiayaan Syariah untuk menjadikan
dokumen Strategi Pengelolaan Utang Tahunan dalam rangka
pembiayaan APBN melalui utang sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan pengelolaan utang.
4.14. Melaksanakan Kebijakan Evaluasi Pelaksanaan Strategi Pengelolaan
Utang dan Revisi Strategi Pengelolaan Utang.
4.14.1. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang untuk
melakukan kajian evaluasi strategi pengelolaan utang jangka
Menengah;
4.14.2. Mempelajari dan memeriksa rekomendasi hasil evaluasi
pelaksanaan strategi pengelolaan utang yang disampaikan oleh
Direktur Strategi dan Portofolio Utang;
4.14.3. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang untuk
melakukan penyusunan rumusan revisi strategi pengelolaan utang
jangka menengah apabila strategi yang telah ditetapkan sudah
tidak sesuai dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi pasar;
4.14.4. Menerima dan memeriksa konsep rumusan revisi strategi
pengelolaan utang jangka menengah;
4.14.5. Melakukan pembahasan rumusan dokumen rivisi strategi
pengelolaan utang jangka menengah dengan Direktorat Strategi
dan Portofolio Utang, Direktorat Surat Utang Negara, Direktorat
Pembiayaan Syariah, Direktorat Pinjaman dan Hibah, Direktorat
Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen dan dan Sekretaris Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang;
4.14.6. Menetapkan revisi strategi pengelolaan utang jangka menengah
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pengelolaan
utang yang telah ditetapkan.
4.15. Melaksanakan Kebijakan Pengelolaan Portofolio Utang.
4.15.1. Penetapan, monitoring dan evaluasi target effective cost :
4.15.1.1. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang
untuk meyusun rumusan target effective cost
pembiayaan melalui utang;
4.15.1.2. Mempelajari dan memeriksa rekomendasi penetapan
target effective cost pembiayaan melalui utang yang
disampaikan Direktur Strategi dan Portofolio Utang;
4.15.1.3. Menetapkan terget effective cost pembiayaan melalui
utang;
4.15.1.4. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah, Direktur
Surat Utang Negara dan Direktur Pembiayaan Syariah
agar mempertimbangkan target effective cost dalam
setiap kegiatan pembiayaan utang;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 4.15.1.5. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang
untuk memantau capaian target effective cost dan
mengevaluasi penyebab pembiayaan utang secara
signifikan melebihi target effective cost yang telah
ditetapkan;
4.15.1.6. Menerima dan mempelajari hasil evaluasi penyebab
pembiayaan utang secara signifikan melebihi target
effective cost yang telah ditetapkan dari Direktur
Strategi dan Portofolio Utang;
4.15.1.7. Menetapkan langkah-langkah kebijakan pengelolaan
utang untuk mengantisipasi dampak yang akan timbul
dari pembiayaan utang secara signifikan melebihi target
effective cost yang telah ditetapkan.
4.15.2. Penetapan, monitoring dan evaluasi penetapan struktur portofolio
utang yang optimal:
4.15.2.1. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang
untuk meyusun rumusan penetapan struktur portofolio
utang yang optimal;
4.15.2.2. Mempelajari dan memeriksa dokumen struktur
portofolio utang dari Direktur Strategi dan Portofolio
Utang;
4.15.2.3. Menetapkan dokumen struktur portofolio utang;
4.15.2.4. Menugaskan Direktur Pinjaman dan Hibah, Direktur
Surat Utang Negara dan Direktur Pembiayaan Syariah
untuk menjadikan dokumen struktur portofolio utang
sebagai pedoman dalam setiap kegiatan pembiayaan
utang;
4.15.2.5. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang
untuk memantau struktur portofolio utang dalam
kegiatan pembiayaan dan melakukan evaluasi apabila
struktur portofolio tidak tercapai secara signifikan;
4.15.2.6. Menerima dan memeriksa hasil evaluasi struktur
portofolio utang yang tidak tercapai secara signifikan;
4.15.2.7. Mengambil langkah-langkah kebijakan pengelolaan
utang untuk mengantisipasi dampak yang timbul akibat
tidak tercapainya struktur portofolio utang yang
ditetapkan secara signifikan.
4.16. Merumuskan dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan Kewajiban
Kontijensi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
4.16.1. Menerima
dan memeriksa rumusan kebijakan pengelolaan
kewajiban kontijensi.
4.16.2. Mengendalikan eksposur kewajiban kontijensi melalui benchmark
suku bunga dan syarat ketentuan pinjaman berkoordinasi dengan
instansi terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 4.16.3. Menugaskan
Direktur Strategi dan Portofolio Utang untuk
memantau risiko dan kewajiban kontijensi.
4.16.4. Merumuskan langkah mitigasi risiko default (Guarantee risk)
berkoordinasi dengan instansi terkait;
4.16.5. Menugaskan Direktur Strategi dan Portofolio Utang untuk
melakukan penyelesaian terhadap kewajiban kontinjensi yang
telah menjadi utang.
4.17. Membina pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerja.
4.17.4. Memberikan pengarahan, nasihat dan menegakkan disiplin para
Direktur, Kasubdit, Kepala Seksi dan Pelaksana di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
4.17.5. Memberikan kesempatan pegawai di lingkungan di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang untuk mengembangkan
diri;
4.17.6. Mengusulkan mutasi dan promosi pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
4.17.7. Memberikan penilaian atas pelaksanaan pekerjaan para Direktur
di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
5. BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENYELESAIKAN PEKERJAAN:
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
5.10.
5.11.
5.12.
5.13.
5.14.
5.15.
5.16.
Disposisi dari Menteri Keuangan;
Kesepakatan dan keputusan rapat teknis;
Strategi pengelolaan portofolio utang;
Dokumen pengadaan dan transaksi pinjaman dan hibah: cash (liquid
funds), komersial, program, bilateral, dan multilateral;
Dokumen restrukturisasi pinjaman luar negeri;
Dokumen pelaksanaan transaksi SBN, meliputi lelang pembelian
kembali SBN, pelaksanaan lelang penerbitan SBN di pasar perdana,
penjualan SBN dalam valuta asing di pasar perdana internasional atau
pasar negara lain, penjualan SBN dengan cara Private Placement,
penjualan SBN Ritel di pasar perdana dan penjualan SUN secara
langsung;
Hasil riset dan masukan analisis/dealer/konsultan dari industri pasar
keuangan;
Laporan kajian pengembangan instrumen dan basis investor
Konsep laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan utang;
Surat dari instansi terkait;
Pertanyaan DPR;
LHP dari aparat pengawasan fungsional;
Konsep surat/ nota dinas yang disiapkan direktur;
Kode Etik;
Bloomberg;
Reuters;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 5.17.
5.18.
5.19.
5.20.
5.21.
5.22.
5.23.
5.24.
Publikasi di bidang ekonomi, keuangan termasuk pasar uang dan modal,
baik yang konvesional maupun syariah, pengelolaan risiko dan utang;
Fatwa dan opini syariah (pernyataan kesesuaian dengan prinsip-prinsip
syariah) dari lembaga yang berwenang;
Persetujuan DPR atas BMN yang akan digunakan sebagai underlying
asset penerbitan SBSN (Aset SBSN);
Dokumen hasil koordinasi dengan unit kerja dan instansi terkait dalam
rangka penyediaan BMN dan obyek pembiayaan SBSN termasuk proyek
infrastruktur yang akan digunakan sebagai underlying asset penerbitan
SBSN (Aset SBSN);
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Periode berjalan;
Rencana/Program Kerja Direktorat Jenderal Periode berjalan;
Penetapan Kinerja, Rencana Kerja Tahunan di lingkungan Direktorat
Jenderal;
Rencana Kerja Bagian di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal.
6. ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENYELESAIKAN PEKERJAAN :
6.1.
6.2.
6.3.
6.4.
6.5.
6.6.
6.7.
6.8.
6.9.
6.10.
6.11.
6.12.
6.13.
6.14.
6.15.
6.16.
6.17.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara;
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan
APBN;
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah
Negara;
Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
perubahannya;
Peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang terkait dengan
pengelolaan utang, moneter dan pasar modal;
Peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2008 tentang Perusahaan
Penerbit Surat Berharga Syariah Negara;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;
Peraturan/Keputusan/Surat Edaran Menteri Keuangan;
Peraturan/Keputusan/Surat Edaran Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang.
Pedoman administrasi umum Kementerian Keuangan;
Pedoman Tata naskah dinas Kementerian Keuangan/Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang;
Standard Operating Procedures (SOP).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 7. HASIL KERJA :
7.1.
7.2.
7.3.
7.1.
7.4.
7.5.
7.6.
7.7.
7.8.
7.9.
7.10.
7.11.
7.12.
7.13.
7.14.
7.15.
7.16.
7.17.
7.18.
7.19.
7.20.
7.21.
7.22.
7.23.
7.24.
7.25.
Rumusan kebijakan Kementerian Keuangan di bidang pengelolaan
pinjaman dan hibah dan SBN serta pengembangan pasar SBN;
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan Kementerian
Keuangan di bidang pengelolaan pinjaman dan hibah dan SBN serta
pengembangan pasar SBN;
Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal;
Rancangan uraian jabatan, spesifikasi jabatan, evaluasi jabatan, dan SOP
Direktorat Jenderal;
Konsep usulan dokumen perencanaan dan pelaporan kinerja organisasi,
dokumen jabatan fungsional dan Laporan Analisis Beban Kerja Direktorat
Jenderal;
Naskah MoU loan fact finding;
Naskah MoU loan appraisal mission;
Dokumen loan agreement/ grant agreement;
Dokumen credit agreement;
Naskah perjanjian hibah bilateral / multilateral;
Dokumen amandemen loan agreement/ grant agreement;
Konsep usulan restrukturisasi pinjaman (Paris Club);
Konsep usulan restrukturisasi pinjaman (Non Paris Club);
Rancangan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
terkait dengan pengelolaan utang;
Rancangan perubahan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pengelolaan utang;
Hasil kajian/review terhadap peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengelolaan utang;
Dokumen pelaksanaan Penerbitan, penjualan, pembelian kembali,
penukaran dan peminjaman Surat Berharga Negara;
Dokumen Ketetapan Hasil Lelang/Penjualan SBN;
Dokumen Ketentuan dan Persyaratan (Terms and Conditions) atau
Addendum Ketentuan dan Persyaratan (Terms and Conditions) SBN;
Dokumen-dokumen terkait penerbitan SBN dalam valuta asing;
Dokumen penunjukan atau pencabutan Dealer Utama;
Dokumen penetapan panel dalam rangka penerbitan SBN dalam valuta
asing;
Dokumen penunjukan agen penjual dan konsultan hukum dalam rangka
penerbitan SBN dalam valuta asing;
Dokumen penunjukan dan perjanjian dengan agen penjual ORI;
Daftar Nominasi Aset SBSN yang memuat BMN yang telah mendapat
persetujuan DPR untuk digunakan sebagai underlying asset penerbitan
SBSN (Aset SBSN);
Daftar proyek infrastruktur yang akan dibiayai dengan SBSN yang
merupakan hasil koordinasi dengan unit kerja dan instansi terkait, serta
telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan untuk digunakan sebagai
underlying asset penerbitan SBSN (Aset SBSN);
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 7.26. Dokumen transaksi dan dokumen hukum dalam rangka penerbitan SBSN
termasuk akad-akad terkait dengan SBSN yang diterbitkan;
7.27. Prosedur Operasi Standar Pengelolaan Utang dan Uraian Jabatan;
7.28. Kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
7.29. Rencana Kerja, Rencana Strategis, dan LAKIP Direktorat Jenderal;
7.30. Tanggapan LHP Direktorat Jenderal;
7.31. Jawaban pemerintah atas pertanyaan DPR dari Direktorat Jenderal;
7.32. Naskah akademis, Peraturan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Keuangan;
7.33. IKU Kemenkeu Wide, One, Two, dan Three;
7.34. Dokumen Pengelolaan Manajemen Risiko Direktorat Jenderal Pengelolaan
Utang;
7.35. Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) BA 999.01 dan BA
999.02;
7.36. Surat Perintah Membayar (SPM) Pengelolaan Utang.
8. WEWENANG :
8.1. Memberikan usul, saran, pendapat, rekomendasi, dan jawaban yang
disampaikan kepada Menteri Keuangan;
8.2. Menetapkan jadwal penerbitan, pembelian kembali, penukaran SBN;
8.3. Menetapkan target jumlah dan harga indikatif dalam penerbitan,
pembelian kembali dan penukaran SBN;
8.4. Menetapkan Tim negosiasi pengadaan PHLN dan tim sejenis terkait
dengan pengadaan Pinjaman dan Hibah Dalam Negeri;
8.5. Menetapkan indikatif terms & conditions dalam perjanjian pinjaman;
8.6. Menetapkan hasil seleksi penjamin emisi obligasi/joint lead managers &
joint bookrunners dalam penerbitan SBN internasional;
8.7. Menetapkan metode penerbitan SBN, yaitu melalui lelang, bookbuilding
atau private placement;
8.8. Menetapkan lembaga keuangan yang menjadi lenders/kreditor pinjaman;
8.9. Menandatangani loan agreement/grant agreements/credit agreements atas
nama Menteri Keuangan;
8.10. Mengajukan dan/atau menetapkan dokumen Penerbitan, penjualan,
pembelian kembali, penukaran dan peminjaman Surat Berharga Negara;
8.11. Menetapkan dokumen yang terkait dengan Rencana Kerja dan Anggaran
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
8.12. Menetapkan strategi pelaksanaan pengelolaan portofolio pinjaman dan
hibah dan SBN atas nama Menteri Keuangan;
8.13. Menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk Kemenkeu-Wide dan One
8.14. Menetapkan prosedur untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan akses
data dan informasi pengelolaan utang;
8.15. Menetapkan code of conduct;
8.16. Menetapkan prosedur operasi standar;
8.17. Menandatangani surat, laporan, daftar, atau dokumen lain terkait
pelaksanaan tugas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 9. TANGGUNG JAWAB :
9.1. Kebenaran atas usul, saran, pendapat, rekomendasi, dan jawaban yang
disampaikan kepada Menteri Keuangan;
9.2. Kebenaran atas jadwal penerbitan, pembelian kembali, penukaran SBN
yang ditetapkan;
9.3. Kebenaran atas target jumlah dan harga indikatif dalam penerbitan,
pembelian kembali dan penukaran SBN yang ditetapkan;
9.4. Kebenaran atas tim pengadaan pinjaman dan hibah yang ditetapkan;
9.5. Kebenaran atas indikatif terms & conditions dalam perjanjian pinjaman
yang ditetapkan;
9.6. Kebenaran atas hasil seleksi penjamin emisi obligasi/joint lead managers
& joint bookrunners dalam penerbitan SBN internasional;
9.7. Kebenaran atas metode penerbitan SBN, yaitu melalui lelang,
bookbuilding atau Private Placement yang ditetapkan;
9.8. Kebenaran atas atas lembaga keuangan yang menjadi lenders/kreditor
pinjaman yang ditetapkan;
9.9. Kebenaran atas loan agreement/grant agreements/credit agreements atas
nama Menteri Keuangan yang ditandatangani;
9.10. Kebenaran atas dokumen Penerbitan, penjualan, pembelian kembali,
penukaran dan peminjaman Surat Berharga Negara yang diajukan
dan/atau ditetapkan;
9.11. Kebenaran atas dokumen yang terkait dengan Rencana Kerja dan
Anggaran Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang ditetapkan;
9.12. Kebenaran atas strategi pelaksanaan pengelolaan portofolio pinjaman dan
hibah dan SBN atas nama Menteri Keuangan yang ditetapkan;
9.13. Kebenaran atas prosedur untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan
akses data dan informasi pengelolaan utang yang ditetapkan;
9.14. Kebenaran atas code of conduct yang ditetapkan;
9.15. Kebenaran atas prosedur operasi standar yang ditetapkan;
9.16. Kebenaran atas surat, laporan, daftar, atau dokumen lain terkait
pelaksanaan tugas yang ditandatangani;
9.17. Terjaganya kerahasiaan pelaksanaan tugas;
9.18. Kebenaran atas penetapan metode penerbitan SBN, yaitu melalui lelang,
bookbuilding atau private placement;
9.19. Kebenaran
atas
ketetapan
hasil
lelang/penjualan
SBN
yang
ditandatangani atas nama Menteri Keuangan;
9.20. Kebenaran atas dokumen terms & conditions SBN atau addendum terms &
conditions SBN ;
9.21. Kebenaran atas dokumen-dokumen terkait penerbitan SBN dalam valuta
asing yang ditandatangani atas nama Menteri Keuangan;
9.22. Kebenaran atas surat penunjukan atau pencabutan Dealer Utama yang
ditandatangani atas nama Menteri Keuangan;
9.23. Kebenaran atas perjanjian dengan lembaga pemeringkat (rating agency)
terkait dengan penerbitan SBN;
9.24. Kebenaran atas Tim atau Panitia yang mendukung pelaksanaan transaksi
SUN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 10.DIMENSI JABATAN :
10.1. Dimensi Finansial :
10.1.1. Nilai instrumen pembiayaan yang direncanakan akan diterbitkan
untuk satu tahun anggaran, baik dalam bentuk Surat Berharga
Negara maupun dalam bentuk pinjaman.
10.1.2. Jumlah penerbitan disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan
dalam APBN, yang terdiri dari :
10.1.2.1. Total nilai utang yang dikelola mencapai Rp1.804
triliun;
10.1.2.2. Target kebutuhan pembiayaan APBN tahunan, sesuai
UU APBN dan Perubahannya;
10.1.2.3. Beban pembayaran pokok dan bunga tahun 2011
mencapai Rp115 triliun;
10.1.2.4. Potensi total nilai Barang Milik Negara yang dijadikan
sebagai underlying asset dalam penerbitan SBSN
mencapai sebesar Rp 974 trilun.
10.2. Dimensi Non Finansial;
10.2.1.
Total loan agreement yang dikelola mencapai sebanyak 4.553
dokumen,
10.2.2.
Total grant agreement yang dikelola mencapai sebanyak 900
dokumen;
10.2.3.
Jumlah dokumen transaksi penarikan dan pembayaran utang
luar negeri mencapai sebanyak 8.000 dokumen;
10.2.4.
Jumlah SPM Utang Luar Negeri/Surat Berharga Negara
mencapai sebanyak 2500;
10.2.5.
Bank dan perusahaan sekuritas yang ditunjuk sebagai primary
dealers sebanyak 18 lembaga keuangan (tahun 2010);
10.2.6.
Bank dan perusahaan sekuritas yang ditunjuk sebagai agen
penjual ORI sebanyak 23 agen penjual (tahun 2010);
10.2.7.
Investment Bank yang ditunjuk sebagai Panel Member dan Joint
Lead Manager dalam rangka penerbitan SUN valas (termasuk
SUN dalam denominasi Yen);
10.2.8.
Konsultan Hukum Internasional dan Konsultan Hukum Lokal
dalam rangka penerbitan SUN valas (termasuk SUN dalam
denominasi Yen);
10.2.9.
Jumlah lender/donor bilateral sebanyak 30 negara;
10.2.10. Jumlah lender/donor multilateral sebanyak 6 lembaga;
10.2.11. Jumlah kementerian/lembaga sebanyak 38;
10.2.12. Jumlah pemerintah propinsi sebanyak 33;
10.2.13. Jumlah pemerintah kabupaten/kota sebanyak 439;
10.2.14. Jenis dan jumlah transaksi SUN;
10.2.15. Jenis dan jumlah instrumen pembiayaan syariah;
10.2.16. Jenis dan jumlah Pinjaman berbasis syariah.
10.2.17. Jenis dan jumlah transaksi SBSN.
10.2.18. Jenis dan jumlah aqad/perjanjian penerbitan SBSN.
10.2.19. Unit koordinasi terkait kebijakan pembiayaan syariah:
10.2.19.1.
Menteri Keuangan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 10.2.19.2.
10.2.19.3.
10.2.19.4.
10.2.19.5.
10.2.19.6.
10.2.19.7.
10.2.19.8.
10.2.19.9.
10.2.19.10.
10.2.19.11.
10.2.19.12.
10.2.19.13.
10.2.20.
10.2.21.
10.2.22.
10.2.23.
10.2.24.
Komite Syariah SBSN;
Komite Kebijakan Pengelolaan Utang (KKPU);
Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
Internal Ditjen Pengelolaan Utang;
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
Direktorat Jenderal Pajak;
Biro Hukum Kementerian Keuangan;
Instansi Pengguna Barang Milik Negara;
Bank Indonesia;
Bapepam dan Lembaga Keuangan;
Bappenas;
SROs/Dealers
/Bank
Penata
Usaha/Wali
Amanat;
10.2.19.14. Market analysts, pelaku pasar, dan investors;
10.2.19.15. Mejelis Ulama Indonesia/ Dewan Syariah
Nasional;
10.2.19.16. International Islamic Financial Market (IIFM);
10.2.19.17. International Financial Services Board (IFSB);
10.2.19.18. Accounting and Auditing Organisation for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI);
10.2.19.19. Islamic Development Bank (IDB);
10.2.19.20. Islamic Research and Training Institute (IRTI);
10.2.19.21. Masyarakat Ekonomi Syariah (MES);
10.2.19.22. Lembaga keuangan syariah dalam dan luar
negeri;
10.2.19.23. Asosiasi syariah di bidang perbankan, asuransi,
dan pasar modal;
10.2.19.24. Rating Agencies: Standard & Poors, Moody’s,
Fitch, International Islamic Rating Agency (IIRA),
Malaysian Rating Corporation Berhad (MRCB).
Transaksi pendukung (underlying transaction) atas sejumlah
tertentu aset berupa Barang milik Negara dan obyek
pembiayaan SBSN yang akan menjadi dasar atas nilai Sukuk
yang diterbitkan
Barang Milik Negara yang dapat digunakan sebagai dasar
penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, dapat berupa: (i)
tanah dan/atau bangunan, dan (ii) selain tanah dan/atau
bangunan yang jenis, nilai dan spesifikasinya ditetapkan oleh
Menteri.
Jumlah Sumber Daya Manusia yang mendukung pelaksanaan
pengelolaan utang sebanyak 334 orang.
Data/informasi
yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan
perencanaan dan perumusan kebijakan portofolio instrumen
pembiayaan syariah, antara lain indikator portofolio
pembiayaan syariah;
Pertimbangan aspek pengendalian risiko yang perlu
diperhatikan
dalam
pelaksanaan
program
kebijakan
pembiayaan syariah;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 10.2.25.
10.2.26.
10.2.27.
Dokumen hukum terkait pengelolaan dan pelaksanaan
penerbitan, penjualan, pembelian kembali, penukaran dan
peminjaman Surat Berharga Negara.
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengelolaan utang.
Obyek pembiayaan yang dapat digunakan sebagai underlying
asset penerbitan SBSN (Aset SBSN), dapat berupa proyek
APBN maupun selain proyek APBN yang jenis, sepesifikasi, dan
nilainya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
11.HUBUNGAN KERJA :
11.1.
11.2.
11.3.
11.4.
11.5.
11.6.
11.7.
11.8.
11.9.
11.10.
11.11.
11.12.
11.13.
11.14.
11.15.
Menteri Keuangan dalam hal menerima tugas, pengarahan dan
menyampaikan usul, saran dan pendapat mengenai pelaksanaan tugas;
Sekretaris Direktorat Jenderal dan para direktur di lingkungan
Direktorat Jenderal dalam hal koordinasi pelaksanaan tugas;
Para pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan terkait dalam hal
pelaksanaan tugas;
Para pejabat di lingkungan Kementerian/Lembaga dalam hal
pelaksanaan tugas;
Para pejabat Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan perbankan
serta agen fiskal;
Para pejabat Self Regulatory Organization (SRO) di bidang pasar modal
yaitu: bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyelesaian dan penyimpanan, Himpunan Pedagang Surat Utang
Negara (Himdasun) dalam rangka pelaksanaan tugas;
Para pelaku pasar, investor, lender, dan konsultan dalam dan luar negeri
terkait dalam pelaksanaan tugas;
Pejabat Lembaga pemeringkat (rating agency): Moody’s, Standard and
Poors, Fitchs, Rating and Investment;
Export Credit Agency di seluruh dunia, misalnya Hermes (Jerman),
Atadrius (Belanda), COFACE (Perancis), JCRA (Jepang);
Pejabat Otoritas di bidang pasar modal dan lembaga keuangan ;
Pejabat Lembaga keuangan internasional antara lain: IMF, World Bank,
IDB, ADB,JBIC, UNDP, AUSAID;
Pejabat Lembaga yang memiliki otoritas di bidang syariah misalnya:
Dewan Syariah Nasional-MUI, Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institution (AAOIFI), Islamic International Financial
Market (IIFM), Islamic Financial Service Board;
Anggota Forum kerjasama ekonomi internasional: OECD, Asean+3,
ABMI, ASEM, Debt Manager’s Forum, UNCTAD;
Para pejabat di lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan;
Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 12.MASALAH DAN TANTANGAN JABATAN :
12.1. Masih belum terciptanya sinergi antara kebijakan pengelolaan utang dan
kebijakan pengelolaan kas, sehingga diperlukan koordinasi yang lebih
intensif antara unit eselon I terkait di lingkungan Kementerian Keuangan;
12.2. Belum memadainya dukungan prosedur administrasi anggaran untuk
mendukung pengelolaan utang secara aktif (active portfolio management),
sehingga diperlukan pengaturan yang dapat mengakomodir kebutuhan;
12.3. Tidak dimungkinkan adanya pre-financing dalam mekanisme APBN untuk
mengakomodir peluang pasar Surat Berharga Negara yang ada;
12.4. Belum tingginya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai Surat
Berharga Negara dan masih munculnya persepsi negatif terhadap
pinjaman luar negeri sehingga perlu adanya sosialisasi yang
berkesinambungan dan intensif;
12.5. Masih ditempatkannya utang sebagai residual di dalam kebijakan fiskal
sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kebijakan primary
balance;
12.6. Sangat besarnya jumlah utang yang dikelola (mencapai lebih kurang Rp
1.300 triliun), sehingga secara terus-menerus diperlukan upaya
peningkatan kualitas dan kapasitas agar pengelolaan utang dapat
dilaksanakan secara efisien dan prudent di tengah perkembangan pasar
keuangan yang sangat dinamis;
12.7. Lemahnya perencanaan dan/atau tidak terpenuhinya readiness criteria
oleh Kementerian Negara / Lembaga sebelum negosiasi loan agreement,
sering
menimbulkan
permasalahan
atas
keterlambatan
dalam
penyelesaian proyek / kegiatan oleh Executing Agency dan berakibat
rendahnya tingkat penyerapan dana (disbursement ratio). Untuk itu
sebelum negosiasi loan agreement perlu ditegaskan dan dipastikan bahwa
persyaratan dalam readiness criteria telah terpenuhi oleh Kementerian
Negara / Lembaga yang bersangkutan;
12.8. Database manajemen utang yang belum terintegrasi.
13.RISIKO JABATAN:
Tidak Ada.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
14. SYARAT JABATAN:
14.1.
14.2.
14.3.
14.4.
Pangkat/ golongan
: Pembina Utama Madya (IV/d)
Pendidikan formal
: Strata 1/Strata 2/Strata 3
Diklat/Kursus
: Diklatpim I
Syarat lainnya
:
14.4.1. Pernah menduduki jabatan eselon II, terutama di unit yang
menangani bidang manajemen investasi dan risiko, dan pasar
keuangan (pasar uang dan modal);
14.4.2. Menguasai bahasa Inggris baik secara aktif/lisan maupun
tulisan;
14.4.3. Memahami instrumen dan pasar keuangan (pasar uang dan
pasar modal termasuk pasar derivatif) serta peranan dan
fungsi lembaga keuangan;
14.4.4. Memahami konsep manajemen fiskal dan moneter;
14.4.5. Memahami konsep pengelolaan utang serta aplikasinya secara
operasional;
14.4.6. Memahami peraturan perundang-undangan tentang SBN dan
pasar modal;
14.4.7. Memahami mekanisme teknis perdagangan surat berharga di
pasar uang dan modal;
14.4.8. Memahami konsep pembiayaan proyek (project financing);
14.4.9. Mempunyai kemampuan atau ketrampilan untuk melakukan
negosiasi dan drafting dokumen perjanjian pinjaman;
14.4.10.Standar Kompetensi:
14.4.10.1. Visioning (4);
14.4.10.2. In Debt Problem Solving & Analysis (3);
14.4.10.3. Decisive Judgement (4);
14.4.10.4. Championing Change (4);
14.4.10.5. Business Acumen (4);
14.4.10.6. Planning & Organizing (4);
14.4.10.7. Quality Focus (4);
14.4.10.8. Continous Improvement (4);
14.4.10.9. Stakeholder Focus (4);
14.4.10.10. Integrity (4);
14.4.10.11. Resilience (4);
14.4.10.12. Continous Learning (3);
14.4.10.13. Managing Others (4);
14.4.10.14. Relationship Management (4);
14.4.10.15. Negotiation (4);
14.4.10.16. Interpersonal Communication (4)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 15.KEDUDUKAN JABATAN:
MENTERI
KEUANGAN
INSPEKTUR
JENDERAL
DIREKTUR JENDERAL
ANGGARAN
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
DIREKTUR JENDERAL BEA
DAN CUKAI
DIREKTUR JENDERAL
PERBENDAHARAAN
SEKRETARIS
JENDERAL
DIREKTUR JENDERAL
KEKAYAAN NEGARA
SEKRETARIS DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTUR JENDERAL
PERIMBANGAN KEUANGAN
DIREKTUR
PINJAMAN DAN HIBAH
DIREKTUR JENDERAL
PENGELOLAAN UTANG
DIREKTUR
SURAT UTANG NEGARA
KETUA BADAN PENGAWAS
PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN
DIREKTUR
PEMBIAYAAN SYARIAH
KEPALA BADAN KEBIJAKAN
FISKAL
DIREKTUR
STRATEGI DAN PORTOFOLIO
UTANG
a.n. MENTERI KEUANGAN,
Plt. SEKRETARIS JENDERAL
K.A. BADARUDDIN
NIP 195703291978031001
KEPALA BADAN
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KEUANGAN
DIREKTUR EVALUASI, AKUNTANSI,
DAN SETELMEN
Download