Majalah Ekonomi Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN INDUSTRI KECIL DENGAN PROSES JOBBING DI JAWA TIMUR Soedewi Soedorowerdi Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga ABSTRAK Di Indonesia menurut Hafsah (2000 : 150) usaha kecil mengalami permasalahan internal di antaranya mempunyai keterbatasan permodalan dan kurangnya akses perbankan dan pasar, mengakibatkan lemah dalam struktur kapitalnya. Industri kecil kerajinan kulit di Jawa Timur tidak dipengaruhi oleh permasalahan struktur modal dan perputaran modal kerja, karena mendukung Pecking Order Theory yang dinyatakan oleh Myers (1984). Hasil penelitian mendukung temuan Cassar dan Holmes (2003) dan Schafer et al (2004), Smal and Medium Sired Enterprice di Australia dan German menunjukkan bahwa SMEs lebih banyak menggunakan modal sendiri daripada hutang. Dengan modal sendiri akan menurunkan resiko kebangkrutan karena adanya beban bunga. Kata Kunci : Pecking Order, Capital Structure, Working Capital Turn Over. 1. PENDAHULUAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Yayasan Dana Bakti Astra, (YDBA) pada awal tahun 2002 terlihat bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki banyak kelemahan, di antaranya pada bidang pemasaran, permodalan, teknologi, organisasi, dan manajemen. Di tengah badai krisis multidimensi yang masih mendera Indonesia, ternyata UKM masih memberikan kontribusinya dalam menopang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) bangsa ini. Kontribusinya menyumbang menciptakan lapangan kerja tingkat penanaman modal kerja yang rendah, serta mengisi market nice yang tidak efisien dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan yang berskala besar. UKM di samping itu merupakan pusat lapangan kerja bagi tenaga kerja yang tidak terdidik dan semi skill workers. Di Jawa Timur ada sejumlah UKM yang proses manufakturingnya menggunakan Jobbing. Menurut Hill (1994) Jobbing adalah proses manufacturing yang menghimpun masukan bahan baku dan tenaga kerja diubah menjadi produk pesanan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan, dikerjakan dengan menggunakan keahlian tertentu untuk membuatnya. Produk tersebut tidak akan diperlukan dalam bentuk yang persis sama untuk kedua kalinya. Pesanan cenderung datang tidak teratur dengan jangka waktu pemesanan yang lama antara pesanan yang satu dengan berikutnya. Usaha kecil tersebut umumnya membuat sepatu, tas, alas kaki atas pesanan khusus seperti etnik -333- Majalah Ekonomi Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) tertentu yang memiliki ukuran kecil etnis Cina, kaum waria, artis, penyandang cacat kaki, para anggota TNI, POLRI, sekolah AMN, AAL, AAU menggunakan seragam kerja pakaian dan alas kaki yang sama. Pasar yang dilayani usaha-usaha berskala kecil merupakan market nice yang tidak dilayani oleh perusahaan besar karena tidak efisien baginya dan pasar individual. Pendanaan awal dari bisnis berskala kecil sering berpola menurut tipikal perencanaan pendanaan pribadi. Seorang calon wirausaha pertama kali akan menggunakan tabungan pribadi dan kemudian mencoba mendapatkan akses pada tabungan keluarga dan teman. Jika sumber ini tidak mencukupi, wirausaha akan mencari saluran resmi pendanaan, seperti bank dan investor dari pihak luar perusahaan. Kebanyakan sumber, pendanaan dari luar perusahaan adakah pendanaan utang, yang berasal dari investor perseorangan, pemberi pinjaman berdasarkan aktiva, penyalur, bank komersial, program yang didukung pemerintah, dan lembaga keuangan masyarakat. Utang dagang adalah kredit yang diberikan oleh penyalur, adalah sumber dana jangka pendek yang sering digunakan oleh usaha kecil. Utang dagang mempunyai durasi yang singkat 30 hari dan tanpa jaminan. Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 1998 menunjukkan bahwa usaha kecil menengah di Indonesia, industri Kecil dan Industri rumah Tangga memang tidak berminat pinjam uang dari Bank dengan alas an tidak punya anggunan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh permodalan pada industri berskala kecil terhadap kinerja keuangannya yang sementara ini dianggap permodalan adalah salah satu dari beberapa kendala yang harus dihadapi usaha yang berskala kecil, namun pada sisi lain saat ini masih mampu bertahan hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Cassar dan Holmes (2003) dan Schafer et al (2004) terhadap perusahaan kecil dan menengah (small and Medium Sized Enterprises / SMEs) di Australia dan German menunjukkan bahwa SMEs lebih suka menggunakan modal sendiri daripada hutang. Dengan modal sendiri akan menurunkan resiko kebangkrutan karena adanya beban bunga, temuan ini mendukung Packing Order Theory. 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perputaran Modal Kerja Modal kerja pada usaha kecil pada umumnya didanai dari tabungan pribadi wirausaha, yang kemudian menjadi modal ekuitasnya. Bila tak mencukupi mencoba mendapatkan dari akses tabungan keluarga dan dana yang berasal dari pinjaman extern di antaranya kredit jangka pendek seperti kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembelian, aksep, serta kredit jangka panjang. Modal kerja adalah modal yang harus selalu ada di dalam perusahaan guna menjamin kelangsungan hidup usaha berupa tersedianya bahan baku untuk satu periode kurang dari satu tahun, cadangan kas untuk membayar gaji, biaya operasional untuk operasional harian, penjualan, administrasi dan sebagainya. Komponen modal kerja terdiri aktiva lancar kas, persediaan, piutang dan hutang lancar. Pendanaan modal kerja persediaan bahan baku, diperoleh usaha kecil dari pemasok -334- Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) Majalah Ekonomi yang menjadi rekanannya, secara spontan menawarkan pembayaran secara kredit misalkan dengan 2/10 net 30. Usaha kecil akan mendapat potongan 2% jika membayar tunai, dan mendapat kesempatan membayar setelah 20 hari dari waktu setelah penyerahan barang. Usaha kecil kerajinan ini pada umumnya mendapat modal kerja dari pemberi order atau pemesan, berupa uang muka 50% dari besarnya order, bahkan persentase tersebut bervariasi. Usaha kecil umumnya memanfaatkan keanggotaannya pada koperasi produksi, untuk memperoleh bahan baku dengan harga koperasi, serta mendapat kredit lunak dari koperasi. Kebutuhan modal kerja untuk aktiva piutang hampir tidak ada karena pada dasarnya begitu order selesai diserahkan kepada pemesan akan langsung dibayar tunai. Hampton dan Wagner (1989) mendefinisikan modal kerja sebagai selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang kemudian disebut sebagai net working capital. Penelitian ini mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber dana yang tertanam dalam modal kerja yang berputar rata-rata dalam satu tahun terhadap tingkat penjualannya oleh Riyanto (1992) untuk mengukur perputaran modal kerja digunakan rasio working capital turn over, dengan membandingkan penjualan bersih dengan modal kerja untuk mengukur perputaran modal kerja dengan formula; P.M .K PB ........................................................................................... (2.1) MK PMK = adalah Perputaran Modal Kerja PB = adalah Penjualan Bersih MK = adalah Modal Kerja 1.1. Struktur Modal Pada saat sumber dana intern tidak mencukupi, terpaksa mencari sumber pembiayaan dari luar perusahaan dengan hutang, maka timbulah persoalan yang disebutkan sebagai persoalan struktur modal, atau kapitalisasi. Menurut Weston dan Copeland (1997 : 19) kapitalisasi adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa struktur modal adalah kombinasi dari pembiayaan hutang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Selama ini terdapat dua pendapat yang bertentangan berkaitan hubungan antara struktur modal dan kinerja. Pendapat pertama menyatakan bahwa semakin besar hutang yang digunakan, maka semakin besar kewajiban perusahaan membayar angsuran dan biaya bunga. Apabila hal tersebut terus menerus dilakukan akan mempersulit keuangan perusahaan dan membawa resiko kebangkrutan. Pendapat ini konsisten dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik memilih laba ditahan sebagai sumber dana utama bagi dana investasi, jika laba ditahan tidak mencukupi baru menggunakan alternatif hutang. Pendapat kedua menyatakan bahwa bertambahnya sumber dana hutang mencerminkan perkembangan perusahaan yang akan meningkatkan kinerja perusahaan. -335- Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) Majalah Ekonomi RHE H ................................................................................................. (2.1) E RHE = adalah Rasio hutang terhadap ekuitas H = adalah Total hutang jangka panjang E = adalah Ekuitas 2.3. Perputaran Modal Kerja Kinerja (performance) perusahaan dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, di antaranya Helfert (2000 : 67-81) mengukur kinerja-kinerja infrastruktur perusahaan dengan memperhatikan bidang investasi, pembiayaan dan operasional perusahaan. Berdasarkan gagasan bahwa suatu bisnis harus mendapat laba atau penghasilan, di samping harus mencukupi biaya modal. Tanpa prospek tidak akan menciptakan kekayaan bagi investor. Oleh karena itu kinerja keuangan diukur dengan laba setelah dikurangi dengan beban bunga dan pajak, yang kemudian disebut sebagai EAT (Earning Affter Tax). 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual Dengan memperhatikan hubungan antara variabel dalam penelitian sebagaimana diuraikan di atas, serta berdasarkan teori-teori penelitian terdahulu maka kerangka konseptual penelitian dirumuskan pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian 3.2. Hipotesis Berdasarkan uraian latar belakang, maka diajukan hipotesis: Bahwa perputaran modal kerja (1) struktur modal (2) secara bersama-sama maupun secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan industri berskala kecil pada jobbing manufaktur kulit dan imitasi di Jawa Timur. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pengujian hipotesis dilakukan menggunakan model regresi berganda dengan perangkat lunak komputer program Statistical Package for Social Science 10. -336- Majalah Ekonomi Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) 3.4 Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas (variabel ), terdiri dari, yaitu: a. Variabel 1, yaitu Perputaran Modal Kerja b. Variabel 2, yaitu Struktur Modal Kerja 2. Variabel terikat () yaitu kinerja keuangan industri berskala kecil pada Jobbing manufaktur kulit dan imitasi di Jawa Timur. 3.5 Definisi Operasional Variabel 1. Variabel tergantung () adalah kinerja keuangan industri berskala kecil pada jobbing manufaktur kulit dan imitasi di Jawa Timur diukur dari laba setelah dikurangi dengan beban bunga dan pajak yang kemudian disebut EAT (Earing Affter Tax) juga dinyatakan dalam nilai rupiah pertahun (Rp .......... / th) 2. Variabel bebas pada penelitian ini , struktur modal (1), adalah kombinasi utang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai usaha perusahaan. Cara mengukurnya dengan rasio hutang terhadap ekuitas. Perputaran modal kerja (2) adalah sejumlah dana yang tertanam dalam modal kerja yang berputar beberapa kali untuk menunjang tingkat penjualan yang dibutuhkan untuk aktivitas operasi jangka pendek. Cara mengukurnya dengan rasio, nilai rupiah penjualan bersih terhadap nilai rupiah modal kerja. 3.6. Tehnik Analisis Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda sebagai berikut: = + 1 1 + 2 2 + = adalah Kinerja Keuangan 1 = adalah Struktur Modal = adalah Perputaran Modal Kerja 2 = adalah Kesalahan / error 1, 2 = adalah Koefisiensi Regresi 1, 2 = adalah Konstanta Uji Statistik menggunakan Software SPSS 10. 3.7. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah group industri berskala kecil kerajinan kulit dan imitasi di Jawa Timur, jumlah populasi tidak dapat diketahui dengan pasti banyak yang sudah tutup kena bencana banjir Mojokerto dan Lumpur Lapindo Sidoarjo, dijumpai 45 industri kecil kerajinan kulit dan imitasi dengan proses Jobbing semuanya diteliti secara sensus. -337- Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) Majalah Ekonomi 4. a. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analsis Deskriptif Hasil Penelitian Data empiris komposisi modal usaha kerajinan kulit mengindentifikasikan 71% dari 45 usaha kecil kerajinan kulit dan imitasi di Jawa Timur yang mempunyai ciri ; 1) mempunyai nilai asset maksimum dua ratus juta rupiah tidak termasuk nilai bangunan dan tanah. 2) omset penjualan tahunan maksimum satu milyar rupiah (UU RI No : 9 / 1995 tentang usaha kecil, pasal 5 ayat 1 dan 2) mempunyai tanda daftar industri pada Kandep Deperindag Provinsi Jawa Timur sampai dengan tahun 2005, usaha kerajinan kulit dan imitasi menyatakan usahanya tanpa menarik dana hutang jangka panjang. Usaha kecil merasa tidak perlu pinjam, dana yang dimiliki cukup untuk melayani pesanan pelanggannya. Pada satu sisi bila ingin menambah dana untuk produksi tidak tahu target pasarnya yang baru. Pengusaha kecil mempunyai pengetahuan terbatas dalam mencari tambahan dana. Di samping itu usaha kecil sulit memperoleh akses perbankan karena tidak mempunyai agunan, pada kenyataannya jika pinjam ke bank akan terbebani berbagai biaya administrasi hingga dana yang diterima lebih kecil dari nilai nominal pinjaman. Di samping itu biaya menarik dana dari luar perusahaan lebih mahal ,dan ada rasa takut tidak sanggup membayar bunga. Usaha Kecil Kerajinan Kulit dan Imitasi condong pengikut pecking order theory. Teori tersebut mengutamakan penggunaan modal sendiri daripada hutang untuk membiayai usahanya. Distribusi nilai perputaran modal kerja UK 67% perputaran modal kerjanya hanya berkisar 1-2 perputaran dalam satu tahun karena Usaha kecil pada umumnya beroperasi atas dasar pesanan. Kondisi perputaran modal kerja Usaha Kecil rendah, karena pasar yang dilayani kecil serta jumlah pembeliannya terbatas dan sifatnya musinman. b. Analisis Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Tabel 1 Analisis Regresi Struktur modal dan perputaran modal kerja terhadap kinerja keuangan. Tabel 1 ANALISIS REGRESI STRUKTUR MODAL DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN. R ,245a R Sq ARS Std. Error 0,60 0,015 28.789,046 Model Enter Model SOS df MS F Sig. 1 Regression 2,22E + 09 9 1110366234 1,340 ,273a 828809141,9 Residual 3,48E + 10 35 Total 3,70E + 10 44 -338- Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) Majalah Ekonomi Model Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) -7252,495 14825,389 Perputaran MK rata-rata 11728,854 7270,985 -186,693 509,771 Rasio Hutang terhadap ekuitas Standardized Coefficients T Sig. -489 ,627 ,242 1,613 ,114 -055 -,366 ,716 Beta Sumber :lampiran C Dari model summary diperoleh R sebesar 0,245 menunjukkan hubungan EAT dengan variabel struktur modal dan perputaran modal kerja adalah lemah. Hasil adjusted R sequare adalah 0,015 berarti EAT hanya dipengaruhi oleh struktur modal dan perputaran modal kerja sebesar 1,5% saja. Dari uji Anova atau F test diperoleh F hitung 1,340 dengan tingkat signifikasi 0,273a karena probabilitas 0,273 maka model regresi tidak dapat dipakai untuk memprediksi EAT. Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel terlihat pada kolom significance variabel perputaran modal kerja struktur modal masing-masing diperoleh signifikansi 0,114 dan 0,716 di atas 0,05 dua variabel tidak mempengaruhi EAT. c. Pembahasan Hasil kajian studi ini ternyata secara simultan maupun secara partial struktur modal dan perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap EAT kinerja keuangan usaha kecil. Temuan ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya penggunaan hutang tidak mempengaruhi kinerja industri kecil. Hasil temuan berikutnya menunjukkan bahwa studi ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sirat (2002), yang menemukan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap kinerja keuagan usaha kecil, industri manufaktur di Jawa Timur, karena usaha kecil kerajinan kulit dan imitasi ini baru mampu meniru produk yang beredar, kemampuan operasinya masih rendah sehingga kebutuhan modal kerja dan perputaran modal kerjanya rendah. 5. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN 1. Hasil temuan memberi dukungan atas penerapan Pecking Order Theory Myers (1984) yang mengungkapkan teori urutan kekuasaan menyatakan bahwa perusahaan lebih baik memilih laba ditahan sebagai sumber utama bagi dana investasi jika laba ditahan tak mencukupi baru pinjaman, untuk usaha kecil. Dengan modal sendiri akan menurunkan resiko kebangkrutan karena ada beban bunga usaha kecil sulit memperoleh akses perbankan karena tidak mempunyai agunan, bila ingin menambah -339- Majalah Ekonomi Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) dana untuk produksi. Pada sisi lain mereka tidak tahu target pasarnya yang baru. Biaya menarik dana dari luar perusahaan lebih mahal dan ada rasa takut tidak sanggup membayar bunga. 2. Perputaran modal kerja dengan formula penjualan bersih terhadap selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar sangat rendah 67% hanya 1-2 kali dalam satu tahun. Hal tersebut terjadi pada umumnya Usaha Kecil memperoleh uang muka hampir 50% dari besarnya order. Memperoleh kredit dagang juga merupakan sumber pembiayaan spontan yang timbul dari transaksi bisnis saat membeli bahan baku dari koperasi atau usaha dagang lainnya. Di samping itu produksi yang dibuat dan pasar yang dilayani kecil serta jumlah pembelinja terbatas, sifatnya musiman. 3. Usaha kecil pembukuannya masih sederhana belum membuat balance sheet, income statement, cash flow statement. 6. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perputaran modal kerja, dan struktur modal baik secara simultan maupun parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan industri kecil dengan proses Jobbing di Jawa Timur. 6.2. Saran 1. Wirausaha sudah saatnya mempelajari Financial Management dan Accounting Principle untuk kecil. Wiarausaha saatnya mulai menata dini untuk tidak mencampur adukan pengeluaran pribadi, juga sering dikeluhkan sebagai sumber kelemahan organisasi. Tidak ada lagi pencampuran antara keluarga dan kas usaha. 2. Kemampuan wirausaha masih tradisional perlu dikembangkan karena pada umumnya menjadi wirausaha melanjutkan usaha orang tua juga karena lingkungan keluarga dan masyarakat di mana dia dibesarkan. -340- Majalah Ekonomi Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra) DAFTAR KEPUSTAKAAN Cassar Gavin and Scott Holmes, 2003. Capital Structure and Financing of SMEs: Australian Evidence, Journal of Accounting Finance 43, pp 123 - 147 Hafsah, Jafar Muhammad, 2000 “Kemitraan Usaha Konsep dan Strategi” Cetakan ke 2 Jakarta Pustaka Sinar Harapan. Hampton, John J, Cecillia L, Wagner, 1989. “Working Capital Management” New Jersey John Willy & Sons. Helfert, Erich A. 2000. “Techniques of Financial Analysis Millennium Edition”. Singapore Mc Graw Hill Book Co. Hill Terry, 1994. “Strategi Manufakturing”. Jakarta Penerbit Universitas Mc Graw Hill Book Co. Indonesia Myers, Steward C, 1984 “The Capital Structure Puzzle” Journal of Finance 39, July pp 575 – 592. Riyanto Bambang. 1992. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Tiga. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajahmada. Schafer Dorothea, Axel Werwatz and Volker Zimmerman, 2004, The Determinants of Debt and (Private) Equity Financing the Case of Young, Innovative SMEs From Germany. Journal of Industry and Innovation, Vol. 11, Number 3, pp 225 – 248. Sirat Abdul Hadi, 2002. Pengaruh Kemampuan Produksi, Kemampuan Pemasaran, Karakteristik Bisnis, Produktivitas dan Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Manufaktur di Propinsi Jawa Timur. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya Undang-undang RI No : 9 / 1995 tentang usaha kecil ………………. RI 1985 Kepem Deperindag RI 225 / MPP / Kep / 7 / 1977 Weston, J Fred, Thomas & Copeland. 1997. Manajemen Keuangan, Terjemahan Edisi Kesembilan, Jakarta Binarupa Aksara. -341-