PRESS RELEASE RAPAT KOORDINASI LEMBAGA PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, DAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Dalam rangkaian kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), dan Badan Penelitian dan Pengembangan dengan tema “Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat untuk Kemandirian dan Daya Saing Bangsa” . Kegiatan ini merupakan ajang tahunan yang dihadiri oleh 250 orang, terdriri para Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dari perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta serta kepala badan litbang kementerian dan daerah, kepala LPNK Ristek, Kopertis, dan stakeholders lainnya. Mengingat persoalan yang dihadapi bangsa saat ini, Perguruan Tinggi serta Lembaga Penelitian dan Pengembangan (lemlitbang) senantiasa dituntut untuk terus menerus mengembangkan kemampuannya agar dapat menghasilkan invensi dan inovasi yang bermanfaat bagi penyelesaian berbagai kebutuhan masyarakat akan teknologi yang efektif, efisien, mudah, dan murah dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu, Ditjen Risbang Kemenristekdikti senantiasa menstimulasi kegiatan penelitian dan pengembangan pada perguruan tinggi dan lembaga litbang dengan mengupayakan berbagai kebijakan, antara lain (i) Standar Biaya Keluaran (SBK) Sub Keluaran Penelitian dan Honorarium Kegiatan Penelitian, (ii) Tingkat Kesiapaterapan Teknologi (TKT), (iii) Rencana Induk Riset Nasional (RIRN), (iv) peningkatan Angka Kredit Pengabdian kepada Masyarakat dan Renstra Pengabdian Masyarakat serta Penilaian Kinerja Pengabdian kepada Masyarakat, dan (v) Hak Kekayaan Intelektal (HKI), Jurnal Ilmiah dan Indonesian Research Citation Index (IRCI). Ke lima kebijakan tersebut menjadi tema-tema yang akan didiskusikan pada rakor kali ini. Melalui kebijakan-kebijakan baru tersebut diharapkan dapat memberikan daya tarik dan memberi daya dorong kepada para peneliti untuk dapat mengekspresikan seluruh kemampuan yang dimilkinya dengan baik, sehingga mampu berkarya dan menghasilkan hasil riset atau inovasi yang dapat dihilirisasi atau bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu mengingat penelitian sering memerlukan waktu panjang, maka jaminan keberlanjutan riset juga menjadi pre-requisit yang harus diberikan kepada para peneliti, agar mereka mampu berkarya lebih baik dan berkualitas. Di sisi yang lain, riset merupakan proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang keberhasilan dan waktu penyelesainnya tidak dapat dipastikan. Menristekdikti menyatakan bahwa hasil riset mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menentukan keunggulan kompetitif dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, sehingga hampir tidak ada negara di dunia ini yang mempunyai daya saing dan pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa memberikan perhatian yang serius terhadap dunia riset. Jika dihubungkan dengan kondisi perekonomian yang dimiliki, tampak bahwa negara-negara yang berada dalam kelompok 10 besar merupakan negara yang mempunyai kondisi perekonomian dan daya saing tertinggi pula. Menristekdikti memberikan contoh negara Cina, dimana pertumbuhan ekonominya luar biasa dalam 10 tahun terakhir. Di sisi yang lain, Cina juga telah muncul sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan atau produktifitas publikasi karya ilmiah tertinggi di dunia. Jelas bahwa, saat ini keunggulan kompetitif suatu bangsa telah bergeser dari mendasarkan pada sumber daya alam menuju pada mendasarkan penguasaan Ipteks. Kemenristekdikti menyadari sepenuhnya realitas di atas, oleh karena itu terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya dalam bidang riset. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan terus menaikkan anggaran untuk penelitian meskipun jika ditinjau dari persentase terhadap GDP masih sangat rendah (0,09 %). Namun demikian, peningkatan anggaran tersebut belum diiringi dengan peningkatan kinerja dalam bidang riset yang sebanding. Sebagai ilustrasi, dalam hal produktifitas karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi (sebagai salah satu inidikator yang mewakili kinerja penelitian) Indonesia masih menempati urutan keempat di Asia Tenggara setelah Malaysia, Singapura dan Thailand. Oleh karena itu, Menristekdikti menargetkan untuk menjadi champion dalam peringkat jurnal ilmiah internasional di tingkat asia tenggara pada tahun 2020. Melalui kegiatan ini, Menristekdikti mengharapkan lahirnya gagasan-gagasan segar dan inovatif yang dihasilkan melalui proses diskusi, komunikasi, koordinasi dan saling tukar informasi di kalangan peserta rakor dan narasumber.