Differences Needs Affiliated In High School Students Victims of

advertisement
GUNADARMA UNIVERSITY LIBRARY : http://library.gunadarma.ac.id
1
Differences Needs Affiliated In High School
Students Victims of Bullying Seen From Sex
Mega Ayu Septrina (10507158)
Abstract—Differences Needs Affiliated In High School
Students Victims of Bullying Seen From Sex Mega Ayu Septrina Undergraduate Program, 2011 Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id Key Words: affiliate needs,
bullying, youth, high school students, sex ABSTRACT :
Violent events that occurred at the school is considered to
lead to bullying, which is a form of aggression, such as cases
of hazing during student orientation (MOS). The impact of
bullying can affect the affiliation needs of teenage boys and
girls, namely the male victims tend to have a higher need
for affiliation than girls indicated the presence of male victims who remain in the group who are clearly doing the
bullying, whereas female victims tend to prefer to be alone
when he BULLYING . Goals to be achieved in this study
is to empirically test the different needs of high school students affiliated to the victims of bullying in terms of gender.
The research method used was quantitative. Respondents
in this study were high school students are women and men
aged between 15-17 years old, was in grade eleven (XI), and
became the victim of bullying cases. Based on 188 respondents, researchers have as many as 90 subjects consisting
of 45 students and 45 female students who meet the characteristics of the sample in this study. Based on the data
obtained and tested the validity and reliability tests were
analyzed using the Independent Sample T-test. The analysis showed that the scale of the needs of the 48 items tested
there are 12 affiliate valid items with a correlation value between 0304-0526 with the correlation of reliability for 0809.
Based on the analysis of different test Independent Sample
T-test significance values ??obtained for 0049 (p ¡0.05) and t
value of -1994. This means that the hypothesis in this study
received, which means there are differences in the needs of
high school students affiliated to the victims of bullying in
terms of gender. Penamaan File: 10507158
I. Chapter 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Tindak kekerasan yang sering terjadi di kalangan pelajar
belakangan ini merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan. Sejatinya seorang pelajar tak terlibat dalam
kasus kekerasan antar pelajar yang sering terjadi. Pelajar seharusnya belajar demi masa depannya dan tidak
melakukan kekerasan yang sebenarnya tidak ada artinya.
Selain itu, tindak kekerasan yang dilakukan pelajar tidak
jarang sudah dianggap sebagai tindak kriminal dimana
kekerasan yang dilakukan sudah melampaui batas sampai pada taraf membahayakan jiwa seseorang. Kekerasan
yang dilakukan oleh pelajar dapat terjadi dimana saja
dan kapan saja, seperti di sekolah, rumah, jalanjalan
umum, dan lain-lain. Dalam Psikologi, kekerasan masuk
dalam tindakan yang disebut dengan agresi. Agresi adalah
kebutuhan untuk menyerang, memperkosa atau melukai
orang lain, untuk meremehkan, merugikan, mengganggu,
membahayakan, merusak, menjahati, mengejek, mencemoohkan atau menuduh secara jahat, menghukum berat,
atau melakukan tindakan sadistis lainnya (Murray dalam
Chaplin, 2006). Fenomena kekerasan yang terjadi di seko-
lah dinilai sudah mengarah kepada bullying, yaitu bentuk
dari tindakan agresi. Pada kasus yang sering dijumpai misalnya kasus senioritas dan perpeloncoan pada masa orientasi siswa (MOS) merupakan bagian dari kasus bullying
di sekolah. Menurut Sullivan dan Cleary (2004), bullying adalah hal negatif yang ditandai dengan agresi atau
tindakan manipulatif yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang terhadap orang lain atau sekelompok
orang lain dalam jangka waktu tertentu dimana tindakan
yang dilakukan menyakitkan dan didasari oleh ketidakseimbangan kekuasaan. 1
2 Kasus-kasus bullying sering terjadi di sekolah dan
masih menjadi masalah yang tersembunyi karena tidak disadari oleh pendidik (guru) dan orang tua serta korban yang
menyembunyikan masalah tersebut dengan menutup diri.
Masih banyak yang menganggap bahwa bullying tidak
berbahaya. Padahal sebenarnya bullying dapat memberikan dampak negatif bagi korbannya. Hal ini diperkuat
dari penelitian Riauskina (2005), yaitu ketika mengalami
bullying korban akan merasakan banyak emosi negatif antara lain marah, dendam, kesal, tertekan, takut,.......
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)
II. Chapter 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Afiliasi 1. Pengertian Kebutuhan Afiliasi Murray (2000)
berpendapat bahwa afiliasi adalah kebutuhan akan pertalian perkawinan dengan orang lain; pembentukan persahabatan; ikut serta dalam kelompok-kelompok tertentu. Feldman (1993), mengatakan bahwa kebutuhan
afiliasi adalah suatu kebutuhan untuk memantapkan dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain. Orang
yang memiliki kebutuhan berafiliasi, mereka sering ingin
bersama dengan temannya daripada orang yang berafiliasi rendah. Menurut McClelland (dalam Morgan, King
Weisz, 1986), kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk
tergabung dalam suatu kelompok, keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang menyenangkan, dan menikmati aktivitas
bersama keluarga dan teman-teman. Di sisi lain, Murray (dalam Levin, 1978) juga mengemukakan bahwa kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk berteman, memiliki
persahabatan dan berasosiasi, bertegur sapa, bergabung,
dan hidup bersama orang lain, untuk bekerja sama dan
bercakap-cakap dengan orang lain, setia dan loyal kepada
teman, serta untuk mencintai dan mendapatkan afeksi dari
orang yang kita sukai. Maslow (dalam Morgan, King
Weisz, 1986) menyertakan kebutuhan afiliasi dalam teori
hierarki kebutuhan manusia yang merupakan bagian dari
belongingness and love needs yang berada pada tingkat
2
GUNADARMA UNIVERSITY LIBRARY : http://library.gunadarma.ac.id
ketiga dari hierarki kebutuhan. Kebutuhan akan belongingness dan cinta merupakan motif sosial yang mendasar yang mendorong individu untuk mencari adanya
kontak dengan orang lain dan membentuk hubungan yang
memuaskan dengan orang lain tersebut. Kecenderungan
tersebut membuat individu ingin merasa menjadi suatu
bagian dari rumah dan keluarga, lingkaran teman- teman
dan tetangga, dan sekelompok 9
10 atau teman kerja. Seseorang lebih ingin merasakan
dirinya menjadi suatu bagian dari kelompok daripada dianggap sebagai pendatang baru atau penghuni sementara.
Baron dan Byrne (1994) mendefinisikan kebutuhan afiliasi sebagai berikut: kebutuhan afiliasi atau need for interpersonal relationship adalah motif dari seseorang individu untuk mendapatkan hubungan interpersonal. Menurut Levin (1978), kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan
untuk membentuk ikatan (bonds) dan persahabatan, tergabung dalam.......
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)
III. Chapter 3
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi
Variabel-Variabel Penelitian Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel bebas : Jenis Kelamin 2. Variabel terikat : Kebutuhan
Afiliasi B. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1.
Kebutuhan Afiliasi Kebutuhan afiliasi adalah motif individu untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan yang hangat dengan orang lain, baik antar individu
maupun dengan kelompok yang merupakan bagian dari
motif sosial manusia untuk mendapatkan hubungan interpersonal, menjadi bagian dari orang-orang yang ada dilingkungannya dan untuk mencintai serta mendapat afeksi
dari orang yang disukai. Karakteristik orang yang memiliki kebutuhan afiliasi menurut McClelland (1987) adalah
akan tampil lebih baik jika ada insentif afiliatif, mempertahankan hubungan antar individu, kerjasama, konformitas, dan menghindari konflik, tingkah laku kepemimpinan
kurang serta rasa takut akan penolakan. Skor yang diperoleh responden pada penelitian ini berasal dari pengisian
alat ukur yang dibuat dengan tujuan untuk mengukur
kebutuhan afiliasi. Variabel kebutuhan afiliasi ini akan
diukur dengan menggunakan skala kebutuhan afiliasi yang
berbentuk skala Likert. 2. Jenis Kelamin Istilah jenis kelamin (sex) mengacu pada dimensi biologis seseorang sebagai laki-laki atau perempuan, sedangkan istilah gender
mengacu pada dimensi sosial 46
47 budaya seseorang sebagai laki-laki atau perempuan
(Santrock, 2003). Dalam alat ukur ini juga terdapat
identitas diri yang harus diisi oleh responden. Identitas diri tersebut salah satunya adalah jenis kelamin, yang
mana harus diisi oleh respoden (tidak diperkenankan untuk dikosongkan), karena nantinya jenis kelamin ini akan
digunakan untuk menunjang hasil penelitian yang memang
ingin mengukur perbedaan kebutuhan afiliasi pada korban bullying yang ditinjau dari jenis kelamin. C. Popu-
lasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh remaja laki-laki dan perempuan yang masih
duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Karakteristik subjek
dalam penelitian ini adalah siswa SMA perempuan.......
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)
IV. Chapter 4
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian
ini, peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum penelitian dilaksanakan. Persiapan yang dilakukan sebelum
penelitian ini dilaksanakan, yaitu mempersiapkan bahan
penelitian, memilih subjek penelitian, dan penyusunan
alat ukur yang akan digunakan berupa skala kebutuhan
afiliasi yang kemudian akan diujicobakan. Selain itu,
peneliti menambahkan alat ukur yang digunakan untuk menyeleksi (screening) siswa-siswi yang menjadi korban bullying dari sekian banyak siswa-siswi yang akan
diberikan kuesioner. Pada tahap persiapan ini pula,
peneliti melakukan pendekatan dan meminta izin dengan
pihak sekolah yang diketahui pernah ada kasus bullying
yang terjadi didalamnya. Pendekatan ini dilakukan agar
peneliti mendapat izin untuk menyebar kuesioner di sekolah tersebut. Akhirnya, salah satu SMA negeri di Jakarta
Selatan mengizinkan peneliti untuk menyebar kuesioner
di kelas sebelas (XI) sesuai dengan permintaan peneliti.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu penyebaran dapat dilakukan saat jam pelajaran Muatan Lokal dimana guru
yang bersangkutan akan menemani dalam penyebaran kuesioner. Hal ini ditentukan dalam penyebaran kuesioner
karena guru pelajaran Muatan Lokal pada kelas sebelas
(XI) yang memberikan persetujuan pada peneliti untuk
masuk ke kelas dan menyebarkan kuesioner pada siswasiswinya. B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA perempuan dan laki-laki yang
berusia antara 15-17 tahun, berada di kelas sebelas (XI)
dan menjadi korban dari kasus bullying yang diketahui
dengan cara penyeleksian terhadap subjek 51
52 menggunakan alat ukur tambahan yang berupa
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan korban
bullying. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA
negeri yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Pada
penelitian ini, data yang diujicobakan (try out) digunakan
pula untuk melakukan analisis data yang disebut dengan try out terpakai dimana data diperoleh dari satu kali
penyebaran kuesioner. Adapun jumlah kuesioner yang
disebar adalah sebanyak 188 eksemplar. Pengambilan data
penelitian dilakukan selama empat hari,.......
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)
V. Chapter 5
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil
penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan berafiliasi pada siswa SMA korban bullying antara korban
DIFFERENCES NEEDS AFFILIATED IN HIGH SCHOOL STUDENTS VICTIMS OF BULLYING SEEN FROM SEX
laki-laki dan korban perempuan adalah berbeda. Perbedaan kebutuhan afiliasi ini terlihat pada hasil perhitungan
perbandingan rerata empirik dan rerata hipotetik kebutuhan afiliasi lakilaki dan perempuan yang menunjukkan
bahwa korban perempuan lebih berafiliasi daripada korban laki-laki. Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan rerata empirik dan rerata hipotetik kebutuhan afiliasi laki-laki dan perempuan ditunjukkan pula bahwa kebutuhan afiliasi responden baik laki-laki maupun perempuan berada di kategori yang sama, yaitu rata-rata atau
sedang, dengan nilai rerata empirik masing-masing sebesar
30.13 dan 32.27. Penelitian ini juga menunjukkan ternyata
sebagian besar responden dalam penelitian ini merupakan
korban sekaligus pelaku yang berjumlah sebanyak 56 orang
dengan persentase sebesar 62.2
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)
3
Download