BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Dari penelitian ini penyusun menyantumkan beberapa penelitian yang
telah dilakukan oleh pihak lain sebagai bahan rujukan dan perbandingan
dalam mengembangkan materi yang ada. Beberapa penelitian terdahulu yang
memiliki korelasi dengan penelitian yang akan dilakukan anatara lain:
Ade Purnomo (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pendapatan, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit
Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika”.Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan buku kerja Perum
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika tahun 2004-2008 dan alat analisis
yang digunakan adalah menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini adalah variabel pendapatan dan jumlah nasabah berpengaruh
secara signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika, sedangkan pada variabel tingkat inflasi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika.
Mukhlish Arifin Aziz (2013) melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga Emas dan Tingkat
Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C pada PT. Pegadaian
11
cabang Probolinggo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh variabel tingkat sewa modal, jumlah nasabah, harga emas, dan
tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai golongan C pada PT
Pegadaian cabang Probolinggo. Pengujian hipotesis menggunakan analisis
regresi linier berganda dan pengujian asumsi klasik. Hasil dari penelitian ini
adalah tingkat sewa modal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap penyaluran kredit gadai golongan C. Jumlah nasabah dan harga
mempengaruhi jumlah penyaluran kredit di PT Pegadaian Cabang
Probolinggo. Sedangkat tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penyaluran kredit di Pegadaian Cabang Probolinggo khususnya
untuk golongan C.
Titi Widiarti dan Sinarti (2013) meneliti mengenai “Pengaruh
Pendapatan, Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit
pada Perum Pegadaian Cabang Batam periode 2008-2012”, variabel yang di
teliti adalah mengenai pendapatan, jumlah nasabah dan tingkat inflasi sebagai
variabel dependen dan penyaluran kredit sebagai variabel independen dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) analisis regresi
sederhana dan analisis regresi berganda, dalam penelitian ini terdapat
beberapa persamaan dengan penelitian penulis yaitu terdapat variabel tingkat
inflasi pada variabel dependen dan pada hasil pengujiannya menyatakan
bahwa pendapatan Perum Pegadaian Cabang Batam dan jumlah nasabah
mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum
12
Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam.
Mulqi Firaldi (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Tingkat
Inflasi Terhadap Total Pembiayaan kepada Masyarkat oleh Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia”.Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance
(NPF), dan Tingkat Inflasi Terhadap Total Pembiayaan kepada Masyarkat
oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia, penelitian
mengguanakan data sekunder bulanan yang dikeluarkan BI pada periode
januari 2007- oktober 2012. Analisis data dengan menggunakan uji
kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang dan menggunakan model
koreksi kesalahan untuk melihat hubungan jangka pendek. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Mufqi Firaldi menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga
mempunyai pengaruh jangka pendek terhadap total pembiayaan, Non
Performing Finance berpengaruh jangka pendek terhadap total pembiayaan,
sedangkan tingkat inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap total
pembiayaan yang diberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
13
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
N
o
1
2
Penulis
dan
Tahun
Ade
Purnomo
(2009)
Mukhlis
Arifin
Aziz
(2013)
Judul
Variabel
Metode
Pesamaan
Perbedaan
Pengaruh
Pendapat
an,
Jumlah
Nasabah,
dan
Tingkat
Inflasi
terhadap
Penyalur
an Kredit
Perum
Pegadaia
n Syariah
Cabang
Dewi
Sartika
Dependen:
Penyaluran
kredit
Independen:
Pendapatan
Pegadaian,
Jumlah
Nasabah,
dan Tingkat
Inflasi
Ordina
ry
Least
Square
(OLS)
Tingkat
Inflasi
menjadi
variabel
Independ
en
Independ
en:
menggun
akan
harga
emas
Depende
n:
menggun
akan
Penyalur
an
pembiay
aan cicil
emas
bukan
variabel
penyalur
an kredit
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Sewa
Modal,
Dependen:
Penyaluran
kredit
pegadaian
golongan C
Regresi
Linier
Bergan
da
Variabel
independ
en:
Tingkat
inflasi
Hasil
Hasil
Pengujian
secara
individual
menunjuk
an bahwa
variabel
pendapata
n perum
pegadaian
, jumlah
nasabah,
berpengar
uh secara
positif dan
signifikan
terhadap
penyalura
n
kredit.vari
abel inflasi
tidak
berpengar
uh
signifikan
terhadap
penyalura
n kredit.
Variabel Tingkat
depende sewa
n bukan modal
penyalur tidak
an kredit mempuny
14
Jumlah
Nasabah,
Harga
Emas
dan
Tingkat
Inflasi
terhadap
Penyalur
an Kredit
Gadai
Golonga
n C pada
PT.
Pegadaia
n cabang
Probolin
ggo.
3
Titi
Widiarti
dan
Sinarti
(2013)
Independen:
Tingkat
sewa modal,
jumlah
nasabah
,
harga emas,
dan tingkat
Inflasi
dan
harga
emas.
Metode
yang
digunaka
n Regresi
Linier
Bergand
a.
melainka
n
penyalur
an
pembiay
aan cicil
emas
Variabel
Indepen
tidak
menggun
akan
tingkat
sewa
modal
dan
jumlah
nasabah
ai
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
penyalura
n kredit,
jumlah
nasabah
mempenga
ruhi
jumlah
penyalura
n kredit,
harga
emas
mempenga
ruhi
penyalura
n kredit,
dan
tingkat
inflasi
yang
terjadi di
probolingg
o
tidak
mempenga
ruhi
jumlah
penyalura
n kredit.
Pengaruh Dependen:
Analisi Variabel Tidak
Pendapata
Pendapat Penyaluran s
depende menggun n Perum
an,
Kredit
Regresi n: tingkat akan
Pegadaian
Jumlah
variabel
Cabang
Independen: sedehan inflasi
Nasabah Pendapatan, a dan Metode
independ Batam dan
jumlah
dan
Analisi menggun en:
jumlah
nasabah,
akan alat Pendapat nasabah
Tingkat
s
dan tingkat Regresi analisis
Inflasi
an dan mempuny
terhadap inflasi
Bergan Regresi
jumlah
ai
Penyalur
da.
nasabah. pengaruh
Linier
15
an Kredit
pada
Perum
Pegadaia
n Cabang
Batam
periode
20082012
4
Mulqi
Firaldi
(2013)
Pengaruh
Dana
Pihak
Ketiga
(DPK),
Non
Performi
ng
Finance
(NPF),
dan
Tingkat
Inflasi
Terhadap
Total
Pembiay
aan
kepada
Masyark
at oleh
Bergand
a.
Dependen:
Total
Pembiayaan
Idependen:
Danngkan a
Pihak
Ketiga
(DPK), Non
Performing
Finance
(NPF), dan
Tingkat
Inflasi.
Variabel
independ
en
menggun
akan
penyalur
an
pembiay
aan cicil
emas.
signifikan
terhadap
penyalura
n
kredit
ada Perum
Pegadaian
Cabang
Batam,
sedangkan
tingkat
inflasi
tidak
berpengar
uh secara
signifikan
terhadap
penyalura
n
kredit
Perum
Pegadaian
Cabang
Batam.
Metode Variabel Variabel Dana
uji
Independ depende Pihak
kointeg en
: n
Ketiga
rasi
Tingkat
menggun mempuny
untuk
Inflasi
akan
ai
melihat
DPK dan pengaruh
hubung
NPF
jangka
an
sedangka pendek
jangka
n
terhadap
panjang
penyusus total
dan
n
pembiayaa
menggu
menggun n,
Non
nakan
akan
Performin
model
harga
g Finance
koreksi
emas.
berpengar
Variabel uh jangka
kesalah
an
pendek
bukan
untuk
penyalur terhadap
melihat
an cicil total
hubung
pembiayaa
emas
16
Bank
Pembiay
aan
Rakyat
Syariah
(BPRS)
di
Indonesi
a.
an
jangka
pendek
tetapi
total
pembiay
aan.
n,
sedangkan
tingkat
inflasi
tidak
mempuny
ai
pengaruh
terhadap
total
pembiayaa
n
yang
diberikan
Bank
Pembiayaa
n Rakyat
Syariah di
Indonesia.
B. Kerangka Teori
1. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum
dari barang/komoditas dan jasa selama satu periode tertentu.1
Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung mengatakan bahwa,
inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum
secara terus menerus.2 Sedangkan menurut Sukirno Inflasi adalah
kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan
bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.
1Adiwarman
karim,Ekonomi Makro Islami,Jakarta:Rajawali Pers, 2008, hal.135
Pratama Rahardja, Manurung dan Mandala, Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter: Kajian
Kontekstual Indonesia), Jakarta: FEUI, 2004, hal.155
2
17
Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang dengan
kuantitas yang sedikit.3
Tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam seluruh tingkat
harga yang sangat bervariasi sepanjang waktu dan antar negara. Indikator
yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukan pergerakan
harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. IHK dalah ukuran dari keseluruhan biaya pembelian barang
dan jasa oleh rata-rata konsumen.
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat
harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu
tertentu. Dalam hal ini merupakan sebuah proses kenaikan harga umum
barang-barang secar terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga
berbagai macam barang tersebut dapat naik dengan prsentase yang sama.
Mungkin dapat terjadi sebuah kenaikan secara tidak besamaan, karena
yang terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus
menerus selama suatu periode tertentu. Apabila terjadi kenaikan dan
hanya terjadi sekali walaupun dengan persentase yang cukup besar, maka
hal tersebut tidak disebut sebagai inflasi.4
Sukirno Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT Radja Grafindo Prakarsa, 2004,
hal.333
4 Samuelson dkk,Ilmu Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2004, hal.305
3
18
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagi faktor antara lain
seperti konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
dipasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk
juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunya mata uang secara terus menerus
(continue). Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi yaitu denga
menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Gross Domestic
Product (GDP) Deflator.
Cara menghitung laju inflasi adalah perubahan persentase dalam
indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Rumusnya sebagai
berikut:
IHKn-IHK(n-1)x 100%
Laju Inflasi=
IHK(n-1)
Keterangan:
Laju Inflasi
= Laju inflasi/deflasi pada bulan ke n.
IHKn
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n.
IHK (n-1)
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n-1.
19
b. Teori Inflasi
1) Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembanganya teori ini mengalami penyempurnaan
oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini
juga dikenal sebagai model kaum monetaris (monetarist models).
Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan
harapan atau ekspektasi masyrakat mengenai kenaikan harga yang
menimbulkan inflasi.
Inti dari teori ini adalah:
a) Inflasi akan terjadi jika ada penambahan volume uang beredar
baik uang giral maupun kartal.
b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga
di masa depan.
2) Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa
inflasi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan
ekonominya,
sehingga
menyebabkan
permintaan
efektif
masyarakat terhadap barang-barang ( permintaan agregat) melebihi
jumlah barang- barang yang tersedia (penawaran agregat),
akibatnya akan terjadi inflantory gap. Keterbatasan jumlah
20
persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam
jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan (permintaan agregat). Oleh karenanya
sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini
lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam
jangka pendek.
3) Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi
antara kedua perubahan komponen ini dengan perubahan harga
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Price= Cost+Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan
sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production,
maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi:
Price = Cost + ( a% x Cost )
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada
komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau
21
kenaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan
harga jual komoditi di pasar.
4) Teori Struktural
Model Inflasi di Negara Berkembang
Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukan bahwa bukan semata-mata merupakan fenomena
moneter tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation. Hal ini disebakan karena struktur ekonomi negara-negara
berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris.
Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri,
misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim
yang terlalu cepat, bencana alam dan sebagainya) atau hal-hal yang
memiliki
kaitan
dengan
hubungan
luar
negeri,
misalnya
memburuknya term of trade, utang luar negri dan kurs valuta
asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau
kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang,
sering disebut dengan strucktural bottlenecks.5
5Adwin
S. Atmadja, Inflasi di Indonesia:Sumber-sumber penyebab dan pengendalianya, Surabaya
1999, hal.55
22
c. Penyebab Inflasi
Menurut Adiwarman Karim ada beberapa penyebab terjadinya inflasi
yaitu terdiri dari:
1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang
manusia tidak mempunyai kekuasaan dan mencegahnya. Human
Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahankesalahan yang dilakukan manusia sendiri.
2) Actual Expected Inflation dan Unexpected Inflation. Pada Expected
Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan suku
bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada
Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum
atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
3) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull diakibatkan
oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan
agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya
perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari
barang dan jasa pada suatu perekonomian.
4) Spiralling Inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang
terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi
23
sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu
seterusnya.
5) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation
adalah inflasi dinegara lain yang ikut dialami suatu negara karena
harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional.
Domestic Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi di dalam
negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negaranegara lainya. 6
d. Dampak Inflasi
Menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena:
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan (nilai simpanan), fungsi pembayaran dimuka dan
fungsi dari unit perhitungan.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja untuk non primer
dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Save).
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif
yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
6
Adiwarman Karim Ekonomi Makro Islami,Jakarta:Rajawali Pers, 2008, hal.138
24
mulia, mata uang asing dengan megorbankan investasi ke arah
produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi,
dan lainya.7
Inflasi memiiki dampak negatif dan dampak positif tergantung
parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi tersebut termasuk dalam
golongan inflasi ringan justru akan berdampak positif pada
perekonomian karena mendorong perekonomian kearah yang lebih
baik, yaitu meningkatnya pendapatan nasional dan membuat orang
bergairah untuk bekerja, menabung dan investasi. Namun sebaliknya,
pada keadaan inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi yang
tidak terkendali (hiperinflation) keadaan perekonomian justru akan
menjadi kacau dan perekonomian menjadi lesu, orang menjadi tidak
bersemangat dalam menabung dan investasi maupun produksi karena
harga meningkat dengan cepat.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi pada suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit secara
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
7Adiwarman
Karim Ekonomi Makro Islami,Jakarta:Rajawali Pers, 2008, hal.139
25
e. Indikator Inflasi
Untuk mengukur tingkat inflasi , Indeks harga yang digunakan
adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Indek Harga Konsumen
(IHK) adalah indeks harga dan barang-barang yang selalu digunakan
para konsumen. Akibatnya suatu perekonomian dalam masa inflasi
terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan
uangnya dalam investasi bersifat spekulatif dan tingkat bunga
meningkat sehingga dapat mengurangi investasi. Hal ini dapat
menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa
depan.
Inflasi diukur dengan menghitung tingkat presentasi perubahan
sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya adalah:
1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index
(CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari
barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2) Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI).
3) Indeks Harga Produsen (IHP) adalah
mengukur
harga
rata-rata
dari
Indeks yang
barang-barang
yang
dibutuhkan produsen untuk kebutuhan proses produksi.
IHP sering digunakan umtuk meramalkan IHK dimasa
depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan
26
biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga
barang-barang konsumsi.
4) Indeks Harga Komoditas adalah indeks yang mengukur
harga dari komoditas-komoditas tertentu.
5) Indeks harga barang-barang modal.
6) Deflator PDB, menunjukkan besarnya perubahan harga
dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi
dan jasa.
Ada beberapa macam-macam ukuran inflasi, diantaranya:
a) Inflasi ringan
: Dibawah 10%
b) Inflasi sedang
: 10% - 30%
c) Inflasi tinggi
: 30% - 100 %
d) Hyperinflation
: Lebih dari 100%
Laju inflasi tersebut bukan sebagai standar yang secara mutlak
dapat mengindikasikan parah ataupun tidaknya inflasi bagi perekonomian
di suatu wilayah, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan
golongan masyarakat manakah yang terkena dampak dari inflasi yang
telah terjadi.8
Adwin S. Atmadja, Inflasi di Indonesia:Sumber-sumber penyebab dan pengendalianya, Surabaya
1999, hal.58
8
27
2. Harga Emas
Emas adalah logam mulia yang terbentuk dari proses magtimatisme
atau pengonsentrasian di permukaan bumi berbentuk endapan dari hasil proses
metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengonsentrasian
secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Emas merupakan
unsur kimia yang dalam tabel periodik memiliki simbol “Au” yang berasal
dari bahasa Latin “Aurum” yang berarti “Cahaya fajar”, dan dalam bahasa
inggris, emas disebut gold yang merupakan serapan dari bahasa Jerman kuno,
yaitu ghel yang berarti “bersinar” atau “kuning”.9
Emas adalah logam padat, lembut, mengkilat dan merupakan salah
satu logam yang paling lentur dibandingkan dengan logam murni yang lain.
Emas murni memiliki warna kuning cerah dan berkilau sehingga dianggap
sangat menarik. Sifat emas tidak mudah bereaksi dengan bahan kimia lainya
dan emas memiliki inert yang tinggi sehingga tidak teroksidasi dan berkarat
sehingga menyebabkan emas dianggap sebagai “bahan atau logam mulia”.10
Dibandingkan dengan jenis logam lainnya emas memiliki beberapa
kelebihan, seperti pendapat dari Jack Weatherford “Dimanapun ingin
menyentuhnya,
mengenakanya,
bermain-main
dengannya
dan
juga
memilikinya, karena berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau,
Sholeh Dipradja, Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede?, Jakarta: Tangga Pustaka, 2011,
hal.5
10Ibid., hal. 6
9
28
besi yang mudah berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah
murni tidak berubah”. Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau
harga emas menjadi amat bernilai.11
Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang sejarah
kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga banyak
digunakan sebagai alternatif instrumen investasi. Selain itu emas juga menjadi
suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu bangsa.
Sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini emas memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan. Selain fungsinya yang istimewa
sebagai perhiasan dan logam mulia, emas juga memiliki fungsi lain seperti
mudah dibentuk sesuai keinginan, warna yang menarik, selain itu emas juga
merupakan logam yang memiliki sifat konduktor yang sangat baik dimana
penggunaan emas dapat digabungkan dengan jenis logam lainya. Seperti pada
industri elektronik, komputer, kedokteran dan penerbangan adalah beberapa
contoh sektor yang menggunakan emas dalam produk-produknya. Sementara
itu dalam dunia keuangan dan investasi, emas dikenal sebagai aset yang
memiliki nilai lebih dan berharga dibandingkan dengan logam lainya, dalam
sistem periodik unsur logam emas termasuk dalam golongan logam mulia
11Ibid.,
hal. 7
29
sejenis komoditas yang memiliki nilai instrinsik yang tinggi. Emas sejak lama
dipergunakan sebagai aset untuk melindungi nilai suatu kekayaan.12
Harga emas mencerminkan ekpektasi terhadap tingkat inflasi. Emas
dicari pada saat-saat tidak menentu, yakni ketika uang kertas perlahanperlahan mulai kehilangan nilainya. Inflasi hanya mengikis nilai uang kertas,
tetapi tidak mengurangi harga emas.13
Kondisi naiknya tingkat inflasi yang cenderung tinggi maka menjadi
wajar jika harga emas di Indonesia naik cukup pesat. Emas termasuk investasi
jenis middle risk investment yang mempunyai beban reisko yang lebih kecil
namun dengan keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan investasi pada
bank dalam bentuk deposito.14
Hal tersebut terjadi karena daya tahan emas yang cukup kuat dalam
menghadapi dampak inflasi. Hal ini dibuktikan dari harga emas yang cukup
stabil dan cenderung naik dan sangat jarang sekali emas mengalami
penurunan harga yang cukup tajam.
Ada empat faktor yang menjadi kelebihan dari emas , antara lain:
a) Keterbatasan jumlah emas dan merupakan barang tambang
yang tidak dapat diperbaharui, dan jumlahnya terbatas didalam
12
Wiliam Tanuwidjaja, Cara Cerdas Investasi Emas, Yogyakarta, Media Pressindo, 2009, hal.40
13Ibid.
Sholeh Dipradja, Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede?, Jakarta: Tangga Pustaka, 2011,
hal.20
14
30
bumi serta emas terbentuk dari proses yang cukup sulit dan
lama.
b) Tidak terikat oleh suku bunga seperti sebagaimana pada uang
kertas.
c) Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti lain emas
mampu beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat
barang dan jasa menjadi mahal. Sejak tahun 1968, yang
menjadi patokan harga emas seluruh dunia adalah harga emas
berdasarkan standar pasar emas London. Sistem ini dinamakan
London Gold Fixing (LGF). LGF adalah suatu prosedur
dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja
dipasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing.
Kelima anggota tersebut adalah :
1) Bank of Nova Scottia
2) Barclays Capital
3) Deutsche Bank
4) HSBC
5) Societe Generale
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima anggota
tersebut. Pada awal periode perdagangan, presiden London Gold Fixing Ltd
akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima anggota tersebut
akan mengumumkan harga kepada dealer. Dealer tersebut yang akan
31
berhubungan langsung dengan para pembeli dari emas yang diperdagangkan.
Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kapada anggota LGF
Ltd merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan penawaran
klien mereka.15
Dari proses tersebut harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan
lebih banyak dari penawaran secara otomatis harga akan naik, dan apabila
permintaan lebih rendah dari penawaran harga akan mengalami penurunan.
Ketika harga sudah pasti, maka presiden akan mengakhiri rapat dan
mengatakan “There are no flags, and we are fixed”. Proses penentuan harga
emas dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pukul 10.30 (Harga Emas Gold
A.M) dan pukul 15.00 (Harga Emas Gold P.M). Harga emas ditentukan dalam
mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling Inggris dan Euro. Pada
umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan pada hari
perdagangan dan seringkali digunakan sebagai patokan harga emas seluruh
dunia.
3. Jual beli
a. Definisi Jual beli
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah
persetujuan saling mengikat antara penjual dan pembeli sebagai pihak
Sholeh Dipraja, Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede?, Jakarta: Tangga Pustaka,
2011,hal12
15
32
yang menyerahkan barang yang dijual. 16Jual beli atau perdagangan dalam
istilah fiqh disebut al-ba’i, dan menurut etimologi berati menjual atau
mengganti.
Adapun indikator dari jual beli suatu barang atau produk adalah:
1) Peluang harga jual beli suatu barang atau produk yang terus
meningkat.
2) Terdapat banyak pembeli dan penjual dari suatu barang atau
produk ,sehingga jumlah barang yang dibeli atau jumlah
barang yang dijual selalu ada di pasar.
3) Jual beli tidak tergantung pada musim, sehingga transaksi
dapat dilakukan kapan saja pada sepanjang tahunnya.
4) Tidak adanya penyusutan yang signifikan terhadap suatu
barang atau produk yang menjadi risiko dalam jual beli.
5) Tidak adanya kemudahan dalam transaksi jual beli, karena
kualitas dan kuantitas suatu barang atau produk mudah diukur
tingkat/kadar akurasinya.17
Jual beli dalam pembiayaan cicil emas ini termasuk dalam jual beli
emas secara tidak tunai, jual beli emas secara tidak tunai diperbolehkan dalam
16
Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka,1999,hal.423
Gunawan,Kartini,Muljadi,jual beli,Jakarta:PT.Grasindo Persada,2004,hal7
17Widjaja
33
aturan jual beli islam, hal tersebut di jelaskan dalam Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Nomor: 77/DSN-MUI/V/2010.
Adapun Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 77/DSNMUI/V/2010 tentang jual beli emas secara tidak tunai menjelaskan bahwa
pada cicil emas itu diperbolehkan selama emas tidak menjadi alat tukar
(uang), baik melalui jual beli biasa maupun jual beli murabahah. Dalam
transaksi ini ada tiga batasan dan ketentuan sebagai berikut:
1) Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu
perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo.
2) Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan
jaminan (rahn)
3) Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka
2 tidak boleh dijual belikan atau dijadikan objek akad lain yang
menyebabkan perpindahan kepemilikan.
Dalil Al-Qur’an yang digunakan fatwa diatas merujuk pada dalil
diperbolehkannya jual beli, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 275;
34
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat, sesungguhanya jual
beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusanya (terserah)kepada Allah orang yang kembali
(megambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal didalamnya”. (Qs. Al-Baqarah : 275)
4. Pembiayaan BSM Cicil Emas
Produk Pembiayaan BSM Cicil Emas adalah fasilitas pembiayaan
yang disediakan Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk membantu nasabah
untuk membiayai pembelian atau kepemilikan emas berupa lantakan
(batangan) dengan cara mudah melalui pembayaran angsuran atau cicilan.18
Jenis emas yang dibiayai dalam pembiayaan ini adalah emas lantakan
minimal pembelian 10 gram dengan ketentuan jaminan sebagai berikut:
18www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/emas/bsm-cicil-emas/
Februari 2017 pukul 16.32 wib
di akses pada 2
35
1) jaminan adalah barang yang menjadi objek pembiayaan yaitu
emas
2) jaminan tidak dapat ditukar dengan jaminan lain
3) Pengikatan jaminan dilakukan selama masa pembiayaan
4) Fisik jaminan disimpan di Bank
Emas dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang dapat
memproteksi harta kekayaan untuk jangka panjang, adanya produk cicil emas
pada Bank Syariah Mandiri bertujuan memudahkan masyarakat dalam hal
investasi dan kepemilikan emas. Ada beberapa keunggulan dari produk cicil
emas BSM yaitu:
1) Aman: Emas yang dibeli akan diasuransikan.
2) Menguntungkan: Tarif yang di tawarkan tergolong murah.
3) Layanan
Profesional:
Bank
Syariah
Mandiri
merupakan
Perusahaan yang berkualitas dan terpercaya.
4) Mudah: Pembelian emas dengan cara diangsur atau dicicil.
5) Likuid: Barang dapat di uangkan dengan melalui gadai apabila
dalam keadaan terdesak.
Ada beberapa persyaratan
yang harus dilakukan dalam transaksi
pembiayaan cicil emas di Bank Syariah Mandiri, antara lain:
1) WNI Cakap umur
36
2) Pegawai dengan usia minmal 21 tahun dan maksimal 55 tahun
3) Pensiunan maksimal 70 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo
4) Profesional dan swasta maksimal berusia 60 tahun
5) Menyerahkan kartu KTP
Pada pembiayaan BSM Cicil Emas maksimal jangka waktu yang
ditawarkan adalah 5 tahun dan minimal 2 tahun masa angsuran. Jumlah
maksimal pembiayaan BSM Cicil Emas sebesar 150.000.000,00 (Seratus lima
puluh juta rupiah). Jumlah harga dan jumlah angsuran akan ditentukan ketika
pelaksanaan akad pembiayaan, akad yang digunakan dalam pembiayaan BSM
Cicil Emas adalah menggunakan akad murabahah (jual beli) dan akad Rahn
(gadai) sebagai pengikat jaminan.19
Tabel 2.1
Tabel Simulasi Angsuran Cicil Emas
(dalam Ribu Rupiah)
Berat
LM
(Gram)
Harga
Beli
Emas
10
5,332
1,066
4,265
25
13,225
2,651
50
26,445
100
200
19Ibid.,
Uang
Muka
(20%)
Pembiayaan
(80%) 12 bln
Ansuran per Bulan
24 bln
36 bln
48 bln
60 bln
391
213
154
125
108
10,064
972
529
383
311
269
5,289
21,156
1,939
1,056
764
621
537
5,284
10,568
42,272
3,875
2,110
1,528
1,241
1,073
132,000
264,000
105,600
9,681
5,271
3,817
3,102
2,681
37
Sumber: Bank Syariah Mandiri, 2017
Produk Pembiayaan Cicil Emas termasuk kedalam pembiayaan consume
Bank Syariah Mandiri, dalam produk jual beli emas BSM meluncurkan dua produk
yaitu produk BSM Cicil Emas dan BSM Gadai Emas, meskipun termasuk dalam
produk yang sejenis yaitu dalam bidang jual beli emas, namun keduanya adalah dua
produk berbeda namun saling melengkapi. Dimana produk BSM Cicil emas
memfasilitasi pembelian emas batangan atau lantakan secara angsur atau cicil dengan
barang atau emas batangan atau emas yang sedang dalam masa angsuran dijadikan
sebagai jaminan selama masa angsuran pembiayaan dengan akad murabahah sebagai
akad jual beli dan akad rahn sebagai pengikat jaminan. Sedangkan BSM Gadai Emas
adalah produk BSM yang memfasilitasi penggadaian emas dalam bentuk lantakan
atau batangan maupun perhiasan dimulai dari emas 16 hingga 24 karat bagi nasabah
yang membutuhkan pinjaman dana dengan emas yang nasabah miliki sebagai agunan,
dengan menggunakan akad rahn dalam skim gadai dan ijarah untuk skim sewa
pemeliharaan jaminan.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya yang merupakan
gambaran sistematis dari kinerja kerangka teori dalam memberikan solusi atau
alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
38
Dalam rumusan masalah penelitian telah ditetapkan akan dikaji
Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Emas terhadap Penyaluran Pembiayaan
Cicil Emasa pada Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Banjarnegara periode
2014-2016.
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Emas terhadap
Penyaluran Pembiayaan BSM Cicil Emas Di Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Banjarnegara. (Periode 2014-2016)
Inflasi
Harga Emas
(X1)
(X2)
Penyaluran Pembiayaan BSM
Cicil Emas
(Y)
Regresi Linier Berganda
Uji Hipotesis
•
•
•
Uji T
Uji Adj R
Square
Uji F
Uji Asumsi Klasik
•
•
•
•
Uji Normalitas
Uji Multikolenieritas
Uji
Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
39
Hasil dan Kesimpulan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Adapun perumusan hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran
pembiayaan BSM cicil emas.
Ha: Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran
pembiayaan BSM cicil emas.
2. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh harga emas terhadap penyaluran
pembiayaan BSM cicil emas.
Ha: Diduga terdapat pengaruh harga emas terhadap penyaluran
pembiayaan BSM cicil emas.
3. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi dan harga emas secara
simultan terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas.
Ha: Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi dan harga emas secara
simultan terhadap penyaluran pembiayaan BSM cicil emas.
40
Download