BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan istilah yang biasa dikenal untuk menunjukkan kegiatan proses belajar antara guru dan siswa. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian tentang pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai “... proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sitemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Istilah pembelajaran banyak didefinisikan secara berbeda-beda oleh para ahli.. Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2010: 32)” pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan yang direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran”. Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang penting. Keberhasilan pembelajaran ditentukan dari kesiapan guru. Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan akan memberikan pengaruh yang besar dalam proses pembelajaran itu. Murshell dalam Slameto (2010: 33) mengemukakan bahwa pembelajaran digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. Gagne, Briggs dan Wager dalam Winataputra, Udin S (2008: 1.19), berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Isjoni (2011: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan 9 10 oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Sardiman (2007: 47) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Pembelajaran dipengaruhi pula oleh suasana lingkungan, lingkungan yang baik memberikan pengaruh positif bagi anak untuk menerima setiap pelajaran yang guru berikan. Berdasarkan definisi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar yaitu dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri pebelajar yang berlaku dalam waktu relatif lama, sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa dapat terbentuk dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan lingkungan belajarnya. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat dioptimalkan selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, belajar merupakan faktor yang menentukan hasil sebagaimana telah ditentukan dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi serta berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar merupakan hal yang penting dalam proses pemahaman konsep siswa. 11 Belajar adalah proses usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah dan ditempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Para ahli psikologi menetapkan berbagai definisi karena definisi merupakan rangkaian kalimat untuk menyatakan suatu konsep. Oleh karena itu, ada banyak definisi sebanyak pencetusnya walaupun ada persamaan konsep. Menurut Gagne dalam Whandi (2007) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Slameto (2010:2) menyatakan pendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman yang didapat dari lingkungan. Pengalaman itu diperoleh melalui interaksi, maka untuk membangun pengetahuan siswa dibutuhkan proses interaksi sosial yang baik. Abdilah dalam Aunurrahman (2010:35) mengartikan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang berkesinambungan yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan perubahan tingkah laku, yang diwujudkan dalam bentuk ketrampilan, sikap atau kebiasaan, dan pengetahuan, sebagai hasil latihan atau pengalaman serta interaksi sosial dengan kelompok dan lingkungan melalui pemecahan masalah yang riil, biasanya dalam suatu mekanisme kolaboratif. 12 c. Teori-Teori Belajar Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks serta selalu mengalami perubahan. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada definisi belajar yang digunakannya. Secara umum pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan perilaku dari diri orang tersebut. Apabila seseorang telah melakukan suatu proses kegiatan tetapi pada akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka dikatakan tidak terjadi proses belajar dalam diri orang itu. Teori-teori yang mendukung dan mendasari pembelajaran dengan metode Team Assisted Individualization yaitu teori belajar kontruktivisme, teori belajar Vygotsky, teori perkembangan Piaget, teori belajar Ausubel, teori belajar Gagne, teori kognitif, dan teori psikologi sosial. 1) Teori Belajar Konstruktivisme Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat von Glasersfeld dalam Paul Suparno S. J. (2005: 75). Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu; a) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, b) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan c) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58). Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk oleh interaksi dengan pengalamanpengalaman tersebut. Kemampuan membandingkan sangat penting untuk dapat menarik suatu sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus lalu dapat melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan. Kadang, seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu dari pada yang lain, dan disini akan muncul soal nilai dari pengetahuan yang kita bentuk. Brooks dan Brooks (1999) dalam Daniel Muijs dan David Reynolds yang diterjemahkan oleh Helly Prajitno Soetjipto (2008: 105) memberikan 13 perbandingan menarik antara kelas konstruktivis dan tradisional, seperti yang tersajikan dalam Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Perbandingan kelas konstruktivis dan tradisional Tradisional Kegiatan-kegiatannya Konstruktivis terutama bersandar pada textbooks Presentasi materi dengan Kegiatan-kegiatannya terutama bersandar pada materi-materi hands-on dimulai bagian-bagian, Presentasi materi keseluruhan, dimulai kemudian dengan pindah kemudian pindah ke keseluruhan bagian-bagian. Menekankan pada keterampilan- Menekankan pada ide-ide besar ke keterampilan dasar Guru menekankan tentang harus Guru mengikuti pertanyaan-pertanyaan diikutinya kurikulum yang pasti murid Guru Guru menyiapkan sebuah lingkungan mempresentasikan informasi kepada murid belajar, di mana murid dapat membuat murid menemukan pengetahuan Guru berusaha membuat murid Guru berusaha memberikan jawaban “benar” mengungkapkan sudut pandang dan pemahaman mereka, sehingga mereka dapat memahami pembelajaran mereka Asesmen dilihat sebagai sebuah Asesmen dilihat sebagai sebuah kegiatan tersendiri dan terjadi kegiatan yang diintegrasikan dengan melalui testing belajar-mengajar dan terjadi melalui portofolio dan observasi Von Glaserfeld (1989) dalam Paul Suparno, S. J., (2005: 83) menjelaskan pengaruh konstruktivisme dalam studi bersama grup. Menurutnya, dalam studi group, siswa yang bekerja bersama pada suatu persoalan, harus mengungkapkan bagaimana mereka melihat persoalan itu dan hal-hal yang ingin ia buat dengan persoalan itu. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar 14 konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Menurut von Glaserfeld dalam Paul Suparno, S. J. (2005: 85), pengajar perlu membiarkan murid menemukan cara yang paling menyenangkan dalam pemecahan persoalan. Murid kadang suka mengambil jalan yang tidak disangka, yang tidak konvensional untuk memecahkan suatu soal. Bila seorang guru tidak menghargai cara penemuan mereka, ini berarti menyalahi sejarah perkembangan sains, yang dimulai juga dari kesalahan-kesalahan. 2) Teori Belajar Vygotsky Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu (http://massofa.wordpress.com): a) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran. b) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten. c) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian 15 dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya. d) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. Perancahan berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Vygotsky juga mulai meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak secara psikologis. Namun, Vygotsky menekankan interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik (Cobb, 1996 dalam Paul Suparno, S. J., 2005 : 79). Itulah sebabnya banyak implikasi pendidikan yang membuat siswa berpartisipasi alam aktivitas para ahli. Dalam interaksi dengan mereka itulah para murid ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya lebih sesuai dengan konstruksi para ahli (Paul Suparno, S. J., 2005: 79-80). Menurut Isjoni (2011: 55), Vygotsky mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ada dua jenis perkembangan pengertian yaitu pengertian spontan dan pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah. Teori Vygotsky menekankan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini. Selain itu, ide yang diungkapkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada 16 anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu (Isjoni, 2011: 56). Nilai penting yang dapat diambil dari ide Vygotsky serta mendukung penelitian ini adalah belajar dalam tim (dengan berdiskusi) maka akan terjadi interaksi sosial antara siswa dengan teman sebaya yang lebih mampu dan dengan guru, sehingga siswa dapat maju kezone of proximal development tempat pembelajaran baru terjadi. Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding, yaitu membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan keterampilan, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut sampai akhirnya siswa dapat belajar sendiri serta mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri. 3) Teori Perkembangan Piaget Jean Piaget merupakan seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif manusia. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur seseorang, maka makin komplek susunan sel syarafnya, sehingga makin meningkat pula kemampuannya. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Setiap anak akan melewati tahapan demi tahapan secara hirarki, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget dalam Daniel Muijs and David Reynolds (2008: 24) membagi tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat, yaitu: a) Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun), b) Tahap Pra-operasional (2-7 tahun), c) Tahap Operasional Konkret (7 – 12 tahun), d) Tahap Operasional formal (12 tahun – ke atas). Teori perkembangan kognitif menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita dikenal dengan teori belajar 17 konstruktivisme. Dalam teori Piaget, ada tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisik (physical knowledge), pengetahuan logika-matematik (logicomathematical knowledge) dan pengetahuan sosial (sosial knowledge). Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang ciri-ciri fisik dan obyek. Sumber pengetahuan fisik terutama terdapat dalam obyek itu sendiri, sehingga obyek menjadi sumber dari pengetahuan sebagai pengamatan. Pengetahuan logika-matematik bersifat abstrak, terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan diintroduksikan pada obyek-obyek. Sedangkan pengetahuan sosial merupakan pengetahuan yang dibuat bersama oleh masyarakat, yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Jadi pengetahuan sosial membutuhkan manusia, tanpa interaksi dengan manusia, tidak mungkin bagi seorang anak untuk memperoleh pengetahuan sosial (Muhibbin Syah, 2009: 24-29). Walaupun terdapat perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Siswa kelas X termasuk dalam tingkat operasional formal. Anak pada tingkat operasional formal dalam berfikir tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret tetapi juga mempunyai kemampuan berfikir abstrak. Oleh karena itu metode pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Team Assisted Individualy adalah sesuai dimana siswa belajar dalam tim/kelompok, bekerja sama memecahkan masalah dan memahami materi dengan cara berdiskusi. 4) Teori Belajar Ausubel Menurut Ausubel, bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam stuktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi 18 yang telah dipelajari dan diingat siswa. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran dalam kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan, sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri (Isjoni, 2011: 35-36). Inti teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (2011: 95-98) ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bemakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Ada tiga kebaikan teori belajar bermakna, yaitu : (1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat. (2) Informasi yang tersubsumsi berakibat peningkatan diferensiasi dari submersubmer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. (3) Informasi yang telah dilupakan meninggalkan efek residual, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun sudah terjadi “lupa”. 5) Teori Belajar Gagne Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu belajar responden, belajar kontiguitas, belajar operant, belajar observasional, dan belajar kognitif. Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itupada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi. Bentuk belajar semacam ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini sering kita alami. Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar 19 pengulangannya. Belajar semacam ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari metode-metode, dan masing- masing kita mungkin menjadi suatu metode bagi orang lain dalam belajar observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwaperistiwa disekitar kita (Syaiful Sagala, 2009:17-28). 2. Metode Pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization) Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah metode pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization). TAI adalah metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slavin, “Teams Assisted Individualization” dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual. Metode TAI ini merupakan metode pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa yang lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilisator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pembelajaran TAI akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam system kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Menurut Slavin (2010,195-200) secara umum TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu: a. Kelompok/Tim Kelompok dalam pembelajaran TAI terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili bagiannnya dari kelas dalam menjalankan aktivitas akademik. Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja sehingga bias mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini siswa biasanya 20 menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada, membandingkan soal yang ada, dan mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam tim mengalami kesalahan. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai asisten atau anggota lain yang lebih tahu. b. Tes Pengelompokan Siswa-siswa diberi tes awal pada awal program pembelajaran. Hasil dari tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan poin yang mereka peroleh. c. Materi Kurikulum Pada proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi. d. Kelompok Belajar Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau asisten yang telah ditunjuk, kalau belum paham baru minta penjelasan guru. e. Penilaian dan Pengakuan Tim Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat/penghargaan atau sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. f. Mengajar Kelompok Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual maupun kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa sangat diutamakan pada pembelajaran TAI. 21 g. Lembar Kerja Pada setiap sub konsep materi pokok diberikan lembar kerja secara individual untuk mengetahui pemahaman bahan atau materi dapat berupa ringkasan materi yang dipelajari dirumah kemudian pertemuan selanjutnya dikerjakan. h. Mengajar Seluruh kelas Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentikan program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Pada akhir pembelajaran diberikan kesimpulan dari materi. Metode pembelajaran kooperatif TAI (Teams Assisted Individualization) dalam pelaksanaannya terbagi menjadi: a. Pengelompokan Dalam proses pengelompokkan didasarkan pada prestasi belajar sebelumnya, dalam hal ini hasil pretes materi yang akan diajarkan. b. Tahap Penyajian materi Pelajaran Pada tahap ini materi pelajaran diperkenalkan melalui penyajian kelas. Pada penyajian materi pelajaran ini dilakukan melalui : 1) pengajaran kelompok. Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu kelompok, maka kelompok tersebut dapat meminta guru untuk menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut, sedangkan kelompok lain yang sudah paham dapat melanjutkan pekerjaannya; 2) Pengajaran seluruh kelas. Pengajaran dilakukan pada proses akhir pembelajaran. Guru menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting dalam pembelajaran. Keaktifan siswa sangat diharapkan melalui pengajaran ini. c. Kegiatan Kelompok Setelah terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing individu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada buku mereka. Mereka bekerja sebagai satu tim, jika terdapat kesulitan dipecahkan secara bersama-sama dengan kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri, kemudian saling mencocokan dengan teman sekelompoknya. Paket soal yang 22 terdapat di lembar kerja diberikan menurut tingkat kesukaran soal, diurutkan dari soal yang mudah dilanjutkan soal yang sukar dan juga sesuai dengan urutan materi, dari materi yang mudah dilanjutkan materi yang sulit. Setelah paket soal selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberi nilai oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif metode TAI, menekankan kerjasama kelompok dimana seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompoknya. Dengan metode TAI yang dibantu dengan media handout ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk saling membantu anggota kelompoknya, sehingga semua siswa dapat menguasai materi tata nama senyawa, Peran guru dalam metode TAI ini hanya bertindak sebagai fasilisator dan mediator serta menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. 3. Media Pembelajaran Handout a. Definisi Handout Media merupakan alat komunikasi dan sumber informasi. Media digunakan untuk mempermudah komunikasi dan proses mengajar. pembelajaran mempunyai beberapa kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) teknologi audio-visual, (3) hasil teknologi berdasarkan komputer, (4) penggabungan teknologi cetak dan komputer (Arsyad, 2011:29). Handout adalah termasuk media cetak karena handout berbasis teks atau tulisan di dalam lembaran. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis atau cetak yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Menurut Prastowo (2011:79) handout adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik. Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian bahan ajar ini tentunya bukanlah sesuatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan praktis. 23 Pendapat lain tentang handout disampaikan oleh Slirawati (2010) bahwa handout merupakan bahan ajar yang dituangkan secara ringkas yang berguna sebagai pegangan dalam pembelajaran. Dengan adanya handout guru membantu peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara lebih terarah dan terfokus, karena handout adalah sejenis kisi – kisi materi aja yang akan disampaikan guru. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa handout merupakan media atau bahan pembelajaran cetak yang diberikan secara cuma-cuma kepada siswa yang berisi tentang ringkasan materi dan materi tersebut sesuai dengan kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh siswa. b. Fungsi Handout Media pembelajaran ini tentunya memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti yang di ungkapkan oleh Steffen dan Ballstaedt dalam Prastowo (2011:80) fungsi handout antara lain: 1) Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat 2) sebagai pendamping penjelasan pendidik 3) sebagai bahan rujukan peserta didik 4) memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar 5) pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan 6) memberi umpan balik Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa handout memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran, diantara fungsi-fungsi di atas semua mengacu pada kemudahan siswa untuk mendapatkan informasi saat mengikuti pembelajaran, sehingga dengan demikian tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. c. Langkah-langkah Penyusunan Handout Menurut Prastowo (2011:86) adapun langkah-langkah penyusunan handout adalah sebagai berikut: 1) Lakukan analisis kurikulum 2) Tentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan dicapai 24 3) kumpulkan referensi sebagai bahan penulisan usahakan referensi yang digunakan terkini dan relevan dengan materi pokoknya 4) dalam menulis, usahakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang 5) evaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang 6) perbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan 7) gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout. Berdasarkan pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa dalam pembuatan handout perlu mengikuti beberapa langkah-langkah penyusunannya, hal ini dimaksudkan agar handout yang dibuat dapat lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran. 4. Interaksi Sosial a. Definisi Interaksi Sosial Menurut Slamet Santoso (2006: 10), pada hakekatnya manusia memiliki sifat yang dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 1) Manusia sebagai makhluk individu; 2) manusia sebagai makhluk sosial dan; 3) manusia sebagai makhluk berkeTuhanan. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesama dalam hidupnya disamping tuntutan untuk berkelompok. Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, artinya bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tantang kehadirannya disamping kehadiran individu lain. Hal ini disebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, ketika mereka berbuat, saling mengakui dan saling mengenal. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 65) “interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang per orang dengan kelompok manusia”. Slamet Santoso (2006: 11) mengutip pendapat S.S. Sergeant yang mengatakan “social interaction is to consider social behavior always within a group framework, as related to group structure and function”. Apa yang dikemukakan oleh S.S. Sargent tentang interaksi sosial memandang tingkah laku sosialyang selalu dalam kerangka kelompok seperti struktur dan fungsi dalam kelompok. 25 Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 65-66), “kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: 1) antar orang perorang, dilakukan dalam proses sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai di masyarakat; 2) antara individu dengan suatu kelompok sosial atau sebaliknya; 3) antara kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya”. Komunikasi memberikan penafsiran kepada manusia yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah, sikap dan tindakan. Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang (pengirim) baik secara langsung maupun melalui media kepada orang lain (penerima). Sejalan dengan itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses berbagi bersama perasaan, gagasan, sikap, dan perilaku dalam meraih tujuan yang diinginkan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing- masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Adapun indikator interaksi sosial sebagai berikut: siswa dapat mengenali diri sendiri dengan baik, menghargai orang lain, mampu bekerja sama seperti san tidak bersifat egois. b. Teori-teori Interaksi Sosial Bales dalam Slamet Santoso (2006:27) mengemukakan teori tentang interaksi sosial. Teori tersebut meliputi aspek-aspek interaksi sosial, antara lain berupa: “1) situasi, yaitu suasana dimana tingkah laku masing-masing individu tersebut berlangsung; 2) aksi/interaksi adalah suatu tingkah laku yang tampak sebagai pernyataan pribadi; 3) setiap aksi adalah interaksi, sebab aksi/interaksi selalu menghubungkan subyek dengan obyek atau situasi tertentu. Macam-macam interaksi sosial yaitu meliputi : 1) interaksi antara individu dengan diri pribadi; 2) interaksi antara individu dengan individu; 3) interaksi antara individu dengan kelompok; dan 4) interaksi antara kelompok dengan kelompok”. 26 c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu 1). Faktor Imitasi, merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku, mode pakaian dan lain-lain. 2). Faktor Sugesti, yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang lain. 3). Faktor identifikasi, merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. 4). Faktor Simpati, merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya berdasarkan sugesti atau imitasi saja. d. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santoso (2006:22-23), bentukbentuk interaksi sosial antara lain: 1) kerjasama (cooperation), yaitu suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan. Perlu disadari bahwa tujuan bersama tersebut merupakan perpaduan atau kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehingga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling member atau menerima pengaruh dari anggota lain; 2) persaingan (competition), yaitu suatu bentuk interaksi sosial ketika seseorang individu dapat mencapai tujuan tersebut. Persaingan dapat pula diartikan sebagai suatu proses sosial ketika individu/kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Persaingan memiliki fungsi-fungsi, antara lain:menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok, menarik perhatian umum atau masyarakat, dan alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan kelompok lekas tercapai. Menurut Park dan Burgess dalam Slamet Santoso (2006: 23-27), bentuk interaksi sosial dibagi menjadi: 1) persaingan (competition); 2) pertentangan (conflict), yaitu merupakan proses sosial dimana individu-individu atau kelompok individu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menetang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan; 3) persesuaian (accomodation), yaitu “…a process of increasing mutual adaption or adjustment. Typically accommodation is a kind of comprise by which conflict is halted, though often only temporally”(S.S. Sargent). Persesuaian merupakan usaha dimana individu-individu atau kelompok individu saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada juga 27 yang mendefinisikan usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi juga berarti suatu proses ketika individu atau kelompok saling menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan-ketengan; 4) perpaduan/asimilasi (assimilation) yaitu suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai adanya usaha-usaha menguarangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara individu-individu atau kelompokelompok dan juga merupakan usah-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan atau tujuan bersama. Kourt dalam Slamet Santoso (2006: 27) membagi interaksi sosial menjadi “1) komensalisme yaitu suatu interaksi sosial yang dilaksanakan tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu; 2) parasialisme yaitu suatu interaksi sosial yang hanya menguntunkan salah sata pihak saja; 3) mutualisme yaitu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah pihak; 4) sociality yaitu suatu interaksi sosial yang bersifat kemasyarakatan”. Abu Ahmadi (2004:99) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi soaial meliputi: “1) kerjasama; 2) akomodasi; 3) asimilasi, yaitu suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi adanya perbedaan yang terdapat pada tiap-tiap individu atau kelompok manusia dengan meningkatkan kesatuan sikap, tindakan, dan proses-proses mental sebagai upaya mencapai tujuan dan kepentingan bersama; 4) persaingan, yaitu suatu proses dimana individu atau kelompok yang bersaing berusaha mencari keuntungan melalui bidang0bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian dan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman; 5) kontrovensi, merupakan gejala-gejala adanya rasa ketidakpuasan terhadap keputusan atau tindakan orang lain; 6) pertentangan/konflik, yaitu suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menantang pihak lain melelui ancaman atau kekerasan”. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa bentukbentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju ke arah stabilitas sosial) yang dilakukan melalui kerjasama, akomodasi, asimilasi, akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Dalam penelitian ini, indikator untuk mengetahui tingkat interaksi sosial yang terjadi pada siswa dapat ditinjau dari : 28 1) kerjasama (cooperation); 2) persaingan (competition); 3) pertentangan (conflict); 4) persesuaian (accomodation); dan 5) perpaduan (assimilation). e. Kelompok Model-Model Interaksi Sosial atau “Social Models” Kelompok model-model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama. Model-model interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi, yaitu : 1) Masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan menggunakan proses-proses sosial. 2) Proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus. Kelompok model ini menganggap bahwa mengajar pada hakekatnya sebagai hubungan sosial dan manusia pandai melakukan hubungan sosial itulah yang membentuk “better society”. Model ini menekankan pentingnya individu untuk melakukan hubungan dengan orang lain (Mulyani Sumantri, 2001: 55-56). 5. Prestasi Belajar Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Dengan melihat prestasi belajar siswa ini dapat membantu guru atau pengajar dalam meramalkan tujuan pembelajaran apakah sudah tercapai atau belum. Prestasi belajar siswa yang tinggi merupakan indikator positif tercapainya tujuan pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel (2009:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan 29 seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (2002:17) prestasi belajarnya adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Dalam pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sistem penilaian prestasi belajar ditinjau dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Yasmin, 2008: 33). a. Kognitif Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual. Kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal dari tingkat “pengetahuan” sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”. Aspek kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Antara lain, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam menerapkan keenam tingkat kognitif, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang lebih rendah, kongkret, sederhana, (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang paling tinggi, kompleks, dan abstrak (tingkat evaluasi). b. Afektif Aspek afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif yaitu memperhatikan suatu fenomena sederhana sampai kepada yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam Depdiknas (2008: 4) tujuan afektif tersebut sebagai sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral. c. Psikomotorik Ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu. Pengukuran keberhasilan pada aspek keterampilan ditujukan pada keterampilan kerja dan 30 ketelitian dalam mendapat hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki siswa bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai teknik praktikum, khususnya dalam penggunaan alat dan bahan, pengumpulan data, meramalkan, dan menyimpulkan. 6. Materi Tata Nama Senyawa Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia a. Tata Nama Senyawa Kimia Setiap senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Namun, pemberian nama yang spesifik bukan berarti tanpa masalah, sebab jumlah senyawa sangat banyak. Dewasa ini tidak kurang dari 10 juta senyawa yang sudah dikenal dan ribuan senyawa ditemukan tiap tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut, himpunan kimia sedunia yang dikenal dengan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) telah merumuskan tata nama senyawa kimia. Nama yang didasarkan pada aturan IUPAC ini kita kenal sebagai nama IUPAC. 1) Tata Nama Senyawa Anorganik a) Tatanama Senyawa Biner Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terbentuk dari dua macam unsur yang berbeda (terdiri atas unsur logam dan nonlogam disebut dengan senyawa biner ionik, serta unsur nonlogam dan nonlogam disebut dengan senyawa biner kovalen). (1) Senyawa Biner Kedua-duanya Nonlogam (Biner Kovalen) Senyawa biner kedua-duanya nonlogam merupakan senyawa yang tersusun atas unsur-unsur, bukan ion-ion. Dalam penamaan senyawa biner mengikuti aturan sebagai berikut: (a). Unsur yang berada di depan atau unsur pertama disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dan ditandai dengan awalan angka Yunani, Jika unsur pertama memiliki jumlah satu biasanya tidak dituliskan dengan awalan angka Yunani. (b). Unsur yang berada di belakang atau unsur kedua ditandai dengan awalan angka Yunani, dan dinamai sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida. 31 Awalan angka Yunani Mono = 1 Heksa = 6 Di = 2 Hepta = 7 Tri = 3 Okta = 8 Tetra = 4 Nona = 9 Penta = 5 Deka = 10 Contoh: CO : karbon monoksida CO2 : karbon dioksida N2O5 : dinitrogen pentaoksida PCl5 : fosfor pentaklorida (2) Senyawa Biner dari Logam dan Nonlogam (Biner Ionik) Senyawa biner ionik merupakan senyawa yang tersusun atas unsur logam dan unsur nonlogam. Senyawa ini terbentuk dari ikatan antar ion. Pada unsur logam khususnya golongan transisi yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu maka siswa disarankan untuk menghafal unsur-unsur tersebut untuk mempermudah dalam penamaan. Dalam penamaan senyawa biner ionik mengikuti aturan sebagai berikut: (a). Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama unsur tersebut. (b). Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida. Contoh: KBr : kalium bromida NaCl : natrium klorida AlCl3 : alumunium klorida BaCl2 : barium klorida Pada senyawa biner tersebut di atas, unsur logam sebagai kation (ion positif) dan unsur nonlogam sebagai anion (ion negatif). Apabila ion positif dan ion negatif bergabung membentuk senyawa, jumlah muatannya harus nol. Contoh: 32 3+ Ion Fe apabila bergabung dengan ion S 2– akan membentuk senyawa dengan rumus kimia Fe2S3, sebab untuk menjadikan netral setiap tiga ion S yang mempunyai muatan –2 memerlukan 2 buah ion Fe 3+ 2– yang bermuatan +3. Pada penamaan senyawa biner ionik yang mengandung unsur transisi sebagai berikut: (a). Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama Indonesia unsur tersebut, diikuti dengan jumlah muatannya yang dituliskan dengan angka romawi. (b). Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida. Perhatikan beberapa contoh berikut: FeCl3 : besi(III) klorida SnO : timah(II) oksida AgBr : perak(I) bromida CuCl2 : tembaga(II) klorida b) Senyawa yang Tersusun Atas Ion Poliatom Ion-ion dibedakan menjadi ion atom tunggal (ion monoatom) dan ion yang tersusun atas gabungan beberapa unsur yang disebut ion poliatom. Cara pemberian nama senyawa yang tersusun atas kation dan anion poliatomik yaitu: (1). Nama logam kation diikuti dengan nama anionnya. (2). Jika logam kation merupakan usur transisi, dinamai sesuai dengan nama Indonesia unsur tersebut, diikuti dengan jumlah muatannya yang dituliskan dengan angka romawi kemudian diikuti nama anioannya. Untuk mempermudah dalam penamaan senyawa yang tersusun atas ion poliatomik sangat disarankan bagi siswa untuk menghafal baik nama dan jumlah muatan dari kation poliatomik dan anion poliatomik. Hal ini dikarenakan banyaknya ion poliatomik dengan nama dan jumlah muatan yang 33 ada. Contoh: NH4Cl : amonium klorida NaNO3 : natrium nitrat KCN : kalium sianida Zn(OH)2 : seng(II) hidroksida (pada senyawa ini, bilangan oksidasi seng = 2) FeC2O4 : besi(II) oksalat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 2) Fe2(SO4)3 : besi(III) sulfat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nama senyawa ion poliatomik sebagai berikut: (a) . Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif kecuali ion ammonium (NH4+). – (b). Hampir seluruh ion poliatom mengandung oksigen, kecuali CN dan NH4+. Untuk jumlah oksigen yang lebih sedikit diberi akhiran -it, dan untuk jumlah oksigen yang lebih banyak diberi akhiran -at. Contoh: SO32diberi nama sulfit sedangkan SO42- diberi nama sulfat. (c). Penamaan pada ion poliatomik yang mengandung unsur oksigen yang lebih dari dua jenis anion adalah sebagai berikut. Anion dengan jumlah oksigen terkecil diberi awalan hipo- dan akhiran –it. Untuk penambahan oksigen selanjutnya, penamaannya hanya diberi akhiran –it. Untuk penambahan oksigen berikutnya penamaannya diberi akhiran –at. Pada penamaan dengan penambahan oksigen dengan jumlah oksigen terbanyak diberikan awalan per- dan akhiran –at. Contoh: ClO- : hipoklorit ClO2- : klorit ClO3- : klorat ClO4- : perklorat (d). Suatu senyawa bersifat netral. Oleh karena itu, apabila suatu senyawa belum netral, ion-ion yang berbeda muatannya harus disamakan terlebih 34 dahulu dengan menambahkan angka indeks. Contoh: Ion Pb 2+ dan NO3 - . Oleh karena Pb2+ bermuatan 2+ sedangkan NO3- bermuatan -1 untuk membentuk senyawa yang netral diperlukan 2 NO 3-. Maka senyawanya menjadi Pb(NO3)2. Berikut ini adalah beberapa pengelompokan jenis anion dan kation: Tabel 2.2 Beberapa Jenis Kation No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rumus Na+ K+ Mg2+ Ca2+ Sr2+ Ba2+ Al3+ Zn2+ Ni2+ Ag+ Sn2+ Sn4+ Nama ion Natrium Kalium Magnesium Kalsium Stronsium Barium Alumunium Zink Nikel Perak Timah (II) Timah (IV) No 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rumus Pb2+ Pb4+ Fe2+ Fe3+ Hg+ Hg2+ Cu+ Cu2+ Au+ Au3+ Pt4+ NH4+ Nama Ion Timbal (II) Timbal (IV) Besi (II) Besi (III) Raksa (I) Raksa (II) Tembaga (I) Tembaga (II) Emas (I) Emas (III) Platina (IV) Amonium Tabel 2.3 Beberapa Jenis Anion No Rumus 1 OH- 2 2- O 3 F- 4 Cl Nama Ion Nama Ion SO42- Sulfat Oksida 17 PO3 3- Fosfit Fluorida 18 PO43- Fosfat Klorida - Rumus 16 Hidroksida - No 19 AsO3 3- Arsenit 3- Arsenat 5 Br Bromida 20 AsO4 6 I- Iodida 21 SbO33- Antimonit Sianida 22 SbO4 3- Antimonat Sulfida 23 ClO- 7 CN 8 S2- - 2- Karbonat Hipoklorit ClO2 - Klorit - Klorat 9 CO3 10 SiO32- Silikat 25 ClO3 11 C2O42- Oksalat 26 ClO4- - 24 Perklorat - 12 CH3COO Asetat 27 MnO4 13 NO2- Nitrit 28 MnO42- Permanganat Manganat 35 14 NO3- Nitrat 29 CrO42- Kromat 15 SO32- Sulfit 30 Cr2O72- Dikromat Tabel 2.4 Beberapa Pengelompokan Kation Monokation Monokation bermuatan +1 Polikation Monokation bermuatan +2 Monokation bermuatan +3 Na+ Natrium Mg2+ Magnesium Al3+ Alumunium K+ Kalium Ca2+ Kalsium Fe3+ Besi (III) Ag+ Perak (I) Sr2+ Stronsium Au3+ Emas (III) Hg+ Raksa (I) Ba2+ Barium Cu+ Tembaga (I) Zn2+ Zink (II) Au+ Emas (I) Ni2+ Nikel (II) 2+ Sn Timah (II) Pb2+ Timbal (II) Fe2+ Besi (II) Hg2+ Raksa (II) Cu2+ Tembaga (II) Monokation bermuatan +4 Timah Sn4+ (IV) Timbal 4+ Pb (IV) Platina 4+ Pt (IV) Polikation bermuatan +1 NH4+ Amonium Tabel 2.5 Beberapa Pengelompokan Anion Jenis-Jenis Anion Monoanion Monoanion Monoanion bermuatan bermuatan -1 -2 FClBrI- Fluorida O2- Klorida S2- Bromida Iodida Polianion bermuatan -1 Oksida OH- Sulfida CN- Hidroksida Cianida - NO2 - NO3 COO- CH3 ClO- SiO3 Nitrat Klorit - Klorat ClO4 - Perklorat MnO4- Permanganat Silikat 2- 2- Asetat Karbonat 2- C2O4 Hipoklorit ClO3 CO32- Nitrit - ClO2 Polianion Polianion bermuatan -2 SO4 Oksalat Sulfat 2- SO3 Sulfit MnO4 2- Manganat Polianion bermuatan -3 PO33- Fosfit 3- Fosfat PO4 3- Arsenit 3- Arsenat 3- Antimonit 3- Antimonat AsO3 AsO4 SbO3 SbO4 36 c) Tatanama Senyawa Hidrat Beberapa senyawa yang berwujud kristal mampu mengikat air dari udara atau bersifat higroskopis, sehingga kristal senyawa tersebut mengandung "air kristal". Senyawa yang mengandung air kristal disebut hidrat. Kristal hidrat tidak berair karena molekul air terkurung rapat dalam kristal senyawa. Senyawa hidrat dinamai dengan menambahkan awalan angka Yunani yang menyatakan banyaknya air kristal hidrat di akhir nama senyawa tersebut. Contoh: CuSO4 .5H 2 O : tembaga(II) sulfat pentahidrat CaSO 4 .2H 2 O : kalsium sulfat dihidrat Na2 CO3 .10H 2 O: natrium karbonat dekahidrat d) Tatanama Senyawa Asam Asam adalah zat yang jika dilarutkan di dalam air akan terlarut dan terurai menghasilkan ion hidrogen (H+) dan ion negatif. Semua asam diawali dengan hidrogen kecuali asam organik dan air. Pada umumnya asam merupakan senyawa biner yang mengandung hidrogen, oksigen, dan unsur nonlogam. Semua asam dinamai dengan awalan asam yang diikuti nama ion negatifnya. Contoh : HF : asam fluorida H2SO4 : asam sulfat H2C2O4 : asam oksalat e) Tatanama Senyawa Basa Basa adalah senyawa ion dari suatu logam dengan ion hidroksida (OH-). Larutan basa bersifat kaustik, jika terkena kulit terasa licin dan bersabun. pada umumnya basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH-. Nama senyawa basa sama dengan nama senyawa kationnya yang diikuti kata hidroksida. 37 Contoh : NaOH : natrium hidroksida Ca(OH)2 : kalsium hidroksida Al(OH)3 : alumunium hidroksida 2) Tata Nama Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa – senyawa karbon dengan sifatsifat tertentu yang awalnya tidak dapat dibuat dilaboratorium melainkan dapat diperoleh dari mahkluk hidup. Oleh karena itu senyawa-senyawa karbon tersebut dinamai senyawa organik. senyawa organik mempunyai tata nama khusus. selain nama sistematis, banyak senyawa organik yang mempunyai nama lain lazim atau nama dagang (nama trivial). beberapa diantaranya sebagai berikut: HCOH : formaldehid CO(NH2)2 : Urea CH3COOH : asam cuka C6H12O6 : Glukosa C6H12O11 : Sukrosa (C6H10O5)n : Pati /pati kanji CH3CH2OH : alkohol b. Persamaan Reaksi Kimia Persamaan reaksi adalah pemaparan reaksi kimia (perubahan reaktan menjadi produk) dengan menggunakan rumus kimia zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Contoh: 2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) Tanda panah menunjukkan arah reaksi dibaca “membentuk” atau “bereaksi menjadi”. Huruf kecil miring dalam tanda kurung mengikuti rumus kimia zat yang bersangkutan. Huruf : g = gas s = padatan (solid) l = cairan (liquid) aq = larutan dalam air (aquerous) 38 Langkah-langkah dalam melakukan persamaan reaksi kimia. 1). Menuliskan Persamaan Reaksi: Penulisan persamaan reaksi dapat dilakukan dalam tiga langkah sebagai berikut: a). Menuliskan persamaan kata-kata yang terdiri dari nama dan keadaan zat (zat-zat) pereaksi serta nama dan keadaan zat (zat-zat) hasil reaksi. b). Menuliskan persamaan rumus yang terdiri dari rumus kimia zat (zatzat) pereaksi dan zat (zat-zat) hasil reaksi, lengkap dengan keterangan tentang wujud/keadaannya. c). Menyetarakan, yaitu memberi koefisien yang sesuai sehingga jumlah atom setiap unsur sama pada kedua ruas. Contoh : Alumunium bereaksi dengan larutan asam sulfat membentuk larutan alumunium sulfat dan gas hydrogen. Langkah 1 : Menuliskan persamaan kata-kata alumunium + larutan asam sulfat larutan alumunium sulfat + gas hidrogen Langkah 2 : Menuliskan persamaan rumus Al (s) + H2SO4 (aq) Al2(SO4)3 (aq) + H2 (g) Langkah 3 : Penyetaraan Al (s) + 3H2SO4 (aq) Al2(SO4)3 (aq) + H2 (g) 2). Menyetarakan persamaan reaksi, Langkahnya: Contoh : Al (s) + HCl (aq) AlCl3 (g) + H2 (g) a). Menetapkan koefisien AlCl3 = 1, sedangkan zat lainnya dengan koefisien sementara. aAl (s) + bHCl (aq) 1 AlCl3 (g) + c H2 (g) b). Menyetarakan atom Al dan Cl (atom yang terkait langsung dengan zat yang diberi koefisien 1) Al ruas kiri = a; ruas kanan = 1: berarti a = 1 Cl ruas kiri = b, ruas kanan = 3: berarti b = 3 39 1 Al (s) + 3 HCl (aq) 1 AlCl3 (g) + c H2 (g) c). Menyetarakan unsur lain (H): Atom H ruas kiri = 3; ruas kanan = 2C 2C = 3 C = 1,5 1 Al (s) + 3 HCl (aq) 1 AlCl3 (g) + 1,5 H2 (g) Untuk membulatkan pecahan, semua koefisien dikali 2: 2 Al (s) + 6 HCl (aq) 2 AlCl3 (g) + 3 H2 (g) (Setyawati, 2009; Mahardiani, dkk, 2009). B. Kerangka Berpikir Pelaksanaan pembelajaran yang berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menitikberatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaannya harus tercipta lingkungan belajar yang nyaman dan efektif. Untuk itu guru harus berupaya menfasilitasi siswa dalam proses pembelajarannya yang meliputi penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan instrument pendukung pembelajarannya agar dapat berlangsung dengan baik. Kimia tergolong dalam mata pelajaran IPA yang membutuhkan pemikiran ilmiah, konsep-konsep, aljabar dan hafalan. Pelaksanaan pembelajaran kimia di sekolah termasuk materi yang sukar untuk dipelajari. Begitu juga dengan materi tatanama senyawa kimia dan persamaan reaksi kimia. Pada materi ini siswa dituntut untuk memahami proses penamaan senyawa kimia dan pemahaman penyetaraan reaksi kimia. Agar tujuan pembelajaran pada materi ini dapat tercapai maka dibutuhkan partisipasi aktif dari siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut perlunya guru melaksanakan pembelajaran yang aktif, menarik dan efektif. Langkah yang dapat di ambil antara lain dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif. Metode kooperatif ini memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil untuk saling tukar pendapat dalam penyelesaian permasalahan. Sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif ini akan tercipta. 40 Ada berbagai macam metode pembelajaran kooperatif salah satunya adalah TAI. Pada proses pembelajaran TAI yang harus kita lakukan pertama adalah memilih asisten. Asisten dipilih berdasarkan skor nilai yang didapat dalam tes pengelompokkan. Siswa yang mempunyai skor yang tertinggi nantinya akan dipilih menjadi asisten dengan pertimbangan siswa yang mempunyai nilai tertinggi tersebut mempunyai penguasaan konsep lebih baik dibandingkan dengan siswa yang lainnya dalam kelompoknya. Kemudian siswa dikelompokan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 6 siswa) yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan hasil tes pengelompokkan. Selanjutnya setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru pada lembar diskusi serta handout yang telah dibagikan dan diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum diskusi berlangsung siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dan memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman yang lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman yang lain, dan sebagainya. Masing-masing anggota dalam kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami materi pelajaran. Proses pembelajaran belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum mengusasai bahan pembelajaran yang diberikan. Hal itu mengingat pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada materi tata nama senyawa kimia dan persamaan reaksi kimia akan lebih baik, tidak hanya sekedar hafalan saja. Siswa SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar dari berbagai kalangan yang berbeda, baik dari segi sosial ekonomi, prestasi akademik dan tempat tinggal. Sehingga dalam hal ini setiap siswa akan memiliki karakter yang berbedabeda. Nampak siswa yang memiliki sifat individualis tinggi akan kurang 41 bersosialisasi dengan siswa lainnya. Biasanya siswa yang pintar cenderung memiliki interaksi sosial rendah dikarenakan mereka merasa tidak memerlukan diskusi dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran dengan menggunakan metode Team Assisted Individuallization memungkinkan untuk membantu mengembangkan interaksi sosial siswa yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Adapun indikator interaksi sosial sebagai berikut: siswa dapat bekerjasama memecahkan masalah , menghargai pendapat orang lain, melatih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan tidak bersifat egois. Diperkirakan bahwa siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi kemungkinan akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai interaksi sosial rendah. Sebaliknya siswa yang mempunyai interaksi sosial rendah dengan diberikannya pembelajaran Team Asissted Individualization, diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization yang diharapkan dapat meningkatkan interaksi sosial dan hasil belajar siswa. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 42 Siswa Guru Kondisi Awal Dalam pembelajarannya masih berbasis Teacher Center Kualitas proses (interaksi sosial) dan prestasi belajar siswa masih rendah. Siklus I Tindakan Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI. Menerapkan pembelajaran TAI dengan sistem kelompok heterogen(1). Siklus II Kondisi Akhir Diduga melalui penerapan metode pembelajaran TAI dengan menggunakan media handout dapat meningkatkan kualitas proses (interaksi sosial) dan prestasi belajar siswa pada materi tatanama senyawa kimia dan persamaan reaksi kimia Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Menerapkan pembelajaran TAI dengan sistem kelompok yang heterogen(2). 43 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah 1. Adanya peningkatan interaksi sosial siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization dilengkapi media Handout pada pokok bahasan Tatanama Senyawa Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia pada siswa kelas X2 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar. 2. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization dilengkapi media Handout pada pokok bahasan Tatanama Senyawa Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia pada siswa kelas X2 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar.