9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan istilah yang biasa dikenal untuk menunjukkan
kegiatan proses belajar antara guru dan siswa. Menurut Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal
formal memberi pengertian tentang pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20
pembelajaran diartikan sebagai “... proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai suatu
konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan
sitemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan
proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai
peserta didik.
Istilah pembelajaran banyak didefinisikan secara berbeda-beda oleh para
ahli.. Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2010: 32)” pembelajaran adalah
suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita,
penghargaan dan pengetahuan yang direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran”. Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang
penting. Keberhasilan pembelajaran ditentukan dari kesiapan guru. Pemilihan
metode pembelajaran yang digunakan akan memberikan pengaruh yang besar
dalam
proses
pembelajaran
itu.
Murshell
dalam
Slameto
(2010:
33)
mengemukakan bahwa pembelajaran digambarkan sebagai “mengorganisasikan
belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau
bermakna bagi siswa. Gagne, Briggs dan Wager dalam Winataputra, Udin S
(2008: 1.19), berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Isjoni
(2011: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan
9
10
oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Tujuan
pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan
belajar yang dilakukan peserta didik. Sardiman (2007: 47) berpendapat bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar. Pembelajaran dipengaruhi pula oleh suasana lingkungan, lingkungan yang
baik memberikan pengaruh positif bagi anak untuk menerima setiap pelajaran
yang guru berikan.
Berdasarkan definisi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa
belajar yaitu dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri pebelajar yang
berlaku dalam waktu relatif lama, sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan
pada siswa dapat terbentuk dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan
lingkungan belajarnya. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau
kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat dioptimalkan selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik
dan media dalam rangka membangun proses belajar.
b. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan
kegiatan
berproses dan merupakan
unsur yang
sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses
pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting
dalam keseluruhan proses pendidikan.
Dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan, belajar merupakan faktor
yang menentukan hasil sebagaimana telah ditentukan dan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi serta berperan penting dalam pembentukan pribadi
dan perilaku individu. Belajar merupakan hal yang penting dalam proses
pemahaman konsep siswa.
11
Belajar adalah proses usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
ketrampilan, maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar
tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah dan ditempat lain seperti di
museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar.
Para ahli psikologi menetapkan berbagai definisi karena definisi
merupakan rangkaian kalimat untuk menyatakan suatu konsep. Oleh karena itu,
ada banyak definisi sebanyak pencetusnya walaupun ada persamaan konsep.
Menurut Gagne dalam Whandi (2007) mendefinisikan belajar sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman. Slameto (2010:2) menyatakan pendapat bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengetahuan dibangun berdasarkan
pengalaman yang didapat dari lingkungan. Pengalaman itu diperoleh melalui
interaksi,
maka untuk membangun pengetahuan siswa dibutuhkan proses
interaksi sosial yang baik. Abdilah dalam Aunurrahman (2010:35) mengartikan
bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha sadar yang berkesinambungan yang dilakukan seseorang untuk mencapai
tujuan
perubahan tingkah laku, yang diwujudkan dalam bentuk ketrampilan,
sikap atau kebiasaan, dan pengetahuan, sebagai hasil latihan atau pengalaman
serta interaksi sosial dengan kelompok dan lingkungan melalui pemecahan
masalah yang riil, biasanya dalam suatu mekanisme kolaboratif.
12
c. Teori-Teori Belajar
Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks serta selalu
mengalami perubahan. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh
pada definisi belajar yang digunakannya. Secara umum pengertian belajar adalah
suatu kegiatan yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan perilaku dari diri
orang tersebut. Apabila seseorang telah melakukan suatu proses kegiatan tetapi
pada akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka dikatakan tidak terjadi
proses belajar dalam diri orang itu.
Teori-teori yang mendukung dan mendasari pembelajaran dengan metode
Team Assisted Individualization yaitu teori belajar kontruktivisme, teori belajar
Vygotsky, teori perkembangan Piaget, teori belajar Ausubel, teori belajar Gagne,
teori kognitif, dan teori psikologi sosial.
1) Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat von Glasersfeld
dalam Paul Suparno S. J. (2005: 75).
Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan yaitu; a) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman, b) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan, dan c) kemampuan untuk lebih menyukai suatu
pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58).
Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat
penting karena pengetahuan dibentuk oleh interaksi dengan pengalamanpengalaman tersebut. Kemampuan membandingkan sangat penting untuk dapat
menarik suatu sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus lalu
dapat melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan
membangun suatu pengetahuan. Kadang, seseorang lebih menyukai pengalaman
tertentu dari pada yang lain, dan disini akan muncul soal nilai dari pengetahuan
yang kita bentuk.
Brooks dan Brooks (1999) dalam Daniel Muijs dan David Reynolds yang
diterjemahkan oleh Helly Prajitno Soetjipto (2008: 105) memberikan
13
perbandingan menarik antara kelas konstruktivis dan tradisional, seperti yang
tersajikan dalam Tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Perbandingan kelas konstruktivis dan tradisional
Tradisional
Kegiatan-kegiatannya
Konstruktivis
terutama
bersandar pada textbooks
Presentasi
materi
dengan
Kegiatan-kegiatannya
terutama
bersandar pada materi-materi hands-on
dimulai
bagian-bagian,
Presentasi
materi
keseluruhan,
dimulai
kemudian
dengan
pindah
kemudian pindah ke keseluruhan
bagian-bagian.
Menekankan pada keterampilan-
Menekankan pada ide-ide besar
ke
keterampilan dasar
Guru menekankan tentang harus
Guru mengikuti pertanyaan-pertanyaan
diikutinya kurikulum yang pasti
murid
Guru
Guru menyiapkan sebuah lingkungan
mempresentasikan
informasi kepada murid
belajar,
di
mana
murid
dapat
membuat
murid
menemukan pengetahuan
Guru berusaha membuat murid
Guru
berusaha
memberikan jawaban “benar”
mengungkapkan sudut pandang dan
pemahaman mereka, sehingga mereka
dapat memahami pembelajaran mereka
Asesmen dilihat sebagai sebuah
Asesmen
dilihat
sebagai
sebuah
kegiatan tersendiri dan terjadi
kegiatan yang diintegrasikan dengan
melalui testing
belajar-mengajar dan terjadi melalui
portofolio dan observasi
Von Glaserfeld (1989) dalam Paul Suparno, S. J., (2005: 83) menjelaskan
pengaruh konstruktivisme dalam studi bersama grup. Menurutnya, dalam studi
group, siswa yang bekerja bersama pada suatu persoalan, harus mengungkapkan
bagaimana mereka melihat persoalan itu dan hal-hal yang ingin ia buat dengan
persoalan itu.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar
14
konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran
utama dalam
kegiatan belajar konstruktivistik adalah aktivitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan
terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan
masalah yang dihadapinya,
mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya
secara rasional.
Menurut von Glaserfeld dalam Paul Suparno, S. J. (2005: 85), pengajar
perlu membiarkan murid menemukan cara yang paling menyenangkan dalam
pemecahan persoalan. Murid kadang suka mengambil jalan yang tidak disangka,
yang tidak konvensional untuk memecahkan suatu soal. Bila seorang guru tidak
menghargai
cara
penemuan
mereka,
ini
berarti
menyalahi
sejarah
perkembangan sains, yang dimulai juga dari kesalahan-kesalahan.
2) Teori Belajar Vygotsky
Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar
adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Vygotsky
mengemukakan
ada
empat
prinsip
kunci
dalam
pembelajaran,
yaitu
(http://massofa.wordpress.com):
a) Penekanan
pada
hakekat
sosio-kultural
pada
pembelajaran
(the
sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan
pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran.
b) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development). Dalam
proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang
disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan
anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi
yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari
seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten.
c) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses dimana
seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian
15
dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa
atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai
permasalahannya.
d) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan satu ide
kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky.
Perancahan berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang
anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan
bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan
sendiri.
Vygotsky juga mulai meneliti pembentukan dan perkembangan
pengetahuan anak secara psikologis. Namun, Vygotsky menekankan interaksi
sosial dengan orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem
yang secara kultural telah berkembang dengan baik (Cobb, 1996 dalam Paul
Suparno, S. J., 2005 : 79). Itulah sebabnya banyak implikasi pendidikan yang
membuat siswa berpartisipasi alam aktivitas para ahli. Dalam interaksi dengan
mereka itulah para murid ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya
lebih sesuai dengan konstruksi para ahli (Paul Suparno, S. J., 2005: 79-80).
Menurut
Isjoni
(2011:
55),
Vygotsky
mengemukakan
bahwa
pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ada dua jenis
perkembangan pengertian yaitu pengertian spontan dan pengertian ilmiah.
Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak
sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan
kelas, atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah.
Teori
Vygotsky
menekankan
pada
bakat
sosiokultural
dalam
pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan
proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan
seseorang pada saat ini. Selain itu, ide yang diungkapkan Vygotsky adalah
scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap
awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada
16
anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu (Isjoni, 2011:
56).
Nilai penting yang dapat diambil dari ide Vygotsky serta mendukung
penelitian ini adalah belajar dalam tim (dengan berdiskusi) maka akan terjadi
interaksi sosial antara siswa dengan teman sebaya yang
lebih mampu dan
dengan guru, sehingga siswa dapat maju kezone of proximal development
tempat pembelajaran baru terjadi. Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky
adalah scaffolding, yaitu membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai
pemahaman dan keterampilan, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi
dukungan atau bantuan tersebut sampai akhirnya siswa dapat belajar sendiri
serta mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya. Hal ini
bertujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri.
3) Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget merupakan seorang pakar yang banyak melakukan penelitian
tentang perkembangan kognitif manusia. Perkembangan kognitif merupakan
suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme
biologis, perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur seseorang,
maka makin komplek susunan sel syarafnya, sehingga makin meningkat pula
kemampuannya.
Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman dan
kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Proses
belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai
dengan umurnya. Setiap anak akan melewati tahapan demi tahapan secara
hirarki, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak
dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget dalam Daniel
Muijs and David Reynolds (2008: 24) membagi tahap-tahap perkembangan
kognitif seorang anak menjadi empat, yaitu: a) Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun),
b) Tahap Pra-operasional (2-7 tahun), c) Tahap Operasional Konkret (7 – 12
tahun), d) Tahap Operasional formal (12 tahun – ke atas).
Teori perkembangan kognitif menekankan peran aktif siswa dalam
membangun pemahaman mereka tentang realita dikenal dengan teori belajar
17
konstruktivisme. Dalam teori Piaget, ada tiga bentuk pengetahuan yaitu
pengetahuan fisik (physical knowledge), pengetahuan logika-matematik (logicomathematical
knowledge)
dan
pengetahuan
sosial
(sosial
knowledge).
Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang ciri-ciri fisik dan obyek.
Sumber pengetahuan fisik terutama terdapat dalam obyek itu sendiri, sehingga
obyek menjadi sumber dari pengetahuan sebagai pengamatan. Pengetahuan
logika-matematik bersifat abstrak, terdiri atas hubungan-hubungan yang
diciptakan subyek dan diintroduksikan pada obyek-obyek. Sedangkan
pengetahuan sosial merupakan pengetahuan yang dibuat bersama oleh
masyarakat, yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Jadi pengetahuan
sosial membutuhkan manusia, tanpa interaksi dengan manusia, tidak mungkin
bagi seorang anak untuk memperoleh pengetahuan sosial (Muhibbin Syah, 2009:
24-29).
Walaupun
terdapat
perbedaan
individual
dalam
hal
kemajuan
perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu
berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian
besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungan.
Siswa kelas X termasuk dalam tingkat operasional formal. Anak pada
tingkat operasional formal dalam berfikir tidak dibatasi pada benda-benda atau
peristiwa-peristiwa yang konkret tetapi juga mempunyai kemampuan berfikir
abstrak. Oleh karena itu metode pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Team Assisted Individualy adalah sesuai dimana siswa
belajar dalam tim/kelompok, bekerja sama memecahkan masalah dan memahami
materi dengan cara berdiskusi.
4) Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel, bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”.
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam stuktur kognitif seseorang.
Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi
18
yang telah dipelajari dan diingat siswa. Kekuatan dan kebermaknaan proses
pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar
dalam mengambil peran dalam kelompoknya. Untuk memperlancar proses
tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan
contoh tindakan, sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun
pengetahuannya sendiri (Isjoni, 2011: 35-36).
Inti teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (2011: 95-98) ialah
belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bemakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Ada tiga kebaikan teori belajar bermakna, yaitu : (1)
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat. (2)
Informasi yang tersubsumsi berakibat peningkatan diferensiasi dari submersubmer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran
yang mirip. (3) Informasi yang telah dilupakan meninggalkan efek residual,
sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun sudah terjadi
“lupa”.
5) Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima
bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu belajar responden, belajar
kontiguitas, belajar operant, belajar observasional, dan belajar kognitif.
Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku
diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu
stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi
itupada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon
terkondisi. Bentuk belajar semacam ini disebut belajar responden dan menolong
kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi
sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas yaitu bagaimana
dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini
sering kita alami.
Ketiga, kita belajar
bahwa konsekuensi perilaku
mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar
19
pengulangannya. Belajar semacam ini disebut belajar operant. Keempat,
pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian.
Kita belajar dari metode-metode, dan masing- masing kita mungkin menjadi
suatu metode bagi orang lain dalam belajar observasional. Kelima, belajar
kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwaperistiwa disekitar kita (Syaiful Sagala, 2009:17-28).
2.
Metode Pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization)
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode pembelajaran
yang telah dikembangkan. Salah satunya
adalah metode pembelajaran TAI
(Teams Assisted Individualization). TAI adalah metode pembelajaran yang
dikemukakan oleh Slavin, “Teams Assisted Individualization” dapat diartikan
sebagai kelompok yang dibantu secara individual. Metode TAI ini merupakan
metode pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih
mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu
secara individual
siswa yang lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Dalam hal ini peran
pendidik hanya sebagai fasilisator dan mediator dalam proses belajar mengajar.
Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi
peserta didiknya.
Pada pembelajaran TAI akan memotivasi siswa untuk saling membantu
anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam system kompetisi dengan
lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
Menurut Slavin (2010,195-200) secara umum TAI terdiri dari delapan komponen
utama, yaitu:
a. Kelompok/Tim
Kelompok dalam pembelajaran TAI terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang
mewakili bagiannnya dari kelas dalam menjalankan aktivitas akademik. Fungsi
utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat materi yang telah
diberikan dan lebih memahami materi yang telah diberikan dan lebih memahami
materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja
sehingga bias mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini siswa biasanya
20
menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada,
membandingkan soal yang ada, dan mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam
tim mengalami kesalahan. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat
bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai asisten atau anggota lain
yang lebih tahu.
b. Tes Pengelompokan
Siswa-siswa diberi tes awal pada awal program pembelajaran. Hasil dari
tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan poin yang mereka
peroleh.
c. Materi Kurikulum
Pada proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat
pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan
masalah untuk penguasaan materi.
d. Kelompok Belajar
Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa
dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar
kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada
anggota lainnya atau asisten yang telah ditunjuk, kalau belum paham baru minta
penjelasan guru.
e. Penilaian dan Pengakuan Tim
Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai
berdasarkan kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat/penghargaan atau
sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan.
f. Mengajar Kelompok
Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan
kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat
guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual
maupun kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa
sangat diutamakan pada pembelajaran TAI.
21
g. Lembar Kerja
Pada setiap sub konsep materi pokok diberikan lembar kerja secara
individual untuk mengetahui pemahaman bahan atau materi dapat berupa
ringkasan materi yang dipelajari dirumah kemudian pertemuan selanjutnya
dikerjakan.
h. Mengajar Seluruh kelas
Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru
menghentikan program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang
belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Pada akhir
pembelajaran diberikan kesimpulan dari materi.
Metode pembelajaran kooperatif TAI (Teams Assisted Individualization)
dalam pelaksanaannya terbagi menjadi:
a. Pengelompokan
Dalam proses
pengelompokkan didasarkan
pada prestasi
belajar
sebelumnya, dalam hal ini hasil pretes materi yang akan diajarkan.
b. Tahap Penyajian materi Pelajaran
Pada tahap ini materi pelajaran diperkenalkan melalui penyajian kelas.
Pada penyajian materi pelajaran ini dilakukan melalui : 1) pengajaran kelompok.
Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu kelompok,
maka kelompok tersebut dapat meminta guru untuk menjelaskan materi yang
belum dipahami tersebut, sedangkan kelompok lain yang sudah paham dapat
melanjutkan pekerjaannya; 2) Pengajaran seluruh kelas. Pengajaran dilakukan
pada proses akhir pembelajaran. Guru menyimpulkan penekanan materi yang
dianggap penting dalam pembelajaran. Keaktifan siswa sangat diharapkan melalui
pengajaran ini.
c. Kegiatan Kelompok
Setelah terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing individu
mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada buku mereka.
Mereka bekerja sebagai satu tim, jika terdapat kesulitan dipecahkan secara
bersama-sama dengan kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri,
kemudian saling mencocokan dengan teman sekelompoknya. Paket soal yang
22
terdapat di lembar kerja diberikan menurut tingkat kesukaran soal, diurutkan dari
soal yang mudah dilanjutkan soal yang sukar dan juga sesuai dengan urutan
materi, dari materi yang mudah dilanjutkan materi yang sulit. Setelah paket soal
selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk mengukur
keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberi nilai oleh guru.
Dalam pembelajaran kooperatif metode TAI, menekankan kerjasama
kelompok dimana seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten
yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam
satu kelompoknya. Dengan metode TAI yang dibantu dengan media handout ini
diharapkan
siswa
dapat
termotivasi
untuk
saling
membantu
anggota
kelompoknya, sehingga semua siswa dapat menguasai materi tata nama senyawa,
Peran guru dalam metode TAI ini hanya bertindak sebagai fasilisator dan
mediator serta menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didiknya.
3.
Media Pembelajaran Handout
a. Definisi Handout
Media merupakan alat komunikasi dan sumber informasi. Media
digunakan untuk mempermudah komunikasi dan proses mengajar. pembelajaran
mempunyai beberapa kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2)
teknologi
audio-visual,
(3)
hasil
teknologi
berdasarkan
komputer,
(4)
penggabungan teknologi cetak dan komputer (Arsyad, 2011:29). Handout adalah
termasuk media cetak karena handout berbasis teks atau tulisan di dalam
lembaran. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis atau cetak yang
diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru.
Menurut Prastowo (2011:79) handout adalah bahan pembelajaran yang
sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan
terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik.
Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat
mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian bahan ajar ini tentunya
bukanlah sesuatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan praktis.
23
Pendapat lain tentang handout disampaikan oleh Slirawati (2010) bahwa
handout merupakan bahan ajar yang dituangkan secara ringkas yang berguna
sebagai pegangan dalam pembelajaran. Dengan adanya handout guru membantu
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara lebih terarah dan terfokus,
karena handout adalah sejenis kisi – kisi materi aja yang akan disampaikan guru.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa handout merupakan
media atau bahan pembelajaran cetak yang diberikan secara cuma-cuma kepada
siswa yang berisi tentang ringkasan materi dan materi tersebut sesuai dengan
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh siswa.
b. Fungsi Handout
Media pembelajaran ini tentunya memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti yang di
ungkapkan oleh Steffen dan Ballstaedt dalam Prastowo (2011:80) fungsi handout
antara lain:
1) Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat
2) sebagai pendamping penjelasan pendidik
3) sebagai bahan rujukan peserta didik
4) memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar
5) pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
6) memberi umpan balik
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa handout memiliki fungsi yang
sangat penting dalam
pembelajaran, diantara fungsi-fungsi di atas semua
mengacu pada kemudahan siswa untuk mendapatkan informasi saat mengikuti
pembelajaran, sehingga dengan demikian tujuan pembelajaran akan lebih mudah
tercapai.
c. Langkah-langkah Penyusunan Handout
Menurut Prastowo (2011:86) adapun langkah-langkah penyusunan
handout adalah sebagai berikut:
1) Lakukan analisis kurikulum
2) Tentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar serta
materi pokok yang akan dicapai
24
3) kumpulkan referensi sebagai bahan penulisan usahakan referensi yang
digunakan terkini dan relevan dengan materi pokoknya
4) dalam menulis, usahakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu
panjang
5) evaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang
6) perbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan
7) gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout.
Berdasarkan pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa dalam pembuatan handout
perlu mengikuti beberapa langkah-langkah penyusunannya, hal ini dimaksudkan
agar handout yang dibuat dapat lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan
siswa dalam pembelajaran.
4.
Interaksi Sosial
a. Definisi Interaksi Sosial
Menurut Slamet Santoso (2006: 10), pada hakekatnya manusia memiliki
sifat yang dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1) Manusia sebagai makhluk individu; 2) manusia sebagai makhluk sosial
dan; 3) manusia sebagai makhluk berkeTuhanan. Manusia sebagai makhluk
sosial dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesama dalam
hidupnya disamping tuntutan untuk berkelompok. Hubungan sosial
merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, artinya bahwa
dalam hubungan itu setiap individu menyadari tantang kehadirannya
disamping kehadiran individu lain. Hal ini disebabkan bahwa dengan kata
sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu
terhadap yang lain, ketika mereka berbuat, saling mengakui dan saling
mengenal.
Menurut Soerjono Soekanto (2006: 65) “interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang per orang dengan kelompok manusia”. Slamet Santoso (2006: 11) mengutip
pendapat S.S. Sergeant yang mengatakan “social interaction is to consider social
behavior always within a group framework, as related to group structure and
function”. Apa yang dikemukakan oleh S.S. Sargent tentang interaksi sosial
memandang tingkah laku sosialyang selalu dalam kerangka kelompok seperti
struktur dan fungsi dalam kelompok.
25
Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi.
Menurut Soerjono Soekanto (2006: 65-66), “kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu: 1) antar orang perorang, dilakukan dalam proses
sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari
norma-norma dan nilai-nilai di masyarakat; 2) antara individu dengan suatu
kelompok sosial atau sebaliknya; 3) antara kelompok sosial dengan kelompok
sosial lainnya”. Komunikasi memberikan penafsiran kepada manusia yang
berwujud pembicaraan, gerak badaniah, sikap dan tindakan. Secara sederhana
dapat dirumuskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari
seseorang (pengirim) baik secara langsung maupun melalui media kepada orang
lain (penerima). Sejalan dengan itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai
proses berbagi bersama perasaan, gagasan, sikap, dan perilaku dalam meraih
tujuan yang diinginkan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung
pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-
masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam
interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat
melainkan terjadi saling mempengaruhi. Adapun indikator interaksi sosial sebagai
berikut: siswa dapat mengenali diri sendiri dengan baik, menghargai orang lain,
mampu bekerja sama seperti san tidak bersifat egois.
b. Teori-teori Interaksi Sosial
Bales dalam Slamet Santoso (2006:27) mengemukakan teori tentang
interaksi sosial. Teori tersebut meliputi aspek-aspek interaksi sosial, antara lain
berupa:
“1) situasi, yaitu suasana dimana tingkah laku masing-masing individu tersebut
berlangsung; 2) aksi/interaksi adalah suatu tingkah laku yang tampak sebagai
pernyataan pribadi; 3) setiap aksi adalah interaksi, sebab aksi/interaksi selalu
menghubungkan subyek dengan obyek atau situasi tertentu. Macam-macam
interaksi sosial yaitu meliputi : 1) interaksi antara individu dengan diri pribadi; 2)
interaksi antara individu dengan individu; 3) interaksi antara individu dengan
kelompok; dan 4) interaksi antara kelompok dengan kelompok”.
26
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu 1). Faktor Imitasi,
merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku,
mode pakaian dan lain-lain. 2). Faktor Sugesti, yaitu pengaruh psikis, baik yang
datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima
tanpa adanya kritik dari orang lain. 3). Faktor identifikasi, merupakan suatu
dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. 4). Faktor Simpati,
merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang
mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya
berdasarkan sugesti atau imitasi saja.
d. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santoso (2006:22-23), bentukbentuk interaksi sosial antara lain:
1) kerjasama (cooperation), yaitu suatu bentuk interaksi sosial dimana
tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang
lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya
dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan. Perlu
disadari bahwa tujuan bersama tersebut merupakan perpaduan atau kepentingan
masing-masing individu anggota kelompok sehingga masing-masing anggota
menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling member atau menerima
pengaruh dari anggota lain; 2) persaingan (competition), yaitu suatu bentuk
interaksi sosial ketika seseorang individu dapat mencapai tujuan tersebut.
Persaingan dapat pula diartikan sebagai suatu proses sosial ketika
individu/kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan
dalam waktu yang bersamaan. Persaingan memiliki fungsi-fungsi, antara
lain:menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok, menarik
perhatian umum atau masyarakat, dan alat seleksi individu agar pembagian kerja
dapat efektif sehingga tujuan kelompok lekas tercapai.
Menurut Park dan Burgess dalam Slamet Santoso (2006: 23-27), bentuk
interaksi sosial dibagi menjadi:
1) persaingan (competition); 2) pertentangan (conflict), yaitu merupakan
proses sosial dimana individu-individu atau kelompok individu berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menetang pihak lawan dengan ancaman atau
kekerasan; 3) persesuaian (accomodation), yaitu “…a process of increasing
mutual adaption or adjustment. Typically accommodation is a kind of comprise by
which conflict is halted, though often only temporally”(S.S. Sargent). Persesuaian
merupakan usaha dimana individu-individu atau kelompok individu saling
mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada juga
27
yang mendefinisikan usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan,
yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi juga berarti suatu
proses ketika individu atau kelompok saling menyesuaikan diri untuk mengatasi
ketegangan-ketengan; 4) perpaduan/asimilasi (assimilation) yaitu suatu proses
sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai adanya usaha-usaha menguarangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara individu-individu atau kelompokelompok dan juga merupakan usah-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan
atau tujuan bersama.
Kourt dalam Slamet Santoso (2006: 27) membagi interaksi sosial menjadi
“1) komensalisme yaitu suatu interaksi sosial yang dilaksanakan tanpa adanya
perjanjian terlebih dahulu; 2) parasialisme yaitu suatu interaksi sosial yang hanya
menguntunkan salah sata pihak saja; 3) mutualisme yaitu interaksi sosial yang
menguntungkan kedua belah pihak; 4) sociality yaitu suatu interaksi sosial yang
bersifat kemasyarakatan”.
Abu Ahmadi (2004:99) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi soaial
meliputi:
“1) kerjasama; 2) akomodasi; 3) asimilasi, yaitu suatu proses yang ditandai
dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi adanya perbedaan yang terdapat
pada tiap-tiap individu atau kelompok manusia dengan meningkatkan kesatuan
sikap, tindakan, dan proses-proses mental sebagai upaya mencapai tujuan dan
kepentingan bersama; 4) persaingan, yaitu suatu proses dimana individu atau
kelompok yang bersaing berusaha mencari keuntungan melalui bidang0bidang
kehidupan dengan cara menarik perhatian dan mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman; 5) kontrovensi, merupakan
gejala-gejala adanya rasa ketidakpuasan terhadap keputusan atau tindakan orang
lain; 6) pertentangan/konflik, yaitu suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menantang pihak
lain melelui ancaman atau kekerasan”.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa bentukbentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju ke arah
stabilitas sosial) yang dilakukan melalui kerjasama, akomodasi, asimilasi,
akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi, dan pertentangan.
Dalam penelitian ini, indikator untuk mengetahui tingkat interaksi sosial yang
terjadi pada siswa dapat ditinjau dari :
28
1) kerjasama (cooperation); 2) persaingan (competition); 3) pertentangan
(conflict); 4) persesuaian (accomodation); dan 5) perpaduan (assimilation).
e. Kelompok Model-Model Interaksi Sosial atau “Social Models”
Kelompok model-model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan
fenomena kerjasama. Model-model interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi,
yaitu :
1) Masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan
melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan
menggunakan proses-proses sosial.
2) Proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan
perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus
menerus.
Kelompok model ini menganggap bahwa mengajar pada hakekatnya
sebagai hubungan sosial dan manusia pandai melakukan hubungan sosial itulah
yang membentuk “better society”. Model ini menekankan pentingnya individu
untuk melakukan hubungan dengan orang lain (Mulyani Sumantri, 2001: 55-56).
5.
Prestasi Belajar
Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat dilihat dari prestasi belajar
siswa. Dengan melihat prestasi belajar siswa ini dapat membantu guru atau
pengajar dalam meramalkan tujuan pembelajaran apakah sudah tercapai atau
belum. Prestasi belajar siswa yang tinggi merupakan indikator positif tercapainya
tujuan pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel (2009:162) mengatakan
bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
29
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (2002:17) prestasi belajarnya
adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.”
Dalam pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sistem penilaian prestasi belajar ditinjau dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor (Yasmin, 2008: 33).
a. Kognitif
Tujuan
kognitif
berorientasi kepada kemampuan
berpikir
yang
mencakup kemampuan intelektual. Kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal dari tingkat “pengetahuan”
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”. Aspek kognitif terdiri dari
enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Antara lain,
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam
menerapkan keenam tingkat kognitif, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas
dari tingkat yang lebih rendah, kongkret, sederhana, (tingkat pengetahuan) sampai
pada tingkat yang paling tinggi, kompleks, dan abstrak (tingkat evaluasi).
b. Afektif
Aspek afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan,
emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau
penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif yaitu memperhatikan suatu fenomena
sederhana sampai kepada yang kompleks yang merupakan faktor internal
seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam Depdiknas (2008: 4) tujuan
afektif tersebut sebagai sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral.
c. Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan
bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu. Pengukuran
keberhasilan pada aspek keterampilan ditujukan pada keterampilan kerja dan
30
ketelitian dalam mendapat hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki
siswa bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai teknik praktikum,
khususnya dalam penggunaan alat dan bahan, pengumpulan data, meramalkan,
dan menyimpulkan.
6.
Materi Tata Nama Senyawa Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia
a. Tata Nama Senyawa Kimia
Setiap senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Namun, pemberian
nama yang spesifik bukan berarti tanpa masalah, sebab jumlah senyawa sangat
banyak. Dewasa ini tidak kurang dari 10 juta senyawa yang sudah dikenal dan
ribuan senyawa ditemukan tiap tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut,
himpunan kimia sedunia yang dikenal dengan IUPAC (International Union of
Pure and Applied Chemistry) telah merumuskan tata nama senyawa kimia. Nama
yang didasarkan pada aturan IUPAC ini kita kenal sebagai nama IUPAC.
1) Tata Nama Senyawa Anorganik
a) Tatanama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terbentuk dari dua
macam unsur yang berbeda (terdiri atas unsur logam dan nonlogam disebut
dengan senyawa biner ionik, serta unsur nonlogam dan nonlogam disebut
dengan senyawa biner kovalen).
(1) Senyawa Biner Kedua-duanya Nonlogam (Biner Kovalen)
Senyawa biner kedua-duanya nonlogam merupakan senyawa yang
tersusun atas unsur-unsur, bukan ion-ion. Dalam penamaan senyawa biner
mengikuti aturan sebagai berikut:
(a). Unsur yang berada di depan atau unsur pertama disebut sesuai dengan
nama unsur tersebut dan ditandai dengan awalan angka Yunani, Jika
unsur pertama memiliki jumlah satu biasanya tidak dituliskan dengan
awalan angka Yunani.
(b). Unsur yang berada di belakang atau unsur kedua ditandai dengan
awalan angka Yunani, dan dinamai sesuai dengan nama unsur
tersebut dengan menambahkan akhiran -ida.
31
Awalan angka Yunani
Mono = 1
Heksa = 6
Di
= 2
Hepta = 7
Tri
= 3
Okta
= 8
Tetra = 4
Nona
= 9
Penta = 5
Deka
= 10
Contoh:
CO
: karbon monoksida
CO2
: karbon dioksida
N2O5 : dinitrogen pentaoksida
PCl5 : fosfor pentaklorida
(2) Senyawa Biner dari Logam dan Nonlogam (Biner Ionik)
Senyawa biner ionik merupakan senyawa yang tersusun atas unsur
logam dan unsur nonlogam. Senyawa ini terbentuk dari ikatan antar ion.
Pada unsur logam khususnya golongan transisi yang memiliki bilangan
oksidasi lebih dari satu maka siswa disarankan untuk menghafal unsur-unsur
tersebut untuk mempermudah dalam penamaan.
Dalam penamaan senyawa biner ionik mengikuti aturan sebagai berikut:
(a). Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama unsur tersebut.
(b). Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur
tersebut dengan menambahkan akhiran -ida.
Contoh:
KBr
: kalium bromida
NaCl
: natrium klorida
AlCl3 : alumunium klorida
BaCl2 : barium klorida
Pada senyawa biner tersebut di atas, unsur logam sebagai kation (ion
positif) dan unsur nonlogam sebagai anion (ion negatif). Apabila ion positif
dan ion negatif bergabung membentuk senyawa, jumlah muatannya harus
nol. Contoh:
32
3+
Ion Fe
apabila bergabung dengan ion S
2–
akan membentuk senyawa
dengan rumus kimia Fe2S3, sebab untuk menjadikan netral setiap tiga ion S
yang mempunyai muatan –2 memerlukan 2 buah ion Fe
3+
2–
yang
bermuatan +3.
Pada penamaan senyawa biner ionik yang mengandung unsur transisi
sebagai berikut:
(a). Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama Indonesia unsur
tersebut, diikuti dengan jumlah muatannya yang dituliskan dengan
angka romawi.
(b). Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur
tersebut dengan menambahkan akhiran -ida.
Perhatikan beberapa contoh berikut:
FeCl3 : besi(III) klorida
SnO : timah(II) oksida
AgBr : perak(I) bromida
CuCl2 : tembaga(II) klorida
b) Senyawa yang Tersusun Atas Ion Poliatom
Ion-ion dibedakan menjadi ion atom tunggal (ion monoatom) dan
ion yang tersusun atas gabungan beberapa unsur yang disebut ion poliatom.
Cara pemberian nama senyawa yang tersusun atas kation dan anion
poliatomik yaitu:
(1). Nama logam kation diikuti dengan nama anionnya.
(2). Jika logam kation merupakan usur transisi, dinamai sesuai dengan nama
Indonesia unsur tersebut, diikuti dengan jumlah muatannya yang dituliskan
dengan angka romawi kemudian diikuti nama anioannya.
Untuk mempermudah dalam penamaan senyawa yang tersusun atas ion
poliatomik sangat disarankan bagi siswa untuk menghafal baik nama dan
jumlah muatan dari kation poliatomik dan anion poliatomik. Hal ini
dikarenakan banyaknya ion poliatomik dengan nama dan jumlah muatan yang
33
ada.
Contoh:
NH4Cl
: amonium klorida
NaNO3
: natrium nitrat
KCN
: kalium sianida
Zn(OH)2 : seng(II) hidroksida (pada senyawa ini, bilangan oksidasi seng = 2)
FeC2O4
: besi(II) oksalat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 2)
Fe2(SO4)3 : besi(III) sulfat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 3)
Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
pemberian
nama
senyawa ion poliatomik sebagai berikut:
(a) . Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif kecuali ion ammonium
(NH4+).
–
(b). Hampir seluruh ion poliatom mengandung oksigen, kecuali CN
dan
NH4+. Untuk jumlah oksigen yang lebih sedikit diberi akhiran -it, dan
untuk jumlah oksigen yang lebih banyak diberi akhiran -at. Contoh: SO32diberi nama sulfit sedangkan SO42- diberi nama sulfat.
(c). Penamaan pada ion poliatomik yang mengandung unsur oksigen yang
lebih dari dua jenis anion adalah sebagai berikut. Anion dengan jumlah
oksigen terkecil diberi awalan hipo- dan akhiran –it. Untuk penambahan
oksigen selanjutnya, penamaannya hanya diberi akhiran –it. Untuk
penambahan oksigen berikutnya penamaannya diberi akhiran –at. Pada
penamaan dengan penambahan oksigen dengan jumlah oksigen terbanyak
diberikan awalan per- dan akhiran –at.
Contoh:
ClO-
: hipoklorit
ClO2-
: klorit
ClO3-
: klorat
ClO4-
: perklorat
(d). Suatu senyawa bersifat netral. Oleh karena itu, apabila suatu senyawa
belum netral, ion-ion yang berbeda muatannya harus disamakan terlebih
34
dahulu dengan menambahkan angka indeks.
Contoh:
Ion Pb
2+
dan NO3 - . Oleh karena Pb2+ bermuatan 2+ sedangkan NO3-
bermuatan -1 untuk membentuk senyawa yang netral diperlukan 2 NO 3-.
Maka senyawanya menjadi Pb(NO3)2.
Berikut ini adalah beberapa pengelompokan jenis anion dan kation:
Tabel 2.2 Beberapa Jenis Kation
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rumus
Na+
K+
Mg2+
Ca2+
Sr2+
Ba2+
Al3+
Zn2+
Ni2+
Ag+
Sn2+
Sn4+
Nama ion
Natrium
Kalium
Magnesium
Kalsium
Stronsium
Barium
Alumunium
Zink
Nikel
Perak
Timah (II)
Timah (IV)
No
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Rumus
Pb2+
Pb4+
Fe2+
Fe3+
Hg+
Hg2+
Cu+
Cu2+
Au+
Au3+
Pt4+
NH4+
Nama Ion
Timbal (II)
Timbal (IV)
Besi (II)
Besi (III)
Raksa (I)
Raksa (II)
Tembaga (I)
Tembaga (II)
Emas (I)
Emas (III)
Platina (IV)
Amonium
Tabel 2.3 Beberapa Jenis Anion
No
Rumus
1
OH-
2
2-
O
3
F-
4
Cl
Nama Ion
Nama Ion
SO42-
Sulfat
Oksida
17
PO3
3-
Fosfit
Fluorida
18
PO43-
Fosfat
Klorida
-
Rumus
16
Hidroksida
-
No
19
AsO3
3-
Arsenit
3-
Arsenat
5
Br
Bromida
20
AsO4
6
I-
Iodida
21
SbO33-
Antimonit
Sianida
22
SbO4
3-
Antimonat
Sulfida
23
ClO-
7
CN
8
S2-
-
2-
Karbonat
Hipoklorit
ClO2
-
Klorit
-
Klorat
9
CO3
10
SiO32-
Silikat
25
ClO3
11
C2O42-
Oksalat
26
ClO4-
-
24
Perklorat
-
12
CH3COO
Asetat
27
MnO4
13
NO2-
Nitrit
28
MnO42-
Permanganat
Manganat
35
14
NO3-
Nitrat
29
CrO42-
Kromat
15
SO32-
Sulfit
30
Cr2O72-
Dikromat
Tabel 2.4 Beberapa Pengelompokan Kation
Monokation
Monokation
bermuatan +1
Polikation
Monokation
bermuatan +2
Monokation
bermuatan +3
Na+
Natrium
Mg2+
Magnesium
Al3+
Alumunium
K+
Kalium
Ca2+
Kalsium
Fe3+
Besi (III)
Ag+
Perak (I)
Sr2+
Stronsium
Au3+
Emas (III)
Hg+
Raksa (I)
Ba2+
Barium
Cu+
Tembaga
(I)
Zn2+
Zink (II)
Au+
Emas (I)
Ni2+
Nikel (II)
2+
Sn
Timah (II)
Pb2+
Timbal (II)
Fe2+
Besi (II)
Hg2+
Raksa (II)
Cu2+
Tembaga (II)
Monokation
bermuatan +4
Timah
Sn4+
(IV)
Timbal
4+
Pb
(IV)
Platina
4+
Pt
(IV)
Polikation
bermuatan +1
NH4+
Amonium
Tabel 2.5 Beberapa Pengelompokan Anion
Jenis-Jenis Anion
Monoanion
Monoanion
Monoanion
bermuatan
bermuatan
-1
-2
FClBrI-
Fluorida
O2-
Klorida
S2-
Bromida
Iodida
Polianion
bermuatan
-1
Oksida
OH-
Sulfida
CN-
Hidroksida
Cianida
-
NO2
-
NO3
COO-
CH3
ClO-
SiO3
Nitrat
Klorit
-
Klorat
ClO4
-
Perklorat
MnO4-
Permanganat
Silikat
2-
2-
Asetat
Karbonat
2-
C2O4
Hipoklorit
ClO3
CO32-
Nitrit
-
ClO2
Polianion
Polianion
bermuatan
-2
SO4
Oksalat
Sulfat
2-
SO3
Sulfit
MnO4
2-
Manganat
Polianion
bermuatan
-3
PO33-
Fosfit
3-
Fosfat
PO4
3-
Arsenit
3-
Arsenat
3-
Antimonit
3-
Antimonat
AsO3
AsO4
SbO3
SbO4
36
c) Tatanama Senyawa Hidrat
Beberapa senyawa yang berwujud kristal mampu mengikat air dari
udara atau bersifat higroskopis, sehingga kristal senyawa tersebut mengandung
"air kristal". Senyawa yang mengandung air kristal disebut hidrat. Kristal
hidrat tidak berair
karena molekul air terkurung rapat dalam kristal
senyawa. Senyawa hidrat dinamai dengan menambahkan awalan angka
Yunani yang menyatakan banyaknya air kristal hidrat di akhir nama senyawa
tersebut.
Contoh:
CuSO4 .5H 2 O : tembaga(II) sulfat pentahidrat
CaSO 4 .2H 2 O : kalsium sulfat dihidrat
Na2 CO3 .10H 2 O: natrium karbonat dekahidrat
d) Tatanama Senyawa Asam
Asam adalah zat yang jika dilarutkan di dalam air akan terlarut
dan terurai menghasilkan ion hidrogen (H+) dan ion negatif. Semua asam
diawali dengan hidrogen kecuali asam organik dan air. Pada umumnya
asam merupakan senyawa biner yang mengandung hidrogen, oksigen, dan
unsur nonlogam. Semua asam dinamai dengan awalan asam yang diikuti
nama ion negatifnya.
Contoh :
HF
: asam fluorida
H2SO4
: asam sulfat
H2C2O4
: asam oksalat
e) Tatanama Senyawa Basa
Basa adalah senyawa ion dari suatu logam dengan ion hidroksida
(OH-). Larutan basa bersifat kaustik, jika terkena kulit terasa licin dan
bersabun. pada umumnya basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation
logam dan anion OH-. Nama senyawa basa sama dengan nama senyawa
kationnya yang diikuti kata hidroksida.
37
Contoh :
NaOH
: natrium hidroksida
Ca(OH)2 : kalsium hidroksida
Al(OH)3 : alumunium hidroksida
2) Tata Nama Senyawa Organik
Senyawa organik adalah senyawa – senyawa karbon dengan sifatsifat tertentu yang awalnya tidak dapat dibuat dilaboratorium melainkan
dapat diperoleh dari mahkluk hidup. Oleh karena itu senyawa-senyawa
karbon tersebut dinamai senyawa organik. senyawa organik mempunyai tata
nama khusus. selain nama sistematis, banyak senyawa organik yang
mempunyai nama lain lazim atau nama dagang (nama trivial). beberapa
diantaranya sebagai berikut:
HCOH
: formaldehid
CO(NH2)2
: Urea
CH3COOH : asam cuka
C6H12O6
: Glukosa
C6H12O11
: Sukrosa
(C6H10O5)n : Pati /pati kanji
CH3CH2OH : alkohol
b. Persamaan Reaksi Kimia
Persamaan reaksi adalah pemaparan reaksi kimia (perubahan reaktan
menjadi produk) dengan menggunakan rumus kimia zat-zat yang terlibat
dalam reaksi.
Contoh: 2H2 (g) + O2 (g)  2H2O (l)
Tanda panah menunjukkan arah reaksi dibaca “membentuk” atau “bereaksi
menjadi”. Huruf kecil miring dalam tanda kurung mengikuti rumus kimia zat
yang
bersangkutan.
Huruf :
g = gas
s = padatan (solid)
l = cairan (liquid)
aq = larutan dalam air (aquerous)
38
Langkah-langkah dalam melakukan persamaan reaksi kimia.
1). Menuliskan Persamaan Reaksi:
Penulisan persamaan reaksi dapat dilakukan dalam tiga langkah sebagai
berikut:
a). Menuliskan persamaan kata-kata yang terdiri dari nama dan keadaan
zat (zat-zat) pereaksi serta nama dan keadaan zat (zat-zat) hasil reaksi.
b). Menuliskan persamaan rumus yang terdiri dari rumus kimia zat (zatzat) pereaksi dan zat (zat-zat) hasil reaksi, lengkap dengan keterangan
tentang wujud/keadaannya.
c). Menyetarakan, yaitu memberi koefisien yang sesuai sehingga jumlah
atom setiap unsur sama pada kedua ruas.
Contoh :
Alumunium
bereaksi
dengan
larutan
asam
sulfat membentuk
larutan
alumunium sulfat dan gas hydrogen.
Langkah 1 : Menuliskan persamaan kata-kata
alumunium + larutan asam sulfat  larutan alumunium sulfat + gas
hidrogen
Langkah 2 : Menuliskan persamaan rumus
Al (s) + H2SO4 (aq)  Al2(SO4)3 (aq) + H2 (g)
Langkah 3 : Penyetaraan
Al (s) + 3H2SO4 (aq)  Al2(SO4)3 (aq) + H2 (g)
2). Menyetarakan persamaan reaksi, Langkahnya:
Contoh : Al (s) + HCl (aq)  AlCl3 (g) + H2 (g)
a). Menetapkan koefisien AlCl3 = 1, sedangkan zat lainnya dengan
koefisien sementara.
aAl (s) + bHCl (aq)  1 AlCl3 (g) + c H2 (g)
b). Menyetarakan atom Al dan Cl (atom yang terkait langsung dengan zat
yang diberi koefisien 1)
Al  ruas kiri = a; ruas kanan = 1: berarti a = 1
Cl  ruas kiri = b, ruas kanan = 3: berarti b = 3
39
1
Al (s) + 3 HCl (aq)  1 AlCl3 (g) + c H2 (g)
c). Menyetarakan unsur lain (H):
Atom H  ruas kiri = 3; ruas kanan = 2C  2C = 3  C = 1,5
1 Al (s) + 3 HCl (aq)  1 AlCl3 (g) + 1,5 H2 (g)
Untuk membulatkan pecahan, semua koefisien dikali 2:
2 Al (s) + 6 HCl (aq)  2 AlCl3 (g) + 3 H2 (g)
(Setyawati, 2009; Mahardiani, dkk, 2009).
B. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran yang berbasis Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang menitikberatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaannya harus tercipta lingkungan belajar
yang nyaman dan efektif. Untuk itu guru harus berupaya menfasilitasi siswa
dalam proses pembelajarannya yang meliputi penggunaan metode pembelajaran
yang tepat dan instrument pendukung pembelajarannya agar dapat berlangsung
dengan baik.
Kimia tergolong dalam mata pelajaran IPA yang membutuhkan pemikiran
ilmiah, konsep-konsep, aljabar dan hafalan. Pelaksanaan pembelajaran kimia di
sekolah termasuk materi yang sukar untuk dipelajari. Begitu juga dengan materi
tatanama senyawa kimia dan persamaan reaksi kimia. Pada materi ini siswa
dituntut untuk memahami proses penamaan senyawa kimia dan pemahaman
penyetaraan reaksi kimia. Agar tujuan pembelajaran pada materi ini dapat tercapai
maka dibutuhkan partisipasi aktif dari siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut
perlunya guru melaksanakan pembelajaran yang aktif, menarik dan efektif.
Langkah yang dapat di ambil antara lain dengan penggunaan metode
pembelajaran kooperatif. Metode kooperatif ini memungkinkan siswa belajar
dalam kelompok kecil untuk saling tukar pendapat dalam penyelesaian
permasalahan. Sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif ini akan
tercipta.
40
Ada berbagai macam metode pembelajaran kooperatif salah satunya
adalah TAI. Pada proses pembelajaran TAI yang harus kita lakukan pertama
adalah memilih asisten. Asisten dipilih berdasarkan skor nilai yang didapat dalam
tes pengelompokkan. Siswa yang mempunyai skor yang tertinggi nantinya akan
dipilih menjadi asisten dengan pertimbangan siswa yang mempunyai nilai
tertinggi tersebut mempunyai penguasaan konsep lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang lainnya dalam kelompoknya. Kemudian siswa dikelompokan dalam
kelompok-kelompok kecil (4 sampai 6 siswa) yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan hasil tes pengelompokkan. Selanjutnya setiap kelompok mengerjakan
tugas dari guru pada lembar diskusi serta handout yang telah dibagikan dan
diikuti
dengan
pemberian
bantuan
secara
individu
bagi
siswa
yang
memerlukannya. Sebelum diskusi berlangsung siswa diajarkan bagaimana
bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik,
dan memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong
teman yang lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman yang lain, dan
sebagainya.
Masing-masing anggota dalam kelompok saling bekerjasama dan
membantu
untuk memahami
materi pelajaran. Proses pembelajaran belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum mengusasai bahan
pembelajaran yang diberikan. Hal itu mengingat pada pembelajaran kooperatif
keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut
bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya.
Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami
permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Dengan demikian
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada materi tata nama senyawa kimia
dan persamaan reaksi kimia akan lebih baik, tidak hanya sekedar hafalan saja.
Siswa SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar dari berbagai kalangan
yang berbeda, baik dari segi sosial ekonomi, prestasi akademik dan tempat
tinggal. Sehingga dalam hal ini setiap siswa akan memiliki karakter yang berbedabeda. Nampak siswa yang memiliki sifat individualis tinggi akan kurang
41
bersosialisasi dengan siswa lainnya. Biasanya siswa yang pintar cenderung
memiliki interaksi sosial rendah dikarenakan mereka merasa tidak memerlukan
diskusi dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Team
Assisted
Individuallization
memungkinkan
untuk
membantu
mengembangkan interaksi sosial siswa yang sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Adapun indikator interaksi sosial sebagai berikut: siswa dapat
bekerjasama memecahkan masalah , menghargai pendapat orang lain, melatih
bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan tidak bersifat egois.
Diperkirakan bahwa siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi kemungkinan
akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai interaksi sosial rendah. Sebaliknya siswa yang mempunyai
interaksi sosial rendah dengan diberikannya pembelajaran Team Asissted
Individualization, diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang penerapan model
pembelajaran
Team
Assisted
Individualization
yang
diharapkan
dapat
meningkatkan interaksi sosial dan hasil belajar siswa. Kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1
42
Siswa
Guru
Kondisi
Awal
Dalam pembelajarannya masih
berbasis Teacher Center
Kualitas
proses
(interaksi sosial) dan
prestasi belajar siswa
masih rendah.
Siklus I
Tindakan
Penggunaan metode
pembelajaran kooperatif
tipe TAI.
Menerapkan
pembelajaran TAI
dengan sistem kelompok
heterogen(1).
Siklus II
Kondisi
Akhir
Diduga melalui penerapan
metode pembelajaran TAI
dengan menggunakan media
handout dapat meningkatkan
kualitas
proses
(interaksi
sosial) dan prestasi belajar
siswa pada materi tatanama
senyawa kimia dan persamaan
reaksi kimia
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Menerapkan
pembelajaran TAI
dengan sistem kelompok
yang heterogen(2).
43
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan adalah
1. Adanya peningkatan interaksi sosial siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran
Team Assisted Individualization dilengkapi media Handout
pada pokok bahasan Tatanama Senyawa Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia
pada siswa kelas X2 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar.
2. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran
Team Assisted Individualization dilengkapi media Handout
pada pokok bahasan Tatanama Senyawa Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia
pada siswa kelas X2 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar.
Download