Etika Berkomunikasi Anak Kepada Orang Tua

advertisement
http://sumut.kemenag.go.id/
Etika Berkomunikasi Anak Kepada Orang Tua
Dalam Perspektif Islam
Oleh : Abdul Karim Batubara, S.Sos
Etika Komunikasi
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral, yang
menentukan dan terwujudnya dalam sikap dan pola prilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
kelompok. Etika komunikasi akan mengandung pengertian cara berkomunikasi yang sesuai dengan
standard nilai akhlak.
Berbicara tentang komunikasi, maka etika yang berlaku harus sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Berkomunikasi yang baik menurut norma agama, tentu harus sesuai pula dengan norma agama
yang dianut. Bagi umat Islam, komunikasi yang baik adalah komunikasi yang sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam Islam, etika bisa disebut dengan akhlak. Karena
itu, berkomunikasi harus memenuhi tuntunan akhlak sebagaimana tercantum di dalam sumber ajaran
Islam itu sendiri, jadi kaitan antara nilai etis dan norma yang berlaku sangat erat. Selain agama sebagai
asas kepercayaan atau keyakinan masyarakat, maka ideologi juga menjadi tolak ukur norma yang berlaku.
Menurut Profesor Syahrin Harahap etika perlu dibicarakan, karena disebabkan beberapa hal
yakni:
Pertama, manusia pada zaman kita hidup dalam suatu masyarakat yang semakin pluralistik. Kedua,
manusia pada zaman kita dihadapkan pada transformasi, masyarakat yang luar biasa, dimana perubahan
yang terjadi akibat hantaman glombang modernisasi yang tak terelakkan sehingga mampu mengubah
budaya dan rohani manusia banyak. Ketiga, sebagai akibat dari semua itu, seringkali muncul tindakan
subjektif, motivasi yang tak jelas pamrih. Banyak orang terbiasa dengan sikap hipokrit (munafik); berkata
“Ya” untuk mengatakan “tidak” dan berkata “tidak” untuk mengatakan “Ya”.
Bagi umat Islam yang dijadikan besar adalah nilai-nilai moral yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul, telah memberikan prinsip dasar yang mendasari etika dalam hal berkomunikasi,
diantaranya :
http://sumut.kemenag.go.id/
A. Amanah
Aspek kejujuran atau objektifitas dalam berkomunikasi merupakan etika yang didasarkan kepada
fakta. Dalam Al-Qur’an, kejujuran ini dapat diistilahkan dengan amanah, sementara kata amanah terambil
dari kata amuna-ya’manu-amanatan yang artinya tidak menipu. Dalam konteks komunikasi bisa
dipahami bahwa ketidakjujuran dalam memberikan informasi akan menimbulkan kegelisahan batin dan
hilangnya rasa kepedulian social. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada
ahlinya” (QS. An_Nisa : 58)
B. Tidak Melakukan Dusta (ghair al-kidzb)
Sementara etimologi kata kidzb dipahami sebagai lawan kata al-shid (benar). Dalam Islam sangat
dituntut untuk tidak berdusta sebab akan membawa malapetaka pada orang lain yang menerima suatu
informasi. Dari sudut etika komunikasi, maka berbohong merupakan sifat tercela. Kebohongan dalam
komunikasi akan menyesuaikan masyarakat disebabkan telah menyerap informasi yang salah.
“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal
dan ini haram” untuk mengadakan kebohongan kepada Allah. Sesungguhnya orang yang mengadaadakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung”. (QS. An-Nahal :116)
C. Adil
Dalam Al-Qur’an surat Al An’am ayat 152 : “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
berkata adil, meskipun dia adalah kerabat (mu) dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.
Dari ayat di atas jelas bahwa umat Islam diperintahkan untuk berkomunikasi dengan adil, artinya
berkomunikasi dengan benar, tidak memihak dan tentunya sesuai dengan hak-hak seseorang.
Etika Komunikasi Anak Kepada Orang Tua
Ungkapan qawlan kariman dalam Al-Qur’an terdapat dalam Surah Al-Isra ayat 23 : “Tuhan-mu
telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Allah dan terhadap kedua orang tuamu
hendaklah kamu berbakti dengan baik. Katakan pada mereka kata kasar ketika mereka bersamamu
dikala usianya telah tua. Karenanya membentak mereka, tapi berkatalah terhadap keduanya dengan
perkataan yang mulia”.
http://sumut.kemenag.go.id/
Al-Maraghi dalam tafsirnya mengomentari ayat ini, hendaklah mengucapkan kata-kata dengan
ucapan yang baik dan perkataan yang manis dibarengi dengan rasa hormat dan mengangungkan sesuai
dengan kesopanan yang baik, dan sesuai dengan tawadu’ dan merendahkan diri dan taatlah kamu kepada
keduanya selama tidak pada kemaksiatan kepada Allah.
Dalam ayat ini, Allah kembali mengingatkan pentingnya ajaran tauhid atau mengesahkan Allah
agar manusia tidak terjerumus kedalam musyrik. Ajaran tauhid adalah besar pertama dan utama dalam
akidah Islam. Kemudian kita sebagai anak diperintahkan untuk mengabdi kepada orang tua, Seorang anak
menurut Ahmad Mubarrok dalam bukunya, “Jiwa Dalam Al-Qur’an,”, diperintahkan untuk berbuat baik
kepada orang tuanya, dan jika sempat mendapatkan pada salah satu atau keduanya berusia lanjut, maka ia
tidak boleh kasar kepada keduanya. Jika terpaksa menegur, heendaklah dengan perkataan yang indah dan
lembut. Begitulah pentingnya secara mulia atau penuh rasa hormat dan menghindari perkataan kasar.
Nurcholis Majid, menyatakan ada tiga poin yang harus dilakukan anak terhadap orang tua,
pertama : jangan anak berkomunikasi dengan orang kata-kata yang kotor setelah keduanya mencapai usia
lanjut, kedua : hendaklah merendahkan “kepak sayap” kesopanan karena rasa cinta kepada keduanya,
Ketiga : hendaklah ia mendoakan keduanya untuk kebahagiaan mereka karena telah mendidik.
Pada tuntutan komunikasi dalam Islam, diantaranya terdapat petunjuk bagaimana menerapkan
komunikasi antara manusia yang posisinya lebih rendah kepada orang lain yang posisinya lebih tinggi,
apalagi orangtua sendiri yang sangat besar jasanya dalam mendidik. Prinsip qawlan kariman, menyiratkan
satu prinsip utama cara berkomunikasi dalam Islam yaitu penghormatan. Prinsip ini sejalan dengan
komunikasi humanistis dari Carl Rogers atau komunikasi dialogis dari Bartin Buber.
Ahmad Mubarok, mengatakan bahwa dalam perspektif komunikasi, term qawlan kariman
diperlukan, jika komunikasi itu ditujukan kepada komunikan yang sudah masuk kategori lanjut usia.
Karena psikologi orang lanjut usia biasanya sangat peka terhadap kata-kata yang bersifat menggurui,
menyalahkan, apalagi kasar, karena mereka lebih banyak pengalaman hidupnya.
Pesan komunikasi yang sifatnya persuasive kepada orang tua, haruslah disampaikan dengan
perkataan yang mulia, mudah dipahami tidak dengan kasar, karena fisiknya tidak lagi mendukung, dan
pengalaman panjangnya menyebabkan mereka tidak tertipu oleh kata-kata yang indah
Penutup
Al-Qur’an memuat prinsip-prinsip berkomunikasi anak kepada orangtua, agar dalam menjalani
kehidupan tetap terjalin hubungan yang lestari. Cara berkomunikasi harus berpedoman kepada Al-Qur’an
http://sumut.kemenag.go.id/
dan Sunnah yang didalamnya terdapat bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan baik,mulia, mudah
dipahami, memberkas pada jiwa, lemah lembut dan benar.
Komunikasi, diantaranya dengan prinsip qawlan kariman adalah proses penyampaian pesan dari
anak kepada orangtua dengan tujuan-tujuan tertentu yang disertai dengan etika yang baik. Sesuai dengan
fungsinya, si anak mampu memberikan informasi, menghibur atau mempengaruhi tingkah laku orangtua
dari yang tidak baik kearah yang lebih baik dengan menggunakan kata-kata yang mulia.
Sebagai anak yang merupakan unsur terpenting dalam kegiatan berkomunikasi ditekaknak untuk
berbicara secara baik, dimana pesan yang disampaikan kepada orangtua haruslah sesuai dengan etika
menurut Al-Qur’an, Sunnah dan norma-norma yang berlaku. Komunikasi tidak saja memberikan
pengaruh yang bernilai positif bahkan bisa bernilai negative dan merugikan bagi anak sendiri apabila
tidak sesuai dengan etika, jadi dituntut untuk selalu berhati-hati dalam berkata agar jangan menyinggung
persasaan orangtua.
Download