BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk
tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi
masalah yang dihadapinya melalui komunikasi (Suryani, 2005).
Menurut
Purwanto (2009), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.
2. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Menurut Suryani (2005) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik. Pertama,
hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan. hubungan ini didasarkan pada prinsip ”humanity of nurse and
clients”. Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh bagaimana perawat
mendefenisikan dirinya sebagai manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak
hanya sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya tapi lebih dari itu,
yaitu hubungan antar manusia yang bermartabat.
Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter
yang berbeda-beda. Karena itu perawat perlu memahami perasaan dan prilaku
klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan
setiap individu. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga
diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien. Komunikasi yang menciptakan
tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum
menggali
permasalahan
danmemberikan
5
alternatif
pemecahan
masalah.
hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi
terapeutik.
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah,
membantu pasien untuk memperjelas dan
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan,
mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
serta mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri (Purwanto,
2009).
4. Tahapan Komunikasi Terapeutik
Tahapan-tahapan komunikasi terapeutik yang diobservasi dan dinilai adalah
tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi sebagai berikut :
a. Tahap orientasi
Tahap orientasi meliputi, memberikan salam dan tersenyum pada klien,
melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama
perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menjelaskan tanggung
jawab perawat dan klien, menjelaskan peran perawat dan klien, menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan yang dilakukan, menjelaskan
kerahasiaan. Kegiatan.
b. Tahap kerja
Tahap kerja meliputi, menanyakan keluhan utama/keluhan yang mungkin
berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan, menjelaskan maksud dan
tujuan dari tindakan, menjelasan tentang alasan atau dasar harus dilakukannya
tindakan, menjelaskan perawatan yang akan dilakukan (terapi obat-obatan
dan persiapan pre operasi), perawat menjelaskan kemungkinan rasa sakit
yang dirasakan, memberikan kesempatan bertanya kepada klien mengenai
segala sesuatu tentang penyakit yang dideritanya, memberikan kesempatan
pasien untuk mengekspresikan ketakutannya (ketidaktahuan, nyeri, perubahan
citra diri dan kematian).
c. Pada tahap terminasi
Pada tahap terminasi kegiatannya meliputi : menyimpulkan hasil kegiatan,
evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif, merencanakan
tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya
(waktu, tempat, topik), mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
(Nurjannah, 2005).
5. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik
Teknik-teknik komunikasi Terapeutik Tiap klien tidak sama oleh karena itu
diperlukan penerapan teknik berkomunikasi yang berbeda pula. Berikut ini
adalah teknik komunikasi berdasarkan referensi dari Tamsuri (2005) :
a. Diam, yaitu tenang, tidak melakukan pembicaraan selama beberapa detik atau
menit
b. Mendengar adalah proses aktif penerimaan informasi dan penelaah reaksi
seseorang terhadap pesan yang diterima
c. Menghadirkan topik pembicaraan yang umum adalah dengan menggunakan
pernyataan atau pertanyaan yang mendorong klien untuk berbicara, memilih
topik pembicaraan dan memfasilitasi kelanjutan pembicaraan.
d. Menspesifikan adalah membuat pernyataan yang lebih spesifik dan tentatif
e. Menggunakan pertanyaan terbuka adalah menanyakan sesuatu yang bersifat
luas,
yang
memberi
(mengungkapkan,
klien
klarifikasi,
kesempatan
menggambarkan,
untuk
mengeksplorasi
membandingkan
atau
mengilustasikan)
f. Sentuhan adalah melakukan kontak fisik untuk meningkatkan kepedulian
g. Mengecek persepsi atau memvalidasi adalah metode yang sama dengan
klarifikasi, tetapi pengecekan dilakukan terhadap kata-kata khusus yang
disampaikan klien
h. Menawarkan diri adalah menawarkan kehadiran, perhatian, dan pemahaman
tentang sesuatu
i. Memberi informasi adalah memberi informasi faktual secara spesifik tentang
klien walaupun tidak diminta. Apabila tidak mengetahui informasi yang
dimaksud, perawat menyatakan ketidaktahuannya dan menanyakan orang
yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi.
j. Menyatakan kembali dan menyimpulkan adalah secara aktif mendengarkan
pesan utama yang disampaikan klien dan kemudian menyampaikan kembali
pikiran dan perasaan itu dengan menggunakan kata-kata serupa.
k. Mengklarifikasi adalah metode membuat inti seluruh pesan dari pernyataan
klien lebih dimengerti. Klarifikasi dapat dilakukan bila perawat tidak dapat
menyatakan
kembali.
Perawat
dapat
melakukan
klarifikasi
dengan
menyatakan kembali pesan dasar/meminta klien mengulang atau meyatakan
kembali pesan yang disampaikan
l. Refleksi adalah mengembalikan ide, perasaan, pertanyaan kepada klien untuk
memungkinkan eksplorasi ide dan perasaan mereka terhadap situasi.
m. Menyimpulkan dan merencanakan adalah menyatakan poin utama dalam
diskusi untuk mengklarifikasi hal-hal relevan yang perlu didiskusikan. Teknik
ini berguna pada akhir wawancara atau mengevaluasi penguasaan klien
terhadap program pengajaran kesehatan. Teknik ini sering digunakan pada
pendahuluan untuk menentukan rencana perawatan berikutnya.
n. Menyatakan realitas adalah membantu klien membedakan antara yang nyata
dan yang tidak nyata
o. Pengakuan adalah memberi komentar dengan teknik tidak menghakimi
terhadap perubahan perilaku seseorang atau usaha yang telah dilakukan
p. Klarifikasi waktu adalah membantu klien mengklarifikasi waktu atau
kejadian, situasi, kejadian dan hubungan antara peristiwa dan waktu.
q. Memfokuskan adalah membantu klien mengembangkan topik yang penting.
Penting bagi perawat untuk menunggu klien beberapa saat tentang tema apa
yang mereka sampaikan (perhatikan) sebelum memfokuskan pembicaraan.
B. Konsep Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah gangguan yang disebabkan oleh konflik yang tidak di sadari
mengenai keyakinan, nilai, krisis situasional, maturasi, ancaman pada diri sendiri
dan kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi (Lumongga, 2010).
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,
yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya (Dalami, 2009).
2. Tanda-Tanda Umum kecemasan
Keluhan atau tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau dikemukakan
oleh seseorang sangat bervariasi, tergantung dari beratnya kecemasan yang
dirasakan oleh individu tersebut, keluhan-keluhan yang sering dikemukakan
oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain yakni; cemas,
khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada
keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang
menegangkan, gangguan kosentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan somatik
misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus),
berdebar-berdebar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan,
sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2011).
3. Tingkat kecemasan
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu :
a. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Individu akan berhati-hati dan waspada serta lahan persepsi meluas, belajar
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas ringan seperti
sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat
duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih
terfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Respons cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,
rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah
tidur dan perasaan tidak enak.
c. Kecemasan berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Seseorang cenderung hanya
memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Tidak mampu
berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan/ tuntunan.
Responsnya meliputi napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi
sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi
cepat, dan perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Lahan persepsi individu telah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan
diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun telah diberi
pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,
sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat
berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak, blocking, dan
kehilangan kendali (Suliswati, 2009).
4 . Skala KecemasanHamilton Anxiety Rating Scale(HARS)
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut
alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale).Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan
pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan.
Menurut skala HARS terdapat 14 symptoms yang nampak pada individu
yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan
oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.Skala HARS telah
dibuktikan memiliki validitas danreliabilitascukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan pada penelitiantrial clinic yaitu 0,93 dan 0,97.
Kondisi
ini
menunjukkan
bahwa
pengukuran
kecemasan
dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.
Skala HARS MenurutHamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikutip
Hawari (2011), penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:
a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,mudah
tensinggung.
b. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan
lesu.
c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakangigi, suara tidak
stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, sering menarik napas panjang
dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, beratbadan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan
panas di perut.
l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m.Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori: 0 = tidak ada gejala, 1 = satu gejala yang ada, 2 = separuh gejala,
3 = lebih dari ½ gejala, 4 = semua gejala ada.
Apabila : 1) Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan
2) Skor 14 – 20 = Kecemasan ringan.
3) Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang
4) Skor 28 – 41 = Kecemasan berat
5) Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali/panik
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan landasan teori, maka kerangka konsep
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Skema2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik
Variabel Dependen
Tingkat Kecemasan
D. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Post Operasi di Rumah Sakit Pabatu Tahun 2014.
Download