BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Indonesia, diantara negara ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Angka kematian ibu sebesar 15.000-15.500 setiap tahunnya atau terjadi setiap 30-40 menit. Penyebab kematian ibu tertinggi adalah perdarahan yaitu 30,5% yang merupakan salah satu komplikasi dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38). Kematian seorang wanita ketika hamil atau dalam 42 hari setelah kehamilan berakhir secara ringkas dapat dinyatakan sebagai risiko kematian ibu saat hamil atau bersalin. dalam Renstra Depkes terdapat 4 strategi utama yaitu meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan keterampilan petugas kesehatan, meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan pembiayaan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data profil dinas kesehatan kabupaten wonosobo Angka Kematian Ibu dalam lima tahun terakhir, secara komulatif sebanyak 77 orang. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan yaitu 22 orang (31, 17%). Dari kohort ibu hamil pada bulan April 2014 di puskesmas Selomerto 2 terdapat 1 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 2 16 ibu hamil, 3 diantaranya ibu hamil dengan risiko usia tinggi. Dengan dilakukannya pelayanan kesehatan berdasar standar kebidanan semua kasus dapat ditangani dengan baik dapat di ketahui dari semua persalinan yang berlangsung secara normal dan tidak terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, baik yang memiliki risiko usia tinggi maupun tidak . Pihak puskesmas juga selalu berusaha dalam meningkatkan mutu pelayanannya. Kehamilan adalah merupakan suatu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memilikai anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni, 2013; hal:63). Kehamilan patologis salah satunya yaitu kehamilan dengan risiko tinggi. Komplikasi medis kehamilan pada ibu hamil dengan risiko tinggi salah satunya yaitu kehamilan dengan anemia. Kehamilan dengan anemia, pada dasarnya ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil yang menderita gizi buruk atau mengalami kurang energi kronik (KEK) dan anemia berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah terutama pada masa kehamilan trimester III dibandingkan ibu dengan hamil normal (Saimin .2008). Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan indikator untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Status gizi ibu pada saat konsepsi dan selama hamil dapat mempengeruhi pertumbuhan janin dalam rahim. Pemantauan status gizi pada ibu hamil selain dengan pengukuran kadar Hb juga dilakukan dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dan pemantauan kenaikan berat badan ibu selama hamil (Prawirohardjo. 2008). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 3 Suatu kehamilan akan diakhiri dengan terjadinya proses persalinan. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran semua hasil konsepsi yang dapat hidup diluar kandungan dari dalam uterus melalui jalan lahir dengan kekuatan dari ibu atau dengan bantuan. Proses persalinan yang normal akan dimulai dari adanya kontraksi yang ditandai dengan terjadi pembukan servik secara bertahap dan akan diakhiri dengan pengeluaran atau kelahiran plasenta dengan lengkap sedangkan persalinan yang tidak normal yaitu persalinan yang menggunakan bantuan atau alat bantu dan tidak dengan kekuatan sendiri (Sulistyawati, 2010; h. 04). Pada persalinan ibu hamil dengan risiko tinggi berisiko mengalami persalinan dengan komplikasi, salah satunya yaitu persalinan kurang bulan dengan ketuban pecah dini. Ibu yang mengalami persalinan kurang bulan pada usia kehamilan 34-36 minggu dengan ketuban pecah dini lebih berisiko melahirkan bayi dengan risiko asfiksia, hipotermi dan infeksi neonatorum dibandingkan pada ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Ibu hamil dengan usia kehamilan kurang bulan akan mengalami proses persalinan yang cepat karena ukuran janin yang kecil sehingga memudahkan keluarnya janin dari jalan lahir tanpa penyulit (Nugroho, 2012). Sedangkan ibu yang mengalami persalinan cukup bulan memiliki resiko terjadi penyulit karena ukuran janin yang berbeda dengan janin yang prematur atau kurang bulan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 4 Peranan bidan dalam upaya untuk mencegah terjadinya kelahiran dengan berat lahir rendah yaitu mendeteksi dini pada ibu hamil yang berisiko dengan melakukan pemeriksaan ANC, pengukuran LILA pada ibu hamil dengan tepat, memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi ibu hamil, tablet penambah darah (tablet Fe), mengecek kadar hemoglobin (hb) ibu hamil pada trimester I dan trimester III. Suatu persalinan akan berakhir dengan adanya masa nifas. Dimana masa nifas itu sendiri disebut dengan masa puerperium yang dimulai 1 jam setelah lahirnya plasenta dan akan berlangsung hinggga 6 minggu (42 hari). Masa nifas dapat berlangsung secara normal atau fisiologis dan patologis yang disebabkan oleh berbagai factor salah satunya yaitu masa nifas ibu dengan risiko tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan pada masa nifas yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pada masa nifas adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi pada endometrium, dan inversion uteri yang kebanyakan terjadi pada ibu hamil grandemultipara (Manuaba, 2013;h.418). Gejala klinis perdarahan kala nifas sekunder adalah terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui patrun pengeluaran lokia normal, terjadi perdarahan yang cukup banyak, dan dapat disertai rasa nyeri di daerah uterus. Pada ibu yang memiliki risiko usia tinggi akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dibandingkan ibu yang tidak memiliki risiko usia tinggi atau normal. Menurut Sulani (2011), BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Berat badan lahir merupakan indikator yang baik Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 5 untuk pertumbuhan bayi dan kelangsungan hidupnya. Seorang bayi yang cukup bulan pada umumnya lahir dengan berat badan 2500 gram atau lebih, BBLR merupakan salah satu faktor risiko terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.Angka kejadian dan kematian BBLR diakibatkan karena komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia masih tinggi. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. Berdasarkan usia kehamilan, BBLR dibagi menjadi dua yaitu bayi lahir kurang bulan (prematur) dan bayi lahir cukup bulan atau lebih bulan. Bayi lahir kurang bulan (prematur), biasanya mengalami penyulit seperti gangguan napas, ikterus, dan infeksi serta memerlukan perawatan yang memadai karena organ tubuhnya masih lemah dan belum sepenuhnya sempurna, selain itu juga rentan terkena penyakit. Sedangkan bayi yang lahir cukup atau lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya (Sulani, 2011). Salah satu upaya untuk mencegah agar tidak terjadi BBLR pada bayi saat lahir yaitu pemeriksaan antenatal secara rutin selama hamil dan memperhatikan pola nutrisi pada masa kehamilan serta gizi yang seimbang pada ibu agar janin memperoleh gizi yang cukup dari ibu.Peran bidan dalam menangani kasus BBLR yaitu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif. Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih sendiri dengan biaya sendiri melalui KB ligkaran biru dan KB ingkaran emasdan mengarahkan pada pelayanan metode Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 6 kontrasepsi efektif (MKE) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan kontap. Masa antara yaitu dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan ketepatan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan KB, susuk KB atau AKBK, AKDR (Manuaba, 2013; h. 592) B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan Bagaimana asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil dengan usia risiko usia tinggi Bersalin, Nifas, Bayi baru lahir dan Neonatal normal, dan Masa antara di wilayah Kabupaten Wonosobo? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada masa hamil Trimester lll sampai masa antara beserta bayi baru lahir dan neonatus dengan berdasarkan metode SOAPIE. 2. Tujuan khusus a. Melakukan pengkajian subyektif secara lengkap dan teliti pada ibu hamil bersalin nifas bayi baru lahir dan masa antara. b. Melakukan pengkajian obyektif secara lengkap dan teliti pada ibu hamil bersalin nifas bayi baru lahir dan masa antara. c. Menentukan suatu assessment atau diagnosa potensial pada ibu hamil bersalin nifas bayi baru lahir dan masa antara. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 7 d. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada ibu hamil bersalin nifas bayi baru lahir dan masa antara. e. Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun dalam kebutuhan pelaksanaan tindakan pada ibu hamil bersalin nifas bayi baru lahir dan masa antara. f. Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan dengan teliti pada ibu hamil bersalin nifas bayi baru lahir dan masa antara. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran : ibu hamil Trimester III Ny. W, umur 36 tahun, umur kehamilan 38 minggu. 2. Tempat : Kabupaten Wonosobo 3. Waktu : a. Penyusunan proposal dimulai dari bulan November 2013 sampai Februari 2014 b. Pengambilan Kasus di laksanakan pada bulan Maret sampai April 2014 c. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah dilaksanankan pada bulan Maret sampai Juni 2014 E. Manfaat 1. Teoritis Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh selama proses perkuliahan di lahan praktek serta dapat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 8 memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada ibu hamil, bersalin, nifas, masa anatara, bayi baru lahir dan neonatus. 2. Praktis a. Bagi Mahasiswa Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kebidanan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, masa anatara, bayi baru lahir dan neonatus serata dapat membedakan antara teori dan praktek dilahan. b. Bagi Tenaga kesehatan Sebagai memberikan masukan asuhan untuk meningkatkan ketrampilan kebidanan komprehensif sehingga dalam dapat mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). c. Bagi pasien Pasien mendapat mengetahui tentang kehamilan, persalinan, nifas, masa anatara, bayi baru lahir dan neonatus. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 9 F. Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer a. Wawancara Merupakan suatu metode dimana penulis dalam mendapatkan data melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan responden (Imron, 2010; h.90). b. Pengukuran Metode pengumpulan data dengan cara pengukuran dilakukan dengan mengukur orang atau obyek mengenai hal yang dipelajari dengan mempergunakan alat ukur, kemudian dicatat. Dalam hal ini alat bantu yang digunakan adalah alat pengukur panjang, berat, suhu (Imron, 2010; h.90). c. Observasi Dalam pengumpulan data dengan cara observasi digunakan bila, peneliti berhubungan langsung dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiono, 2011; h.145). d. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada bayi dan anak pada umumnya sama dengan cara pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu mulai dengan inspeksi (periksa lihat), palpasi (periksa raba), perkusi (periksa ketuk), auskultasi (periksa dengar). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 10 1) Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi. Yaitu tenaga kesehatan menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan (Muttaqin, 2011; h. 12 ). Inspeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan lokal. Pada inspeksi umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal, dilihat perubahan-perubalan lokal yang sampai yang sekecil-kecilnya. Untuk bahan pembanding perlu diperhatikan keadaan sisi lainnya. 2) Palpasi Adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitif terhadap tanda khusus fisik mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak dan jari tangan (Muttaqin, 2011; h. 14). 3) Perkusi Merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan, dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas atau mengetahui batas-batas massa yang abnormal di rongga abdomen (Muttaqin, 2011; h. 18). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 11 4) Auskultasi Auskultasi adalah teknik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan tubuh dengan menggunakan stetoskop (Abdul,2009:h-22). e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjuang diantaranya ada uji laboratorium dan pemeriksaan terkait dilakukan sebagai bagian dari skrining rutin yang bervariasi. Hasil uji laboratorium yang diperoleh beda-beda antara suatu laboratorium dengan laboratorium lain (Varney, 2007; h.40). 2. Pengumpulan Data Sekunder a. Dokumentasi Penulis menggunakan rekam medik di yang ada kaitannya dengan pasien khususnya bayi dengan BBLR di RSUD , contohnya laporan tahunan dan status pasien (Imron, 2009; h.46). b. Studi Pustaka Dalam proses penulisan penulis menggunakan buku, media cetak, maupun tulisan ilmiah (Imron, 2009; h. 46). c. Media elekrtonika Dalam pengumpulan data menggunakan media elektronika yaitu penulis membuka situs/website yang terkait dengan studi kasus yang dilakukan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014 12 G. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat, pengumpulan data, sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tinjauan teori meliputi definisi kehamilan, persalinan, nifas, BBL, dan masa antara yang didalalamnya meliputi: klasifikasi, karakteristik, etiologi, komplikasi, diagnosa, penatalaksanaan, serta penanganan. BAB III Tinjauan Khusus Menguraikan tenang kasus asuhan kebidanan pada Ny. x Umur x dengan menggunakan 7 langkah Varney yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnose potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Catatan perkembangannya menggunakan metode SOAP BAB IV Pembahasan Berisi tentang kesenjangan antara teori dan praktek asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, masa anatara, bayi baru lahir dan neonatus. BAB V Penutup Berisi tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ening Susilo Wati, Kebidanan DIII UMP, 2014