3 TINJAUAN PUSTAKA Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) Kenikir merupakan anggota dari famili compositae. Tanaman ini berasal dari Amerika yang di introduksi ke Spanyol sampai Filipina. Tumbuhan ini berumur pendek, memiliki kandungan aromatik, dan dapat tumbuh hingga mencapai tiga meter. Tanaman memiliki daun majemuk, tersusun secara berlawanan dan menyirip dengan daun berwarna hijau. Bunga majemuk yang berbentuk bonggol yang panjangnya sekitar 5 cm, memiliki kelopak yang berbentuk seperti lonceng. Buah berbentuk seperti jarum, keras dan ujungnya berambut. Bijinya berukuran kecil, keras dan berwarna hitam. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga mencapai ketinggian 1 600 m. Tanaman ini menyukai tempat yang memiliki intensitas sinar matahari tinggi (Van den Bergh, 1994). Kenikir diperbanyak melalui biji. Biji disemai secara langsung di lapang atau melalui pembibitan. Semaian dari pembibitan dipindahkan ke lapang setelah berumur tiga minggu dengan rekomendasi jarak penanaman 25 cm x 25 cm. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik (10 ton/Ha) dan ditambah dengan pupuk urea sebanyak 200 kg/Ha. Pemupukan mempengaruhi kualitas daun. Setelah enam minggu, daun dapat dipanen dan pemanenan selanjutnya dilakukan setiap tiga minggu (Van den Bergh, 1994). Setiap 100 gram daun kenikir mengandung air 93 g, protein 3 g, lemak 0.4 g, karbohidrat 0.4 g, serat 1.6 g, dan abu 1.6 g. Daun mengandung Ca (270 mg) dan vitamin A (0.9 mg). Nilai energi yang dikonsumsi sangat rendah sekitar 70 kJ/100 g. Daun juga mengandung minyak esensial (Van den Bergh, 1994). Menurut Eka (2010), daun kenikir mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Secara tradisional, daun kenikir digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga. Penelitian Kurniasih (2010) menemukan kandungan senyawa di dalam daun kenikir yang memiliki daya antioksidan yang cukup tinggi. Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur 4 mitokondria). Pemacuan apoptosis merupakan salah satu cara penghambatan penyebab kanker. Genjer (Limnocharis flava (L.) Buchenau) Genjer merupakan tanaman asli Amerika latin dan daerah tropis, yang diperkenalkan Asia selatan-timur seabad lalu. Genjer berasal dari famili limnocharitaceae. Saat ini genjer, banyak tumbuh di Indonesia (Jawa, Sumatera), Malaysia, Thailand, Burma dan Srilanka. Tanaman berumur panjang, tumbuh di daerah rawa, tinggi berkisar 20-100 cm dan memiliki anakan. Daun berbentuk bulat telur 5-30 cm x 4-25 cm. Tangkai daun panjangnya 5-75 cm, tebal dan berongga. Genjer berkembang melalui umbi lapis, tetapi juga dapat berkembang biak melalui biji. Bunga memiliki 13-15 rangkaian bunga dengan panjang batang mencapai 90 cm, memiliki 3 kelopak bunga dan berwarna kuning. Buah majemuk berbentuk bulat atau ellips berdiameter 1.5-2 cm, tertutup oleh mahkota bunga. Benih berukuran 1-1.5 mm, dilengkapi dengan jambul melintang berwarna coklat tua. Bibit dengan satu kotiledon memiliki panjang 8-11.5 mm, selubungnya di sekeliling daun pertama. Genjer dapat tumbuh di rawa, tumbuh ditempat yang berair dangkal seperti sawah dan kolam ikan ketinggian hingga 1 300 m (Van den Bergh, 1994). Genjer dapat dipanen sepanjang tahun, pemupukkan dilakukan 1-2 minggu sebelum penanaman, tanah diberi pupuk organik 10 ton/Ha. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam yaitu 30 cm x 30 cm. Panen daun dan bunga dilakukan setelah 2-3 bulan setelah tanam. Jika periode panen kurang teratur, populasi tanaman akan cepat memadat dan dapat berpengaruh terhadap kualitas. Setelah pemanenan, daun dan bunga diikat bersama atau diikat terpisah menjadi ikatan kecil (Van den Bergh, 1994). Genjer per 100 gram mengandung protein 1 g, lemak 0.3 g, karbohidrat 0.5 g, vitamin A 5000 IU dan vitamin B1 10 UI. Nilai energi yang dihasilkan 38 kJ/100 g (Van den Bergh, 1994). 5 Leunca (Solanum americanum Miller) Leunca berasal dari Amerika Selatan dan saat ini leunca banyak ditemukan di daerah tropis. Leunca pada awalnya merupakan tanaman yang tumbuh liar yang dikenal sebagai gulma budidaya. Leunca merupakan famili solanaceae. Bagian yang dikonsumsi dari tanaman leunca adalah daun dan buah (Siemonsma dan Jansen, 1994). Tanaman ini tumbuh tegak, dapat bertahan secara tahunan atau berumur pendek. Tinggi tanaman hingga 1.5 m, tidak berduri, batang berwarna hijau tua atau merah keunguan. Batang berbentuk silinder, bersudut atau bersayap. Daun tersusun spiral berpasangan. Tangkai daun 1-9 cm, bentuk daun seperti bulat telur meruncing 1-16 cm x 1-12 cm. Bunga memiliki 2-20 rangkaian bunga. Bunga majemuk dan berbentuk lonceng 1-3 mm. Buah leunca berbentuk bulat dengan diameter 0.5-1 cm, warna hijau kebiruan atau hitam keunguan pada saat matang dan mengandung 40-100 biji. Biji berbentuk cakram, berukuran 1-1.5 mm, dan berwarna krem (Siemonsma dan Jansen, 1994). Leunca dapat beradaptasi di lingkungan yang luas dan mudah ditemukan di kebun buah, pekarangan, dan kebun. Di daerah tropis biasanya hidup di daerah pegunungan hingga mencapai ketinggian 3 000 m (Siemonsma dan Jansen, 1994). Leunca diperbanyak melalui biji. Biasanya ditanam melalui persemaian dan ditanam di lapang ketika tingginya 8 cm atau berumur 5 minggu setelah semai. Jika ketersediaan air cukup, leunca dapat hidup tahunan. Jarak tanam yang direkomendasikan untuk produksi daun adalah 25 cm x 25 cm, sedangkan jarak tanam untuk buah 50 cm x 50 cm (Siemonsma dan Jansen, 1994). Tanaman biasanya dipanen dua bulan setelah tanam. Daun muda dengan panjang 5-6 cm, dapat dipanen setiap 1-2 minggu. Panen buah muda pertangkai dengan jumlah pertangkai 7-8 buah, dapat dilakukan setiap 3-10 hari (Siemonsma dan Jansen, 1994). Leunca dikonsumsi buah yang warna hijau dan daun muda dengan proporsi 95% dan 70 %. Setiap 100 gram buah leunca mengandung air 90 g, protein 1.9 g, lemak 0.1 g, karbohidrat 7.4 g, Ca 274 mg, Fe 4.0 mg, karoten 0.5 mg, vitamin B1 0.10 mg, vitamin C 17 mg. Nilai energi yang dihasilkan senilai 190 kJ/100 kg (Siemonsma dan Jansen, 1994). 6 Poh-pohan (Pilea melastomoides) Poh-pohan berasal dari Amerika Selatan dan sekarang tersebar diseluruh Asia. Daun muda disukai karena baunya yang khas. Pada umumnya tumbuhan itu tumbuh secara liar dipinggir hutan, di ladang-ladang dan kebun-kebun yang umumnya jauh dari pemukiman penduduk. Poh-pohan merupakan anggota dari famili urticaceae (Soedirdjoatmojo, 1986) . Tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Tanaman ini diperbanyak dengan biji atau stek. Daun berbentuk bulat telur, mempunyai urat yang sejajar dan menonjol. Di daerah pegunungan seperti Cipanas, Tretes, Sarangan dan Tawangmangu, poh-pohan ini dijadikan tanaman hias. Banyak pula masyarakat yang memanfatkan poh-pohan sebagai tanaman pagar. Daun muda dapat dimakan sebagai lalapan mentah, lalapan matang, pecel dan gadogado (Soedirdjoatmojo, 1986). Poh-pohan menghendaki tanah yang lembab, baik yang terbuka atau agak ternaungi dan dapat tumbuh subur sepanjang tahun. Tanaman poh-pohan tumbuh subur di tanah yang gembur hingga mencapai ketinggian sekitar 2 m. Poh-pohan dapat tumbuh di dataran tinggi antara 600 – 2 700 m di atas permukaan laut (Soedirdjoatmojo, 1986) . Tanaman biasanya diperbanyak melalui biji. Untuk mendapatkan bibit yang baik, biji poh-pohan disemaikan dibedengan. Sebulan setelah biji disemaikan, bibit dapat dipindahkan ke lubang penanaman yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Lubang tanam biasanya ± 30 cm dengan garis tengahnya 40 cm. Seminggu sebelum ditanam, di lubang-lubang penanaman tersebut diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 2-3 kg per lubang. Dua hari kemudian diberikan tambahan pupuk urea atau ZA sebanyak 20 g per lubang. Jarak tanam yang direkomendasikan untuk tanaman hias 75 cm x 75 cm atau 1 m x 1 m. Sebagai pagar hidup diperlukan jarak 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm (Soedirdjoatmojo, 1986) . 7 Kristal Oksalat Kristal kalsium oksalat terdapat di dalam sayuran dapat mempengaruhi rasa pada sayuran, misalnya rafid dapat menyebabkan rasa gatal. Terdapat berbagai bentuk kristal oksalat, yaitu roset, prisma dan jarum. Bentuk kristal yang didapat pada umumnya bentuk roset seperti pada daun pepaya (Carica papaya L), bayam (Amaranthus spp.), kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), singkong (Manihot esculenta Crantz), melinjo (Gnetum gnemon L.), kelor (Moringa oleifera Lamk.), katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dan kenikir (Cosmos caudatus Kunth). Kristal bentuk prisma terdapat pada lembayung dan selada (Lactuca Sativa). Kristal bentuk jarum pada sembukan (Paederia foetida L) dan talas (Colocasia esculenta). Tanaman kenikir termasuk memiliki kerapatan kristal oksalat yang paling tinggi di antara sayuran lainnya (Endang et al., 1998).