DI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN KOTA

advertisement
PENELITIAN JENIS PAKAN BEKANTAN (NasalislarvatusGeoffr.) DI
KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN KOTA
TARAKAN
Oleh :
YASIR ARAFAT
NIM.100 500 042
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
PENELITIAN JENIS PAKAN BEKANTAN (NasalislarvatusGeoffr.) DI
KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN KOTA
TARAKAN
Oleh :
YASIR ARAFAT
NIM. 100 500 042
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
PENELITIAN JENIS PAKAN BEKANTAN (NasalislarvatusGeoffr.) DI
KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN KOTA
TARAKAN
Oleh :
YASIR ARAFAT
NIM. 100 500 042
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLIT EKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Penelitian Jenis Pakan Bekantan (Nasalislarvatus
Geoffr.) di Kawasan Konservasi Mangrove dan
Bekantan Kota Tarakan
Nama
: Yasir Arafat
NIM
: 100 500 042
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing
Penguji I,
Penguji II,
Ir. M. Masrudy, MP
NIP.19600805 198803 1 003
Ir.Gunanto
NIP.19570905 198703 1 001
Rudi Djatmiko. S. Hut. MP
NIP.19700915 199512 1 001
Menyetujui
Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP
NIP. 19610812 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal :
Mengesahkan
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP
NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK
Yasir Arafat. Inventarisasi Jenis Pakan Bekantan (Nasalis larvatus Geoffr.) di
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan (di bawah
bimbingan M. MASRUDY).
Dalam usaha untuk dapat melestarikan keanekaragaman alam hayati
khususnya fauna, diperlukan pemahaman habitat atau lingkungan hidup yang
sesuai untuk kelangsungan hidupnya. Bekantan (Nasalis larvatus Geoffr.) adalah
salah satu jenis primata yang terdapat di Indonesia merupakan primata endemik
dari pulau Kalimantan yang dilindungi oleh undang-undang (undang-undang No.
05 tahun 1990) dan ordanasi perlindungan (binatang–binatang liar No. 266 tahun
1931). Jenis satwa primata ini perlu diproritas untuk diteliti ekologi makanannya
karena jenis ini tergolong langka dan endemik, dengan habitat terbatas pada
hutan di sekitar sungai hutan bakau dan rawa gambut yang sebagian telah
terancam oleh berbagai aktivitas manusia (Suwarto, 1989).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pakan bekantan (Nasalis
larvatus Geoffr.) di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan kota Tarakan.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi tentang jenis pakan bekantan (Nasalis larvatus Geoffr.) yang berada di
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan kota Tarakan.
. Dalam pengamatan ini metode yang digunakan adalah metode menurut
anonim 1977 pedoman teknis Iventarisasi sensus satwa Direktorat Jendral
Kehutanan Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam Bogor adalah metode
perjumpaan, adapun langkah langkah yang di lakukan
1. Pengenalan waktu aktif satwa yaitu waktu yang dipakai satwa untuk
melakukan kegiatan-kegiatanya.
2. pengamatan liwayah jelajah bagi satwa, utuk mengetui peyebarannya dan
pengenalan bentuk primata
3. pengenalan habitat yang disukai satwa yaitu tempat atau lapangan yang
dipakai oleh satwa utuk melakukan kegiatannya.
4. pengenalan tentang tingkah laku satwa yaitu kebiasaan-kebiasaan dalam
aktifitas hidupnya,seperti cara makan, jenis-jenis makanan yang di sukai,
Hasil pengamatan ini di temukan ada 4 jenis pakan yang di makan oleh bekantan
yaitu pisang kapok, pucuk daun tanaman mutut besar, pucuk daun tanaman
rambai padi dan pucuk tanaman bakau.
Kata kunci : KKMB, bekantan dan pakan bekantan
RIWAYAT HIDUP
Yasir Arafat, lahir pada tanggal 15 Januari 1991, di Kota
Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Merupakan anak ke 6
(enam) dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Achmady
Jumaat dan Ibu Nuriah.
Memulai pendidikan pada tahun 1998 di Sekolah Dasar
Negeri 007 Mamburungan Tarakan, dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun
yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tarakan, dan
lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan lagi ke Madrasah Aliayah Negeri
1 Tarakan dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan Tinggi di mulai pada tahun
2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program Studi Manajemen
Hutan dan melakukan PKL Pada tanggal 07 Maret sampai dengan 07 Mei di UPT
KPHL Kota Tarakan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat Rahmat-Nya Penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak dalam
penyelesaian Karya Ilmiah ini, oleh karenanya dalam kesempatan ini Penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah dan ibu beserta Keluarga yang telah banyak memberikan bantuan baik
berupa moril maupun materil.
2. Pengelola KKMB baik Dinas Pariwisata dan petugas Lapangan KKMB Kota
Tarakan.
3. Bapak Ir. M.Masrudy, MP selaku pembimbing karya ilmiah.
4. Bapak Ir.Gunanto dan Bapak Rudi Djatmiko, S.Hut, MP selaku Dosen penguji
I dan dosen penguji II
5. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP, selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan.
6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
7. Teman-teman yang banyak memberikan bantuan baik material maupun
spiritual hingga terselesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat
membangun untuk perbaikan sangat diharapkan dan Penulis juga berharap
semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.
Penulis
Kampus Sei Keledang,
September 2013
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
A. Keadaan Umum Bekantan...........................................................
B. Perilaku Bekantan pada Saat Makan...........................................
C. Pakan………………………………………………………………….
3
3
6
6
III. METODEPENELITIAN .....................................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................
B. Alat dan Bahan………….............................................................
C. Prosedur Penelitian.....................................................................
D. Pengolahan Data.........................................................................
11
11
11
12
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
A. Hasil............................................................................................
B. Pembahasan...............................................................................
13
13
13
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran...........................................................................................
16
16
16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
17
LAMPIRAN...............................................................................................
19
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1
Perbedaan Morfologi Antara Bekantan Jantan dan Betina...
8
2
Struktur Umur Bekantan……………………………………….
9
3
Jenis Pakan Bekantan yang Dimakan……………………….
13
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Lampiran
Halaman
1.
Tempat Penelitian……………………………………………..
20
2.
Aktivitas Bekantan Saat Makan Pisang Kepok……………..
20
3.
Aktivitas Bekantan Saat Mencari Makan……………………
21
4.
Daun Bakau (Rhizophora apiculata) yang di Makan oleh
Bekantan……………………………………………………….
21
5.
Gambar Daun Rambai Padi (Sonneratia casiolaris)………..
22
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara tropis memiliki keanekaragaman
hayati yang perlu diperhatikan dan dipertahankan keberadaannya sehingga
tatanan kehidupan dapat berlangsung secara berkesinambungan. Selain
melindungi dan melestarikannya, keanekaragaman hayati juga dimanfaatkan
untuk pembangunan melalui ikhtiar membangun tanpa merusak lingkungan
selanjutnya kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi
kesinambungan dan keanekaragaman hayati antara lain program perlindungan
dan pelestarian jenis satwa dengan menetapkan satwa yang dilindungi terdiri dari
126 jenis burung, 63 jenis mamalia dan 21 jenis reptilia (Suwarto, 1989).
Dalam usaha untuk dapat melestarikan keanekaragaman alam hayati
khususnya fauna, diperlukan pemahaman habitat atau lingkungan hidup yang
sesuai untuk kelangsungan hidupnya. Bekantan (Nasalis larvatusGeoffr.) adalah
salah satu jenis primata yang terdapat di Indonesia merupakan primata endemik
dari pulau Kalimantan yang dilindungi oleh undang-undang (undang-undang
No.05 tahun 1990) dan ordanasi perlindungan (binatang–binatang liar No.266
tahun 1931).
Jenis satwa primata ini perlu diproritas untuk diteliti ekologi
makanannya karena jenis ini tergolong langka dan endemik, dengan habitat
terbatas pada hutan di sekitar sungai hutan bakau dan rawa gambut yang
sebagian telah terancam oleh berbagai aktivitas manusia. Kawasan Konservasi
Mangrove dan Bekantan (KKMB) di kota Tarakan merupakan salah satu habitat
bagi bekantan yang berupa kawasan hutan mangrove(Suwarto, 1989).
2
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
jenis
pakan
bekantan
(N.lavartusGeoffr.) di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan kota
Tarakan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
jenis pakan bekantan (nasalis lavartus Geoffr.) yang berada di Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Umum Bekantan (Nasalis larvatus Geoffr.)
1. Taksonomi Bekantan.
Genus Nasalis atau lebih di kenal dengan nama lain “probos monkey”
diberikan oleh Geoffoy St.Hilaire melalui publikasi yang berjudul “Tablean des
Quadrumannes “pada tahun 1781 Van Wurmb telah memberikan nama
Cercopithecu larvartus pada satwa ini (Martin 1837) dalam (Mardiastuti 1982).
Genus lain yang masih erat hubungannya dengan bekantan adalah “Snub-nused
Monkey” (Rhinoppitheacus) dari Cina Barat, Tonkin dan Kepulauan Mentawai,
Sumatra ( 1978). Nasalis terbagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu Nasalis larvatus yang
hidup edemik di pulau Kalimantan (Bismark 1984).
Menurut (Napier dan Napier 1967), bekantan (Nasalis larvatusGeoffr.)
diklasifikaskan sebagai berikut:
Ordo
: Primata Linnaeus
Sub ordo
: Anthropoidea
Super family : Cercopitheaciodea
Famili
: Cercopitheacidea
Sub family
: Colobinae
Genus
: Nasalis
Spesies
: Nasalis larvatus Geoffr.
Selanjutnya (Chasen1940), membedakan lagi bekantan menjadi dua sub
spesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. (Nasalis
larvatus) memiliki warna kepala yang lebih gelap, pungung sebelah bawah lebih
kaya akan warna di bandingkan pungung dan bahu bagian depan yang berwana
lebih coklat. Sub spesies ini banyak di temukan di Pontianak Kalimatan Barat.
4
N. lavartus orientalis memiliki kaki dan tangan bekantan berwarna gelap tangan
bekantantan bersifat “prehensile” yaitu dapat memegang benda denganan jari
tangannya.
2. Morfologi.
Bekantan memiliki ciri khusus yang tidak dijumpai pada jenis primata lain,
yaitu hidung yang besar dan khas pada yang jantan dan dapat mencapai
panjang lebih dari 7,5cm. Pada bekantan jantan hidung tersebut terus
berkembang walau pun bekantan sudah mencapai fase dewasa. Hidung pada
jantan dewasa panjang seperti ubi dan melengkung ke bawah. Para ahli ada
yang berpendapat bahwa hidung jantan tersebut adalah hasil adaptasi seleksi.
Betina lebih tertarik pada jantan yang berhidung besar. Hidung betina muda
lebih kecil, kurang lebih seukuran dengan hidung manusia dan mencuat ke atas.
Bentuk hidung jantan yang unik ini digunakan untuk mengeraskan suara ketika ia
mengeluarkan pekikan penandaan territorial (Napier dan Napier1967). Bekantan
jantan yang mempuyai hidung paling besar berhak dinobatkan menjadi pemimpin
kelompok (Suharyo, 2002).
Ciri khas yang lain dimiliki bekantan adalah perut mereka yang buncit. Hal
ini di karenakan daun daunan yang merupakan bahan makanan bekaantan
mempuyai nutrisi yang rendah, sehinga untuk memenuhi kebutuhan energy dan
nutrisinya, bekantan harus makan daun daunan dalam jumlah besar (Suharyo,
2002) bekantan memiliki warna tubuh yang bervariasi.
Tubuh bagian atas
umumnya berwarna kuning ke abu-abuan pucat dan kusam sampai coklat merah
lebih gelap pada pungung batas atas dan mempunyai semacam tudung tenguli.
5
Bekatan memiliki sifat “Pemalu” cenderung dihuni oleh bekantan berada
dipedalaman, relative tidak terganggu atau relative jauh dari sungai sungai
tempat pemukiman-pemukiman berkembang (Soendjotodkk., 2001).
(Napier danNapier 1967) menjelaskan bahwa bekantan meiliki habitat
berupa hutan rawa dan hutan mangrove dan mudah di temukan di dekat sungai
atau pada vegetasi nipah (N. fruticans) dan rawa mangrove sepanjang pantai,
teluk–teluk atau daerah pasang surut, selanjutnya dijelaskan bahwa bekantan
lebih suka berteduh pada vegetasi mangrove pada siang hari dan beristirahat
pada pohon pedada (Sonenratia spp) pada malam hari.
3. Peyebaran.
Bekantan adalah salah satu primata edemik yang hanya terdapat di pulau
Kalimantan, khususnya yang terdapat di muara sungai Brunei dan pulau Sebatik
diperbatasan Sabah/Kalimantan Timur (Payne dkk., 2000) dan beberapa pulau
didekat pantai (Yasuma danAlikodra, 1990;Payne dkk., 2000), termasuk pulau
Bunyu dan pulau Laut (Anonim, 1978), sedangkan (Anonim1982) mencatat
bahwa bekantan dapat di temukan di Kalimantan dan beberapa pulau kecil di
sebelah timurnya. Bekantan biasanya ditemukan didekat sungai–sungai besar.
Di sungai-sungai Sabah di bagian timur yang lebih besar, bekantan terdapat jauh
dihulu sungai (misalnya, diatas sungai Danum dihulu Segama). Berdasarkan
laporan yang di peroleh di hulu sungai Kapuas di Kalimantan Barat, ditumbang
Maruwe di sungai Barito di Kalimantan Tengah di sungai Mahakam dan sungai
Kayan di Kalimantan Timur terdapat pulau bekantan. Kondisi saat ini sudah
berubah, kemungkinan adanya bekantan di daerah hulu adalah kecil.
6
B. Perilaku Bekantan pada Saat Makan.
Bekantan biasanya makan di ujung-ujung pohon duduk pada salah satu
cabang atau ranting yang relatif besar. Salah satu tangan di pergunakan untuk
berpegang pada cabang atau ranting dibagian atasnya sedangkan tangan yang
lain untuk meraih makanan. Kalau pada posisi sulit,kedua tangan akan berpungsi
untuk berpegang sedang kan makanan
langsung di ambil dengan mulut
(Bismark,1986).
Selain digunakan dalam makan untuk memetik daun daunan,tangan juga
berfungsi
untuk
memasukan
makanan
ke
dalam
mulut
(Napier
dan
Napier,1967).Cara mendapatkan makanan adalah dengan mengunakan tangan
untuk memetik daun,lalu di masukan 1-3lembar daun ke dalam mulut secara
berurutan lalu dikunyah (Alikodra dkk., 1990). Sedangkan
Bismark 1994) menjelaskan bahwa daun yang di komsumsi bekatan
adalah daun muda.
C. Pakan
Makanan utama bekantan terdiri dari daun daun-daun muda (pucuk)serta
sering ditemukan memakan pucuk dari daun mangrove.Kurang lebih dari 5% dari
makannya berupa bunga dan buah serta 95% berupa daun (Napier
danNapier,1967).
Bedasarkan
hasil
penimbangan
bobot
kering
kotoran
bekantan,(Bismark1980)mengemukakan bahwa komposisi makan bekantan
terdiri dari 96,2% pucuk daunmuda, tangkai daun dan daun tua 3,5%biji atau
buah kucup bunga dan kulit kayu dan 0.3% insekta. Dilihat dari jumlah daun
yang dikomsumsi oleh bekantan maka jenis moyet ini di duga sebagai pemakan
7
daun lebih banyak diantara jenis-jenis moyet yang termasuk dalam anak suku
Colobinae.
Menurut
Paynedkk.(2000)makanan
bekantan
terdiri
dari
atas
dedaunan,buah-buahan, pucuk daundandaun merupakan makanan utama
bekantan.Alikkodradkk. (1991),menjelaskan bahwa bagian tumbuhan yang di
makan adalah daun (leaf), pucuk (shoot), bunga (flower) dan buah (fruit).
Bekantan suka memilih makananya (daun, pucuk,bunga dan,buah)yang masih
muda dan segar.Salah satu makanan utama bekantan adalah pucuk-pucuk daun
Sonneratia caseolaris terutama daun yang masih berwarna hijau muda. Selain
dari sumber pakan, tumbuhan ini juga di gunakan sebagai tempat tidur dan
istirahat. Dalam satu pohon sering terdapat 2-4 ekorbekantan. Lamanya makan
pada setiap pohon tergatung pada jenis pohon serta jumlah persediaan
makananyaBismark, (1980).
Dari penelitian yang dilakukan terhadap bekantan diKebun Binatang
Ragunan Jakarta, diperoleh data bahwa bekantan menghabiskan rata-rata
1572,5 gram ransum/ekor/hari (Alikodra dkk.,1990), Menurut Bismark(1984)
makanan yang paling banyak di komsumsi adalah daun daunan (96,2%).
Dikatakan lebih lanjut bahwa selain dari pucuk yang masih lembut, bekantan juga
memakan daun-daun tua, tangkai daun (petiol) paku pakuan,cendawan dan
umbut Pandanus sp. makanan yang paling di sukai terutama daun muda pedada
(Sonneratia lanceolata) yang tumbuh di hutan bakau sepanjang tepian sungai
deka pantai (Suhato,1989). Jenis lain yang juga dimakan oleh bekantan adalah
rumbai-rumbai,darat,laban (vitek sp), waru laut (Hibiscustilliaceus), keladi air
(Hibiscus brasiliensis), durian (Durio sp), mersafat, manisan, karamunting laut,
lai, kelakar, pakis, buas-buas, rumput
peradang daun papaya serta ketela
8
pohon.Selain itu bekantan juga memakan buah kecapi dan karet (biasanya yang
masih mentah), serta bunga durian dan lai (Alikodra dkk.,1990). Mendapatkan
protein hewani. Bekatan juga memakan larva, insekta dan rayap.Umbut nipa dan
kulit batag (Aliodradkk,.1991), menambahkan bahwa bekantan juga suka
memakan serangga dan kepiting. Selain itu untuk mencukupi kebutuhan mineral
bekantan juga memakan ujung akar Rhizophoraapiculata yang berasa asin dan
diduga memakan tanah dan sarang rayap. Bekantan tidak mengkomsumsi buah
buahan yang manis untuk menghindari makan gula yang banyak. Gula yang
berlebihan
akan
terfermentasi
dalam
lambung
bekantan
dan
akan
menghaasilkan banyak gas yang bisa meyebabkan perut kembung,yang apabila
tidak segera diobati maka akan meyebabkan kematian (Suharyo,2002).
Tabel 1. Perbedaan Morfologi Antara Bekantan Jantan dan Betina.
Morfologi
Jantan
Betina
Berat badan(Kg).
11,700-23,608
8,650-11,790
Panjang kepala sampai badan(Cm).
55,500-72,300
54,000-60,500
Panjang ekor(Cm)
66,000-74,500
57,000-62,000
Anonim(1982), menjelaskan umumnya bekantan memiliki badan yang
ranping dan ber ekor panjang.
Ekor lebih panjang dari pada badan dan
kepala.Yang betina berukuran lebih kecil dan lebih ringan.Bekantan yang sudah
lewat dewasa berperut buncit dan dapat mengeluarkan suara seperti sapi
melenguh pendek. Sedangkan struktur umur bekantan dapat dilihat pada Tabel
2. berikut ini:
9
Tabel 2. Struktur Umur Bekantan.
Jantan dewasa
(Adult males)
Betina dewasa
(Adult females)
Jantan setengah dewasa
(Adolescent males)
Betina setengah dewasa
(Adolescent males)
Remaja
(Juvenile)
Anak/bayi
Hidung besar (telah berkembang sempurna),alat
kelamin luar tampak jelas,ukuran tubuh besar dan
berbentuk segitiga pada bagian pinggul lapisanlapisan
lemak
terlihat
jelas
dibagian
pungung,berkembang otot paha yang kuat.
Ukuran tubuh relatif lebih kecil dari ukuran tubuh
jantan dewasa 10sampai 12kg puting susu
tampak lebih jelas hidung lebih runcing dan kecil.
Ukuran tubuhnya sama atau lebih besar dari
pada betina dewasa,alat kelamin tampak lebih
jelas,otot bagian paha lebih berkembang
dibandingkan degan betina dewasa hidung mulai
membesar,tidak ada lapisan lemak dibagian
punggungnya.
Memiliki ukuran tubuh yang hampir sama dengan
betina dewasa,puting susu belum jelas.
Ukuran tubuh setengah atau dua pertiga dari
ukuran tubuh betina dewasa,sudah bisa berdiri
sendiri tetapi masih tidur dengan induknya
Berumur 1,5 tahun atau bayi yang baru lahir
memiliki warna yang lebih gelap tetapi terus
memudar masih dekat dan bergantung dengan
induknya.
Sumber:Yeger(1990).
Pada bagian atas kepala (Payne dkk.,2000), yang digambarkan oleh
(Yasuma dan Alikodra,1990) sebagai rambut merah yang meyerupai topi pada
bagian atas kepala.Anonim(1982) menjelaskan bahwa rambut berwana kuning
coklat kemerah merahan,terutama di kepala dan pungung bagian atas. Bagian
belakang atau punggung berwarna merah bata (Napier dan Napier, 1967). Ekor
dan pantat keputih putihan, terutama pada jantan dewasa (Payne dkk., 2000).
Ketika duduk di pohon, ekornya bergantung vertical kebawah. Pada bagian tubuh
lainnya rambut berwarna coklat pucat dan kelabu putih terutama di dada, perut
dan ekor jantan dewasa memiliki kerah pucat disekeliling leher bagian depan
dan kedua sisinya (Payne dkk., 2000).
10
Bagian wajah bekantan berwarna merah tua ke coklatan dan tidak
beerbulu, sedangkan pada bayi atau individu muda mempunyai wajah biru tua
(Napier dan Napier, 1967; Payne dkk., 2000). Wajah bekantan berbentuk
“orthognathous” dengan sebuah profil lurus dan rahang yang jelas. Tulang
hidung panjang dan lurus di banding dengan presbytis yang tulang hidung lebih
pendek. Lekuk mata bagian dalam relatif sempit dibanding dengan jenis-jenis
Colobinae lainnya, kecuali simias. Susunan gigi seri, taring,premolar dan molar
(graham) adalah 2/2, 1/1, 2/2, 3/3. Jumlah 32 buah. Anggota badan bagian
depan (radius dan humerus) dan bagian belakang (femur dan tibia) lebih panjang
di banding dengan presbytis atau colobus atau dapat dikatakanbahawa indeks
intermembral pada bekantan tinggi.
Kaki dan tangan bekantan berwarna abu-abu pucat dengan telapak tangan
berwarna gelap. Tangan bekantan bersifat “prehensile”, yaitu dapat memegang
benda dengan jari tangnnya. Tangan digunakan dalam makan untuk memetik
daun-daunan dan memasukannya kedalam mulut (Napier dan Napier, 1967).
Selain itu tangan digunakan juga untuk memegang dahan dalam kegiatan
berjalan atau melompat. Jari-jari yang sangat panjang memungkinkan satwa ini
menjadi pemanjat yang sangat tangkas.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu pengamatan
1.lokasi pengamatan
Pengamatan di lakukan di areal konsevasi mangrove dan bekantan kota
tarakan dan utuk lebih jelas dapat di lihat pada lsampiran 1 luas pengamatan
bekantan ( nasalis lavartus GEOFFR) di KKMB kota tarakan sekitar 22ha.
2 waktu pengamatan
Pengamatan di lakukan pada tanggal 1 maret sampai dengan tanggal 1
juni 2013 setiap hari senin sampai dengan minggu selama 14 kali pengamatan
yaitu pada pagi hari pukul 06.00-10.00wite dan pada sore hari pukul16.0018.00wite
B. Alat dan bahan
1. alat :
a. kamera digunakan untuk mengambil gambar objejk pengamatan
b. teropong digunakan untuk melihat bekantan yang jauh agak tampak
lebih jelas
c.jam tangan di gunakan untuk melihat waktu aktifitas objek pengamatan
d.alat tulis menulis di gunakan untuk pembutan data karya ilmiah,
C. metode pengamatan
Dalam pengamatan ini metode yang di gunakan adalah metode menurut
anonim 1977 pedoman teknis iventarisasi sensus satwa Direktorat
jendral
kehutanan direktorat perlindungan dan pengawetan alam bogor adalah
metode perjumpaan adapun langkah langkah yang di lakukan
1. Pengenalan waktu aktif satwa yaitu waktu yang di pakai satwa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan nya.
12
2. Pengamatan liwayah jelajah bagi satwa, utuk mengetui peyebarannya
dan pengenalan bentuk primata
3. Pengenalan habitat yang di sukai satwa yaitu tempat atau lapangan
yang di pakai oleh satwa utuk melakukan kegiatannya.
4. Pengenalan tentang tingkah laku satwa yaitu kebiasaan-kebiasaan
dalam aktifitas hidupnya,seperti cara makan, jenis-jenis makanan yang
D.Prosedur Kerja
1. Orientasi lapangan
Dilakukan untuk mengetahui keberadaan bekantan dan tempat-tempat
yang sering di datangi. Selain itu di maksudkan utuk mengetahui kondisi
lokasi pengamatan yang akan di tempuh.
2. Penentuan lokasi
Pengamatan setelah di ketahui keberadaan bekantan dan tempattempat yang sering di datanginya,sarang tempat makan,dan tempat
yang di sediakan oleh petugas KKMB Kota Tarakan.
3. Persiapan alat-alat yang di perlukan
Sebelum pengamatan di laksanakan,alat ysng di perlukan harus di
persiapkan terlebih dahulu untuk kelancaran pelaksanaan pengamatan.
4. Pelaksanaan pengamatan dan pengumpulan data
Pada pengamatan di lakukan pada jarak yang cukup dekat tetapi tidak
Sampai menganggu bekantan tersebut.apabila objek kurang jelas
terlihar perlu digunakan teropong, lalu dicatat hasil pengamatan dalam
buku catatan. Pengamatan dilaksanakan sesuai waktu aktif dari
Bekantan, masing-masing data yang diperlukan sebagai berikut :
13
a.
Untuk mengatahui penyebaran Bekantan, data yang diambil adalah
jumlah kelompok yang ditemui, wilayah tiap kelompok dan jumlah
anggota dalam kelompok.
b. Untuk mengetahui habitat yang disukai, data yang diambil adalah
jenis tanaman tumbuh, jenis vegetasi yang mendominasi, jenis
vegetasi yang dapat menjadi sumber makanan.
Pengamatan yang diamati oleh penulis adalah sebagai berikut, Tingkah
laku makan seperti waktu makan, cara makan, cara memilih makanan, cara
meraih makanan, jenis-jenis tanaman yang disukai, bagian-bagian yang
dimakan, keadaan Bekantan pada saat makan, dan data lain yang berhubungan
dengan tingkah laku makan.
a. Waktu makan pada pukul 06.00 WITE sampai dengan 10.00 WITE.
b. Cara makan, dengan cara mengambil makan dengan satu/kedua
tangannya bersifat prehensileyang digunakan untuk memetik daun dan
memasukkan ke dalam mulut.
c. Cara memilih makanan, makanan yang dipilih merupakan pucuk daun
yang muda.
d. Jenis-jenis tanaman yang disukai yaitu Mutut besar (Bruguiera
gymnorrhiza), Bakau (Rhizophora apiculata), Rambai padi (Sonneratia
casiolaris)
e. Bagian-bagian yang dimakan, daun (leaf), pucuk (shoot), bunga
(flower), dan buah (fruit).
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan didapat ada 3 jenis pakan yang dimakan oleh bekantan
selain pisang. Ketiga jenis tersebut merupakan tanaman yang tumbuh didalam
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan.
Dari jenis pakan bekantan yang diamati dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini:
Tabel 3. Jenis Pakan Bekantan yang Dimakan.
No
Jenis
Bagian yang dimakan
1
Pisang kepok (Musa x paradisiaca)
Isi buah
2
Mutut besar (Bruguiera gymnorrhiza)
Pucuk/ daun muda
3
Rambai padi (Sonneratia casiolaris)
Pucuk/ daun muda
4
Bakau (Rhizophora apiculata)
Pucuk/ daun muda
B. Pembahasan.
Bekantan pada umumnya merupakan golongan primata yang dominan
memakan daun. Bekantan sangat menyukai daun-daun muda (pucuk) dan juga
tidak jarang bekantan memakan buah.
Selain jenis buah pisang kepok (Musa x paradisiaca) dapat dilihat di
Lampiran 1 padaGambar 2 yang disediakan oleh petugas penangkaran sebagai
makanan pokok, bekantan juga memakan jenis tanaman lain seperti pohon mutut
besar, rambai padi, dan bakau. Pada pohon mutut besar (Bruguiera gymnorrhiza)
bekantan memakan daun mudanya (pucuk) sebagai bahan makanannya. Hal itu
15
juga terlihat pada jenis tanaman rambai padi(Sonneratia casiolaris)dapat di lihat
di Lampiran 3 padaGambar 5.
Dari hasil pengamatan tidak terlihat bekantan memakan buah maupun
bunga pada tanaman tersebut, dikarenakan pada waktu pengamatan tanaman
tidak sedang pada musim berbuah.
Hasil yang didapat ini juga didukung atau sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Bismark 1980),yang menyatakan bahwa bekantan
memakan pucuk daun, daun muda, daun tua dan tangkai daun sebesar 96,2%
sedangkan biji/buah-buahan, kuncup bunga dan kulit kayu yang dimakan
bekantan sebesar 3,5 % dan bekantan memakan serangga sebesar 0,3 %. Dari
hasil di atas menunjukkan bahwa bekantan banyak mengkonsumsi daun-daunan.
Pada waktu bekantan makan, ketinggian pohon yang digunakan yaitu 5-15
m. ketinggian ini dipengaruhi oleh keberadaan daun muda. Jika daun muda
melimpah pada ketinggian 10 m, maka bekantan makan pada ketinggian
tersebut. Tapi pada umumnya bekantan makan pada pohon dengan ketinggian
2- 30 m. dalam aktifitas sehari-hari, bekantan makan pada ketinggian 10-15 m
(30,5 %), 15-20 m (22,5%) sedangkan pada ketinggian 25-30 m hanya 5%
(Bismark, 1980). Pada pengamatan didapat bekantan makan di ujung-ujung
pohon.
Pada waktu makan, bekantan menggunakan salah satu tangannya untuk
berpegangan pada ranting atau batang pohon yang berada diatas dan tangan
yang satu digunakan untuk memetik ranting yang ada daunnya yang telah dipilih
untuk dimakan. Cara bekantan untuk mendapatkan makanannya berupa daun
dengan memetik ranting daun atau juga dengan menarik ranting kemudian daun
diambil dengan menggunakan mulut. Ranting yang dipetik oleh bekantan
16
biasanya daunnya tidak habis dimakan, jarang terlihat bekantan memakan habis
daun yang ada pada ranting tersebut. Selama pengamatan hampir tidak pernah
bekantan mengambil daun dengan cara bergelantungan.
Aktivitas bekantan dimulai pada saat matahari telah terbit atau pada saat
pagi hari telah terang, biasanya bekantan telah beraktivitas pada pukul 06.00 dan
berakhir beraktivitas pada saat hari telah gelap, kira-kira pukul 08.00.
Berdasarkan hasil penelitian (Bismark 1980), aktivitas makan bekantan
setiap harinya kurang lebih 3,4 jam per hari yang dilakukan pada saat yang
berbeda.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Dari hasil pengamatan pakan bekantan yang dilakukan di Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bekantan dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.
Selain pisangPisang Kepok (Musa x paradisiaca) yang diberikan oleh
petugas, ada juga beberapa jenis pohon yang menjadi sumber pakan
bekantan, seperti Mutut Besar(Bruguiera gymnorrhiza), Rambai Padi
(Sonneratia casiolaris)danBakau(Rhizophora apiculata).
2.
Dari ke 3 jenispohon yang dimakan adalah daun muda yang berada di
pucuk.
B. Saran.
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis pakan yang
dimakaoleh bekantan.
2.
Perlupenambahantanaamanbaru yang senang di makanolehbekantan
3.
Perlu di adakanpenyuluhanterhadappenduduk di sekitar KKMB Kota
Tarakanpentingnyamelestarikanbekantan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H. S., S. Yasuma, N. Santoso , R. Soekmadi, E. Suzanna. 1990.
Studi Ekologi Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb, 1781) di Hutan Lindung
Bukit Soeharto, Kalimantan Timur [Catatan Penelitian]. Proyek
Peningkatan Perguruan Tinggi. Tidak Diterbitkan.
Alikodra H .S. S Yasuma, A H. Mustari 1991. Studi Ekologi dan Konservasi
Bekantan (Nasalis Lavartus Wurmb 1781) di Hutan Lindung Bukit
Soeharto Kalimantan Timur [Catatan Penelitian] Tidak Diterbitkan.
Anonim. 1978. Pedoman Pengelolaan Satwa Langka Jilid I: Mammalia, Reptilia
dan Amphibia. Bogor : Direktorat Jenderal Kehutanan.
Anonim. 1982. Beberapa Jenis Mammalia. Bogor : LIPI.
Bismark. 1980. Populasi Tingkah Laku Bekantan (Nasalis lavartus Geoffr) di
Marga Satwa Tanjung Putting Kalimantan Tengah LPH No 375.
-----------1984. Biologi dan Konsevasi Primata di Indonesia [Makalah] Bogor :
Institut Pertanian Bogor , Fakultas Pasca Sarjana.
---------- 1986. Habitat dan Tingkah Laku Bekantan (Nasalis Lavartus Wurmb) di
Bogor.
Chasen, F. N. 1940. A Handlist of Malaysian Mammals. Bull of The Raffl Mus 15
: 83-84.
Mardiastuti, A. 1982. Studi Populasi dan Habitat Bekantan (Nasalis larvatus
Wurmb) di Cagar Alam Pulau Kaget, Barito Kuala, Kalimantan Selatan
[skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan.
Napier, J. R. dan Napier, P. H. 1967. A Handbook of Living Primates. New York
: Academic Pr.
Payne, J. Francis, C. M. Phillipps, K. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di
Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam. Kartikasari SN,
Penerjemah. Jakarta : Wildlife Conservation Society and the Sabah
Society. Terjemahan dari : A Field Guide of the Mammals of Borneo.
Soendjoto, M. A., M. Akhdiyat, M. Haitami, I. Kusumajaya. 2001. Bekantan di
Hutan Galam : Quo Vadis. Warta Konservasi Lahan Basah 10 (1) : 18-19.
Suharto, A. S. 1989. Bekantan, Monyet Belanda dari Kalimantan. Suara Alam
No. 73 : 54-55. Jakarta : Gramedia.
Suharyo, S. P. 2002. Impian Seekor Bekantan. Bul Safari News 5 (12) : 9-15.
19
Yasuma, S dan H. S. Alikodra. 1990. Mammals of Bukit Soeharto Protection
Forest. Samarinda : Japan International Cooperation Agency (JICA) and
Directorate Ganeral of Higher Education.
Yeager, C. P. 1990. Notes on the Sexual Behaviour of the Proboscis Monkey
(Nasalis larvatus). Am. J Primatol 21 : 223-227.
ANONIM 1977 Pedoman teknis iventarisasi sensus satwa Direktorat Jendral
Kuhutanan Direktorat jendral kehutanan dan Pengawetan alam ,Bogor
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1.
Gambar 1.Tempat Penelitian.
Gambar 2. Aktivitas Bekantan Saat Makan Pisang Kepok.
21
Lampiran 2.
Gambar 3. Aktivitas Bekantan Saat Mencari Makan.
Gambar 4. Daun Bakau (Rhizophora apiculata) Muda yang Dimakan oleh
Bekantan.
22
Lampiran 3.
Gambar 5. Daun Rambai Padi (Sonneratia casiolaris).
Download