hubungan pendidikan orang tua dengan

advertisement
HUBUNGAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PERUBAHAN
STATUS STUNTING DARI USIA 6-12 BULAN KE USIA 3-4 TAHUN
ASSOCIATED OF EDUCATION PARENTERALWITH CHANGES OF
STUNTINGSTATUS FROM AGE OF 6-12 MONTHS TO 3-4 YEARS
Leni Sri Rahayu
University ofUniversitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta
(Fikes-S1 Gizi)
ABSTRACT
Stunting that happens during childhood is a risk factor for increase of mortality
rate, low cognitive capacity and motoric growth as well as other unbalanced
physical functions. Stunting in underfives will bring bad impact to further life that
is difficult to improve. Physical growth is associated with genetic and
environmental factors. Genetic factor includes height of parents and gender.
Father and mother with minimum height are risk factor for the prevalence of
stunting. The study aimed to identify associated of educational parenteral to
changes in stunting status from age of 6-12 months to 3-4 years.The study was
analytic non experimental with retrospective cohort design. Population of the
study were all underfives (664) whose height/length had been assessed during
infancy at Tangerang Municipality and District. Data analysis used chi square
statistical test and Pearson correlation, and multivariate analysis with multiple
logistic regression to identify variable most dominantly affected changes of
stunting status. The prevalence of stunting at age of 6-12 months was significantly
associated with height of father, height of mother, low birth weight, birth length,
premature birth, education of father and education of mother (p<0.05). At age of
3-4 years the prevalenve of stunting was significantly associated with height of
father, height of mother, education of father and education of mother. As much as
26.4% of subject changed from normal to stunting, 8.3% remained stunting and
5.7% changed from stunting to normal. Gender did not associated with change of
stunting status. The change of status from normal to stunting was associatedwith
height of mother (OR=2.2) and education of father (OR=2.8). Exclusive
breastfeeding (OR=3.8) and education of father (OR=4.8) were factors
associated the subject to remain stunting at age of 3-4 years.Height of mother and
education of father were factors associated with change of status from normal to
stunting. Education of father and exclusive breastfeeding supplementation were
factors correlation with the subject to remain stunting.
Keywords: stunting, education of father, education of mother
PENDAHULUAN
Salah satu indikator gizi yang menentukan keberhasilan peningkatan
kualitas sumber daya manusia adalah ukuran fisik penduduk. Stunting yang terjadi
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
103
pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian,
kemampuan kognitif dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi
tubuh yang tidak seimbang1.Kejadian stunting diduga dapat meningkatkan risiko
kejadian diare dan ISPA pada anak2.
Prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih relatif tinggi
dibandingkan dengan angka di Asia yaitu mencapai 36,8%, dengan balita pendek
(stunting) sebesar 19,5% dan sangat pendek (severe stunting) sebesar 17,3%3.
Stunting merupakan suatu retardasi pertumbuhan linier yang berkaitan
dengan adanya proses perubahan patologis4. Pertumbuhan fisik berhubungan
dengan genetik dan faktor lingkungan.Tinggi badan orang tua dapat berhubungan
dengan pertumbuhan fisik anak5. Tinggi badan anak memiliki hubungan yang
signifikan dengan tinggi badan ibu6.
Sebuah studi meta analysis di 10 negara sub-Saharan Africa menunjukkan
bahwa prevalensi stunting pada anak (0-59 bulan) laki-laki lebih tinggi (40%)
dibandingkan dengan anak perempuan (36%) 7. Sejalan dengan hasil tersebut
penelitian yang dilakukan di wilayah Maluku Utara pada anak usia 0-59 bulan
juga menunjukkan anak laki-laki memiliki risiko lebih tinggi (OR=1,6) untuk
mengalami stunting dibandingkan dengan anak perempuan8.
Penelitian Mendez dan Adair9 menunjukkan bahwa stunting yang terjadi
pada usia 7-12 bulan, sebanyak 9,5% berubah menjadi normal pada saat berusia 2
tahun. Sedangkan penelitian di Peru menemukan prevalensi stunting meningkat
sebesar 9,7% pada anak usia usia 15 bulan dibandingkan pada saat anak usia 12
bulan10.
Tingkat pendidikan ayah dan ibu merupakan determinan yang kuat
terhadap kejadian stunting pada anak di Indonesia dan Bangladesh11.Pada anak
yang berasal dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki tinggi badan 0,5
cm lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu dengan tingkat
pendidikan rendah6. Berdasarkan penelitian Norliani et al.,12 tingkat pendidikan
ayah dan ibu mempunyai risiko 2,1 dan 3,4 kali lebih besar memiliki anak yang
stunted pada usia sekolah. Pada tahun 2008 telah dilakukan skrining status
stunting pada bayi (6-12 bulan) di Kota dan Kabupaten Tangerang dan diperoleh
data prevalensi stunting sebesar 15,7%.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
104
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan status stunting dari
usia 6-12 bulan ke usia 3-4 tahun dan pengaruh tingkat pendidikan ayah dan ibu
terhadap perubahan statusstunting yang terjadi. Hasil analisis diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi program
penanggulangan kejadian stunting sejak dini khususnya dalam hal menentukan
prioritas penanggulangan stunting sehingga dapat memberikan gambaran
pentingnya gizi dan kesehatan dalam siklus kehidupan manusia.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik noneksperimental yang
merupakan follow up survey dengan rancangan kohort retrospektif (non
concurrent cohort). Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Tangerang dan
Kota Tangerang yang terletak di Provinsi Banten.Wilayah penelitian meliputi 8
kecamatan dan 20 desa,pada bulan Januari – Maret 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang pada waktu bayi
telah diukur panjang badannya pada tahun 2008 di daerah Kota dan Kabupaten
Tangerang berjumlah 1235 bayi yang tersebar di 20 desa. Kriteria eksklusi adalah
tidak tinggal di wilayah penelitian dan terdiagnosis menderita penyakit kronisatau
mengalami kelainan kromosom/kongenital berat, seperti Sindrom Down dan
Sindrom Turner. Berdasarkan pengumpulan data diperoleh 664 subjek yang
memenuhi kriteria.
Pengumpulan data meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
ASI Eksklusif dan lamanya pemberian ASI, riwayat BBLR, prematur, data tinggi
badan subjek dan orang tua subjek. Metode yang dipakai adalah wawancara
kepada orang tua subjek menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri
berupa tinggi menggunakan microtoa dengan ketelitian 0,1 cm.Status stunting
dihitung berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) standar WHO
2005 dengan kriteria: Severe stunting (<-3SD), stunting (<-2SD s/d -3SD), normal
(>-2SD).
Analisis uji statistik yang dilakukan adalahPearson correlation, uji Chi
Squaredan untuk menentukan variabel mana yang paling berhubungan dengan
terjadinya perubahan status stunting digunakan multiple logistic regression.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
105
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan status stunting dari usia 612 bulan ke usia 3-4 tahun.
Gambar 1. Perubahan Status Stunting
59,6
60,0
50,0
40,0
29,7
30,0
20,0
6,3
4,4
10,0
0,0
Menurun
Tetap
Normal
Meningkat
Prosentase
Tabel 1. Perubahan Status Stunting dari Usia 6-12 Bulan ke
Usia 3-4 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin
Perubahan Status Stunting
Seluruh Subjek Laki-laki Perempuan
usia 6-12 bln ke usia 3-4 thn
n(%)
n(%)
n (%)
Menurun :
Stunting – Severe stunting
22 (3,3)
13 (3,7)
9 (2,9)
Normal – Stunting
124 (18,7)
71 (20,1)
53 (17,0)
Normal – Severe stunting
51 (7,7)
23 (6,5)
28 (9,0)
Tetap :
Severe stunting – Severe stunting
8 (1,2)
6 (1,7)
2 (0,6)
Stunting - Stunting
21 (3,2)
13 (3,7)
8 (2,6)
Normal :
Normal - Normal
396 (59,6) 206 (58,4)
190 (61,1)
Meningkat :
Severe stunting – Stunting
4 (0,6)
2 (0,6)
2 (0,6)
Stunting – Normal
34 (5,1)
17 (4,8)
17 (5,5)
Severe stunting – Normal
4 (0,6)
2 (0,6)
2 (0,6)
664 (100) 353 (100)
311 (100)
Status stunting dikategorikan berdasarkan nilai z-score (TB/U) menjadi
severe stunting(> -3SD), stunting (< - 2SD - -3SD) dan normal (≥2SD).
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
106
Berdasarkan kategori tersebut terlihat terjadi perubahan status stunting dari usia 612 bulan ke usia 3-4 tahun (Tabel 1).
Tabel 1 menunjukkan sebanyak 18,7 subjek pada usia 6-12 bulan memiliki
status gizi normal berubah menjadi stunting dan 7,7% berubah menjadi severe
stunting pada usia 3-4 tahun. Hal tersebut menunjukkan terdapat kasus baru
stunting sebanyak 175 subjek (insiden = 26,3%).
Perubahan status stunting yang terjadi lebih mengarah pada penurunan.
Sebanyak 18,7% subjek yang awalnya normal berubah menjadi stunting, 7,7%
berubah dari normal menjadi severe stunting. Hanya sekitar 5,7% yang berubah
dari stunting menjadi normal. Penelitian Mendez dan Adair9 mengemukakan
subjek yang mengalami stunting pada usia 6 bulan hanya 6% yang berubah
menjadi normal saat berusia 2 tahun.
Jenis kelamin tidak berhubungan dengan perubahan status stunting, karena
laju kenaikan tinggi badan anak laki-laki dan perempuan sampai umur 8 tahun
cenderung sama13. Namun laki-laki lebih banyak mengalami stunting (55,6%)
dibandingkan dengan perempuan (44,4%).
Status stunting pada usia 6-12 bulan merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada usia 3-4 tahun. Tabel 2 menunjukkan proporsi
stunting pada usia 3-4 tahun lebih besar (59,1%) terjadi pada anak dengan riwayat
stunting pada usia 6-12 bulan.
Tabel 2. Distribusi Status Stunting pada Usia 3-4 Tahun Berdasarkan Status
Stunting pada Usia 6-12 Bulan
Status stunting
usia 6-12 bulan
Stunting
Normal
Status stunting usia 3-4 tahun
RR (IK 95%)
p
Stunting
Normal
55 (59,1%)
38 (40,9%)
1,9 (1,56-2,38) <0,001
175 (30,6%)
396 (69,4%)
230 (34,6%)
434 (65,4%)
Subjek yang mengalami stunting pada saat berusia 6-12 bulan memiliki
risiko 1,9 kali untuk tetap stunting pada saat berumur 3-4 tahun.Perlambatan
dalam pertumbuhan yang ditemukan setelah 3-6 bulan kehidupan pada bayi dapat
mencerminkan faktor pertumbuhan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya.
Pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan perubahan status stunting
pada balita dapat dilihat pada Tabel 3.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
107
Tabel 3. Perubahan Status Stunting Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Orang Tua setelah Distratifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Tingkat Pendidikan
Perempuan
Pendidikan Ibu
Rendah
Tinggi
Pendidikan Ayah
Rendah
Tinggi
Tingkat Pendidikan
Jenis
kelamin
Laki-laki
Pendidikan Ibu
Rendah
Tinggi
Pendidikan Ayah
Rendah
Tinggi
*kelompok rujukan
Perubahan Status Stunting
NormalNormalStunting
Normal*
RR
p
72 (33%)
9 (17%)
146 (67%)
44 (83%)
1,9
0,02
68 (38%)
13 (14%)
NormalStunting
110 (61%)
80 (86%)
NormalNormal*
2,7
<0,001
RR
p
80 (33,5%)
14 (23%)
159 (66,5%)
47 (77%)
1,4
0,11
74 (36,3%)
20 (20,8%)
130 (63,7%)
76 (79,2%)
1,7
0,007
Tabel 3 menunjukkan bahwatingkat pendidikan ibu berhubungan dengan
perubahan status normal menjadi stunting pada anak perempuan (OR=1,9), tetapi
tidak berhubungan dengan perubahan status stunting pada anak laki-laki.
Sedangkan tingkat pendidikan ayah menunjukan hubungan yang signifikan
dengan peruban statu dari normal menjadi stunting, baik pada anak laki-laki
maupun pada anak perempuan. Hasil penelitian Biswas dan Bose (2010) 14
menemukan bahwa pendidikan ayah yang rendah hanya berhubungan dengan
stunting pada anak perempuan namun tidak berhubungan dengan anak laki-laki.
Adanya diskriminasi gender, yaitu perhatian orang tua yang cenderung lebih besar
pada anak perempuan diduga dapat menyebabkan kondisi tersebut.
Tabel 4. Hubungan Variabel Luar dengan Perubahan Status Stunting
(Stunting tetap Stunting vs Stunting menjadi Normal)
Variabel
StuntingStunting
n (%)
Perubahan Status Stunting
StuntingJumlah
RR
Normal
n (%)
(IK 95%)
n (%)
P
Berat badan lahir :
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
108
BBLR (< 2500 g)
BBLN (≥ 2500 g)
Prematur:
Prematur (< 37 bln)
Normal (≥ 37 bln)
ASI Eksklusif :
Tidak Eksklusif
Eksklusif
Lama pemberian ASI:
< 24 bulan
≥ 24 bulan
Tinggi Badan Ibu:
< -2 SD
≥ -2 SD
Tinggi Badan Ayah:
< -2 SD
≥ -2 SD
Pekerjaan Ibu:
Tidak bekerja
Bekerja
*Uji exact fisher
12 (70,6)
37 (52,9)
5 (29,4)
33 (47,1)
17 (100)
70 (100)
1,3
(0,91-1,95)
0,19
9 (64,3)
46 (58,2)
5 (35,7)
33 (41,8)
14 (100)
79 (100)
1,1
(0,72-1,70)
0,67
44 (68,8)
11 (37,9)
20 (31,3)
18 (62,1)
64 (100)
29 (100)
1,8
(1,11-2,97)
0,005
27 (55,1)
28 (63,6)
22 (44,9)
16 (36,4)
49 (100)
44 (100)
0,9
(0,62-1,21)
0,40
36 (63,2)
19 (52,8)
21 (36,8)
17 (47,2)
57 (100)
36 (100)
1,2
(0,83-1,73)
0,32
35 (61,4)
20 (55,6)
22 (39,6)
16 (44,4)
57 (100)
36 (100)
1,1
(0,77-1,58)
0,58
38 (56,7)
17 (65,4)
29 (43,3)
9 (34,6)
67 (100)
26 (100)
0,9
(0,61-1,23)
0,44
Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif berhubungan
secara signifikan dengan perubahan stunting menjadi stunting (kelompok rujukan:
stunting menjadi normal).
Tabel 5. Hubungan Variabel Luar dengan Perubahan Status Stunting (Normal
menjadi Stunting vs Normal tetap Normal)
Perubahan Status Stunting
Variabel
NormalNormalJumlah
RR
Stunting
Normal
n (%)
(IK 95%)
n (%)
n (%)
Berat badan lahir :
BBLR (< 2500 g)
5 (21,7)
18 (78,3)
23 (100)
0,7
BBLN (≥ 2500 g)
156 (30,2) 361 (69,8) 517 (100) (0,33-1,58)
Prematur:
Prematur (< 37 bln)
10 (25,6)
29 (74,4)
39 (100)
0,8
Normal (≥ 37 bln)
165 (31,0) 367 (69,0) 532 (100) (0,36-1,61)
ASI Eksklusif :
Tidak Eksklusif
109 (30,4) 250 (69,6) 359 (100)
1
Eksklusif
66 (31,1) 146 (68,9) 212 (100) (0,76-1,26)
Lama pemberian ASI:
< 24 bulan
85 (28,6) 212 (71,4) 297 (100)
0,9
≥ 24 bulan
90 (32,8) 184 (67,2) 274 (100) (0,68-1,11)
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
109
P
0,39
0,48
0,85
0,27
Tinggi Badan Ibu:
< -2 SD
≥ -2 SD
Tinggi Badan Ayah:
< -2 SD
≥ -2 SD
Pekerjaan Ayah:
Tidak bekerja
Bekerja
Pekerjaan Ibu:
Tidak bekerja
Bekerja
93 (41,0)
82 (24,1)
134 (59,0)
262 (75,9)
227 (100)
344 (100)
1,7
(1,34-2,20)
95 (41,8)
80 (25,5)
162 (58,2)
234 (74,5)
257 (100)
314 (100)
1,4
(1,13-1,86)
4 (57,1)
171 (30,3)
3 (42,9)
393 (69,7)
7 (100)
564 (100)
1,9
(0,98-3,62)
134 (31,2)
41 (29,1)
296 (68,8)
100 (70,9)
430 (100)
141 (100)
<0,0
01
1,1
(0,80-1,44)
0,00
3
0,21
*
0,64
* ujiexact fisher
Tabel 5 menunjukkan tinggi badan ayah dan tinggi badan ibu merupakan
variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perubahan status
stunting dari normal menjadi stunting.Tinggi badan ayah dan ibu (< -2 SD)
memiliki risiko 1,4 dan 1,7 kali untuk mengalami perubahan status stunting
subjek dari normal menjadi stunting.
Tabel 6 menunjukkan pemberian ASI Eksklusif dan pendidikan ayah
memiliki hubungan yang signifikan dengan menetapnya status stunting pada
subjek, dan kejadian BBLR merupakan variabel konfonding.Sebagian besar bayi
dengan BBLR dapat mengalami gangguan pertumbuhan pada masa kanak-kanak1.
Pada subjek yang awalnya stuntingdan tidak diberikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan akan memiliki risiko 3,7 kali untuk tetap stunting (Tabel 6).
Pengaruh ASI Eksklusif terhadap perubahan status stunting kemungkinan
disebabkan karena fungsi ASI sebagai anti infeksi.Kurangnya ASI dan pemberian
makanan pendamping ASI yang terlalu cepat dapat meningkatkan risiko stunting
pada periode pasca kelahiran awal. Pada usia 2 tahun pertama penyakit infeksi
yang dapat meningkatkan kejadian stunting adalah diare dan penyakit pernafasan2.
Manfaat utama pemberian ASI Eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ASI
Eksklusif 3 bulan adalah pengurangan yang signifikan risiko kejadian infeksi
gastrointestinal15.Berbagai penyakit berbahaya di masa bayi maupun usia dewasa
bisa dihindari bila bayi diberi ASI eksklusif, seperti penyakit diare, radang paruparu (pneumonia), radang otak (meningitis), diabetes dan kanker.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
110
Tabel 6. Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungandengan
Perubahan Status Stunting
(stunting tetap stunting vs stunting menjadi normal)
uji regresi logistik berganda
Sedangkan variabel yang mempengaruhi perubahan status stunting dari
normal menjadi stunting adalah tinggi badan ibu dan pendidikan ayah (Tabel 7).
Dimana pendidikan ayah (OR=2,8) pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan
tinggi badan ibu (OR=2,2).
Tabel 7. Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perubahan
Status Stunting (Normal menjadi Stuntingvs Normal tetap Normal)
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
111
uji regresi logistik berganda
Pendidikan ayah merupakan faktor yang paling berhubungan dengan
perubahan status stunting (Tabel 8 dan 9). Hasil ini berbeda dengan penelitian
Semba et al.11 yang menyatakan pendidikan ibu pengaruhnya lebih besar
dibandingkan dengan pendidikan ayah terhadap kejadian stunting di Indonesia.
Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian di Bangladesh dan Filipina yang
menyatakan pendidikan ayah lebih berpengaruh terhadap kejadian stunting.
Peranan ayah sebagai pemimpin di rumah tangga akan mempunyai kewenangan
lebih besar dibanding ibu dalam pengambilan segala keputusan yang berkaitan
dengan keluarga termasuk dalam bidang kesehatan16. Dalam hal ini peranan ibu
dalam keluarga lebih kepada mengaplikasikan keputusan yang telah dibuat oleh
ayah. Penelitian Semba et al.11 menunjukkan bahwa di Indonesia pendidikan ayah
yang tinggi sangat terkait dengan pola pengasuhan anak, penggunaan jamban
tertutup, imunisasi anak, pemberian kapsul vitamin A, penggunaan garam
beryodium dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut merupakan
beberapa faktor yang sangat terkait dengan penurunan prevalensi stunting di
Brazil dan Peru17.
Peningkatan pendidikan formal tidak cukup untuk mengurangi masalah
stunting pada satu generasi.Pada penelitian ini penyebab stunting terdiri dari
beberapa faktor yang saling terkait meliputi faktor genetik (tinggi badan ayah dan
ibu), kondisi lingkungan pascanatal (BBLR dan pemberian ASI Eksklusif) dan
faktor sosial ekonomi (pendidikan ayah dan ibu).Disamping itu faktor asupan
makan dan kejadian infeksi yang tidak diteliti kemungkinan juga dapat
mempengaruhi perubahan status stunting pada balita.Walaupun demikian tingkat
pendidikan yang lebih baik pada ayah dan ibu diharapkan dapat mengurangi
kejadian stunting pada balita.
KESIMPULAN DAN SARAN
Terjadi perubahan status stunting dari usia 6-12 bulan ke usia 3-4 tahun.
18,7% subjek yang awalnya normal berubah menjadi stunting, 7,7% berubah dari
normal menjadi severe stunting. Hanya sekitar 5,7% yang berubah dari stunting
menjadi normal. Jenis kelamin balita tidak menunjukkan hubungan yang
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
112
signifikan dengan perubahan status stunting (p > 0,05).Tinggi badan ibu dan ayah
memiliki hubungan yang signifikan dengan perubahan status stunting dari normal
menjadi stunting (OR = 1,5 dan 1,3).
Hasil analisis multivariat menunjukkan pendidikan ayah (OR = 2,8) dan
tinggi badan ibu (OR=2,2) merupakan faktor yang paling berhubungan dengan
perubahan status stunting dari normal menjadi stunting. Sedangkan pendidikan
ayah (OR=4,1) dan pemberian ASI Eksklusif (OR=3,7) berhubungan dengan
menetapnya status stunting.
Salah satu pendekatan jangka panjang yang dapat dilakukan untuk
memutus mata rantai kejadian stunting adalah dengan meningkatkan pendidikan
orang tua. Pendidikan merupakan cara yang cukup praktis membantu promosi
kesehatan pada masyarakat dan dapat menghindari terjadinya diskriminasi gender.
Ayah dan ibu hendaknya mempunyai peranan yang sama dalam pengambilan
keputusan di keluarga, terutama yang berkaitan dengan kesehatan.
Pencegahan stunting membutuhkan intervensi prenatal maupun pascanatal.
Persiapan kondisi gizi ibu menjelang hamil dan melahirkan, persiapan menyusui,
promosi pemberian ASI Eksklusif hendaknya disampaikan kepada pasangan usia
subur maupun pasangan yang akan menikah. Perawatan kesehatan ibu setelah
melahirkan perlu diperhatikan agar ibu dapat memberikan ASI Eksklusif selama 6
bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Allen LH & Gillespie SR. What Works? A Review of The Efficacy and
Effectiveness of Nutrition Interventions. Manila. ADB. 2001.
Adair LS & Guilkey DK. Age Specific Determinants of Stunting in Filipino
Children. J.Nutr. 1997; 127:314-320.
Depkes. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan
Penelitian dan Pengembangan. Departemen Kesehatan RI. 2007.
Sudirman H. Stunting atau Pendek: Awal Perubahan Patologis atau Adaptasi
Karena Perubahan Sosial Ekonomi yang Berkepanjangan. Media Litbang
Kesehatan. 2008; XVIII:1.33-42.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
113
Amigo H, Bustos P, Leone C, Radrigan. Growth Deficits in Chilean School
Children. American Society for Nutritional Sciences. 2001; p: 251-253.
Dangour AD, HL Hill, SJ Ismail. Height, Weight and Haemoglobin Status of 6 to
59-month-old Kazakh Children Living in Kzyl-Orda Region. European
Journal of Clinical Nutrition. 2002; 56:1030-1038.
Wamani H, Astrom AN, Peterson S, Tumwine KJ, Tylleskar T. Boys Are More
Stunted than Girls in Sub-Saharan Africa: meta analysis of 16 demographic
and Health Surveys. BMC Pediatrics. 2007. p: 7-17.
Ramli, Agho KE, JI Kerry, JB Steven, Jennifer, Dibley MJ. Prevalence and Risk
Factors for Stunting and Severe Stunting Among Under-fives in North
Maluku Province of Indonesia. Biomed Central (BMC) Pediatrics. 2009; 9:
64.
Mendez MA & Adair LS. Severity and Timing in The First Two Year of Life
Affect Performance on Cognitive Tests In Late Chilhood. The Journal of
Nutrition. 1999; 129:1555-1562.
Marquis GS, Habicht JP, Lanata CF, Black ER, Rasmussen KM. Association of
Breastfeeding and Stunting in Peruvian Toodlers: An Example of Reverse
Causality. International Journal of Epidemiology. 1997; 26: 2: 349-356.
Semba RD, de Pee S, Sun Kai, Sari M, Akhter N, Bloem MW. Effect of parental
formal education on risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh: a
cross-sectional study. Lancet 2008; 371: 322–28
Norliani, Sudargo T, Budiningsari DR. Tingkat Sosial Ekonomi, Tinggi Bdan
Orang Tua dan Panjang Badan Lahir dengan Tinggi Badan Anak Baru
Masuk Sekolah. BKM. 2005; XXI: 04: 133-139.
Mamabolo RL, Alberts M, Steyn NP, Delemaree de Waal H, Levitt NS.
Prevalence and Determinants of Stunting and Overweight in 3-year-old
Black South African Children Residing in The Central Region of Limpopo
Province South Africa. Public Health Nutrition. 2005; 8(5): 501-508.
Biswas, S. & Bose, K. Sex Differences in the Effect of Birth Order and Parents
Educational Status on Stunting: A Study on Bengalee Preschool Children
from Eastern India. HOMO-Journal of Comparative Human Biology, 2010;
61: pp.271-276.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
114
KramerMS, Guo T, Platt RW, Sevkovskaya Z, Idzikovich I, Collet JP, Shapiro S,
Chalmers B, Hodnett E, Vanilovich I, Mezen I, Ducruet T, Shishko G,
Bogdanovich N.
Infant growth and health outcomes associated with 3
compared with 6 mo of exclusive breastfeeding. AJCN. 2002; 78: 291-5.
Bushamuka VN, de Pee S, Talukder A, et al. Impact of a homestead gardening
program on household food security and empowerment of women in
Bangladesh. Food Nutr Bull. 2005; 26: 17–25.
Monteiro CA, Benicio MHD, Conde WL, Konno S, Lovadino AL , Barrosb A JD
& Victorab CG. Narrowing socioeconomic inequality in child stunting: the
Brazilian experience, 1974–2007. Bull World Health Organ 2010;88:305–
311
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
115
Download