7 BAB II LANDASAN TEORI A. Return On Investment Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh. Analisa Return On Investment ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim yang digunakan untuk pimpinan perusahaan dalam mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Kasmir (2008 : 201) Return On Investment adalah Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On Investment (ROI) atau Return On Total Asset (ROA) merupakan rasio hasil yang menunjukan hasil (retun) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasi. Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukan produktifitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) resiko ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). 7 8 Sedangkan menurut Toto Prihadi (2008 : 67) Return On Investment adalah rasio yang yang paling banyak variasinya. Pengertian variasi disini adalah variasi tentang : a. Pembilang, menyangkut jenis dan cakupan laba yang dihitung b. Penyebut, menyangkut aset tertentu atau utang dan modal tertentu. Manajer perusahaan mempunyai dua tanggung jawab, yaitu tanggung jawab untuk memperoleh dana, untuk membiayai aktiva dan tanggung jawab untuk menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh penghasilan. Return On Investment (ROI) mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik yang menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal). ROI merupakan terminologi yang luas dari ratio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan. Dwi Pratowo. D (2008: 90). Dengan demikian Return On Investment ini dapat dipakai sebagai alat pengukur tentang pelaksanaan operasi perusahaan, karena dapat dijadikan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi atau penanaman modal yang tentu sesuai dengan tingkat resikonya masingmasing. Menurut Darsono, P (2007 : 80) Return On Investment (ROI) pada hakikatnya adalah perpaduan dua unsur kemampuan menejemen yaitu : 1. Kemampuan menejemen memperoleh laba operasi atau laba bersih. 9 2. Kemampuan menejemen menggunakan harta sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil. B. Perhitungan Return On Investment (ROI) Return On Investment merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba dari investasi-investasi yang ditanam dalam perusahaan. Seperti kita ketahui, laba menyatakan kemampuan hidup suatu perusahaan, dari laba ini dapat diukur kepandaian, keterampilan dan keahlian manajemen. Sehingga Return On Investment ini dapat dijadikan sebagai suatu ukuran mengenai sukses tidaknya suatu perusahaan dan merupakan suatu sarana yang populer untuk membandingkan prestasi perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah aktiva. Rumus untuk mencari Return On Investment (ROI) yang menggambarkan kinerja perusahaan tersebut baik, dapat menggunakan formula rumus sebagai berikut : Return On Investment = Earning After Tax Total assets Sumber : Kasmir (2008 : 202) C. Modal Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia dalam menjalankan suatu usaha selalu memerlukan modal, baik dalam bentuk materil maupun 10 non materil. Demikian pula dengan perusahaan yang menjalankan aktifitas oeparsionalnya juga memerlukan modal. Tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan tidak akan tercapai tanpa adanya modal. Selain itu, perusahaan akan sulit berkompetisi dengan perusahaan lain bila modalnya kecil. Kondisi ini menyebabkan perusahaan selalu berupaya menyediakan modal untuk mewujudkan semua rencana agar dapat direalisasikan, sehingga mampu meraih keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, modal merupakan suatu yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Modal dicatat pada sisi kredit neraca setelah utang jangka panjang. Modal terdiri dari modal sendiri, laba yang ditahan, dan agio/disagio saham. Modal sendiri yang lazim disebut dengan ekuitas (equity) merupakan penyertaan pemilik pada perusahaan. Bila modal dikonversikan dalam saham maka saham yang lazim adalah saham biasa (common stock). Saham jenis lain yang memiliki ciri berbeda dengan saham bisa adalah saham preferen (preferred stocks). Saham preferens diperuntukan bagi pemilik dengan kualifikasi tertentu. Laba yang ditahan (retained earnings) merupakan salah satu klasifikasi modal. Laba yang ditahan merupakan laba operasional sedangkan Agio/disagio saham merupakan kelebihan atau kekurangan harga saham bila saham ditawarkan kepada investor. IMB Wiyasa (2007 : 42) 11 D. Saham Menurut Rusdin (2006 : 68) saham adalah sertipikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Menurut Mamduh M. Hanafi (2007 : 6) Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor bisa membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan (apabila rugi). Menjual saham berarti melepas kepemilikan perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang melekat pada saham. Menurut Tjiptono Darmadji (2006 : 6) Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham menurut M. Paulus Situmorang (2008: 45) adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa : 1. Dividen, yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham. 2. Capita gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya. 12 3. Manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Menurut Andy Porman Tambunan (2008 : 1) Saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Dengan membeli saham perusahaan, berarti anda menginvestasikan modal/dana yang nantinya akan digunakan oleh pihak manajemn yang membiayai kegiatan operasional perusahaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, semakin banyak saham yang beredar perusahaan akan mendapatkan lebih banyak penyertaan dalam struktur modalnya. Saham yang telah dicetak dan siap untuk dijual (masih ditangan perseroan) disebut modal yang ditempatkan. Bila saham yang ditempatkan telah dijual dan berada ditangan pemegang saham disebut modal yang disetor atau modal saham beredar. E. Jenis-jenis saham Menurut Tjiptono Darmadji (2006 : 7) Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas dimasyarakat. Umumnya, saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa (common stock). Ada dua jenis saham yaitu : 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemilikannya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan 13 hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidaasi. 2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Sedangkan menurut Rusdin (2005 : 69) berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi : 1. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis paling populer di Pasar Modal. Saham biasa memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. b. Hak suara proposional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham. c. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetuji dalam Rapat Umum Pemegang Saham. d. Hak tanggung jawab yang terbatas. e. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. 14 2. Saham Preferen (Prefern Stock) Adalah yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham prefern sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Dilain pihak saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat diperuntukan dengan saham biasa. Karakteristik Saham Preferen : a. Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap. b. Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi. c. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa. F. Modal Saham Menurut Warren Reeve Fess (2005 : 5) Ekuitas pemilik dalam sebuah perusahaan biasanya disebut ekuitas pemegang saham (stockholder atau shareholder equity), investasi pemegang saham (shareholder investment), atau modal (capital). Dalam neraca perusahaan, bagian ekuitas pemegang saham melaporkan jumlah total dari dua sumber utama ekuitas pemegang saham. Sumber pertama adalah modal yang disetorkan kepada perusahaan oleh pemegang saham, yang disebut modal disetor (paid in capital atau contributed capital). Sumber kedua adalah laba bersih 15 yang ditahan dalam perusahaan yang disebut laba ditahan atau saldo laba (retained earnings). Menurut Warren Reeve Fess (2005 : 6) Modal saham adalah modal yang disetorkan oleh pemegang saham dicatat dalam akun terpisah bagi masing-masing kelas saham. Jika hanya terdapat satu kelas saham, akun tersebut bernama saham biasa (common stock) atau modal saham (capital stock). Jerry J. Weygandt (2005 : 143) Penerbitan saham merupakan cara yang sangat mudah untuk memperoleh tamban modal bagi perseroan terbatas. Membeli saham perseroan adalah tawaran yang menarik bagi investor karena pemegang saham memiliki kewajiban terbatas dan setiap lembar saham sangat mudah untuk dipindah tangankan. Selain itu, jumlah individu yang dapat menjadi pemegang saham sangat banyak karena hanya dengan menginvestasikan jumlah uang yang sedikit. Namun jika dijumlahkan, kemampuan perseroan terbatas untuk memperoleh tambahan modal menjadi sangat tidak terbatas. Menurut Waluyo (2008 :155) modal saham merupakan bagian dari ekuitas. Dalam hal pengungkapannya dalam ekuitas tersebut dengan terbatas dan jelas mengelompokkan: 1. Modal disetor 2. Saldo laba 3. Selisih penilaian kembali aset tetap, dan 4. Modal sumbangan 16 Secara umum modal saham yang termasuk dalam akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam PSAK 21 (2007), modal saham meliputi : 1. Saham Preferen (prefered stock) 2. Saham Biasa (common stock) 3. Tambahan modal disetor (paid in capital) Menurut Jerry J (2005 : 162) Modal saham, kategori ini terdiri atas saham preferen dan saham biasa. Saham preferen akan disajikan sebelum saham biasa karena adanya hak prioritas yang dimiliki oleh pemegang saham preferen. Nilai nominal, jumlah saham dalam modal dasar, saham yang diterbitkan, dan saham yang beredar akan dilaporkan untuk setiap jenis saham. Menurut G. Sugiyarso (2005 : 6) Modal saham adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan yang timbul sebagai akibat pembelian sejumlah sertipikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan modal saham adalah modal perusahaan yang berasal dari pemegang saham sebagai bukti kepemilikan untuk dikelola lebih lanjut secara produktif. G. Hubungan antara Return On Investment dengan Modal Saham Setiap perusahaan dalam melakukan usahannya memerlukan modal untuk membiayai segala aktifitas secara keseluruhan agar kesinambungan 17 dan pengembangan perusahaan dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi dimasa-masa mendatang. Oleh karena itu, modal dalam perusahaan mutlak harus selalu tersedia, sebab modal merupakan unsur pokok dari segala aktivitas perusahaan. Apabila perusahaan tidak mempunyai modal maka perusahaan tersebut tidak akan dapat menjalankan kegiatan usahannya dengan lancar. Seperti yang dikemukakan oleh John J. Wild, K.R. Subramanyam, Robert F. Halsey (2005 : 62) Analisa kinerja perusahaan membutuhkan analisis bersama, dimana kita dapat menilai suatu ukuran relatif terhadap ukuran lainnya. Hubungan antara laba dengan investasi modal, yang disebut pengembalian atas investasi modal atau pengembalian atas investasi (return on investment-ROI), merupakan ukuran kinerja perusahaan yang diakui secara luas. Dengan ROI kita dapat membandingkan keberhasilan perusahaan atas pengelolaan investasi modal. Ukuran ini juga memungkinkan kita untuk menilai pengembalian perusahaan relatif terhadap risiko investasi modal serta membandingkan pengembalian atas investasi modal dengan pengembalian investasi alternatif. Obligasi pemerintah memberikan pengembalian minimum karena risikonya rendah. Investasi yang lebih berbahaya diharapkan dapat menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi. Analisis pengembalian atas investasi modal membandingkan laba perusahaan, atau ukuran kinerja lainnya, terhadap tingkat dan sumber pendanaan perusahaan. Analisis ini menentukan kemampuan perusahaan untuk meraih keberhasilan, 18 memperoleh pendanaan, membayar kreditor, dan memberikan imbalan kepada pemilik. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulan bahwa jumlah modal saham yang tertanam pada perusahaan tergantung dari tingkat keuntungan atau profitabilitas perusahaan salah satunya dapat dilihat melalui Return On Investment karena menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan, dimana semakin tinggi rasio ini maka akan mencerminkan keadaan suatu perusahaan yang baik dan dapat meningkatkan modal saham perusahaan.