BOX 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PDRB Sulawesi Tenggara mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan selama beberapa tahun terakhir ini. Rata-rata tiap tahunnya PDRB tumbuh diatas 7%, dan untuk tahun 2006 ini, pertumbuhan PDRB Sulawesi Tenggara diatas PDB Nasional yang hanya mencapai 5,5%. Namun demikian, apabila dicermati, PDRB perkapita wilayah ini belum mencapai tingkat sebagaimana diharapkan. Sebagaimana terlihat pada tabel dibawah, PDRB perkapita Sulawesi Tenggara (Atas Dasar Harga Berlaku/ADHB) sebesar Rp8 juta/orang pertahun berada dibawah PDB perkapita Indonesia yang mencapai Rp12 juta/orang pertahun. Tabel: Pendapatan Perkapita JUMLAH PDRB PENDUDUK PERKAPITA SULTRA SULTRA (Jutaan ADHB Orang) (jutaan Rp.) 2001 1,82 3,78 2002 1,92 4,19 2003 1,92 4,64 2004 1,91 5,34 2005 1,96 6,63 2006 2,00 8,00 PDRB PERKAPITA SULTRA ADHK (jutaan Rp.) 3,34 3,37 3,63 3,89 4,10 4,31 PDB PERKAPITA ADHB (jutaan Rp.) PDB PERKAPITA ADHK (jutaan Rp.) 8,08 8,64 9,43 10,51 12,45 12,73 7,07 7,14 7,38 7,66 7,98 8,16 Kondisi sebagaimana dijelaskan diatas juga belum mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap pendapatan masyarakat, yang dapat dilihat pada tabel PDRB/PDB perkapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan jumlah yang jauh lebih kecil. Jika dibandingkan secara sederhana saja (PDRB perkapita ADHB dibanding PDB perkapita ADHB), terlihat bahwa pendapatan masyarakat di Sulawesi Tenggara masih jauh tertinggal dari daerah lain di Indonesia sebagaimana terlihat pada grafik berikut. Ribuan Rp 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 2001 2002 PDRB Perkapita Sultra 2003 2004 2005 2006 PDB Perkapita Nasional KANTOR BANK INDONESIA KENDARI 19 ...Lanjutan Muara dari suatu pertumbuhan ekonomi adalah untuk memberikan standar kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu syarat yang diperlukan (necessary condition) untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. Gambaran tentang PDB atau PDB perkapita diatas tidaklah cukup untuk menyimpulkan tentang kondisi kesejahteraan, karena belum dapat mencerminkan apakah pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat secara lebih merata. Adanya fenomena yang terjadi di Indonesia (atau Sulawesi Tenggara) dimana pertumbuhan ekonomi tinggi namun kemiskinan dan tingkat pengangguran juga tinggi merupakan suatu paradoks dari pertumbuhan ekonomi. Data menunjukkan jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai diatas 20% dari total penduduk. Dalam kegiatan ekonomi, faktor produksi disinergikan untuk menciptakan nilai tambah (value added), yang agregasinya merupakan produk domestik bruto (PDB). Nilai tambah merupakan balas jasa faktor produksi (tenaga kerja mendapatkan upah/gaji; modal menghasilkan dividen; tanah memberikan sewa tanah, dan entrepreneur menghasilkan keuntungan) yang dinikmati siapa saja yang mempunyai akses. Minimalnya akses penduduk miskin terhadap faktor produksi menyebabkan akses terhadap nilai tambah (PDB) juga minimal. Hal inilah yang mengakibatkan pertumbuhan PDB dan kemiskinan bisa sama-sama tinggi. Ambil contoh di Papua yang memiliki pertumbuhan ekonomi sekitar 20% (tahun 2005) dengan nominal PDRB (ADHK) mencapai lebih dari Rp27 triliun atau hampir 4 kali lebih besar dari Sulawesi Tenggara. Lebih dari 60 persen PDRB Papua adalah milik PT Freeport, yang tentu saja akan lari keluar sehingga pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat Papua relatif kecil. Hal yang sama juga terjadi di Sulawesi Tenggara, dengan memperhitungkan distribusi pendapatan serta arus pendapatan milik pihak diluar Sulawesi Tenggara (termasuk investor dari Makassar, Jawa, Luar Negeri (jika ada) dan lain sebagainya) akan semakin menunjukkan bahwa besarnya pendapatan dan kondisi kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Tenggara dapat (dan sangat mungkin) lebih rendah dari angka yang ditunjukkan oleh PDRB. Jika angka PDRB perkapita Sulawesi Tenggara yang cukup rendah itu, dikurangi lagi dengan berbagai faktor sebagaimana dijelaskan diatas, ditambah lagi dengan pajak pemerintah, dan memperhitungkan pengaruh inflasi, tidak heran jika ternyata masih banyak ditemukan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dan hidup di bawah standard yang layak. #### 20 KANTOR BANK INDONESIA KENDARI