Studi Komparatif Pengaturan dan Pengawasan Perusahaan

advertisement
Studi Komparatif Pengaturan dan Pengawasan Perusahaan Pemeringkat
Efek di Indonesia, Australia, India, dan Jepang
Theresia Natalie, Wenny Setiawati
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jalan Lingkar Kampus Raya, Kampus FHUI, 16424,
Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas peranan perusahaan pemeringkat efek dalam pasar modal serta perbandingan
pengaturan dan pengawasan perusahaan pemeringkat efek di Indonesia, Australia, India, dan Jepang, yang
kemudian dibandingkan pula dengan standar internasional dari IOSCO. Dengan menggunakan metode yuridis
normatif, ketentuan hukum yang ada di keempat negara tersebut dianalisis dan dibandingkan satu dengan
lainnya, khususnya ketentuan mengenai pengaturan umum, persyaratan, pengawasan, serta pertanggungjawaban
dari perusahaan pemeringkat efek. Hasil dari penelitian ini menjelaskan adanya persamaan dan perbedaan aturan
mengenai perusahaan pemeringkat efek di keempat negara tersebut yang bertujuan untuk melindungi
kepentingan investor.
Comparative Study of Regulation and Supervision on Credit Rating Agency in
Indonesia, Australia, India, and Japan
Abstract
This study discusses the role of credit rating agency in capital market as well as comparison of the regulation
and supervision of credit rating agency in Indonesia, Australia, India, and Japan, which are compared to the
international standard by IOSCO, too. By using the normative juridical method, the provisions of existing laws
in these four countries are analyzed and compared with one another, especially the provisions on general
regulation, requirements, supervision, and liability of credit rating agency. The result of this study describes
similarities and differences in the rules regarding credit rating agency in the four countries, that aim to protect
the interests of investors.
Keywords : credit rating agency, credit rating, protection of investor in capital market
Pendahuluan
Perusahaan pemeringkat efek/ credit rating agency merupakan salah satu lembaga di dalam
pasar modal yang menjalankan pemeringkatan terhadap suatu efek guna memberikan
gambaran atas kualitas dan resiko efek tersebut. Dalam perkembangan pasar modal modern,
perusahaan pemeringkat efek memainkan peranan yang kuat terhadap transaksi efek bersifat
utang yang diperjualbelikan dalam pasar modal. Peringkat efek yang dikeluarkan oleh
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
pemeringkat efek menjadi informasi penting, karena ia akan menjadi salah satu alasan
keputusan seseorang (investor) untuk melakukan pembelian efek bersifat utang.1
Salah satu contoh besarnya peranan perusahaan pemeringkat efek dapat dilihat pada krisis
keuangan dunia yang terjadi pada tahun 2007- 2009, dimana perusahaan pemeringkat efek
dituding menjadi salah satu penyebab krisis keuangan yang bermula di Amerika Serikat itu.
Pada tahun 2004 perusahaan pemeringkat efek di Amerika Serikat memberikan peringkat/
rating yang tinggi terhadap banyak obligasi berbasis Subprime Mortgage, yakni kredit
perumahan yang ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu secara finansial. Akibatnya
ketika kelompok masyarakat tersebut tidak mampu membayar kewajibannya, investor
obligasi tersebut mengalami kerugian yang diikuti oleh timbulnya sentimen negatif pasar
dimana investor – investor lain turut menarik dananya dari pasar modal. Perkembangan pasar
modal yang semakin modern dimana transaksi dapat dilakukan lintas negara dengan cepat,
turut menyebabkan krisis keuangan Amerika merambat menjadi krisis global. Pemerintah
Amerika Serikat kemudian mengajukan tuntutan hukum terhadap Standard & Poor, salah
satu dari perusahaan pemeringkat efek di Amerika atas dasar ketidakakuratan peringkat
terkait efek beragun aset yang berasal dari suprime mortgage yang akhirnya menyebabkan
krisis. Departemen Kehakiman Amerika menuduh Standard & Poor memainkan peringkat
terhadap efek beragun aset pada tahun 2004-2007 sehingga meremehkan resiko bagi
investor.2
Tidak hanya di Amerika, kasus serupa juga terjadi di Australia dimana pengadilan Australia
menghukum Standard & Poor untuk membayar ganti rugi terhadap investor yang dirugikan
oleh peringkat yang dikeluarkannya. Di Indonesia saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tengah menelusuri aduan yang masuk mengenai rating shopping atau jual beli rating yang
diduga dilakukan oleh perusahaan pemeringkat efek .3 Dari kasus – kasus yang sudah terjadi
serta adanya dugaan rating shopping di Indonesia, dapat dikatakan bahwa perusahaan
pemeringkat efek memiliki peranan yang besar khususnya dalam transaksi dan
1 M. Irsan Nasarudin, et al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet.7, (Jakarta : Kencana Perdana
Media Group, 2004), hlm.176.
2
James O‟Toole & Chris Isidore,“ U.S Sues S&P Over Suprime Ratings”,
http://money.cnn.com/2013/02/05/news/economy/sandp-subprime-lawsuit/, diakses pada 6 Oktober 2014.
3
Hukum Online, “OJK Telusuri Dugaan Rating Shopping di Lembaga Pemeringkat
Efek”,http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53a808a565b44/ojk-telusuri-dugaan-rating-shopping-diperusahaan-pemeringkat-efek. Diakses pada 6 Oktober 2014.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
perkembangan instrumen efek bersifat utang di pasar modal, namun juga rentan
menimbulkan dampak negatif dalam sistem keuangan.
Terdapat pandangan umum bahwa celah/ loopholes dalam pengaturan industri perusahaan
pemeringkat efek-lah yang menjadi faktor utama runtuhnya sistem keuangan dunia. Celah ini
dianggap turut mendorong malapraktik oleh perusahaan pemeringkat efek yang akhirnya
turut menimbulkan krisis keuangan.4 Oleh karena itu pengaturan dan pengawasan perusahaan
pemeringkat efek merupakan suatu hal yang diperlukan untuk menjaga kualitas perusahaan
pemeringkat efek agar hasil peringkatnya kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Regulasi suatu negara atas perusahaan pemeringkat efek akan memberikan batasan mengenai
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh perusahaan, serta apakah bentuk
pertanggungjawaban dari perusahaan pemeringkat efek tersebut. Secara singkat, pengaturan
dan pengawasan terhadap perusahaan pemeringkat efek tidak lain bertujuan untuk
melindungi investor dari informasi yang menyesatkan, serta untuk mendukung terciptanya
iklim sistem keuangan yang positif. Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka penulis
tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Studi Komparatif Pengaturan dan
Pengawasan Perusahaan Pemeringkat Efek di Indonesia, Australia, India, dan Jepang”.
Dalam penelitian ini, terdapat dua pokok permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana
peranan perusahaan pemeringkat efek/credit rating agency dalam pasar modal serta
bagaimana perbandingan pengaturan dan pengawasan terhadap perusahaan pemeringkat
efek/credit rating agency di Indonesia, Australia, India, dan Jepang. Adapun penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai perusahaan pemeringkat
efek dalam kaitannya dengan perkembangan pasar modal serta memperoleh pengetahuan
mengenai pengaturan dan pengawasan perusahaan pemeringkat efek di Indonesia, Australia,
India, dan Jepang.
Tinjauan Teoritis
Perusahaan Pemeringkat Efek/ Credit Rating Agency didefinisikan sebagai lembaga yang
menjalankan usaha berupa penerbitan peringkat / rating, yang bertujuan untuk mengevaluasi
4
Global Credit Review “ A New Regulatory Framework for Credit Rating Agencies”,
http://rmi.nus.edu.sg/gcr/files/02%20GCR%20vol%201.pdf, hlm.1, diunduh pada 6 Oktober 2014.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
resiko kredit dari penerbitan suatu efek utang dan efek bersifat utang. 5 Code of Conduct
Fundamentals For Credit Rating Agencies yang dikeluarkan oleh IOSCO mendefinisikan
peringkat efek/ peringkat efek sebagai an opinion regarding the creditworthiness of an entity,
a credit commitment, a debt or debt-like security or an issuer of such obligations, expressed
using an established and defined ranking,6 atau diterjemahkan sebagai pendapat mengenai
kelayakan kredit suatu lembaga, komitmen kredit, efek utang, efek bersifat utang atau
penerbitan semacam obligasi, yang dinyatakan dengan sistem pemeringkatan yang jelas dan
tegas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa peringkat suatu efek merupakan indikator dari:7
1. Sifat dan kondisi dari efek yang diterbitkan tersebut.
2. Kemampuan dan kesediaan perusahaan penerbit / issuer dari efek tersebut untuk
membayar kewajibannya tepat waktu pada saat jatuh tempo.
3. Kemungkinan perusahaan penerbit mengalami gagal bayar.
4. Tingkat perlindungan yang tersedia bagi investor pemegang efek dalam hal
perusahaan penerbit dilikuidasi, digabung, atau dinyatakan pailit.
Pemeringkatan efek, selain penting bagi calon investor dan investor, juga membuat
perusahaan penerbit lebih berhati-hati dalam menerbitkan efek bersifat utang dikarenakan
akan dinilai dan mendapatkan peringkat yang akan berimbas pada penjualan efek tersebut.
Pemeringkatan efek juga sangat berpengaruh pada kondisi pasar modal, penurunan peringkat
suatu efek sering kali diikuti oleh knock on (timbulnya akibat tidak langsung) dan spillover
effects (timbulnya akibat lain) yang akibatnya dapat membuat ketidakstabilan dalam pasar
modal.8 Peranan pemeringkat efek juga seringkali semakin kuat karena bank sentral sering
menetapkan ketentuan dimana aset (efek) haruslah memiliki minimum peringkat tertentu
untuk dapat dijadikan jaminan bagi lembaga keuangan yang ingin meminjam uang dari bank
sentral. Sebagai contoh, Bank Sentral Eropa/European Central Bank, mensyaratkan bahwa
efek yang dipasarkan harus memiliki peringkat paling tidak BBB dari perusahaan
pemeringkat efek yang diakui (pengecualian terhadap efek beragun aset yang peringkat
5
IOSCO (a), Code of Conduct Fundamentals For Credit Rating Agencies, 2004, hlm.3.
6
IOSCO (a), loc.cit.
7
Rai
University
”Lesson
40:
Credit
Rating:
An
Introduction”,
http://www.psnacet.edu.in/courses/MBA/Financial%20services/16.pdf,hlm, 286, diunduh pada 7 Oktober 2014.
8
International Monetary Fund,” The Uses and Abuses of Sovereign Credit Ratings,” Global Financial
Stability Report, Chapter 3, (Oktober 2010), https://www.imf.org/external/pubs/ft/gfsr/2010/02/pdf/chap3.pdf,
hlm.91, diunduh pada 8 Oktober 2014.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
efeknya harus AAA). 9 Dari sini dapat terlihat bahwa selain fungsinya sebagai pemberi
informasi, peringkat efek juga kerap diasosiakan dengan fungsi keduanya yakni alat regulasi
dalam pengawasan pasar modal, dimana fungsi ini sering disebut sebagai fungsi sertifikasi.
Peringkat efek juga berfungsi sebagai alat pengawasan efek utang hingga efek tersebut jatuh
tempo, sehingga dapat meminimalisir moral hazard setelah peringkat pertama kali diberikan.
Apabila tidak ada pengawasan, maka emiten dapat bertindak secara oportunis, misalnya
dengan mengambil keputusan berisiko yang dapat menurunkan kemungkinan keuntungan
seperti yang diharapkan investor. Dari sini dapat dilihat bahwa perusahaan pemeringkat efek
menjalankan fungsi pengawasan dengan mengawasi perilaku emiten serta menerbitkan
perubahan peringkat atas efek yang telah diperingkat secara berkala.
International Organization of Securities Commissions atau IOSCO, sebagai lembaga
internasional yang mengatur masalah sekuritas telah mengeluarkan antara lain adalah
Statement of Principles Regarding the Activities of Credit Rating Agencies sebagai panduan
bagi industri pemeringkat efek. Adapun prinsip – prinsip yang termuat dan diatur dalam
Statement of Principles Regarding the Activities of Credit Rating Agencies tersebut adalah:10
1. Kualitas dan integritas proses pemeringkatan.
2. Independensi dan konflik kepentingan.
3. Transparansi dan jangka waktu publikasi peringkat (publikasi peringkat tepat
waktu).
4. Informasi rahasia
Sebagai kelanjutan dari dikeluarkannya prinsip-prinsip terkait perusahaan pemeringkat efek,
pada tahun 2004 IOSCO mengeluarkan Code of Conduct Fundamentals for Credit Rating
Agencies atau Kode Etik bagi Perusahaan Pemeringkat Efek, sebagai contoh/model
implementasi dari prinsip – prinsip yang telah dikeluarkan sebelumnya.11 Pada tahun 2008,
menyusul banyaknya kritikan terhadap perusahaan pemeringkat efek terkait kualitas
peringkat yang dikeluarkannya sehubungan dengan krisis keuangan dunia, IOSCO kemudian
9
Jakob de Haan dan Fabian Antenbrink, “Credit Rating Agencies” De Nederlandsche BankWorkin
Paper No. 278 (Januari 2011), hlm.7, http://www.dnb.nl/en/binaries/Working%20Paper%20278_tcm47246556.pdf, diunduh pada 8 Oktober 2014.Haan hlm.7.
10
IOSCO (b), Statement of Principles Regarding The Activities of Credit Rating Agencies, 25
September 2003, http://www.fsa.go.jp/inter/ios/20030930/02.pdf, hlm.1, diunduh pada 8 Oktober 2014.
11
IOSCO (c), The Role of Credit Rating Agencies in Structured Finance Markets – Final Report, May
2008, http://www.iosco.org/library/pubdocs/pdf/IOSCOPD270.pdf, hlm.1, diunduh pada 8 Oktober 2014.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
merevisi Code of Conduct tersebut. Code of Conduct ini diharapkan dapat diterapkan oleh
perusahaan pemeringkat efek untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip yang disusun IOSCO
sebelumnya dapat diterapkan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif,
artinya mengacu kepada norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundangundangan serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat.12 Secara spesifik penelitian
ini merupakan penelitian perbandingan hukum, yakni penelitian yang dilakukan terhadap
berbagai sistem hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu, atau membandingkan
pengertian dasar dalam tata hukum tertentu.13 Dalam penelitian ini, sifat penelitiannya adalah
deskriptif analitis dimana penulis akan menyajikan analisis dan gambaran lengkap
pengaturan dan pengawasan perusahaan pemeringkat efek di Indonesia, Australia, India dan
Jepang.
Hasil Penelitian
Indonesia
Di Indonesia pemeringkatan wajib dilakukan atas efek bersifat utang/sukuk yang jatuh
temponya lebih dari satu tahun. Peringkat menurut, Peraturan Bapepam-LK Nomor V.C.2
tentang Perizinan Perusahaan Pemeringkat Efek, merupakan opini tentang kemampuan untuk
memenuhi kewajiban pembayaran secara tepat waktu oleh suatu pihak sebagai entitas
(company rating) atau berkaitan dengan efek yang diterbitkan oleh pihak yang dimaksud
yang diperingkat (instrument rating). Hasil pemeringkatan efek beserta tanggal
penerbitannya wajib dimuat dalam perjanjian perwaliamanatan dan prospektus. Meskipun
begitu, peringkat bukan merupakan rekomendasi bagi pemodal/investor untuk mengambil
keputusan investasi dan/ atau opini atas nilai kewajaran efek dan/atau nilai entitas yang
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peranan dan Pengunaan Kepustakaan di dalam Penelitian
Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi UI, 1979), hlm. 18.
13
Sri Mamudji,et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Depok : Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm.7-11.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
diperingkat. 14 Hukum pasar modal Indonesia menetapkan bahwa perusahaan pemeringkat
efek merupakan penasihat investasi dan harus mendapatkan izin usaha dari OJK untuk
melakukan pemeringkatan. Ketentuan hukum terkait perusahaan pemeringkat efek di
Indonesia meliputi peraturan tentang perizinan perusahaan pemeringkat efek, perilaku
perusahaan pemeringkat efek, pedoman perjanjian pemeringkatan, laporan perusahaan
pemeringkat efek, pemeliharaan dokumen oleh perusahaan pemeringkat efek serta publikasi
oleh perusahaan pemeringkat efek.
Pemeringkatan haruslah melalui analisis yang mendalam, dilakukan secara independen, bebas
dari pengaruh pihak yang memanfaatkan jasa perusahaan pemeringkat efek, obyektif, serta
dapat dipertanggungjawabkan dalam pemberian peringkat.15 Perusahaan pemeringkat efek di
Indonesia wajib memiliki komite pemeringkat serta pejabat kepatuhan. Perusahaan
pemeringkat efek pada umumnya juga berhak mempublikasikan peringkat atas efek yang
telah diperingkatnya sepanjang telah disetujui oleh pihak yang diperingkat tersebut, dimana
diatur pula kewajiban perusahaan pemeringkat efek untuk menyetujuinya. Untuk menjaga
kredibilitas peringkat maka perusahaan pemeringkat efek berkewajiban melakukan kaji ulang
berkala atas peringkat yang telah dikeluarkannya serta mempublikasikan hasilnya.
Pengawasan yang dilakukan OJK, pasca keluarnya Surat Izin Usaha Perusahaan
Pemeringkatan Efek, boleh dikatakan bersifat pasif, dimana peraturan – peraturan yang ada
lebih menekankan kewajiban dari perusahaan pemeringkat efek dan perusahaan penerbit
efek/emiten untuk menyerahkan laporan kepada OJK. Dalam hal perusahaan pemeringkat
efek melakukan pelanggaran perilaku yang berpengaruh pada penetapan peringkat yang
dikeluarkannya, hingga akhirnya merugikan investor, maka OJK dapat mengajukan gugatan
untuk memperoleh ganti rugi. Akan tetapi terkait perusahaan pemeringkat efek, ketentuan ini
masih berupa hitam di atas putih karena belum pernah terjadi di Indonesia.
Australia
Credit Rating Agency/Perusahaan Pemeringkat Efek di Australia berada di bawah pengaturan
dan pengawasan Australian Securities & Investments Commission (ASIC). Untuk dapat
14
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (a), Peraturan tentang Perizinan Perusahaan
Pemeringkat Efek, Peraturan Nomor V.C.2, Ps.3.
15
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (b), Peraturan tentang Perilaku Perusahaan
Pemeringkat Efek, Peraturan Nomor V.H.3, Ps.2.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
beroperasi di Australia, perusahaan pemeringkat efek harus memiliki ijin AFS license, yang
terbagi menjadi ijin AFS retail dan ijin AFS wholesale. Perbedaan ijin ini nantinya akan
berpengaruh terhadap keterbukaan informasi dari perusahaan pemeringkat efek. Perusahaan
pemeringkat efek di Australia haruslah tunduk dan memenuhi ketentuan IOSCO Code of
Conduct dengan cara „mandatory basis’. Perusahaan pemeringkat efek juga harus memiliki
bagian yang bertanggung jawab atas kepatuhan perusahaan terhadap hukum di bidang jasa
keuangan (termasuk pemenuhan persyaratan perijinan). Dalam mengatasi potensi konflik
kepentingan, sesuai dengan IOSCO Code of Conduct, perusahaan pemeringkat efek di
Australia harus menginformasikan ke publik apabila perusahaan menerima pemasukan
sekurangnya 10% dari pemasukan tahunannya dari satu emiten atau sumber tunggal lainnya.
Perusahaan pemeringkat efek juga harus mencegah pekerjanya untuk berpartisipasi dalam
pemeringkatan atau mempengaruhi peringkat efek yang dimilikinya atau bila pekerja tersebut
memiliki hubungan/ kepentingan, baik dengan efek tersebut atau pihak terkait lainnya.
Perusahaan pemeringkat efek juga diwajibkan melakukan kaji ulang atas peringkat yang telah
dikeluarkannya serta metodologi yang dipergunakan. Terhadap peringkat yang dikeluarkan
tanpa
ada
permintaan
dari
emiten,
maka
perusahaan
pemeringkat
efek
harus
menginformasikan apakah emiten terlibat dalam pemeringkatan serta menginformasikan
kebijakan dan prosedur terkait pemeringkatan tersebut.
Pengawasan terhadap perusahaan pemeringkat efek di Australia, dilakukan oleh ASIC. Salah
satu pengawasan ASIC tersebut dilaksanakan dengan mewajibkan perusahaan pemeringkat
efek untuk memiliki pengawasan internal sendiri. ASIC juga mewajibkan perusahaan
pemeringkat efek di Australia untuk menyerahkan laporan tahunan mengenai pelaksanaan
kepatuhan atas kewajiban perusahaan pemeringkat efek. Selain aturan bersifat normatif yang
dikeluarkan ASIC, dalam kenyataannya, pengadilan federal Australia menjadi pengadilan
pertama di dunia yang memutus perusahaan pemeringkat efek bersalah atas peringkat yang
dikeluarkannya.16 Bahkan pengadilan memerintahkan perusahaan pemeringkat efek tersebut
bersama – sama dengan tergugat lainnya, membayar ganti rugi kepada para penggugat.
India
Pengaturan dan pengawasan perusahaan pemeringkat efek di India dilakukan oleh Securities
and Exchange Board of India (SEBI). Peraturan utama yang menjadi landasan pengaturan
16
Jean-Pierre Douglas-Henry, Richard F.Hans, dan Samantha Kelly, \“Rating Agencies Are No Longer
Bulletproof,” DLA Piper, http://www.dlapiper.com/en/ asiapacific/insights/publications/2012/11/australiaratings-agencies-are-no-longer-bullet-, (8 November 2012), hlm.1, diunduh pada 11 Oktober 2014.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
perusahaan pemeringkat efek di India adalah Securities and Exchange Board of India (Credit
Rating Agencies) Regulations, 1999. Peraturan ini telah di-amandemen sebanyak empat kali,
dimana amandemen terakhir terjadi pada Desember 2011. Dalam latar belakang amandemen
SEBI (Credit Rating Agencies) Regulations, 1999, disebutkan bahwa SEBI (Credit Rating
Agencies) Regulations, 1999 telah memenuhi persyaratan – persyaratan dalam IOSCO Code
of Conduct Fundamentals of CRAs. Perusahaan pemeringkat efek harus memperoleh
Certificate of Initial Registration/Sertifikat Pendaftaran Awal dari SEBI. Certificate of Initial
Registration ini memiliki masa berlaku selama 5 tahun, dan 3 bulan sebelum masa berlaku
habis, perusahaan pemeringkat efek dapat mengajukan permohonan Certificate of Permanent
Registration/Sertifikat Pendaftaran Tetap.
Perusahaan pemeringkat efek diwajibkan tuntuk membuat perjanjian pemeringkatan dengan
emiten. Perusahaan pemeringkat efek harus melakukan kaji ulang berkala atas setiap
peringkat yang dikeluarkanya hingga efek tersebut jatuh tempo. Perusahaan pemeringkat efek
sendiri harus memiliki seorang compliance officer atau pejabat kepatuhan serta komite
pemeringkat. SEBI telah mengeluarkan surat edaran bernomor CIR/MIRSD/6/2013
yangmengharuskan perusahaan pemeringkat efek memiliki sistem, prosedur, dan kebijakan
yang memadai untuk mencegah konflik kepentingan ketika perusahaan pemeringkat efek
berinvestasi melalui efek. Mengenai unsolicited credit ratings atau peringkat yang bukan
berdasarkan perjanjian antara perusahaan pemeringkat efek dengan emiten, simbol peringkat
harus menggunakan kata „UNSOLICITED”. Setiap tahunnya, perusahaan pemeringkat efek
harus menginformasikan penerimaan totalnya baik dari jasa pemeringkatan maupun jasa
lainnya. Nama dari emiten yang efeknya diperingkat (serta associatenya) juga perlu
dipublikasikan apabila perusahaan pemeringkat efek (dan subsidarinya) menerima minimal
10% dari total pemasukannya dari emiten tersebut. SEBI juga mengeluarkan peraturan
mengenai standarisasi simbol peringkat dan definisinya.
Perusahaan pemeringkat efek di India juga diwajibkan untuk melakukan audit internal.
Dalam waktu dua bulan, perusahaan pemeringkat efek harus menyerahkan laporan terkait
tindakan yang diambil atas audit tersebut kepada SEBI. Hukum India tidak mengatur secara
khusus mengenai pertanggungjawaban perusahaan pemeringkat efek di India.. Di India
belum ada kasus nyata yang melibatkan pertanggungjawaban perusahaan pemeringkat efek.
Sanksi terberat yang dapat dijatuhkan terhadap perusahaan pemeringkat efek terkait
pelanggaran ketentuan peraturan yang berlaku adalah dibatalkannya atau dicabutnya
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
Certificate of Registration yang menyebabkan perusahaan pemeringkat efek tidak dapat
beroperasi di India lagi.
Jepang
Pengaturan dan pengawasan perusahaan pemeringkat efek di Jepang berada di bawah
tanggung jawab Financial Services Agency (FSA). Hanya perusahaan pemeringkat efek yang
peringkatnya ditujukan untuk fungsi pengaturan saja yang
wajib mendaftarkan diri.
Berkaitan dengan pendaftaran, apabila perusahaan pemeringkat efek merupakan badan
hukum asing, maka harus memiliki kantor perwakilan di Jepang serta menunjuk perwakilan
yang bertanggungjawab terhadap operasional kegiatannya di Jepang. Perusahaan pemeringkat
efek harus memverifikasi dan melakukan kaji ulang atas peringkat yang telah dikeluarkannya
secara terus menerus. Dalam rangka mencegah terjadinya konflik kepentingan, Financial
Instruments and Exchange Act memberlakukan beberapa larangan terhadap perusahaan
pemeringkat efek , pejabat, beserta pekerjanya. Hukum Jepang juga mewajibkan perusahaan
pemeringkat efek memiliki dewan pemeringkat yang bertugas untuk memutuskan hasil akhir
suatu peringkat. Perusahaan pemeringkat efek juga harus memiliki kebijakan dan prosedur
terkait kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta harus memiliki seorang
pejabat kepatuhan/ Chief Compliance Officer. Perusahaan pemeringkat efek juga harus
memiliki komite pengawas serta pengawas analis. Perusahaan pemeringkat efek di Jepang
diwajibkan pula
untuk mempublikasikan nama – nama emiten yang menyumbangkan
minimal 10% dari total pemasukannya.
Pengawasan terhadap perusahaan pemeringkat efek di Jepang dilakukan oleh FSA sebagai
perpanjangan tangan dari Perdana Menteri Jepang. Financial Instrumens and Exchange Act.
mewajibkan perusahaan pemeringkat efek untuk menyerahkan laporan kegiatan usaha
tahunannya kepada FSA. FSA juga memiliki kewajiban melaksanakan on-going monitoring
dan off0site monitoring terhadap pemeringkat efek.
Pembahasan
Pembahasan ini membandingkan pengaturan perusahaan pemeringkat efek di Indonesia,
Australia, India, dan Jepang satu dengan yang lain, serta dibandingkn pula dengan prinsipprinsip IOSCO. Perbedaan pengaturan perusahaan pemeringkat efek di Indonesia, Australia,
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
India dan Jepang terletak pada jenis peraturan yang mengatur perusahaan pemeringkat efek di
masing-masing negara serta berlakunya IOSCO Code of Conduct. Indonesia dan India
memiliki pengaturan sendiri yang khusus mengatur perusahaan pemeringkat efek, sedangkan
Jepang dan Australia tidak memiliki peraturan khusus. Australia secara resmi
mengimplementasikan IOSCO Code of Conduct yang merupakan tindak lanjut dari IOSCO
Statement of Principles Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies, sedangkan India
menyatakan bahwa regulasi miliknya menganut seluruh ketentuan dalam IOSCO Code of
Conduct. Dua negara lainnya yakni Indonesia dan Jepang tidak secara resmi maupun eksplisit
menyatakan pengimplementasian atau pemberlakuan IOSCO Code of Conduct tersebut.
Terkait perijinan, ketentuan hukum di Indonesia, Australia, dan India sama – sama
mewajibkan seluruh perusahaan pemeringkat efek yang beroperasi di negara masing –
masing, untuk mendaftarkan dan memperoleh ijin dari lembaga yang berwenang. Hal ini
berbeda dengan Jepang dimana hanya perusahaan pemeringkat efek yang ingin peringkatnya
digunakan untuk tujuan pengaturan sajalah yang wajib mendaftar ke FSA. Dalam pandangan
penulis, pendaftaran atau perijinan perusahaan pemeringkat efek merupakan unsur penting
yang harus ada. Hal ini dikarenakan perusahaan yang telah terdaftar berarti telah memenuhi
persyaratan serta melewati serangkaian prosedur yang diwajibkan, dimana semuanya ini
bertujuan untuk memastikan bahwa pemeringkatan dapat berjalan dengan professional dan
jujur sehingga peringkat yang dihasilkan berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu pendaftaran atau perijinan perusahaan pemeringkat efek merupakan suatu hal yang
sangat penting dan merupakan salah satu langkah untuk mencapai tujuan yang terkandung
dalam IOSCO Statement of Principles Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies
yakni terjaminnya kualitas dan integritas proses pemeringkatan. . Dari sini dapat dilihat
bahwa Indonesia, India, dan Australia telah memiliki ketentuan perijinan yang selaras dengan
IOSCO Statement of Principles Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies yakni
dengan prinsip proses pemeringkatan yang berkualitas dan berintegritas. Sedangkan untuk
Jepang, negara tersebut perlu untuk menerapkan pendaftaran atau perijinan secara
menyeluruh bagi seluruh perusahaan pemeringkat efek tanpa memperhatikan tujuan
peringkatnya, sehingga dapat sejalan dengan prinsip dalam IOSCO Statement of Principles
Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies.
Pemeringkatan atas suatu efek ada yang dilakukan atas permintaan emiten sebagai pihak
yang menerbitkan efek, ada pula yang tidak. Terhadap efek yang diperingkat atas permintaan
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
ini, terdapat perbedaan pengaturan antara Indonesia, Australia, India, dan Jepang. Ketentuan
hukum
Indonesia
mewajibkan
perusahaan
pemeringkat
efek
membuat
perjanjian
pemeringkatan dengan emiten. Begitu pula dengan di India, dimana perusahaan pemeringkat
efek diwajibkan membuat perjanjian pemeringkatan efek dengan emiten secara tertulis.
Ketentuan hukum di kdua negara tersebut juga menetapkan hal-hal yang harus dimuat dalam
perjanjian pemeringkatan. Hal ini berbeda dengan Australia dan Jepang dimana tidak ada
ketentuan hukum yang mewajibkan atau membahas keberadaan perjanjian pemeringkatan
atau klausul – klausul apa yang wajib tercantum di dalamnya. Padahal ketentuan mengenai
perjanjian pemeringkatan ini penting agar hak dan kewajiban perusahaan pemeringkat efek
serta emiten jelas dan diketahui masing-masing pihak.
Proses pemeringkatan atas suatu efek dilakukan oleh analis, dimana analis ini akan
melakukan penilaian atas efek tersebut. Secara garis besar, ketentuan hukum yang mengatur
mengenai analis adalah sama baik di Indonesia, Australia, India, maupun Jepang. Di samping
analis, beberapa negara mewajibkan perusahaan pemeringkat efek untuk memiliki bagian
tersendiri yang memutuskan peringkat akhir dari suatu efek setelah dilakukannya penilaian
oleh analis. Indonesia, India, serta Jepang, ketiganya memiliki ketentuan hukum yang
mewajibkan adanya suatu komite atau dewan pemeringkat yang bertugas memutuskan
peringkat akhir suatu efek. Sedangkan Australia tidak mengatur mengenai keberadaan komite
serupa bagi perusahaan pemeringkat efek di negaranya. Padahal, menurut penulis penting
sekali komite seperti itu agar peringkat efek tidak ditentukan oleh seorang atau sekelompok
analis saja melainkan oleh sekumpulan orang yang memang diberikan kewenangan untuk
memutuskannya. Keberadaan komite ini juga dapat mencegah potensi ditetapkannya
peringkat menurut kehendak dari satu atau beberapa analis dalam hal terdapat konflik
kepentingan yang tidak terdeteksi. Dengan adanya komite pemeringkat, diharapkan akibat
negatif dari bahaya konflik kepentingan dapat terhindarkan sebagaimana yang dicita-citakan
dalam IOSCO Statement of Principles Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies.
Terkait peringkat yang dikeluarkan, SEBI sebagai badan yang berwenang mengatur
perusahaan pemeringkat efek di India tergolong selangkah di depan karena telah menetapkan
standarisasi simbol peringkat dan definisinya, yang dipergunakan dalam menampilkan hasil
pemeringkatan. Standarisasi ini jelas memudahkan investor dalam melihat kualitas suatu efek
dikarenakan peringkat yang dikeluarkan antara satu perusahaan pemeringkat efek dengan
yang lainnya akan sama jenjang dan pengertiannya sehingga seragam. Pengaturan sejenis
belum ada baik di Indonesia, Australia, maupun Jepang yang masing–masing menyerahkan
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
masalah simbol dan definisi peringkat kepada perusahaan pemeringkat efek yang ada.
Publikasi atas peringkat yang dikeluarkan perusahaan pemeringkat efek merupakan suatu hal
penting yang diatur dalam ketentuan hukum masing–masing negara. Di India perusahaan
pemeringkat efek juga harus mempublikasikan peringkat yang pemeringkatannya bukan
karena diminta oleh emiten/ unsolicited rating, dimana untuk peringkat ini harus
mencantumkan kata „UNSOLICITED‟, sehingga publik khususnya investor mengetahui
bahwa peringkat tersebut dikeluarkan tanpa ada informasi yang disediakan emiten. Di
Australia dan Jepang juga terdapat ketentuan mengenai unsolicited rating dan publikasinya.
Hal ini berbeda dengan di Indonesia, dimana tidak ada ketentuan terkait unsolicited rating,
sehingga berpotensi menimbulkan celah hukum. Hal ini karena peringkat yang dihasilkan
dari pemeringkatan yang memang dimintakan oleh emiten akan berbeda kualitasnya dengan
unsolicited rating. Pemeringkatan berdasarkan permintaan emiten tentunya didukung oleh
data dan informasi yang lengkap dan memadai terkait efek dan emitennya, yang didapat
langsung dari emiten terkait. Berbeda halnya dengan unsolicited rating, yang biasanya hanya
berdasarkan informasi seadanya dan bukan berasal langsung dari emiten sendiri. Oleh
karenanya penting sekali diatur mengenai unsolicited rating, khususnya mengenai
publikasinya. Investor berhak mengetahui apakah peringkat yang dikeluarkan perusahaan
pemeringkat efek merupakan unsolicited rating atau bukan. Publikasi semacam ini
merupakan salah satu hal yang diwajibkan
17
dalam IOSCO Statement of Principles
Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies, untuk mencapai salah satu prinsip di
dalamnya yakni prinsip transparansi.
Baik Indonesia, Australia, India, maupun Jepang, semuanya mewajibkan perusahaan
pemeringkat efek untuk melakukan pengawasan/monitoring serta kaji ulang atas peringkat
efek yang dikeluarkannya. Menurut penulis sendiri, pengawasan dan kaji ulang atas suatu
efek sangatlah penting agar investor senantiasa mengetahui perkembangan kondisi dari suatu
efek, yang tentunya selalu berubah dan karenanya harus diperingkat ulang / kaji ulang.
Ketentuan mengenai kaji ulang ini merupakan salah satu kewajiban yang dimuat dalam
IOSCO Statement of Principles Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies, sebagai
salah satu metode untuk mencapai proses pemeringkatan yang berkualitas dan berintegritas.
17
IOSCO (b),Op.Cit.,hlm.3
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
Terkait dengan kepatuhan perusahaan pemeringkat efek terhadap ketentuan hukum yang
berlaku, baik Indonesia, Australia, India, maupun Jepang mewajibkan perusahaan
pemeringkat efek memiliki bagian/fungsi yang memastikan perusahaan memenuhi dan tidak
melanggar aturan hukum yang ada. Indonesia, India, serta Jepang secara eksplisit
memerintahkan perusahaan pemeringkat efek untuk mengangkat pejabat kepatuhan atau
compliance officer. Selain melakukan pemeringkatan efek, sudah menjadi pengetahuan
umum bahwa perusahaan pemeringkat efek biasanya menjalankan kegiatan usaha tambahan
atau penyediaan jasa keuangan lain seperti konsultasi, nasihat, dll. Di Indonesia, ketentuan
mengenai kegiatan usaha tambahan ini masih belum jelas. Di India, pengaturan mengenai
kegiatan usaha lain ini juga tidak ada. Di India, kewajiban perusahaan pemeringkat efek
terkait kegiatan usaha tambahan ini adalah kewajiban mempublikasikan presentase antara
pendapatan yang diterima dari jasa pemeringkatan dengan pendapatan dari jasa lain. Berbeda
dengan Australia, dimana terdapat ketentuan yang mengharuskan perusahaan pemeringkat
efek untuk menjelaskan apa saja yang termasuk kegiatan usaha lain di luar pemeringkatan,
dimana kegiatan usaha lain tersebut harus terpisah pelaksanaan/operasionalnya dengan
pemeringkatan. Di samping itu tidak boleh ada pembagian atau pertukaran informasi antara
kegiatan pemeringkatan dengan kegiatan usaha lain. Hal yang sama juga terdapat di Jepang,
dimana ketentuan hukumnya hanya mewajibkan perusahaan pemeringkat efek untuk
memisahkan jasa pemeringkatan dengan jasa lainnya untuk menghindari kesalahpahaman.
Mengenai pencegahan konflik kepentingan, baik Indonesia, India, Australia maupun Jepang
menetapkan hal–hal yang tidak boleh dilakukan perusahaan pemeringkat efek untuk
mencegah konflik kepentingan. Secara umum perusahaan pemeringkat efek dilarang
melakukan pemeringkatan apabila memiliki hubungan/ kepentingan dengan efek yang
diperingkat atau emitennya. Begitu pula analis dan pekerja yang bertanggungjawab dalam
pemeringkatan, mereka ini dilarang melakukan pemeringkatan apabila memiliki hubungan/
kepentingan dengan efek tersebut. Perbedaan pengaturan yang ada antara keempat negara
tersebut lebih merupakan perbedaan pada hal – hal yang mendetail.
Terkait pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan pemeringkat efek, ketentuan di Australia,
India, dan Jepang mewajibkan perusahaan mempublikasikan nama emiten yang berkontribusi
terhadap minimal 10 % dari total pemasukan tahunan perusahaan. Hal ini berbeda dengan di
Indonesia, dimana tidak ada ketentuan serupa yang mengatur publikasi nama – nama emiten
yang memberikan pemasukan besar bagi perusahaan. Padahal publikasi nama emiten tersebut
dapat menjadi salah satu cara untuk mengecek dan mencegah adanya konflik kepentingan,
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
mengingat bahwa bisnis perusahaan pemeringkat efek berbasis model issuer pays sehingga
rentan terjadi penyelewengan. Oleh karena itu penting dilakukan publikasi mengenai nama
emiten yang menjadi pemasok dana yang tergolong besar (misalnya 10%) agar publik juga
dapat turut serta mengawasi perilaku perusahaan pemeringkat efek terkait pemeringkatan atas
efek dari emiten yang bersangkutan. Dari sini dapat dilihat bahwa ketentuan yang diterapkan
di Australia, India, dan Jepang tersebut telah selaras dengan prinsip
transparansi,
independensi dan pencegahan konflik kepentingan dalam IOSCO Statement of Principles
Rergarding the Activites of Credit Rating Agencies, sedangkan Indonesia belum.
Mengenai pengertian perusahaan pemeringkat efek di Indonesia, dikatakan bahwa
perusahaan pemeringkat efek di Indonesia adalah penasihat investasi berbentuk PT.
Sebenarnya pengertian ini kurang tepat dan dapat menimbulkan kerancuan karena kegiatan
utama perusahaan pemeringkat efek adalah melakukan pemeringkatan efek bukan
memberikan nasihat terkait efek, apalagi terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa
peringkat tersebut bukanlah rekomendasi bagi investor.18 Jadi antara definisi dan ketentuan
tersebut saling bertentangan satu sama lain, oleh karena itu menurut penulis kurang tepat bila
perusahaan pemeringkat efek di Indonesia digolongkan sebagai penasihat investasi.
Di Indonesia, Australia, serta India, tidak ada pengaturan khusus mengenai pengawasan
perusahaan pemeringkat efek. Ketentuan yang terdapat di Indonesia adalah ketentuan
mengenai kewajiban pelaporan atas hal – hal dan perubahan tertentu kepada OJK. Hal ini
berbeda dengan di Jepang dimana pengawasan pemeringkat efek dianggap sedemikian
pentingnya hingga akhirnya dikeluarkanlah panduan mengenai pengawasan perusahaan
pemeringkat efek. Umumnya ketentuan hukum di masing – masing negara menekankan
perusahaan pemeringkat efek agar memiliki sistem pengawasan sendiri. Hal ini bisa dilihat
dari kewajiban perusahaan pemeringkat efek di keempat negara tersebut untuk memiliki
compliance officer/pejabat kepatuhan, atau divisi khusus yang bertugas mengawasi
kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan yang berlaku. Akan tetapi terdapat sedikit
perbedaan di India, dimana perusahaan pemeringkat efek selain melakukan pengawasan
internal, juga harus diaudit oleh auditor yang independen. Menurut penulis ketentuan di India
yang mewajibkan audit dilakukan oleh auditor independen adalah penting adanya. Hal ini
karena walaupun perusahaan pemeringkat efek di ketiga negara lainnya diwajibkan memiliki
18
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (a), Op.Cit., Ps.3
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
sistem pengawasan sendiri, namun perlu sekali dilakukan audit atau penilaian dari pihak luar
yang bukan merupakan bagian dari perusahaan. Penilaian tersebut penting dilakukan karena
pihak luar yang independen umumnya lebih obyektif dan tidak memiliki konflik kepentingan
dengan perusahaan pemeringkat efek. Pada dasarnya, pengawasan yang dilakukan di India,
Indonesia,
dan Australia lebih menekankan pada kewajiban pelaporan oleh perusahaan
pemeringkat efek itu sendiri. Jadi disini yang aktif adalah perusahaan pemeringkat efek
tersebut. Berbeda dengan di Jepang yang FSA nya jelas – jelas memiliki kewajiban untuk
melakukan pengawasan secara aktif.
Terdapat perbedaan antara pengaturan pertanggugjawaban perusahaan pemeringkat efek di
Indonesia, Australia, India, dan Jepang. Dari keempat negara tersebut, kasus terkait
perusahaan pemeringkat efek yang sudah pernah diputus hanya ada di Australia. Bahkan
putusan pengadilan Australia menghukum perusahaan pemeringkat efek untuk membayar
ganti rugi kepada investor yang „terkecoh‟ oleh peringkat yang dikeluarkannya tersebut,
merupakan putusan pertama di dunia yang menyatakan perusahaan pemeringkat efek
bersalah karena peringkatnya tidak sesuai keadaan efek yang sebenarnya. Dikarenakan belum
ada kasus sejenis di Indonesia, India, maupun Jepang, maka pertanggungjawaban perusahaan
pemeringkat efek hanya bisa dilihat dari jenis sanksi yang dapat dikenakan atasnya dalam hal
perusahaan melakukan pelanggaran. Di India, sanksinya hanyalah berupa pencabutan
Certificate of Registration, begitu pula di Indonesia sanksi terberatnya hanya denda atau
pencabutan ijin usaha. Akan tetapi dalam hal OJK menemukan bahwa perusahaan
pemeringkat efek merugikan investor, maka OJK dapat mengajukan gugatan untuk menuntut
ganti rugi atas kerugian investor kepada perusahaan pemeringkat efek. Hal ini berarti, sama
seperti di Australia, gugatan ganti rugi kepada perusahaan pemeringkat efek, dimungkinkan
untuk diajukan di Indonesia.
Di Jepang, ancaman sanksinya lebih berat dari India maupun Indonesia, karena di Jepang
diberlakukan sistem dual liability. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem dual
liability berarti apabila perusahaan pemeringkat efek melakukan pelanggaran, tidak hanya
perusahaannya saja yang dapat dihukum (dengan denda misalnya), namun direksi atau
pekerja yang turut bertanggungjawab juga dapat dihukum baik melalui denda maupun
hukuman penjara. Menurut penulis, pertanggungjawaban perusahaan pemeringkat efek yang
paling baik bentuknya adalah ganti rugi seperti di Australia atau Indonesia, meskipun belum
ada kasus serupa di Indonesia. Hal ini dikarenakan, dalam kasus dimana perusahaan
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
pemeringkat efek dipersalahkan, yang menjadi korban umumnya adalah investor dimana
investor ini mengalami kerugian akibat terlalu bergantunswg / percaya pada peringkat dari
perusahaan pemeringkat efek dalam memutuskan investasi. Tentu saja karena kerugian
tersebut adalah kerugian material berupa hilangnya sejumlah uang, maka bentuk
pertanggungjawaban yang paling pas adalah ganti rugi atas kerugian tersebut. Oleh karena itu
menurut penulis ancaman sanksi berupa ganti rugi merupakan yang paling tepat.
Kesimpulan
1.
Perusahaan pemeringkat efek memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi
suatu negara. Hal ini dikarenakan peringkat yang dikeluarkannya merupakan acuan bagi
investor untuk memutuskan investasi atas suatu efek. Di samping itu perusahaan
pemeringkat efek juga berfungsi sebagai alat kontrol atau alat pengawasan terhadap
emiten yang efeknya telah diperingkat melalui mekanisme kaji ulang yang dilakukannya.
Dengan kata lain, perusahaan pemeringkat efek sangatlah berperan untuk memberikan
gambaran mengenai risiko atas suatu efek serta perkembangannya kepada investor.
2.
Pengaturan dan pengawasan perusahaan pemeringkat efek di Indonesia, Australia, India
maupun Jepang secara garis besar sudah cukup baik dan pada intinya sama, serta sejalan
dengan prinsip – prinsip dalam IOSCO Statement of Principles Rergarding the Activites
of Credit Rating Agencies, terutama mengenai kewajiban perijinan, pengawasan internal,
kerahasiaan informasi, publikasi, serta pencegahan konflik kepentingan. Akan tetapi,
masing – masing negara memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pengaturan dan
pengawasan pemeringkat efek. Secara umum, India memiliki pegaturan yang paling
komprehensif dimana berbagai aspek diatur secara terperinci, dan dalam suatu peraturan
hukum yang khusus mengatur perusahaan pemeringkat efek, tidak mengacu pada
ketentuan hukum umum. Di samping India, pengaturan Indonesia juga cukup
komprehensif dan mendetail meskipun belum mengatur hal – hal seperti peringkat yang
bukan berasal dari permintaan emiten, publikasi pendapatan tertentu dari emiten tunggal,
ataupun kegiatan usaha lain dari perusahaan pemeringkat efek. Persyaratan perusahaan
pemeringkat efek di keempat negara dalam penelitian ini umumnya sama, namun
persyaratan di Indonesia tergolong yang paling mendetail karena mengatur mengenai
kecakapan komisaris, direksi, hingga analisnya secara lengkap. Terkait pengawasan
perusahaan pemeringkat efek, FSA Jepang memiliki kewajiban pengawasan
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
aktif
sehingga lebih baik dibanding tiga negara lainnya yang pengawasannya lebih
mengandalkan laporan dari perusahaan pemeringkat efek. Untuk pertanggungjawaban,
Australia lewat putusan hukumnya, telah membuat suatu terobosan yang sebenarnya
memperjuangkan hak bagi investor untuk dilindungi kepentingannya melalui publikasi
peringkat yang sesuai keadaan sebenarnya. Hal ini karena investor yang dirugikan karena
peringkat yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai keadaan sebenarnya / menyesatkan
(misleading), dapat mengajukan gugatan ganti rugi. Meskipun Indonesia mengatur hal
yang sama, namun gugatan di Indonesia atas perusahaan pemeringkat efek harus
dilakukan oleh OJK, oleh karenanya kurang berpihak pada investor.
Saran
1.
OJK perlu mengadakan penelitian dan pembuatan regulasi terkait perusahaan
pemeringkat efek secara lebih lengkap dalam berbagai aspek. Sebaiknya Indonesia juga
mengadopsi prinsip – prinsip dan ketentuan yang ditetapkan IOSCO bagi perusahaan
pemeringkat efek dan mengintegrasikannya ke dalam peraturan di Indonesia, seperti
yang dilakukan di Jepang. OJK juga seharusnya mengatur perusahaan pemeringkat efek
dalam satu peraturan yang mencakup ketentuan di berbagai aspek, sehingga tidak
terpisah – pisah dalam beberapa peraturan seperti yang ada saat ini. Selain itu OJK juga
perlu mengatur mengenai unsolicited rating, kegiatan usaha tambahan perusahaan
pemeringkat efek, serta publikasi pendapatan tertentu dari emiten tunggal agar
kepentingan investor dapat lebih terlindungi.
2.
Mengenai definisi, sebaiknya perusahaan pemeringkat efek di Indonesia tidak
dimasukkan sebagai penasihat investasi karena dapat menimbulkan kesalahpahaman
terkait peringkat yang dikeluarkannya, yang sebenarnya bukan merupakan rekomendasi.
OJK juga perlu mengatur pertanggungjawaban perusahaan pemeringkat efek dengan
lebih ketat dan lengkap yang mengatur mengenai pertanggungjawaban dari peringkat
yang menyesatkan investor.
Kepustakaan
Buku:
Mamudji, Sri. Et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Depok : Badan Penerbit
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Nasarudin, M. Irsan. Et al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet.7. Jakarta : Kencana
Perdana Media Group, 2004.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Peranan dan Pengunaan Kepustakaan di dalam
Penelitian Hukum, Jakarta: Pusat Dokumentasi UI, 1979.
Disertasi:
Dittrich, Fabian.“The Credit Rating Industry : Competition and Regulation.” Disertasi Doktor
Universitat zu Koln. Jerman, 2007
Publikasi Elektronik:
Douglas-Henry, Jean-Pierre, Richard F.Hans, dan Samantha Kelly. “Rating
Agencies
Are
No
Longer
Bulletproof,”
DLA
Piper,
9
November
2012.
http://www.dlapiper.com/en/asiapacific/insights/publications/2012/11/austra lia-ratingsagencies-are-no-longer- bullet-. Diunduh pada 11 Oktober 2014.
Global Credit review, “A New Regulatory Framework for Credit Rating Agencies.”
http://rmi.nus.edu.sg/gcr/files/02%20GCR%20vol%201.pdf. Diunduh
pada
Oktober 2014.
6
Hukum Online, “OJK Telusuri Dugaan Rating Shopping di Lembaga Pemeringkat
Efek”
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53a808 a565b44/ojk- telusuri- dugaanrating-shopping-di-perusahaan-pemeringkat- efek. Diakses pada 6 Oktober 2014.
International Monetary Fund. The Uses and Abuses of Sovereign Credit Ratings, Global
Financial
Stability
Report,
Chapter
3,
Oktober
2010).
https://www.imf.org/external/pubs/ft/gfsr/2010/02/pdf/chap3.pdf. Diunduh pada
8
Oktober 2014.
O‟Toole, James dan Chris Isidore. “U.S Sues S&P Over Suprime Ratings.”
http://money.cnn.com/2013/02/05/news/economy/sandp-subprime-lawsuit/. Diakses
pada 6 Oktober 2014.
Rai University. Lesson 40 :
Oktober
2014.
services/16.pdf. Diunduh
Credit
Rating
:
An
Introduction.”
http://www.psnacet.edu.in/courses/MBA/Financial%20
pada 7 Oktober 2014.
Peraturan:
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Peraturan tentang Perizinan
Perusahaan Pemeringkat Efek, Peraturan Nomor V.C.2.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Peraturan tentang Perilaku
Perusahaan Pemeringkat Efek, Peraturan Nomor V.H.3.
Literatur Lain:
IOSCO. Code of Conduct Fundamentals For Credit Rating Agencies.
IOSCO. Statement of Principles Regarding The Activities of Credit Rating Agencies.
IOSCO. The Role of Credit Rating Agencies in Structured Finance Markets – Final
Report, May 2008.
Studi komparatif..., Theresia Natalie, FH, 2015
Download