01 JUDUL ok.rtf - Repository UNISBA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan mengenai penelitian terdahulu sangat penting untuk dijadikan
perbandingan maupun rujukan untuk peneliti dalam melakukan penelitian ini.
Terdapat beberapa penelitian yang memiliki persamaan dari metodologi dan ruang
lingkup yang sama, sehingga bisa dijadikan rujukan oleh peneliti dalam menyusun
laporan ini.
Peneliti membandingkan penelitian dengan penelitian terdahulu yaitu
penelitian dari Fuzianty Sukmana, dari Fakultas Ilmu Komunikasi bidang Kajian
Public Relations pada tahun 2007 dengan judul “Kegiatan Polisi On The Air Dalam
Membentuk Citra Polri”, Penelitian bertujuan Untuk mengetahui bagaimana kegiatan
polisi on the air dalam membentuk aspek persepsi, kognisi, motivasi dan sikap, di
kalangan mahasiswa kota Cirebon. Pada penelitian ini menjelaskan bahwa penelitian
terdahulu ingin mengetahui bagaimana kegiatan polisi on the air membentuk citra
polri di kalangan mahasiswa kota Cirebon. Metode yang digunakan adalah deskriptifKuantitatif, dengan hasil penelitian adalah :
1. Aspek persepsi mahasiswa kota Cirebon telah terbentuk dengan baik
berdasarkan stimulus yaitu kegiatan Polisi On The Air. Hal ini terlihat dari
tingginya tingkat pemahaman mahasiswa terhadap tujuan kegiatan Polisi On
The Air. Mereka menyetujui bahwa kegiatan Polisi On The Air adalah media
21
repository.unisba.ac.id
22
sosialisasi serta pelayanan dan pengaduan yang di fasilitasi oleh satuan Bina
Mitra Polres Cirebon. Persepsi yang tepat tentang stimulus akan memberikan
kontribusi yang besar bagi proses pembentukan citra selanjutnya.
2. Aspek kognisi mahasiswa pun terbentuk oleh kegiatan Polisi On The Air.
Karena kognisi merupakan keyakinan individu terhadap simulus, maka
seluruh informasi yang di berikan dalam kegiatan Polisi On The Air dapat
memenuhi
kognisi
mahasiswa
persetujuan
mereka
tentang
adanya
pengetahuan yang diperoleh mengenai kebijakan dan kegiatan Polri yang
menjadi salah satu materi dari sekian banyak materi yang disampaikan dalam
kegiatan Polisi On The Air, menunjukkan salah satu poin dalam ranah kognisi
telah terpenuhi, meskipun salah satu poin mengenai fungsi dan peran Polri
tidak begitu banyak disetujui. Selanjutnya materi tentang kebijakan dan
kegiatan Polri menimbulkan pemahaman yang sangat tinggi dalam diri
mahasiswa. Poin ranah kognisi yang keduapun telah terpenuhi. Dan yang
terakhir penerapan mahasiswa untuk menganalisis tentang kesesuaian
informasi yang di berikan dalam kegiatan Polisi On the Air adalah poin ranah
kognisi terakhir yang digunakan untuk mengukur penbentukan kognisi pada
mahasiswa. Jawaban yang menyatakan sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan
lainnya menunjukkan mahasiswa mampu menerapkan informasi dalam
sebuah kasus.
3. Aspek motivasi dalam diri mahasiswa terlihat dari pendapat yang menyatakan
kebutuhan, dorongan, dan tujuan telah muncul di diri mereka. Aspek motivasi
repository.unisba.ac.id
23
ini adalah faktor yang sangat penting karena merupakan dasar dari sikap
seseorang. Ini berhubungan dengan unsur pembentuk citra selanjutnya yaitu
aspek sikap. Kebutuhan akan keamanan yang terpenuhi, munculnya dorongan
untuk berpartisipasi, dan tujuan untuk menciptakan keamanan dan
ketertibaban masyarakat menunjukkan bahwa kegiatan Polisi On The Air
membentuk motivasi positif dalam diri mahasiswa.
4. Aspek yang terakhir adalah sikap. Pendapat mahasiswa yang menyukai
keberadaan kegiatan Polisi On The Air, menyukai kemasan program Polisi On
the Air, penilaian bahwa pemilihan radio sebagai media dalam kegiatan
tersebut, kepercayaan dan penghargaan yang tinggi kepada Polri merupakan
afeksi mahasiswa terhadap kegiatan Polisi On The Air, serta keinginan untuk
mematuhi peraturan yang ditetapkan Polri merupakan konasi mahasiswa yang
terbentuk dengan keberadaan kegiatan tersebut. Dan keseluruhannya
mengarah kepada penilaian yang positif. Semuanya mengarah pada suatu
kesimpulan bahwa kegiatan Polisi On The Air sebagai sebuah stimulus telah
membentuk aspek-aspek dalam unsur pembentukan citra Polri dengan baik,
dan karenanya kegiatan Polisi On The Air memiliki kontribusi positif dalam
pembentukan citra positif Polri di kalangan mahasiswa Kota Cirebon.
Penelitian selanjutnya berjudul “Pemulihan Citra Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI)” dengan peneliti Verry Yudhistira dibuat pada tahun 2010,
merupakan mahasiswa UNISBA jurusan Ilmu Komunikasi program studi Humas.
repository.unisba.ac.id
24
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja satlantas polresta cimahi pasca
merebaknya kasus cicak vs buaya yang semakin menghantarkan citra polri ke fase
moshi tidak percaya pada opini masyarakat. Pada penelitian ini menjelaskan bahwa
penelitian terdahulu ingin mengetahui bagaimana “Upaya Pemulihan Citra POLRI”
dalam kinerja Sat Lantas Polresta Cimahi pasca maraknya pemberitaan kasus Cicak
vs Buaya. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan studi kasus,
serta dengan hasil penelitian adalah :
1. Kinerja (mencakup pelayanan, proses dan pola kerja) Satlantas Polres Kota
Cimahi memiliki budaya kerja yang baik dan teratur. Pelayanan publiknya
mendapat peringkat dua terbaik seluruh Indonesia setelah Sragen. Ini
membuktikan bahwa program- program yang dibuat dan dilaksanakan oleh
Satuan lau lintas Polresta Cimahi memang pantas mendapat perhatian khusus.
Banyak terobosan yang mereka lakukan untuk membangun kembali
kepercayaan dari masyarakat dan tentu saja berusaha mengincar tujuan akhir
berupa pulihnya citra kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).
2. Upaya (mencakup strategi dan visi misi) perbaikan perilaku Satuan lalu lintas
kota Cimahi, mulai mendapat perhatian lebih dari masyarakatnya. Berbanding
searah dengan prestasi-prestasi yang dicetak oleh unit ini serta pengumpulan
data yang dijamin keabsahannya membuat penulis berani memutuskan bahwa
ada upaya yang dilakukan dalam perencanaan matang kedepan dalam jangka
panjang. Sudah pasti dapat dikatakan bahwa upaya mereka untuk
mengembalikan citra kepolisian sudah sangat maksimal. Hal ini dibuktikan
repository.unisba.ac.id
25
penulis melalui wawancara dengan banyak sumber dan hampir 80% dari
keseluruhannya .memiliki persepsi yang baik tentang oknum Polresta Cimahi
3. Terakhir, proses pembentukan citra yang penulis anggap memiliki peran yang
sangat penting dalam segala aspek kehidupan, tertarik akan segala macam
teorinya serta pengaplikasiannya dilapangan. Sehingga membuat penulis tidak
tahan untuk mengetahui lebih jauh tentang permasalahan ini. Sudah
dibuktikan oleh penulis melalui penelitian ini, bahwa informasi/stimuli yang
datang kepada individu berupa pengalaman yang dirasakan langsung oleh
orang bersangkutan akan memiliki efek lebih kuat terhadap persepsi individu
tersebut dibanding stimulus lain yang cuma berupa berita ataupun cerita.
Penulis juga dengan segala keterbatasan ilmunya mencoba membuat sebuah
pemahaman sendiri akan masalah tersebut. Mungkin masih sangat jauh dari
kelayakan, namun penulis sangat tertarik dan bergairah untuk menorehkan
secuil pemahaman yang penulis dapatkan dilapangan untuk diabadikan dalam
sebuah bentuk teori atau model.
Selanjutnya skripsi berjudul “Strategi Humas Polda Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk membentuk citra positif polisi” Reza Afriandi mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial Dan Humaniora program studi Ilmu Komunikasi pada tahun 2010,
Yogyakarta. penelitian ini membahas tentang bagaimana strategi humas polda daerah
istimewa Yogyakarta untuk membentuk citra polisi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui tentang bagaimana strategi humas polda daerah istimewa
repository.unisba.ac.id
26
Yogyakarta untuk membentuk citra positif polisi. Penelitian terdahulu mengadopsi
model pembentukan citra oleh soemirat dan lebih mengacu kepada analisis swot.
Kesamaannya penelitian ini menggunakan model pembentukan citra soemirat, namun
metodologi penelitian ini tidak sama yaitu deskriptif-kualitatif. Berikut hasil
penelitiannya adalah :
1. Strategi yang Sedang diterapkan untuk membentuk citra positif polisi guna
membentuk kecintaan dan kepercayaan masyarakat kepada institusi Polri
yaitu dengan melakukan Program Quick Wins, Program Quick Wins
merupakan program unggulan Polri dalam meraih keberhasilan segera,
dimana program ini diaplikasikan ke dalam delapan bidang tugas polri yaitu:
Bidang penegakan hokum, Bidang pelayanan lantas, Bidang rekruitmen
anggota, Bidang Samapta, Bidang reserse, Bidang lalu lintas, Bidan Intelkam,
Bidang manajemen, Administrasi. Dari program ini diharapkan polisi dalam
menjalankan tugasnya dapat cepat tersedia jika di butuhkan masyarakat,
masyarakat berani melapor ke polisi tanpa ada rasa takut, angka gangguan
kamtibmas cendrung menurun dan partisipasi masyarakat terus meningkat
dalam membantu polisi mengamankan wilayahnya.
2. Dari strategi yang sudah dijalankan tersebut Humas Polda D.I. Yogyakarta
mengaplikasikanya sesuai dengan pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh
institusi polri diantaranya program Talk Show di media lokal TV dan Radio
dalam hal sosialisasi Quick Wins di semua bidang tugas Polri dan menjadi
fasilitator terhadap program tersebut agar mendapatkan respon dari
repository.unisba.ac.id
27
masyarakat.
3. Berbicara tentang citra polisi, aspek integritas dan profesionalisme Polri
sampai saat ini ternyata masih merupakan pekerjaan besar yang harus
diselesaikan Polri di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan aspek integritas dan
profesionalisme yang masih sangat dominan dan banyak terjadi dalam kurun
waktu terakhir ini. Berbagai peristiwa yang sudah dialami oleh kepolisian
tampaknya menguatkan asumsi bahwa Polri harus memperhatikan secara
serius kedua aspek tersebut untuk memperbaiki citra positif serta kinerjanya.
Walaupun dalam berbagai aspek Polri masih harus banyak berbenah diri
bukan berarti tidak ada hal yang patut dibanggakan. Dalam hal bidang
rekruitmen anggota Polisi baik itu melalui penerimaan Brigadir Polisi PPSS
(Penerimaan Perwira Sumber Sarjana) maupun Akpol dapat kita apresiasikan
dimana untuk saat ini baru polri yang sudah mendapatkan penghargaan dari
MURI dalam hal penerimaan anggota yang Transparan.
repository.unisba.ac.id
28
Berikut adalah tabel penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti :
(Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu)
Nama
Judul
Peneliti 2
Peneliti 3
Fuzianty
Sukmana
Kegiatan Polisi
On The Air
Dalam
Membentuk
Citra Polri
Verry Yudhistira
Reza Afriandi
Pemulihan Citra
Kepolisian Negara
Republik
Indonesia
(POLRI)
Strategi Humas
Polda Daerah
Istimewa
Yogyakarta Untuk
Membentuk Citra
Positif Polisi
Pelaksanaan
Program
Reformasi
Birokrasi Polri
(RBP) Dalam
Membangun
Citra Polisi
Polres
Kuningan, Jawa
Barat /
2014
DeskriptifKualitatif
1.Mengungkap
bagaimana
sosialisasi
strategi polisi
dalam
membangun
citra melalui
program RBP di
polres kuningan,
Jawa barat.
2. Mengungkap
bagaimana
penerapan
strategi polisi
dalam
membangun
citra melalui
program RBP di
pasca maraknya
pemberitaan
kasus Cicak vs
Buaya
Tempat &
Waktu
Penelitian
Polres cirebon /
2007
Satlantas Polresta
Kota cimahi /
2010
Polda D.I
Yogyakarta / 2010
Metode
DeskriptifKuantitatif
Studi KasusKualitatif
Deskriptif-Kualitatif
Kesimpulan
Peneliti
sekarang
Trio Putra
Peneliti 1
1.Kinerja
1.Strategi yang
1.Aspek
persepsi
(mencakup
Sedang diterapkan
untuk membentuk
mahasiswa kota
pelayanan,
citra positif polisi
Cirebon telah
proses dan pola
terbentuk
kerja) Satlantas
guna membentuk
dengan baik
Polres Kota
kecintaan dan
kepercayaan
berdasarkan
Cimahi memiliki
masyarakat kepada
stimulus yaitu
budaya kerja
kegiatan Polisi
yang baik dan
institusi Polri yaitu
On The Air
teratur.
dengan melakukan
Pelayanan
Program Quick
2. Aspek
kognisi
publiknya
Wins
mendapat
2. Dari strategi
mahasiswa pun
terbentuk oleh
peringkat dua
yang sudah
kegiatan Polisi
terbaik seluruh dijalankan tersebut
On The Air.
Indonesia
Humas Polda D.I.
Yogyakarta
Karena kognisi setelah Sragen.
repository.unisba.ac.id
29
Peneliti 1
Peneliti 2
Peneliti 3
2. Upaya
mengaplikasikanya
merupakan
(mencakup
sesuai dengan
keyakinan
individu
strategi dan visi
pelaksanaan
terhadap
misi) perbaikan
strategi yang
stimulus
perilaku Satuan
dilakukan oleh
3. Aspek
lalu lintas kota
institusi polri
motivasi dalam
Cimahi, mulai
diantaranya
diri mahasiswa
mendapat
program Talk
terlihat dari
perhatian lebih
Show di media
pendapat yang
dari
lokal TV dan
menyatakan
masyarakatnya.
Radio dalam hal
kebutuhan,
3. Terakhir,
sosialisasi Quick
dorongan, dan
proses
Wins di semua
tujuan telah
pembentukan
bidang tugas Polri
muncul di diri
citra yang
dan menjadi
mereka
penulis anggap fasilitator terhadap
4. Aspek yang
memiliki peran
program tersebut
terakhir adalah
yang sangat
agar mendapatkan
sikap
penting dalam
respon dari
penilaian
segala aspek
masyarakat
bahwa
kehidupan
pemilihan radio
bahwa
sebagai media informasi/stimuli
dalam kegiatan
yang datang
tersebut,
kepada individu
kepercayaan
berupa
dan
pengalaman
penghargaan
yang dirasakan
yang tinggi
langsung oleh
orang
kepada Polri
merupakan
bersangkutan
afeksi
akan memiliki
mahasiswa
efek lebih kuat
terhadap
kegiatan Polisi
On The Air
Peneliti
sekarang
polres kuningan,
Jawa barat.
3. Mengungkap
bagaimana
dampak strategi
polisi dalam
membangun
citra melalui
program RBP di
polres kuningan,
Jawa barat.
repository.unisba.ac.id
30
2.2
Tinjauan Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki
makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. (Effendy, 2007:5)
Pada dasarnya seseorang yang ingin memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan dan agar orang dapat memenuhi kehidupan mereka, pertama-tama harus
dapat bekerjasama dengan pihak lain. Ini berarti menginginkan pihak lain mengerti,
percaya, dan mau diajak bekerjasama. Tidak dapat disangkal lagi bahwa manusia
tidak dapat hidup sendiri. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain,
baik demi kelangsungan hidupnya keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya.
Dalam komunikasi pasti ada hubungan, tetapi dalam hubungan belum tentu ada
komunikasi. Dalam melaksanakan hubungan itu komunikasi memegang peranan
penting untuk mempertahankan dan menambah erat hubungan yang telah dibina.
Selain itu komunikasi berperan sebagai sarana dalam berbagai kehidupan manusia,
yakni dalam hubungan orang dengan orang, orang dengan kelompok, maupun
kelompok dengan kelompok. Jadi dengan demikian komunikasi merupakan unsur
pokok dalam tata pelaksanaan kehidupan manusia, yaitu dalam mengadakan
hubungan antarmanusia untuk saling mempengaruhi antara pihak satu dengan pihak
lainnya
repository.unisba.ac.id
31
Effendy (2007:13), dalam bukunya yang berjudul Ilmu, Teori Dan Filsafat
Komunikasi mengutip pengertian ilmu komunikasi Menurut Carl I. Hovland, “Ilmu
Komunikasi adalah suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara
yang setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini
dan sikap”.
Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu
komunikasi bukan saja penyampain informasi, melainkan juga pembentukan
pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude).Hovland
mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang
juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok
orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu dan
mereka berbagi makna dan sikap.
Arti dan tujuan komunikasi yang relative lebih lengkap adalah yang
dikemukakan oleh R. Wayne Pace, Brent D Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam
bukunya Techniques for effective communication, (Effendy, 1992:42) yang
menyatakan bahwa tujuan sentral dari komunikasi meliputi tiga hal utama, yaitu :
1. To secure understanding (memastikan pemahaman)
2. To establish acceptance ( membina penerimaan)
3. To motivate action (memotivasi kegiatan)
repository.unisba.ac.id
32
Jadi, pertama-tama harus dipastikan bahwa orang yang dijadikan sasaran
komunikasi itu memiliki pemahaman untuk selanjutnya dapat diasumsikan bahwa ia
menerima. Penerimaan itu perlu dibina sehingga pada giliranya ia dimotivasi untuk
melakukan suatu kegiatan.
Melihat pendapat para ahli tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai
komunikasi bahwa dalam prosesnya terdapat minimal tiga unsur pokok: komunikator,
pesan, dan komunikan. Komunikator ialah penyampai pesan, biasanya manusia atau
badan yang memiliki gagasann tentang sesuatu hal yang disampaikan pada
komunikan. Sedangkan pesan adalah ide tau gagasan yang sudah dikemas berupa
lambing-lambang yang mengandung arti dan disampaikan oleh komunikator pada
komunikan. Sedangkan yang disebut komunikan adalah pihak yang menerima pesan.
Apabila tidak terdapat komponen seperti yang dikemukakan diatas berarti kegiatan
komunikasi tidak akan dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Komunikasi terjadi
apabila pesan yang disampaikan oleh seorang dimengerti oleh sasaran. Komunikasi
dapat dikatakan efektif apabila bahasa dan makna dapat dipahami bersama.
Komunikasi dalam pelaksanaannya mempunyai tujuan dan fungsi sendiri.
Tujuan dan fungsi sendiri. Tujuan dari komunikasi seperti dikemukakan oleh Effendy
dalam bukunya “Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi” (2003:55), adalah:
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion)
3. Mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
repository.unisba.ac.id
33
Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah :
1.
2.
3.
4.
Menginformasikan (to inform)
Mendidik (to educate)
Menghibur (to entertain)
Mempengaruhi (to influence), (Effendy, 2003:55)
Selanjutnya dibawah ini dijelaskan pula ada beberapa tipe komunikasi, yaitu
Empat tipe komunikasi menurut Hafied Cangara (2006:4) dalam buku Pengantar Ilmu
Komunikasi, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komuniasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi Massa (Mass Communication)
Pengertian dari empat tipe komunikasi di atas adalah:
1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)
Proses komunikasi yang terjadi di dalam individu atau dengan kata
lain proses komunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi
dengan diri sendiri karena adanya sesuatu yang memberi arti yang diamatinya
atau yang terlintas dalam pikirannya.
2. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi)
Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih
secara tatap muka. Proses komunikasi antarpribadi ini terjadi pada kegiatan
sehari-hari karena manusia adalah makhluk sosial yang terus berinteraksi dan
membutuhkan komunikasi untuk memperoleh suatu informasi.
repository.unisba.ac.id
34
3. Komunikasi Publik
Suatu proses komunikasi dimana pesan disampaikan oleh pembicara
dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Komunikasi
publik terjadi disaat melakukan komunikasi pidato, komunikasi kolektif,
komunikasi retorika, public speaking, dan komunikasi khalayak.
4. Komunikasi Massa
Proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari
sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alatalat seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Dan bersifat komunikasi satu
arah.
Rudolph F. Verderber dalam Mulyana (2003:4) mengemukakan bahwa
komunikasi itu mempunyai dua fungsi, yaitu:
1) Fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan
dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan.
2) Fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu. Sebagian keputusan bersifat
emosional dan sebagian lagi melalui pertimbangan yang matang.
Dalam melaksanakan suatu hubungan, komunikasi memegang peranan
penting untuk mempertahankan dan menambah erat hubungan yang telah dibina.
Selain itu komunikasi berperan sebagai sarana dalam berbagai kehidupan manusia,
yakni dalam hubungan orang dengan orang, orang dengan kelompok, maupun
kelompok dengan kelompok. Dengan demikian, komunikasi merupakan unsur pokok
dalam tata pelaksanaan kehidupan manusia, yaitu dalam mengadakan hubungan
repository.unisba.ac.id
35
antarmanusia untuk saling mempengaruhi antara pihak satu dengan pihak lainnya.
Pada dasarnya, seseorang yang ingin memperoleh kesuksesan dalam kehidupan dan
agar orang dapat memenuhi kehidupan mereka, pertama-tama harus dapat
bekerjasama dengan pihak lain. Ini berarti menginginkan pihak lain mengerti,
percaya, dan mau diajak bekerjasama.
2.3
Tinjauan Komunikasi Organisasi
Studi komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang
objek-objek, juga studi mengenai objek-objek itu sendiri (Pace & Faules, 2000 : 3),
yang penting adalah bahwa orang-orang yang berbeda berperilaku dengan cara-cara
yang berbeda terhadap apa yang mereka anggap objek yang layak diamati, dan
perbedaan-perbedaan tersebut adalah berdasarkan pada bagaimana orang-orang
berfikir tentang objek-objek itu. Suatu objek sosial adalah sekadar objek yang
mempunyai makna bagi suatu kolektivitas atau menuntut tindakan oleh manusia.
Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil
sejumlah arah yang sah dan bermanfaat (Pace & Faules, 2000 : 25). Secara fungsional
komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan
diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Menurut
Katz dan Kahn bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran
informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi (Muhammad, 2000 : 65)
repository.unisba.ac.id
36
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi
organisasi, namun ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan, yaitu
Komunikasi organisasi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi
oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
Komunikasi organisasi meliputi peran dan arusnya, tujuan, arah dan media.
Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaan, hubungan dan
keterampilannya. (Muhammad, 2000 : 67)
Dari berbagai pengertian tentang organisasi dapat diambil kesimpulan
organisasi mempunyai ciri-ciri (Muhammad, 2000 : 67) :
1) Organisasi selalu terdiri dari orang-orang yang saling berinteraksi. Terdiri dari
dua orang atau lebih.
2) Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan ini adalah tujuan bersama
yang telah ditentukan dan digariskan secara kelompok.
3) Adanya hubungan antara bawahan dan atasan dalam mencapai tujuan atau
dengan kata lain terjadi koordinasi untuk mencapai tujuan.
4) Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas. Ada pembagian
tugas, artinya peran apa yang akan dijalankan oleh semua anggota.
5) Adanya penetapan dan pengelompokkan pekerjaan yang terintegrasi.
6) Adanya sistem kerjasama yang terstruktur dari sekelompok orang.
Bila informasi yang disampaikan mengalir melalui jalan resmi yang
ditentukan oleh hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka informasi itu
menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal
biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang
sama atau secara horizontal.
Goldhaber dalam Devito, (1997:340) menjelaskan empat perspektif
pendekatan pada komunikasi organisasi, di antaranya:
repository.unisba.ac.id
37
1) Pendekatan Ilmiah menganggap bahwa organisasi harus menggunakan
metoda-metoda ilmiah untuk meningkatkan produktivitas. Berbagai studi
pengendalian secara ilmiah akan memungkinkan manajemen mengidentifikasi
cara-cara untuk menignkatkan produktivitas. Produktivitas pada umumnya
menyangkut masalah fisik dan psikologis. Produktivitas dipandang dalam
bentuk permintaan pisik akan pekerjaan dan kemampuan psikologis para
pekerjanya.
2) Pendekatan Hubungan Antarmanusia berkembang sebagai reaksi terhadap
perhatian ekslusif faktor-faktor fisik dalam mengukur keberhasilan organisasi.
Salah satu asumsi prinsip dari pendekatan hubungan antarmanusia adalah
bahwa kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan produktivitas.
Seorang karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Oleh
karena itu fungsi manajemen adalah menjaga agar para karyawan terus merasa
puas.
3) Pendekatan Sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari pendekatan
ilmiah dengan pendekatan hubungan antarmanusia. Pendekatan ini
memandang organisasi sebagai suatu sistem dimana semua bagian
berinteraksi dan setiap bagian mempengaruhi bagian lainnya. Organisasi
dipandang sebagai suatu sistem terbuka terhadap informasi baru, bersifat
dinamis dan selalu berubah. Pendekatan ini menganggap bahwa faktor fisik
dan psikologis penting.
4) Pendekatan Kultural. Seperti pada umumnya suatu kelompok atau kultur
sosial yang selalu memiliki aturan mengenai perilaku, peran, dan nilai-nilai.
Oleh karena itu, pada pendekatan ini organisasi harus meneliti untuk
mengidentifikasi jenis kultur dan norma-norma spesifik yang dianutnya.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk memungkinkan kita bisa memahami
bagaimana organisasi berfungsi dan bagaimana hal itu mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh para anggota atau karyawannya dalam kultur organisasi itu.
Dalam komunikasi organisasi berbicara tentang informasi yang berpindah
secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada orang lain yang
otoritasnya lebih rendah. Dalam komunikasi organisasi terdapat beberapa pola aliran
informasi, (Pace & Faules, 2000 : 184-199) di antaranya:
1) komunikasi ke bawah. Dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang
berotoritas rendah. Biasanya beranggapan bahwa informasi bergerak dari
pimpinan kepada pegawai. Ada lima jenis informasi yang biasa
dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, antara lain : informasi
repository.unisba.ac.id
38
mengenai begaimana melakukan pekerjaan, informasi mengenai dasar
pemikiran untuk melakukan pekerjaan, informasi mengenai kebijakan dan
praktik-praktik organisasi, informasi mengenai kinerja pegawai, dan
informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas.
2) Komunikasi ke atas. Dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari tingkatan yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih
tinggi (atasan). Semua pegawai dalam sebuah organisasi mungkin
berkomunikasi keatas, yaitu setiap bawahan dapat mempunyai alas an
yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada
seseorang yang otoritasnya lebih tinggi.
3) Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individuindividu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam
organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Tujuan komunikasi
horisontal ialah Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja, Berbagi
informasi mengenai rencana dan kegiatan, untuk memecahkan masalah,
untuk memperoleh pemahaman bersama, untuk mendamaikan, berunding,
dan menengahi perbedaan serta untuk menumbuhkan dukungan
antarpersona.
2.3.1 Kredibilitas Komunikator
Komunikator merupakan salah satu unsur komunikasi yang berperan penting
dalam menunjang keberhasilan komunikasi yang dilakukan. Fungsi komunikasi
adalah mengutarakan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan untuk membuat
komunikan menjadi tahu atau berubah sifat, pendapat, atau perilakunya. Komunikan
yang dijadikan sasaran akan mengkaji siapa komunikator yang menyampaikan
informasi tersebut.
Seorang komunikator yang ingin berhasil dalam menyampaikan suatu
informasi harus memiliki seperangkat karakteristik yang dituntut sebagai syarat untuk
mencapai tujuan komunikasi yang optomal. Di sini dapat dilihat bahwa komunikator
merupakan persona yang memiliki pengaruh besar terhadap komunikan, apakah
repository.unisba.ac.id
39
komunikan akan menerima atau menolak informasi yang disampaikan oleh
komunikator.
Seorang pimpinan harus mempunyai kredibilitas yang baik dalam mengatasi
masalah yang terjadi. Hal ini dimaksudkan supaya informasi yang disampaikan oleh
pimpinan bisa diterima dengan baik oleh anggotanya. Pimpinan juga harus
mempunyai keahlian dan kepercayaan yang tinggi, sehingga dalam mengatasi
masalah seorang pimpinan mampu meyakinkan anggotanya untuk lebih disiplin
dalam bekerja.
Komponen-Komponen Kredibilitas
Rakhmat (2004:260) terdapat 2 komponen kredibilitas, yaitu:
a) Keahlian
Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan
komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan.
Komunikator yang dinilai tinggi pada keahliannya dianggap sebagai orang
cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, dan terlatih.
b) Sifat dapat dipercaya
Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang
berhubungan dengan wataknya. Apakah komunikator jujur, tulus, sopan,
adil, etis, dan bermoral.
Komponen kredibilitas di atas sangat perlu dimiliki oleh setiap pimpinan.
Seorang pimpinan yang mempunyai sifat keahlian dan sifat dapat dipercaya, maka
dalam hal membangun citra kepolisian melalui program rbp khususnya di polres
kuningan jawa barat, dapat diterima oleh anggotanya. Sifat keahlian sangat
dibutuhkan pimpinan dalam mengatasi masalah. Keahlian merupakan cara bagaimana
seorang pimpinan dalam menguasai pokok permasalahan menyangkut rendahnya
repository.unisba.ac.id
40
disiplin kerja pada anggotanya. Sedangkan sifat dapat dipercaya merupakan sifat
seorang pimpinan dalam mengatasi masalah apakah perkataan yang telah diucapkan
pimpinan dapat dipertanggung jawabakan dan dapat dibuktikan dengan cara bisa
mengurangi tingkat ketidakdisiplinan para anggotanya sehingga diharapkan dapat
membangun sebuah citra baru yang positif.
2.4
Tinjauan Public Relations
2.4.1 Pengertian Public Relations
Lahirnya Public relations dikarenakan adanya kemajuan-kemajuan dalam
berbagai bidang. Kemajuan yang sekaligus merupakan kekuatan-kekuatan dalam
masyarakat, memisahkan manusia ke dalam berbagai kelompok atau golongan, yang
masing-masing mempunyai tujuan sendiri dan berusaha untuk mencapai tujuan itu
dengan sebaik-baiknya, kepentingan yang berbeda-beda itu memungkinkan
timbulnya masalah-masalah baru yang dapat menghambat tercapainya tujuan
kelompok-kelompok tersebut, maka baik golongan yang bergerak dalam bidang
industry, maupun teknis, politik, ekonomi dan kebudayaan membutuhkan kerja sama
demi kepentingan bersama.
Sejalan dengan hal tersebut, maka untuk menciptakan kerja sama dan saling
pengertian diantara publik yang ada, Public Relations merupakan suatu kebutuhan
masyarakat. Kegiatan Public Relations sudah ada sejak jaman dahulu, karena semua
kegiatan manusia yang selalu membina hubungan yang baik dan menciptakan saling
pengertian diantara manusia lainnya dapat dikatakan sebagai kegiatan Public
repository.unisba.ac.id
41
Relations. Untuk memberi arti yang tegas mengenai Public Relations, maka
dikemukakan defenisi menurut (British) Institute of Public Relations (IPR), Public
Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat yang baik
(goodwill) dan saling pengertian antar suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
The Internal Public Relations Associations, mendefenisikan Public Relations
sebagai berikut :
“Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen dari budi yang dijalankan
secara berkesinambungan dan terencana, dimana organisasi atau lembagalembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh dan membina
pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya atau
yang mungkin ada sangkut pautnya dengan menilai pendapat umum diantara
mereka dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan
mereka, guna menciptakan kerjasama yang lebih produktif dan untuk
melaksanakan kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan melancarkan
informasi yang terencana dan tersebar luas”. (Effendy, 1994: 134).
Definisi di atas menegaskan bahwa Public Relations sebagai fungsi
manajemen. Berlangsungnya kegiatan Public Relations senantiasa direncanakan dan
berkesinambungan untuk membentuk sikap saling pengertian antara organisasi
dengan publiknya. Opini yang telah terbentuk kemudian dievaluasi yang gunanya
untuk memperoleh kepentingan bersama secara lebih produktif dan efisien.
Untuk mendapatkan apa yang diharapkan lembaga atau organisasi tersebut
dapat dilaksanakan melalui kegiatan public relations dengan menunjukan beberapa
hal yang positif tentang apa yang direncanakan dan dilaksanakan, memberikan
keterangan-keterangan serta penjelasan kepada publik dengan jujur sehingga publik
repository.unisba.ac.id
42
merasa “well informed” dan diikutsertakan dalam usaha lembaga atau organisasi
tersebut.
Dalam kegiatan Public Relations terdapat 2 macam public yaitu public
internal dan publik eksternal. Publik dalam (internal) adalah publik yang bekerja di
dalam organisasi, pada umumnya karyawan. Selanjutnya publik luar (eksternal)
adalah mereka yang berada di luar organisasi, tetapi ada hubungannya dengan
organisasi.
Publik sasaran dalam Public Relations adalah publik internal dan eksternal,
untuk kedua macam publik ini kegiatan public relations adalah fovourable atau
menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang harmonis, oleh karenanya
kegiatan Public Relations harus dikerahkan ke dalam (internal) dan ke luar
(eksternal).
2.4.2 Kegiatan Public Relations
A. Internal Public Relations
Kegiatan internal Public Relations adalah kegiatan yang ada dalam suatu
lembaga atau organisasi. Jadi penekanannya hanya pada publik yang menurut Onong
U.E dalam bukunya “Human Relations dan Public dalam Management”
mengemukakan:
“Bahwa yang termasuk publik internal ialah para karyawan (employee) dan
para pemegang saham (stockholder). Berdasarkan pengelompokkan itu, maka
terdapatlah hubungan khusus dengan mereka, yakni yang biasa di sebut
hubungan dengan karyawan (employee relations) dan hubungan dengan
pemegang saham (stockholder relations).” (Effendy, 1989: 144).
repository.unisba.ac.id
43
Tujuan melakukan hubungan internal adalah untuk menciptakan hubungan
yang harmonis, sehingga dapat mencegah adanya ketegangan, terutama dalam
suasana kerja dalam lembaga. Untuk menciptakan suasana tersebut, komunikasi “two
way communication” penting sekali dan mutlak harus ada, yaitu antara pimpinan dan
bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan.
Komunikasi yang dilaksanakan oleh pimpinan terhadap bawahan (downward
communication) menurut Onong U.E dapat dilakukan dengan :
1. Mengadakan rapat.
2. Memasang papan pengumuman.
3. Menerbitkan majalah internal, dsb. (Effendy, 1989: 36)
Komunikasi terhadap bawahan biasanya tidak banyak mengalami kesulitan,
tetapi sebaliknya komunikasi yang berjalan dari bawah ke atas (upward
communication) besar kemungkinan akan mengalami hambatan-hambatan. Ini
disebabkan antara lain oleh faktor-faktor pysichologis, sosiologis, pendidikan dan
lain-lain.
Dalam rangka membina komunikasi ke atas (upward communication) untuk
mengetahui opini para karyawan, menurut Onong U.E dapat dilakukan dengan:
1. Mengadakan pertemuan untuk menampung pendapat,
2. Mengadakan rubrik khusus dalam majalah intern, semacam kontak pembaca,
tetapi khusus diisi oleh para karyawan.
3. Mengadakan kontak saran untuk menampung saran-saran bagi kepentingan
organisasi dan karyawan. (Effendy, 1989: 136).
repository.unisba.ac.id
44
Demikian halnya dengan membina hubungan yang baik dengan pemegang
saham (stockholder relations). Modal merupakan salah satu faktor terpenting bagi
suatu organisasi/perusahaan, besar kecilnya perusahaan dan pengaruhnya pula kepada
usaha-usaha untuk memperkembangkannya. Oleh karenanya merupakan kewajiban
untuk selalu mengadakan hubungan yang baik dengan para pemegang saham.
B. Eksternal Public Relations
Kegiatan eksternal public relations adalah kegiatan yang bertujuan kepada
publik diluar lembaga. Tujuan eksternal public relations menurut Oemi Aburahman
adalah mengeratkan hubungan dengan orang diluar lembaga hingga terbentuk opini
publik yang favourable terhadap badan itu. Hubungan-hubungan dengan suatu
keharusan di luar perusahaan itu merupakan keharusan di dalam usaha-usaha untuk:
1)
2)
3)
4)
Memperluas pelanggan
Memperkenalkan produksi
Mencari modal dan keuntungan
Memperbaiki hubungan dengan serikat-serikat buruh, mencegah pemogokanpemogokan dan mempertahankan karyawan-karyawan yang cakap, efektif dan
produktif dalam kerjanya.
5) Memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan-kesulitan yang sedang
dihadapi dan lain-lain. (Abdurrahman, 1993: 38)
Berdasarkan uraian di atas, tugas penting eksternal public relations adalah
mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya informatif dan persuasif,
ditujukan kepada public eksternal. Informasi hendaknya merupakan informasi yang
jujur, berdasarkan fakta dan harus diteliti. Sebab publik mempunyai hak untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang suatu yang menyangkut kepentingan.
repository.unisba.ac.id
45
Komunikasi yang diselenggarakan eksternal public relations terdiri dari dua
arah yang berlangsung timbal balik. Komunikasi eksternal public relations dari
lembaga terhadap publiknya dapat dilakukan dengan beberapa metode dan teknik
secara langsung maupun dengan menggunakan media.
Adapun contoh publik eksternal suatu perusahaan yang umumnya meliputi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Public pers
Public pemerintahan
Public masyarakat sekitar
Public rekanan
Public pelanggan publik konsumen
Public konsumen
Public bidang pendidikan
Public umum
Selanjutnya atas dasar jenis publik yang bermacam-macam tersebut maka sifat
hubungannya disebut “Eksternal Public Relations”. Dalam hal ini jika hubungan yang
dibina adalah dengan bentuk suatu perusahaan, maka hubungannya adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Press Relations
Government relations
Community Relations
Supplier relations
Customer relations
Consumer relations
Educational relations
General relations
Pada dasarnya, bentuk-bentuk kegiatan public relations atau relasi yang
dibangun, dijaga, dan dikembangkan melaui kegiatan public relations adalah relasi
dengan para stakeholder organisasi. Stakeholder setiap organisasi tentu akan
repository.unisba.ac.id
46
ditentukan oleh sifat organisasi tersebut. Organisasi yang berorientasi profit akan
berbeda dengan organisasi yang berorientasi non profit.
2.4.3 Tujuan Dan Fungsi Public Relations
Tujuan Publik Relations secara umum/ universal yang pada prinsipnya adalah
Untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi
kepada public yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi dari pada public yang
bersangkutan, dan memperbaikinya jika citra itu dianggap menurun/rusak.
Sedangkan Tujuan public relations menurut Frank Jefkins dalam buku yang
berjudul “Public Relations Untuk Bisnis” yang dialih bahasakan oleh Haris Munandar
(1994) adalah sebagai berikut:
1) Untuk megubah citra umum dimata masyarakat sehubungan dengan adanya
kegiatan-kegiatan yang baru dilakukan oleh perusahaan.
2) Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
3) Untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan
kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
4) Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka
pasar-pasar baru.
5) Untuk mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat luas, serta membuka
pasar-pasar baru.
6) Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan khalayaknya,
sehubungan telah terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan keamanan,
kesangsian, atau salah paham dikalangan khalayak terhadap niat baik
perusahaan. Dsb. (Jefkins, dalam Munandar 1994: 56-57)
Dari beberapa tujuan public relations diatas, jelas terbukti bahwa perusahaan
yang melakukan perubahan status atau wajah baru, diperlukannya tindakan langsung
dari public relations untuk melakukan kegiatan yang mempengaruhi pandangan
repository.unisba.ac.id
47
publik terhadap perubahan perusahaan. selain itu untuk mencegah adanya kesalah
pahaman publik terhadap perusahaan. public relations pun harus sigap dalam
melakukan upaya-upaya untuk membentuk citra positif perusahaan dari tujuan public
relations tersebut.
Untuk mengkaji tentang fungsi Publik Relations berikut ini adalah pernyataan
Onong
Uchjana
Effendy,
dalam
bukunya
”Hubungan
Masyarakat”
yang
mengemukakan empat fungsi Relations, yaitu:
1) Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
2) Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik baik ekternal
maupun internal
3) Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini public kepada
organisasi
4) Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan
umum. (Effendy, 1989: 104)
Sedangkan Fungsi PR menurut F. Rachmadi dalam bukunya “Public Relations
dalam teori dan praktek” mengemukakan sebagai berikut :
“Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik
antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, internal maupun eksternal, dalam
rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi public dalam
upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menghubungkan lembaga atau
organisasi.” (Rachmadi, 1992:21)
Dari pengertian di atas, maka public relations mempunyai fungsi timbale
balik, ke luar dan ke dalam. Ke luar ia harus mengusahakan timbulnya sikap dan
gambaran masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijaksanaan
repository.unisba.ac.id
48
organisasi. Ke dalam, ia berusaha mengenali, mengidentifikasi hal-hal yang dapat
menimbulkan sikap dan gambaran yang negatif atau kurang menguntungkan dalam
masyarakat sebelum sesuatu kebijakan itu dijalankan. Ini berarti harus mengetahui
dari jarak dekat apa yang terjadi di dalam lembaganya, termasuk ketentuan
kebijakannya.
2.5
Tinjauan Tentang Citra
Istilah citra dalam bahasa Inggrisnya Image menurut kamus besar Bahasa
Indonesia mengandung arti “Gambar, rupa, gambaran, selain itu dapat juga diartikan
sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi perusahaan atau
organisasi” (KBBI Online)3
Sejalan dengan pengertian tersebut, Jalaludin Rakhmat mengartikan: “Citra
sebagai gambaran yang mempunyai makna. Gambaran tersebut merupakan hasil
menampakan realitas yang terorganisasikan atau terstruktur dari informasi yang
diperoleh seseorang atau individu sebelumnya”. (Rakhmat, 1999;61)
Lebih jelasnya ia mengemukakan: “Citra adalah peta kita tentang realitas
dunia, tanpa citra kita akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti, citra adalah
gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah
dunia menurut persepsi kita” (Rakhmat, 1986:221)
Berangkat dari sebuah pengalaman atau dalam mencari pengalaman, terdapat
3
http://kbbi.web.id/citra di akses 17/09/2014 Pkl. 20.15
repository.unisba.ac.id
49
pengalaman baik dan buruk yang dapat membawa pengaruh atau membentuk opini
public sampai pada pembentukan citra. Disinilah seorang Public Relations harus tahu
bagaimana caranya agar organisasi/ perusahaannya dapat memiliki citra positif.
Adapun salah satu fungsi citra adalah membedakan lembaga dari lembaga lainnya
yang sejenis dengan kata lain individuasi lembaga. Individuasi lembaga adalah
memberikan karakteristik khas dari lembaga itu sendiri. Sutisna mengemukakan,
“Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses
informasi dari berbagai sumber setiap waktu” (Sutisna, 2001:83).
Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup
kemungkinan terjadinya perubahan citra pada objek dari adanya penerimaan
informasi setiap waktu. Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi
memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat
berasal dari organisasi/perusahaan secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara
tidak langsung. Citra suatu lembaga/perusahaan menunjukan kesan obyek terhadap
lembaga yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai
sumber terpecaya. Pentingnya citra perusahaan dikemukakan oleh Gronroos dalam
(Sutisna, 2001:332) sebagai berikut :
1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif
memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai
tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya.
2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan.
Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknis atau
fungsional sedangkan citra negative dapat memperbesar kesalahan tersebut.
3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas
pelayanan perusahaan.
repository.unisba.ac.id
50
4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal.
Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap karyawan
terhadap perusahaan.
Tugas dan tanggung jawab PRO/ pejabat Humas adalah menciptakan
kepercayaan, jujur dalam memberikan informasi dan publikasi kepada masyarakat,
yang didukung dengan kiat dan teknik-teknik tertentu untuk memperoleh citra bagi
instansi yang diwakilinya karena informasi tersebut. memiliki kekuatan yang dapat
mempengaruhi Opini Publik. Sedangkan untuk pembentukan opini public sebenarnya
dimulai karena ada suatu issue/ masalah, baik melalui media massa atau lainnya.
Citra merupakan kesan terhadap suatu hal melalui pemahaman seseorang.
Menurut Frank Jefkins (1984) definisi citra dalam konteks humas citra diartikan
sebagai "kesan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas
sosok keberadaan berbagai kebijakan personil-personil atau jasa-jasa dari suatu
organisasi atau perusaahaan.” (Soemirat dan Ardianto, 2008:117)
Kaitan antara PR dan citra adalah berupaya membentuk citra positif suatu
organisasi atau lembaga dimata publiknya, menyangkut unsur-unsur (1) citra
baik/good image (2) itikad baik/good will (3) saling pengertian/mutual understanding
(4)
saling
mempercayai/mutual
confidance
(5)
saling
menghargai/mutual
appreciations (6) Toleransi/tolerance (Soemirat, 2008:8).
repository.unisba.ac.id
51
Kognisi
Stimulus
Persepsi
Sikap
Respons
Motivasi
Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra
(Sumber : Soemirat & Ardianto, 2008:114)
Menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2008;114), terdapat empat
komponen pembentukan citra antara lain :
1) Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan
dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan
makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang.
2) Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan
ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang
cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
3) Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti yang
diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
4) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa
dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai.
2.5.1 Jenis Citra
Menurut Frank Jefkins yang diahlibahasakan oleh Haris Munandar ada lima
jenis citra dalam bidang pekerjaan humas, yaitu:
1. Citra Cermin/ Bayangan
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi, biasanya
adalah pimpinannya. Mengenai anggapan pihak luar trhadap organisasinya.
Dalam kalimat ini citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang-orang
dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Melalui penelitian
yang mendalam akan segera terungakp bahwa citra bayangan itu hampir
selalu tidak tepat atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
repository.unisba.ac.id
52
Citra ini sering tidaklah tepat bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari
tidak memadainya informasi, pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki oleh
kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak- pihak luar.
Citra ini cenderung positif bahkan terlalu positif, karena kita biasa membeyangkan
hal yang serba mengenai diri sendiri sehingga kita pun percaya bahkan orang lain
memiliki pandangan yang tidak kalah hebat dengan diri kita. Tentu saja anggapan itu
tidak pada tempatnya. Akan tetapi hal ini merupakan kecenderungan yang wajar yang
hampir semua orang menyukai fantasi.
2. Citra yang berlaku
Suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihk-pihak luar mengenai suatu
organissi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku
tidak selamanya bahkan jarang sesuai dengan kenyataan karena semata-mata
terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang biasanya
tidak memadai. Biasanya pula citra itu cenderung negatif.
Citra ini tidak selalu menyenangkan (favorable) melainkan harus benar dan
didasarkan pada informasi yang actual mengenai sebuah lembaga atau organisasi.
Tugas penanggung jawab humas disini adalah memastikan sampainya informasi yang
lengkap dan akurat mengenai organisasi kepada public agar terbentuk citra yang
benar.
3. Citra Harapan
Citra harapan adalah citra perusahaan yang oleh pimpinan perusahaan
diharapkan timbul dibenak public setelah perusahaan melakukan usaha-usaha
tertentu.
4. Citra Perusahaan
Apa yang dimaksud dengan citra perusahan (ada pula yang menyebutkan
sebagai citra lembaga) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan,
repository.unisba.ac.id
53
jadi bukan citra atau produk dan layanannya. Citra perusahaan ni terbentuk
oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu
perusahaan antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang.
Keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya, keberhasilan ekspor,
hubungan industri yang baik, repurtasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam
jumlah yang benar, dan sebagainya.
5. Citra Multiple atau Majemuk
Citra Multiple adalah citra perusahaan yang timbul dalam berbagai variasi
sebagai akibat dari banyak individu, cabang, dan perwakilan lainnya pada
sebuah perusahaan. (Jefkins, dalam Munandar 1995:19)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah citra multiple adalah
penyeragaman cara kerja serta penggunan jenis, desain, dan warna yang sama pada
pakaian kerja, bangunan perusahan, kendaraan kerja dan perlengkapan lainnya.
Dari beberapa jenis citra dan cara proses pencapaian citra diatas, harus
menjadi bahas pertimbangan tugas dari seorang PRO, sehingga citra public terhadap
perusahaan tertentu adalah baik. Agar perusahaan/ organisasi kita memperoleh citra
yang baik untuk menunjang tercapainya tujuan. Dimana citra tersebut jika diperinci
adalah untuk menciptakan, (Anggoro, 2001:58) :
1. Public Understanding (pengertian publik).
Pengertian belum berarti persetujuan/ penerimaan, persetujuan belum berarti
penerimaan. Dalam hal ini public memahami produk/ jasanya, aktivitasaktivitasnya, reputasinya, perilaku manajemennya, dan sebagainya.
Berusaha untuk memberikan pengertian dan pemahaman pada orang bukan
hal yang mudah, semua harus berdasarkan bagaimana kita menggunakan kata-kata
yang harus disesuaikan dengan siapa kita bicara/ pada siapa pesan itu disampaikan
(sasaran), dan melalui media apa pesan itu kita sampaikan. Sekecil apapun pesan
yang ingin disampaikan, hal tersebut tetap harus diperhatikan. Pada intinya kegiatan
repository.unisba.ac.id
54
PR
berkenaan
dengan
kegiatan
penciptaan
pemahaman/pengertian
melalui
pengetahuan. Pemahaman/ pengertian yang tercipta diantara public dengan
perusahaan dapat membuat citra suatu perusahaan semakin membaik.
Selanjutnya menurut Anggoro (2001; 69), mengatakan bahwa citra yang ideal
adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berkenaan dengan pengalaman,
pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa dalam membntuk citra positif
perusahaan seorang PR harus bisa memberikan pemahaman/ pengertian yang
berkenaan dengan pengetahuan, pengalaman yang tepat pada siapa publiknya/
sasarannya, dan menggunakan media apa untuk menyampaikan pesan atau informasi
tersebut.
2. Public Confidence (adanya kepercayaan public terhadap organisasi kita).
Public percaya baha hal-hal yang berkaitan dengan organisasi adalah benar
adanya apakah itu dalam hal kualitas produk atau jasanya, aktivitasaktivitasnya yang posotif, reputasinya baik, perilaku manajemennya dapat
diandalakan, dan sebagainya.
3. Public Support (adanya unsur dukungan dari public terhadap organisasinya)
Dukungan tersebut baik dalam bentuk material/ membeli produk kita, maupun
spiritual yakni dalam bentuk pendapat/ pikiran untuk menunjang keberhasilan
perusahaan kita.
Hal yang harus selalu diingat adalah bahwa perusahaan tidak tumbuh dengan
sendirinya, dibutuhkan dukungan dari masyarakat agar keberadaan perusahaan dapat
berjalan dengan baik, dengan demikian akan terbentuk pula citra yang baik mengenai
reputasi perusahaan. Pihak perusahaan bisa saja mengambil beberapa orang dari
warga setempat untuk dipekerjakan sesuai dengan kemampuannya, hal tersebut akan
repository.unisba.ac.id
55
menumbuhkan warga setempat merasa diakui keberadaannya. Demikian pula
sebaliknya, dengan adanya warga merasa diakui keberadaannya maka warga akan
mengakui keberadaan perusahaan yang berdiri di lingkungan dimana mereka tinggal.
Perusahaan yang memiliki citra mengenai reputasi yang baik, umumnya akan
menikmati beberapa hal yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
hubungan yang baik dengan pemuka masyarakat
hubungan yang positif dengan pemerintah setempat
resiko krisis yang lebih kecil
rasa kebanggaan dalam berorganisasi dan diantara khalayak
saling pengertian antara sasaran (internal dan eksternal)
meningkatkan kestiaan pada staf (Anggoro, 2001:67)
Seperti penjelasan public confidence diatas yakni menumbuhkan kepercayaan
dari publiknya, maka selanjutnya public support berusaha membina citra perusahaan
yang baik dan diharapkan adanya dukungan dari public kepada perusahaan, yang
selanjutnya pada tahap upaya kerja sama.
4. Public Cooperation (adanya kerjasama dari public terhadap organisasi kita)
Jika ketiga tahapan diatas dapat terlalui maka akan mempermudah adanya
kerjasama dari public yang berkepentingan terhadap organisasi kita guna
mencapai keuntungan dan kepuasan bersama.
Adanya kerja sama perusahaan dengan beberapa instansi lain atau public
lainnya, telah membuktikan bahwa perusahaan kita telah diakui oleh public eksternal.
Adanya kerja sama ini merupakan hasil dari keberhasilan tiga fase sebelumnya yakni
mencitakan publik mengerti, percaya/ yakin, dan menciptakan publik untuk
mendukung.
repository.unisba.ac.id
56
2.6
Citra Kepolisian
Tugas Polri menyatu dengan masyarakat, adalah hal yang wajar bila kinerja
Polri dievaluasi oleh masyarakat. Masalah penilaian penulis beranggapan bahwa
untuk menilai sesuatu harus Memiliki ukuran penilaian atau standar penilaian.
Ukuran penilaian inilah yang belum tentu dimiliki oleh masyarakat dalam menilai
baik buruknya perilaku aparat kepolisian, pada hal penilaian-penilaian seperti inilah
yang dapat mempengaruhi citra kepolisian. Oleh karena itu sikap disiplin, jujur, tegas
dan keteladanan menjadi syarat utama bagi Polri dalam membangun citranya.
Sebagai seorang warga Negara masyarakat memandang polisi sebagai mata
rantai utama yang menghubungkan masyarakat dengan penegak hukum. Tentu saja,
masyarakat tahu sedikit tentang pekerjaan para detektif, penyidik dengan yang
lainnya, namun masyarakat tidak sering melihat mereka, masyarakat juga jarang
melihat seorang Kepala Polisi. Orang-orang yang memakai lencana di jalan yakni
para polisi lalu lintas adalah polisi yang sering dilihat oleh setiap orang. Bagaimana
pun penampilan mereka, bagaimana pun tindakan mereka, mereka adalah tangan
hukum yang membentuk citra kepolisian. Masyarakat bisa mengatakan bahwa
mereka adalah tuan rumah resmi yang mencerminkan niat baik kota.
Di Indonesia konsep polisi yang humanis mulai disosialisasikan Mabes Polri.
Aparat polisi lalu lintas sebagai etalase Polri dijadikan contoh penjabaran konsep
paradigma baru Polri. Diharapkan melalui keberadaan aparat kepolisian di pos
terpadu (SPKT) dan lalu lintas (polantas) citra simpatik Polri terbangun. Saat ini Polri
tengah berupaya mengubah citra petugas polantas di jalanan dari citra sebagai
repository.unisba.ac.id
57
pengganggu menjadi pelayan dan sahabat pengguna jalan, dengan melakukan
tindakan simpatik.
Jadi, tangan hukum lalu lintas adalah orang yang dilihat oleh publik.
Masyarakat melihat polisi lalu lintas beraksi di tengah kota, di dalam mobil-mobil
polisi, mengontrol lalu lintas disetiap wilayah. Karena itu hal penting yang harus
masyarakat ingat adalah polisi harus berpenampilan baik dan tindakan terbaik yang
harus polisi tunjukan setiap saat. Ini akan sangat membantu menggambarkan citra
polisi itu sendiri. Ini akan membantu menggambarkan citra polisi sebagai orang yang
menghargai dan menghormati diri polisi sendiri dan tugas polisi dan tentunya akan
memicu respon yang sama dari masyarakat terhadap polisi
Penulis berpendapat, bagi masyarakat yang membedakan mereka dengan
polisi hanyalah status dan seragamnya, meskipun tidak semua perilaku aparat
kepolisian menimbulkan dampak yang negatif tetapi masyarakat menilai itu adalah
perilaku polisi karena masyarakat pada umumnya tidak melihat siapa yang ada di
balik seragam itu tetapi apa yang mereka perbuat ketika menggunakan seragam
polisi.
repository.unisba.ac.id
Download