BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis
1. Piutang
a.
Pengertian Piutang
Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah
ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan
penjualan kredit. Penjualan kredit akan menimbulkan piutang.
Piutang secara umum merupakan tagihan yang timbul atas
penjualan
barang
atau
jasa
secara
kredit.
Menurut
Wild,
Subramanyam, Halsey (2005:260) “Piutang (receivable) merupakan
nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau
dari pemberian pinjaman uang.”
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:260) “Istilah piutang
(receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak
lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.”
Jadi secara umum piutang timbul akibat adanya penjualan
barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul dengan
adanya pemberian pinjaman uang kepada individu, perusahaan, atau
organisasi atau transaksi-transaksi lainnya yang menciptakan suatu
hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang
Universitas Sumatera Utara
terhutang. Piutang dicatat pada neraca dengan mendebet akun piutang
usaha (account receivable) dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
b.
Klasifikasi Piutang
Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan
sebagai lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang).
Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam
satu tahun selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih
panjang. Semua piutang lain digolongkan sebagai piutang tidak
lancar. Selanjutnya piutang diklasifikasikan dalam neraca sebagai
piutang dagang dan piutang non dagang.
(1) Piutang Dagang (Trade Receivable)
Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh
pelanggan untuk barang atau jasa yang telah diberikan sebagai
bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang di
subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih.
(a) Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk
membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha
biasanya dapat ditagih dalam 30 sampai 60 hari.
Universitas Sumatera Utara
Pengakuan Piutang Usaha
Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang
harus diakui adalah harga pertukaran di antara kedua belah
pihak. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:348)
“Harga pertukaran (the exchange price) adalah jumlah yang
terutang dari debitor (seorang pelanggan atau peminjam)
dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen
bisnis, biasanya berupa faktur.” Dua faktor yang bisa
memperumit
pengukuran
harga
pertukaran
adalah
ketersediaan diskon dan lamanya waktu antara tanggal
penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (unsur
bunga).
Dalam
melakukan penjualan kredit,
perusahaan
biasanya memberikan diskon penjualan ataupun diskon
dagang. Diskon
dagang biasanya dinyatakan dalam
persentase, sedangkan diskon penjualan dinyatakan dalam
bentuk istilah 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam
10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari). Untuk
mencatat penjualan dan piutang usaha dilakukan dengan
dua cara:
1. Metode kotor
Pencatatan dengan metode kotor adalah dengan
mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan.
Apabila debitur ternyata mengambil potongan maka
akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan.
2. Metode bersih
Pencatatan dengan menggunakan metode bersih
adalah dengan mengakui jumlah piutang setelah
dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata debitur
tidak
memanfaatkan
potongan,
maka
akan
mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas
piutang. Kelebihan pembayaran ini diakui sebagai
penghasilan lain-lain.
Penilaian Piutang Usaha
Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Jumlah
piutang yang dinilai dan dilaporkan pada neraca
hendaknya
diperkirakan
menunjukkan
akan
diterima
jumlah
dalam
bersih
bentuk
yang
kas.
Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value)
memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih
maupun retur dan potongan penjualan.
1. Piutang usaha yang tak tertagih
Penjualan atas dasar selain penjualan tunai
beresiko menimbulkan kegagalan untuk menagih
Universitas Sumatera Utara
piutang. Kerugian pendapatan dan penurunan laba
diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu
(beban piutang tak tertagih).
Ada tiga cara untuk menaksir besarnya
cadangan penghapusan piutang:
a. Menggunakan analisis umur piutang (aging
schedule)
b. Taksiran dari saldo akhir piutang dalam neraca
c. Taksiran dari jumlah selama satu periode
Prosedur pencatatan piutang tak tertagih ada
dua, yaitu:
a. Metode penghapusan langsung
Metode penghapusan langsung mencatat piutang
ragu-ragu ketika debitur sudah tidak mungkin
lagi membayar utangnya.
b. Metode penyisihan
Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan
piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit
atau dari total piutang yang beredar.
2. Retur dan Potongan Penjualan
Barang yang telah dijual mungkin akan
dikembalikan
oleh
pembeli
kepada
penjual.
Disamping itu, karena kerusakan barang atau sebab
Universitas Sumatera Utara
lainnya, penjual bisa mengurangi harga jual semula
(potongan penjualan). Dalam pencatatannya penjual
mendebit akun retur dan potongan penjualan dan
mengkredit akun piutang usaha.
(b) Wesel Tagih (Note Receivable)
Menurut Warren Reeve Fess (2005:392) “Wesel
tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi
pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang
formal.” Wesel tagih dapat berasal dari penjualan,
pembiayaan, atau transaksi lainnya.
Wesel tagih dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu:
(1) Wesel tagih berbunga (interest bearing note)
Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian
untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan
ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat
khusus.
(2) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note)
Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan
persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban
bunga. Jadi, nilai sekarang merupakan selisih antara
jumlah nominal dan bunga yang dimasukkan dalam
Universitas Sumatera Utara
wesel tersebut yang kadang-kadang disebut bunga
implisit atau bunga efektif.
(2) Piutang Nondagang (Nontrade Receivable)
Sejumlah contoh piutang nondagang dari berbagai
transaksi.
(a) Uang muka kepada karyawan staf.
(b) Uang muka kepada anak perusahaan.
(c) Piutang deviden dan bunga.
(d) Dan sebagainya
2. Manajemen Piutang
a. Kebijakan penjualan kredit
Gitosudarmo dan Basri (2002) mengatakan bahwa piutang
adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat
dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.
Kebijakan
penjualan
kredit
dapat
menimbulkan
keuntungan-keuntungan dalam bentuk:
(1) Kenaikan hasil penjualan.
(2) Kenaikan laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari
kenaikan dalam hasil penjualan akan dapat
menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.
(3) Memenangkan persaingan. Dalam dunia bisnis saat
ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan
politik penjualan kredit ini. Oleh karena itu untuk
menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka
haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut,
apabila tidak ingin merosot dalam posisi persaingan di
pasar. Kebiajakan penjualan kredit yang agresif akan
dapat merangsang minat calon konsumen akan
dimungkinkan untuk memakai dn menikmati
kegunaan barang yang dibelinya tanpa harus
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan uang yang besar pada saat membeli;
sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga
dengan membayarnya nanti di kemudian hari.
Kebijakan penjualan kredit terdiri dari empat variabel,yaitu:
(1) Periode kredit, yaitu jangka waktu yang diberikan kepada pembeli
untuk membayar pembelian mereka.
(2) Standar kredit, yang mengacu pada kemampuan keuangan dari
para pelanggan yang dapat diterima.
(3) Kebijakan penagihan, yang diukur dengan keketatan atau
kelonggaran yang diberikan perusahaan dalam menagih piutang
yang lamban pembayarannya.
(4) Diskon atau potongan yang diberikan untuk pembayaran yang
lebih cepat, termasuk persentase diskon dan seberapa cepat
pembayaran harus dilakukan agar mendapat diskon tersebut.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
(1) Volume penjualan kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit maka akan semakin besar
jumlah piutang.
(2) Syarat pembayaran bagi penjualan kredit
Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit maka akan
semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
(3) Ketentuan batas volume pejualan kredit
Ketentuan batas maksimal volume penjualan kredit dalam
jumlah yang relatif besar maka jumlah piutang juga semakin
besar.
(4) Kebiasaan membayar para pelanggan kredit
Kebiasaan pelanggan yang suka membayar jumlah yang terutang
atas penjualan kredit
mundur dari waktu
yang
sudah
dipersyaratkan menyebabkan jumlah piutang relatif besar.
(5) Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan
Apabila kegiatan penagihan piutang dilakukan secara aktif dan
pelanggan melunasinya maka jumlah piutang akan relatif kecil.
c. Kegiatan manajemen piutang
Kegiatan manajemen piutang meliputi kegiatan:
(1) Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Persyaratan pembayaran yang ditawarkan perusahaan.
(b) Kebiasaan para pelanggan membayar utangnya.
(c) Piutang ragu-ragu yang diestimasikan oleh pihakperusahaan.
(2) Pengendalian piutang
Hal-hal yang perlu dilaksanakan dalam pengendalian
piutang:
Universitas Sumatera Utara
(a) Penyaringan pelanggan
Faktor-
faktor
yang
perlu
diperhatikan
dalam
penyaringan pelanggan:
•
Adanya kesanggupan secara jujur untuk membayar kredit
yang telah diterima oleh pelanggan.
•
Adanya kemampuan pelanggan yang diukur secara
subyektif oleh pihak perusahaan.
•
Adanya ikatan atau jaminan untuk keamanan dari resiko
kredit.
(b) Penentuan resiko kredit
Langkah-langkah dalam penentuan resiko kredit:
•
Penentuan batas tertinggi resiko kredit yang didasarkan
pada pengalaman tahun-tahun lalu yang pernah terjadi.
•
Mengadakan klasifikasi dari pelanggan.
Misalnya:
- Golongan resiko kredit di bawah 4,75%
- Golongan resiko kredit pada 4,75%
- Golongan resiko di atas 4,75%
Universitas Sumatera Utara
Pelanggan %
100
III
5
4,75
II
I
2005
Gambar 2.1
Golongan resiko kredit
Sumber: Gitosudarmo dan Basri, Manajemen Keuangan,
Edisi 4, 2002, hal 89.
Keterangan :
I
•
: Golongan resiko kredit di bawah
4,75%
II : Golongan resiko kredit pada
4,75%
III : Golongan resiko kredit di atas
4,75%
Seleksi para pelanggan tetap.
Berdasarkan klasfikasi di atas, maka bagi pelanggan tetap
dapat ditempuh kebijaksanaan adalah tidak memberi
kredit baru pada golongan resiko kredit di atas 4,75% dan
dapat memberi kredit baru lagi pada golongan resiko yang
sama atau di atas 4,75%.
Universitas Sumatera Utara
(c) Penentuan potongan-potongan
Perusahaan dapat memberikan potongan-potongan tunai
bagi pelanggan yang membayar pada batas waktu tertentu
yang ditetapkan. Kebijakan ini ditempuh untuk merangsang
pelanggan agar membayar pada waktu yang ditetapkan.
Tabel 2.1
Efek Kebijakan Kenaikan Cash Discount
Perubahan
Naik (N)
Turun (T)
Item
Efek terhadap
profit
Positif (+)
Negatif (-)
Volume penjualan
N
Periode pengumpulan
piutang
T
Biaya piutang ragu-ragu
T
Sumber: http://chandrakirana.wimamadiun.com
+
(d) Pelaksanaan
dengan
administrasi
yang
berhubungan
+
+
penarikan kredit.
Sebab umum dari lambatnya penarikan piutang adalah
karena kelalaian dalam penyerahan faktur kepada pelanggan
dan tertundanya pengiriman pemberitahuan, atau bahkan tidak
dikerjakan sama sekali. Padahal surat pemberitahuan tersebut
menjamin bahwa rekening yang ada dalam buku milik
perusahaan dan pelanggan selalu sesuai satu dengan yang lain
serta dapat mendesak pelanggan agar membayar utangnya.
Universitas Sumatera Utara
(e) Penetapan ketentuan dalam menghadapi penunggak
Ketentuan-ketentuan dapat berupa:
•
Penyampaian surat tagihan kepada pelanggan.
•
Kegiatan penagihan piutang secara aktif.
•
Penarikan jaminan atau ikatan baik berupa benda atau
surat penting untuk mempercepat pelunasan kredit.
(3) Penggunaan rasio
Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran
piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahaan
tertentu dengan perusahaan lain sejenis.
3. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:407) “Perputaran piutang
mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam
setahun.”
Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih
Piutang rata-rata
Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit
karena penjualan
kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan
keuangan jarang mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara
terpisah, rasio ini sering kali harus dihitung dengan menggunakan angka
penjualan bersih (yaitu, dengan mengasumsikan bahwa penjualan kas
tidak signifikan). Piutang rata-rata dihitung dengan menambahkan saldo
Universitas Sumatera Utara
awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya
dengan dua.
Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik
karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin
rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh
hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan
perputaran piutang dari tahun ke tahun atau perbedaan perputaran piutang
antarperusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian
kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang.
4. Return on Asset (ROA)
Menurut Jumingan (2006:141), ”Ratio operating income dengan
operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal
dalam aktiva tanpa mengindahkan dari sumber mana modal tersebut
berasal (keseluruhan modal).” ROA dapat dijadikan sebagai indikator
untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang
optimal dilihat dari posisi total aktivanya. ROA menunjukkan keefisienan
perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba
dalam kegiatan operasinya. ROA dapat dihitung dengan membagikan
laba bersih dengan total aktiva.
Laba Bersih
ROA =
Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara
ROA
merupakan
bagian
dari
rasio
profitabilitas
dalam
menganalisis laporan keuangan laporan kinerja keuangan perusahaan.
Rasio ini dapat memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas
perusahaan
karena
menunjukkan
efektivitas
manajemen
dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:63), “aktiva (asset) adalah
sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya
ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis”.
Contoh aktiva adalah kas, piutang, perlengkapan, beban dibayar dimuka,
bangunan, peralatan tanah, dan hak paten. Aktiva disajikan di neraca
keuangan dan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Aktiva lancar
b. Aktiva tetap
c. Aktiva tidak berwujud
d. Aktiva lain-lain
ROA dapat dipisahkan menjadi komponen yang memiliki makna
relatif terhadap penjualan. Penjualan merupakan kriteria penting untuk
menilai profitabilitas perusahaan dan merupakan indikator utama atas
aktivitas perusahaan. Pemisahan komponen ROA adalah sebagai berikut.
Pengembalian atas aktiva = Margin laba x Perputaran aktiva
Laba Bersih
x
=
Total Aktiva
Penjualan
Laba Bersih
Penjualan
Aktiva
Universitas Sumatera Utara
Hubungan laba dengan penjualan disebut margin laba (profit
margin) dan mengukur profitabilitas perusahaan relatif terhadap
penjualan. Hubungan antara aktiva dengan penjualan disebut perputaran
aktiva (asset turnover) dan mengukur efektivitas perusahaan untuk
menghasilkan penjualan dengan menggunakan aktivanya.
Hubungan antara Margin Laba dan Perputaran Aktiva
Terdapat berbagai kombinasi margin laba dan perputaran aktiva
yang akan menghasilkan ROA. Hal ini dapat memberikan pemahaman
dalam menilai tindakan strategis perusahaan untuk meningkatkan ROA
yang dapat ditunjukkan dari analisis ROA pada dua industri yang
berbeda.
PT X
PT Y
Penjualan
Rp. 100.000
Rp. 2.000.000
Laba bersih
Rp.
Rp.
Aktiva
Rp.1.000.000
Rp.1.000.000
Margin laba
10%
0,5%
Perputaran aktiva
0,1
2,0
ROA
1%
1%
10.000
10.000
ROA kedua perusahaan terlihat buruk. Namun tindakan koreksi
dari tiap perusahaan berbeda. PT X memiliki margin laba 10% sementara
margin laba PT Y lebih rendah. Sebaliknya, satu dolar yang
diinvestasikan dalam aktiva PT X akan menghasilkan penjualan sebesar
$0,1 sementara PT Y menghasilkan penjualan sebesar $2 untuk setiap $1
yang diinvestasikan. Diharapkan PT X dapat meningkatkan kinerjanya
Universitas Sumatera Utara
terutama dalam meningkatkan perputaran aktiva dengan meningkatkan
penjualan dan mengurangi investasi.
PT Y mengahadapi masalah yang berbeda. Berdasarkan data yang
ada PT Y diharapkan dapat memberikan upaya dalam meningkatkan
margin laba yang rendah. Perusahaan dengan margin laba yang rendah
sering kali menemukan bahwa perubahan selera dan teknologi yang
membutuhkan penambahan investasi pada aktiva untuk mendanai
penjualan.
Ini menunjukkan bahwa untuk
meningkatkan ROA,
perusahaan harus meningkatkan margin laba, karena jika tidak, maka
produksinya tidak lagi menghasilkan uang.
Margin laba dan perputaran aktiva saling terkait satu sama lain.
Secara khusus, jika jumlah beban tetap cukup tinggi, perputaran aktiva
yang lebih tinggi meningkatkan margin laba. Hal ini disebabkan oleh
jarak aktivitas tertentu, proporsi peningkatan biaya lebih kecil dari
penjualan.
5. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, dapat dilihat dari rasio return on asset (ROA). ROA yang tinggi
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba.
Rumus ROA adalah membagikan laba bersih dengan total aktiva. Dilihat
dari perhitungan ROA yang melibatkan total aktiva, maka piutang juga
berpengaruh terhadap ROA.
Universitas Sumatera Utara
Piutang merupakan salah satu elemen dalam modal kerja. Dengan
kondisi tersebut, maka keadaannya selalu berputar. Dalam arti piutang
akan tertagih pada suatu waktu tertentu dan kemudian akan muncul lagi
akibat penjualan kredit dan begitu seterusnya. Piutang tetap muncul
selama perusahaan tetap melakukan kegiatan operasinya.
Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi
kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan
return on asset yang baik.
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Variabel
yang
digunakan
Hasil Penelitian
Seprina
Ruleta
Sitanggang
(2008)
Pengaruh
Perputaran
Piutang terhadap
Profitabilitas pada
PT Gresik Cipta
Sejahtera cabang
Medan
Perputaran
piutang dan
profitabilitas
(ROA)
Tidak ada pengaruh
yang signifikan antara
tingkat perputaran
piutang dengann
profitabilitas (ROA)
J. Melda D.
Simamora
(2007)
Pengaruh
Perputaran
Piutang terhadap
Likuiditas pada
PT Pertani
(Persero) Wilayah
Sumatera Bagian
Utara
Perputaran
piutang dan
likuiditas
Perputaran piutang
mempunyai pengaruh
yang positif dan
signifikan (kuat)
terhadap likuiditas
Universitas Sumatera Utara
Martinus KD
(2006)
Analisis
Efektivitas
Pengelolaan
Piutang atas
Penjualan Kredit
dan Pengaruhnya
terhadap
Profitabilitas pada
PT Akarin cabang
Medan
Piutang dan
profitabilitas
Piutang mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
profitabilitas.
Eka Priliya
(2006)
Pengaruh Piutang
terhadap
Rentabilitas pada
PT Ultrajaya Milk
Industry dan
Trading Company
Tbk
Pengaruh Modal
Kerja terhadap
Profotabilitas
pada Perusahaan
Sektor Industri
Makanan dan
Minuman yang
Terdaftar di BEI
Piutang dan
rentabilitas
Piutang berpengaruh
positif, searah, dan
sangat kuat terhadap
profitabilitas.
Modal kerja
dan
Profitabilitas
(Gross
operating
income
ratio)
Secara simultan:
financial debt ratio,
fixed financial asets,
ratio dan number of
days accounts
receivable
mempunyai hubungan
linier yang signifikan
terhadap gross
operating income.
Dr. Hadori
Yunus, Ak
(2005)
Secara parsial:
-Financial debt ratio
secara parsial
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap gross
operating income.
-Fixed financial assets
secara parsial
mempunyai pangaruh
yang signifikan
tehadap gross
Universitas Sumatera Utara
operating income.
-Number of days
accounts receivable
secara parsial
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap gross
operating income.
-Sales growth ratio
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
gross operating
income.
-Number of days
inventories tidak
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap profitabilitas
perusahaan (gross
operating income).
-Number of days
accounts payable
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
profitabilitas
perusahaan (gross
operating income).
-Cash conversion
cycle tidak
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap perusahaan
(gross operating
income).
Sumber: Penulis, 2009
Universitas Sumatera Utara
B.
Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
X
Perputaran Piutang
-
penjualan kredit
bersih
-
piutang rata-rata
Y
ROA
- laba
bersih
-
total
aktiva
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Sumber: Penulis, 2009
Keterangan:
Variabel X : Perputaran piutang
Variabel Y : ROA
Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha
berubah menjadi kas dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran
piutang maka modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang
akan semakin rendah sedangkan laba akan semakin tinggi.
ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas perusahaan. Artinya, ROA dapat dijadikan
sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.
Universitas Sumatera Utara
Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi
kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan
return on asset yang baik.
2.
Hipotesis
Hipotesis
adalah
jawaban
sementara
yang
harus
diuji
kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat
mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis pada penelitian ini
adalah:
H1 : Ada pengaruh positif perputaran piutang terhadap ROA.
Universitas Sumatera Utara
Download