BAB I - Blog UB

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berbeda dengan meteorologi, yang berfokus pada sistem cuaca jangka
pendek yang berlangsung hingga beberapa minggu, Klimatologi mempelajari
frekuensi dan kecenderungan sistem tersebut. Ini mempelajari periodisitas
peristiwa cuaca selama bertahun-tahun untuk milenium, serta perubahan
dalam jangka panjang pola cuaca rata-rata, dalam hubungannya dengan
kondisi atmosfer. Klimatologi mempertimbangkan masa lalu dan masa depan
dapat membantu memprediksi perubahan iklim.
Pada tanggal 26 November 2011 dan 27 November 2011 dilakukan
praktikum lapang di kebun percobaan Ngijo, Malang. Didalam praktikum
dilakukan beberapa percobaan yang menitik beratkan hubungan unsur iklim
yang dipelajari dalam klimatologi dalam bidang pertanian.
Suhu erat hubungannya dengan pertanian. Setiap tanaman yang ditanam
mengunakan cahaya matahari untuk beberapa proses kimia dalam tumbuhan.
Cahaya matahari menjadi energy panas yang paling besar. Pada setiap
tanaman membutuhkan konsentrasi suhu tertentu untuk tumbuh optimum.
Dalam pertanian klimatologi menitik beratkan hubungan faktor abiotik
termasuk suhu, kelembaban, angin, dan lain-lain pada tumbuhan budidaya.
Kebun Ngijo merupakan daerah yang berada pada dataran tinggi yang penuh
dengan tanaman hortikultura seperti tomat, jagung, dan lain-lain. Kondisi
kebun Ngijo dari asfek klimatoogi sangat cocok untuk tanaman-tanaman
budidaya.
Sistem pertanian dikebun Ngijo tidak menerapkan pertanian yang
monokutur. Sehingga ada beberapa tanaman yang diterapkan dalam potret
hutan. Artinya, dikebun Ngijo dapat diemukan tanaman dari tanaman yang
tinggi hingga rendah (ternaungi dan tidak ternaungi).
1
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui hubungan suhu dalam pertanian.
2. Mengetahui hubungan kelembaban udara dalam pertanian
1.3 MANFAAT
Setelah dilakukan praktikum diharapkan dalam ilmu pertanian dapat
memperhatikan keaadaan lingkungan demi dipeolehnya hasil yang maksimal.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
SUHU
2.1.1 Definisi Suhu
a. Suhu adalah ukuran dari energy kinetic yng dihasilkan karena adanya
aktivitas pergerakan molekul yang dikandung oleh suatu benda yang
biasanya dinyatakan dalam satuan oC/oF/oK. (Arifin, 2003)
b. Suhu adalah panas atau dingin yang dapat dirasakan indera peraba.
(Flohn,1969)
c. Suhu menunjukkan derajat panas benda.(Bayong, 2004)
2.1.2 Macam-macam Termometer dan Kegunaan
a. Termometer laboratorium
Termometer ini biasanya ditemukan di laboratorium sekolah.
b. Termometer klinis
Biasanya diperlukan sebagai keperluan pengobatan. Perawat atau
dokter dapat menunjukkan suhu badan pasien dalam waktu yang
agak lama.
c. Termometer ruang
Fungsi dari thermometer ruang adalah untuk mengukur suhu
ruangan. Oleh karena itu, 3hermometer ini sering kita lihat
dipasang pada dinding ruangan.
3
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu
a. Faktor Energi
Dalam proses perubahan suhu, energy merupakan komponen yang
diperlukan untuk meningkatkan aktivitas molekul-molekul di
dalam tanah. Semakin banyak energy yang tersedia, maka molekulmolekul di dalam tanah semakin aktif. Terjadinya peningkatan
aktifitas molekul tersebut, maka muncul energy kinetic dan energy
kinetic inilah yang menentukan tinggi rendahnya suhu di dalam
tanah. Energy itu sendiri dapat berasal dari matahari maupun
energy fisik yang lain seperti pukulan, gesekan maupun dari
pembakaran.
b. Faktor Permukaan
1. Tekstur, struktur dan porositas tanah, yaitu tanah yang porus
umumnya fluktuasi suhu relative lebih besar dibandingkan
tanah yang porositasnya rendah.
2. Warna tanah, berpengaruh terhadap kemampuan menyerap dan
memantulkan, apabila permukaan tanah berwarna gelap atau
hitam, maka bagian energy matahari yang diterima dan diserap
lebih banyak, sehingga suhu tanah dapat semakin meningkat
dan sebaliknya.
3. Kandungan bahan organic tanah yang tinggi berfungsi untuk
merubah warna tanah menjadi lebih gelap, sehingga daya serap
energy lebih tinggi dan mempunyai daya simpan air juga lebih
tinggi.
4. Kemiringan
tanah
berhubungan
dengan
sudut
dating
penerimaan energy matahari, sudut dating radiasi tinggi maka
jumlah energy yang diterima semakin banyak, sehingga suhu
tanahnya meningkat.
4
c. Faktor Lingkungan
1. Kandungan air di dalam tanah, mempengaruhi peningkatan
suhu tanah. Apabila kandungan uap air di dalam tanah banyak
maka energy matahari yang diserap oleh tanah sebagian besar
digunakan untuk menguapkan air, sehingga bagian yang
disimpan oleh tanah menjadi berkurang, akibatnya suhu tanah
menjadi lebih rendah.
2. Kelembapan udara, berpengaruh terhadap perubahan suhu,
karena
kelembapan
udara
adalah
menyatakan
situasi
kandungan uap air di udara. Kelembapan udara tinggi berarti
kandungan uap air di udara banyak. Uap air merupakan
penyimpan panas, hal ini dikarenakan dalam proses evaporasi
untuk menguapkan air memerlukan energy yang cukup tinggi.
Banyaknya uap air di udara menandakan proses evaporasi dari
permukaan cukup besar. Apabila kelembapan udara tinggi
berarti uap air di udara banyak, sehingga energy matahari yang
diterima permukaan lebih banyak digunakan untuk evaporasi,
akibatnya
energy
yang
semestinya
untuk
mendukung
peningkatan suhu menjadi berkurang, sehingga suhu udara
menjadi turun
3. Pergerakan udara (Angin), mempunyai pengaruh yang tidak
menentu dan sangat terganutng masa udara yang dibawa oleh
angina tersebut. Apabila angina membawa masa udara basah,
maka permukaan yang melewati massa udara tersebut suhu
menjadi turun, tetapi sebaliknya jika massa udara tersebut
membawa masa udara panas, maka suhu udara yang dilalui
akan meningkat. Proses tersebut terjadi disebabkan karena
angin pada prinsip berperan memindahkan udara dari suatu
tempat ke tempat lain dan menggangu keseimbangan suhu
permukaan dan suhu udara sekitarnya. (Ariffin, 2003)
5
2.2 Kelembapan
2.2.1
Definisi Kelembapan
a. Kelembaban udara adalah campuran dari udara kering dan uap air.
(Bayong, 2004)
b. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara.(Griffiths, 1966)
c. Kelembapan udara adalah kandungan uap air di atmosfer dalam
kurun waktu tertentu. (Arifin, 2003)
2.2.2
Macam-Macam Higrometer Dan Kegunaan
a. Higrometer rambut adalah sebuah alat pengukur kelembapan udara
dengan satuan persen yang menggunakan prinsip muai panjang
rambut dimana rambut akan memanjang ketika kelembapan udara
bertambah.(Sellers, 1951)
2.2.3
Faktor-Faktor Mempengaruhi Kelembapan
a. Suhu, semakin rendah suhu udara, maka kelembaban akan semakin
tinggi.
b. Tekanan udara, semakin rendah tekanan udara, maka kelembaban
udara semakin tinggi.
c. Sinar matahari, jika sinar matahari yang diterima suatu daerah
rendah menyebabkan kelembaban daerah tersebut tinggi.
2.3 Hukum Beer
2.3.1
Definisi Hukum Beer
Hukum beer mengemukakan bahwa penyerapan cahaya oleh suatu larutan
meningkat
secara
eksponensial
dengan
meningkatnya
konsentrasi
larutan.(Tebbut, 1992)
2.3.2
Kegunaaan dan Cara Kerja Luxmeter
Kegunaan untuk mengukur intensitas cahaya dengan satuan lux bath.
Cara penggunaan:
6
1. Mengkalibrasi alat sebelum digunakan yaitu skala 1.
2. Mengarahkan penerimaan cahaya alat pada datangnya cahaya yang
akan diukur dengan menentukan besarnya intensitas cahaya
bertahap dari 1x, 10x dan 100x.
3. Apabila skala rendah (1x) masing mengukur skala 1 maka
tingkatkan yang lebih tinggi yaitu 10x dan apabila masih 1
diteruskan pada yang lebih tinggi yaitu 100x.
4. Melihat angka yang ditunjukkan alat yaitu dapat dari angka yang
sering muncul atau kisarannya.
(Anonymous, 2011)
2.3.3
Faktor yang Mempengaruhi
1. Panjang hari dan sudut datang, radiasi matahari yang diterima
permukaan bumi pada siang hari lebih besar daripada sore hari.
2. Jarak antara matahari dan bumi, saat bumi berada di titik terjauh
dari matahari (titik aphelion) maka radiasi matahari yang diterima
bumi rendah.
7
BAB III
METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum dilakukan Kecamatan Karangploso (Ngijo, Ketangi), pada tanggal
26 November 2011 dan 27 November 2011 pada jam 06.00, 12.00, 16.00
3.2 ALAT DAN BAHAN
 Thermometer
 Luxmeter
 Thermohigrograf
 Pipa Paralon
 Benang
 Bambu
3.3 CARA KERJA
Pos 1 Suhu Mikro Ternaungi :
Menyiapkan alat
Thermometer di pasang dan di ikatkan pada pipa paralon dengan ketinggian dari
permukaan tanah setinggi 10 cm, 20 cm, 50 cm, 100 cm, dan 200 cm dan di
letakkan di bawah pohon (ternaungi)
Di amati suhu yang di tunjukkan oleh thermometer
Di catat hasilnya
Di dokumentasikan
8
Post 2 Suhu Tanah Ternaungi :
Menyiapkan alat
Thermometer di taruh di dalam tanah dengan di selubungi pipa paralon
yang memiliki kedalaman 10 cm, 30 cm, 50 cm, 100 cm
Thermometer di taruh pada permukaan tanah yang ternaungi oleh tanaman
Nilam.
Di amati suhu yang di tunjukkan oleh thermometer
Di catat hasilnya
Di dokumentasikan
Post 3 Suhu Tanah Tidak Ternaungi :
Menyiapkan alat dan bahan
Thermometer di taruh di dalam tanah yang di selubungi oleh pipa paralon
Thermometer di taruh pada kedalaman 10 cm, 30 cm, 50 cm, 100 cm pada daerah
yang tidak ternaungi
Di amati suhu yang di tunjukkan oleh thermometer
Di catat hasilnya
Di dokumentasikan
Post 4 Suhu Mikro Tidak Ternaung
Menyiapkan alat
Thermometer di pasang dan di ikat pada pipa paralon dengan ketinggian
dari permukaan tanah setinggi 10 cm, 20 cm, 50 cm, 100 cm, 200 cm
Diamati suhunya yang di tunjukkan oleh thermometer
Di catat hasilnya dan dokumentasikan
9
Post 5 Kelembaban
Menyiapkan alat
Meletakkan sensor pada vegetasi yang ada
Di amati kelembaban yang di tunjukkan
Di catat hasil pengamatannya
Di dokumentasikan
Post 6 Intensitas Radiasi Matahari
Menyiapkan alat
Tekan tombol range A, bila muncul angka 1 tekan range B. Dan apabila
muncul angka 1, tekan range C
Di amati hasil yang di tunjukkan oleh luxmeter
Di catat hasilnya
Di dokumentasikan
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1
SUHU
4.1.1.1 SUHU MIKRO
4.1.1.1.1 SUHU MIKRO TERNAUNGI
4.1.1.1.2 SUHU MIKRO TAK TERNAUNGI
4.1.1.2 SUHU TANAH
4.1.1.2.1 SUHU TANAH TERNAUNGI
4.1.1.2.2 SUHU TANAH TAK TERNAUNGI
4.1.2
KELEMBABAN
4.1.3
LUXMETER
4.2.1
SUHU
4.2 GRAFIK
4.2.1.1 SUHU MIKRO (TERNAUNGI DAN TAK TERNAUNGI)
4.2.1.2 SUHU TANAH (TERNAUNGI DAN TAK TERNAUNGI)
4.2.2
KELEMBABAN
4.2.3
LUXMETER
4.3 PEMBAHASAN
4.3.1
SUHU
4.3.1.1 SUHU MIKRO
11
a. Analisa Hasil pada Hari Sabtu, antara Termometer Suhu Mikro Ternaungi dan
tak Ternaungi, Disertai Perbandingan Literatur
b. Analisa Hasil pada Hari Minggu, antara Termometer Suhu Mikro Ternaungi
dan tak Ternaungi, Disertai Perbandingan Literatur
4.3.1.2 SUHU TANAH
a. Analisa Hasil pada Hari Sabtu, antara Termometer Suhu Tanah Ternaungi dan
tak Ternaungi, Disertai Perbandingan Literatur
Pengamatan suhu tanah yang dilaksanakan di desa Ngijo diukur pada hari
Sabtu 26 November 2011 dan Minggu 27 November 2011 dengan kedalaman
pengukuran 10, 30, 50 dan 100 cm. Hasil yang diperoleh pada pengamatan hari
Sabtu dan waktu pengukuran pada pukul 06.00 wib, 12.00 wib, dan 16.00 wib
mengalami peningkatan pada kedalaman 10 cm. Hal yang sebaliknya terjadi pada
hari sberikutnya suhu pada pagi hari dan siang cukup tinggi tetapi pada siang hari
terjadi penurunan suhu tanah. Hari Sabtu pada kedalaman 30 cm terjadi
peningkatan suhu tanah pada pagi menuju ke siang namun pada pengamatan pukul
16.00 wib terjadi penurunan suhu tanah. Hal serupa juga terjadi pada hari minggu,
pagi hari suhu tanah pada kedalaman 30 cm cukup rendah dengan nilai 25º C pada
siang hari terjadi peningkatan yang cukup drastis sebesar 2º C dan pada sore hari
terjadi penurunan kembali ke nilai suhu di pagi hari yaitu sebesar 25º C.
Tidak terjadi perubahan suhu tanah ternaungi pada hari Sabtu dengan kedalaman
50 cm, namun terjadi fluktuasi suhu tanah ternaungi di hari selanjutnya. Kenaikan
suhu terjadi pada pukul
12.00 dan mengalami penurunan pada sore harinya
penurunan serta kenaikan suhu terjadi sebesar 1ºC. Suhu tanah ternaungi pada
kedalaman 100 cm di hari sabtu juga stagnan, tidak mengalami perubahan yaitu
sebesar 24º C. Data suhu tanah ternaungi pada kedalaman 100 cm yang diperoleh
pada hari minggu menunjukkan kenaikan yang sangat drastis dari suhu 23º C pada
pagi hari, 25º C pada siang hari dan sebesar 25,5º C.
12
Secara keseluruhan, suhu tanah ternaungi semakin rendah seiring dalamnya
pengukuran. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin menurunya grafik dari
kedalaman 10, 30, 50 dan 100 cm.
“Fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas
perakaran.
Apabila
suhu
tanah
naik
akan
berakibat
berkurangnya
kelengasan/kandungan air dalam tanah sehingga unsure hara sulit diserap
tanaman., sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin bertambahnya
kandungan aiar dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim terjadi
pengkristalan. Akibatnya aktivitas akar/respirasi semakin rendah mengakibatkan
translokasi dalam tubuh tanaman jadi lambat sehingga proses distribusi unsure
hara jadi lambat dan akhirnya pertumbuhan tanaman jadi lambat. Suhu tanah yang
tinggi respirasinya tinggi, CO2 dalam tanah tinggi sehinggga merangsang
peningkatan suhu, sehingga hasil fotosintesis bisa tersebar.”
http://touringrider.wordpress.com/2008/02/10/agroklimatologi/
b. Analisa Hasil pada Hari Minggu, antara Termometer Suhu Tanah Ternaungi
dan tak Ternaungi, Disertai Perbandingan Literatur
Berdasarkan grafik dari data yang diperoleh suhu tanah tidak ternaungi pada
hari Sabtu dengan kedalaman 10 cm mengalami kenaikan dari pagi hari, siang
hingga sore hari. Suhu tanah tak ternaungi pada hari Minggu mengalami fluktuasi,
namun peningkatan dan penurunannya tidak begitu berarti.
Suhu tanah tak ternaungi pada hari minggu mengalami kenaikan namun suhu
bertahan pada angka sekitar 29º C hingga hari selanjutnya. Berbeda halnya
dengan suhu tanah tak ternaungi pada kedalaman 50 cm, di hari sabtu suhu di pagi
serta siang hari sama namun mengalami kenaikan pada sore hari. Berbeda dengan
yang terjadi di hari sabtu, pada hari minggu dengan kedalaman 50º C terjadi
kenaikan pada siang hari dari angka 25,5º C menjadi 29ºC dan bertahan hingga
sore hari. Berbeda pula yang terjadi dengan kedalaman 100 cm di hari sabtu, suhu
tanah tak ternaungi pada siang mengalami penurunan. Namun pada sore haru
mengalami kenaikan dan bertahan hingga keesokan harinya.
13
“Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat
mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang
menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi
oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh
bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal
tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap
matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi
sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Fenomena
terjadinya pemanasan global yang terjadi sekarang ini adalah karena menipisnya
lapisan ozon yang berfungsi untuk menyerap radiasi matahari sebelum sampai ke
bumi, karena lapisan ozon semakin menipis maka kemampuannya untuk
menyerap radiasi matahari semakin berkurang akibatknya intensitas radiasi
matahari yang diterima oleh bumi akan sangat tinggi, sehingga suhu tanah akan
menjadi semakin tinggi. Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan
mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu
dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan. Untuk
menghindari pengaruh radiasi matahari tersebut, maka teknik pemulsaan
(mulching) pada tanah yaitu menutupi permukaan tanah dengan jerami, sisa-sisa
tanaman, kompos atau bahan lainnya, dapat dilakukan karena salah satu
manfaatnya adalah selain mempertahankan kelembaban dan suhu tanah juga dapat
mendorong penyerapan unsur hara oleh akar-akaran juga dapat mempertahankan
keberadaan mikroflora dan mikrofauna sehingga kesuburan tanah tersebut dapat
terjaga.”
http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/agroklimatologi.html
14
4.3.2
KELEMBABAN
Pengamatan kelembaban daerah ternaungi dan daerah yang tidak ternaungi
dilaksanakan di desa Ngijo, pada hari Sabtu 26 November 2011 dan Minggu 27
November 2011. Pengamatan dilakukan pada pukul 06.00, 12.00 dan 16.wib di
tempat yang ternaungi dan yang tidak ternaungi. Nilai kelemaban yang diperoleh
dari pengamatan yang menggunakan thermohygrometer mempunyai satuan persen
(%), sedangkan untuk suhu menggunakan satuan celcius (ºC).
Berdasarkan grafik diketahui bahwa nilai suhu ternaungi di hari Sabtu
mengalami fluktuasi, namun perubahan tidak begitu berarti. Hal yang sama juga
terjadi pada hari selanjutnya, namun nilai peningkatanya cukup tinggi. Pada grafik
kelembaban nilainya juga mengalami perubahan, namun yang terlihat pada grafik
adalah nilai suhu dan kelembaban berbanding terbalik. Nilai suhu pada pagi
menuju pukul 12.00 menalami kenaikan, maka nilai kelembaban akan mengalami
penurunan.
Suhu pada daerah yang tidak ternaungi mengalami fluktuasi di kedua
harinya. Berbeda dengan yang terjadi pada grafik kelembaban hari Sabtu yang
mengalami penurunan, sedangkan pada hari selanjutnya mengalami fluktuasi yang
sewajarnya.
Secara umum nilai suhu ternaungi memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai suhu yang tidak ternaungi. Sama halnya dengan yang
terjadi dengan nilai kelembaban yang berbanding terbalik dengan nilai suhu.
“Terdapat hubungan yang kuat antara suhu udara dengan kelembaban
udara dengan = -0.811 hal ini berarti mempunyai hubungan kuat negative atau
semakin tinggi suhu udara maka kelembaban semakin rendah sebaliknya semakin
rendah suhu udara maka kelembaban udara semakin tinggi dengan R2 = 0.657
atau kontribusi suhu udara terhadap kelembaban udara sebesar 65.7 %
Terdapat hubungan yang kuat antara penyinaran matahari dengan
kelembaban udara dengan = -0.598 hal ini berarti mempunyai hubungan cukup
kuat negatif atau semakin lama penyinaran matahari yang berakibat suhu udara
15
naik maka kelembaban udara semakin turun dengan R2 = 0.357 atau kontribusi
penyinaran matahari terhadap kelembaban udara sebesar 35.7 %”
http://udinnotonegoroblog.blogspot.com/2011/03/analisis-hubungan-suhu-udaradan.html
4.3.3
LUXMETER
Pengamatan intensitas radiasi matahari yang dilaksanakan pula di desa
Ngijo pada hari Sabtu pada tanggal 26 November 2011 dan pada hari Minggu
tanggal 27 November 2011. Pengambilan nilai di ambil di tajuk bagian atas,
tengah serta bawah, waktu pengambilan dilaksanakan pada pukul 06.00, 12.00
dan16.00 wib. Pengukuran intensitas radiasi matahari menggunakan alat yang
bernama luxmeter. Nilai intensitas radiasi matahari pada tajuk bagian atas pada
hari Sabtu mengalami perubahan secara fluktuatif. Hal yang sama juga terjadi
pada hari berikutnya. Kenaikan intensitas terjadi pada siang hari dan terjadi
penurunan pada sore hari. Nilai rata rata intensitas radiasi matahari lebih tinggi
pada hari Minggu.
Nilai intensitas radiasi matahari di tajuk bagian tengah mengalami
kenaikan yang sangat drastic pada pengamatan hari sabtu. Sore hari nilai
intensitas radiasi matahari mengalami penurunan yang cukup besar pula. Hal yang
sama juga terjadi pada hari berikutnya, Minggu. Perubahan nilai intensitas radiasi
matahari yang fluktuatif pula terjadi pada tajuk bagian bawah pada hari Sabtu
serta minggu.
Secara keseluruhan intensitas radiasi matahari pada tajuk tanaman
tertinggi diperoleh tajuk bagian atas dan paling rendah pada tajuk bagian tengah.
“Radiasi matahari yang diserap di atas tajuk lebih besar daripada radiasi
yang diserap pada bagian bawah tajuk. Ini dikarenakan bagian daun lebih banyak
menyerap sinar matahari untuk proses fotosintesis. Selain itu bagian atas tajuk
pada tanaman kelapa sawit lebih leluasa untuk menyerap radiasi matahari
daripada bagian bawah tajuk karena pada bagian bawah tajuk tanaman tersebut
16
terhalang oleh pelepah dan daun kelapa sawit sehingga radiasi matahari tidak
terlalu banyak yang masuk ke bagian bawah tajuk tersebut.
Demikian pula pada tanaman pepaya (Carica papaya), radiasi matahari
lebih banyak masuk pada bagian atas tajuk daripada bagian bawah tajuk. Hal ini
disebabkan karena bagian daun lebih banyak menyerap sinar radiasi.”
http://reflitepe08.blogspot.com/2011/03/radiasi-matahari.html
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, MS. Prof.Dr.Ir. 2003. Dasar Klimatologi. Malang: FP UB.
18
Download