Metode “Analisa Tafsir” - Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian

advertisement
JIPP
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris
Vol. 1, No. 1, 2015. Hal. 57-63
Non-Empiris
Metode “Analisa Tafsir” dalam Rangka Membangun Teori Psikologi dari
Integrasi Epistemologi
Lila Pratiwi* dan Subhan El Hafiz a
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
a
[email protected]
Abstrak
Integrasi Psikologi dan Nilai Islam terus dilakukan dengan berbagai metode yang relevan. Dalam hal ini,
integrasi dari aspek epistemologi menjadi tantangan perkembangan Psikologi yang terintegrasi dengan
nilai Islam. Tulisan ini memaparkan bagaimana metode Analisa Tafsir dapat menjadi salah satu pendekatan
metodologi untuk membangun teori Psikologi yang terintegrasi dengan nilai Islam dari aspek epitemologi.
Konsep Islam yang coba dibangun menjadi konstruk Psikologi adalah Konsep Sabar yang dianalisa
menggunakan metode analisa tafsir. Adapun tahapan penelitian menggunakan metode ini dimulai dengan
pengumpulan pra-data, pengumpulan data, analisa data (koding dan kategorisasi), serta formulasi
konstruk. Berdasarkan kajian pada konstruk Sabar hasil kajian menggunakan metode Analisa Tafsir, jika
dibandingkan dengan konstruk lain yang sejenis, terdapat perbedaan yang cukup signifikan konsep sabar
tersebut dengan lainnya. Hasil ini juga menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan pada banyak
konsep Islam lain atau konsep yang sama dengan data yang lain dapat menghasilkan konstruk yang
berbeda namun memperkaya khazanah ilmu Psikologi yang terintegrasi dengan nilai Islam dari aspek
epitemologi.
Kata Kunci: Integrasi Epistemologi, Metode Analisa Tafsir, Konstruk Psikologi
Pendahuluan
satunya adalah yang dilakukan oleh Subandi
Upaya menjadikan nilai Islam sebagai
(2011) dengan penelitiannya tentang sabar.
sumber ilmu sudah dilakukan oleh banyak
Namun demikian, penelitian ini juga melakukan
ilmuan Islam, baik dalam maupun luar negeri.
kajian lintas agama dimana konsep yang muncul
Beberapa
mengintegrasikan
tidak hanya Sabar yang ada dalam Islam namun
ranah Teologi dengan ranah Psikologi juga sudah
juga Sabar dalam agama lain. Selain itu,
coba dikemukakan melalui serangkaian riset
pendekatannya yang mencoba mengkonstruksi
ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Sabar dari persepsi masyarakat cenderung lebih
Namun demikian, secara eksplisit belum ada
mengarahkan nilai Sabar sebagai nilai budaya
yang menyatakan satu metode tertentu yang
daripada Sabar sebagai nilai Agama.
metode
untuk
mencoba mengintegrasikan Islam dan Psikologi
dari
tahapannya,
analisa,
hingga
Pendekatan lain dilakukan oleh Chizanah
proses
dan Hadjam (2011) pada saat membentuk
pengujian reliabilitas dan validitasnya.
konstruk “Ikhlas” sebagai konstruk Psikologi.
Beberapa penelitian yang mencoba
Walaupun
mengintegrasikan nilai Islam dan Psikologi salah
tidak
dijelaskan
secara
khusus
metode yang dilakukan namun, pendekatan
57
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 57-63
yang dilakukan disebutnya dengan “Metode
Adapun hasilnya, didapatkan konsep konstruk
Heurmenetik” yang cukup umum dalam kajian
yang cukup berbeda antara Sabar sebagaimana
teologi. Adapun tahapan dari metode ini tidak
yang diteliti oleh Subandi (2011) maupun Sabar
cukup
dalam
dalam kajian barat, yaitu Patience dari Schnitker
publikasinya sehingga akan menyulitkan peneliti
(2010). Konstruk yang hampir menyerupai
lain
konstruk Sabar dalam penelitia tersebut justru
disampaikan
untuk
dengan
mereplikasi
jelas
metode
yang
dikembangkannya.
berasal dari konsep Restrain Coping (Carver,
Diluar pendekatan diatas, sesungguhnya
Weintraub, Scheier, 1989) walaupun masih ada
masih ada beberapa pendekatan lain yang sudah
beberapa perbedaan yang cukup mendasar
coba dilakukan dalam rangka mengintegrasikan
antara keduanya.
Psikologi dan Nilai Islam, salah satunya yang
dilakukan oleh Budiharto dan Himam (2006)
dengan
penelitian
kepemimpinan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
kenabian (Propethic leadership). Penelitian ini
Sabar, maka didapatkan tahapan penelitian yang
mencoba mengangkat konsep kepemimpinan
dilakukan
baru yang menekankan pada nilai Islam
pengumpulan
sebagaimana
nabi
mufassir, pencarian data, analisa data, dan
Muhammad SAW. Konsep kepemimpinan yang
terakhir verifikasi. Tiga tahap pertama dapat
diajukan mengacu pada sifat Shiddiq, Tabligh,
dikategorikan sebagai studi awal atau pra-studi
Amanah, Fathanah yang dimiliki oleh nabi.
karena
yang
Tulisan
tentang
Pembahasan
dilakukan
penentuan
bersentuhan
dengan
tema,
tokoh
data
penelitian. Tiga tahap terakhir merupakan tahap
pendekatan baru, yaitu pendekatan Analisa
penelitian dalam upaya membentuk konstruk
Tafsir. Pendekatan ini mencoba melakukan
Psikologi dari nilai Islam.
ranah
Penentuan tema. Tahap ini merupakan
epistemologi, artinya pendekatan ini mencoba
tahap paling awal dari penelitian yang bertujua
menjadikan nilai Islam sebagai sumber referensi
menggali teori dari konsep Islam. Pada tahap ini
dalam penyusunan konstruk Psikologi. Namun
peneliti harus menentukan tema konseptual
demikian, pendekatan ini juga tidak melakukan
yang akan diteliti. Adapun tema konseptual yang
by
akan
akan diteliti bukanlah tema yang diambil dari
bertindak sebagai mufassir (penafsir al Quran)
konsep diluar Islam kemudian dicari padanannya
yang umumnya menjadi ranah kajian teologi.
dalam Islam namun tema yang berasal dari
pass
Islam
dan
ingin
belum
pra-data,
penentuan
menawarkan
integrasi
ini
oleh
adalah:
sehingga
Adapun
Psikologi
ilmuan
metode
dari
Psikologi
Analisa
Tafsir
ini
konsep Islam itu sendiri.
disusun berdasarkan hasil penelitian yang sudah
Tema-tema yang berasal dari konsep
dilakukan oleh El Hafiz, Pratiwi, Mundzir, dan
Islam yang menjadi dasar untuk membangun
Rozi (2013) saat menyusun konstruk Sabar.
teori sangat banyak, misalnya: sabar, syukur,
58
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 57-63
ikhlas, jihad, latif, kufur, dan sebagainya.
Ikhlas misalnya, maka langkah berikutnya adalah
Penentuan tema bisa berdasarkan minat pribadi
mencari ayat dan hadits yang menggunakan kata
atau pemahaman awal terhadap masing masing
tersebut, yaitu Ikhlas. Pada tahap ini, upayakan
konsep yang dikembangkan untuk kebutuhan
untuk tidak terpancing untuk mengembangkan
tertentu. Namun demikian, pemahaman awal ini
pencarian pada konsep yang memiliki kesamaan
harus dijaga untuk tidak terlalu mempengaruhi
atau kedekatan arti karena dapat mengaburkan
hasil penelitian karena bisa jadi pemahaman
fokus penelitian. Pada pencarian ini, penting
awal seseorang terhadap salah satu konsep
untuk dicatat pada surat dan ayat apa konsep
Islam tidak tepat.
tersebut muncul serta haditsnya.
Penentuan tema yang berasal dari luar
Perlu ditekankan, pada saat ini peneliti
konsep Islam kemudian dicari padanannya
hanya mencari pra-data penelitian dan belum
dalam Islam cenderung dapat mereduksi konsep
sampai pada data penelitian. Adapun data
Islam itu sendiri. Jika peneliti ingin meneliti
penelitian yang akan dianalisa adalah data yang
agresi, misalnya, maka penentuan ayat dan
berasal dari kajian tafsir terhadap ayat dan
hadits yang sesuai dengan teori tersebut akan
hadits
cenderung mengarah pada pemahaman kita
demikian, penelitian yang dilakukan tidak lagi
terhadap konsep yang sudah kita tentukan. Pada
berhenti pada kajian tafsir karena sebatas
contoh ini, peneliti akan mencari-cari dan
membahas ayat dan hadits yang merupakan teks
konsep-konsep Islam yang dianggap sesuai
suci umat Islam sebagaimana yang dilakukan
dengan teori yang sudah ditentukan diawal.
oleh ilmuan teologi Islam (Ushuluddin).
yang
sudah
didapatkan.
Dengan
Penentuan tema yang berasal dari luar
Penentuan tokoh kajian tafsir. Sebelum
konsep Islam tidak saja mereduksi konsep Islam
menganalisa data penelitian yang berasal dari
tersebut,
dibutuhkan
kajian tafsir, peneliti perlu menentukan tokoh
beberapa konsep Islam untuk menjelaskan satu
yang akan dirujuk dalam pencarian datanya.
teori yang sudah ditentukan. Selain itu, cara ini
Penentuan tokoh ini penting karena tiap tokoh
juga menyebabkan pencarian dan penggalian
tafsir
data tidak dapat difokuskan hanya pada satu
berbeda dalam memahami ayat atau hadits.
konsep dan cenderung akan melebar sangat
Perbedaan perspektif ini dipengaruhi oleh latar
luas. Pada contoh konsep agresi, misalnya,
belakang mufassir, baik sejarah hidup, kondisi
kajian pada konsep Islam bisa sangat luas dari
sosial, bahasa, budaya, dan sebagainya.
karena
seolah-olah
jihad, qishas, zalim, dsb., padahal tiap-tiap
(mufassir)
Merujuk
memiliki
pada
perspektif
beberapa
yang
tokoh,
konsep jika dikaji secara khusus dan sendiri-
terutama tokoh dengan latar belakang yang
sendiri sudah sangat luas.
sangat berbeda, dapat menyebabkan peneliti
Pencarian
pra-data.
Setelah
kita
kesulitan menentukan batasan definisi dari
menentukan konsep Islam yang ingin dikaji,
konsep Islam yang sedang dikajinya. Walaupun
59
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 57-63
demikian, beberapa tokoh mufassir tertentu
sudah ditemukan pada tahap pertama. Namun
mungkin bisa saling melengkapi akan tetapi
kajian tafsir ini bisa jadi meluas pada ayat lain
tokoh lainnya mungkin berbeda cukup signifikan
atau hadits lain yang melengkapi. Dengan
secara konseptual. Begitu juga dengan kondisi
demikian, tidak lagi menjadi masalah apakah
sosial mufassir tersebut, tokoh yang hidup
ayat atau haditsnya bertambah namun yang
dalam
berbeda
lebih penting dalam tahap ini yang lebih penting
memaknai kata “Jihad”, misalnya, dibanding
adalah apakah kajian tafsir terhadap ayat
tokoh yang hidup dalam suasana damai.
tersebut sudah tuntas atau tokoh mufassir
suasana
perang
mungkin
Ketersediaan data juga dapat menjadi
pertimbangan untuk menentukan tokoh yang
masih
menambahkan
penjelasannya
yang
disampaikan pada sumber lain.
akan dikaji. Pada tokoh mufassir yang sudah
Kelengkapan data tafsir yang didapatkan
meninggal, misalnya Buya HAMKA, kajian yang
peneliti menjadi salah satu aspek untuk
dapat dilakukan hanya menggunakan buku tafsir
menentukan ketepatan dan ketajaman teori
Al Azhar-nya. Namun untuk Quraish Shihab, jika
yang
kita tidak temukan pembahasan mengenai salah
kelengkapan data dalam penelitian ini adalah
satu ayat tertentu, masih dapat kita lakukan
semua ayat dan hadits yang memiliki tema yang
dengan
dibahas sudah ada kajian tafsirnya. Semakin
menemui
langsung
tokoh
yang
bersangkutan untuk melengkapi.
Pencarian
satu
indikator
lengkap bahan kajian maka semakin siap peneliti
untuk masuk pada tahap analisa data walaupun
Setelah menentukan tokoh yang akan menjadi
tahap analisa tidak harus menunggu untuk
rujukan pembahasan, maka tugas peneliti
dilakukan setelah semua data terkumpul.
adalah
dari
Salah
tafsir.
berikutnya
data
dihasilkan.
mencari
kajian
data
yang
Adapun teknik pengumpulan data dapat
berhubungan dengan ayat dan hadits yang
dibagi dua, yaitu pengumpulan data pada
sudah dicari pada langkap pertama. Tokoh
sumber primer dan pengumpulan data pada
mufassir yang sudah pernah menulis kajian
sumber sekunder. Pengumpulan data pada
tafsirnya secara lengkap dari ayat pertama surat
sumber
Al Fatihah hingga ayat terakhir surat Annas akan
mewawancarai tokoh mufassir yang sedang
lebih mudah bagi peneliti untuk mencari
dibahas. Sedangkan, pengumpulan data pada
datanya. Namun jika tokoh tersebut menulis
sumber
kajian tafsirnya pada banyak buku atau tulisan
mengumpulkan pembahasa tafsir dari tulisan-
yang terpisah-pisah, maka kerja peneliti akan
tulisan
semakin berat.
sebelumnya.
Data yang dikumpulkan pada tahap ini
primer
dapat
sekunder
tokoh
Analisa
dilakukan
dilakukan
yang
data.
sudah
dengan
dengan
ditentukan
Setelah
peneliti
merupakan kajian tafsir dari tokoh yang
memperoleh data dari kajian tafsir terhadap
dimaksud terkait dengan ayat dan hadits yang
tema
60
yang
akan
diteliti,
maka
langkah
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 57-63
berikutnya adalah melakukan analisa terhadap
dikumpulkannya. Setiap karya tafsir terhadap
data-data tersebut. Pada saat analisa data, hal
satu ayat atau Hadits, tugas peneliti adalah
yang
masuknya
menemukan kata kunci pembahasan terhadap
pemahaman awal dalam pembahasan sehingga
ayat atau hadits tersebut berikut penjelasannya.
peneliti tidak cukup objektif terhadap data yang
Adapun penjelasan dari kata kunci yang
sudah dikumpulkannnya. Hal ini dapat dicegah
dimaksud, harus memperhatikan upaya untuk
jika
membumikan konsep-konsep yang berkaitan
perlu
peneliti
waspadai
adalah
berusaha
menyadari
bahwa
pemahamannya belum tentu tepat namun juga
aktifitas
penelitian
ini
bukan
dengan keimanan.
untuk
Adapun konsep yang membutuhkan
mengkonfirmasi pemahaman peneliti tersebut
upaya
untuk
'dibumikan'
umumnya
tapi merekonstruksi pemahaman yang ada.
berhubungan dengan 6 (enam) aspek yang ada
Hal yang perlu diperhatikan dalam
dalam rukun iman. Keenam aspek itu adalah
analisa data ini adalah aspek keimanan. Dalam
Allah, Malaikat, Al Quran, Nabi dan Rasul, Hari
banyak konsep Islam, konsepnya didasarkan
Kiamat, serta Takdir. Namun demikian, keenam
pada aspek keimanan sehingga sulit untuk
aspek ini akan berkembang pada banyak konsep
dikembangkan menjadi teori. Oleh karena itu,
lain yang butuh diimani, misalnya pahala, dosa,
peneliti
surga, neraka, dan sebagainya yang semuanya
bertugas
'membumikan'
konsep
keimanan tersebut, misalnya konsep 'dosa' perlu
butuh
upaya
untuk
dimodifikasi sebagai bentuk 'ancaman'.
operasionalisasinya.
dibuat
konsep
Analisa data dapat dinyatakan selesai
Kategorisasi. Setelah selesai dilakukan
berdasarkan keadaan pada dua hal, yaitu
proses koding terhadap semua ayat dan hadits
kelengkapan ayat dan Hadits serta redudensi
yang
(kejenuhan) data. Pada aspek kelengkapan,
berikutnya adalah membuat kategorisasi dari
analisa data dapat dinyatakan selesai apabila
semua kata kunci yang ada. Kategorisasi adalah
semua ayat dan Hadits yang memuat tema yang
proses untuk mengumpulkan kata kunci yang
akan dibahas sudah selesai dibahas. Namun
memiliki
pada aspek kejenuhan data, acuan bahwa data
kesamaan, didasarkan pada kata kunci tersebut
sudah selesai dibahas adalah bahwa setiap ayat
yang sedapat mungkin tidak dibuat kategorisasi
dan Hadits yang tersisa sudah dibahas pada
sebelum selesai proses koding.
sudah
dikumpulkan,
kesamaan.
Adapun
tugas
acuan
peneliti
untuk
pembahasan sebelumnya. Namun demikian,
Kategorisasi yang dilakukan sebelum
untuk memastikan bahwa analisa benar-benar
selesai proses kodifikasi dan tidak berdasarkan
telah selesai maka analisa dapat menggunakan
hasil kodifikasi akan beresiko mereduksi konsep
kedua aspek tersebut.
yang
Koding.
Pada
tahap
ini,
sedang
diteliti.
Terjadinya
reduksi
peneliti
dikarenakan peneliti lebih berharap bahwa
membahas setiap karya tafsir yang sudah
kategori yang sudah disiapkan sebelumnya
61
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 57-63
harus terisi. Begitu juga pada pelaksanaannya,
validitas dapat dilakukan dengan penilaian ahli
peneliti akan memiliki kecenderungan untuk
(expert judgment) atau penilaian dari tokohnya
membahas konsep yang sedang diteliti mengacu
langsung.
pada pemahaman awal peneliti yang tertuang
dalam kategori tersebut.
Reliabilitas.
Reliabilitas
merupakan
tahap untuk melihat apakah proses yang dijalani
Formulasi. Tahap formulasi merupakan
peneliti konsisten. Konsistensi tersebut terkait
peneliti
untuk
dengan konsisten dengan data awal dan
menghasilkan definisi berdasarkan tema yang
konsisten dalam menjalani proses penelitian
sedang diteliti. Hasil dari proses yang dilakukan
sesuai dengan tahapannya. Untuk melihat hal
pada tahap ini adalah munculnya teori yang
ini,
didasarkan pada konsep Islam yang menganalisa
dikembangkan.
tahap
menjalankan
proses
berbagai
metode
dan
teknik
dapat
kajian tafsir. Ketepatan dan ketajaman teori
Salah satu teknik yang dapat dilakukan
yang dihasilkan ini banyak bergantung pada
adalah dengan membandingkan kembali teori
proses yang dijalani sebelumnya, semakin baik
yang sudah dihasilkan dengan semua data awal,
dan semakin lengkap proses sebelumnya maka
jika perlu dengan pra-data. Teori yang dihasilkan
hasil yang didapatkan juga semakin baik.
dinilai reliabel jika teori yang dihasilkan tidak
Formulasi dapat menjadi tahap yang
bertentangan
dengan
semua
data
yang
mudah dalam penelitian ini, namun juga pada
dianalisa, bahkan teori tersebut juga tidak
saat yang sama formulasi bisa jadi sangat sulit.
bertentangan
Formulasi menjadi mudah apabila kategorisasi
dikumpulkan. Namun jika ada, maka hal ini
sudah sangat baik membagi kata kunci yang ada
menunjukkan reliabilitas yang lebih rendah dan
dan sebaliknya. Namun jika proses formulasi ini
hasil analisa tserhadap reliabilitas dapat dilihat
sangat mudah, perlu diwaspadai bahwa pada
pada aspek mana kelemahan proses penelitian
saat penentuan kategori tidak didasarkan pada
terjadi.
data hasil koding namun hanya mengacu pada
pemahaman awal.
dengan
pra-data
yang
Pengujian reliabilitas pada aspek proses
dapat dilihat runtutan data, hasil analisa, hingga
Verifikasi. Setelah tahap formulasi, teori
teori yang dihasilkan. Jika proses dilakukan
sudah dihasilkan namun hasil ini harus diuji
sesuai dengan tahapan maka hasil pada setiap
terlebih dahulu untuk memastikan peneliti
tahapnya tidak akan bertentangan dan ini
sudah membahas semua data serta tahap-tahap
menunjukkan reliabilitas yang baik. Namun
penelitian juga sudah dilakukan dengan baik.
sebaliknya, jika hasil dari proses yang dijalani
Untuk memastikan hal itu, perlu dilakukan uji
tiap tahap tidak terdapat hubungan, hal ini
reliabilitas dan uji validitas. Uji reliabilitas dapat
menunjukkan reliabilitas yang kurang baik.
dilakukan dengan menguji teori yang dihasilkan
Validitas. Pengujian terhadap validitas
dengan data-data sebelumnya, sedangkan uji
dapat dilakukan dengan penilaian ahli, terutama
62
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 57-63
tokoh yang dijadikan sumber data. Teori yang
dihasilkan dinilai valid apabila penilaian ahli
Daftar Pustaka
menunjukkan bahwa tidak ada aspek yang
bertentangan dengan teori yang dihasilkan. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pengujian ini, ahli
yang dijadikan rujukan untuk menilai validitas
perlu memahami proses dan tahapan penelitian
terutama pada aspek pengoperasionalisasian
atau 'pembumian' konsep yang berhubungan
dengan keimanan.
Kesimpulan
Metode ini diharapkan bisa menjadi
Budiharto, S., & Himam, F. (2006). Konstruk
Teoritis dan Pengukuran Kepemimpinan
Profetik. Jurnal Psikologi, 33(2), 133-145.
Carver, C.S., Weintraub, J.K., Scheier, M.F.,
(1989). Assessing Coping Strategies: A
Theoritical Based Approach. Journal of
Personality and Social Psychology. Vol.
56. No. 2. Hal. 267-283.
Chizanah, L. dan Hadjam, M. N. R. (2011).
Validitas Konstruk Ikhlas: Analisis Faktor
Eksploratori terhadap Instrumen Skala
Ikhlas. Jurnal Psikologi, 38(2), 199-214.
jembatan antara Teologi dan Psikologi dimana
kedua disiplin ini harus terus didekatkan dalam
rangka membangun konsep Psikologi yang
terintegrasi dengan nilai Islam. Adapun integrasi
yang dilakukan tidak sekedar menghadirkan ayat
Al Quran atau hadits Nabi semata namun
integrasi yang lebih mengangkat kajian terhadap
ayat dan hadits tersebut oleh ilmuan yang
kompeten kemudian dikaitkan dengan ilmu
El Hafiz, S. Mundzir, I., Pratiwi, L., Rozi, F.,
(2013). Sabar (Patience) as New
Psychological Construct. The 10th Biennial
Conference of Asian Association of Social
Psychology, Yogyakarta. 21-24 Agustus
2013.
Schnitker, S.A., (2010). An Exemination of
Patience and Well-Being. Proquest
Disertation and Theses (PQDT). University
of California.
Psikologi. Dengan demikian, integrasi dari sisi
epistemology akan menjadi semakin kuat dalam
bidang ilmu Psikologi Islam.
Subandi. (2011). Sabar: Sebuah Konsep
Psikologi. Jurnal Psikologi. Vol. 38, No. 2.
Desember 2011. Hal. 215-227
63
Download