Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 DAFTAR ISI Pengaruh Tangibility Of Assets, Firm Size, Profitability, Tax Provision, Non-Debt Tax Shield, Liquidity, Dan Cost Of Debt Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 A.Sri Wahyudi ..................................................................... 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Alfian Arifin ........................................................................ 15 Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Pusat Arief Alfiandri ..................................................................... 29 Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Bursa Efek Indonesia Arwina Karmudiandri ............................................................ 39 Pengaruh Nilai Pelanggan, Daya Tarik Iklan Dan Kompetensi Tenaga Penjual Terhadap Loyalitas Konsumen Dilla Noverita ...................................................................... 57 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Arleen Herawaty .................................................................. 72 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening Aries Jonathan .................................................................... 83 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Anton Herdianto .................................................................. 93 Pengaruh Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Social Risk, Physical Risk, Psychological Risk Terhadap Purchase Intention Novrita Adriani Fitri ................................................................. 111 Pengaruh Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Apit Susanti ........................................................................... 131 Pengaruh Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market To Book Value, Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Syafril Yurisno ........................................................................ 143 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Leverage Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Agustinne .............................................................................. 155 Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1 Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2 Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3 Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4 Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5 Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 1-14 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH TANGIBILITY OF ASSETS, FIRM SIZE, PROFITABILITY, TAX PROVISION, NON-DEBT TAX SHIELD, LIQUIDITY, DAN COST OF DEBT TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2012 A.SRI WAHYUDI STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of tangibility of assets, firm size, profitability, non-debt tax shield, liquidity, and cost of debt towards capital structure. This study was also to compare result of the previous research within the research.Sample of this research is real estate and property companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period 2008-2012. The purposive sampling is used as sampling technique, where 14 companies met the criteria and analyzed using descriptive statistics and panel data regressions with random effect model to test the hypotheses.The result of this research shows that tangibility of assets, firm size, tax provision and liquidity influence the capital structure, while profitability, non-debt tax shield, and cost of debt do not influence the capital structure. Overall, the independent variables influence capital structure simultaneously. Keywords: Tangibility of Assets, Firm Size, Profitability, Tax provision, Non Debt Tax Shield, Liquidity, Cost of Debt, Capital Structure. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tangibility of assets, firm size, profitability, non-debt tax shield, liquidity, dan cost of debt terhadap capital structure.Sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Empat belas perusahaan dipilih sesuai dengan kriteria dalam penelitian menggunakan purposive sampling. Data yang dikumpulkan dianalisa menggunakan deskriptif statistic dan panel data regresi.Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan dari tangibility of assets, firm size, tax provision dan liquidity influence terhadap capital structure. Sementara profitability, non-debt tax shield, dan cost of debt terbukti tidak berpengaruh terhadap capital structure. 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Kata Kunci: Tangibility of Assets, Firm Size, Profitability, Tax provision, Non Debt Tax Shield, Liquidity, Cost of Debt, Capital Structure. PENDAHULUAN Perkembangan arus informasi dan teknologi serta transportasi yang cepat dalam era globalisasi saat ini telah menjadikan ekonomi dunia bergerak sangat dinamis termasuk perkembangan dunia usaha yang begitu pesat. Dalam rangka mengimplementasikan strategi yang telah dirumuskan oleh perusahaan, tentunya harus didukung dengan sumber daya modal yang memadai. Menurut Fadilah (2011), permasalahan modal merupakan salah satu agenda yang harus dipikirkan secara bersama-sama oleh seluruh unsur manajemen dalam perusahaan dan bukan hanya menjadi tugas manajer keuangan, karena menyangkut seluruh kegiatan perusahaan. Permasalahan yang seringkali dihadapi perusahaan terkait dengan penambahan sumber daya modal yang memadai untuk aktivitas operasi dan aktivitas lainnya seperti ekspansi adalah permasalahan mengenai struktur modal. Struktur modal merupakan campuran hutang jangka panjang dan ekuitas yang digunakan perusahaan (Gitman and Zutter, 2012, 508). Pendanaan struktur modal perusahaan dapat diperoleh melalui debt capital dan equity capital. Debt capital yang terdiri dari hutang jangka panjang, sedangkan equity capital terdiri dari preferred stock dan common stock, yang mana common stock terdiri dari common stock dan retained 2 earning. Pendanaan dengan menggunakan hutang akan menimbulkan risiko tinggi untuk perusahaan karena terdapat bunga dan beban pokok yang harus dibayarkan sehingga dapat menimbulkan masalah keuangan yang dapat memungkinkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu dibutuhkan struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat menimalkan biaya penggunaan modal secara keseluruhan dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan. Keputusan mengenai struktur modal optimal akan menimalkan risiko keuangan bagi perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor tersebut antara lain tangibility of asset, firm size, profitability, tax provision, non-debt tax shield, liquidity dan cost of debt. Adapun perumusan masalah penelitiannya adlaah apakah terdapat pengaruh tangibility of asset, firm size, profitability, tax provision, nondebt tax shield, liquidity dan cost of debt terhadap struktur modal pada sektor property dan real estate yang go public periode tahun 2008-2012. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat tangibility of ISSN: 1410 -9875 asset, firm size, profitability, tax provision, non-debt tax shield, liquidity dan cost of debt. Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Struktur Modal Gitman dan Zutter (2012, 508) berpendapat bahwa “Capital structure is the mix of long-term debt and equity maintained by the firm”. Penelitian mengenai struktur modal didominasi oleh dua teori dasar yaitu trade-off theory dan pecking order theory. Trade-off theory dalam Sjahrial (2008,203204) menyatakan bahwa penggunaan hutang yang semakin besar akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai pada batas tertentu. Setelah batas tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan financial distress. Sedangkan untuk teori pecking order sebagai berikut “Pecking order is a hierarchy of financing that begins with retained earnings, which is followed by debt financing dan finally external equity financing” (Gitman dan Zutter, 2012, 533). A. Sri Wahyudi Tangibility of assets Berdasarkan trade-off theory, Perusahaan-perusahaan yang memiliki jumlah aset tetap yang besar dapat memperoleh pinjaman dengan mudah, dikarenakan dengan adanya aset tetap tersebut digunakan sebagau sebagai jaminan yang bersifat keamanan. Banker akan menawarkan tingkat bunga yang lebih rendah untuk perusahaan yang memiliki aset tetap yang besar (Afza & Hussain, 2010). Ha1: Terdapat pengaruh tangibility of asset terhadap struktur modal Firm size Berdasarkan trade-off theory, perusahaan besar cenderung menggunakan pendanaan hutang dalam struktur modalnya, dikarenakan perusahaan besar memiliki arus kas yang stabil dan juga resiko kebangkrutan lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang kecil (Gill et al. 2009,29). Ha2: Terdapat pengaruh firm size terhadap struktur modal Profitability Menurut pecking order theory perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi biasanya memiliki hutang yang lebih rendah dalam struktur modalnya karena perusahaan dapat menyediakan dana internal yang lebih banyak yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya mereka daripada penggunaan hutang (Janbaz 2010, 29). Ha3: Terdapat pengaruh profitability terhadap struktur modal 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Tax provision Menurut trade-off theory, perusahaan yang memiliki corporate income tax tinggi cenderung memiliki tingkat hutang yang tinggi pula dikarenakan adanya keuntungan dari tax shield yang lebih besar dibandingkan dengan biaya kebangkrutan, maka perusahaan mengambil keuntungan dari tax shield (Janbaz 2010, 30). Ha4: Terdapat pengaruh tax provision terhadap struktur modal November 2014 Ha5: Terdapat pengaruh non-debt tax shield terhadap struktur modal Liquidity Berdasarkan pecking order theory, perusahaan yang memiliki liquidity tinggi cenderung memiliki hutang yang rendah dikarenakan perusahaan lebih menyukai pendanaan internal dalam struktur modalnya dibandingkan dengan pendanaan hutang (Janbaz 2010,29). Ha3: Terdapat pengaruh firm size terhadap struktur modal Ha6: Terdapat pengaruh liquidity terhadap struktur modal Cost of debt Non-debt tax shield Berdasarkan trade-off theory, menunjukkan bahwa nondebt tax shield berhubungan negatif terhadap tingkat hutang Berdasarkan trade-off dalam struktur modal perusahaan. theory, perusahaan yang memiliki Dikarenakan perusahaan akan cost of debt yang tinggi akan mendapatkan pengurangan pajak menghindari pendanaan hutang dalam penggunaan hutang dan non(Afza & Husaain, 2011, 225). debt tax shield merupakan Ha3: Terdapat pengaruh cost of pengeluaran depresiasi yang dapat debt terhadap struktur modal mengurangi penggunaan hutang (Afza dan Hussain 2010, 224).. Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini: Tangibility Of Asset (X1) Firm Size (X2) Profitability (X3) Tax Provision (X4) Struktur Modal (Y) Non-Debt Tax Shield (X5) Liquidity (X6) Cost Of Debt (X7) Gambar 1 Model Penelitian 4 ISSN: 1410 -9875 A. Sri Wahyudi METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor property dan real estate periode 2008-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria pengambilan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu: Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel Kriteria pemilihan sampel Perusahaan properti dan real estate yang go public, yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2008-2012 Perusahaan yang tidak selalu menyajikan laporan keuangan Perusahaan yang tidak memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap perusahaan yang tidak memiliki pendapatan positif (earning after tax) selama periode penelitian 2008-2012 Perusahaan properti dan real estate yang memenuhi kriteria Periode Penelitian 2008-2012 Jumlah data yang dijadikan sampel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Struktur modal gabungan dari hutang panjang dan ekuitas dan adalah jangka yang Jumlah 33 (0) (19) (0) 14 5 70 digunakan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan debt ratio (Gitman and Zutter 2012, 77). Debt Ratio = Total Debt Total Tangibility of assets merupakan aset yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk operasionalnya dan tidak dapat dijual dalam waktu yang dekat, dan dapat digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman. Berdasarkan Gill et al. (2010,50), dapat diproksikan dengan fixed asset dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Variabel ini merupakan skala rasio. Tangibility of Assets= Fixed Assets Total Assets 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 firm size adalah ukuran besar atau kecilnya perusahaan yang dapat diukur dengan market value perusahaan. Dalam penelitian November 2014 ini firm size dapat diproksikan dengan logaritma natural dari total asset (Afza & Hussain,2011). Variabel ini merupakan skala rasio. Firm Size= ln of Total Assets Profitability adalah hubungan antara pendapatan dan pengeluaran yang menggunakan asset perusahaan (current asset dan fixed asset) untuk aktivitasnya. Berdasarkan Gitman dan Zutter (2012,80) profitability dapat diproksikan dengan menggunakan net profit margin. Variabel ini merupakan skala rasio. Net Profit Margin = Net Profit Total Assets Tax provision adalah pajak yang diperuntukkan secara domestik, nasional, negara bagian, maupun lokal (termasuk pelaku usaha/bisnis) yang didasarkan pengenaan dalam pendapatannya. Berdasarkan Damodaran (2001, 753) tax provision dapat diukur dengan pajak yang dibayarkan perusahaan dibagi dengan pendapatan sebelum pajak. Variabel ini merupakan skala rasio. Tax Provision = Tax Paid Earning Before Tax Non-debt tax shields merupakan hal-hal selain pelindungan pajak dari penggunaan hutang seperti depresiasi, amortisasi dan biaya pengembangan. Diukur dengan rumus depreciation dibagi dengan total asset (Afza & Hussain,2011). Non-debt tax shield memiliki skala rasio. Non-Debt Tax Shield = Depcreation Total Assets Liquidity adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Liquidity pada penelitian ini diukur dengan Current ratio (Gitman 2012,72 ). Variable ini merupakan skala rasio. Current Ratio = Current Assets Current Liabilities 6 ISSN: 1410 -9875 A. Sri Wahyudi Cost of debt adalah biaya dari penggunaan hutang jangka panjang yang dapat mempengaruhi perusahaan maupun pembiayaan ekuitas. Cost of debt pada penelitian ini diukur dengan interest paid dibagi longterm debt ( Afza & Hussain, 2011). Variabel ini merupakan skala rasio. Cost of Debt = Interest Paid Longterm Debt Metode Analisa Data Berdasarkam model penelitian, metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan regresi panel data. Data akan dianalisis dengan menggunakan program Eviews 7. Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu: � � �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � � Keterangan: Y = Struktur Modal βo = Konstanta β1 – β7 = Koefisien regresi variabel X1 – X7 X1 = Tangibility of assets X2 = Firm size X3 X4 X5 X6 X7 ε = = = = = = Profitability Tax Provision Non-debt tax shield Liquidity Cost of debt Error HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Struktur Modal Tabel 2 Statistik Deskriptif N Mean Minimum Maksimum 70 0.912777 0.253600 2.269600 Standar Deviasi 0.517432 Tangibility of assets 70 0.213049 0.002600 1.023000 0.204027 Firm Size 70 15.54993 11.24200 17.02910 1.403613 Profitability 70 0.179263 0.009000 0.408600 0.078381 Tax provision 70 0.356323 0.005700 1.232100 0.206023 Non-debt tax shield 70 0.022229 0.000400 0.295800 0.044524 Liquidity 70 1.170773 0.243700 3.146300 0.702665 Cost of Debt 70 0.475489 0.004000 9.185400 1.470891 Sumber: Hasil pengolahan EViews 7. 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Uji Signifikansi Random Effect Tabel 3 Uji Signifikansi Random Effect Chi-Sq. Test Summary Statistic Cross-section random 8.665197 Dari hasil Uji Hausman, didapat bahwa nilai statistik uji Hausman adalah 8.665197, sedangkan nilai kritis yang ada pada tabel dengan α sebesar 0,05 dan degree of freedom (df) 7 adalah Chi-Sq. d.f. Prob. 7 0.2776 14.0671. Dengan demikian, nilai statistik < dari nilai kritis, sehingga Ho tidak dapat ditolak. Ini berarti bahwa model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Random effect. Uji Normalitas Tabel 4 Uji Normalitas Skewness 0.676984 Kurtosis 2.711068 Jarque-Bera 5.590406 Probability 0.061102 Sumber: Hasil pengolahan EViews 7. Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai statistik JarqueBera (JB) adalah 5.590406, sedangkan nilai Chi Squares dengan α sebesar 0,05 dan df (2) sebesar 5,9915. Berarti, nilai statistik JB < Uji Asumsi Klasik nilai kritis JB, sehingga Ho tidak dapat ditolak. Hal ini juga dapat dilihat dari probabilitas JB yang lebih besar α (0.061102 > 0,05), yang berarti data berdistribusi normal. Uji Multikolinieritas Tabel 5 Uji Multikolinieritas TAN 1.000000 NDTS Tan 0.027022 0.302651 0.004187 0.027022 0.063611 Size 1.000000 0.072880 0.461523 0.004386 1.000000 Prof 0.063611 0.508481 0.058990 Tax 0.302651 -0.508481 8 SIZE PROF 0.004386 TAX LIQ DEBT -0.144261 0.231692 0.354354 0.487640 -0.151458 0.004573 -0.042512 - ISSN: 1410 -9875 A. Sri Wahyudi TAN SIZE PROF TAX NDTS LIQ DEBT 0.072880 1.000000 0.014819 0.294552 -0.058990 -0.120103 Ndts 0.004187 0.461523 0.014819 1.000000 0.096161 -0.151458 1.000000 Liq 0.144261 0.354354 0.042512 0.120103 0.146730 -0.004573 -0.146730 1.000000 Debt 0.231692 0.487640 0.294552 0.096161 Sumber: Hasil pengolahan EViews 7. Tabel 5 menunjukkan semua korelasi antara variabel independen dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi, sehingga data baik untuk digunakan. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Tabel 6 Uji Glejser Variable C TAN SIZE PROF TAX NDTS LIQ DEBT Coefficient 1.465067 0.196231 0.014686 -1.154223 0.679888 -1.353108 -0.464605 -0.005655 Std. Error 0.874382 0.181247 0.062161 0.775787 0.758458 0.947428 0.299020 0.032474 t-Statistic 1.675546 1.082670 0.236253 -1.487810 0.896408 -1.428190 -1.553759 -0.174156 Prob. 0.0989 0.2831 0.8140 0.1419 0.3734 0.1583 0.1252 0.8623 Sumber: Hasil pengolahan EViews 7. Uji Autokorelasi Uji Durbin-Watson dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat autokorelasi penelitian. dalam model Tabel 7 Uji Durbin Watson Durbin-Watson 1.501536 stat Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai Durbin-Watson sebesar 1.501536. Dengan jumlah observasi 70 data dan 7 variabel independen dapat diperolah nilai dL= 1.401 dan du= 1.837. Hal ini menunjukkan bahwa tidak dapat diputuskan adanya autokorelasi dalam model penelitian. 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Tabel 8 Uji Breusch-Godfrey Obs*R-squared 21.97238 Prob. Chi-Square(2) 0.0000 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa Obs*R-squared sebesar 21.97238, sedangkan probabilitas sebesar 0.0000. Maka dapat diartikan dengan probabilitas dibawah α (0.05) maka data mengandung masalah autokorelasi. Uji t Variable Tan Tabel 8 Uji t Coefficient Std. Error 0.389696 2.112586 Prob. 0.0354 Size 0.132397 2.561727 0.0104 Prof 0.183752 0.303672 0.7623 Tax 0.222608 2.166473 0.0245 Ndts -0.879015 -0.915015 0.3634 Liq -0.250273 -4.010921 0.0002 Debt 0.026407 0.725004 0.4709 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai probabilitas dari tangibility of assets, firm size, tax provision, dan liquidity kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tangibility of assets, firm size, tax provision, dan liquidity terhadap struktur modal. Sementara nilai probabilitas dari profitability,nondebt tax shield dan cost of debt lebih dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan variabel profitability,non-debt tax shield dan cost of debt tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Uji F Tabel 9 Uji F 10 Variable C Coefficient 1.465067 Std. Error 1.675546 t-Statistic 0.0989 Prob. 1.465067 Tan 0.196231 1.082670 0.2831 0.196231 ISSN: 1410 -9875 A. Sri Wahyudi Variable Size Coefficient 0.014686 Std. Error 0.236253 t-Statistic 0.8140 Prob. 0.014686 Prof -1.154223 -1.487810 0.1419 -1.154223 Tax -0.652017 -3.012096 0.0038 -0.652017 Ndts -1.353108 -1.428190 0.1583 -1.353108 Liq -0.294959 -4.145695 0.0001 -0.294959 Debt -0.005655 -0.174156 0.8623 -0.005655 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan tabel diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + e SM = 1.465067 + 0.196231 tan + 0.014686 size - 1.154223 prof - 0.652017 tax 1.353108 ndts - 0.294959 liq -0.005655 debt + e Tabel 10 Nilai Statistik F F-Statistic 4.277686 Prob (F-Statistic) 0,000652 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Diperoleh nilai statistik F sebesar 4,277686. Nilai statistik F berada di daerah penolakan hipotesis nol dimana F ≥ Fα/2 (4,277686 ≥ 2,16) sehingga dapat diputuskan bahwa H0 ditolak. Hasil ini juga didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0,000652 yang kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tangibility of assets, firm size, profitability, tax provision, non-debt tax shield, liquidity dan cost of debt secara bersama-sama terhadap struktur modal. PENUTUP Dari hasil penelitian, terlihat bahwa hanya variabel tangibility of assets, firm size, tax provision dan liquidity berpengaruh terhadap struktur modal, sementara sisanya tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya sketor property dan real estate yang terdaftar di bursa efek Indonesiaperiode 2008-2012.. Selain itu, penelitian ini terbatas pada variabel independen yaitu tangibility of assets, firm size, profitability, tax provision, nondebt tax shield, liquidity dan cost of debt terhadap struktur modal. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya adalah menambah sampel penelitian sehingga dengan begitu jumlah data akan lebih banyak. 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Menambah variabel independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen struktur modal seperti di business November 2014 risks, managerial ownership dan dividend. REFERENSI: Afza, Talat, and Amer Hussain. 2011. Determinant of Capital Structure: A Case Study of Automobile Sector of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Vol, 2 No, 10. Pp : 219-229. Anderson, David R, Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South– Western: CENGANGE Learning. Baker, H. Kent, and Gerald S. Martin. 2011. Capital Structure& Corporate Finance Decisions 10th edition. New Jersey: John Willey & Sons, Inc. Baker, H. Kent, and Gary E. Powell. 2005. Understanding Management. 10th edition. USA: Dryden Press. financial Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Fraklin Allen. 2006. Corporate Finance 8th Edition. New York: McGraw-Hill Irwin. Brown, Keith C., and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of Investment and Management of Portofolio, 9th edition. Canada: South Western. Damodaran, Aswath. 2001. Corporate Finance Theory and Practice 2nd Edition. Wiley and Sons, Inc. Downess, John and Jordan Elliot Goodman. 2001. Kamus Istilah Keuangan dan Investasi edisi ketiga. Jakarta: PT Elex Media. Emery, Douglas R., John D. Finnerty, and John D. Stowe. 2004. Corporate Financial Management 2nd Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Gitman, Lawrence. J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. England: Pearson Education Limited. Gujarati, D. N., and Dawn C. P. 2009. Basic Econometrics, 5th Edition. New York: McGraw – Hill Companies, Inc. Hair, Joseph F, and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education. Higgins, Robert C. 2001. Analysis for Financial Management 6th Edition. Boston: McGraw Hill. 12 ISSN: 1410 -9875 A. Sri Wahyudi Janbaz, Mehdi. 2010. Capital Structure Decisions in the Iranian Corporate Sector. International Research Journal of Finance and Economics, no.58, ISSN 1450-2887. Keown, Arthur J. 2005. Financial Management 10th Edition.United States of America: Pearson Prentice Hall. Kieso, Donald E. and Friend. 2010. Intermediate Accounting 13th Edition. United States of America: John Wiley & Sons. Mackenzie, Bruce, Dani Coe Tapiwa Njikisana, Raymond Chamboko, and Blaise Colyvas. 2011. Interpretation and Application International Financial Reporting Standards. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Moyer, Charles R., James R. McGuigan, and William J. Kretlow. 2009. Contemporary Financial Management. USA: South- Western Cengage Learning. Newbold, Paul., Carlson, W. L., and Throne, Betty. 2007. Statistics for Business and Economics. 6th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th Edition. United Kingdom: John Wiley& Sons, Ltd. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Medika. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, and Bradford D. Jordan. 2008. th Corporate Finance Fundamentals 8 Edition. New York: The McGrawHill Companies, Inc White, Gerald I, Ashwinpaul C. Sondhi, and Dov Fried. 2003. The Analysis and Use of Financial Statement 3rd Edition. United States of America: John Wiley& Sons, Inc. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2010. Accounting Principles, 10th edition. New Jersey : John Wiley & Sons Inc. Widarjono, Agus. 2009 . Yogyakarta: Ekonisia. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 14 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 15-28 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ALFIAN ARIFIN STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objectives of this research are to obtain empirical evidence and analyze the factors that affect the dividends policy on non financial firms listed in Indonesia Stock Exchange. The factors are earnings before interest and tax, earnings per share, price to book value ratio, dividend yield, firm size, debt ratio, operating cash flow, current ratio, return on asset and sales growth. The sampling used is purposive sampling, in which the samples are taken based on the suitable characteristics of the samples to get representative samples. Total samples in this research is 55 non financial firms listed in Indonesia Stock Exchange during 2008-2011. Hypothesis tested by using multiple regression analysis. The results of this reseach showed that earnings per share, price to book value ratio and dividend yield affected the dividends policy, while earnings before interest and tax, firm size, debt ratio, operating cash flow, current ratio, return on asset and sales growth has no effect to dividends policy. Keywords: Dividends Policy, Earnings Per Share, Price to Book Value Ratio, Dividend Yield Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktorfaktor tersebut adalah laba sebelum bunga dan pajak, laba per saham, Price to Book Value Ratio, dividen yield, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas operasi, rasio lancar, return on assets dan pertumbuhan penjualan. Sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana sampel yang diambil berdasarkan karakteristik yang sesuai dari sampel untuk mendapatkan sampel yang representatif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 55 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2008-2011. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba per saham, price to book value ratio dan dividen yield mempengaruhi kebijakan dividen, sedangkan laba sebelum bunga dan pajak, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas operasi, rasio lancar, return on assets dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Kata kunci: Kebijakan Dividen, Laba Per Saham, Price to Book Value Ratio, Dividend Yield PENDAHULUAN Perusahaan dikelola oleh manajemen dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan investor atau pemegang saham. Dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham atau investor, perusahaan memiliki kebijakan untuk memberikan return yang dapat sesuai dengan harapan investor atau pemegang saham baik dalam bentuk dividen maupun capital gain. Menurut Brigham (2001) dalam Sumiadji (2011), salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yaitu dengan memberikan dividen. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, perusahaan memerlukan sumber dana yang besar. Sumber dana perusahaan dapat diperoleh dari sumber dana internal atau sumber dana eksternal. Apabila perusahaan mengandalkan pendanaan investasi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan sumber dana internal, yaitu menggunakan laba ditahan maka dividen yang dibagikan akan menjadi berkurang. Sebaliknya apabila perusahaan menggunakan sumber eksternal maka ada kecenderungan bahwa perusahaan akan membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen. 16 November 2014 Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Menurut Brigham dan Gapenski (1999) dalam Deitiana (2009) menyatakan bahwa setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan. Apabila laba yang dihasilkan akan digunakan untuk dibagikan menjadi dividen secara keseluruhan, kepentingan cadangan akan terabaikan. Sebaliknya bila laba akan ditahan semua maka kepentingan pemegang saham akan uang kas menjadi terabaikan. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen per share-nya yaitu besar dividen kas untuk setiap lembar saham. Penetapan kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor sebagai salah pihak stakeholder perusahaan, namun disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Oleh sebab itu, penentuan kebijakan dividen perusahaan harus dilakukan dengan cermat dan tepat agar kebijakan tersebut menjadi optimal baik bagi perusahaan maupun untuk investor. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh laba sebelum bunga dan pajak, earnings per share, price to book value ratio, dividend yield, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas operasi, rasio lancar, return on asset dan ISSN: 1410 -9875 pertumbuhan penjualan kebijakan dividen. Alfian Arifin terhadap RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Teori Keagenan dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Godfrey et al. (2010, 362) yang mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan antara agen dan principal, dimana agen merupakan manajemen perusahaan sedangkan principal merupakan pemegang saham perusahaan. Mengutip dari pernyataan Tarjo dan Hartono (2003) dalam Dewi (2008), teori ini menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham sering kali bertentangan sehingga dapat terjadi konflik kepentingan (agency conflict) di antara keduanya. Residual Dividend Theory Weston et al. 1996 dalam ElEssa et al. (2012), menjelaskan bahwa residual dividend theory merupakan suatu kebijakan dimana dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham merupakan earnings atau laba yang dihasilkan dikurangi dengan jumlah alokasi dari kebutuhan laba ditahan yang digunakan untuk membiayai pembiayaan modal optimal perusahaan. Signalling Theory Modigliani dan Milller dalam Pujiastuti (2008) menyebutkan bahwa suatu kenaikan dividen yang lebih tinggi dari yang diperkirakan merupakan isyarat bagi investor bahwa manajemen memperkirakan peningkatan laba di masa yang akan datang. Sebaliknya penurunan dividen atau kenaikan yang lebih kecil dari yang diperkirakan merupakan isyarat bahwa manajemen meramalkan laba yang rendah di masa yang akan datang. Bird-in-The-Hand Theory Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner dalam Sunarto dan Kartika (2003) yang menyatakan bahwa investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains (Brigham 1995, 469). Demikian pula dikemukakan oleh Alzomaia dan Al-Khadhiri (2013) bahwa investor lebih memilih dividen karena risiko kenaikan harga saham lebih besar dibandingkan dengan penerimaan dividen. Laba Sebelum Bunga dan Pajak Terhadap Kebijakan Dividen Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba hasil dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk bunga dan pajak penghasilan. Semakin besar laba sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan perusahaan, maka akan terdapat ketersediaan cadangan yang besar dari laba tersebut. Dengan adanya cadangan yang besar, maka perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membagikan dividen dari cadangan yang dihasilkan tersebut.. Earnings per Share Terhadap Kebijakan Dividen Earnings per share (EPS) merupakan total keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Menurut penelitian El-Essa et al. (2012), total keuntungan tersebut diukur dari rasio antara laba sebelum bunga dan pajak terhadap jumlah 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 lembar saham yang beredar. Earnings per share menunjukkan kemampuan setiap lembar saham yang dimiliki dalam menghasilkan laba. Price to Book Value Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Price to book value ratio merupakan rasio mengenai kinerja perusahaan. Rasio ini mengukur harga per lembar saham terhadap nilai buku per lembar saham. Marpaung dan Hadianto (2009) menjelaskan bahwa dengan price to book value yang meningkat berarti terdapat kepercayaan yang besar dari investor terhadap kinerja perusahaan, sehingga perusahaan cenderung akan membagikan dividen yang lebih besar kepada investor. Dividend Yield Terhadap Kebijakan Dividen Dividend yield atau imbal hasil dividen adalah rasio nilai dividen terhadap harga saham. Dividend yield dapat diukur dengan membagi nilai dividen tahunan per lembar saham dengan harga saham per lembar. Dividend yield yang tinggi bisa berarti harga sahamnya masih murah atau dividen berikutnya mungkin akan lebih rendah. Sebaliknya, dividend yield yang rendah bisa berarti harga sahamnya sudah mahal atau dividen berikutnya bisa lebih tinggi. Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Besar kecilnya perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Handayani dan Hadinugroho (2009) menyatakan perusahaan yang 18 November 2014 memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal. Dengan akses yang lebih mudah dalam pasar modal, maka akan mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan internal, sehingga perusahaan akan memberikan pembayaran dividen yang tinggi. Rasio Utang Terhadap Kebijakan Dividen Rasio utang merupakan rasio antara total liabilitas terhadap total aset. Semakin besar rasio rasio utang perusahaan menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya biaya bunga yang harus dibayar perusahaan. Dikutip dari pernyataan Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003) yang menjelaskan bahwa tingkat liabilitas yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah. Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Arus kas operasi merupakan selisih arus kas masuk dan arus kas keluar yang berasal dari kegiatan operasional perusahaan dalam periode tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan. Jumlah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendapatan. ISSN: 1410 -9875 Rasio Lancar Terhadap Kebijakan Dividen Rasio lancar merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity ratio) yang diukur untuk menunjukkan sejauh mana kewajiban jangka pendek perusahaan mampu ditutupi oleh aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sunarto dan Kartika (2003) menyatakan semakin tingginya rasio lancar menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan. Return on Asset Terhadap Kebijakan Dividen Return on asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atau investasi yang telah dilakukan. Shadalia dan Khalijah (2011) menyebutkan perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung Alfian Arifin akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Dividen Dikutip dari pernyataan Riyanto (2001) dalam Marpaung dan Hadianto (2009) menyebutkan bahwa pertumbuhan penjualan perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Semakin meningkat pertumbuhan penjualan dalam perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana atau tambahan modal yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut sehingga akan memiliki rasio pembayaran dividen yang rendah. Model Penelitian Laba Sebelum Bunga dan Pajak Earnings Per Share Price to Book Value Ratio Dividend Yield Ukuran Perusahaan Kebijakan Dividen Rasio Utang Arus Kas Operasi Rasio Lancar Return on Asset Pertumbuhan Penjualan Gambar 1 Model Penelitian 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 20 November 2014 ISSN: 1410 -9875 Pengembangan Hipotesis Ha1 Terdapat pengaruh laba sebelum bunga dan pajak terhadap kebijakan dividen Ha2 Terdapat pengaruh earnings per share terhadap kebijakan dividen Ha3 Terdapat pengaruh price to book value ratio terhadap kebijakan dividen Ha4 Terdapat pengaruh dividend yield terhadap kebijakan dividen Ha5 Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen Ha6 Terdapat pengaruh rasio utang terhadap kebijakan dividen Ha7 Terdapat pengaruh arus kas operasi terhadap kebijakan dividen No 1 2 3 4 5 6 Alfian Arifin Ha8 Terdapat pengaruh rasio lancar terhadap kebijakan dividen Ha9 Terdapat pengaruh return on asset terhadap kebijakan dividen Ha10 Terdapat pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan dividen METODA PENELITIAN Obyek penelitian yang digunakan adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan metoda purposive sampling, sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dibutuhkan oleh peneliti (Sekaran dan Bougie 2010, 276). Hasil dari proses pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel Penelitian Kriteria Sampel Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI secara konsisten selama tahun 2007-2012 Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya tidak tutup buku pada tanggal 31 Desember selama tahun 2007-2011 Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya tidak disajikan dalam mata uang Rupiah selama tahun 2007-2011 Perusahaan non keuangan yang tidak menghasilkan laba setelah pajak berturut-turut selama tahun 2008-2011 Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan dividen berturut-turut selama tahun 2008-2012 Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki arus kas operasi positif berturut-turut selama tahun 2008-2011 Total Sampel 295 (4) (25) (102) (91) (16) 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 7 8 November 2014 Perusahaan non keuangan yang tidak mengklasifikasikan aset lancar dan liabilitas lancar selama tahun 2008-2011 Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel Kebijakan Dividen Dividen Per Share (DPS) = (2) 55 ������� ��� ������� ������ ������ ����� ���� ������� Laba Sebelum Bunga dan Pajak Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) = Ln (Laba Sebelum Bunga dan Pajak) Earnings Per Share Earnings Per Share (EPS) = Price to Book Value Ratio ���� ������� ����� ��� ����� ������ ������ ����� ���� ������� Price to Book Value Ratio (PBV) = Dividend Yield ����� ����� ��� ������ ����� ����� ���� ��� ������ ����� ������� ��� ������� ��� ������ ����� ����� Dividend Yield (DY) = ����� ����� ��� ������ ����� Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan (FS) = Ln (Nilai Buku Total Aset) Rasio Utang Rasio Utang (DEBT) = ����� ���������� ����� ���� Arus Kas Operasi Arus Kas Operasi (OCF) = Ln (Arus Kas Operasi) Rasio Lancar Rasio Lancar (CR) = Return on Asset ���� ������ ���������� ������ Return on Asset (ROA) = Pertumbuhan Penjualan ���� ������� ����� ����� ���� Pertumbuhan Penjualan (SG) = ��������� � � ��������� ��� ��������� ��� HASIL PENELITIAN Hasil dari pengujian statistik deskriptif dapat dilihat di tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel DPS EBIT EPS PBV 22 N 220 220 220 220 Minimum 0,4200 22,3038 16,0695 0,0437 Maximum 24074 30,9074 32296,4879 38,9694 Mean 934,9721 26,7916 1694,1894 2,4475 Std. Deviation 3124,5538 1,8231 4358,9728 4,6961 ISSN: 1410 -9875 Variabel DY FS DEBT OCF CR ROA SG Alfian Arifin N 220 220 220 220 220 220 220 Minimum 0,0035 24,8502 0,0805 19,5269 0,0799 0,0033 -0,2726 Maximum 2,9090 32,6648 0,9481 31,0504 11,7428 0,4165 0,7498 Mean 0,1568 28,5701 0,3897 26,4529 2,9322 0,1386 0,1547 Std. Deviation 0,3300 1,6873 0,1819 2,0422 2,3114 0,0945 0,1794 Sumber: Hasil Pengolahanz Data SPSS 19 Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan alpha 0,05 untuk melihat normalitas data yang akan diuji. Hasil uji normalitas data residual menunjukkan nilai asymp.sig sebesar 0, 000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 artinya variabel pengganggu memiliki distribusi tidak normal sehingga perlu dilakukan uji outlier. Uji outlier dilakukan dengan menggunakan z-score dengan nilai di atas 3 dan di bawah -3, sehingga peneliti mengeliminasi sebanyak 28 data. Hasil dari uji outlier menunjukkan nilai asymp.sig sebesar 0,000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 artinya variabel pengganggu setelah dilakukan uji outlier tetap memiliki distribusi tidak normal. Peneliti memutuskan untuk menggunakan data awal sebanyak 220 data dengan pertimbangan bahwa data yang lebih banyak akan lebih baik untuk digunakan dalam penelitian karena lebih menggambarkan populasi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Bruesch-Godfrey dimana hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,478 dimana lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. Pengujian Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Dapat disimpulkan bahwa regresi ini mengandung heteroskedastisitas dikarenakan variabel earnings per share dan dividend yield mempunyai nilai sig lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian multikolinearitas pada model regresi ini menunjukkan bahwa variabel laba sebelum bunga dan pajak, memiliki nilai tolerance sebesar 0,011 dan VIF sebesar 90,722, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai tolerance sebesar 0,013 dan VIF sebesar 79,737 dan variabel return on asset memiliki nilai tolerance sebesar 0,069 dan VIF sebesar 14,518. Dapat disimpulkan dalam model regresi ini mengandung multikolinearitas dikarenakan variabel laba sebelum bunga dan pajak, ukuran perusahaan dan return on asset mempunyai nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih besar dari 10. Hasil uji analisis koefisien korelasi menunjukkan nilai R sebesar 0,967, dimana nilai R tersebut lebih besar dari 0,5, artinya hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 yaitu kebijakan dividen dengan laba sebelum bunga dan pajak, earnings per share, price to book value ratio, dividend yield, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas operasi, rasio lancar, return on asset dan pertumbuhan penjualan adalah kuat. Hasil uji analisis koefisen determinasi menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,933. Secara statistik hal ini berarti bahwa variasi variabel dependen yaitu kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu laba sebelum bunga dan pajak, earnings per share, price to book value ratio, dividend yield, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas operasi, rasio lancar, return on asset dan pertumbuhan penjualan sebesar 93,3% dan sisanya sebesar 6,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi. Hasil uji F menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000, dimana tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan untuk menguji data karena menggambarkan model fit dari persamaan regresi. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi untuk setiap variabel independen yang digunakan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan variabel independen yang memiliki pengaruh secara individual terhadap kebijakan dividen adalah earnings per share, price to book value ratio dan dividend yield. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel independen adalah 0,000; 24 November 2014 0,001; 0,040. Nilai ini lebih kecil dari nilai aplha (0,05). Variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen adalah laba sebelum bunga dan pajak, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas operasi, rasio lancar, return on asset, dan pertumbuhan penjualan. PENUTUP Hasil pengujian menyatakan bahwa earnings per share (EPS), price to book value ratio (PBV) dan dividend yield (DY) berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT), ukuran perusahaan (FS), rasio utang (DEBT), arus kas operasi (OCF), rasio lancar (CR), return on asset (ROA) dan pertumbuhan penjualan (SG) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian,yaitu: 1. Penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian selama 4 (empat) tahun yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2011 2. Penelitian ini hanya menggunakan 10 (sepuluh) variabel independen 3. Pada penelitian ini data yang digunakan tidak terdistribusi normal. 4. Pada penelitian ini terjadi heteroskedastisitas untuk variabel earnings per share dan dividend yield serta terdapat multikolinearitas untuk variabel laba sebelum bunga dan pajak, ukuran perusahaan dan return on asset. ISSN: 1410 -9875 Berdasarkan keterbatasan di atas maka penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan mengambil rentang waktu yang lebih panjang menjadi 6 (enam) tahun sebagai periode tahun penelitian. 2. Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menambahkan variabel lain seperti collateral asset, insider ownership dan price earning ratio. Alfian Arifin 3. 4. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan jumlah data sampel penelitian untuk menghindari data tidak terdistribusi normal. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan transformasi data atau menambahkan jumlah data sampel penelitian untuk menghindari adanya heteroskedastisitas. Selain itu, peneliti selanjutnya sebaiknya mengeliminasi salah satu variabel dari tiga variabel independen yang terdapat multikolinearitas dalam penelitian ini. REFERENSI Alzomaia, Turki SF dan Ahmed Al-Khadhiri. 2013. Determination of dividend policy: the evidence from Saudi Arabia. International Journal of Business and Social Science. Vol. 4, No. 1. Arilaha, Mohammad A. 2009. Pengaruh free cash flow, profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap kebijakan dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 13, No. 1, hlm. 78-87. Brigham, Eugene F. 1995. Fundamentals of financial management (13th Edition). United States of America: The Dryden Press. Copeland, Thomas E., J. Fred Weston dan Kuldeep Shastri. 2005. Financial theory and corporate policy (4th Edition). United States of America: Pearson Addison Wesley Darminto. 2007. Factors influencing dividend policy. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 1, No. 2, hlm. 110-122. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 1, hlm. 57-64. Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institutional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 10, No. 1, hlm. 47-58. 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 El-Essa, Mohammad Salim, Mohammad M. Hameedat, Jamal A. Altaraireh dan Mousa A. Nofal. 2012. A worthy factors affecting dividends policy decisions an empirical study on industrial corporations listed in Amman Stock Exchange. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business Vol. 4, No. 5. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. SPSS. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting theory (7th Edition). Queensland: Wiley & Son Australia, Ltd. Handayani, Dwi R. dan Bambang Hadinugroho. 2009. Analisis pengaruh kebijakan manajerial, kebijakan hutang, return on asset, ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Fokus Manajerial Vol. 7, No. 1, hlm. 64-71. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Research method for business (1th Edition). Yogyakarta: BPFE. Jaya, Ketut Asmara. 2012. Hubungan laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas. Jurnal Akuntansi Vol. 16, No. 3, hlm. 380-389 Khan, Yousuf. 2009. Cash flow as determinants of dividens policy in mature firms: evidence from FTSE 250 and AIM listed firms. Working Paper Series. London South Bank University. Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis pengaruh cash position, debt to equity ratio, dan return on assets terhadap dividend payout ratio. Jurnal Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, hlm. 1-6. Marpaung, Elyzabet Indrawati dan Bram Hadianto. 2009. Pengaruh profitabilitas dan kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen. Jurnal Akuntasi Vol. 1, No. 1, hlm. 70-84. Masdupi, Erni. 2012. Pengaruh insider ownership, struktur modal, dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen perusahaan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Economac, Vol.12, hlm. 9 -14. Megginson, William L., 1997. Corporate finance theory. Amsterdam: AddisonWesley, Inc. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ROA, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, hlm. 103-123. 26 ISSN: 1410 -9875 Alfian Arifin Parica, Roni, Zulbahridar, dan Rusli. 2012. Pengaruh laba bersih, arus kas operasi, likuiditas, dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan automotive dan allied product yang terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi Universitas Riau Vol. 2, No. 1. Pujiastuti, Triani. 2008. Agency cost terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur dan jasa yang go public di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol.12, No.2, hlm 183-197. Purwanti, Dwi dan Peni Sawitri. 2011. Dampak rasio keuangan terhadap kebijakan dividen. Jurnal Bisma Vol.3, No.2. Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh free cash flow terhadap dividend policy. Working paper in Accounting and Finance. Oktober, hlm. 1-9. Sadalia, Isfenti dan Khalijah. 2011. Analisis faktor yang mempengaruhi dividend per share pada industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonom Vol. 14, No.4. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2011. Research methods for business (5th Edition. United Kingdom: John Willey & Sons, Ltd, Publication. Sukri, Yandi. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada industri food dan beverage, property dan real estate di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Managemen dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2. Sumiadji. 2011. Analisis variabel keuangan yang mempengaruhi kebijakan dividen. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol.3, No. 2, hlm. 129-138. Sunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 10, No. 1, hlm. 67-82. 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 28 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 29-38 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR PUSAT ARIEF ALFIANDRI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The aim of the study was to analyze and determine the influence of leadership, motivation, and job stress on employees’ performance. Sampling technique was saturated samples (census). Data was analyzed with multiple linear regression with SPSS for windows program.The result of the research indicated that leadership, motivation, and job stress simultaneously have significant effect on employees’ performances with determination value of 14,2%. Leadership, Motivation, and Job Stress partially has significant effect on employee performance. Keywords: Leadership, Motivation, Job Stress, and employee performance Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menentukan pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan stress kerja terhadap kinerja karyawan. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus dan data penelitian dianalisa dengan metode regresi melalui program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variable independen (kepemimpinan, motivasi, dan stress kerja) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Kata kunci: kepemimpinan, motivasi, stress kerja, kinerja karyawan dan dapat memenangkan persaingan tersebut. Perekonomian Indonesia yang sekarang ini semakin terbuka dan memaksakan perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan sejenisnya, baik dalam negeri maupun luar negeri juga memerlukan manajemen yang baik agar dapat memberikan pelayanan kepada publik atau masyarakat dengan baik pula. PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, suatu perusahaan pastinya memerlukan manajemen yang baik yang berkaitan dengan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan. Perusahaan perlu meningkatkan kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya untuk mengahadapi segala tantangan agar dapat bertahan, 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan, perusahaan harus dapat saling berinteraksi antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk dapat bertahan, maka koordinasi di dalam maupun di luar perusahaan harus dilaksanaakan dengan baik, yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuannya. Menghadapi persaingan dengan perusahaan lain, perusahaan harus mampu melakukan suatu perubahan ke arah perbaikan. Masalah kepemimpinan dalam suatu organisasi pun merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu tujuan perusahaan yang dicapai, sebab kepemimpinan yang sukses menunjukkan dimana seorang pemimpin itu harus mampu untuk mengantisipasi perubahan dalam proses pengelolaan organisasi, dapat mengoreksi kelemahankelemahan yang timbul didalam organisasi, dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Menurut Daft (2011; 5), “Leadership is an influence relationship among leaders and followers who intend real changes and outcomes that reflect their shared purposes”. (Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi hubungan antara pemimpin dengan bawahannya yang bermaksud untuk mewujudkan perubahan yang nyata yang mencerminkan tujuan bersama). Tanpa sebuah kepemimpinan di dalam organisasi, hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan 30 November 2014 organisasi mungkin menjadi lemah. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan situasi yang negatif terhadap karyawan. Karyawan hanya dapat bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, bukan secara keseluruhan sehingga organisasi menjadi tidak efisien dalam mencapai sasarannya. Oleh karena itu, kepemimpinan sangat diperlukan bila perusahaan ingin mencapai sukses. Setiap perusahaan juga dituntut agar dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan dapat menentukan bagaimana sumber daya manusia itu dapat dikelola dengan baik. Pengelolaan sumber daya manusia pun tidak terlepas dari faktor karyawan yang diharapkan, agar dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan perusahaan, karena karyawan merupakan sebuah asset utama dalam suatu organisasi yang mempunyai peran yang strategis didalam organisasi yaitu sebagai pemikir, perencanaan, dan pengendali aktivitas organisasi. Demi tercapainya tujuan organisasi, karyawan memerlukan motivasi yang tinggi agar dapat bekerja lebih rajin. Melihat pentingnya karyawan dalam organisasi, maka karyawan diperlukan perhatian yang lebih serius terhadap tugas yang dikerjakan, sehingga tujuan organisasi pun dapat tercapai. Menurut Daft (2011, p200) menyatakan bahwa “Motivation is the power from within or outside of a person who stimulates enthusiasm and perseverance to continue to perform a particular action”. Motivasi kerja yang tinggi, akan memberikan rasa semangat pada karyawan dan karyawan akan lebih giat didalam melaksanakan ISSN: 1410 -9875 pekerjaannya. Sebaliknya, jika motivasi kerja yang rendah karyawan tidak mempunyai semangat bekerja, mudah menyerah, dan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan dapat termotivasi dengan mengembangkan tanggung jawab bersama guna mencapai tujuan organisasi, ataupun sebaliknya. Selain faktor kepemimpinan, dan motivasi, stress kerja pun juga merupakan faktor yang memang harus diperhatikan dalam suatu organisasi, karena stress kerja merupakan suatu proses yang menyebabkan seseorang dapat merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja tertentu serta reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun perilaku bila seseorang mengalami ketidak-seimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut dalam jangka waktu tertentu. Robbins (2003, 793) menyatakan bahwa stress adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala, tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikannya sebagai tidak pasti tetapi penting. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang monoton juga akan dapat menyebabkan stres dalam bekerja di beberapa Perusahaan. Masalah Stres kerja di dalam kehidupan organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibatadanya stres kerja tersebut seseorang akan menjadi nervous, merasakan Arief Alfiandri kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam tidur. Namun tidak dapat disangka bahwa stres dalam bekerja pastinya akan terjadi pada setiap individu karyawan. Mereka akan mengalami stres karena dipengaruhi dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat dimana karyawan tersebut bekerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Peran perusahaan disini muncul untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh karyawannya. Untuk itu dibutuhkan suatu kinerja yang baik, yang dapat menciptakan kinerja yang tinggi, serta dibutuhkan adanya peningkatan kerja yang optimal yang mampu mendayagunakan potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh karyawan untuk menciptakan tujuan organisasinya, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan organisasi. Untuk meningkatkan kinerja karyawan perlunya perhatian terhadap sumber daya manusia, agar karyawan dapat bekerja secara efisien yang dapat menampilkan kinerja yang memberikan sumbangan terhadap produktivitas, karena hal tersebut merupakan masalah yang mendasar 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 dari berbagai konsep manajemen dan kepemimpinan. Kinerja mengacu pada prestasi kerja karyawan yang diukur berdasarkan standard atau kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi. Menurut Robbins (2001, 52) mengemukakan bahwa kinerja sebagai suatu kinerja yang dapat mempengaruhi secara langsung tingkat kinerja dan kepuasan seseorang karyawan lewat kesesuaian kemampuan pekerjaan. Kemampuan yang harus dapat dipertimbangkan disamping motivasi, sedangkan tingkat-tingkat kinerja yang tinggi sebagian besar merupakan fungsi dari absennya rintangan-rintangan yang menjadi kendala karyawan itu. Menurut Rahmila Sari (2009), “Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Makassar”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemimpinan, motivasi dan stress kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan determinasi sebesar 0,345 atau 34,5%. Kepemimpinan, motivasi dan stress kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah variable kepemimpinan. Pada PT. Askrindo, karyawan dituntut agar menyelesaikan tugas dan mampu bekerja dengan penuh semangat untuk mencapai target yang ditentukan. Dalam hal ini, motivasi pada karyawan bisa saja menjadi berkurang, kepemimpinan pun dapat tidak sesuai dan karyawan dapat mengalami stres 32 November 2014 yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia atau PT. Askrindo (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam asuransi atau penjaminan, tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Sesuai dengan Visi dan Misinya, PT. Askrindo (Persero) senantiasa menjalankan peran dan fungsinya sebagai Collateral Subtitution Institution, yaitu lembaga penjamin yang menjembatani kesenjangan antara UMKM yang layak namun tidak memiliki agunan cukup untuk memperoleh kredit dengan lembaga keuangan, baik perbankan maupun lembaga nonbank (feasible tetapi tidak bankable). PT. Askrindo senantiasa mengembangkan sayap usahanya untuk memberikan layanan yang prima, dengan didukung oleh beberapa Kantor Cabang dan Kantor Unit Pelayanan, yang berjumlah 50 Kantor yang tersebar di 20 Provinsi seluruh Indonesia. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kepemimpinan Menurut Daft (2011; 5), “Leadership is an influence relationship among leaders and followers who intend real changes and outcomes that reflect their shared purposes”. Menurut Rivai (2003), definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan ISSN: 1410 -9875 budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai perisiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian, dan aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi. Jadi, kepemimpinan merupakan proses yang mempengaruhi dan dipengaruhi antara pemimpin dengan bawahannya dalam suatu kelompok atau organisasi menuju tercapainya sebuah sasaran. Motivasi Kerja Robbins (2008) menyatakan bahwa motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai suatu tujuan.” Kreitner dan Kinicki (2008, 210) mendefinisikan “Motivasi adalah kumpulan proses psikologis yang menyebabkan pergerakan, arahan, dan kegigihan dari sikap sukarela yang mengarah pada tujuan.” Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai suatu tujuan. Stres Kerja Robbins (2003, 793) menyatakan bahwa stress adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala, tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikannya sebagai tidak pasti tetapi penting. Gibson (2003, 7) mengemukakan bahwa “Stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stress sebagai Arief Alfiandri stimulus, stress sebagai respon dan stress sebagai stimulus-respon.” Luthans (2003, 8) mendefinisikan Stress sebagai tanggapan dalam menyelesaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dan tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Jadi, stres kerja dalam penelitian ini merupakan suatu tanggapan dalam menyelesaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dan tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Kinerja Karyawan Menurut Kreitner dan Kinicki (2008, p36) Kinerja adalah nilai dari sekelompok perilaku karyawan yang berkontribusi, baik positif atau negatif, terhadap pencapaian tujuan organisasi. Robbins (2001, 52) mengemukakan bahwa kinerja sebagai “suatu kinerja yang dapat mempengaruhi secara langsung tingkat kinerja dan kepuasan seseorang karyawan lewat kesesuaian kemampuan pekerjaan.” Kemampuan harus dapat dipertimbangkan disamping motivasi, sedangkan tingkat-tingkat kinerja yang tinggi sebagian merupakan fungsi dari absennya rintangan-rintangan yang menjadi kendala karyawan itu. Jadi, kinerja merupakan suatu catatan atas hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu. 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 MODEL PENELITIAN Perumusan Hipotesis H01: Tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Ha1: Terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan H02: Tidak terdapat pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Ha2: Terdapat pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan H03: Tidak terdapat pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Ha3: Terdapat pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan H04: Tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Stres Kerja secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan Ha4: Terdapat pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Stres Kerja secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan METODE PENELITIAN 34 Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yang bersifat deskriptif dan asosiatif kausal. “Descriptive study is a study that undertaken to ascertain and be able to describe the characteristics of the variables of interest in situation.” (Sekaran dan Bougie 2009, 105). Penelitian asosiatif kausal merupakan rumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih, mengenai hubungan sebab akibat (Sugiyono 2009, 55). Populasi penelitian ini adalah karyawan Pada Kantor Pusat PT. Askrindo yang terdiri dari 450 karyawan. Penelitian ini menggunakan sampel untuk mewakili populasi. Menurut Sugiyono (2009, 116) sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh. Menurut Sugiyono (2010) teknik ini digunakan bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dapat dilakukan ISSN: 1410 -9875 Arief Alfiandri dengan membagikan kuesioner kepada responden, dokumentasi, dan observasi Uji Validitas Uji validitas adalah sejauh mana kecermatan atau ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan kata lain, bahwa suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Sugiyono (2004: 116), instrument dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi skor butir dengan skor total r > 0,3, sebaliknya tidak valid jika nilai koefisien korelasi skor butir dengan skor total r < 0,3. Dalam penelitian ini, r-hitung > r-tabel sehingga data dapat dikatakan valid. Uji Realibiltas Suatu instrumen juga harus reliable (handal), instrumen dikatakan reliable apabila alat tersebut dapat memberikan hasil ukur yang konsisten jika dilakukan oleh seseorang beberapa kali. Dalam penelitian akan dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan nilai Alpha Cronbach yaitu suatu instrumen dikatakan reliable, apabila nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Sugiono, 2008) dengan rumus: Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pernyataan Si2 = Jumlah varians butir St2 = Varians total Variabel Cronbach Alpha α Hasil Kepemimpinan (X1) 0.6180 0,6 Reliabel Motivasi (X2) 0.6375 0,6 Reliabel Stres Kerja (X3) 0.7713 0,6 Reliabel Kinerja (Y) 0.7242 0,6 Reliabel Karyawan Dalam penelitian ini mempunyai nilai cronbach alpha > 0.60 dan dapat dikatakan reliabel. 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 PEMBAHASAN Berdasarkan analisis regresi berganda diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: “ Y = 41.724 + 0.087X1 + 0.197X2 – 0.229X3 + e “ Berdasarkan hasil penelitian, Nilai koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai R Square sebesar 0,142 yang berarti variasi variabel tidak bebas (kinerja) dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas (kepemimpinan, motivasi kerja dan stress kerja) adalah sebesar 14,2%, sedangkan sisanya 99,858 % yang dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap, yang tidak dimasukkan di dalam model regresi. Nilai R2 sebesar 0,168 yang berarti variasi variabel tidak bebas (kinerja) dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas (kepemimpinan, motivasi kerja dan stress kerja) adalah sebesar 16,8%, sedangkan sisanya 83,2 % yang dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Tingkat hubungan antara variabel kepemimpinan, motivasi, dan stress kerja mempunyai kekuatan yang baik dalam pencapaian kinerja yang baik pula (R) yakni sebesar 0,409 atau 40,9%. Dalam uji hipotesis, peneliti menggunakan rumus regresi berganda yang dimana kita melihat di hasil uji T atau uji parsial. Dari hasil uji T terdapat thitung X1,X2 dan X3. Pada thitung X1 (variabel Kepemimpinan) menghasilkan sebesar (-1,984) atau 1,984 untuk tingkat signifikansi 5% dan pada tabel 4.15 diperoleh thitung sebesar 1,480. Karena thitung terletak di wilayah penerimaan Ha artinya terdapat pengaruh antara variabel kepemimpinan terhadap kinerja 36 November 2014 karyawan pada kantor pusat PT. Askrindo. Maka dari hasil di atas menentukan bahwa H1 berpengaruh positif dan signifikan. Jadi, Ha1 diterima. Pada thitung X2 (Variabel Motivasi) menghasilkan sebesar (-1,984) atau 1,984 untuk tingkat signifikansi 5% dan pada tabel 4.17 diperoleh thitung sebesar 1,315. Karena thitung terletak di wilayah penerimaan Ha artinya terdapat pengaruh antara variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada kantor pusat PT. Askrindo. Maka dari hasil di atas menentukan bahwa Ha2 berpengaruh positif dan signifikan. Jadi, Ha2 diterima. Pada thitung X3 (Variabel Stres kerja) menghasilkan sebesar (-1,984) atau 1,984 untuk tingkat signifikansi 5% dan pada tabel 4.19 diperoleh thitung sebesar (-2,575). Karena thitung terletak di wilayah penerimaan Ha artinya terdapat pengaruh antara variabel stress kerja terhadap kinerja karyawan pada kantor pusat PT. Askrindo. Maka dari hasil di atas menentukan bahwa H3 berpengaruh positif dan signifikan. Jadi, Ha3 diterima. Dan untuk menjawab Ha4, maka dapat dilihat dari hasil uji F, penelitian dapat ditentukan berpengaruh atau tidak untuk secara simultan atau keseluruhan. Dari hasil uji F, terdapat Fhitung lebih besar dari pada Ftabel dan mempunyai signifikan dibawah dari 0,05 atau 5%. Pada tabel 4.22 diperoleh Fhitung sebesar 6,442, Karena nilai Fhitung terletak di wilayah penerimaan Ha maka artinya terdapat pengaruh secara simultan antara variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan stress kerja terhadap kinerja ISSN: 1410 -9875 karyawan pada PT Askrindo. Dengan demikian, variabel Kepemimpinan, Motivasi dan Stress kerja) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja pegawai pada Kantor Pusat PT.Askrindo. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis t, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan, motivasi dan stress kerja berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pusat PT. Askrindo. Pada uji F dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan, motivasi dan stress kerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pusat PT. Askrindo. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu, biaya Arief Alfiandri serta tenaga sehingga penelitian ini hanya dilakukan di PT. Askrindo, pengembalian kuesioner yang tidak sesuai dengan yang ditargetkan. Data yang dianalisis menggunakan instrumen yang berdasarkan presepsi jawaban responden, hal ini bisa mengakibatkan masalah jika presepsi setiap responden berbedabeda. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian ini dapat di generalisasikan serta sebaiknya pada penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah perusahaan sehingga didapat hasil yang lebih akurat dan optimal dan diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambah variabel dependen. REFERENSI Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat Fahmi. 2009. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai SPBU Pandanaran Semarang. Semarang : Jurnal Ekonomi.Universitas Gunadarma. George dan Jones. 2005. Understanding and Managing Organizational behaviour 4th edition. Pearson. Prentice Hall. Gibson, James L. Dkk. 2006. Organizations behaviour, structure, processes. Dallas : Business Pub. Ghozali.,Imam. 2009. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang . 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP Universitas Diponegoro Kreitner dan Kinicki. 2008. Organizational behaviour 8th edition. McGrow Hill International Edition. Rahmah, Miftah Chaerati 2013. Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Staf Keuangan di Pemkot Makassar. Makasar : Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Robbins, Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi 9. Jakarta : PT.Indeks. .2006. Organizational Behaviour. 10th Edition. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia. 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 .2008. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Hussein, Umar.2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sari, Rahmila. 2009. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Makassar. Makassar : Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Setiawan, Kharisma. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Namasco Pemuda Semarang. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Sugiyono 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cet. Ke 6. Bandung : Alfa Beta. .2010. Metode Penelitian Bisnis. Cet. Ke 15. Bandung : Alfa Beta. Sweeney, Paul D. And Dean B. McFarlin.2002. Organizational Behaviour Solutions for Management, McGraw Hill. Veithzal, Rivai. 2004. Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori Praktik. Edisi 1, Cetakan 1. Jakarta : Raja Grafindo Persada. .2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktek. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta Yukl. 2005. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta : Indeks 38 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 39-56 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA BURSA EFEK INDONESIA ARWINA KARMUDIANDRI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to reach empirical evidence variables that effect dividend policy of non financial firms listed on the Indonesian Stock Exchange. The variables are business risk, tax status of institutional shareholders, insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, collateralizable assets, financial leverage, firm size, investment opportunity andcurrent ratio. The population of this research is non financial firms that listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2008-2011. Sixty four firms were used as sample. Hypothesis tested by using multiple regression analysis. The results of this study indicate that business risk, insider ownership, dispersion of ownership free cash flow, collateralizable assets, financial leverage, firm size, investment opportunity have no effect ondividend policy. However, institusional ownership and current ratio have significantly positive effect on dividend policy. Keywords: Dividend Policy, Business Risk, Institutional Ownership, Collateralizable Assets, Investment Opportunity and Current Ratio. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa risiko bisnis, status pajak dari pemegang saham institusional, kepemilikan insider, dispersi kepemilikan, arus kas bebas, asset collateralizable, leverage, ukuran perusahaan, peluang investasi dan current ratio terhadap kebijakan dividen perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2011. Enam puluh empat perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko bisnis, kepemilikan insider, dispersi kepemilikan bebas arus kas, aset collateralizable, leverage, ukuran perusahaan, peluang investasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Namun, kepemilikan institusional dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kata Kunci: Kebijakan Dividen, Risiko Bisnis, Kepemilikan Institusional, Collateralizable Assets, Kesempatan Investasi dan Current Ratio. 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 PENDAHULUAN Pasar modal adalah tempat bagi investor untuk berinvestasi melalui berbagai instrumen yang ditawarkan di pasar modal. Investor dalam menanamkan dananya bertujuan untuk mencari pendapatan, baik dari dividen ataupun capital gain. Pilihan atas dividen dan capital gain bergantung pada tujuan dan kebutuhan investor. Investor yang lebih memilih dividen berharap tingkat pembagian dan pertumbuhan dividen dapat disesuaikan dengan laba yang diperoleh perusahaan. Manajer yang tidak mempunyai kepentingan dalam dividen akan lebih mementingkan tujuan individu dengan cara melakukan perilaku opportunistic, sehingga akan berpengaruh terhadap dividen yang akan dibagikan. Menyadari pengaruh pemilik perusahaan pada pelaksanaan kebijakan dan operasi, manajer perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat keputusan bisnis, tidak hanya bergantung pada kesepakatan kontrak maksimalisasi kekayaan melalui penciptaan keuntungan, tetapi juga pada keuntungan pribadi dan utilitas, yang dapat mengakibatkan agency problem. Pemodal berkepentingan untuk memperoleh keuntungan dari dananya yang diinvestasikan, sedangkan insider memiliki hak atas gaji dan kompensasi lainnya karena menjalankan amanat termasuk mengambil keputusan-keputusan bisnis yang diharapkan yang terbaik bagi pemilik modal. Pihak insider sering bekerja bukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan, tapi berfokus pada 40 November 2014 peningkatan kesejahteraan insider sendiri. Namun adanya kepemilikan insider maka kecenderungan ini akan berubah karena insider merangkap sebagai pemilik modal. Dengan adanya kepemilikan insider maka dimungkinkan insider juga ingin memaksimumkan nilai perusahaan dengan menggunakan wewenangnya dalam menentukan berbagai kebijakan seperti kebijakan dividen. Struktur kepemilikan perusahaan dapat terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, kepemilikan negara, kepemilikan asing dan kepemilikan publik. Arvitricia (2010) dalam Lucyanda dan Lilyana (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah dividen yang dibayarkan, sedangkan kepemilikan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap jumlah dividen. Peneliti termotivasi untuk menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu mengetahui pengaruh risiko bisnis, tax status of institutional shareholders, kepemilikan insider, dispersion of ownership, arus kas bebas, collateralizable assets, financial leverage, ukuran perusahaan, kesempatan investasi dan current ratio sebagai faktor yang akan diteliti secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris variabel indepen tersebut terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen. Penelitian ini disusun dengan urutan penelitian yaitu pertama ISSN: 1410 -9875 pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan serta organisasi penulisan. Kedua yaitu rerangka teoritis yang memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan untuk mengembangkan hipotesis. Ketiga yaitu, metoda penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat yaitu hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima yaitu bagian penutup yang menguraikan simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kebijakan Dividen Dividend payout ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham berupa dividen di satu pihak dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan (Darman 2008). Dividend Irrelevance Theory dikemukakan oleh Modigliani-Miller dalam Brigham et al. (1996, 646) teori dividen tidak relevan adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Dividend Relevance Theory(Gordon and Litner Theory) teori ini diungkapkan oleh Gordon dan Lintner dalam Brigham et al. (1996, 647) berdasarkan teori dividen relevan, kebijakan dividen Arwina Karmudiandri dapat mempengaruhi nilai perusahaan melalui preferensi investor. Nilai perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan dividen, kebijakan dividen yang optimal adalah salah satu yang memaksimalkan nilai perusahaan. Signalling Theory dan Kebijakan Dividen Signalling theory menurut MM (Modigliani dan Miller) penambahan jumlah dividen yang lebih besar dari yang diperkirakan akan dianggap oleh investor sebagai sinyal bahwa manajemen perusahaan memperkirakan adanya peningkatan pendapatan di masa yang akan datang, sedangkan pengurangan dividen dianggap sebagai sinyal perkiraan atas pendapatan yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara business risk terhadap dividen payout ratio .Hasil ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2008) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap kebijakan dividen. Ha1: Risiko bisnis berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Tax Clientele Theory dan Kebijakan Dividen Tax clientele theory memandang bahwa kelompok pemegang saham (clientele) yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen. Clientele effect menurut Gitman dan Zutter (2012, 573) adalah argumen dimana perbedaan kebijakan dividen menarik tipe investor yang berbeda tetapi tetap 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 tidak mengubah nilai dari perusahaan. Penelitian Mollah (2011) dan Darman (2008) menemukan tidak terdapat pengaruh antara institutional shareholders terhadap DPR. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda dan Lilyana (2012), Santoso dan Prastiwi (2012) dan Dewi (2008) memberikan hasil berbeda yaitu kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha2: Tax status of institutional shareholders berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Agency Theory dan Kebijakan Dividen Jensen dan Meckling menggambarkan agency theory dalam Godfrey et al. (2010, 362) hubungan keagenan timbul karena terdapat kontrak antara principal dengan pihak lain yaitu agent untuk berkinerja sesuai dengan keinginan principal. Pihak principal melalui kontrak tersebut, mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent. Hubungan keagenan merupakan salah satu sebab adanya suatu konflik. Penelitian Mollah (2011) dan Darman (2008) menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan insider terhadap DPR. Hasil penelitian berbeda didapatkan oleh Dewi (2008), Pujiastuti (2008) dan Nuringsih (2005) menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan insider terhadap DPR. Penelitian yang Mollah (2011) dan Darman (2008) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara dispersion of ownership terhadap DPR. Hasil penelitian berbeda 42 November 2014 didapatkan oleh Pujiastuti (2008) menyatakan bahwa shareholder dispersion berpengaruh signifikan dan berhubungan positif dengan dividend payout ratio. Hasil penelitian Mollah (2011), Pujiastuti (2008) dan Darman (2008) menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara free cash flow terhadap DPR. Hasil penelitian berbeda didapatkan oleh Lucyanda dan Lilyana (2012) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Ha3: Kepemilikan insider berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Mollah (2011) dan Santoso dan Prastiwi (2012) menemukan tidak terdapat pengaruh antara collateralizable assets terhadap kebijakan dividen sedangkan hasil berbeda diperoleh Darman (2008) yaitu, terdapat pengaruh collateralizable assets terhadap kebijakan dividen. Ha4: Dispersion of ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha5: Arus kas bebas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha6: Collateralizable assets berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Transaction Cost, Residual dan Pecking Order Theory dan Kebijakan Dividen Pecking order theory menurut Gitman (2000) dalam Liono et al. (2009) adalah hirarki pembiayaan yang diawali dengan laba ditahan yang diikuti oleh pembiayaan utang dan akhirnya pembiayaan ekuitas eksternal. Residual theory dividend menurut Gitman dan Zutter (2012) adalah pemikiran yang ISSN: 1410 -9875 menunjukkan bahwa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan harus dipandang sebagai sisa (jumlah yang tersisa setelah semua peluang investasi dapat diterima telah dilakukan). Perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi umumnya memiliki persyaratan investasi yang besar, akibatnya akan mengurangi kemampuan membayar dividen (Mollah2011). Ukuran perusahaan digunakan sebagai proksi untuk issuance cost pada pembiayaan eksternal. Penelitian yang dilakukan Mollah (2011), Dewi (2008), Pujiastuti (2008) dan Nuringsih (2005) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dan negatif antara kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen. Sedangkan hasil penelitian Lucyanda dan Lilyana (2012), Santoso dan Prastiwi (2012), Sumani (2012) dan Sulastri dan Harmadi (2009) menunjukkan hasil berbeda yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011) dan Nuringsih (2005) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dan hubungan yang positif antara ukuran perusahaan terhadap DPR. Hasil berbeda terlihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda dan Lilyana (2012), Santoso dan Prastiwi (2012), Sugiarto (2008) dan Dewi (2008) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011) dan Haryetti dan Ekayanti (2012) menunjukkan Arwina Karmudiandri bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kesempatan investai terhadap DPR. Sedangkan dalam penelitian Sulastri dan Harmadi (2009) dan Suharli (2007) yang menemukan bahwa kesempatan investasi mempengaruhi kebijakan jumlah dividen perusahaan. Ha7: Financial leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen Ha8: Kesempatan investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha9: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Likuiditas dan Kebijakan Dividen Likuiditas perusahaan diukur oleh kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo Gitman dan Zutter (2012). Salah satu rasio likuiditas yaitu current ratio, rasio ini menunjukkan jumlah kewajiban lancar (current liabilities) yang dijamin pelunasannya oleh aktiva lancar (current assests). Penelitian yang dilakukan Sumani (2012) dan Deitiana (2009) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan current ratio terhadap dividend payout ratio.Hasil berbeda diperoleh dalam penelitian Sulastri dan Harmadi(2009) yang menemukan bahwa current ratio yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen tunai perusahaan. H10: Current ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 METODA PENELITIAN Populasi dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur dan non manufaktur selain bank dan lembaga keuangan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai 2011. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun proses pemilihan sampel disajikan pada tabel 1. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur dan non manufaktur selain bank dan lembaga keuangan yang terdaftar di November 2014 Bursa Efek Indonesia tahun 20052012 yang diperoleh dari www.idx.com dan Indonesia Capital Market Directory. Dividend Payout Ratio (DPR) adalah proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen (Mollah 2011). DPR didefinisikan sebagai dividen yang dibagi dengan laba setelah pajak tetapi terkadang dapat menimbulkan masalah karena banyak perusahaan yang membayar dividen dengan selisih dari net profit after taxes dan beberapa perusahaan juga membayar dividen ketika net profit after taxes negatif. Dividen DPR = Operating Profits Risiko bisnis menurut Mollah (2011) dianggap sebagai proksi dari ketidakpastian pendapatan saat ini dan pendapatan masa depan untuk BR = OPt OPt-1 TAt TAt-1 menguji dividend signalling theory untuk penelitian ini. Variabel ini diberi simbol BR dan menggunakan skala rasio. STD Keterangan: STD: Standar deviasi untuk tiga tahun OP: Operating Income TA: Total Assets Variabel tax status of institutional shareholders menurut Mollah (2011) merupakan proksi dari wajib pajak marjinal untuk menguji clientele effect pada dividen. Variabel ini diberi simbol INST dan dihitung dengan melihat jumlah proporsi saham yang dimiliki oleh pemegang saham institusional dan menggunakan skala rasio. Jumlah Kepemilikan Institusional INST = Jumlah Saham Beredar 44 ISSN: 1410 -9875 Arwina Karmudiandri Variabel kepemilikian insider menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan insider. Menurut Mahadwartha (2002)menemukan bahwa kecenderungan data di Indonesia bersifat binomial (ada atau tidak ada) untuk itu digunakan dummy dengan ketentuan D=1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan insider dan D=0 untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan insider dan menggunakan skala nominal. Dispersion of Ownership adalah variabel yang menggambarkan jumlah pemegang saham biasa (Mollah 2011). Variabel ini diberi simbol DOWNER. Menurut Mollah (2011) jumlah pemegang saham biasa diproksikan sebagai penyebaran kepemilikan (shareholder dispersion) untuk cost agency antara pemegang saham dengan manajemen, DOWNER= Natural log dari jumlah pemegang saham biasa Arus kas bebas mencerminkan jumlah arus kas perusahaan dalam melakukan investasi tambahan, membayar hutang atau menambah likuiditas (Kieso, Weygandt dan Warfield 2007). Menurut Mollah (2011), arus kas bebas diukur dengan menggunakan net profit after taxdikurangi dividen dan ditambah depresiasi dan dibagi dengan total aset. (net profit after tax – dividen + depresiasi) FCF = Total Assets Collateralizable Assets merupakan proksi atas jaminan bondholder (Mollah 2011). Variabel ini diberi simbol COLLASS dan menggunakan skala rasio. Menurut Mollah (2011) collateralizable assetsdiukur dari rasio aset tetap netto (net fixed asset) terhadap total aset. Rasio ini dianggap sebagai proksi aset koleteral untuk agency cost. Fixed asset COLLASS = Total Assets Financial leverage diproksikan sebagai proksi beban perusahaan atas hutang jangka panjangnya yang diukur dari seluruh aset yang dimiliki (Mollah 2011). Variabel ini diberi simbol LEVER dan menggunakan skala rasio. Menurut Mollah (2011) financial leverage dihitung dari rasio hutang jangka panjang terhadap total aset. Hutang Jangka Panjang LEVER = Total Aset 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Ukuran Perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai issuance cost bagi pembiayaan eksternal perusahaan (Mollah 2011). Variabel ini diberi simbol November 2014 SIZE dan menggunakan skala rasio. Menurut Mollah (2011), variabel ini diukur dengan natural logaritma dari market capitalisation. SIZE = ln (Market Capitalization) Kesempatan investasi yang tinggi menunjukkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Menurut Mollah (2011), pertumbuhan aset perusahaan diproksikan sebagai kesempatan investasi. Variabel ini diberi simbol INVEST dan menggunakan skala rasio. (net fixed assetst – net fixed assets t-1 ) INVEST = net fixed assets t-1 Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendek nya saat jatuh tempo. Current ratio yang lebih tinggi mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi pula. Menurut Gitman dan Zutter (2012) current ratio diukur dari current assets terhadap current liabilities. Current Assets CR = Current Liabilities Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda. Tujuan dari analisis regresi berganda yaitu untuk mengetahui nilai dari variabel terikat berdasarkan nilai dari variabel-variabel bebas (Hair et al. 2010). Persamaan regresi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: DPR = b0 + b1 BR + b2 INST + b3 INSIDE+ b4 DOWNER + b5 FCF + b6 COLLASS+ b7 LEVER + b8 SIZE + b9 INVEST + b10 CR + e Keterangan: DPR = Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) b0 = Konstanta = Risiko Bisnis BR 46 INST INSIDE DOWNER FCF COLLASS LEVER SIZE INVEST CR e = Tax Status of Insitutional Shareholders = Kepemilikan Insider = Dispersion of Ownership = Arus Kas Bebas = Collateralizable Assets = Financial Leverage = Ukuran Perusahaan = Kesempatan Investasi = Current ratio = Prediksi kesalahan (residual) ISSN: 1410 -9875 HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness. Hasil statistik deskriptif disajikan pada tabel 2. Dari hasil pengujian normalitas residual pada tabel 3, maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 artinya data tidak terdistribusi normal sehingga tidak baik digunakan dalam model regresi. Karena data tidak terdistribusi normal dilakukan uji outlier terhadap data penelitian. Setelah dilakukan uji normalitas data setelah dilakukan outlier menghasilkan nilai asymp. Sig sebesar 0,004 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, karena hasil uji normalitas data penelitian setelah outlier tetap menghasilkan asymp. Sig lebih kecil dari 0,05 maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sebelum outlier. Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel risiko bisnis, tax status of institutional shareholders, kepemilikan insider, dispersion of ownership, arus kas bebas, collateralizable assets, financial leverage, ukuran perusahaan, kesempatan investasi dan current ratio memiliki nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan memiliki nilai VIF kurang dari 10. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi, sehingga model regresi tersebut baik untuk digunakan dalam penelitian. Arwina Karmudiandri Berdasarkan tabel 5 hasil uji Glejser menunjukkan bahwa variabel risiko bisnis mempunyai nilai sig 0,326, variabel kepemilikan insider mempunyai nilai sig 0,126, variabel dispersion of ownership mempunyai nilai sig 0,779, variabel arus kas bebas mempunyai nilai sig 0,962, variabel collateralizable assets mempunyai nilai sig 0,534, variabel financial leverage mempunyai nilai sig 0,616, variabel ukuran perusahaan mempunyai niai sig 0,242, variabel kesempatan investasi mempunyai sig 0,761. Nilai-nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada kedelapan variabel tersebut. Sedangkan variabel tax status of institutional shareholders mempunyai nilai sig 0,010 dan variabel current ratio mempunyai nilai sig 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi heteroskedastisitas pada variabel tersebut. Tabel 6 menunjukkan nilai sig sebesar 0,175 dimana lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini sehingga data baik digunakan untuk penelitian. Tabel 7 menunjukkan nilai R sebesar 0,407, dimana nilai R tersebut lebih kecil dari 0,5 artinya hubungan antara variabel dependen berupa kebijakan dividen dengan variabel independen, yaitu risiko bisnis, tax status of institutional shareholders, kepemilikan insider, dispersion of ownership, arus kas bebas, collateralizable assets, financial leverage, ukuran perusahaan, kesempatan investasi dan current ratio adalah lemah. 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Tabel 7 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,131. Hal ini berarti secara statistik variasi variabel kebijakan dividen (variabel dependen) dapat dijelaskan oleh variabel risiko bisnis, tax status of institutional shareholders, kepemilikan insider, dispersion of ownership, arus kas bebas, collateralizable assets, financial leverage, ukuran perusahaan, kesempatan investasi dan current ratio (variabel independen) sebesar 13,1% dan sisanya sebesar 86,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi. Dari tabel 8 dapat ditunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000, dimana tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Jadi model regresi penelitian ini layak digunakan untuk menguji data karena menunjukkan model fit dari persamaan regresi. Hasil uji t menunjukkan variabel risiko bisnis mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,795 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel tax status of institutional shareholders mempunyai nilai beta sebesar 0,383 dan nilai signifikansi sebesar 0,001 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh positif dari kepemilikan institusional ini, dapat dijelaskan dengan menggunakan Tax Based Hypothesis. Afza dan Mirza (2011) dalam Santoso dan Prastiwi (2012) menyatakan pemilik institusional akan memperoleh insentif pajak 48 November 2014 dari return yang mereka peroleh dalam bentuk dividen. Sehingga pendapatan yang diperoleh dari dividen tidak dimasukkan dalam perhitungan pajak total pendapatan. Oleh karena itu, perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi, cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Variabel kepemilikan insider mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,173 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha3 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan insider tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel dispersion of ownership mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,402 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha4 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa dispersion of ownership tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Variabel arus kas bebas mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,714 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha5 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel collateralizable assets mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,384 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha6 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa collateralizable assets tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel financial leverage mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,215 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha7 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel financial leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. ISSN: 1410 -9875 Variabel ukuran perusahaan mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,104 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha8 ditolak. Hasil ini menunjukkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel kesempatan investasi mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,925 dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha9 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen. Variabel current ratio mempunyai nilai beta 0,040 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ha10 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara current ratio terhadap kebijakan dividen. Hal ini mengindikasikan bahwa manajer dalam pembayaran dividen juga mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Apabila kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi, maka sisa atas kelebihan dana yang ada akan didistribusikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. PENUTUP Hasil penelitian membuktikan bahwa risiko bisnis tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konstisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011) dan Sugiarto (2008). Tax status of institutional shareholders Arwina Karmudiandri mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Santoso dan Prastiwi (2012), Lucyana dan Lilyana (2012) dan Dewi (2008). Namun hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011) dan Darman (2008) yang menyatakan bahwa tidak terjadi pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan insider tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Mollah (2011) dan Darman (2008). Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2008), Dewi (2008) dan Nuringsih (2005) yang mengemukakan bahwa kepemilikan insider mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Dispersion of ownership tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011) dan Darman (2008). Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2008) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh dispersion of ownership terhadap kebijakan dividen. Arus kas bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011), Pujiastuti (2008) dan Darman (2008). Namun hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda dan Lilyana (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan dividen. 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Collateralizable assets tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Prastiwi (2012), Mollah (2011) dan Pujiastuti (2008). Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darman (2008) yang menunjukkan bahwa collateralizable assets mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Financial leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Santoso dan Prastiwi (2012), Sumani (2012), Lucyanda dan Lilyana (2012) dan Sulastri dan Harmadi (2009). Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011), Pujiastuti (2008), Dewi (2008) dan Nuringsih (2005) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh financial leverage terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan November 2014 hasil penelitian yang dilakukan oleh Mollah (2011) dan Nuringsih (2005). Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Prastiwi (2012), Lucyanda dan Lilyana (2012), Dewi (2008) dan Sugiarto (2008) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Kesempatan investasi tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Haryetti dan Ekayanti (2012) dan Mollah (2011). Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang didapat oleh Sulastri dan Harmadi (2009) dan Suharli (2007) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen. Current ratio mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulastri dan Harmadi (2009). Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumani (2012) dan Deitiana (2009). REFERENSI: Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams, Jeffrey D. Camm, dan James J. Cochran. 2012. Statistics for Business and Economics. 12th Edition. South Western: Cengage Learning. Brigham, Eugene F., J. Fred Weston, and Scott Besley. 1996. Essentials of Managerial Finance. Eleventh Edition. Orlando: The Dryden Press. Darman. 2008. Agency Cost dan Kebijakan Dividen pada Emerging Market. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 12, No. 2. Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No.1. 50 ISSN: 1410 -9875 Arwina Karmudiandri Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 1. Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance.10th Edition. England: Pearson Education. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 5. Universitas Diponegoro: Semarang. Godfrey, Jayne., Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton and Scott H olmes. 2010. Accounting Theory. 7th Edition. John Wiley. Hair, Joseph F., Jr., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. Seventh edition. England: Pearson Education. Haryetti, dan Ririn Araji Ekayanti. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Investment Opportunity Set dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI. Ekonomi, volume 20. Nomor 3. Himpunan Peraturan Pasar Modal, UU No. 8 Th. 1995 tentang Pasar Modal. Sinar Grafika. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Per 1 Oktober 2004. Salemba Empat: Jakarta. Keown, Arthur J., John D. Martin, William J. Petty, and David F. Scott Jr. 2005. Financial Management. 10th Edition. A Book. Lucyanda, Jurica, dan Lilyana. 2012. Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 4, No. 2 Liono, Nency, Mudji Utami, dan Liliana Inggrit Wijaya. 2009. Interpendensi Kebijakan Dividend, Financial Leverage dan Investasi; Pengujian Pecking Order Theory. Jurnal Manajemen & Bisnis, Volume 8, nomor 1. Mahadwartha, Putu Anom. 2002. The Association of Managerial Ownership with Dividend Policy and Leverage Policy: Indonesian Firms. National Seminar Surviving Strategic to Cope with The Future: Universitas Atmajaya Yogyakarta. Marlina, Lisa, dan Clara Danica. 2009. Analisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1. Marpaung, Elyzabet Indrawati, dan Bram Hadianto. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi Vol. 1 No. 1. Mollah, Sabur. 2011. Do Emerging Market Firms Follow Different Dividend policies?. Studies in Economics and Finance. Vol. 28, No. 2. www.emeraldinsight.com/1086-7376.htm. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisi Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, volume 2, Nomor 2 hal. 103-123. Pujiastuti, Triani. 2008. Agency cost terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur dan jasa yang go public di Indonesia. Jurnal 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 2. Santoso, Habib, dan Andri Prastiwi. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Diponegoro Journal of Accounting Volume 1, Nomor 1 http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting. Sugiarto. 2008. Kebijakan Dividend Perusahaan-Perusahaan Terbuka Non Keuangan yang dikontrol Keluarga. Jurnal Akuntabilitas ISSN 14120240, Volume 7, nomor 2 hal 135-149. Suharli, Michael. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1. Sulastri, dan Harmadi. 2009. Analisis Pengaruh Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Debt to Total Assets, Earning Per Share dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Kas (Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2006). Fokus Manajerial, volume 7, Nomor 1 hal. 57-63. Sumani. 2012. Analisis Pengaruh Return on Equity, Current Ratio, Debt to Total Assets dan Earning Per Share terhadap Cash Dividen pada Perusahaan Non Jasa Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen ISSN: 1693-5241, volume 10 nomor 1. Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. 2010. Financial Accounting; IFRS Edition. 1st Edition. Pearson. 52 ISSN: 1410 -9875 Arwina Karmudiandri Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel Penelitian No. Kriteria Jumlah Jumlah Perusahaan Data 1 Perusahaan non-keuangan yang tercatat di 216 864 Bursa Efek Indonesia secara konsisten dari tahun 2005 sampai 2012 2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan (16) (64) laporan keuangan dengan Rupiah selama tahun 2005 sampai 2012 3 Perusahaan yang tidak memiliki periode (3) (12) tutup buku per 31 Desember (132) (528) 4 Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten selama tahun 2008 sampai 2011 5 Perusahaan yang tidak memiliki laba (1) (4) positif berturut-turut selama tahun 2008 sampai 2011 6 Perusahaan yang sahamnya tidak (0) (0) dimiliki oleh institusi Total data yang digunakan dalam penelitian 64 256 Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Variabel DPR BR INST INSIDE DOWNER FCF COLLASS LEVER SIZE INVEST CR N Minimum Maximum Mean 256 0,00802 4,97229 0,32695 256 0,00050 1,03204 0,07999 256 0,05122 0,99951 0,69556 256 0 1 0,50 256 2 13 4,49 256 -0,22318 0,45532 0,10572 256 0,00558 0,82492 0,29342 256 0,00555 0,55508 0,12919 256 23,42638 33,33334 28,33802 256 -0,99783 9,30809 0,16717 256 0,39768 11,74282 2,74741 Standar Deviasi 0,38634 0,15293 0,21418 0,501 2,193 0,06671 0,19351 0,11439 2,34995 0,69675 2,23206 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2tailed) 0,000 Tabel 3.1 Hasil Uji Outlier Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2tailed) Variabel BR INST INSIDE DOWNER FCF COLLASS LEVER SIZE INVEST CR 54 0,004 Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance VIF Hasil Tidak terjadi 0,874 1,144 multikolinearitas Tidak terjadi 0,840 1,190 multikolinearitas Tidak terjadi 0,723 1,383 multikolinearitas Tidak terjadi 0,693 1,443 multikolinearitas Tidak terjadi 0,726 1,378 multikolinearitas Tidak terjadi 0,643 1,555 multikolinearitas Tidak terjadi 0,675 1,480 multikolinearitas Tidak terjadi 0,802 1,247 multikolinearitas Tidak terjadi 0,941 1,063 multikolinearitas Tidak terjadi 0,803 1,246 multikolinearitas November 2014 ISSN: 1410 -9875 Arwina Karmudiandri Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sig. Hasil Tidak Terjadi 0,326 Heteroskedastisitas 0,010 Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi 0,126 Heteroskedastisitas Tidak Terjadi 0,779 Heteroskedastisitas Tidak Terjadi 0,962 Heteroskedastisitas Tidak Terjadi 0,534 Heteroskedastisitas Tidak Terjadi 0,616 Heteroskedastisitas Tidak Terjadi 0,242 Heteroskedastisitas Tidak Terjadi 0,761 Heteroskedastisitas 0,000 Terjadi Heteroskedastisitas Variabel BR INST INSIDE DOWNER FCF COLLASS LEVER SIZE INVEST CR Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Sig. RES_2 0,175 Tabel 7 Hasil Uji R Model 1 Adjusted R Square R 0,407 Model Regression Residual Total 0,131 Tabel 8 Hasil Uji F Sum of Squares 6,299 31,762 38,061 F Sig. 4,858 0.000 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Variabel BR INST INSIDE -0,041 0,383 0,072 DOWNER -0,010 FCF -0,146 COLLASS -0,127 LEVER -0.298 SIZE INVEST CR 56 B 0,017 -0,003 0,040 Tabel 9 Hasil Uji t Sig Hasil Tidak 0,795 Berpengaruh 0,001 Berpengaruh Tidak 0,173 Berpengaruh Tidak 0,402 Berpengaruh Tidak 0,714 Berpengaruh Tidak 0,384 Berpengaruh Tidak 0,215 Berpengaruh Tidak 0,104 Berpengaruh Tidak 0,925 Berpengaruh 0,000 Berpengaruh November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 57-72 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PE NGARU H N ILA I P ELA NGGAN , DAYA TARIK I KLAN DAN K OMP ET ENS I TENAG A PEN JUA L TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN DILLA NOVERITA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to know how the influence of customer value, advertising’s appeal, and salesperson’s competence of consumer loyalty to user Telkomsel KartuHalo in Jakarta.The research design used in descriptive research and causality research. The sampling in the study was purposive sampling and uses 100 respondent. Data is used the primary data, and the methods for the analysis is regression Y= a + bX + e and multiple regression Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn + e, analysis with SPSS 11,5 programs. The result this research is of customer value, advertising’s appeal and salesperson’s competence have positive influence to consumer loyalty individually and simultaneously. Keywords: Customer Value, Advertising’s Competence and Consumer Loyalty Appeal, Salesperson’s Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh customer value, advertising’s appeal, dan salesperson’s competence terhadap loyalitas pelanggan pengguna Telkomsel KartuHalo di Jakarta.Design penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif dan kausal. Sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling dengan 100 orang responden. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan regresi melalui SPSS 11.5 Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variable independen (customer value, advertising’s appeal, dan salesperson’s competence) terhadap variable loyalitas pelanggan. Kata kunci: Customer Value, Advertising’s Competence and loyalitas pelanggan PENDAHULUAN Appeal, Salesperson’s penyedia jasa layanan seluler, dalam 5 tahun terakhir ini pertumbuhan rata-rata per tahun pengguna seluler di Indonesia adalah 20%-30% per tahun (Santoso, Perkembangan pasar telepon seluler di Indonesia semakin pesat, diikuti oleh perkembangan 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 2012 Head of Marketing Communications Telkomsel). Seiring peningkatan tersebut, persaingan para operator penyedia jasa seluler untuk menarik pelanggan semakin sengit dan semua operator berlomba untuk terus menerus mengembangkan luas cakupan serta meningkatkan pelayanannya. Terdapat beberapa penyedia jasa seluler terbesar di Indonesia seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan lain-lain. Menurut Santoso (2012), pelanggan seluler di Indonesia pada kuartal II-2012 tercatat mencapai 255 juta pelanggan, dengan pangsa terbesar dikuasai Telkomsel disusul Indosat, XL Axiata, dan lain-lain. Telkomsel masih mendominasi pasar dengan jumlah pelanggan sekitar 115 juta pelanggan, Indosat 65 juta pelanggan, dan XL 55 juta pelanggan, dan sisanya 20 juta pelanggan tersebar dibeberapa operator lain. Para penyedia jasa seluler tersebut menyediakan 2 jasa pelayanan pembayaran diantaranya prepaid provider (prabayar) dan postpaid provider (pascabayar), dimana prepaid provider itu pelanggan membayar dahulu baru (dalam bentuk voucher) sebelum menggunakan jasa seluler yang disediakan penyedia jasa seluler, sedangkan postpaid provider adalah pelanggan menggunakan dahulu jasa seluler tersebut baru 58 November 2014 pelanggan tersebut membayar tagihannya. Produk-produk yang termasuk prepaid provider adalah simPATI dan KartuAS dari Telkomsel, Mentari dan IM3 dari Indosat, XLbebas dari XL Axiata, sedangkan produk-produk yang termasuk postpaid provider adalah kartuHalo dari Telkomsel, Matrix dari Indosat, dan Xplor dari XL Axiata. Jumlah pengguna layanan jasa prepaid provider di Indonesia mencapai 85%, dan 15% menggunakan layanan jasa postpaid provider dari total pengguna jasa telepon seluler di Indonesia (Santoso, 2012). Hal ini membuktikan kurangnya jumlah pengguna telepon seluler yang menggunakan layanan jasa postpaid provider. Hal ini membuat para operator penyedia jasa harus lebih keras berjuang untuk menjaga eksistensi dengan mempromosikan layanan postpaid provider dan peningkatan layanan yang lebih dari layanan postpaid provider ini. Telkomsel merupakan operator telekomunikasi pertama di Indonesia dengan layanan postpaid provider dengan produk kartuHalo. Pertumbuhan pelanggan Telkomsel kartuHalo tiap tahunnya dari 20072011 tidak terlalu besar, namun Telkomsel kartuHalo masih menguasai 53% market share di antara penyedia layanan postpaid provider (Santoso, 2012). ISSN: 1410 -9875 Dilla Noverita Tabel 1 Jumlah Pelanggan Telkomsel kartuHalo Periode 2007-2011 : No. Tahun 1. 2. 3. 4. 5. 2007 2008 2009 2010 2011 Total Pelanggan 1,913,000 1,940,000 2,035,000 2,126,000 2,188,000 Sumber: Santoso, 2012 Head of Marketing Communications Telkomsel Untuk menjaga pangsa pasar agar terus meningkat tidaklah mudah, serta memerlukan biaya yang tinggi seperti melakukan penelitian pasar yang berkembang untuk dijadikan target pasar yang dituju, melakukan pengembangan produk dan nilai yang baru bagi konsumen, mengeluarkan iklan yang unik dan menarik, serta melakukan strategi pemasaran lainnya. Ada hal yang penting bagi perusahaan penyedia jasa seluler untuk mengelola pasar yang sudah ada, sehingga operator penyedia jasa seluler harus dapat meningkatkan dan mengelola loyalitas konsumen dengan tepat. Apabila hal tersebut tidak terjadi, maka konsumen akan berpindah ke pesaing yang menawarkan produk/jasa yang mereka harapkan, sehingga teciptanya kepuasan yang berujung dengan pemakaian secara konsisten. Upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan meningkatkan loyalitas konsumen ialah dengan cara meningkatkan nilai pelanggan, daya tarik iklan, dan kompetensi tenaga penjualan. Loyalitas dibentuk ditujukan untuk meningkatkan penjualan dan juga menghemat biaya anggaran pemasaran, karena dengan adanya loyalitas konsumen akan mudah membeli ulang produk tersebut tanpa melihat dan membandingkan dengan produk/jasa pesaing. Loyalitas yang terjadi di layanan jasa produk prepaid provider dengan postpaid provider berbeda, diantaranya konsumen prepaid provider loyalitasnya rendah, karena konsumen merasa biasa-biasa saja dalam menggunakannya, sedangkan konsumen postpaid provider loyalitasnya tinggi, karena pihak provider memberikan pelayanan tambahaan, sehingga konsumen merasa di istimewakan. Nilai pelanggan merupakan persepsi konsumen terhadap manfaat atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing, sehingga akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, karena konsumen merasa harapan yang diingingkan setelah menggunakan barang tersebut tercapai, sehingga mereka puas menggunakan produk/jasa tersebut. Menurut Palilati (2007,74): “Nilai pelanggan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi loyalitas 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 konsumen. Semakin tinggi nilai yang dirasakan oleh pelanggan, maka semakin besar kemungkinan konsisten terjadinya transaksi.” Nilai pelanggan yang terjadi di layanan jasa produk prepaid provider dengan postpaid provider berbeda, diantaranya pada konsumen prepaid provider, mereka mengharapkan kemudahan dan menikmati pelayanan dalam menggunakan jasa seluler tersebut, sedangkan konsumen postpaid provider mereka menginginkan kelebihan-kelebihan yang ditawarkan postpaid provider yang tidak ada di prepaid provider. Daya tarik iklan merupakan salah satu cara yang digunakan oleh pemasar dalam mengiklankan suatu produk secara unik, sehingga mendapat perhatian dari konsumen yang dituju. Pengiklanan yang unik dapat meningkatkan kesadaran akan merek serta produk/jasa, dan mendorong konsumen untuk melakukan percobaan terhadap merek tersebut dan terciptanya pembelian yang berulang. Daya tarik iklan akan meningkatkan pengulangan serta mencegah konsumen agar tidak Logo kartuHalo 1995 lupa terhadap produk/jasa, sehingga daya tarik iklan dapat meningkatkan kemungkinan konsumen untuk ingat dan menggunakan, jika konsumen membutuhkan produk/jasa tersebut di masa yang akan datang. Menurut Prameswari (2011,14) “Daya tarik iklan yang tinggi akan memberikan dampak jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang yang pada akhirnya memunculkan loyalitas konsumen.” Daya tarik iklan yang terjadi di layanan jasa produk prepaid provider dengan postpaid provider berbeda, diantaranya iklan prepaid provider disajikan dengan rasa humor, sehingga iklan tersebut cepat mendapat perhatian, sedangkan iklan postpaid provider disajikan dengan penawaran menarik, menonjolkan kelebihan produk/jasa, sehingga iklan tersebut mudah mendapat perhatian serta dapat menjelaskan informasi dan keunggulan produk/jasa tersebut. Saat bersamaan ini Telkomsel kartuHalo tampil dengan wajah baru, Telkomsel memperkenalkan kartuHalo dengan logo baru yang lebih dinamis. Logo kartuHalo 2012 Gambar 1 Logo kartuHalo Sumber : Santoso, (2012) Dengan, tagline baru, “Just for You” Telkomsel ingin menarik konsumen muda yang mempunyai mobilitas tinggi dan 60 November 2014 membutuhkan koneksi yang cepat. Dalam rangka perubahan logo kartuHalo dengan tagline tersebut, Telkomsel kartuHalo ISSN: 1410 -9875 memperkenalkan serta melakukan berbagai cara untuk memasarkan produk ini, mulai dari beriklan di media cetak maupun elektronik, menggunakan baliho besar di tempat-tempat strategis, melakukan roadshow di Jakarta, dan aktifasi pelanggan baru serta melakukan promosi bundling dengan handle smartphone di mall-mall, dan gedung perkatoran (Santoso, 2012). Kompetensi tenaga penjual merupakan suatu keahlian yang diberikan oleh perusahaan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya. Pelayanan berupa memberikan informasi, mengatasi keinginan dan meningkatkan pelayanan produk/jasa. Setiap tenaga penjual harus memiliki pengetahuan yang lebih, dan keahlian dalam berkomunikasi, sehingga penyampaian informasi mengenai produk/jasa dijualnya jelas dan konsumen dapat mempercayai tenaga penjual tersebut dalam menjelaskan produk/jasa. Kompetensi tenaga penjualan memberikan peran yang sangat besar bagi perusahaan, karena tenaga penjual merupakan pihak yang berperanan penting sebagai alat penghubung antara perusahaan dengan konsumen. Menurut Prameswari (2011,3) “Semakin baik kompetensi tenaga penjual, maka semakin tinggi pula munculnya loyalitas konsumen, karena kompetensi tenaga penjual yang baik akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap tenaga penjual, sehingga menciptakan loyalitas Dilla Noverita konsumen.” Kemampuan tenaga penjual yang terjadi di layanan jasa produk prepaid provider dengan postpaid provider berbeda, diantaranya pada konsumen prepaid provider tidak ada tenaga penjual, karena pada layanan ini konsumen bisa mengaktifasikan sendiri tanpa bantuan tenaga penjual, sedangkan pada konsumen postpaid provider terdapat tenaga penjual, karena pada layanan ini konsumen harus dibantu tenaga penjual dalam hal penyampaian informasi produk/jasa untuk mengaktifkan layanan ini, serta membuat perjanjian dalam hal penggunaan dan pembayaran tagihan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen, diantaranya nilai pelanggan, daya tarik iklan, dan kompetensi tenaga penjual. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual terhadap loyalitas konsumen. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat nilai pelanggan, daya tarik iklan, kompetensi tenaga penjual dan loyalitas konsumen. Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional, dan pengukuran variable. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatsan, dan saran untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Loyalitas Konsumen Loyalitas merupakan sikap yang diberikan konsumen terhadap produk/jasa yang mempunyai komitmen untuk membeli serta menggunakan terus menerus dimasa depan secara konsisten. Loyalitas konsumen menurut Kotler and Keller (2012,149) “Loyalty as a commitment to rebuy a preferred product or service.” Pentingnya loyalitas bagi perusahaan adalah untuk mengurangi biaya promosi, menarik pelangggan baru, dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Menurut Lovelock and Wirtz (2011,338): “An old fashioned word traditionally used to describe fidelity and enthusiastic devotion to a country.” Menurut Kotler and Keller (2012,250) loyalitas dibagi menjadi 4: Hard-core loyals: Konsumen hanya loyal satu produk/jasa. Split loyals: Konsumen hanya loyal kepada 2-3 produk/jasa. Shifting loyals: Konsumen yang berahli loyalitasnya dari satu produk/jasa ke produk/jasa lain. Switchers:Konsumen tidak memiliki loyalitas ke semua produk/jasa. Menurut Premeswari (2011,2): “Sikap komitmen pada suatu produk/jasa tertentu dan berniat untuk menggunakan dimasa depan.” Untuk dapat menciptakan suatu loyalitas konsumen, produsen harus 62 November 2014 dapat memahami beberapa tahapan, menurut Schiffman and Kanuk (2010,509) ada 4 tahap yaitu “Act of purchase, customer satisfaction, customer trust, customer commitment.” Sedangkan membangun loyalitas konsumen menurut Kotler and Keller (2012,163) ada 3 yaitu: 1. Interacting with customers: Perusahaan menciptakan sistem management hubungan dengan pelanggan, agar teciptanya interaksi antar konsumen dengan perusahaan. 2. Developing loyalty program: Program ini dirancang untuk mengetahui data base pelanggan dalam hal transaksi pembelian. 3. Creating Institutional: Perusahaan menyediakan program untuk pelanggan dalam membantu pelanggan dalam mengelola pesanan, dan persediaannya sendiri. Jadi, loyalitas konsumen dapat disimpulkan adalah terwujudnya harapan konsumen serta kepuasan atas hasil kinerja dari produk/jasa tersebut, sehingga terciptanya sikap penggunaan berulang dimasa yang akan datang, serta mereka dapat mengajak orang lain untuk menggunakan produk/jasa tersebut. Nilai Pelanggan Nilai menurut Kotler and Keller (2012,32) “Value is primarily a combination of quality, service, and price.” Nilai yang telah diciptakan oleh perusahaan bertujuan sebagai alat untuk merebut pelanggan baru serta dapat mempertahankan pelanggan yang lama, sehingga terciptanya ISSN: 1410 -9875 nilai pelanggan. Menurut Kotler and Keller (2012,56) dalam proses penyerahan nilai pelanggan ada 3 tahap yaitu: 1. Choosing the value: pada tahap ini perusahaan menerapkan strategi segmentasi, positioning, targeting produk/jasa. 2. Providing the value: pada tahap ini perusahan melakukan pengembangan produk/jasa, penetapan harga, penyediaan barang dan pelayanan distribusi. 3. Communicating the value: pada tahap yang terakhir ini, perusahan mempersiapkan tenaga penjual, promosi penjualan dan periklanan. Nilai dibagi menjadi 2 yaitu (Palilati 2007,74): 1. Nilai attribut adalah karakteristik produk yang terdapat dibenak konsumen dan dapat dijelaskan oleh pelanggan, 2. Nilai konsekuensi adalah penilaian subjektif dari pelanggan sebagai konsekuensi dari penggunaan produk. Menurut Hawkins (2007,11): “Customer value is difference between all the benefits derived from a total product and all the cost of acquiring those benefits.” Menurut Schiffman and Kanuk (2010,29) “Customer value is the ration between the customer’s perceived benefit and the resources used to obtain those benefits.” Menurut Prameswari (2011,5) “Nilai pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen, semakin tinggi nilai pelanggan, maka semakin tinggi pula loyalitas konsumen.” Dilla Noverita Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai pelanggan adalah selisih manfaat yang diterima oleh pelanggan dalam memperoleh produk/jasa tersebut, serta menggunakannya dengan biaya yang mereka bayar. H1: Terdapat pengaruh nilai pelanggan terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta. Daya Tarik Iklan Iklan merupakan suatu konsep bagian dari pemasaran yang digunakan untuk mengkomunikasikan produk yang sedang dijual dengan tujuan untuk mendidik serta mempengaruhi konsumen dan juga dapat membujuk para konsumen untuk membeli produk tersebut. Iklan menurut Kotler and Keller (2012,526) “Advertising can be a cost effective way to disseminate messages, whether to build a brand preference or to educate people.” Menurut Kotler and Keller (2012,512) “Advertising can build up a long-term image for a product or trigger quick sales.” Lovelock and Wirtz (2011,196): “Advertising is any paid form non personal communication by a marketer to inform, educate or persuade members of target audience.” Menurut Kotler and Keller (2012, 526) ada 4 tujuan dibuatnya iklan: 1. Informative advertising: Bertujuan untuk 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 menginformasikan tentang produk/jasa baru, atau fitur baru dari produk yang ada. 2. Persuasive advertising: 7. Bertujuan untuk menciptakan kesukaan, serta terjadi pembelian produk. 3. Reminder advertising: Bertujuan untuk mengingatkan konsumen serta merangsang terjadi pembelian ulang produk/jasa. 4. Reinforcement advertising: Bertujuan untuk meyakinkan pembeli bahwa mereka membuat pilihan yang tepat. Setiap iklan harus mempunyai daya tarik, agar menciptakan tampilan yang unik dan konsumen yang ditargetkan oleh iklan tersebut tertarik. Daya tarik iklan menurut Tjiptono (2004) dalam jurnal Prameswari (2011,5): “Kemampuan iklan dalam menarik perhatian pasar sasaran. Pesan yang ada didalam sebuah iklan harus dapat mempengaruhi informasi dan pengetahuan dibenak konsumen.” Menurut Clow and Baack (2012,78) ada 7 daya tarik iklan: 1. Fear Appeals: Rasa takut yang dimiliki konsumen dapat membantu iklan tersebut cepat mendapatkan perhatian dari konsumen yang dituju. 2. Humor Appeals: Rasa humor dapat membantu iklan tersebut dapat lebih mudah medapatkan perhatian dari konsumen lebih lama. 3. Sex Appeals: Sexualitas dari seseorang dapat membantu iklan tersebut untuk menarik perhatian yang lebih cepat. 64 November 2014 4. Musical Appeals: Musik dapat membantu iklan tersebut agar mendapatkan perhatian dari konsumen. 5. Rational Appeals: Iklan dapat memberikan informasi yang mudah dipahami konsumen, sehingga mendapatkan perhatian dan terjadi keputusan pembelian. 6. Emotional Approach: Iklan yang mempunyai pendekatan emosional dapat menarik perhatian dan keterikatan antara konsumen dengan produk tersebut. 7. Scarcity Appeals: Iklan yang memakai alat promosi dengan tawaran-tawaran terbatas dapat mempercepat perhatian dari konsumen. Menurut Prameswari (2011,6): “Daya tarik iklan mempengaruhi munculnya loyalitas konsumen. Semakin tinggi daya tarik iklan, maka semakin tinggi munculnya loyalitas konsumen.” Jadi, daya tarik iklan dapat disimpulkan adalah sengaja diciptakan oleh perusahaan agar iklan yang dibuatnya menjadi unik dan menarik, sehingga iklan tersebut mendapat perhatian dari konsumen, dan iklan tersebut dapat menjelaskan informasi secara jelas kepada konsumen yang dituju. H2: Terdapat pengaruh daya tarik iklan terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta. Kompetensi Tenaga Penjual Tenaga penjual merupakan suatu tempat bagi para sales dalam ISSN: 1410 -9875 berbagi informasi, program penjualan dan teknis program pemasaran produk kepada konsumennya. Menurut Kotler and Keller (2012,576) “An individual acting for a company by performing one or more of the following activities: Prospecting, Targeting, Communicating, Selling, information gathering, and Allocating.” Kompetensi seorang tenaga penjual dalam melaksanakan tugas penjualannya dan mampu membawa perusahaan mencapai hasil yang diinginkan, melalui ketrampilan yang dimilikinya. Menurut Shermon (2004,11): “A competency is an underlying charateristic of a person, which enables him to deliver superior performance in a given job, role or a situation as explained.” Menurut Kotler and Keller (2012,575) terdapat 6 kemampuan tenaga penjual: 1. Deliverer: Kemampuan utama tenaga penjual dalam menyampaikan suatu informasi produk/jasa secara jelas. 2. Order Taker: Kemampuan tenaga penjual dalam mengatur informasi penjualan dan pembelian. 3. Missionary: Kemampuan tenaga penjual dalam mengedukasi pembeli atau pelanggan yang potensial. 4. Technical: Kemampuan tenaga penjual yang memiliki pengetahuan yang lebih mengenai produk/jasa tersebut. 5. Demand Creator: Kemampuan tenaga penjual dalam Dilla Noverita menciptakan metode penjualan yang baik mengenai produk/jasa. 6. Solution Vendor: Kemampuan tenaga penjual dalam menguasai masalah yang dihadapi pelanggan serta memberikan alternatif jawaban atas masalah tersebut. Sedangkan menurut Rentz et al. (2002,13) mengatakan bahwa terdapat tiga kemampuan penjualan yang harus dipelajari oleh tenaga penjual dalam menyelesaikan tugas penjualannya, yaitu meliputi: 1. Interpersonal skill, seperti kemampuan tenaga penjual mengetahui bagaimana cara mengatasi dan memecahkan keinginan konsumen. 2. Salesmanship skill, seperti kemampuan tenaga penjual dalam membuat presentasi, dan menutup dengan penjualan. 3. Technical skill, seperti kemampuan tenaga penjual dalam mengetahui tentang manfaat dari produk/jasa tersebut, serta kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Kompetensi tenaga penjual menurut Liu and Leach (2001,147): “The belief that a salesperson possesses special knowledge that is relevant to business relationship.” Kompetensi tenaga penjual menurut Murdoko (2007,11): “Kompetensi tenaga penjual merupakan aspek penting yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh penjual kepada pelanggannya.” 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Adapun tahap-tahap efektif dalam penjualan menurut Kotler and Keller (2012,583): 1. Prospecting: Tenaga penjual yang menggunakan waktu semaksimal mungkin untuk menginformasi produk/jasa yang dijual dengan cepat. 2. Pre approach: Tenaga penjual untuk melakukan pendekatan serta berinteraksi dengan pembeli. 3. Presentation: Tenaga penjual menjelaskan secara lengkap mengenai produk/jasa serta keuntungan yang akan diterima oleh pembeli. 4. Overcoming Objections: Tenaga penjual memberikan waktu bertanya kepada pembeli, sehingga menjadi alasan untuk membeli produk/jasa tersebut. 5. Closing: Tenaga penjual mengakhiri dari semua tahap, sehingga terjadinya pembelian. 6. Follow-up: Tenaga penjual melakukan usaha untuk mengetahui kepuasan pelanggan, sehingga mereka dapat melakukan pembelian ulang. Menurut Islami (2012,26) pengukuran kompetensi tenaga penjualan perusahaan berdasarkan dari: 1. Pengukuran secara obyektif: Pengukuran kinerja penjualan lebih menitik beratkan pada volume penjualan. 2. Pengukuran secara subyektif: Pengukuran Kepuasan 66 November 2014 pelanggan, kemampuan melakukan presentasi penjualan, serta kemampuan penanganan keinginan pelanggan secara efektif. Menurut Prameswari (2011,6): “Kompetensi tenaga penjual merupakan variabel yang penting dalam memperoleh loyalitas konsumen, sehingga semakin baik kompetensi tenaga penjualnya, maka semakin tinggi munculnya loyalitas konsumen.” Jadi, kompetensi tenaga penjual dapat disimpulkan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang tenaga penjual dalam mempresentasikan informasi, menjual produk/jasa, serta mengatasi keinginan konsumen dalam mencapai harapan konsumen untuk menggunakan produk/jasa. H3: Terdapat pengaruh komptensei tenaga penjual terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta. H4: Terdapat pengaruh nilai pelanggan, daya tarik iklan dan komptensei tenaga penjual secara bersama-sama terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta. ISSN: 1410 -9875 Dilla Noverita Berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian ini : NILAI PELANGGAN (X1) H1 DAYA TARIK IKLAN H2 LOYALITAS KONSUMEN (X2) (Y) H3 KOMPETENSI TENAGA PENJUAL (X3) H4 Gambar 2 Model Penelitian METODE PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah penelitian mengenai pengaruh nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual terhadap loyalitas konsumen, untuk itu digunakan penelitian kausalitas. Sample penelitian ini adalah 100 konsumen Telkomsel kartuHalo di Jakarta, dengan karakteristik dan minimal telah menggunakan Telkomsel kartuHalo selama 2 tahun. Sampel diperoleh secara purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan 4 skala (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju). Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan berganda Dan untuk penggambaran responden digunakan penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan regresi sebagai alat uji pengaruh variable independen terhadap variable dependen. Metode pengambilan sampel yang digunakan peneliti sesuai dengan pernyataan Menurut Hair et al. (2010,102) “The researcher generally would not factor analyze a sample of fewer than 50 observation and preferably the sample size should be 100 or large.” 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Definisi operasional dan indikator pengukuran variabel Tabel 2 Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Indikator Skala pengukuran Variabel Independen : 1. Nilai Pelanggan 1. Nilai emosional Likert 2. Nilai sosial Likert 3. Nilai kualitas produk Likert 4. Nilai biaya yang Likert dikeluarkan 2. Daya Tarik Iklan 1. Informasi jelas 2. Informasi dapat dipercaya 3. Iklan yang kreatif 4. Frekuensi penampilan 5. Mudah dipahami 6. Mudah dapat perhatian Likert Likert Likert Likert Likert Likert 3. Kompetensi Tenaga Penjual 1. Kemampuan presentasi 2. Menyediakan informasi 3. Menyelesaikan masalah Likert Likert Likert Variabel Dependen : 4. Loyalitas 1. Penggunaan ulang Konsumen 2. Membayar pulsa dengan tarif premium 3. Merekomendasikan kepada orang lain Likert Likert Likert HASIL PENELITIAN Table 3 Statistik Deskriptif JENIS KELAMIN 68 STATUS PERNIKAHAN WANITA LAJANG 23,0% 22,0% LAKI-LAKI MENIKAH 77,0% 78,0% ISSN: 1410 -9875 Dilla Noverita PENDIDIKAN PEKERJAAN S2 SWASTA 18,0% 54,0% WIRAUSAHA 9,0% PNS 3,0% BUMN 34,0% S1 82,0% LAMANYA PENGGUNAAN PULSA PER BULAN 3.100.0005.000.000 2 TAHUN 5,0% 500.000 1.000.000 7,0% 38,0% 3 TAHUN 34,0% >4 TAHUN 59,0% 1.000.0003.000.000 57,0% USIA IKLAN 41-50 TAHUN 2 KALI 41,0% 14,0% 5,0% 3 KALI 31-35 TAHUN 21,0% 22,0% >4 KALI 36-40 TAHUN 65,0% Model (Contant) Nilai Pelanggan 26-30 TAHUN 32,0% Table 4 Hasil Uji Hipotesis 1 R R2 B T 6,790 6,344 0,323 0,104 0,258 3,380 Sig 0,000 0.001 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Model (Contant) Daya tarik Iklan Model (Contant) Kompetensi Tenaga Penjual Table 5 Hasil Uji Hipotesis 2 R R2 B T 3,625 4,211 0,475 0,225 0,300 5,338 Sig 0,000 0,000 Table 6 Hasil Uji Hipotesis 3 R B T R2 5,257 6,011 0,512 0,263 0,497 5,907 Sig 0,000 0,.000 Table 7 Hasil Pengujian Model R Adj.R2 (contant) 0,563 0,296 Nilai Pelanggan Daya Tarik Ikaln Kompetensi Tenaga Penjual Berdasarkan tabel 3 hubungan nilai pelanggan dengan loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta memiliki hubungan yang cukup dan positif sebesar 0,323 dengan variabel loyalitas konsumen yang dapat dijelaskan oleh nilai pelanggansebesar 10,4%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh nilai pelanggan terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta, Model regresi dari variabel nilai pelanggan diatas adalah: Y = 6,790 + 0,258 X1 + e Berdasarkan tabel 4 hubungan daya tarik iklan dengan loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta memiliki hubungan yang cukup dan positif sebesar 0,475 dengan variabel loyalitas konsumen yang dapat 70 November 2014 Regresi Berganda B F 2,875 14,846 0,074 0,147 0,334 Sig 0,000 dijelaskan oleh daya tarik iklan sebesar 22,5%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh daya tarik iklan terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta, Model regresi dari variabel daya tarik iklan diatas adalah: Y = 4,211 + 0,300 X2 + e Berdasarkan table 5 hubungan kompetensi tenaga penjual dengan loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta memiliki hubungan yang kuat dan positif sebesar 0,512 dengan variabel loyalitas konsumen yang dapat dijelaskan oleh kompetensi tenaga penjual sebesar 26,3%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh kompetensi tenaga penjual terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta, Model regresi dari ISSN: 1410 -9875 Dilla Noverita variabel kompetensi tenaga penjual diatas adalah: Y = 5,257 + 0,497 X3 + e Berdasarkan tabel 6 hubungan nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual dengan loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta memiliki hubungan yang kuat dan positif sebesar 0,563, dengan variabel loyalitas konsumen yang dapat dijelaskan oleh nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual sebesar 31,7%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta. Model regresi dari pengaruh nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual diatas adalah: Y = 2,875+ 0,074 X1 + 0,147 X2 + 0,334 X3 + e PENUTUP diatas Berdasarkan menunjukan pengaruh nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual terhadap loyalitas konsumen pada pengguna Telkomsel kartuHalo di Jakarta. Hasil penelitian diatas juga menunjukan terdapat pengaruh nilai pelanggan, daya tarik iklan dan kompetensi tenaga penjual secara bersama-sama terhadap loyalitas konsumen Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini Sampel penelitian ini hanya terbatas pada 100 sampel dan satu merek saja yaitu Telkomsel kartuHalo. Adapun saran yang dapat peneliti berikan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan sehingga dapat berguna bagi penelitian selanjutnya yaitu Bagi peneliti selanjutnya yang memilih topik yang sama sebaiknya menambah variabel-variabel lain karena masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi loyalitas konsumen, bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel agar dapat meningkatkan kemampuan generalisasi hasil penelitian. penelitian terdapat REFERENSI Clow, Kenneth E., and Donald Baack. 2012. “Integrated Advertising, Promotion and Marketing Communication.” 4th Edition. Pearson International Edition. Dessler, Gary. 2011. “Human Resource Management.” 12th Edition. Global Edition. Pearson International Edition. Gujarati, Damodar N. 2009. “Basic Econometric.” 5th Edition. International Edition. Mc Graw-Hill International Edition. 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Hair, Joseph F., Wiliam C. Black., Barry J. Babin, Rolph E. Anderson., and L. Tatham. 2010. “Multivariate Data Analysis.” 7th Editional Pearson Prentice. Hawkins, Del I. Roger J Best., And Kenne A Coney. 2007. “Consumer Behavior : Building Marketing Strategy.” 10th Edition. McGraw-Hill Higher Education. Islami, Faizal A. 2012. Analisis Pengaruh Hard Skill, Soft Skill dan Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan PT. Bumiputera Wilayah Semarang), Program Sarjana pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis., Universitas Diponegoro Kotler, Philip., and K. Lane Keller. 2012. “Marketing Management.” 14th Edition. Pearson International Edition. Lovelock, Chistoper., and Jochen Wirtz. 2011. Service Marketing: “People, technology, startegy.” 7 th Edition. Pearson International Edition. Liu, A.H. and Leach, M.P. 2001. “Developing Loyal Customer with Value Adding Sales Force: Examining Customer Satisfaction and Perceived Credibility of Consultative Salespeople.” Journal of Personal Selling and Sales Management, Vol. 21 Murdoko, E. Widijo H. 2007. “Melayani dari Hati.” PT. Elex Media Komputindo. Palilati, A. 2007. Pengaruh Nilai Pelanggan, Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan Di Sulawesi Selatan. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 9 No. 1 Maret : 73-8. Prameswari, Nanda Putri., dan Sri Rahayu Tri Astuti SE.,MM., 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen pada ansuransi prudential di kota semarang. Diponegoro University Institutional Repository. Fokus Ekonomi Vol. 6 No. 2 Desember. Rentz, Joseph O., C. David Shepherd., Armen Tashchian., Pratibhan A. Dabholkar and Robert T. Ladd. 2002. ”A Measuren of Selling Skill: Scale Development and Validation”. Journal of Personal Selling and Sales Management, Vol. XXII (1), Winter: 13-21. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistik 19. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Sekaran, Umar., and Bougie. 2010. “Research Methods for Business: A skillBuilding Approach.” 5th Edition. Jhon Wiley & Sons, Inc. Setiobudi, Bayuaji Darus. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi selling skill terhadap kinerja tenaga penjual (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Sinar Mas). Program Studi Magister Manajemen, program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Schiffman, Leon G., and Leslie Lazar Kanuk. 2010. “Consumer Behavior.” 10th Edition. Pearson International Edition. Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis.” Alfabeta. Bandung. Shermon, Ganesh. 2004. “Competency based HRM-a strategic resource for competency mapping assessment and development centres”. McGrawHill. 72 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 73-82 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ARLEEN HERAWATY STIE Trisakti [email protected] Abstrak: This study aims to examine the influence of audit committee size, independent commissioner, board of director size, board of commissioner size, managerial ownership, company size and leverage towards earnings management in manufacturing companies. This study use documentary method from ICMD and annual report of companies. The samples of this study are manufacture companies listed in the Indonesian Stock Exchange. The period of study is 2010 until 2012. The population of this research is 143 companies in the manufacturing sector. Sample are selected based on purposive sampling method and are analyzed by using multiple regression statistical method. Based on this study the result indicates managerial ownership has relationship in earning management. The increasingly managerial ownership can make earning management decrease in that companies. Audit committee size, independent commissioner, board of director size, board of commissioner size, company size and leverage can’t give significant effect to the earning management. Keywords: Audit Committee Size, Independent Commissioner, Board of Director Size, Board of Commissioner Size, Managerial Ownership, Company Size, Leverage, Earnings Management. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran komite audit, komisaris independen, ukuran dewan direktur, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan metode dokumenter studi dari ICMD dan laporan tahunan perusahaan. Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian adalah 2010 hingga 2012. Populasi dari penelitian ini adalah 143 perusahaan di sektor manufaktur. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling dan dianalisis dengan menggunakan metode statistik regresi berganda. Berdasarkan penelitian ini hasilnya menunjukkan kepemilikan manajerial memiliki hubungan dengan manajemen laba. Kepemilikan manajerial semakin dapat membuat penghasilan penurunan manajemen dalam perusahaan. Audit ukuran komite, komisaris independen, ukuran dewan direktur, ukuran dewan komisaris, ukuran 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 perusahaan dan leverage tidak memberikan efek yang signifikan terhadap manajemen laba. Kata kunci: Ukuran Komite Audit, Komisaris Independen, Ukuran Dewan Direktur, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, Leverage, Manajemen Laba. PENDAHULUAN Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses pencatatan berupa ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang telah terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Tujuan utama dari suatu laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi bagi para pengguna mengenai arus kas perusahaan dan kinerja manajemen perusahaan pada jangka waktu tertentu. Kinerja perusahaan tersebut dapat dilihat dari laba yang terdapat dalam suatu laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi. Tindakan yang dilakukan oleh para manajemen yang mementingkan kepentingannya sendiri (opportunistic) dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur sesuai keinginannya. Perilaku manajemen seperti inilah yang biasa dikenal dengan istilah manajemen laba. Dalam rangka mengurangi tindakan manajemen laba dan juga meningkatkan kualitas suatu laporan keuangan, diperlukan suatu tata pengelolaan perusahaan yang baik (corporate governance). Diperlukan adanya prinsip-prinsip Corporate Governance di dalam perusahaan yang dikelola agar dapat menghasilkan kinerja yang baik antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi 74 dalam membuat keputusan dan menjalankannya sesuai dengan nilai moral yang telah ditetapkan demi tercapainya tujuan dari perusahaan tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran komite audit, komisaris independen, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan leverage. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Teori keagenan menjelaskan tentang hubungan antara principal (pemilik) dan agent (manajemen) dalam hal untuk mengelola suatu perusahaan. Jadi, antara principal dengan agent memiliki kepentingan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, sehingga hal ini dapat menyebabkan pihak-pihak seperti pemilik dan manajer dalam suatu perusahan akan berusaha melakukan cara apapun untuk dapat mencapai tujuannya sendiri. Pradipta (2011) menyatakan bahwa salah satu tindakan yang dilakukan oleh manajer untuk mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain adalah manajer melakukan manajemen laba. Manajemen Laba Sulistyanto (2008, 88) menyatakan bahwa manajemen ISSN: 1410 -9875 laba merupakan upaya manajerial untuk mengintervensi informasi dalam laporan keuangan dengan cara memanfaatkan kebebasan memilih dan menggunakan metode akuntansi. Daljono (2013) menyatakan bahwa praktik manajemen laba yang seringkali dilakukan manajemen dapat menurunkan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan, selain itu tindakan ini dapat merugikan investor karena mereka akan memperoleh informasi yang tidak sesuai mengenai posisi keuangan perusahaan Ukuran Komite Audit dan Manajemen Laba Komite audit ini bertanggung jawab dalam mengawasi audit eksternal dan mengamati pengendalian internal, sehingga dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba. Abbas (2009) menganalisis mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa audit committee size berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil tersebut berbeda dengan Daljono (2013) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H�� Ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba Komisaris Independen dan Manejemen Laba Komisaris Independen menjadi salah satu hal yang paling penting bagi mekanisme corporate governance. Murhadi (2009) menganalisis mengenai pengaruh Arleen Herawaty dari praktek corporate governance yang dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa independent commissioner memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil yang sama juga diperoleh Putri (2012) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba. H�� Komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba Ukuran Dewan Direksi dan Manajemen Laba Dewan direksi merupakan salah satu unsur yang penting dari karakterisitik dewan yang dapat mempengaruhi manajemen laba. Abed et al. (2012) menganalisis mengenai hubungan antara corporate governance dan manajemen laba. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara board size dan manajemen laba. Hasil yang sama juga diperoleh Pradipta (2011) yang menyatakan bahwa board size memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. H�� Ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen Laba Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 positif terhadap manajemen laba perusahaan. Hasil tersebut berbeda dengan Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. H�� Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba bahwa tidak terdapat hubungan antara company size dan manajemen laba. Hasil yang sama juga diperoleh Nasution dan Setiawan (2007) bahwa company size memiliki tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H�� Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa motivasi yang berbeda akan menghasilkan manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer dan juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Abed et al. (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara insider ownership dan manajemen laba. Hasil tersebut berbeda dengan Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. H�� Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. Leverage dan Manajemen Laba Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Abed et al. (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara leverage dan manajemen laba. Hasil tersebut berbeda dengan Guna dan Herawaty (2010) yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. H�� Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan proksi yang dijadikan sebagai acuan dalam pengukuran perusahaan antara lain total aset. Abed et al. (2012) menyatakan METODA PENELITIAN Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria sampel beserta hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel No 1 76 Kriteria Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2012 Jumlah 127 ISSN: 1410 -9875 2 4 5 6 7 Arleen Herawaty Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan tahun buku yang berakhir pada 31 Desember Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan data laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data megenai komisaris independen, komite audit dan variabel penelitian lainnya. Total sampel perusahaan Total data dari tahun 2010 sampai dengan 2012 (70x3) Setiawati (2002) dalam Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Manajemen laba dapat diukur dengan discretionary accrual yang dalam penelitian ini menggunakan model Jones yang dimodifikasi (Abed et al 2010). Skala pengukuran yang dipakai dalam variabel ini adalah skala rasio. 1. Mengukur total accrual dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi. TACCit = NIit - OCFit 2. Menghitung nilai accruals dengan persamaan regresi linear sederhana atau Ordinary Least Square (OLS) dengan persamaan : TACCit/Ait-1 = a1 (1/Ait-1) + a2 (ΔREVIT‐ΔRECIT) /Ait‐1 + a3 (PPEit/Ait-1) + e 3. Selanjutnya, dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus: NDTACCit = â1(1/ Ait-1) + â2 (ΔREVIT‐ΔRECIT) /Ait‐1 + â3 (PPEit/Ait-1) 4. Menghitung discretionary accruals (3) (19) (35) 70 210 DACCit = TACCit/Ait-1 – NDTACCit TACCit: Total Accrual, DACCit: Discretionary Accrual, Ait1: Total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1, ΔREVIT: Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t, ΔRECIT: Perubahan piutang bersih perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t, PPEit: Aktiva tetap perusahaan tahun t, a1 a2 a3: Koefisien regresi persamaan, e: error, â1 â2 â3: Fitted coeficient yang diperoleh dari hasil regresi persamaan. IAI dalam Effendi (2009, 25) menyatakan bahwa komite audit merupakan suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Ukuran komite audit dalam penelitian ini diukur dengan jumlah anggota di dalam komite audit (Abbas 2009). Komisaris independen merupakan. anggota dewan komisaris yang tidak boleh memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham, direktur atau komisaris lainnya perusahaan yang bersangkutan Forum of Corporate Governance for Indonesia (2000). Proporsi komisaris independen ini diukur dengan menggunakan persentase dari komisaris independent dibanding dengan 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 total jumlah komisaris (Murhadi 2009). Ukuran dewan direksi adalah jumlah anggota direksi dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan ini diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan (Abed et al. 2012). Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris ini diukur dengan menggunakan indikator jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan (Nasution dan setiawan 2007). Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan (Putri 2010). Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan variable dummy, dimana jika perusahaan terdapat kepemilikan manajerial maka mendapat nilai 1 dan 0 jika perusahaan tidak terdapat UKA KI UDD UDK KM UP LEV DA N 210 210 210 210 210 210 210 210 78 kepemilikan manajerial (Praditia 2010). Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dengan menggunakan log natural dari total asset (Abed et al. 2012). Leverage merupakan rasio dari total kewajiban dengan total asset perusahaan. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Leverage diukur dengan menggunakan skala rasio total utang terhadap total asset (Abed et al. 2012). HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi, maksimum dan minimum (Ghozali 2011). Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean 2 5 3,11 0,25 0,80 0,3940 2 13 4,99 2 11 4,20 0 1 0,58 23,08 32,84 27,8320 0,034 3,210 0,505034 0,000909 0,948632 0,086977 Sumber: Hasil pengelolaan SPSS November 2014 Std. Deviation 0,399 0,1027 2,350 1,911 0,495 1,7190 0,421764 0,104068 ISSN: 1410 -9875 Valid 0 1 Total Arleen Herawaty Tabel 3 Frekuensi Kepemilikan Manajerial Frequency Percent Valid Percent 89 42,4 42,4 121 57,6 57,6 210 100,0 100,0 Cumulative Percent 42,4 100,0 Sumber: Hasil pengelolaan SPSS Coefficients Variabel (Constant) UKA KI UDD UDK KM UP LEV B 0,119 -0,006 -0,096 -0,005 -0,002 -0,032 0,003 -0,003 Std. Error 0,156 0,020 0,074 0,004 0,005 0,015 0,006 0,018 Tabel 4 Hasil Uji t Standardized Coefficients Beta Sumber: Hasil pengelolaan SPSS Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikan lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap manajemen laba. Variabel ukuran komite audit, komisaris independen, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan dan leverage memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α=0,05), hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap manajemen laba. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan -0,025 -0,094 -0,122 -0,042 -0,154 0,049 -0,012 t 0,766 -0,328 -1,289 -1,219 -0,448 -2,171 0,504 -0,164 Sig 0,445 0,743 0,199 0,224 0,655 0,031 0,615 0,870 manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan ukuran komite audit, komisaris independen, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan penelitian sebagai berikut: variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada ukuran komite audit, komisaris independen, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial, sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada perusahaan manufaktur saja dan masalah heterokedastisitas yang 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 terjadi pada variabel kepemilikan manajerial (KM). Berdasarkan keterbatasan di atas, maka dapat disampaikan beberapa rekomendasi yaitu sebagai berikut: dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel independen lainnya, November 2014 seperti kepemilikan institusional dan kualitas auditor, menambah obyek penelitian dengan memasukkan perusahaan dari sektor lain, tidak hanya perusahaan manufaktur saja, dan menambah tahun penelitian untuk mengatasi masalah heterokedastisitas. REFERENSI Abbas, Mohammed A. 2009. Corporate Governance and Earnings Management An Empirical Study of the Saudi Market. Journal of American Academy of Business. Vol. 15. Abed, Suzan., Ali Al-Attar dan Mishiel Suwaidan. 2012. Corporate Governance and Earnings Management: Jordanian Evidence. Accounting Department Applied Science University Jordan-Amman. Internasional Business research. Vol. 5. Arafat, Akmal., Andreas dan Julita Saidi. 2008. Pengaruh Corporate Governance dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba. Daljono, Afifa Nabila. 2013. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 2. Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba. Farida, Yusriati Nur., Yuli Prasetyo dan Eliada Herwiyanti. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earning Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Bisnis Akuntansi. Vol. 12. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2000. Indonesia Company Law. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Godfey, Jayne M. 2006. Accounting Theory 6th. Ed. United Kingdom: Chichester. Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12. Kaihatu. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurusan Ekonomi Manajemen. Universitas Kristen Petra. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan. Vol. 8. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance. http://www.governanceindonesia.or.id/main.htm. Komite Nasional Corporate Governance. 2002. Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. 80 ISSN: 1410 -9875 Arleen Herawaty Kurniawan, Wahyu. 2011. Corporate Governance Dalam Aspek Hukum Perusahaan. Penerbit Grafiti. Kusumawardhani, Indra. 2012. Pengaruh Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Sistem teknologi Informasi Vol. 9 Nomor 1. Murhadi, Werner R. 2009. Good Corporate Governance And Earnings Management Practices: An Indonesian Cases. Munich Personal Repec Archive. http://mpra.ub.uni-muenchen.de/24756/ Nasution, M. dan Dody Setiawan. 2007. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajeman Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi 10, Makassar 2007. Natalia, Debby. 2013. Pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap praktik earning management. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 Nomor 1. Nugroho, Bernandus Y dan Umanto Eko. 2011. Board Characterisitic and Earning Management. Journal of Administrative Science and Organization. Praditia, Okta Rezika dan Marsono. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol. 7. Pradipta, Arya. 2011. Analisis Pengaruh Dari Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.13. Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Fakultas Ekonomi Udayana. Buletin Studi Ekonomi. Vol. 17 Nomor 2. Putri, Nila Ayu Rizka. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Tterhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi Spss pada statistik parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sawyer, Lawrence., Mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner. 2006. Internal Auditing. Penerbit: Salemba Empat. Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika. Syahrial, Dermawan dan Djahotman Purba. 2011. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra Wicana Media. Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi 10, Makassar 2007. Utami, Rini Budi dan Rahmawati. 2008. Pengaruh komposisi dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap aktivitas manajemen laba. Prosiding Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional UPN. Yogyakarta 2008. Wahyono, R. Erdianto Setyo., Wahidahwati dan Agus Surnayo. 2013. Pengaruh Corporate Governance Pada Praktik Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 1 Nomor 2. 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 82 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 83-92 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ARIES JONATHAN STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the empirical evidence of the factors that affect firm value with capital structure as intervening variable. The factors are profitability, sales growth, liquidity and firm size. Population in this research is manufacturing firm that listed in Indonesia Stock Exchange during 2010 until 2012. The sample is collected using purposive sampling method, and there are 77 companies that meet those criteria as sample. Path analysis method and hypothesis test are used for data analysis in this research. Result of this research shows that liquidity and firm size significantly have effect on capital structure. Moreover, profitability have effect on firm value. On the other hand, profitability and sales growth have no effect on capital structure. While sales growth, liquidity, firm size and capital structure have no effect on firm value. Keywords: Firm Value, Capital Structure, Profitability, Sales Growth, Liquidity, Firm Size Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bukti empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening. Faktor-faktor tersebut adalah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan .P opulasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 hingga 2012. Sampel dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling, dan ada 77 perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut sebagai sampel. Metode analisis jalur dan uji hipotesis yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas dan ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Selain itu, profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Di sisi lain, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Sementara pertumbuhan penjualan, likuiditas, ukuran perusahaan dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan . Kata kunci: Nilai Perusahaan, Struktur Modal, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, Ukuran Perusahaan 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 PENDAHULUAN Pada saat suatu perusahaan berdiri, perusahaan tersebut haruslah memiliki tujuan yang jelas dan berusaha berkembang ke arah yang lebih baik. Menurut Prasetyorini (2013), tujuan utama suatu perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Tujuan lainnya yaitu meningkatkan nilai perusahaan, yang dapat dilihat dari peningkatan harga saham perusahaan. Nilai perusahaan juga merupakan salah satu informasi yang paling dibutuhkan oleh investor, karena merupakan penilaian apakah perusahaan tersebut menarik minat para investor untuk berinvestasi dan cerminan dari bagus atau tidaknya perusahaan tersebut. Dalam melakukan penilaian perusahaan, investor memerlukan adanya sebuah laporan keuangan perusahaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Perumusan dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, likuiditas, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara langsung terhadap struktur modal. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui apakah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Sinyal Menurut Hartono (2005) dalam Edmawati (2012) teori sinyal menggambarkan bagaimana cara 84 November 2014 suatu perusahaan memberikan sinyal kepada pihak eksternal perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Pemberian sinyal dapat dilakukan dengan cara melakukan pengungkapan laporan keuangan kepada pihak eksternal perusahan, baik itu diwajibkan ataupun yang dilakukan dengan sukarela. Pecking Order Theory Pecking Order theory (POT) merupakan teori mengenai sumbersumper pendanaan yang dipakai oleh perusahaan untuk keperluan perusahaan itu sendiri. Pemakaian dana ini menurut Seftianne dan Handayani (2011) dimulai dari pemakaian dana internal untuk kegiatan perusahaan yang dilanjutkan dengan pemakaian dana yang bersumber dari utang, hingga akhirnya pendanaan yang berasal dari dana eksternal dengan menerbitkan common stock. Profitabilitas Prasetyorini (2013) mengungkapkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dengan penggunan aktiva-aktiva aktif yang ada di dalam perusahaan itu sendiri ataupun dengan modal. Investor dapat melihat seberapa efisien kita dalam menggunakan asset ataupun modal dalam memperoleh keuntungan. Pertumbuhan Penjualan Dalam waktu ke waktu, perusahaan yang maju akan selalu meningkatkan penjualan agar perusahaannya selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Sujoko dan Soebiantoro (2007) mengungkapkan ISSN: 1410 -9875 Aries Jonathan bahwa penjualan yang semakin meningkat akan meningkatkan penghasilan perusahaan dan akan menujukkan kinerja perusahaan yang baik sehingga akan menarik minat para investor karena menandakan bahwa perusahaan tersebut menjaga keeksistensiannya. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Seftianne dan Handayani (2011), perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi, tidak mendanai perusahaan melalui utang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut memiliki dana internal yang besar dan mampu membiayai kegiatan perusahaan sendiri. Ukuran Perusahaan Menurut Prasetyorini (2013), ukuran perusahaan adalah suatu skala mengenai besar atau kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan ini juga sebagai salah satu tingkat kepercayaan investor. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin perusahaan itu dikenal oleh masyarakat. Besarnya perusahaan juga menandakan besarnya aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan dan akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Struktur Modal Menurut Utami (2009), struktur modal merupakan keputusan keuangan yang harus diambil oleh manajer keuangan berkaitan dengan komposisi utang, saham biasa, maupun saham preferen yang harus digunakan oleh perusahaan. Chen dan Chen (2011) menyatakan pendanaan dengan menggunakan utang dapat menjadi bahan pengambilan keputusan bagi investor. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan salah satu alat pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi. Prasetyorini (2013) mengungkapkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang harus dibayar oleh investor apabila perusahaan tersebut dijual. Para pemimpin perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan dapat menjadi daya saing bagi para kompetitor-kompetitor lain. Model Penelitian Profitabilitas Struktur Modal Pertumbuhan Penjualan Likuiditas Ukuran Perusahaan Nilai Perusahaan Gambar 1 Model Penelitian 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Pengembangan Hipotesis Hipotesis yang dikembangkan berdasarkan penelitian ini adalah: Ha1: Profitabilitas berpengaruh secara langsung terhadap struktur modal. Ha2: Pertumbuhan penjualan berpengaruh secara langsung terhadap struktur modal. Ha3: Likuiditas berpengaruh secara langsung terhadap struktur modal. Ha4: Ukuran perusahaan berpengaruh secara langsung terhadap struktur modal. Ha5: Profitabilitas berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. Ha6: Pertumbuhan penjualan berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. Ha7: Likuiditas berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. Ha8: Ukuran perusahaan berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. Ha9: Struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. METODA PENELITIAN Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, di mana metode ini menggunakan kriteria-kriteria tertentu dalam pemilihan sampel. Kriteria yang digunakan adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia secara konsisten dari periode 2009-2012. 2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah. 3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan per 31 Desember. 86 November 2014 4. Perusahaan yang melaporkan laba bersih selama periode penelitian. 5. Perusahaan yang melaporkan penjualan dalam laporan keuangan selama periode penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan milik perusahaan untuk tahun buku tanggal 31 Desember 2009 hingga 31 Desember 2012. Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai alternatif perumusan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Chen dan Chen (2011), rumus untuk menghitung ROA adalah: Menurut Chen and Chen (2011), rumus untuk menghitung pertumbuhan penjualan adalah: Likuiditas dalam penelitian ini menggunakan rumus current ratio sebagai alternatif pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Chowdhury dan Chowdhury (2010), rumus current ratio adalah: Menurut Utami (2009) dan Sujoko dan Soebiantoro (2007), rumus yang digunakan untuk menentukan nilai ukuran perusahaan adalah: Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aktiva) ISSN: 1410 -9875 Aries Jonathan Perumusan yang digunakan peneliti dalam menentukan nilai perusahaan adalah Book Value. Menurut Chen dan Chen (2011), rumus untuk Book Value adalah: PROF = Profitabilitas PRTMBHN = Pertumbuhan Penjualan LIKUID = Likuiditas UKPRUS = Ukuran Perusahaan Perumusan yang digunakan dalam perhitungan variabel ini adalah total leverage. Menurut Chen dan Chen (2011), rumus yang digunakan untuk menghitung leverage adalah: Model persamaan digunakan adalah: regresi yang NLPRUS = β1 PROF + β2 PRTMBHN + β3 LIKUID + β4 UKPRUS + β5 STMDL + e STMDL = β1 PROF + β2 PRTMBHN β3LIKUID + β4UKPRUS + e STMDL = Struktur Modal ANALISIS DAN PEMBAHASAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 135 perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang berhasil dikumpulkan dan dapat digunakan untuk penelitian ini adalah 77 perusahaan. Pengolahan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Keterangan: NLPRUS = Nilai Perusahaan Tabel 1 Hasil Uji Deskriptif Statistik PROF PRTMBHN LIKUID UKPRUS SMDL NPRUS N Minimum Maximum Mean 231 231 231 231 231 231 0,0011 -0,4264 0,5249 25,0825 0,0943 2242,7694 0,5631 1,4855 11,7428 32,8365 3,2100 37357,4440 0,130297 0,162067 2,436036 27,849617 0,460433 3165,924252 Std. Deviation 0,1121751 0,2105884 1,9035616 1,5644397 0,3470137 6874,6464440 Sumber: Pengolahan data SPSS 19 Berdasarkan tabel di bawah dapat disimpulkan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh likuiditas dan ukuran perusahaan dengan nilai Sig. < alpha 0,05, sedangkan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tidak mempengaruhi struktur modal. 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Variabel PROF PRTMBHN LIKUID UKPRUS Tabel 2 Hasil Uji t B -0,024 0,017 -0,086 -0,034 Sig. 0,906 0,859 0,000 0,016 Variabel PROF PRTMBHN LIKUID UKPRUS STMDL November 2014 Hasil Uji t B 24185,231 -1948,990 503,347 -359,977 -1714,624 Sig. 0,000 0,312 0,052 0,200 0,192 Variabel Dependen: STMDL Sumber: Pengolahan data SPSS 19 Variabel Dependen: NLPRUS Sumber: Pengolahan data SPSS 19 Tabel 3 Berdasarkan tabel 4.20 dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dengan nilai Sig. < alpha 0,05, sedangkan pertumbuhan penjualan, likuiditas, ukuran perusahaan dan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Uji Pengaruh Tidak Langsung Tabel 4 Hasil Uji Analisis Jalur (Pengaruh Tidak Langsung) Variabel Beta PROF 0,395 PRTMBHN -0,060 LIKUID 0,139 UKPRUS -0,082 STMDL -0,087 Variabel Dependen: NLPRUS Sumber: Pengolahan data SPSS 19 Berdasarkan tabel 4.21 dan tabel 4.22 setelah nilai diabsolutkan dapat disimpulkan sebagai berikut: Profitabilitas Pengaruh langsung = 0,395 Pengaruh tidak langsung = 0,008*0,087 = 0,000696 Pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh profitabilitas secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui struktur modal. Pertumbuhan penjualan Pengaruh langsung = 0,060 88 Tabel 5 Hasil Uji Analisis Jalur (Pengaruh Tidak Langsung) Variabel Beta PROF -0,008 PRTMBHN 0,011 LIKUID -0,470 UKPRUS -0,154 Variabel Dependen: STMDL Sumber: Pengolahan data SPSS 19 Pengaruh tidak langsung = 0,011*0,087 = 0,000957 Pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pertumbuhan penjualan secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui struktur modal. Likuiditas Pengaruh langsung = 0,139 Pengaruh tidak langsung = 0,470*0,087 = 0,04089 Pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat ISSN: 1410 -9875 pengaruh likuiditas secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui struktur modal. Ukuran perusahaan Pengaruh langsung = 0,082 Pengaruh tidak langsung = 0,154*0,087 = 0,013398 Pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui struktur modal. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah: NLPRUS = 0,395 PROF – 0,060 PRTMBHN + 0,139 LIKUID – 0,082 UKPRUS – 0,087 STMDL + e STMDL = - 0,008 PROF + 0.011 PRTMBHN - 0.470 LIKUID - 0.154 UKPRUS + e PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh likuiditas dan ukuran perusahaan, sedangkan nilai perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas. Berikut ini adalah keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini Aries Jonathan dan dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya: 1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian hanya menggunakan 4 variabel independen. Sementara itu, masih terdapat banyak variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. 3. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek (2009-2012) sehingga hasil penelitian tidak dapat digunakan secara luas. Adapun rekomendasi yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas populasi penelitian dan tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai perusahaan seperti Corporate Social Responbility, kepemilikan manajerial dan lainnya. 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu yang lebih lama agar hasil penelitian lebih akurat. REFRENSI Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams, Jeffrey D. Camm, James J. Cochran. 2012. Statisctics For Business and Econimics 12th edition. Canada: South- Western Cengage Learnings. Chen, Shun-Yu dan Chen, Li-Ju. 2011. Capital Structure Determinants: An empirical study in Taiwan. African Journal of Business Management Vol. 5(27) pp 10974-10983. 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Chowdhury, Anup dan C. Suman P. 2010. Impact of capital structure on firm’s value: Evidence from Bangladesh. Business and Economic Horizons. Edmawati, S. Dewi. 2012. Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.3, No. 3. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, dan Rolth E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey: Pearson Education. Hadinugroho, L dan A. A. Delisandri. 2012. Proceeding for Call Paper Pekan Ilmiah Dosen Feb-UKSW. Indrajaya, G., Herlina dan Setiadi R. 2011.Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur modal. Akurat jurnal Ilmiah akuntansi No. 6. Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 2. Mahendra Dj., Sri Artini dan A.A Gede. 2012. Pengaruh Kinerja keuangan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal manajemen, Strategi bisnis, dan Kewirausahaan Vol. 6. Mardiyati, U., G. Nazir dan Ria P. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia Vol. 3, no. 1. Margaretha, F dan A. R. Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.12, No. 2. Prasetyorini, B. Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio, dan Profitablilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen. Ramlall, I. 2009. Determinants of Capital Structure Among Non-Quoted Mauritian Firms Under Specificity of Leverage: Looking for a Modified Pecking Order Theory. International Research Journal of Finance and Economics. Sekaran, U dan R, Bougie. 2010. Research Methods for Business: A skill Building Approach. 5th ed. West Sussex: John Wiley and Sons Ltd. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 1. Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 9, pp. 41-48. Sumani dan Lia Rachmawati. 2012. Analisis Struktur Modal dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Emas, Vol. 6, No 1. Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. 90 ISSN: 1410 -9875 Aries Jonathan Tjia, O dan L, Setiawati.2012. Effect of CSR Disclosure to Value of the Firm. World Journal of Social Sciences Vol. 2, No, 6. Utami, E. Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur modal Perusahaan Manufaktur. Fenomena hal. 39-47. 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 92 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 93-110 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANTON HERDIANTO STIE Trisakti [email protected] Abstract: Intellectual capital disclosure is a tool that can be used by a company to communicate with their stakeholders. With disclose company’s intellectual information, a company could decrease asymmetric information level with their stakeholders. The nature of intellectual capital disclosure is voluntary disclosure, therefore, a company had choose to not disclose some information if their felt it will not bring an advantage for them. The aim of this research is to find the factors that influence intellectual capital disclosure. The independent variables i.e. Board of Directors, Audit Commitee size, Frequency of Commitee’s Meeting, Firm’s size, profitability, and leverage. This research used a purposive sampling method with 60 data of manufacturing companies listed at Indonesia Stock Exchange in 2009-2012. The tools analysis used in this research is multiple linier regression. The result of this study showed that Board of Directors, Audit Commitee size did not have significant toward intellectual capital disclosure. The Frequency of Commitee’s Meeting, firm’s size, Profitability , leverage have significant toward intellectual capital disclosure. Keywords: Intellectual Capital Disclosure, Board of Directors, Audit Commitee Size, Frequency of Commitee’s Meeting, Firm’s size, Profitability, and Leverage. Abstrak: Intellectual capital disclosure merupakan alat yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk berkomunikasi kepada para pemegang saham. Dengan mengungkapkan informasi intelektual, suatu perusahaan dapat mengurangi informasi asimetri dengan para pemegang saham. Pengungkapan modal intelektual merupakan pengungkapan sukarela. Oleh sebab itu, suatu perusahaan dapat memilih untuk tidak mengungkapkan bebrapa informasi jika mereka merasa tidak akan memberikan suatu keuntungan untuk perusahaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang mepengaruhi pengungkapan modal intelektual. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain komposisi dewan, ukuran komite audit, frekuensi rapat komite audit, profitabilitas dan leverage. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan 60 data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Alat uji analisa yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 ini menyimpulkan bahwa komposisi dewan, ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Frekuensi rapat komite audit, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap pengungkapan modal inteletual. Kata kunci: Intellectual Capital Disclosure, Komposisi Dewan, Ukuran Komite Audit, Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini, bisnis merupakan hal yang sangat penting. Dimana di dalam bisnis, terdapat persaingan yang sangat ketat. Oleh sebab itu, suatu perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat dalam mempertahankan persaingan tersebut. Dalam mempertahankan persaingan tersebut, suatu perusahaan harus mampu mengubah bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-business based) menjadi bisnis yang didasarkan pada ilmu pengetahuan (knowledge-business based). Dengan menggunakan bisnis yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan, maka akan menemukan bagaimana cara untuk menggunakan sumber ekonomi tersebut secara efisien dan ekonomis. Sehingga perusahaan akan menemukan nilai tambah yang merupakan keunggulan kompetitif tersebut. Dengan keungggulan kompetitif, akan memberikan informasi yang merupakan isi dari gambaran perusahaan. Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi 94 kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert (1998) dalam Sawarjuwono, 2003). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap terhadap mereka. (Rupert dalam Sawarjuwono, 2003) mengungkapkan bahwa ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan. Namun, penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al. dalam Suwarjuwono (2003). Di dalam kejadian perusahaan-perusahaan besar, dapat disimpulkan bahwa market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin dalam Suwarjuwono, 2003). Implementasi modal ISSN: 1410 -9875 intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skandinavia. Pada umumnya, kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat berasal dari kemampuan berproduksi suatu perusahaan sampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat. Di Indonesia, (Abidin dalam Suwarjono, 2003) intellectual capital masih belum dikenal secara luas. Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Disamping itu perusahaanperusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Kesimpulan ini peneliti ambil karena minimnya informasi yang diperoleh tentang modal intelektual di Indonesia. Anton Herdianto Selanjutnya Abidin (Suwarjono, 2003) menyatakan bahwa jika perusahaan-perusahaan tersebut mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang berbasis pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin favourable di mata konsumen. Oleh karena itu modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan (Suwarjono, 2003). Laporan keuangan tradisional telah dirasakan gagal untuk dapat menyajikan informasi yang penting ini. Bagi perusahaan yang sebagian besar asetnya dalam bentuk modal intelektual seperti Kantor Akuntan Publik misalnya, tidak adanya informasi ini dalam laporan keuangan akan menyesatkan, karena dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Oleh karena itu laporan keuangan harus dapat mencerminkan adanya aktiva tidak berwujud dan besarnya nilai yang diakui. Adanya perbedaan yang besar antara nilai pasar dan nilai yang dilaporkan akan membuat laporan keuangan menjadi tidak berguna untuk pengambilan keputusan 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 (Suwarjono, 2003). Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan masih kurangnya studi modal intelektual di Indonesia, maka penelitian ini akan mencoba mengkaji literaturliteratur yang berkaitan dengan pengukuran dan pelaporan modal intelektual. Sedangkan penelitian ini ditujukan untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang komprehensif terhadap perkembangan pemikiran pengukuran modal intelektual serta pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan (Suwarjono, 2003). Fenomena ini akhirnya menjadi daya tarik banyak peneliti untuk menyelidiki tentang intellectual capital. Dimana, terdapat kesenjangan informasi terkait pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap intellectual capital disclosure. Variabel independen yang digunakan adalah komposisi dewan, ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas.. Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan 96 November 2014 variabel komposisi dewan, komite audit, ukuran audit komite, frekuensi pertemuan audit, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel komposisi dewan, role duality, ukuran audit komite, dan frekuensi pertemuan audit (Taliyang, 2011). Tambahan variabel pada penelitian ini dikarenakan untuk memperluas karakteristik perusahaan. Dimensi atau klasifikasi itemitem pengungkapan (disclosure) pada penelitian ini adalah human capital, structural capital, relational capital. Sedangkan pada penelitian sebelumnya digunakan dimensi human capital, organizationnal capital, information technology. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory and Political Cost Theory Teori ini memberikan hubungan antara perilaku pengungkapan sukarela untuk tata kelola perusahaan dimana dapat digunakan sebagai mekanisme kontrol untuk mengurangi masalah keagenan yang timbul dari pemisahan antara kepemilikan dan manajemen (Welker, 1995 dalam Li, et al., 2008). Argumen ini dapat diperluas untuk pengungkapan modal intelektual, dimana manajemennya dapat menentukan tingkat pengungkapan dan dengan demikian mengurangi ketidakpastian investor berkaitan dengan dampak dari modal intelektual pada nilai perusahaan. Selain itu, pengungkapan modal ISSN: 1410 -9875 intelektual tinggi dapat menyediakan paket pemantauan yang lebih intensif bagi perusahaan untuk mengurangi perilaku oportunistik dan asimetri informasi. Hal ini konsisten dengan penelitian, dengan mengadopsi variabel tata kelola perusahaan seperti komite audit, dewan direksi independen, pemisahan tugas antara peran ketua dan kepala eksekutif, dapat meningkatkan pengendalian internal di masing-masing perusahaan dan langsung mengurangi masalah agensi. Akibatnya, diharapkan bahwa pengungkapan modal intelektual dalam laporan tahunan dapat ditingkatkan (Li et al., 2008). Menurut political cost theory, perusahaan yang merupakan politically visible dan subjek high political cost (tergantung pada ukuran perusahaan), akan cenderung mengungkapkan intellectual capital lebih banyak (Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010). Political cost hipotesis menujukkan bahwa perusahaan besar lebih cenderung untuk menggunakan pilihan akuntansi yang mengurangi pelaporan laba, daripada perusahaan kecil (Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010). Teori Signal Teori Signal menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi menggunakan informasi keuangan untuk mengirimkan sinyal kepada pasar (Spence, 1973 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010). Biaya atas sinyal bad news adalah lebih tinggi daripada good news. Hal ini diperlihatkan dalam penelitian Anton Herdianto Spence (1973) dalam Suhardjanto dan Mari (2010). Oleh karena itu, manajer lebih termotivasi untuk mengungkapkan intellectual capital sebagai informasi tertutup secara sukarela. Hal ini disebabkan oleh ekspetasi manajer bahwa menyediakan kinerja perusahaan kepada pasar akan mengurangi asimetri informasi (Oliveira et al., 2008 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010) Teori Legitimasi Menurut Purnomoshidi (2006), teori ini perusahaan berusaha memastikan bahwa kegiatan operasinya masih dalam batas-batas ikatan dan norma masyarakat tempat perusahaan bekerja. Dengan demikian, perusahaan akan melaporkan dengan suka rela aktivitas tertentu yang dilakukan jika manajemen menganggap aktivitas tersebut menjadi perhatian masyarakat di sekitarnya. Legitimacy theory didasarkan pada suatu gagasan bahwa terdapat suatu kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat di sekitarnya. Kontrak sosial tersebut menggambarkan setumpuk harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya perusahaan beroperasi. Harapanharapan tersebut tidak bersifat tetap dan selalu berubah setiap saat sehingga menuntut perusahaan untuk selalu tanggap terhadap lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu beroperasi dengan cara-cara yang konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan komunikasi secara tertulis melalui laporan-laporan telah yang 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 disiapkan (Purnomoshidi, 2006). Teori Stakeholder Stakeholder theory beranggapan bahwa perusahaan yang berkomitmen untuk melaporkan aktivitasnya termasuk intellectual capital disclosure kepada stakeholder, biasanya bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan dan berkelanjutan pembentukan nilai untuk semua stakeholder (Ernst dan Young, 1999 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010). Berdasarkan teori stakeholder, manajemen perusahaan diharapkan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder dan melaporkannya kepada stakeholder (Guthrie, et al., 2004). Teori ini menyarankan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk disediakan dengan informasi tentang bagaimana dampak aktivitas organisasi terhadapnya (sebagai contoh: polusi, sponsor komunitas, anjuran pengamanan, dll), sama jika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi dan sama jika mereka tidak dapat memainkan secara langsung suatu peran konstruktif dalam hidup organisasi (Deegan, 2000 dalam Guthrie, et al., 2004). Teori stakeholder menganggap akuntabilitas organisasi disebabkan oleh organisasi, yang memperluas di luar kinerja ekonomi atau keuangan mereka. Ini menyarankan bahwa mereka akan memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela tentang kinerja intelektual, sosial dan lingkungan mereka, melebihi dan di atas persyaratan wajib. (Guthrie et al., 2004) 98 November 2014 Cost and Benefit Theory Manajer memiliki dorongan untuk membuat voluntary disclosure ketika manfaat yang dihasilkan melebihi biaya yang terjadi dan biaya tidak langsung yang terlibat. Pengungkapan wajib maupun sukarela termasuk intellectual capital disclosure mengurangi asimetri informasi antara pelaku pasar yang memberikan informasi dan noninforman. Pengungkapan itu membantu memperbaiki beberapa mis-evaluation perusahaan. Di samping itu, membantu mengurangi capital cost (Botosan 1997; Botosan dan Plumpee, 2002 dalam Oliveira, 2008) meningkatkan permintaan investor (Diamond dan Verrechia, 1991 dalam Oliveira, 2008), dan mengurangi bis-ask spread (Yohn, 1998 dalam Oliveira, 2008). Intellectual Capital Disclosure Modal intelektual didefinisikan sebagai aset tidak berwujud yang meliputi teknologi, informasi pelanggan, nama merek, reputasi dan budaya perusahaan yang sangat berharga untuk daya saing suatu perusahaan (Low dan Kalafut, 2002 dalam Taliyang, 2011). Low dan Kalafut (2002) dalam Taliyang (2011) menyimpulkan bahwa modal intelektual terdiri dari tiga komponen. Komponen pertama adalah pengetahuan dan inovasi para karyawan. Komponen kedua adalah infrastruktur manusia seperti sistem kerja yang baik, inovasi dan perbaikan proses modal struktural dan komponen terakhir adalah hubungan eksternal perusahaan seperti modal pelanggan. ISSN: 1410 -9875 Ada banyak alasan bagi perusahaan untuk mengungkapkan modal intelektual informasi dalam laporan tahunan mereka. Alasannya adalah untuk membantu organisasi merumuskan strategi mereka, untuk menilai strategi eksekusi, untuk membantu dalam diversifikasi dan ekspansi keputusan, untuk digunakan sebagai dasar untuk kompensasi dan untuk mengkomunikasikan pengukuran kepada stakeholder eksternal (Marr et al, 2003 dalam Taliyang, 2011). Saat ini, ada tiga pendekatan dalam mengukur modal intelektual yang telah diusulkan oleh Brennan (2001). Pendekatan pertama adalah dengan menggunakan pengukuran berbasis nilai yang ada. Disarankan bahwa nilai aset intelektual merupakan perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku. Pendekatan kedua adalahh pendekatan untuk mengukur asset intelektual yang tersembunyi, yang dikenal sebagai "Skandia Navigator" dimana pendekatan ini mengacu pada metode yang mengidentifikasi dan mengukur faktor penentu keberhasilan dalam empat kunci dimensi di dalam bisnis. Pendekatan ketiga adalah pendekatan indeks modal untuk mengukur efisiensi dari asset intelektual (Roos et al., 1997 dalam Brennan, 2001). Melalui pendekatan ini, langkah-langkah kunci sukses sebuah perusahaan individu harus menjadi yang pertama diidentifikasi dan ditimbang (menurut kepentingan) untuk menyediakan indeks ringkasan tunggal (Booth, 1998 dalam Brennan, 2001). Anton Herdianto Komposisi Dewan Fungsi dewan direksi dapat dijelaskan sebagai mekanisme pengendalian internal dalam berpartisipasi untuk pengambilan keputusan atas nama kepentingan pemegang saham, juga untuk memastikan keputusan manajemen konsisten dengan kepentingan pemilik. Menurut Haniffa dan Cooke (2005) dalam Taliyang (2011), mereka menyarankan komposisi lebih tinggi dari direktur noneksekutif mungkin mempengaruhi tingkat pengungkapan karena mereka dapat memberikan keahlian yang lebih luas, prestise dan kontak untuk manfaat perusahaan. Namun, Cotter dan Silvester (2003) dalam Taliyang (2011) berpendapat bahwa direktur non-eksekutif independen berada dalam posisi yang lebih baik untuk memonitor manajemen eksekutif. Memperluas argumen ini, kami berharap perusahaan dengan direktur non-eksekutif lebih independen akan mengungkapkan informasi lebih lanjut mengenai modal intelektual. Ada berbagai penelitian yang dianggap komposisi dewan komisaris independen sebagai penentu mungkin dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan: beberapa studi menemukan hubungan yang signifikan positif antara proporsi direktur non-eksekutif independen dengan pengungkapan sukarela (Li et al., 2008). Dengan penjelasan tersebut, hipotesis pertama adalah sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh komposisi dewan terhadap intellectual capital disclosure. 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Ukuran Komite Audit Penunjukan komite audit dari direktur non-eksekutif yang secara finansial dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa kepentingan pemegang saham dilindungi dengan benar. Hal ini karena peran komite audit adalah untuk meninjau penyusunan laporan keuangan perusahaan serta pengungkapan nilai-informasi yang relevan seperti modal intelektual. Menurut Ho dan Wong (2001) dalam Taliyang (2011), kehadiran komite audit yang efektif berfungsi sebagai mekanisme terbaik untuk meningkatkan pengungkapan modal intelektual, meningkatkan pengendalian internal, dan meningkatkan kualitas informasi. Hal ini bertentangan dengan temuan dari studi yang dilakukan oleh Mangena dan Pike (2005) dalam Taliyang (2011) yang menunjukkan ukuran komite audit tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan dalam laporan tahunan. Komite audit yang tidak aktif tidak mungkin untuk memonitor manajemen secara efektif dan waktu pertemuan yang memadai harus disediakan untuk pertimbangan isu utama (Olson, 1999 dalam Li et al., 2008). Studi terbaru terkait masalah ini dibuat oleh Li et al. (2008) menemukan bahwa perusahaan dengan komite audit yang lebih besar biasanya mengungkapkan modal intelektual yang lebih besar dalam laporan tahunan mereka. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kedua adalah sebagai berikut: H2 100 : Terdapat pengaruh antara ukuran komite audit November 2014 terhadap intellectual capital disclosure. Frekuensi Rapat Komite Audit Komite audit dan auditor eksternal harus bertemu secara teratur, tanpa anggota dewan eksekutif saat ini, untuk mendorong pertukaran yang lebih besar dari pandangan dan pendapat bebas dan jujur antara kedua belah pihak. Olson (1999) dalam Taliyang (2011) mencatat bahwa komite audit tidak aktif tidak mungkin untuk memonitor manajemen secara efektif dan waktu pertemuan yang memadai harus disediakan untuk pertimbangan isu-isu utama. Price Waterhouse dalam Li et al. (2008) merekomendasikan bahwa komite audit harus memegang minimal tiga atau empat pertemuan setahun dan pertemuan khusus bila diperlukan. Mengingat pentingnya peningkatan modal intelektual, kami berharap komite audit yang lebih besar, bertemu lebih sering, untuk memiliki pengaruh yang lebih besar dalam mengawasi praktik pengungkapan modal intelektual (Li et al, 2008). Disamping itu, Li et al. (2008) menyatakan bahwa tingkat pengungkapan modal intelektual dan frekuensi pertemuan komite audit berhubungan positif satu sama lain. Kedua studi menunjukkan bahwa aktivitas komite audit merupakan faktor penting dalam perilaku manajemen pemantauan, khusus untuk mengurangi asimetri informasi melalui modal intelektual disclosure. Semakin pentingnya hal ini, kami berharap komite audit untuk mengadakan pertemuan lebih besar untuk mempengaruhi ISSN: 1410 -9875 pengungkapan intelektual modal perusahaan (Taliyang, 2011). H3 : Terdapat pengaruh antara frekuensi pertemuan komite audit terhadap intellectual capital disclosure. Ukuran Perusahaan Banyak peneliti yang menemukan pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat disclosure (Singhvi dan Desai, 1971; Cooke, 1992; Craig dan Diga, 1998 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010). Di dalam penelitian tersebut, pengaruh positif ditemukan antara ukuran perusahaan dan keluasan pengungkapan. Freedman dan Jaggi (2005) dalam Suhardjanto dan Mari (2010) menemukan bahwa semakin besar perusahaan akan semakin banyak aktivitas dan semakin tinggi pelaporan termasuk intellectual capital disclosure. Semakin besar perusahaan, semakin besar pula perhatian atau sorotan pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan akan semakin banyak melaporkan informasi intellectual capital disclosure. H4 : Terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap intellectual capital disclosure. Profitabilitas Haniffa dan Cooke (2005) dalam Suhardjanto dan Mari (2010) menunjukkan bahwa semakin tingi tingkat profitabilitas akan semakin lebih banyak mengungkapkan informasi sukarela ke publik. Karena semakin besar dukungan financial perusahaan akan semakin banyak pengungkapan informasi termasuk intellectual capital Anton Herdianto disclosure. Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif terhadap pengungkapan perusahaan artinya semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin banyak pula intellectual capital disclosure (Ullman, 1985; Haniffa dan Cooke, 2005 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010). Beberapa peneliti menemukan pengaruh positif antara profitabilitas dan keluasan pengungkapan termasuk intellectual capital disclosure (Shingvi dan Desai, 1971 dalam Suhardjanto dan Mari, 2010). H5 : Terdapat pengaruh antara profitabilitas terhadap intellectual capital disclosure. Leverage Hasil penelitian Beikoui dan Karpik dan Tan dan Tower dalam Mangena dan Pike (2005) yang dikutip oleh Suhardjanto dan Mari (2010) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negative terhadap luas pengungkapan. Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi akan mengurangi disclosure perusahaan termasuk intellectual capital disclosure dengan maksud dari bondholder (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Suharjanto dan Mari, 2010). H6 : Terdapat pengaruh antara leverage terhadap intellectual capital disclosure. METODA PENELITIAN Komposisi Dewan Pada penelitian ini, komposisi dewan menggunakan proksi proporsi jumlah komisaris independen terhadap jumlah 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 anggota dewan komisaris seperti penelitian yang dilakukan Li et al. (2008), Eng dan Mak (2003), Taliyang (2011), dan Suharjanto dan Mari (2010). Ukuran Komite Audit Pengukuran komite audit pada penelitian ini mengacu pada Taliyang (2011) dan Li et al. (2008) yang menggunakan proksi jumalah komite audit pada suatu perusahaan. Frekuensi Rapat Komite Audit Taliyang (2011) dan Li et al. (2008) mengukur frekuensi rapat komite audit dengan jumlah rapat komite audit yang diadakan oleh perusahaan setiap tahunnya. Ukuran Perusahaan Pengukuran ukuran perusahaan pada perusahaan ini mengacu pada Haniffa dan Cooke (2005) dalam Suharjanto dan Wardhani (2010) yang menggunakan logaritma natural total asset sebagai proksi ukuran perusahaan. Profitabilitas Penelitian ini menggunakan dasar tingkat pengembalian atas asset (Return on Asset) sebagai proksi dari profitabilitas. ROA diukur dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva. Leverage Dalam penelitian ini leverage akan dihitung dengan rumus total utang terhadap total ekuitas menggunakan persamaan yang digunakan dalam penelitian Suhardjanto dan Wardhani (2010). 102 November 2014 Variabel Dependen Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah intellectual capital disclosure. Untuk menentukan nilai intellectual capital disclosure, dapat diketahui dengan memberikan bobot pada ketiga kategori dalam intellectual capital disclosure (organizational capital, relational capital, dan human capital). Pengukuran tingkat pengungkapan intellectual capital dengan memberikan nilai terhadap item yang disebutkan oleh perusahaan dalam annual report, yaitu 1 untuk item yang diungkapkan dan 0 untuk item yang tidak diungkapkan. Selanjutnya jumlah dari item-item yang dilaporkan dibagi dengan nilai keseluruhan item. Metode Analisi Data Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis multiple regression. Adapun persamaan regresi berganda adalah: IC Disclosure = β0 + βl (Bcomp) + β2(Asize) + β3 (Fre) + β4 (Firmsz) + β5(Prof)+ β6 (Lev)+ ℮ Keterangan: IC Disclosure disclosure of Bcomp Asize Fre komite audit Firmsz Prof Lev ℮ = Intellectual capital company i = komposisi dewan = ukuran komite audit = Frekuensi rapat = Ukuran Perusahaan = Profitabilitas = Leverage = Error HASIL PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 135 ISSN: 1410 -9875 perusahaan manufaktur tahun 20092012. Setelah dilakukan seleksi atas populasi untuk menentukan sampel akhir berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka diperoleh 60 perusahaan sebagai sampel dengan menggunakan metode proportional purposive random sampling. Sampel dapat dilihat di tabel 3. Dari statitistik deskriptif (Tabel 4) dapat dilihat bahwa hasil dari 240 sampel perusahaan manufaktur yang diuji, intellectual capital disclosure mempunyai ratarata pengungkapan sebesar 67,23%. Nilai minimum sebesar 32%, nilai maksimum sebesar 92% dengan standar deviasi sebesar 13,058%. Ukuran dewan komisaris yang diproksikan dengan Bcomp memiliki rata-rata sebesar 0,4026. Standar deviasi 0,13281. Nilai minimum sebsar 0,20, nilai maksimum sebesar 1,00. Ukuran komite audit diproksikan dengan Asize. Nilai rata-rata ukuran audit komite adalah 3,16. Nilai minimum adalah 2 orang dan nilai maksimum adalah 5 orang. Dengan standar deviasi sebesar 0,442. Untuk frekuensi rapat komite audit diproksikan dengan Frekuensi. Rata-rata pertemuan yang dilaksanakan suatu perusahaan adalah 5,83. Pertemuan minimumnya adalah 1 kali dan maximum pertemuan yang dilaksanakan adalah 17 kali. Dengan standar deviasi sebesar 3,618. Untuk ukuran perusahaan diproksikan dengan Firmsize. Untuk Firmsize rata-rata sebesar 28,0862. Standar deviasi 1,56600. Nilai Anton Herdianto minimum 24,97. Nilai maksimum 32,84. Untuk ROA memiliki nilai rata-rata 0,104957. Angka tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ROA yang diperoleh setiap sample perusahaan manufaktur yang diuji adalah sebesar 0,104957 kali dengan standar deviasi 0926897, nilai minimum 0,0001 dan nilai maksimum sebesar 0,4165. Untuk leverage memiliki nilai rata-rata 1,0788. Standar deviasi 1,25732. Nilai minimum sebesar 0,08 dan nilai maksimum sebesar 11,71. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis multiple regression dengan signifikansi 5% (Tabel 5). Sebelum analisis multiple regression, telah dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Goodness of fit model regresi, secara statistik dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi dan nilai statistic dari uji F. Hasil analisis multiple regression dapat dilihat pada tabel 5. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,400 yang berarti bahwa variabel dependen dan variabel independen memiliki hubungan yang rendah. Sedangkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,139 yang berarti bahwa variabel independen ukuran perusahaan, proporsi dewan komisaris, frekuensi rapat komite audit, ROA, dan leverage dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 13,9% dan sisanya 86,1% dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk dalam model penelitian. 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Goodness of fit model regresi ditunjukkan nilai F hitung sebesar 7,410 dengan nilai signifikan sebesar 0.000, itu berarti signifikan nilai di bawah 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen komposisi dewan, ukuran perusahaan, frekuensi rapat audit, ukuran perusahaan, ROA dan leverage berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure dan model tersebut fit untuk digunakan dalam model penelitian. Variabel komposisi dewan (Bcomp) memiliki nilai sig sebesar 0,527 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komposisi dewan (Bcomp) dengan koefisien 0,039 tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure (ICD). Variabel ukuran komite audit (Asize) memiliki nilai sig sebesar 0,186 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran komite audit (Asize) dengan koefisien 0,028 tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure (ICD). Variabel frekuensi rapat komite audit (Fre) memiliki nilai sig sebesar 0,034 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel frekuensi rapat komite audit (Fre) dengan koefisien 0,006 berpengaruh secara negatif terhadap intellectual capital disclosure (ICD). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak frekuensi rapat komite audit akan menyebabkan terjadinya penurunan pengungkapan modal intelektual. Hal ini disebabkan semakin banyaknya frekuensi rapat komite audit, akan menimbulkan transparansi laporan keuangan yang 104 November 2014 akan mengurangi pengungkapan modal intelektual. Variabel ukuran perusahaan (Firmsz) memiliki nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (Firmsz) dengan koefisien 0,023 berpengaruh secara positif terhadap intellectual capital disclosure (ICD). Hal ini disebabkan semakin besarnya ukuran perusahaan, maka akan lebih banyak melakukan aktivitas dan mempunyai lebih banyak pemegang saham. Oleh sebab itu, perusahaan yang lebih besar akan dituntut untuk lebih banyak melakukan pengungkapan yang merupakan tuntutan dari para pemegang saham. Variabel profitabilitas (Prof) memiliki nilai sig sebesar 0,019 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan (Firmsz) dengan koefisien 0,203 berpengaruh secara positif terhadap intellectual capital disclosure (ICD). Hal ini disebabkan semakin besarnya tingkat profitabilitas, maka akan lebih banyak melakukan pengungkapan karena profitabilitas yang tinggi merupakan nilai lebih yang dimiliki perusahaan. Variabel Leverage (Lev) memiliki nilai sig sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel leverage (Lev) dengan koefisien 0,020 berpengaruh secara negatif terhadap intellectual capital disclosure (ICD). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tingkat leverage, akan menyebabkan terjadinya penurunan pengungkapan modal intelektual. Hal ini disebabkan semakin besarnya tingkat ketergantungan ISSN: 1410 -9875 pada hutang akan mengurangi pengungkapan agar tidak menjadi sorotan dari para bondholder. PENUTUP Komposisi dewan tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Taliyang (2010) dan Suhardjanto dan Mari (2010). Tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Lee, et al (2007). Ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suhardjanto dan Mari (2010), Taliyang (2011). Frekuensi rapat komite audit berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Suhardjanto dan Mari (2010), Taliyang (2011). Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Suhardjanto dan Mari (2010) dan Taliyang (2011). ROA berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclsoure. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suhardjanto dan Mari (2010). Leverage berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Suhardjanto dan Mari (2010), Taliyang (2011) dan Lee at al (2007). Prediktor yang mempengaruhi tingkat intellectual capital disclosure adalah frekuensi rapat komite audit, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage. Semakin besar perusahaan, semakin besar kemampuan finansial perusahaan, Anton Herdianto dan frekuensi rapat yang diadakan, serta semakin tingginya tingkat leverage, semakin besar pula perhatian stakeholder. Oleh sebab itu, perusahaan dituntut untuk semakin banyak melaporkan informasi termasuk intellectual capital disclosure. Berdasarkan hasil analisa serta kesimpulan di atas maka keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel independen dalam penelitian ini hanya komposisi dewan, ukuran komite audit, ukuran perusahaan, frekuensi rapat komite audit, ROA, dan Leverage. 2) Penggunaan item-item pada Intellectual Capital Disclosure belum efektif. Karena pengungkapan tersebut belum secara menyeluruh mengukur apakah perusahaan itu telah melakukan Intellectual Capital Disclosure secara lengkap atau tidak. Dan pengukuran pengungkapan dibuat setelah membaca dan mengamati sehingga masih berifat subyektif. 3) Sampel yang dipakai hanya perusahaan manufaktur saja. 4) Periode waktu yang terbatas, dimana dalam penelitian ini hanya terdiri dari empat periode yaitu 2009, 2010, 2011, dan, 2012. Berdasarkan hasil analisis serta kesimpulan di atas maka untuk penelitian selanjutnya diajukan rekomendasi sebagai berikut: 1) Menambah variabel lain yang berpotensi berpegaruh terhadap pengungkapan intellectual capital. Misalnya: KAP big four (auditor) dan kepemilikan saham, kepemilikan manajerial, jenis industri, dan lain-lain. 2) Mengganti item Intellectual Capital Disclosure lebih objektif. Sehingga 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 meminimalkan subyektivitas dalam pengukuran. 3) Sampel yang dipakai dapat diperluas, tidak terbatas pada perusahaan manufaktur saja. November 2014 4) Periode penelitian diharapkan diperpanjang agar lebih mencerminkan hasil penelitian REFERENSI Brennan, N. 2001. Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence from Ireland. Accounting Auditing & Accountability Journal, 14(4), pp.423-436. Eng, L.L. dan Mak Y.T. 2003. Corporate Governance and Voluntary Disclosure. Journal of Accounting and Publik Policy, 22, pp325-345. Gandia, Juan L. 2008. “Determinants of Interest-Based Corporate Governance Disclosure by Spanish Listed Companies”. Journal of intellectual capital, 32(6), pp.791-817. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19 (cetakan kelima). Yogyakarta: Universitas Diponegoro. Guthrie, J., Petty, R., dan Yongvanich, K. 2004. Using Content Analysis As a Research Method to Inquire Into Intellectual Capital Reporting. Journal of Intellectual Capital, Vol. 5. No. 2, pp. 282-293. Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Li, J., Pike, R., and Haniffa, R. 2008. Intellectual Capital Disclosure and Corporate Governance Struvture in UK Firms. Accounting and Business Research, 38(2), pp.137-159. Oliveira, Lidia, Lucia Lima Rodriques, dan Russel Craig. 2008. Applying Voluntary Disclosure Theories to Intagibles Reporting: Evidence from the Portugiese Stock Market. Purnomoshidi, B. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi, 9(1), 1-20. Reindo. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Rangka Implementasi GCG http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi24/peranan.htm Sawarjuwono, T. dan Agustine, P. K. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi & Keuangan, 5(1), 35-37. Shooving. “Pengertian Profitabilitas”. http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/ 2130420-pengertian-profitabilitas/ Suhardjanto, Djoko, Mari Wardhani, 2010. Praktik Intellectual Capital Disclosure Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Journal of intellectual capital, 14(1) pp.71-85. Taliyang, Siti M., Mariana Jusop. 2012. Intellectual Capital Disclosure and Corporate Governance Structure: Evidence in Malaysia. Journal of intellectual capital disclosure, 6(12) pp.109-117. 106 ISSN: 1410 -9875 Anton Herdianto Teori Ligitimasi dan Pengungkapan Lingkungan Sosial. http://staff.undip.ac.id/akuntansi/anis/2011/04/21/teori-legitimasipengungkapan-sosial-lingkungan/ Teori stakeholder, Intellectual Capital, Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™), Hubungan antara IC (VAICTM) dan Kinerja Perusahaan. 2009. http://pustakaakuntansiku.wordpress.com/2009/08/14/intellectual- capitaldan-kinerja-keuangan-perusahaan-suatu-analisis-dengan- pendekatan-partialleast-squares/ Tunggal, Amin Widjaja. 2012. Seluk-Beluk Internal Auditing. Jakarta: Harvarindo.. White G. 2007. “Drivers of Voluntary Intellectual Capital Disclosure in Listed Biotechnology Companies”. Journal of intellectual capital, 8(3), pp 517-537. 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Tabel 1. Item Intellectual Capital Disclosure Organizational Structure Patents Copyrights Trademarks Infrastrusture Assets Management philosophy Corporate culture Management processes Information systems Networking systems Research Project Relational Capital Human Capital Brands Customers Customers Loyalty Company names Distribution channel Business Collaborations Licensing agreements Favourable contracts Franchising agreements Financial Contracts Know-how Education Vocational Qualification Work-related knowledge Work-related competencies Entrepreneurial spirit Tabel 2. Pengukuran Variabel Dependen dan Independen Variabel Dependen Variabel 1. ICD Independent Variabel 1. Komposisi Dewan 2. 3. 4. 5. 6. 108 Ukuran Komite Audit Frekuensi Pertemuan Komite Audit Ukuran perusahaan Profitabilitas Leverage Proxy Keterangan ICD Jumlah item yang diungkapkan dibagi 25 Bcomp Jumlah komisaris independen/ total dewan komisaris Jumlah komite audit Asize Fre Total frekuensi rapat yang diadakan dalam satu tahun Firmsz Ln (Total Asset) Prof Lev Laba Bersih / Total Aktiva Total Hutang / Total Ekuitas ISSN: 1410 -9875 Anton Herdianto Tabel 3. Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah Data Keterangan Perusahaan manufaktur yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2012. Laporan keuangan yang tidak disajikan dalam mata uang Rupiah Perusahaan yang tidak memperoleh laba berturut-turut selama periode penelitian Laporan keuangan telah diaudit oleh auditor independen dengan menggunakan tahun buku yang tidak berakhir tanggal 31 Desember secara konsisten. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan tidak lengkap selama periode penelitian. (9) (59) (2) (0) 60 Data Perusahaan yang Lengkap Data penelitian selama 4 tahun (2009-2012) 240 Tabel 4. Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean N ICD Bcomp Asize Frekuensi Firmsz ROA Leverage 130 240 240 240 240 240 240 240 ,32 ,20 2 1 24,97 ,0001 ,08 ,92 1,00 5 17 32,84 ,4165 11,71 Std. Deviation ,6723 ,13058 ,4026 ,13281 3,16 ,442 5,83 3,618 28,0862 1,56600 ,104957 ,0926897 1,0788 1,25732 Tabel 5. Hasil Analisi Multiple Regression Variabel Koefisien t (Constant) -.038 -.262 Komposisi Dewan (Bcomp) .039 .633 Ukuran Komite Audit (Asize) .028 1.326 Frekuensi Pertemuan Audit (Fre) -.006 -2.131 Ukuran Perusahaan (Firmsz) .023 4.211 Profitabilitas (Prof) .206 2.363 Leverage (Lev) -.020 -3.233 Rsquare .400 Adjusted R Square .139 F 7.410 Sig .000 Tingkat signifikansi 0.05 Sig .794 .527 .186 .034 .000 .019 .001 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 110 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 111-130 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH PERFORMANCE RISK, FINANCIAL RISK, TIME RISK, SOCIAL RISK, PHYSICAL RISK, PSYCHOLOGICAL RISK TERHADAP PURCHASE INTENTION NOVRITA ADRIANI FITRI STIE Trisakti [email protected] Abstract: This study was conductedtoexamine the effect of Performance Risk, Financial Risk, RiskTime, PhysicalRisk, Risksof Social, PsychologicalRisk, theintereston thePurchasezalora.co.idsiteinJakarta. Independent variable(X) in this studyis thePerformance Risk(X1), Financial Risk(X2), RiskTime(X3), PhysicalRisk(X4), SocialRisk(X5), andPsychologicalRisk(X6). Dependent variable(Y) in this studyis theInterestsPurchase. The sample used inthis studyisthatthe general publicknowszalora.co.idsite. The purposeof this studyistoanalyzehow much influence theperformancerisk, financialrisk, timerisk, physicalrisk, socialrisk, psychologicalrisk, theinterestpurchasedindividually, or simultaneously. The analysis usedto testthese variablesisa simpleregressionanalysisand multiple regression analysis.Based onthe analysis resultsof calculations performedbythe authorsusingPASW18, seenthat t5,808PerformanceRisk, FinancialRisk9895, RiskTime3.473, SocialRisk 4.310, PhysicalRisk19 605, PsychologicalRisk 4.109ttablewitha significance levelof1.985, 0.000<alpha 5%(0,05). these resultswe can conclude thatHais acceptedandthere is asignificant effect. Keywords: Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Physical Risk, Social Risk, PsychologicalRisk, Purchase Intention. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Performance Risk, Financial Risk, Risk Time, Physical Risk, Risksof Social, dan Psychological Risk terhadap purchase intention. Objek penelitian adalah mereka yang pernah melakukan pembelian melalui web site Zalora. Data penelitian diolah dengan menggunkan regresi berganda melalui program PASW 18. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa semua variable penelitian terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap variable dependen. Secara parsial pengaruh variable independen terhadap dependen berturut-turut sebagai berikut: 808PerformanceRisk, FinancialRisk9895, RiskTime3.473, SocialRisk 4.310, PhysicalRisk19 605, PsychologicalRisk 4.109 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Kata kunci: Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Physical Risk, Social Risk, PsychologicalRisk, Purchase Intention. PENDAHULUAN Pada masa sekarang berbagai negara di seluruh penjuru dunia tengah berjalan memasuki suatu era baru yang disebut era globalisasi. Era globalisasi merupakan suatu era di mana batas-batas geografi antarnegara tidak lagi menjadi hambatan dalam proses komunikasi dan interaksi antarindividu. Hal ini semakin nyata terjadi apabila kita kaitkan dengan adanya internet. Internet adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Faktor yang menentukan keberhasilan penerapan bisnis (khususnya penjualan retail) secara online adalah kepercayaan konsumen untuk memancing Purchase Intention. Sebagian konsumen online takut melaksanakan transaksi secara online karena adanya bermacam macam risiko yang akan dihadapi (Perceived Risk). Perceived Risk yang mungkin saja dapat dihadapi oleh para calon konsumen seperti : Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Social Risk, Physical Risk, dan Psychological Risk. Kepercayaan konsumen telah diakui dalam pemasaran sebagai faktor penting agar sukses dalam bisnis terutama dengan adanya kasus-kasus seperti Perceived Risk yang dirasakan konsumen, karena bagi para pemilik toko online terutama Zalora Indonesia Perceived Risk sangat 112 November 2014 mempengaruhi Puchase Intention dari konsumen terhadap toko online mereka. Purchase Intention adalah sebuah niat beli atau keinginan konsumen untuk memiliki sebuah barang. KERANGKA TEORITIS Risiko yang dirasakan (Perceived Risk) Menurut Lovelock dan Wirtz (2011:63) “Perceived risk is especially relevant for services that are difficult to evaluate before purchase and consumption, and first time user are likely to face greater uncertainty”. Risiko Kinerja (Performance Risk) Menurut Kotler dan Keller (2012:193) “The product does not toexpectations”. Risiko Keuangan (Financial Risk) Menurut Kotler dan Keller (2012:193) “Financial Risk is the product is not worth the price paid”. Risiko Waktu (Time Risk) Menurut Kotler dan Keller (2012:193) “Time Risk is the failure of the product results in a opportunity cost of finding another satisfactory poduct”. Risiko Fisik (Physical Risk) Menurut Kotler dan Keller (2012:193) “Physical Risk is the product poses a threat to the physical well – being or health of the users / other”. Risiko Sosial (Social Risk) ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri Menurut Kotler dan Keller (2012:193) “Social Risk is the product result in embarrassment in front of others”. Risiko Psikologis (Psychological Risk) Menurut Kotler dan Keller (2012:193) “Psychological Risk is the product affects the mental well-being of the users”. Minat Membeli (Purchase Intention) Menurut Kotler dan Amstrong (2012:178) “The consumer may form a purchase intention based on factors such as expected price and expected product benefit”. Performance Risk(X1) Financial Risk(X2) (Y) Purchase Intention Time Risk(X3) Social Risk(X4) Physical Risk(X5) Psychological Risk(X6) Gambar 1 Model Penelitian METODELOGI PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para konsumen yang memiliki akses internet dan pernah melihat website zalora.co.id namun belum pernah membeli di zalora.co.id. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 responden di daerah Jakarta. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis ada satu macam teknik, yaitu Kuesioner Menurut Uma Sekaran (buku terjemahan, 2007:82) Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan jelas. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden untuk mengetahui pengaruh Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Social Risk, Physical Risk, dan Psychologial Risk terhadap Purchase Intentionpada website zalora.co.iddi Jakarta. Uji Instrument Penelitian 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Uji Validitas Uji validitas menurutBougie dan Sekaran (2010:159) adalah“the test to indicates that the items that are intended to measure a concept, do, on the face of it, look like they measure the concept.” Uji Reliabilitas Defenisi reliabilitas menurutBougie dan Sekaran (2010:161) adalah“a measure indicates the extent to which it is without bias (error free) and hence ensures consistent measurement across the time and across the various items in the instruments.” Uji Normalitas Menurut Hair et al (2010:71) Uji normalitas adalah asumsi dasar dari analisa Multivariate dengan cara melihat bentuk distribusi data setiap variabel dan merupakan suatu acuan untuk menentukan metode statistik mana yang akan digunakan. Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas Menurut Sekaran dan Bougie (2010:352)Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi korelasi yang tinggi atau tidak terjadi korelasi yang tinggi antara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Heteroskedastisitas Menurut Hair et al (2010:74) Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat kesamaan atau ketidaksamaan varians antara pengamatan yang satu dengan yang lainnya. 114 November 2014 Autokorelasi Menurut Anderson et al. (2011:736) autocorrelationyaitu “autocorrelation is correlation in the errors that arises when the error terms at successive points in time are related.” Pengujian autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan metode Durbin-Watson, jika nilai DurbinWatson diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi. Metode Analisa Data Metode Analisa Regresi Sederhana Simple regression Menurut Hair et al. (2010:160) “simple regression is regression model with a single independent variable, also known as bivariate regression”. Regresi sederhana dapat dinyatakan sebagi berikut: Y = a+bX+e Analisis Regresi Berganda Metode analisa data yang digunakan adalah metode regresi berganda atau multiple regression dengan alat bantu softwarePASW (Predictive Analytical SoftWare). Regresi linear berganda menurut Hairel al. (2010, 162) “multiple regression analysis is a statistical technique that can used analyze the relationship between a single dependent (criterion) variable and several independent (predictor) variables. When the prolem involves two or more independent variables.” Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+e Koefisien Korelasi (R) Definisi Correlation coefficient (r) menurut Hair et al. (2010, 156) yaitu “coefficient that indicates the strenght of the association ISSN: 1410 -9875 between any variables”. Novrita Adriani Fitri two metric Koefisien Determinasi (R2) Definisi coefficient of determination ( ) menurut Hair et al. (2010:156) “measure the propotion variance of the dependent variable about its mean that is explained by independent.” Uji Hipotesis Uji t Menurut Anderson et al (2011:640) Uji t digunakan untuk mengukur pengaruh antara variabel dependen dan setiap variabel independen atau Uji t sebagai uji signifikansi secara individual. Terdapat dua hipotesis untuk menguji uji t dalam model regresi yaitu: Uji F Menurut Anderson et al (2011:640) Uji F digunakan untuk mengukur antara variabel dependen dan semua variabel independen atau uji F sebagai tes signifikansi keseluruhan (Anderson et al 2011, 640). Terdapat dua hipotesis untuk menguji F dalam model regresi yaitu: ANALISA dan PEMBAHASAN Uji Validitas Tabel 1 Hasil Uji Validitas PERFORMANCE RISK(X1) Corrected R ITEM Item-Total Keputusan Tabel Correlation Saya khawatir bahwa produk yang sampai mungkin tidak sama persis 0.332 0.1966 VALID seperti yang muncul ketika ditampilkan di Website Zalora. Saya tidak suka fakta bahwa, saya tidak bisa merasakan/menyentuh dan 0.481 0.1966 VALID melihat secara langsung produk tersebut sebelum membeli saat belanja online di Website Zalora. Sulit untuk memastikan karakteristik produk seperti kualitas, berat, dan ukuran 0.291 0.1966 VALID hanya dengan melihat gambarnya yang disediakan pada katalog online di Website Zalora. 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 ITEM Saya khawatir bahwa detail yang diberikan pada setiap produk di Website Zalora tidak seperti pada kenyataannya. Saya khawatir bahwa produk tidak akan seperti apa yang saya pikirkan. November 2014 Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan 0.402 0.1966 VALID 0.324 0.1966 VALID Tabel 2 Hasil Uji ValiditasFINANCIAL RISK (X2) ITEM Kegiatan transaksi ini tidak aman untuk memberikan nomor kartu kredit saya ketika saya memesan di Website Zalora. Website Zalora mungkin tidak akan mengirim produk yang saya pesan setelah pembayaran. Saya khawatir tentang harga akhir dari produk saat berbelanja Website Zalora karena mungkin ada biaya tambahan lain secara tersembunyi. Saya khawatir bahwa rincian keuangan saya mungkin tidak cukup dilindungi jika saya berbelanja di Website Zalora. Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan 0.408 0.1966 VALID 0.417 0.1966 VALID 0.328 0.1966 VALID 0.410 0.1966 VALID Tabel 3 Hasil Uji Validitas TIME RISK(X3) 116 ITEM Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan Saya takut bahwa produk yang dibeli di Website Zalora tidak akan sampai tepat waktu ketika 0.503 0.1966 VALID ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri diharapkan. Saya khawatir jeda waktu yang terjadi antara pemesanan dan penerimaan produk yang dibeli di Website Zalora lebih lama. Website Zalora mungkin kehabisan produk yang saya inginkan dalam stok dan saya akan harus menunggu Website Zalora untuk melengkapi kembali stoknya. Hal ini akan memakan banyak waktu jika saya harus kembali melakukan pengecekan di Website Zalora. Saya prihatin tentang waktu yang dibutuhkan untuk membeli sebuah produk pada Website Zalora. 0.328 0.1966 VALID 0.514 0.1966 VALID 0.279 0.1966 VALID 0.464 0.1966 VALID Tabel 4 Hasil Uji Validitas SOCIAL RISK (X4) ITEM Pembelian produk di Website Zalora akan menurunkan harga diri saya di antara teman-teman saya. Jika saya membeli sebuah produk di Website Zalora, teman-teman saya akan berpikir bahwa saya tidak keren. Jika saya membeli produk di Website Zalora, beberapa teman akan berpikir saya sedang mencoba untuk memamerkan. Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan 0.524 0.1966 VALID 0.475 0.1966 VALID 0.453 0.1966 VALID 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 ITEM Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan Teman-teman saya tidak akan mendorong saya untuk membeli produk dari Website Zalora. 0.409 0.1966 VALID Tabel 5 Hasil Uji Validitas PHYSICAL RISK (X5) ITEM Saya khawatir bahwa berbelanja di Website Zalora dapat menyebabkan kelelahan mata karena sering terpapar layar komputer selama belanja. Saya khawatir tentang adanya virus yang akan menginfeksi komputer saya sementara saya berbelanja di Website Zalora. Saya khawatir akan mengidap sakit carpel tunnel syndrome (nyeri pada pergelangan tangan) saat berbelanja online di Website Zalora. Saya khawatir bahwa berbelanja di Website Zalora bisa menyebabkan sakit punggung karena postur saya ketika duduk di depan komputer untuk waktu yang lama. Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan 0.560 0.1966 VALID 0.398 0.1966 VALID 0.335 0.1966 VALID 0.454 0.1966 VALID Tabel 6 Hasil Uji Validitas PSYCHOLOGICAL RISK (X6) 118 ITEM Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan Saya pikir berbelanja di Website Zalora akan merusak citra diri saya. 0.658 0.1966 VALID ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri Membayangkan berbelanja di Website Zalora menyebabkan saya mengalami sebuah tekanan yang seharusnya tidak terjadi. Ide berbelanja di Website Zalora membuat saya merasa tidak nyaman. Berbelanja di Website Zalora akan menyebabkan kesenjangan sosial yang terlalu banyak. 0.479 0.1966 VALID 0.704 0.1966 VALID 0.603 0.1966 VALID Tabel 7 Hasil Uji Validitas PURCHASE INTENTION (Y) Corrected Item-Total Correlation R Tabel Keputusan 0.500 0.1966 VALID 0.520 0.1966 VALID Saya akan merekomendasikan Website Zalora kepada teman dan kerabat sebagai tempat untuk membeli produk fashion. 0.488 0.1966 VALID Saya tidak akan keberatan membeli produk fashion dari Website Zalora atas nama orang lain. 0.489 0.1966 VALID ITEM Saya akan membeli produk fashion dari Website Zalora jika diperlukan. Jika Website Zalora memiliki produk fashion yang saya butuhkan, saya mungkin akan membeli dari mereka. Uji Reliabilitas Tabel 8 Uji Reliabilitas Variabel PERFORMANCE RISK (X1) FINANCIAL RISK (X2) Jumlah Pertanyaan 5 4 Cronbach Alpha 0.611 Keterangan Reliabel 0.611 Reliabel Reliabel TIME RISK (X3) 5 0.660 SOCIAL RISK (X4) 4 0.681 Reliabel PHYSICAL RISK (X5) 4 0.653 Reliabel PSYCHOLOGICAL RISK (X6) 4 0.797 Reliabel PURCHASE INTENTION (Y) 4 0.710 Reliabel 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Uji Normalitas Hasil Uji Normalitas P-P Plot Gambar 2 P-P Plot Tabel 9 Hasil Uji Skewnes dan Kurtosis Descriptive Statistics Skewness statistic Std. Error -1.143 .241 -.849 .241 PERFORMANCE FINANCIAL N Statistic 100 100 Kurtosis Statistic 1.610 .364 Std. Error .478 .478 TIME SOCIAL 100 100 -.996 -.121 .241 .241 1.569 -.213 .478 .478 PHYSICAL PSYCHOLOGICAL 100 100 -.983 -1.092 .241 .241 1.312 .782 .478 .478 PURCHASE Valid N (listwise) 100 100 -1.092 .241 1.723 .478 Uji Multikolinearitas Model Performance Risk Financial Risk Time Risk Social Risk Physical Risk Psychological Risk Tabel 10 Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF .491 2.037 .216 8.613 .588 1.699 .802 1.247 .209 4.781 .263 3.803 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plot 120 ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri Gambar 3 Uji Heteroskedastisitas Tabel 11 Hasil Uji Heteroskedastisitas MenggunakanUji Glejser Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Model 1 (Constant) PERFORMANCE FINANCIAL TIME SOCIAL PHYSICAL PSYCHOLOGICAL .445 -.005 -.077 .026 .000 .028 .037 .954 .043 .099 .037 .045 .066 .059 -.017 -.234 .095 .000 .095 .125 t .466 -.118 -.774 .708 -.003 .421 .623 Sig. .642 .906 .441 .481 .998 .675 .535 a. Dependent Variable: ABS_RES Uji Autokorelasi Tabel 12 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summary 2.197 b 2.451 DW = 1.968Durbin-Watson Model 1.968a 1 a. Predictors:(Constant),PSYCHOLOGICAL, TIME, SOCIAL, PHYSICAL, PERFORMANCE, FINANCIAL Tabel 13 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Autokorelasi Indecision positif Tidak Indecision terdapat Autokorelasi negative Autokorelasi 0 dl du 2 4-du 4-dl 4 1.549 1.803 2.197 2.451 DW = 1.968 Analisa Linear Sederhana Tabel 14 Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis I Model Summary Adjusted R R R Square Square 1 .506a .256 .248 a. Predictors: (Constant), PERFORMANCE Model Std. Error of the Estimate 1.81628 121 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Korelasi atau hubungan antara Performance Risk (X1) Terhadap Purchase Intention (Y)adalah sedang yaitu sebesar 0,506.Hal tersebut disebabkan nilai koefisien korelasi berada diantara 0,40 – 0,599 (Sugiyono 2012, 184). Koefisien determinasinya sebesar 0,256. Hal ini berarti dapat Tabel 15 November 2014 diketahui secara statistik variasi variabel Performance Risk (X1) Terhadap Purchase Intention (Y)sebesar 25.6% , sedangkan yang lainnya yaitu sebesar 74.4% dijelaskan oleh variabel lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan dalam model regresi. Koefisien Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 4.705 2.104 PERFORMANCE .553 .095 a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION Standardized Coefficients Beta .506 t 2.236 5.808 Sig. .028 .000 Y = 4.705+0.553 X1+ e t hitung 5.808 > t tabel 1,985 maka Analisis : Jika Performance Risk (X1) = 0, dapat disimpulan bahwa Ho1 ditolak maka nilai Purchase Intention dan Ha1 diterima, berarti terdapat sebesar 4.705. Setiap kenaikan 1 pengaruh Performance Risk satuan nilai dari Performance Risk terhadap Purchase Intention akan meningkatkan Purchase masyarakat pada website Zalora.co.id di Jakarta. Intention sebesar 0.553. Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis II Tabel 16 Hasil Regresi Sederhana Financial Risk (X2) Terhadap Purchase Intention (Y) Model Summary Adjusted R R R Square Square 1 .707a .500 .495 a. Predictors: (Constant), FINANCIAL Model Std. Error of the Estimate 1.48935 (Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18) Koefisien korelasi sebesar 0,707 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara Financial Risk (X2) Terhadap Purchase Intention (Y)adalah kuat sebesar 0,707.Hal tersebut disebabkan nilai koefisien korelasi berada diantara 0,60 – 0,799 (Sugiyono 2012, 184). Koefisien determinasi sebesar 122 0,500. Hal ini berarti dapat diketahui secara statistik variasi variabel Financial Risk (X2) Terhadap Purchase Intention (Y)sebesar 50.0% , sedangkan yang lainnya yaitu sebesar 50.0% dijelaskan oleh variabel lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan dalam model regresi. ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri Tabel 17 Hasil Uji Signifikansi Financial Risk (X2) Terhadap Purchase Intention (Y) Coefficientsa Model Standardized Coefficients Beta Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 1.795 FINANCIAL .861 a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION 1.532 .087 .707 t 1.172 9.895 Sig. .244 .000 Y = 1.795+ 0.861 X2+ e Analisis : Jika Financial Risk (X2) = 0, bahwa Ho2 ditolak dan Ha2 maka nilai Purchase Intention diterima, berarti terdapat sebesar 1.795. Setiap kenaikan pengaruh Financial Risk 1 satuan nilai dari Financial Risk terhadap Purchase Intention akan meningkatkan Purchase masyarakat pada website Intention sebesar 0.861. Zalora.co.id di Jakarta. t hitung 9.895 > t tabel 1,985 maka dapat disimpulan Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis III Tabel 18 Hasil Uji Regresi Sederhana Time Risk (X3) Terhadap Purchase Intention (Y) Model Summary Adjusted R R R Square Square 1 .331a .110 .100 a. Predictors: (Constant), TIME Model Std. Error of the Estimate 1.98706 (Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18) Korelasi atau hubungan antara Time Risk (X3) Terhadap Purchase Intention (Y)adalah rendah yaitu sebesar 0,331.Hal tersebut disebabkan nilai koefisien korelasi berada diantara 0,20 – 0,399 (Sugiyono 2012, 184). Koefisien determinasi sebesar 0,110. Hal ini berarti dapat diketahui secara statistik variasi variabel Time Risk (X3) Terhadap Purchase Intention (Y)sebesar 11.0% , sedangkan yang lainnya yaitu sebesar 89.0% dijelaskan oleh variabel lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan dalam model regresi. Tabel 19 Hasil Uji Signifikansi Time Risk(X3) Terhadap Purchase Intention (Y) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 9.471 2.143 TIME .336 .097 a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION Standardized Coefficients Beta .331 t 4.420 3.473 Sig. .000 .001 Y = 9.471+ 0.336 X3+ e 123 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Analisis : Jika Time Risk (X3) = 0, maka nilai Purchase Intention sebesar 9.471. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Time Risk akan meningkatkan Purchase Intention sebesar 0.336. t hitung 3.473> t tabel 1,985 maka dapat disimpulan November 2014 bahwa Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, berarti terdapat pengaruh Time Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id di Jakarta. Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis IV Tabel 20 Hasil Uji Regresi Sederhana Social Risk (X4) Terhadap Purchase Intention (Y) Model Summary Adjusted R R R Square Square 1 .399a .159 .151 a. Predictors: (Constant), SOCIAL Model Std. Error of the Estimate 1.93075 (Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18) Korelasi atau hubungan antara Social Risk (X4) Terhadap Purchase Intention (Y)adalah rendah yaitu sebesar 0,399.Hal tersebut disebabkan nilai koefisien korelasi berada diantara 0,20 – 0,399 (Sugiyono 2012, 184). Koefisien determinasi sebesar 0,159. Hal ini berarti dapat diketahui secara statistik variasi variabel Social Risk (X4) Terhadap Purchase Intention (Y)sebesar 15.9% , sedangkan yang lainnya yaitu sebesar 84.1% dijelaskan oleh variabel lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan dalam model regresi. Tabel 21 Hasil Uji Signifikansi Social Risk (X4) Terhadap Purchase Intention (Y) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 6.835 2.339 SOCIAL .583 .135 a. Dependent Variable: PURCHASE Standardized Coefficients Beta .399 t 2.923 4.310 Sig. .004 .000 Y = 6.853+ 0.583 X4+ e Analisis : Jika Social Risk (X1) = 0, maka nilai Purchase Intention sebesar 6.853. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Social Risk akan meningkatkan Purchase Intention sebesar 0.583. t hitung 4.310 > t tabel 1,985 maka dapat disimpulan bahwa Ho4 124 ditolak dan Ha4 diterima, berarti terdapat pengaruh Social Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id di Jakarta. ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis V Tabel 22 Hasil Uji Regresi Sederhana Physical Risk (X5) Terhadap Purchase Intention (Y) Model Summary Adjusted R R R Square Square 1 .893a .797 .795 a. Predictors: (Constant), PHYSICAL Model Std. Error of the Estimate .94915 (Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18) Korelasi atau hubungan antara Physical Risk (X5) Terhadap Purchase Intention (Y)adalah sangat kuatyaitu sebesar 0,893.Hal tersebut disebabkan nilai koefisien korelasi berada diantara 0,80 – 1,000 (Sugiyono 2012, 184). Koefisien determinasi sebesar 0,797. Hal ini berarti dapat diketahui secara statistik variasi variabel Physical Risk (X5) Terhadap Purchase Intention (Y)sebesar 79.7% , sedangkan yang lainnya yaitu sebesar 20.3% dijelaskan oleh variabel lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan dalam model regresi. Tabel 23 Hasil Uji Signifikansi Physical Risk (X5) Terhadap Purchase Intention (Y) Coefficientsa Model B 1 Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Std. Error Beta (Constant) .344 .849 PHYSICAL .973 .050 t .893 .406 Sig. .686 19.605 .000 a. Dependent Variable: PURCHASE Y = 0.344+0.973 X5+ e Analisis : Jika Physical Risk (X5) = 0, maka nilai Purchase Intention sebesar 1.344. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Physical Risk akan meningkatkan Purchase Intention sebesar 0.973. t hitung 19.605 > t tabel 1,985 maka dapat disimpulan bahwa Ho5 ditolak dan Ha5 diterima, berarti terdapat pengaruh Physical Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id di Jakart a. Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis VI Tabel 24 Hasil Uji Regresi Sederhana Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y) Model Summary Model 1 R .383a R Square .147 Adjusted R Square .138 Std. Error of the Estimate 1.94488 125 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Model Summary Model 1 R .383a R Square .147 Adjusted R Square .138 Std. Error of the Estimate 1.94488 a. Predictors: (Constant), PSYCHOLOGICAL (Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18) Korelasi atau hubungan antara Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y)adalah rendah yaitu sebesar 0,383.Hal tersebut disebabkan nilai koefisien korelasi berada diantara 0,20 – 0,399 (Sugiyono 2012, 184). Koefisien determinasi sebesar 0,147. Hal ini berarti dapat diketahui secara statistik variasi variabel Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y)sebesar 14.7% , sedangkan yang lainnya yaitu sebesar 85.3% dijelaskan oleh variabel lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan dalam model regresi. Tabel 25 Hasil Uji Signifikansi Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 9.440 1.821 PSYCHOLOGICAL .417 .101 a. Dependent Variable: PURCHASE Y = 9.440+ Analisis : Jika Psychological Risk (X6) = 0, maka nilai Purchase Intention sebesar 9.440. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Psychological Risk akan meningkatkan Purchase Intention sebesar 0.417. Standardized Coefficients Beta .383 t 5.184 4.109 Sig. .000 .000 0.417 X6+ e t hitung 4.109 > t tabel 1,985 maka dapat disimpulan bahwa Ho6 ditolak dan Ha6 diterima, berarti terdapat pengaruh Psychological Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id di Jakarta. Analisa Regresi Berganda Tabel 26 Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Performance Risk (X1), Financial Risk (X2), Time Risk (X3), Social Risk (X4), Physical Risk (X5) dan Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y) Model Summary Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate 1 .905a .819 .807 .91991 a. Predictors: (Constant), PERFOMANCE, FINANCIAL, TIME, SOCIAL, PHYSICAL, PSYCHOLOGICAL Model (Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18) antara 126 Korelasi atau hubungan variabel Performance Risk (X1),Financial Risk (X2), Time Risk (X3), Social Risk (X4), Physical Risk ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri variabel Performance Risk (X1),Financial Risk (X2), Time Risk (X3), Social Risk (X4), Physical Risk (X5) dan Psychological Risk (X6) adalah sebesar 81.9%, sedangkan sisanya yaitu 18.1% dijelaskan oleh variabel lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan dalam model regresi. (X5) dan Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y)adalah sangat kuat yaitu sebesar 0,905 hal tersebut disebabkan nilai koefisien korelasi berada diantara 0,80 – 1,000 (Sugiyono 2009,250).Koefisien determinsi sebesar 0,819.Hal ini berarti secara statistik variasi variabel Purchase Intention dapat dijelaskan oleh Tabel 27 Hasil Uji Signifikansi Variabel Performance Risk (X1), Financial Risk (X2), Time Risk (X3), Social Risk (X4), Physical Risk (X5) dan Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y) Coefficientsa Model 1 Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) PERFORMANCE FIANANCIAL TIME SOCIAL PHYSICAL PSYCHOLOGICAL -2.634 .074 .087 .064 .118 .881 -.117 1.516 .069 .158 .058 .072 .105 .094 Standardized Coefficients Beta .068 .072 .064 .081 .809 -.108 t -1.737 1.082 .554 1.105 1.644 8.379 -1.255 Sig. .086 .282 .581 .272 .104 .000 .213 a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION Y = -2.634 + 0.07X1 + 0.087X2 + 0.064X3 + 0.118X4 + 0.881X5 - 0.117X6 +e Analisa: 1. Jika variabel Performance Risk 4. Jika variabel bebas lain nilainya (X1),Financial Risk (X2), Time tetap dan Time Risk (X3) Risk (X3), Social Risk (X4), mengalami kenaikan 1 satuan, maka Purchase Intention Physical Risk (X5) dan (Y)akan mengalami peningkatan Psychological Risk (X6) bernilai sebesar 0.064. 0, makaPurchase Intention (Y) nilainya sebesar -2.634. 5. Jika variabel bebas lain nilainya 2. Jika variabel bebas lainnya tetap dan Social Risk (X4) nilainya tetap dan variabel mengalami kenaikan 1 satuan, Performance Risk (X1) maka Purchase Intention mengalami kenaikan 1 satuan (Y)akan mengalami peningkatan maka Purchase Intention (Y) sebesar 0.118. akan mengalami kenaikan 6. Jika variabel bebas lain nilainya sebesar 0.07. tetap dan Physical Risk (X5) 3. Jjika variabel bebas lain mengalami kenaikan 1 satuan, nilainya tetap dan Financial Risk maka Purchase Intention (X2)mengalami kenaikan 1 (Y)akan mengalami peningkatan satuan, maka Purchase sebesar 0.881. Intention (Y)akan mengalami 7. Jika variabel bebas lain nilainya peningkatan sebesar 0.087. tetap danPsychological Risk (X6) 127 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 mengalami penurunan 1 satuan, maka Purchase Intention November 2014 (Y)akan mengalami penurunan sebesar -0.117. 8. Dan e merupakan faktor error. Tabel 28 Hasil Uji Anova Mode l 1 Regression Residual Total Sum of Squares 355.861 78.699 434.560 ANOVAb df 6 93 99 Mean Square 59.310 .846 F 70.088 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), PERFOMANCE, FINANCIAL, TIME, SOCIAL, PHYSICAL, PSYCHOLOGICAL b. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION F hitung sebesar 70.088 lebih besar dari F tabel sebesar 2,20 dan dengan tingkat signifikansi 0,000 atau kecil dari 0,05 maka Ha7 diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Social Risk, Physical Risk, dan Psychological Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id di Jakarta. F hitung berada dalam area Ho ditolak. F hitung > F tabel (70.088 > 2.20), maka dapat disimpulkan bahwa Ho7 ditolak dan Ha7 diterima, artinya terdapat pengaruh Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Social Risk, Physical Risk, dan Psychological Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website zalora.co.id di Jakarta. PENUTUP 1. 128 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Performance Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Financial Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Time Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Social Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Physical Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Psychological Risk terhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id. Terdapat pengaruh Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Social Risk, Physical Risk, dan Psychological Riskterhadap Purchase Intention masyarakat pada website Zalora.co.id di Jakarta. ISSN: 1410 -9875 Novrita Adriani Fitri DAFTAR REFERENSI Anderson David, R.,Sweeney David,J dan Williams Thomas, A. 2011. Statistics for business and economics.South Western. Natorp Boulevard. USA Hair, J.F., William C. Black, Barry J.B.,dan Rolph E.A. (2010). Multivariate Data Analysis AGlobal Perspective, Seventh Edition. Jersey :Prentice Hall. Hoffman, K. Douglas and John E.G Bateson. 2007. Essential of Services Marketing. Fort Worth: The Dryden Press. Keller, Kevin Lane. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity.Third Edition.New Jersey: Pearson Prentice Hall, Inc. Kotler, Philip and Armstrong, Gary. 2012. Principles of Marketing. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Kotler, P. & Keller, K. L. (2012). Marketing Management 14th Edition. New Jersey : Pearson Education, Inc. Lovelock, Christopher dan Wirtz, Jochen (2011). Services Marketing: People, Technology, Strategy, Boston, Pearson Education. Mowen, J.C, Minor.M. (1998). Consumer Behavior. New York : Prentice Hall Inc Schiffman, Leon G dan Leslie L. Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Jakarta: Indeks. Schiffman, L. G, Kanuk, L.L. (2004). Consumer Behavior 8thedition. Singapura : Prentice Hall. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta. Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Sekaran, Uma and Roger Bougie. (2010). Research Methods for Business : A Skill Building Approach, 5th Edition.London :Wiley. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. http://www.apjii.or.id/v2/ http://www.isoc.org/inet2000/cdproceedings/7c/7c 129 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 130 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 131-142 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN APIT SUSANTI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to identify seven independent variables that is board of commissaries, audit committee, institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner composition, earning management and intellectual capital are taken into consideration to identify their effect on financial performance. This research uses the purposive sampling method. Forty two manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange were used as sample, with period 2009 until 2011. The result of this research showed that institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner composition, and intellectual capital have influence to financial performance but board of commissioner, audit committee, and earning management has no influence to financial performance. Keywords: Board of Commissioner, Audit Committee, Institutional Ownership, Managerial Ownership, Independent Commissioner Composition, Earning Management, Intellectual Capital, Financial Performance. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel dewan komisaris, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen, manajemen laba dan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode sampling purposive, 42 (empat puluh dua) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 hingga 2011 menjadi sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, komposisi dewan komisaris independen, dan modal intelektual mempengaruhi kinerja keuangan, namun dewan komisaris, komite audit, dan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Keywords: Dewan Komisaris, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Managerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Manajemen Laba, Modal Interlektual, Kinerja Keuangan. 131 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 PENDAHULUAN Corporate governance merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya yang juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Corporate governance merupakan salah satu isu yang hangat saat ini yang digunakan dalam pengelolaan serta pertanggungjawaban untuk memecahkan masalah dalam suatu perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Dalam menghadapi dunia yang mengalami revolusi dalam informasi, inovasi, telekomunikasi dan persaingan yang ketat mendorong banyak sektor yang sebagian besar menggunakan modal manusia dan modal customer untuk bertahan. Agar suatu perusahaan terus bertahan, perusahaan harus dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), sehingga karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Berkembangnya ilmu ekonomi berbasis ilmu pengetahuan mendorong perusahaan untuk meningkatkan pentingnya modal intelektual. 132 November 2014 Motivasi penelitian ini adalah melakukan pengembangan terhadap penelitian sebelumnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, komposisi dewan komisaris independen, manajemen laba dan modal intelektual mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kinerja Keuangan Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan yang dapat menunjukkan efektifitas dan efisiensi dari suatu organisasi dalam rangka mencapai keberhasilannya (Surifah, 2002). Kinerja keuangan merupakan refleksi dari kinerja fundamental perusahaan yang diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaan yang berasal dari laporan keuangan. Pengukuran kinerja keuangan yang bersumber dari laporan keuangan diukur dengan menggunakan rasio-rasio yang dapat memberikan gambaran kepada pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja perusahaan dalam menjalankan usahanya dan penggunaan aset yang dimiliki dalam memaksimumkan kinerja yang mereka buat (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui hasil dari tindakan yang telah perusahaan di masa lalu, karena laporan keuangan tidak hanya dibuat pada masa sekarang tetapi dibuat setiap periode akuntasi sesuai dengan kebijakan perusahaan. Di dalam laporan keuangan juga disediakan ISSN: 1410 -9875 informasi non keuangan yang berisikan seluruh informasi mengenai kepemilikan yang ada dalam perusahaan, produktifitas, proses bisnis dan komitmen perusahaan untuk menentukan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang (Fajarini dan Firmansyah 2012) Teori Keagenan Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan dalam memahami corporate governance. Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan adanya hubungan agensi sebagai suatu kontrak dibawah satu principal atau lebih yang melibatkan agen (manajemen) untuk melaksanakan beberapa pelayanan yang bagi mereka merupakan proses pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen dari principal (stakeholder) (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Dalam proses menjalankan tugas tersebut bisa terjadi konflik kepentingan antara pemilik dengan agen yang memungkinkan memicu adanya biaya keagenan (agency cost) karena agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Sebagai agen, manager secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan dari modal yang diberikan pemilik dan sebagai imbalannya agen akan memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian kontrak, namun pada kenyataannya tidak semua agen menjalankan tugas sesuai dengan perjanjian kontrak sebab informasi yang ia miliki lebih banyak dari pemilik. Munculnya Apit Susanti perbedaan informasi yang dimiliki oleh agen dan pemilik menyebabkan asimetris informasi dan memungkinkan adanya manajemen laba terjadi dalam perusahaan. Ukuran Dewan Komisaris Dewan Komisaris merupakan inti dari corporate governance yang bertugas melaksanakan pelaksanaan strategi perusahaan. Selain itu, dewan komisaris mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan yang fungsinya untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat terhadap direktur serta monitoring atas laporan keuangan (Farida et al, 2010). Dewan komisaris juga diberi tugas serta memiliki tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi dan seluruh hal yang terkandung dalam sebuah laporan keuangan (Nasution dan Doddy 2007). Ha1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Komite Audit Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan karena komite audit merupakan salah satu komponen dalam sistem pengendalian perusahaan. Komite Audit merupakan suatu komite dalam perusahaan yang melakukan audit internal pada suatu perusahaan (Farida et al,2010). Pembentukan komite audit adalah untuk memberdayakan fungsi komisaris dalam melakukan pengawasan. Tujuan lain yaitu untuk membantu dewan komisaris dalam memenuhi tanggung jawab pengawasannya 133 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 atas proses laporan keuangan (Sawyer 2003). Ha2 : Komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan manajemen melalui proses monitoring yang efektif sehingga dapat mengurangi praktek manajemen laba yang mungkin akan terjadi dalam perusahaan. Menurut Gideon (2005) dalam Ujiyantho (2007) persentase saham tertentu yang dimiliki oleh suatu institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Investor institusional yang sering disebut sebagai investor yang canggih seharusnya dapat lebih menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan investor non institusional. Ha3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Kepemilikan Managerial Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi dari manager perusahaan itu sendiri. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan suatu besaran manajeman laba yang berbeda pula, seperti yang terjadi antara manager yang juga sekaligus pemegang saham dengan manager yang tidak bertindak sebagai pemegang saham (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Hal tersebut dapat 134 November 2014 mempengaruhi manajemen laba yang akan dibuat oleh manajemen perusahaan. Menurut Jansen dan Meckling (1976) dalam Susanti et al (2010), salah satu cara untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen karena dapat menyelaraskan kepentingankepentingan manager dengan pemegang saham. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manager dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen dapat meningkatkan satu tujuan yang ingin dicapai sehingga tidak terdapat asimetris informasi yang akan didapat Ha4 : Kepemilikan managerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Komposisi Dewan Komisaris Independen Dewan komisaris merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki kekuasaan eksekutif dalam perusahaan. Dewan komisaris memiliki tanggung jawab terhadap para pemegang saham karena mereka ditunjuk dan diangkat oleh para pemegang saham itu sendiri. Dewan komisaris memiliki tugas untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasional dari perusahaan secara menyeluruh serta mengendalikan operasional perusahaan dalam batas yang telah ditetapkan. Namun dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan sehingga informasi apa saja yang ada dalam perusahaan wajib dilaporkan. Komisaris Independen ISSN: 1410 -9875 adalah orang-orang diluar perusahaan yang tidak memiliki afiliasi atau pun memiliki kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut. Ha5 : Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Manajemen Laba Menurut Copeland (1968:10) dalam Utami 2005, manajemen laba didefinisikan sebagai “some ability to increase or decrease reported net income at will” yang berarti manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminumkan laba sesuai dengan keinginin manajemen itu sendiri. Sifat fleksibel yang dimiliki oleh manager itu dapat membentuk judgment yang digunakan dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga informasi yang ada dapat menyesatkan pihak-pihak terkait (Herawaty 2007). Menurut Ujiyantho (2007) manajemen laba merupakan suatu intervensi yang dilakukan manajemen untuk maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal yang dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Perilaku yang mendasari hal ini karena adanya perilaku oportunistik. Ha6 : Manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Modal Intelektual Modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai saat ini dalam dunia bisnis modern yang berbasiskan pengetahuan (knowledge based business). Apit Susanti Menurut Pulic (1998) dalam Ulum et al (2008) bahwa tujuan utama dalam ekonomi yang berbasiskan pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk menciptakan hal tersebut dibutuhkan suatu ukuran yang tepat tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (yang direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada mereka). Modal intelektual dapat didefinisikan melalui tiga konstruk utama dari modal intelektual itu sendiri yaitu (1) Human Capital yang menunjukkan pada nilai pengetahuan yang dimiliki karyawan dalam menciptakan kekayaan bagi perusahaan yang mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan dalam menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja pada perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat apabila perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya dalam menjalankan tugasnya. (2) Structural Capital yang merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem operasional perusahaan, budaya perusahaan, dan strategi bisnis perusahaan. (3) Customer Capital merupakan hubungan organisasi orang-orang yang berbisnis dengan organisasi tersebut. 135 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Ha7 : Modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 20092011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria yaitu : (1) Perusahaan sektor keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011; (2) Perusahaan sektor keuangan yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember dan menggunakan mata uang Rupiah; (3) Perusahaan sektor keuangan yang secara konsisten mendapatkan laba selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011; (4) Perusahaan sektor keuangan yang secara konsisten memiliki komisaris independen pada periode 2009 sampai dengan 2011; (5) Perusahaan sektor keuangan yang secara konsisten memiliki anggota komite audit independen selama tahun 2009 sampai dengan 2011. Sampel yang berhasil dikumpulkan adalah 42 perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data dapat diperoleh dari Indonesia Stock Exchange selama tahun 2009-2011. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Namun dalam penelitian ini pengukuran hanya menggunakan return on assets (ROA). ROA yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan 136 November 2014 keuntungan dari satu Rupiah aset yang digunakan Net Income ������ �� ����� � Total Asset Ukuran Dewan Komisaris yang efektif adalah ukuran dewan komisaris yang kecil (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Banyaknya personel dalam suatu perusahaan yang menjadi dewan komisaris perusahaan dapat berakibat pada buruknya kualitas laporan keuangan dan kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut kemudian dijabarkan dalam agency problems, yang menyatakan bahwa semakin banyaknya anggota dewan komisaris maka perusahaan itu akan mengalami kesulitan dalam menjalani perannya. Ukuran Dewan Komisaris diukur dengan menggunakan skala nominal, menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan, dimana dimulai dari angka 1 sampai selanjutnya tergantung pada seberapa banyak jumlah total anggota dewan komisaris yang dimiliki. Komite audit merupakan salah satu unsur yang pernting dalam mewujudkan penerapan good corporate governance. Keberadaannya merupakan usaha perbaikan yang dilakukan perusahaan terhadap cara pengelolaan perusahaan terutama cara pengawasan terhadap manajemen perusahaan (Palestin 2008). Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal yang dipakai perusahaan serta mengamati sistem pengendalian internal audit (Siallagan dan Machfoedz, 2006) ISSN: 1410 -9875 Apit Susanti ������ ����� � ������� ������ ����� ���������� ������ ������� ������ ����� Tingginya kepemilikan managerial akan membuat para investor institusional mendapatkan kesempatan untuk mengontrol perusahaan yang lebih sedikit (Putri dan Nasir 2006). ). Menurut Fitri dan Mamduh (2003) dalam Putri dan Nasir (2006), kepemilikan institusional memiliki kemampuan ����������� ������������� � untuk mengendalikan pihak manajemen melalui monitoring sehingga dapat mengurangi laba. Kepemilikan institusional merupakan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi, seperti lembaga atau bank dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar milik perusahaan tersebut. ������ ����� ���� �������� ��������� ������ ����� ���� ������� Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial menggunakan variabel dummy, dimana D = 1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan D = 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. Komposisi Dewan Komisaris Independen Komisaris independen menurut Komite Nasional Kebijakan Governance adalah anggota dewan ��������� ����� ��������� ���������� � Manajemen laba merupakan usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau meminimumkan laba, termasuk pada perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen itu sendiri. Dalam mendeteksi ada atau tidaknya manajemen laba dalam suatu perusahaan, pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan (Utami 2005). Pengukuran manajemen laba menggunakan skala rasio. Angka komisaris yang tidak tepengaruh dengan manajemen, anggota dewan komisaris lain dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen demi kepentingan perusahaan (Ujiyantho dan Bambang 2007). Komposisi dewan komisaris independen menggunakan skala rasio dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahan. ������� ����� ��������� ���� ���� ������ ������� ����� ��������� yang menunjukkan ada atau tidaknya manajemen laba dalam sebuah perusahaan dilihat dari nilai discretionary accruals yang memiliki beberapa tahap perhitungan. Total akrual merupakan selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. TAit/Ait-1 = (Nit – OCFt)/Ait-1 137 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Total akrual tersebut kemudian dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1). Bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan yang disebut normal accruals atau non discretionary accruals yang dihitung dengan cara: November 2014 NDAit = βo/ Ait-1 + β1 ( ∆REVit/Ait -1) + β2 (PPEit/Ait-1) + e 2). Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accruals yang dihitung dengan cara: DAit = TAit/ Ait-1 – NDAit HASIL PENELITIAN Tabel 1 Kriteria Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaan Perusahaan sektor keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 52 Perusahaan sektor keuangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember dan tidak menggunakan mata uang Rupiah pada periode 2009-2011 (0) Perusahaan sektor keuangan yang tidak secara konsisten mendapatkan laba selama tahun 2009 sampai dengan 2011 (4) Perusahaan sektor keuangan yang tidak secara konsisten memiliki komisaris independen pada periode 2009 sampai dengan 2011 (5) Perusahaan sektor keuangan yang tidak secara konsisten memiliki komite audit independen selama tahun 2009 sampai dengan 2011 (1) Data perusahaan per tahun Total data sebelum outlier Total data outlier Total data setelah outlier Berdasarkan tabel di atas, jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel adalah sebanyak 42 perusahaan. Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 126 data dan setelah uji outlier diperoleh 138 42 126 (10) 116 sebanyak 116 data. Hasil statistik deskriptif menunjukkan jumlah sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian, nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, dan nilai deviasi standar dari masingmasing variabel. ISSN: 1410 -9875 Apit Susanti Tabel 2 Statistik Deskriptif N Ukuran Dewan Komisaris Komite Audit Kepemilikian Institusional Kepemilikan Manajerial Dewan Komisaris Indepeden Manajemen Laba Modal Intelektual ROA Valid N (listwise) Minimum 116 116 116 116 2 .2500 .10401 .0000 116 116 116 116 116 .2500 -1.27360 -30.05858 .00138 Maximum Mean 9 1.0000 0.99963 1.00000 4.47 .6217775 .7133184 .327587 Std. Deviation 1.791 .13351963 .2228106 .4713687 0.7500 .4904557 .11774458 .06820 -0.993185 0.16191491 43.27996 2.1849140 6.45725877 .14490 0.0358819 .03153361 Tabel 3 Hasil Uji T Model 1 (Constant) UKD KA KI KM DKI ML MI Unstandardized Coefficients B Std. Error .106 .021 -.003 -.015 -.032 -.014 -.055 -.014 .002 Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris independen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,080 lebih besar dari 0,05 maka Ha1 tidak dapat diterima artinya ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Variabel komite audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,455 lebih besar dari 0,05 maka Ha2 tidak dapat diterima, artinya komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. .002 .020 .014 .006 .022 .015 .000 Standardized Coefficients Beta -.158 -.063 -.229 -.205 -.206 -.072 .439 t 5.102 Sig. .000 -1.767 -.750 -2.371 -2.457 -2.454 -.927 5.524 .080 .455 .020 .016 .016 .356 .000 Variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,020 tidak lebih besar dari 0,05 maka Ha3 dapat diterima, arrtinya kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Kepemilikan managerial memiliki nilai tingkat signifikansi sebesar 0,016 tidak lebih besar dari 0,05 maka Ha4 dapat diterima, artinya kepemilikan managerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Komposisi dewan komisaris independen memiliki nilai 139 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 signifikansi sebesar 0,016 tidak lebih besar dari 0,05 maka Ha5 dapat diterima, artinya komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Variabel manajemen laba memiliki nilai signifikansi manajemen laba sebesar 0,356 lebih besar dari 0,05 maka Ha6 tidak dapat diterima artinya manajemen laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Tingkat signifikansi modal intelektual sebesar 0,000 tidak lebih besar dari 0,05 maka Ha7 dapat diterima artinya modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja keuangan. PENUTUP Penelitian ini mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran dewan komisaris, komite audit dan manajemen laba tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, komposisi dewan komisaris independen dan modal November 2014 intelektual mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Keterbatasan penelitian ini adalah: (1) Penelitian terbatas hanya pada tahun 2009-2011 (3tahun); (2) Penelitian ini hanya membahas tujuh variabel independen yang berpengaruh pada kinerja keuangan, yaitu ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, manajemen laba dan modal intelektual; (3) Objek penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan; (4) Data residual tidak terdistribusi secara normal dan terdapat variabel independen yang mengalami masalah heterokedastisitas, yaitu variabel manajemen laba dan kepemilikan managerial. Berdasarkan dari keterbatasan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang periode penelitian dan memperbanyak jumlah sampel serta menambahkan variable lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan seperti reputasi kap dan ukuran perusahaan. REFERENSI Fajarini, Indah dan Riza Firmansyah. 2012. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan LQ 45). Jurnal Dinamika Akuntansi, Maret, Volume 4. Halaman 1 – 12. Farida, Yusrianti Nur, Yuli Prasetyo dan Eliada Herwiyanti. 2010. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Timbulnya Earnings Management dalam Menilai Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 12, Agustus. Halaman 69-80. Hardingsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, Volume 2, Februari. Halaman 61 -76. 140 ISSN: 1410 -9875 Apit Susanti Herawaty, Vinola. 2007. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan Herusetya, Antonius. 2009. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal-Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 13 No.2. Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X,Makassar. Palestin, Halima Shatila. 2008. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada di P.T. Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi Putri, Imanda Firmantyas dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemlikian Manajerial, kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Agustus. Sawyer, B. Lawrence et al. 2003. Sawyer’s Internal Auditing. United States of America: The Institute of Internal Auditors Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 13 No.1. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. 5th ed. West Sussex: Jhon Wiley & Sons Ltd. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006 Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Agustus. Surifah. 2002. Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 6 No.2. Susanti, Angraheni Niken et al. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perudahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Simposium Nasional Keuangan I. Ujiyantho, Muh Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X,Makassar. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS). Simposium Nasional Akuntansi 11 (SNA 11). Universitas Tanjung Pura Pontianak. Utami, Wiwi. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, Sepetember. Halaman 100-116 141 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Wiradinata, Jeffry dan Baldric Siregar. 2011. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Volume 22 Nomor 2, Agustus. Halaman 107 – 124. 142 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 143-154 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH PROFITABILITY, CASH FLOW, CORPORATE TAX, SALES GROWTH, MARKET TO BOOK VALUE, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO SYAFRIL YURISNO STIE TRISAKTI [email protected] Abstract :The purpose of this research is to test and analyze the influence of profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, and debt to equity ratio toward dividend payout ratio. This study was also to compare result of the previous research within the research. Sample of this research is automotive that listed in Indonesia Stock Exchange for period 20042011. The sampling technique used in this research is purposive sampling, where 6 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regressions with fixed effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that four variables which has influence to dividend payout ratio . Those are cash flow, corporate tax, market to book value, and debt to equity ratio, while Profitability and sales growth do not influence the dividend payout ratio. Overall, the independent variables influence capital structure simultaneously. Keywords: Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market to Book Value, Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout Ratio. Abstrak :Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji and menganalisa pengaruh profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, and debt to equity ratio toward dividend payout ratio. Pada penelitian ini juga membandingkan hasil penelitian yang sekarang dengan yang terdahulu. Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah industri automotive yang terdaftar pada bursa efek Indonesia untuk periode 2004 – 2011. Teknik sample yang digunakan adalah dengan menggunakan purposive, dengan terdapat 6 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dianalisa dengan menggunakan panel data regresi untuk menguji hipotesa. Hasil pada penelitian ini adalah terdapat empat variabel yang mempengaruhi dividen payout ratio, sedangkan profitability dan pertumbuhan penjualan tidak mempengaruhi deviden payout ratio. Secara keseluruhan terdapat pengaruh untuk semua variable independent. Kata Kunci : profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, and debt to equity ratio toward dividend payout ratio 143 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 PENDAHULUAN Pada umumnya investor yang berinvestasi menginginkan return yang didapat bisa maksimal. Ada berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan. Salah satu yang paling banyak diminati adalah saham. Investor yang membeli saham perusahaan dapat menikmati return atas hasil investasinya. Return tersebut bisa dalam bentuk capital gain maupun dividen. Penetapan kebijakan dividen sangat didukung oleh para investor. Dalam hal ini, pembagiaan dividen akan lebih mensejahterakan investor yang mengharapkan return atas investasinya. Akan tetapi dilain pihak, perusahaan juga memiliki harapan untuk meningkatkan produktifitasnya agar dapat mempertahankan keberlangsungan usaha disamping harus mensejahterakan para investornya. Terdapat beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya, kecilnya dividen yang dibayarkan. Faktor-faktor tersebut antara lain profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio. Adapun rumusan masalah penelitian adalah apakah terdapat pengaruh profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt equity ratio terhadap dividend payout ratio pada perusahaan otomotif periode 2004-2011. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, 144 November 2014 kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat. Dividend payout ratio, profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt equity ratio Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dividend Payout Ratio Menurut Gitman and Zutter (2012, 7-8) “Stockholder expect to earn a return by receiving dividends – periodic distribution of earnings – or by realizing gains through increases in share price”. Penelitian mengenai dividen, didominasi oleh 2 teori dasar yaitu dividend irrelevance theory dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berargumen bahwa pembagian dividen tidak relevan. Dari buku Gitman and Zutter (2012, 572) MM mengatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan sepenuhnya oleh kemampuan memperoleh pendapatan dan resiko dari asset (investasi). Profitability Secara keseluruhan, profitability menganalisis akan kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Tanpa profit, ISSN: 1410 -9875 perusahaan tidak dapat menarik dana dari pihak luar. Pemilik, kreditur, dan manajer akan berusaha untuk meningkatkan laba perusahaan karena hal ini sangat penting untuk harga pasar. Menurut Gitman (2012, 601) menyatakan bahwa, “Profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm’s assets both current and fixed in productive activities.” Ha1: Terdapat pengaruh profitbility terhadap dividend payout ratio. Cash Flow Pengertian operating cash flows Menurut Gitman (2012, 121), “Operating cash flow is the cash flow a firm generates from its normal operations; producing and selling its output of goods or service. Perusahaan dengan cash flow yang rendah, menandakan akan kurangnya kemampuan untuk membayar dividen karena kurangnya jumlah uang tunai yang dimiliki. Ha2: Terdapat pengaruh Cash flow terhadap dividend payout ratio. Corporate Tax Tax, merupakan retribusi yang dibayarkan kepada pemerintah. Perusahaanperusahaan yang memiliki beban tax yang sangat besar, seharusnya bisa menggunakan lebih banyak hutang untuk mendapatkan tax shield incentive. Akan tetapi dengan menggunakan hutang untuk mengurangi pajak, maka perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga hutang terlebih dahulu dibandingkan membayar dividen. Menurut Syafril Yurisno Mackenzie et al (2011, 627) menyatakan bahwa, “Income tax are an expense incurred in operating most business and such are to be reflected in the entity’s operating result.” Ha3: Terdapat pengaruh Corporate tax terhadap dividend payout ratio. Sales Growth Perusahaan yang sedang masa pertumbuhan yang stabil, biasanya perusahaan tersebut akan membutuhkan dana lebih banyak untuk terus meningkatkan jumlah penjualannya. Sehingga biasanya uang kas yang dimiliki akan digunakan untuk keperluan pendanaan bukan untuk membayar dividen. Menurut Harahap (2011, 310) kenaikan penjualan menunjukkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Ha4: Terdapat pengaruh sales growth terhadap dividend payout ratio. Market to Book Value Menunjukkan bagaimana penilaian investor terhadap kinerja saham. Jika Market to Book Value tinggi, maka prospek perusahaan dianggap akan baik dimasa depan. Menurut Harahap (2011, 311) “Rasio ini menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku tersebut yang digambarkan di neraca”. Ha5: Terdapat pengaruh market to book value terhadap dividend payout ratio. 145 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang ditunjukkan oleh berapa besar modal yang dimiliki perusahaan digunakan untuk membayar hutang. Menurut Arifin (2007, 85) debt to equity ratio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi November 2014 hutangnya dengan modal yang mereka miliki. Ha6: Terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio Model Penelitian Berdasarkan pada pembahasan teori sebelumnya, maka model penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Profitability Cash Flow Corporate Tax Dividend Payout Ratio Sales Growth Market to Book Value Debt to Equity Ratio Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel Pengumpulan Data dan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan- 146 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004 hingga tahun 2011. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling, yaitu ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tabel 1 Proses pemilihan sampel Jumlah Data No Deskripsi 1 Jumlah perusahaan Otomotif dari tahun 20042011 dan tetap listing hingga sekarang 17 2 Jumlah perusahaan Otomotif yang membagikan dividen berturut-turut selama periode penelitian 8 3 Jumlah Data 64 4 Jumlah data berkurang karena proses Log Natural Operating Cash Flow 48 5 Jumlah data yang digunakan sebagai sampel 48 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel Dividen Payout Ratio Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio. Dividend Payout Ratio mengukur perbandingan antara besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dan laba per lembar saham perusahaan pada periode tertentu. Menurut Gitman (2009, 611), Dividend Payout Ratio dihitung dengan : Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share Earning Per Share Profitability Profitability adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan menggunakan asset perusahaan. Dalam penelitian ini, Profitability diukur dengan menggunakan rasio Return on Total Asset. Return on Total Asset dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Gitman 2012,81). Return on Total Asset = Earning available for common stockholder Total Asset 147 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Cash Flow Cash flow from operations adalah aliran kas masuk dan aliran kas keluar yang berasal dari November 2014 kegiatan operasional perusahaan. Operating cash flow, diperoleh dari arus kas kegiatan operasional perusahaan (Harahap) , Lalu di logaritma natural (Gill et al 2010). Operating cash flow = Ln of net cash flow from operating activities Corporate Tax Income tax adalah retribusi yang dibayarkan kepada pemerintah. Baik dari individual maupun badan usaha. Saat retribusi tersebut dikenakan kepada Corporate tax = Tax Paid _ Profit Before Tax Sales Growth Sales Growth diperoleh dari selisih sales periode tersebut dengan periode sebelumnya Market to Book Value Market to book value ratio (MBV) dapat diukur dengan cara membandingkan antara Market Market to Book Value Ratio = (MBV) dibandingkan dengan sales periode sebelumnya. Sales Growth dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Harahap 2001, 309) : St – St-1 St-1 Kenaikan Penjualan = 148 perusahaan, maka akan disebut dengan corporate tax atau corporate income tax. Pada penelitian ini menurut Gill (2010) Corporate tax direpresentasikan dengan : Price per Share dengan Book Value of Equity per Share pada suatu perusahaan (Brigham 2005, 456). Rumus : Market Price per Share BV of Equity per Share ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Debt equity ratio Debt equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Dimana menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Rumus yang digunakan (Harahap 2011, 303) : DER = Total Liabilities : Shareholders equity Metode Analisa Data Berdasarkam model penelitian, metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan regresi panel data. Data akan dianalisis dengan menggunakan program Eviews 7. Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e Keterangan: X2 = Operating Cash flow Y = Dividend Payout Ratio X3 = Corporate tax a = Konstanta X4 = Sales Growth X5 = Market to Book Value X6 = Debt to Equity Ratio e = error b1 - b6= Koefisien regresi untuk setiap variabel independen X1 = Return on Asset HASIL PENELITIAN Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel N Mean Maksimum Minimum Dividend Payout Ratio Return On Asset Operating Cash Flow Corporate Tax Sales Growth Market To Book Value Debt to Equity Ratio 48 0.4412 1.574 0.1324 Deviasi Standar 0.2636 48 48 48 48 48 0.0936 26.6986 0.4713 0.2069 1.9252 0.2043 30.0589 5.4806 0.6400 9.3110 0.0070 21.7869 0.1336 -0.2300 0.1289 0.0515 2.0699 0.7976 0.2075 1.7176 48 1.1506 5.9640 0.2289 1.0498 Sumber: Eviews 149 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Tabel 3 Analisis Pemilihan Model Data Panel Effects Test Statistic Cross-section Chi-square 27.566646 Dalam tabel 4.4 terlihat bahwa nilai probabilitanya sebesar 0,0000 lebih kecil dari nilai α (0,0000 < 0.05) yang artinya pemilihan model data harus dilanjutkan ke model random effect untuk dilakukan Uji Hausman. Akan Uji Normalitas d.f. 5 Prob. 0.0000 tetapi, karena jumlah data cross section yang lebih kecil dari time series sehingga tidak memungkinkan untuk memakai random model. Maka pengolahan data tetap menggunakan model fixed effect. Tabel 4 Tabel Normalitas Skewness 0,329856 Kurtosis 2,318993 Jarque-Bera 1,797982 Probability 0,406980 Sumber: Hasil pengolahan EViews Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai skewness adalah 0,329856 sedangkan nilai kurtosis 2,318993 mendekati karakteristik distribusi normal yaitu skewness sebesar 0 dan kurtosis sebesar 3. Nilai Jarque-Bera (JB) sebesar 1,797982 kurang dari nilai chisquare dengan α sebesar 0,05 dan df 2 sebesar 5,99. Selain itu, probabilitas JB juga lebih besar dari α (0,406980 > 0,05) yang berarti, nilai residual berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Tabel 5 150 ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Pada Tabel menunjukkan semua korelasi antara variabel independen dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi, sehingga data baik untuk digunakan. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Tabel 6 Tabel Uji Glesjer Sumber : Eviews Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai profitability, operating cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio memiliki probability yang lebih besar dari 0,05. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari semua variabel independen tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas, yang berarti data bersifat homoskedastistas. Uji Autokorelasi Uji Durbin-Watson dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat autokorelasi dalam model penelitian. Tabel 7 Nilai Durbin Watson Durbin-Watson stat 2,144000 Lampiran: Hasil Pengolahan EViews Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson adalah 2,144000. Dengan jumlah observasi 48 sampel dan 6 variabel independen, maka diperoleh nilai dL= 1,2709 dan dU= 1,8265. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model penelitian. 151 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Uji t Tabel 8 Nilai probabilitas dari operating cash flow, corporate tax, market to book value, dan debt to equity ratio kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh operating cash flow, corporate tax, market to book value, dan debt to equity Uji F Tabel ratio terhadap dividend payout ratio. Sementara nilai probabilitas dari profitability dan sales growth lebih dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan variabel profitability dan sales growth tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. 8 Berdasarkan Tabel, model regresinya adalah : Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e DPR = -1,799421 – 0,339240 ROA + 0,082391 OCF + 0,016556 Tax – 0,015418 SG + 0,012166 MBV + 0,038746 DER + e Tabel 9 Nilai Statistik F F - Statistic 97,64575 Prob (F-statistic) 0,00000 Sumber : Eviews Berdasarkan tabel, F hitung lebih besar dari F tabel di didapatkan hasil statistik F hitung mana titik jatuh pada daerah sebesar 97,64575, karena nilai dari penolakan H0, maka Ha diterima. 152 ISSN: 1410 -9875 Hasil ini didukung oleh p-value F sebesar 0.00000 di mana p-value lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa profitability, operating cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio berpengaruh secara simultan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2011. PENUTUP Dari hasil penelitian, terlihat bahwa variabel operating cash flow, corporate tax, market to book value, dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap dividend payout ratio, sementara sisanya profitability, dan sales growth tidak berpengaruh terhadap leverage. Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan Syafril Yurisno dalam penelitian ini hanya perusahaan-perusahaan pada sector otomotif. Sehingga hasilnya kurang bisa mengeneralisasikan seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini terbatas pada variabel independen yaitu profitability, operating cash low, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio.. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya adalah menambah sampel penelitian sehingga dengan begitu jumlah data akan lebih banyak. Menambah variabel independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (dividend payout ratio) seperti Managerial ownership dan ukuran perusahaan. REFERENSI Al, Kuwari. 2009. Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock Exchanges: The Case of GCC Countries. P. 38-63 Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and William Thomas A. 2011. Statistics for Business and Economics, 11th edition. South Western Cengage Learnings. Anil, K and Kapoor,S (2008). Determinant of Dividend Payout Ratio-A Study of Indian Information Technology Sector”. International Research Journal of Finance Economics. P. 63-71 Arif, Ahmed, Afsheen abrar, Mehwish Aziz Khan, Ferheen Kayani, Syed Zulfiqar Ali Shah, Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto. 2011. Dividend Policy and Earnings Management: An Empirical Study of Pakistani Listed Companies, no.2, 68-77 Arifin, Ali. 2007. Membaca Saham : Panduan Dasar Seni Berinvestasi & Teori Permainan Saham, Kapan Sebaiknya Membeli, Kapan Sebaiknya Menjual. Edisi Ketiga.Yogyakarta : ANDI CV Brigham, Eugene F., and Michael C. Enhardt. 2005. Financial Management : Theory and Practice, 11th edition, Thomson South-Western, Ohio, United States of America. Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia. 153 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 Gill, Amarjit, Nahum Biger, and Rajendra Tiberwala. 2010. Determinants of Dividend Payout Ratios : Evidence from United States. The Open Business Journal, no.3, 8-14 Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. United States: Pearson Education. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th edition. Singapore: Mc Graw Hill. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, dan Ronald L. Tatham. 2010. Mutivariate Data Analysis, 7th edition. USA: Pearson. Harahap, Sofyan S. 2011. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Indrawati, Titik & Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Periode 2000-2004. Jurnal Akuntasi dan Keuangan Indonesia Vol.3 No. 1: 77-105. Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F.Scott. 2005. Financial Management. New Jersey : Pearson Education, Inc. Kieso, Donald.E. and friends 2010. Intermediate Accounting 13th Edition. USA. JohnWiley and sons. Mckenzie, Bruce, Danie Coe Tsee, Tapiwa Njikizana, Raymond Chamboko, and Blaise Colyvas. 2011. Interpretation and Application Internasional Financial Reporting Standards. Canada : John Wiley & Sons, Inc. Moyers, Charles, James R. McGuigan, Ramesh P. Rao. 2004. Contemporary Financial Management Fundamentals. Canada : Cengage learning. Newbold, Paul, William L. Carlson, and Betty Thorne. 2007. Statistics for Business and Economics. 6th edition. Pearson Education, Inc. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D. Jordan. 2009. Modern Financial Management, 8th edition. USA: Mc raw Hill. Sartono, Agus. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BFPE Sekaran, Umam, and Bougie Roger. 2010. Research method for business, 5th edition. John Wiley and Sons Inc. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua. Edisi ketiga. PT. Prenhallindo, Jakarta. Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi 3. Yogyakarta: Ekonisia. Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia White, Gerald ICFA., Ashwinpaul C. Sndhi Phd, and Dov Fried, Phd. 2003. The Analysis and use of Financial Statements 3rd edition. 154 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 155-174 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LEVERAGE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA AGUSTINNE STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to test and analyze the effect of tax shield, non debt tax shield, agency cost, asset growth, profitability, dividends, business risk, liquidity, asset structure, business size, age of business, and growth opportunities to leverage. The population of this research is all manufacturing companies which listed in Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia) from 2010 until 2012. The data selected using purposive sampling method and there are 34 manufacturing companies which suit the criteria used over three year period from 2010 until 2012. This research used multiple regressions as the statistic analysis method. The empirical results of this research show that asset growth, profitability, and liquidity have influence to leverage. Tax shield, non debt tax shield, agency cost, dividends, business risk, asset structure, business size, age of business, and growth opportunities did not have influence to leverage. Keywords: Leverage, Tax Shield, Non Debt Tax Shield, Agency Cost, Asset Growth, Profitability, Dividends, Business Risk, Liquidity, Asset Structure, Business Size, Age of Business, Growth Opportunities Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan pengaruh dari tax shield, non debt tax shield, biaya keagenan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dividen, risiko bisnis, likuiditas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan kesempatan pertumbuhan terhadap leverage. Populasi penelitian ini adalah selurh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga 2012. Sampel dipilih dengan menggunakan metode sampling purposive dan didapatkan 34 perusahaan yang memenuhi kriteria selama 3 tahun yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Uji statistik untuk pembuktian hipotesis menggunakan metode regresi berganda. Hasil secara empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap leverage. Tax shield, non debt tax shield, biaya keagenan, dividend, risiko bisnis, struktur aktiva, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan kesempatan pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap leverage Keywords: Leverage, Tax Shield, Non Debt Tax Shield, Biaya Keagenan, Pertumbuhan Aktiva, Profitabilitas, Dividen, Risiko Bisnis, 155 Likuiditas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Kesempatan Pertumbuhan. PENDAHULUAN Kondisi perekonomian dunia yang semakin maju pada era globalisasi sekarang ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu siap dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Setiap perusahaan diharapkan untuk memiliki kinerja yang efisien dan efektif agar tetap memiliki keunggulan daya saing. Hal ini mendorong manajer perusahaan untuk selalu meningkatkan produktivitas kegiatan produksi, pemasaran dan strategi perusahaan. Perusahaan sebagai suatu entitas yang menerapkan prinsipprinsip ekonomi, umumnya tidak hanya berfokus pada pencapaian laba maksimal, tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan serta kemakmuran para pemegang sahamnya. Oleh karena itu, perusahaan memiliki rencana strategis dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah masalah pendanaan dan rencana pembelanjaannya. Masalah pendanaan merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan kepentingan banyak pihak baik internal maupun eksternal. Pendanaan internal bisa didapat dari laba dan modal ditahan, sedangkan pendanaan eksternal didapat dari para kreditur, modal saham, dan lainlain. Keputusan pendanaan merupakan pilihan perusahaan mengenai seberapa besar tingkat penggunaan hutang dibanding dengan ekuitas dalam membiayai investasi perusahaan. Komposisi Perusahaan, Umur keputusan pendanaan tersebut untuk menentukan tingkat struktur modal yang optimal atau sering disebut sebagai leverage. Brigham dan Houston (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) mengatakan bahwa keputusan pemilihan struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap risiko yang akan dihadapi para pemegang saham maupun tingkat keuntungan yang diharapkan. Keputusan struktur modal yang diambil manajer perusahaan tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas, tetapi juga berpengaruh terhadap risiko keuangan yang mungkin akan dihadapi perusahaan. Risiko keuangan yang dihadapi meliputi kemungkinan ketidakmampuan perusahaan membayar kembali kewajiban-kewajibannya atau gagal mencapai target laba yang diinginkan dari suatu investasi. Selain itu, pemilihan struktur modal yang tidak tepat bisa menghasilkan rasio keuangan perusahaan dibawah rata-rata rasio keuangan perusahaan lain yang sejenis. Halhal seperti ini dapat menurunkan nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, pemilihan struktur modal merupakan keputusan yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Struktur modal banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Modigliani dan Miller (1958) dalam Qureshi et al. (2012) memperkenalkan teori modern tentang struktur modal. Sejak saat itu, banyak peneliti yang melakukan studi teoritis dan empiris yang mengedepankan berbagai faktor-faktor penentu struktur modal. Beberapa dari mereka banyak yang menggunakan trade-off theory dan mengamati bahwa perusahaan mencari struktur modal yang optimal serta keputusan mereka mengenai tingkat perbandingan hutang dengan ekuitas berdasarkan riskreturn trade-off. Sementara itu, peneliti lain banyak yang mendukung pecking order theory dan menemukan tingkatan pilihan pendanaan berdasarkan informasi asimetris. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Qureshi et al. (2012) menggunakan kerangka kerja yang disediakan oleh dua teori, yaitu trade-off theory dan pecking order theory, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada sektor perusahaan kimia di Pakistan. Hasil penelitian tersebut menemukan pengaruh signifikan antara profitabilitas, risiko bisnis dengan leverage. Penemuan ini konsisten dengan trade-off theory. Sementara itu, penelitian tersebut juga menemukan bahwa ukuran perusahaan dan pertumbuhan tidak berpengaruh dengan leverage yang konsisten dengan pecking order theory. Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu di atas, penelitian ini termotivasi untuk melakukan pengembangan terhadap penelitian-penelitian terdahulu mengenai leverage atau struktur modal. Selain itu, penelitian ini memasukkan faktor lain yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al. (2012). Adapun pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu: menambahkan variabel peluang pertumbuhan atau growth opportunities berdasarkan pada penelitian Sheikh and Wang (2011) karena menurut trade-off theory semakin besar tingkat growth opportunities, maka tingkat leverage semakin kecil; objek yang diteliti diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI); dan periode penelitian adalah tahun 2010-2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh tax shield, non debt tax shield, biaya agensi, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dividen, risiko bisnis, likuiditas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, usia bisnis, dan peluang pertumbuhan terhadap leverage. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta organisasi penulisan. Kedua, rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis yang berisi tentang landasan teori, model penelitian, dan perumusan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian yang berisi tentang bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional dan pengukurannya, teknik pengumpulan data serta metoda analisis data. Keempat, analisis dan pembahasan yang berisi tentang gambaran umum sampel, statistik deskriptif variabel, hasil uji kualitas data dan pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi tentang simpulan, keterbatasan serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Trade-off Theory Perusahaan yang besar cenderung lebih banyak menggunakan hutang dalam keputusan pendanaan dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan semakin besar perusahaan, maka arus kas yang didapatkan lebih stabil sehingga risiko dari penggunaan hutang dapat dikurangi. Selain itu, perusahaan yang besar memiliki kemungkinan kebangkrutan yang lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga semakin besar perusahaan maka perusahaan dapat menggunakan hutang yang lebih banyak, karena terkait rendahnya risiko perusahaan besar (Furi dan Saifudin 2010). Namun, penggunaan hutang yang berlebihan dapat menimbulkan financial distress sehingga memunculkan trade-off theory. Trade-off theory menyebutkan bahwa debt-equity decision merupakan trade-off antara interest tax shield dengan agency cost of debt dan cost of financial distress (Indrawati dan Suhendro 2006). Maksud dari balancing theory adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan hutang. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus bisa mempertimbangkan komposisi hutang dalam kombinasi struktur modalnya sehingga akan diperoleh komposisi hutang dan saham yang optimal dengan analisis perhitungan keuangan yang tepat seperti yang dikemukakan oleh Indrawati dan Suhendro (2006). Siregar (2005) menyatakan bahwa hutang bermanfaat bagi perusahaan karena akan memperoleh manfaat pajak, sedangkan biaya kebangkrutan merupakan biaya administrasi, biaya hukum, biaya keagenan dan biaya pengawasan untuk mencegah perusahaan mengalami kebangkrutan. Nilai optimal merupakan titik yang menunjukkan manfaat pajak atas setiap hutang yang bertambah sama besarnya dengan peningkatan biaya kebangkrutan (bankcruptcy cost) atas penambahan hutang tersebut. Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu mengabaikan adanya asimetri informasi serta tingginya biaya untuk melakukan substitusi hutang ke ekuitas atau ekuitas ke hutang (Joni dan Lina 2010). Pecking Order Theory Pecking Order Theory mengemukakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan sumber pendanaan internal (laba ditahan) sebanyak mungkin untuk membiayai proyek-proyek di dalam perusahaan. Hutang menjadi pilihan kedua setelah sumber pendanaan internal kemudian convertible bond, saham preferen, dan pada akhirnya apabila masih memerlukan dana, perusahaan akan menerbitkan saham biasa (modal eksternal) (Brealey et al. 2006). Hal ini disebabkan karena adanya biaya transaksi dalam memperoleh dana dari pihak eksternal seperti yang dikemukan oleh Emery et al. (2004) dalam Indrawati dan Suhendro (2006). Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan yang sangat menguntungkan biasanya memilki hutang yang lebih sedikit. Hal ini terjadi bukan karena perusahaan tersebut memiliki target rasio hutang yang sedikit, tetapi disebabkan karena perusahaan sesungguhnya tidak memerlukan dana dari pihak eksternal (Brealey dan Myers 1995 dalam Indrawati dan Suhendro 2006). Ada 4 alasan yang mendasari mengapa pecking order theory memprediksi bahwa perusahaan mengutamakan hutang daripada ekuitas apabila pendanaan eksternal dibutuhkan, yaitu: (1) Pasar menderita kerugian karena adanya asimetri informasi antara manajer dengan pasar (Akerlof 1970 dalam Siregar 2005). Adanya asimetri informasi membuat penerbitan saham baru diartikan oleh pasar sebagai berita buruk karena manajer hanya tertarik untuk melakukan penerbitan saham baru apabila saham perusahaan overpriced (Myers dan Majluf 1984 dalam Siregar 2005); (2) Hutang dan saham sama-sama membutuhkan biaya transaksi bagi perusahaan. Namun, Baskin (1989) dalam Siregar (2005) menemukan bahwa biaya transaksi hutang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan saham; (3) Perusahaan akan memperoleh manfaat pajak dengan menerbitkan sekuritas hutang. Manfaat pajak ini diperoleh perusahaan karena adanya biaya bunga yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak (Babu dan Jain 1998 dalam Siregar 2005); (4) Kontrol manajemen, dalam hal ini insider ownership, yaitu kepemilikan oleh manajemen bisa dipertahankan jika perusahaan mengeluarkan sekuritas hutang (Babu dan Jain 1998 dalam Siregar 2005). Teori Asimetri Informasi, Signalling Theory dan Teori Keagenan Teori Asimetri Informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer perusahaan mempunyai lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lain (Gitman and Zutter 2012). Adanya informasi asimetri membuat manajer perusahaan lebih leluasa bertindak dalam memutuskan strategi struktur modal karena lebih mengetahui informasi yang terjadi di dalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang ada di pasar. Sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia untuk semua pihak. Namun, karena persaingan pasar di antara para investor mengakibatkan informasi baru segera direfleksikan ke dalam harga saham di pasar secara cepat, sehingga terjadi pula persaingan dalam mencari informasi untuk memperoleh keuntungan sesaat (Indrawati dan Suhendro 2006). Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (1999) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) adalah suatu langkah yang dilakukan manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana prospek perusahaan dipandang oleh manajemen. Brigham dan Houston (1999) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) mengatakan bahwa perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan berusaha menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang dibutukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman penerbitan saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena emisi saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menurunkan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Teori keagenan dikemukan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Indrawati dan Suhendro (2006) menyebutkan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah ikatan kerja dimana manajemen (agen) ditunjuk oleh satu orang atau lebih sebagai pemegang saham perusahaan (principal) untuk memberikan pelayanan dan wewenang pengambilan keputusan atas nama principal. Biaya yang timbul akibat adanya pengawasan manajemen (agen) yang dilakukan oleh principal disebut biaya agensi. Biaya agensi menurut Mayangsari (2001) dalam Joni dan Lina (2010) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham. Audit laporan keuangan dan pembatasan pembuatan keputusan manajemen merupakan contoh dari pengawasan manajemen. Tarjo (2005) dalam Joni dan Lina (2010) mengemukakan 3 cara untuk meminimalkan biaya keagenan, yaitu: (1) Memperbesar kepemilikan saham oleh manajemen; (2) Mengurangi free cash flow yang dikuasai oleh manajemen, salah satu caranya adalah dengan pembagian dividen; (3) Meningkatkan leverage perusahaan. Tax Shield dan Leverage Menurut Kemsley and Nissim (2002), tax shield merupakan pengurangan pajak penghasilan yang didapat dari biaya yang dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak. Beban bungadalam hutang merupakan biaya yang dapat dikurangkan, sehingga dalam pendanaan eksternal melalui hutang dapat menghasilkan tax shield. Tax shield yang didapat dari beban bunga disebut interest tax shield. Hasil penelitian yang dilakukan Qureshi et al. (2012) menemukan bahwa tax shield tidak berpengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 Terdapat pengaruh tax shield terhadap leverage perusahaan. Non Debt Tax Shield dan Leverage DeAngelo dan Masulis (1980) dalam Qureshi et al. (2012) menyatakan bahwa non debt tax shield yang meliputi depresiasi dan amortisasi dapat menjadi pengganti interest tax shield. Depresiasi dan amortisasi dapat mendorong perusahaan untuk mengurangi hutang karena memberikan arus kas sebagai sumber modal dari internal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Liem et al. (2013) menyatakan bahwa non debt tax shield berpengaruh negatif terhadap leverage. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al. (2012), Margaretha dan Ramadhan (2010) serta Sheikh and Wang (2011) yang menyatakan bahwa non debt tax shield tidak berpengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Terdapat pengaruh non debt tax shield terhadap leverage perusahaan. Biaya Agensi dan Leverage Biaya agensi menurut Mayangsari (2001) dalam Joni dan Lina (2010) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen (agen) bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham (principal). Salah satu risiko yang timbul ketika principal membayar agen untuk menjalankan tugas dan wewenangnya adalah kepentingan agen bertentangan dengan kepentingan principal. Penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al. (2012) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara biaya agensi dengan leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3 Terdapat pengaruh biaya agensi terhadap leverage perusahaan. Pertumbuhan Aktiva dan Leverage Pertumbuhan aktiva pada dasarnya merupakan gambaran bagaimana perusahaan menginvestasikan dananya untuk kegiatan operasi dan investasi. Penambahan jumlah aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva jangka panjang membutuhkan pendanaan dari internal atau eksternal (Joni dan Lina 2010). Pandey (2001) dalam Indrawati dan Suhendro (2006) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang besar sering memerlukan tambahan aset untuk mendukung pertumbuhan penjualannya. Tingkat pertumbuhan yang besar juga merupakan indikasi bahwa perusahaan akan lebih banyak memiliki laba ditahan serta juga memerlukan dana lebih banyak untuk menunjang pertumbuhannya. Menurut Brigham dan Erhardt (2005) dalam Indrawati dan Suhendro (2006) menyatakan jika dana internal perusahaan tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhannya yang tinggi, maka perusahaan akan mengandalkan modal eksternal, lebih lanjut lagi floating cost untuk mengeluarkan obligasi lebih rendah dibandingkan dengan penerbitan saham. Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak menerbitkan surat hutang dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Ramadhan (2010), Prabansari dan Kusuma (2005), serta Joni dan Lina (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap leverage. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashraf and Rasool (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh negatif terhadap leverage. Hal ini dikarenakan semakin besar pertumbuhan aset perusahaan maka perusahaan akan lebih menggunakan modal internal yaitu laba ditahan sebagai modal perusahaan, daripada menggunakan hutang yang lebih berisiko. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al. (2012) menunjukkan bahwa pertumbuhan aktiva tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha4 Terdapat pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap leverage perusahaan. Profitabilitas dan Leverage Brigham dan Houston (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi memakai hutang yang cenderung kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan menggunakan sumber dana internal untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perusahaan maka semakin rendah kebutuhan dana dari sumber eksternal (hutang) sehingga semakin rendah pula struktur modalnya. Faulkender dan Peterson (2003) dalam Indrawati dan Suhendro (2006) mengemukakan bahwa perusahaan yang menguntungkan cenderung memakai pendapatannya untuk membayar hutang perusahaan sehingga memiliki leverage yang rendah. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Furi dan Saifudin (2012) yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan profit yang tinggi cenderung menggunakan pinjaman hutang yang lebih banyak guna mendapatkan manfaat pajak. Hal ini dikarenakan bunga pinjaman akan mengurangi laba menjadi lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan memakai modal yang tidak dikenai bunga, namun dikenai pajak penghasilan yang lebih tinggi. Penelitian Qureshi et al. (2012) serta Prabansari dan Kusuma (2005) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap leverage. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabir and Malik (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap leverage serta Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha5 Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap leverage perusahaan. Dividen dan Leverage Modal internal yang dipakai untuk mengatasi masalah kebutuhan pendanaan bisa dipengaruhi karena pembayaran dividen dalam satu periode tertentu. Pembayaran dividen di masa lalu mempengaruhi pembayaran dividen pada saat ini dengan pertimbangan tertentu. Para manajer dan pemegang saham tentunya mengharapkan peningkatan dividen di masa yang akan datang. Pembayaran dividen yang tinggi akan menambah kebutuhan kas di masa yang akan datang dan menimbulkan terbatasnya laba ditahan yang terdapat di dalam perusahaan. Peningkatan kebutuhan kas disertai terbatasnya laba ditahan, akan mendorong dilakukannya peminjaman hutang yang lebih besar. Perusahaan dengan tingkat dividend payout ratio yang tinggi akan melakukan peminjaman hutang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat dividend payout ratio yang rendah (Erkaningrum 2008). Pendapat lain tentang pengaruh dividen terhadap leverage dikemukakan oleh Paramu (2006) dalam Joni dan Lina (2010), yaitu pembagian dividen oleh perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham serta menghasilkan ekspektasi yang positif. Hal ini akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh dana melalui penerbitan sekuritas modal, sehingga berpotensi untuk menurunkan porsi hutang perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2005) menunjukkan dividen memiliki pengaruh positif terhadap leverage. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erkaningrum (2008). Sementara itu, Joni dan Lina (2010) serta Qureshi et al. (2012) menyatakan bahwa dividen tidak berpengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha6 Terdapat pengaruh dividen terhadap leverage perusahaan. Risiko Bisnis dan Leverage Menurut Reilly and Brown (2012), risiko bisnis adalah risiko ketika perusahaan tidak sanggup menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh ketidakpastian stabilitas pendapatan dan biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan melalui penggunaan hutang dibandingkan perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah. Harjanti dan Tandelilin (2007) dalam Joni dan Lina (2010) berpendapat bahwa risiko bisnis perusahaan bisa diketahui dengan mengukur fluktuasi dari laba perusahaan. Ini dikarenakan laba yang tidak menentu akan mengakibatkan arus kas masuk tidak menentu pula. Perusahaan yang mengalami fluktuasi laba menghadapi ketidakpastian kemampuan menghimpun dana untuk melunasi hutangnya kepada kreditur. Perusahaan dengan arus kas yang sangat fluktuatif akan menyadari bahwa pendanaan menggunakan hutang yang penuh risiko akan kurang menguntungkan dibandingkan dengan ekuitas, sehingga perusahaan terpaksa menggunakan pendanaan melalui ekuitas guna menghindari financial distress (Setiawan 2006 dalam Seftianne dan Handayani 2011). Oleh karena itu, risiko bisnis memiliki pengaruh negatif terhadap leverage. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al. (2012) menyatakan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh positif terhadap leverage. Hal ini dikarenakan para investor yang mempunyai sifat risk seeker akan tidak tertarik dengan perusahaan yang memiliki risiko yang rendah. Mereka akan lebih tertarik dengan perusahaan yang memiliki risiko tinggi karena mereka beranggapan bahwa jika risiko tinggi maka return yang didapatkan semakin tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Furi dan Saifudin (2012) serta Prabansari dan Kusuma (2005) dimana risiko bisnis memiliki pengaruh negatif terhadap leverage. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) serta Joni dan Lina (2010) menunjukkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha7 Terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap leverage perusahaan. Likuiditas dan Leverage Furi dan Saifudin (2012) menyatakan bahwa likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya yang jatuh tempo dalam jangka waktu pendek. Jika perusahaan banyak memakai aktiva lancar, maka perusahaan tersebut bisa menghasilkan aliran kas dalam membiayai aktivitas operasi dan investasi perusahaan. Aktiva lancar yang semakin tinggi menandakan bahwa perusahaan berhasil melunasi kewajiban jangka pendeknya, sehingga hutang jangka pendek berkurang dan berakibat menurunnya proporsi hutang dalam leverage. Menurut pecking order theory, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak memakai pendanaan dari hutang. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi memiliki dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut lebih memakai dana internalnya dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui pinjaman hutang (Seftianne dan Handayani 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Ramadhan (2010) menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap leverage. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya maka dapat menunjukkan perusahaan dalam keadaan yang sehat, sehingga hal tersebut akan mempermudah perusahaan untuk mendapatkan kewajiban jangka panjang yang berasal dari pihak luar perusahaan. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al. (2012) dimana likuiditas mempunyai pengaruh negatif terhadap leverage. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) serta Furi dan Saifudin (2012) menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha8 Terdapat pengaruh likuiditas terhadap leverage perusahaan. Struktur Aktiva dan Leverage Menurut Seftianne dan Handayani (2011), struktur aktiva menggambarkan dua bagian aktiva secara garis besar dalam komposisinya, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut Joni dan Lina (2010), perusahaan yang modalnya tertanam pada aktiva tetap, pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal internal. Namun, pengadaan aktiva tetap biasanya memerlukan dana yang relatif besar dan memungkinkan akan dilakukannya pinjaman hutang. Dalam suatu perusahaan, struktur aktiva akan berpengaruh terhadap sumber-sumber pembelanjaan. Menurut Mayangsari (2001) dalam Joni dan Lina (2010), struktur aktiva mempengaruhi leverage perusahaan dengan dua cara, yaitu: (1) Pemakaian aktiva tetap akan menghasilkan biaya tetap berupa depresiasi. Jika pendanaan dilakukan dengan pinjaman hutang, maka besarnya biaya tetap yang ditanggung oleh perusahaan juga akan tinggi karena hutang juga akan mengakibatkan biaya tetap berupa bunga; (2) Pada perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi hutang akan didominasi oleh hutang jangka panjang. Hal ini diakibatkan oleh lamanya dana perusahaan yang terikat pada aktiva tetap tersebut, sehingga mendorong perusahaan untuk mempertahankan tingkat likuiditasnya dengan cara merancang struktur modal yang didominasi hutang jangka panjang. Selain itu, perusahaan yang memiliki stuktur aktiva tetap yang tinggi lebih mudah dalam melakukan pinjaman dari pihak eksternal karena dinilai memiliki aktiva jaminan yang lebih baik. Kreditur akan merasa lebih aman jika memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki struktur aktiva tetap yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010) menunjukkan bahwa struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap leverage. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan Sheikh and Wang (2011) dimana struktur aktiva memiliki pengaruh negatif terhadap leverage karena semakin besar aktiva tetap maka pemakaian modal sendiri semakin besar sehingga pemakaian hutang semakin berkurang. Sementara itu, hasil penelitian Qureshi et al. (2012) menyebutkan bahwa struktur aktiva tidak memiliki pengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha9 Terdapat pengaruh struktur aktiva terhadap leverage perusahaan. Ukuran Perusahaan dan Leverage Perusahaan yang besar cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang lebih kecil. Ini dikarenakan semakin besar perusahaan dapat dengan mudah mempunyai akses ke pasar modal dan lebih memiliki arus kas yang lebih stabil sehingga bisa mengurangi risiko dari penggunaaan hutang. Ukuran perusahaan yang besar dianggap oleh investor sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut, karena jika perusahaan mempunyai kemampuan finansial yang bagus maka investor meyakini perusahaan tersebut juga mampu melunasi kewajibannya serta memberikan tingkat pengembalian yang memadai bagi investor. Perusahaan besar mempunyai probabilitas kebangkrutan yang lebih rendah daripada perusahaan kecil, sehingga menurut trade-off theory, semakin besar perusahaan maka perusahaan bisa memakai hutang yang lebih banyak, ini terkait risiko perusahaan yang rendah (Furi dan Saifudin 2012, Erkaningrum 2008, serta Joni dan Lina 2010). Perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil cenderung memiliki keterbatasan dalam mendapatkan pinjaman dari pasar modal. Perusahaan kecil cenderung membiayai modal sendiri karena biaya hutang jangka panjang lebih mahal daripada perusahaan besar sehingga perusahaan kecil akan cenderung menyukai hutang jangka pendek karena biayanya lebih murah (Erkaningrum 2008 serta Joni dan Lina 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erkaningrum (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap leverage. Hasil ini berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ashraf and Rasool (2013) dimana ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap leverage karena ukuran perusahaan yang besar lebih mudah memperoleh dana lewat pasar modal sehingga tingkat hutang menjadi semakin kecil. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010) serta Qureshi et al. (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha10 Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap leverage perusahaan. Usia Bisnis dan Leverage Qureshi et al. (2012) menyatakan bahwa menurut tradeoff theory, usia bisnis adalah indikator penting dari kredibilitas perusahaan dan perusahaan yang lebih tua dapat membentuk reputasi yang baik sehingga mereka dapat dengan mudah meminjam hutang pada tingkat bunga yang lebih rendah. Namun, pecking order theory memprediksi hubungan negatif antara usia bisnis dan leverage karena perusahaan yang lebih tua relatif stabil serta berpengalaman dan memiliki dana internal yang tinggi, sehingga dengan demikian kurang memerlukan pembiayaan eksternal. Hasil penelitian Qureshi et al. (2012) dan didukung oleh Margaretha dan Ramadhan (2010) menyatakan bahwa usia bisnis tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha11 Terdapat pengaruh usia bisnis terhadap leverage perusahaan. Peluang Pertumbuhan dan Leverage Peluang pertumbuhan merupakan ukuran sampai sejauh mana leverage dapat meningkatkan laba per lembar saham suatu perusahaan. Perusahaanperusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak memerlukan dana di masa depan dan juga lebih banyak mempertahankan laba. Laba ditahan dari perusahaanperusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan membesar dan perusahaan- perusahaan tersebut akan lebih banyak meminjam hutang untuk mempertahankan rasio utang yang ditargetkan (Mai 2006 dalam Febriyani dan Srimindarti 2010). Perusahaan-perusahaan yang memiliki prediksi akan mengalami pertumbuhan tinggi di masa mendatang akan memutuskan menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan tinggi berharap akan menikmati pertumbuhan tersebut untuk para pemegang saham. Sebaliknya, apabila perusahaan memprediksi akan mengalami pertumbuhan yang rendah, mereka akan berusaha membagi risiko pertumbuhan rendah dengan para kreditur melalui penggunaan hutang. Dengan demikian perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak memakai hutang jangka panjang (Mai 2006 dalam Febriyani dan Srimindarti 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) menyebutkan bahwa peluang pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sheikh and Wang (2011) serta Febriyani dan Srimindarti (2010) yang menyatakan bahwa peluang pertumbuhan tidak memiliki pengaruh terhadap leverage. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha12 Terdapat pengaruh peluang pertumbuhan terhadap leverage perusahaan. METODA PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan metoda purposive sampling dimana sampel diseleksi berdasarkan kriteriakriteria tertentu. Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Perusahaan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa 128 Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2012 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan (3) keuangan setiap tanggal 31 Desember Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang (20) Rupiah Perusahaan yang tidak mengalami laba dari tahun (24) 2010 sampai 2012 Perusahaan yang tidak membagikan dividen (46) berturut-turut dari tahun 2010 sampai 2012 Perusahaan yang tidak memiliki arus kas keluar (1) untuk pembayaran pajak berturut-turut dari tahun 2010 sampai 2012 Sampel dan data yang digunakan dalam penelitian 34 Total Data 384 (9) (60) (72) (138) (3) 102 Tax shield dapat diukur dengan cara pembayaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan Tax Shield = dibagi dengan laba kotor perusahaan (Qureshi et al. 2012). Tax Payments Gross Profit yaitu depresiasi. Non debt tax shield merupakan hasil dari total depresiasi dibagi dengan total aset (Qureshi et al. 2012). Total Depreciation Non Debt Tax Shield = Total Assets Biaya agensi dapat diukur dengan pendapatan bersih perusahaan (Qureshi et al. 2012). dengan cara biaya penjualan yang dikeluarkan oleh perusahaan dibagi Cost of Goods Sold Agency Cost = Net Sales Dalam penelitian ini, total aktiva dari tahun sebelumnya pertumbuhan aktiva diukur dengan dibandingkan dengan tahun menghitung proporsi peningkatan berjalan. TAt - TAt-1 Asset Growth = TAt-1 Keterangan: Lina 2010). Ukuran dari profitabilitas yang digunakan dalam TAt Total aktiva tahun berjalan penelitian ini mengacu pada TAt-1 Total aktiva tahun sebelumnya penelitian Qureshi et al. (2012) Profitabilitas adalah suatu yaitu menggunakan net profit ukuran kemampuan perusahaan margin sebagai ukuran dalam menghasilkan laba dalam profitabilitas. Net profit margin suatu periode tertentu (Joni dan dihitung dengan cara: Earnings After Tax Net Profit Margin = Net Sales Dividen merupakan bagian 2005). Variabel dividen diukur dari laba yang dibagikan kepada dengan menggunakan dividen para pemegang saham dari laba payout ratio (DPR) dengan rumus: yang diperoleh perusahaan (Siregar Cash Dividends DPR = Earnings After Tax Risiko bisnis dihitung dari Likuiditas diukur dengan deviasi standar return on total menggunakan current ratio yang assets perusahaan selama 3 tahun diperoleh dengan cara aset lancar yaitu tahun 2010 sampai dengan yang dimiliki perusahaan dibagi tahun 2012 (Qureshi et al. 2012). dengan liabilitas lancar yang Business Risk = SD (Return on Total dimiliki perusahaan (Gitman and Zutter 2012). Assets) Current Assets Liquidity = Current Liabilities Non debt tax shield merupakan manfaat pengurangan pajak penghasilan perusahaan yang diperoleh dari sumber non hutang Struktur aktiva merupakan besarnya aktiva yang dapat dijaminkan perusahaan sebagai kolateral ketika perusahaan melakukan pinjaman hutang kepada pihak kreditur. Struktur aktiva merupakan proporsi aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dan diukur dengan fixed asset ratio (FAR) (Joni dan Lina 2010). Fixed Assets FAR = Total Assets Ukuran perusahaan Peluang pertumbuhan dapat mengindikasikan seberapa besar diperoleh dengan cara pertumbuhan penjualan (sales atau kecil suau perusahaan. Ukuran growth) yang diperoleh perusahaan Perusahaan dapat diukur dengan dibagi dengan pertumbuhan aset menggunakan natural logaritma (Ln) dari total aset (Qureshi et al. (assets growth) yang dimiliki 2012). perusahaan (Sheikh and Wang Business Size = Ln (Total Assets) 2011). Dimana sales growth merupakan proporsi peningkatan Usia bisnis mengindikasikan total penjualan dari tahun seberapa lama suatu perusahaan sebelumnya dibandingkan dengan dapat bertahan. Usia bisnis diukur tahun berjalan dan assets growth dengan berapa tahun lamanya merupakan proporsi peningkatan perusahaan berdiri dan terdaftar di total aktiva dari tahun sebelumnya bursa (Qureshi et al. 2012). dibandingkan dengan tahun Age of Business = No. of Years Listed +1 berjalan. Sales Growth Growth Opportunities = Growth SaAssets t - Sat-1 Sales Growth = Sat-1 TAt - TAt-1 Assets Growth = TAt-1 Keterangan: Variabel ini dapat diukur dengan debt ratio, dengan rumus: Sat Total penjualan tahun Total Debt berjalan Debt Ratio = Sat-1 Total penjualan tahun Total Assets sebelumnya HASIL PENELITIAN TAt Total aktiva tahun berjalan TAt-1 Total aktiva tahun sebelumnya Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 2 dan hasil Leverage merupakan rasio pengujian hipotesis dapat dilihat yang menggambarkan berapa pada tabel 3 di bawah ini: proporsi hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktivanya (Joni dan Lina 2010). Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Variable N Minimum Maximum Mean Tax Shield Non Debt Tax Shield Biaya Agensi Pertumbuhan Aktiva Profitabilitas Dividen Risiko Bisnis Likuiditas Struktur Aktiva Ukuran Perusahaan Usia Bisnis Peluang Pertumbuhan Leverage 102 102 0,0354 0,0095 2,0018 0,0775 0,2600 0,0322 Standard Deviatio n 0,4186 0,0155 102 102 0,2814 -0,1216 0,9028 0,5002 0,6671 0,1565 0,1551 0,1117 102 102 102 102 102 102 102 102 0,0315 0,0115 0,0004 0,6683 0,0507 25,0825 1 -79,8146 0,3512 1,1610 0,1582 11,7428 0,6794 32,8365 32 32,0572 0,1309 0,4082 0,0302 3,3148 0,3081 28,6316 20,18 0,4335 0,0707 0,2653 0,0299 2,3021 0,1470 1,7572 6,270 8,6773 102 0,0943 0,7352 0,3479 0,1621 Sumber: Hasil Pengolahan Data Melalui SPSS v.19 Tabel 3 Hasil Uji t Model B Sig. (Constant) 0,259 0,206 Tax Shield 0,040 0,182 Non Debt Tax -0,201 0,822 Shield Biaya Agensi 0,135 0,158 Pertumbuhan 0,267 0,010 Aktiva Profitabilitas -0,615 0,003 Dividen 0,049 0,359 Risiko Bisnis -0,014 0,970 Likuiditas -0,038 0,000 Struktur Aktiva 0,193 0,058 Ukuran Perusahaan 0,001 0,876 Usia Bisnis 0,002 0,136 Peluang -0,001 0,588 Pertumbuhan Dependent Variable: Leverage Sumber: Hasil Pengolahan Data Melalui memiliki nilai signifikan 0,822 lebih SPSS v.19 besar dari tingkat kesalahan Variabel tax shield memiliki sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan nilai signifikan 0,182 lebih besar Ha2 tidak diterima, artinya non dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. debt tax shield tidak berpengaruh Hal ini menunjukkan Ha1 tidak terhadap leverage. diterima, berarti tax shield tidak Variabel biaya agensi berpengaruh terhadap leverage. memiliki nilai signifikan 0,158 lebih Variabel non debt tax shield besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha3 tidak diterima, artinya biaya agensi tidak berpengaruh terhadap leverage. Variabel pertumbuhan aktiva memiliki nilai signifikan 0,010 lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha4 diterima, artinya pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap leverage. Tingkat pertumbuhan aset yang besar memerlukan dana yang lebih banyak untuk menunjang pertumbuhan aset. Jika dana internal perusahaan tidak mencukupi, maka perusahaan akan mengandalkan modal eksternal dengan lebih banyak menerbitkan surat hutang. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikan 0,003 lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha5 diterima, artinya profitabilitas berpengaruh negatif terhadap leverage. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan meminjam hutang lebih sedikit dan akan menimbulkan ketertarikan investor untuk menanamkan modal dalam perusahaan. Variabel dividen memiliki nilai signifikan 0,359 lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha6 tidak diterima, artinya dividen tidak berpengaruh terhadap leverage. Variabel risiko bisnis memiliki nilai signifikan 0,970 lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini menunjukkan Ha7 tidak diterima, artinya risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap leverage. Variabel likuiditas memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini menunjukkan Ha8 diterima, artinya likuiditas berpengaruh negatif terhadap leverage. Aktiva lancar yang semakin tinggi menandakan bahwa perusahaan berhasil melunasi kewajiban jangka pendeknya, sehingga hutang jangka pendek berkurang dan berakibat menurunnya proporsi hutang dalam leverage. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi memiliki dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut lebih memakai dana internalnya dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui pinjaman hutang. Variabel struktur aktiva memiliki nilai signifikan 0,058 lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini menunjukkan Ha9 tidak diterima, artinya struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap leverage. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan 0,876 lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini menunjukkan Ha10 tidak diterima, artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap leverage. Variabel usia bisnis memiliki nilai signifikan 0,136 lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini menunjukkan Ha11 tidak diterima, artinya usia bisnis tidak berpengaruh terhadap leverage. Variabel peluang pertumbuhan memiliki nilai signifikan 0,588 lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini menunjukkan Ha12 tidak diterima, artinya peluang pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap leverage. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap 102 data yang digunakan untuk penelitian dari tahun 2010 hingga 2012 dapat diperoleh kesimpulan bahwa pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan likuiditas mempengaruhi leverage. Sedangkan tax shield, non debt tax shield, biaya agensi, dividen, risiko bisnis, struktur aktiva, ukuran perusahaan, usia bisnis dan peluang pertumbuhan tidak mempengaruhi leverage. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu penelitian ini hanya mengambil sampel selama 3 periode pengamatan yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2012, sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur, dan penelitian ini hanya mengkaji rasio total debt to total assets sebagai proksi dari leverage, sehingga tidak dapat dibandingkan antara total debt to total equity, long term debt to total assets dan total debt to total assets. Ada beberapa rekomendasi berdasarkan keterbatasan yang telah diungkapkan dan berharap dapat berguna untuk penelitian selanjutnya, yaitu dianjurkan untuk dapat menambah periode pengamatan seperti 4 tahun pengamatan atau 5 tahun pengamatan, menambah sampel dari perusahaan nonmanufaktur karena mungkin akan memberikan hasil yang berbeda, dan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan membandingkan total debt to total equity, long term debt to total assets dan total debt to total assets agar dapat diketahui lebih jauh faktor mana yang lebih dipertimbangkan di Indonesia. REFERENSI: Ashraf, Tanveer, and Safdar Rasool. 2013. Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory. Journal of Business Studies Quarterly. Vol. 4, No. 3. Hlm. 73-83. http://jbsq.org/wp-content/uploads/2013/03/March_2013_7.pdf Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate Finance. New York: McGraw-Hill Irwin. Erkaningrum, Indri. 2008. Faktor-Faktor Penentu Financial Leverage Dalam Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi “Analisis”. Mei 2008. Vol. 1, No. 2. Hlm. 164-184. Febriyani, Nina, dan Ceacilia Srimindarti. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Nopember 2010. Vol. 2, No. 2. Hlm. 138-159. Furi, Vina Ratna, dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi. Februari 2012. Vol. 1, No. 2. Hlm. 49-62. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Edinburgh: Pearson Education. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Ralph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey: Pearson Education. Indrawati, Titik, dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Januari-Juni 2006. Vol. 3, No. 1. Hlm. 77-105. Joni, dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2. Hlm. 81-96. Kemsley, Deen, and Doron Nissim. 2002. Valuation of the Debt Tax Shield. The Journal of Finance. October 2002. Vol. LVII, No. 5. Hlm. 2045-2074. Liem, Jemmi Halim, Werner R. Murhadi, dan Bertha Silvia Sutejo. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2, No. 1. Hlm. 111.http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/182/161 Margaretha, Farah, dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2. Hlm. 119-130. Prabansari, Yuke, dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta. Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen Edisi Khusus on Finance. Hlm. 115. http://journal.uii.ac.id/index.php/Sinergi/article/viewFile/935/865 Qureshi, Muhammad Azeem, Muhammad Imdadullah, and Tanveer Ahsan. 2012. What Determines Leverage in Pakistan? A Panel Data Analysis. African Journal of Business Management. January 2012. Vol. 6, No. 3. Hlm. 978-985. Reilly, Frank K., and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments and Management of Portfolios. Canada: South-Western Cengage Learning. Sabir, Mahvish, and Qaisar Ali Malik. 2012. Determinants of Capital Structure – A Study of Oil and Gas Sector of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. February 2012. Vol. 3, No. 10. Hlm. 395-400. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business. Great Britain: Wiley. Seftianne, dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. April 2011. Vol. 13, No. 1. Hlm. 39-56. Sheikh, Nadeem Ahmed, and Zongjun Wang. 2011. Determinants of Capital Structure – An Empirical Study of Firms in Manufacturing Industry of Pakistan. Managerial Finance. Vol. 37, No. 2. Hlm. 117-133. http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?issn=0307-4358 Siregar, Baldric. 2005. Hubungan Antara Dividen, Leverage Keuangan dan Investasi. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Desember 2005. Vol. XVI, No. 3. Hlm. 219-230. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 174 November 2014