Vol. 16, No. 1a, Is. 1 November 2014 DAFTAR ISI Pengaruh

advertisement
Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
DAFTAR ISI
Pengaruh Tangibility Of Assets, Firm Size, Profitability, Tax Provision,
Non-Debt Tax Shield, Liquidity, Dan Cost Of Debt Terhadap Struktur
Modal Pada Sektor Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2012
A.Sri Wahyudi .....................................................................
1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Alfian Arifin ........................................................................
15
Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Kantor Pusat
Arief Alfiandri .....................................................................
29
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Pada Bursa Efek Indonesia
Arwina Karmudiandri ............................................................
39
Pengaruh Nilai Pelanggan, Daya Tarik Iklan Dan Kompetensi Tenaga
Penjual Terhadap Loyalitas Konsumen
Dilla Noverita ......................................................................
57
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Arleen Herawaty ..................................................................
72
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Struktur
Modal Sebagai Variabel Intervening
Aries Jonathan ....................................................................
83
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intellectual Capital
Disclosure Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Anton Herdianto ..................................................................
93
Pengaruh Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Social Risk,
Physical Risk, Psychological Risk Terhadap Purchase Intention
Novrita Adriani Fitri ................................................................. 111
Pengaruh Corporate Governance, Manajemen Laba Dan
Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan
Apit Susanti ........................................................................... 131
Pengaruh Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market
To Book Value, Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio
Syafril Yurisno ........................................................................ 143
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Leverage Pada Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Indonesia
Agustinne .............................................................................. 155
Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1 Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2 Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3 Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4 Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5 Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 1-14
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH TANGIBILITY OF ASSETS, FIRM SIZE, PROFITABILITY, TAX
PROVISION, NON-DEBT TAX SHIELD, LIQUIDITY, DAN
COST OF DEBT TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA
SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2008-2012
A.SRI WAHYUDI
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of tangibility
of assets, firm size, profitability, non-debt tax shield, liquidity, and cost of
debt towards capital structure. This study was also to compare result of the
previous research within the research.Sample of this research is real estate
and property companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period
2008-2012. The purposive sampling is used as sampling technique, where 14
companies met the criteria and analyzed using descriptive statistics and
panel data regressions with random effect model to test the hypotheses.The
result of this research shows that tangibility of assets, firm size, tax
provision and liquidity influence the capital structure, while profitability,
non-debt tax shield, and cost of debt do not influence the capital structure.
Overall, the independent variables influence
capital
structure
simultaneously.
Keywords:
Tangibility of Assets, Firm Size, Profitability, Tax provision, Non
Debt Tax Shield, Liquidity, Cost of Debt, Capital Structure.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tangibility of
assets, firm size, profitability, non-debt tax shield, liquidity, dan cost of
debt terhadap capital structure.Sampel dalam penelitian ini menggunakan
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012. Empat belas perusahaan dipilih sesuai dengan kriteria
dalam penelitian menggunakan purposive sampling. Data yang dikumpulkan
dianalisa menggunakan deskriptif statistic dan panel data
regresi.Hasil
penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan dari tangibility of assets,
firm size, tax provision dan liquidity influence terhadap capital structure.
Sementara profitability, non-debt tax shield, dan cost of debt terbukti tidak
berpengaruh terhadap capital structure.
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Kata Kunci: Tangibility of Assets, Firm Size, Profitability, Tax provision,
Non Debt Tax Shield, Liquidity, Cost of
Debt,
Capital
Structure.
PENDAHULUAN
Perkembangan arus informasi
dan teknologi serta transportasi
yang cepat dalam era globalisasi
saat ini telah menjadikan ekonomi
dunia bergerak sangat dinamis
termasuk
perkembangan
dunia
usaha yang begitu pesat. Dalam
rangka
mengimplementasikan
strategi yang telah dirumuskan oleh
perusahaan,
tentunya
harus
didukung dengan sumber
daya
modal yang memadai. Menurut
Fadilah
(2011),
permasalahan
modal merupakan
salah
satu
agenda yang harus dipikirkan secara
bersama-sama oleh seluruh unsur
manajemen dalam perusahaan dan
bukan hanya menjadi
tugas
manajer
keuangan,
karena
menyangkut
seluruh
kegiatan
perusahaan. Permasalahan yang
seringkali
dihadapi
perusahaan
terkait dengan penambahan sumber
daya modal yang memadai untuk
aktivitas operasi dan aktivitas
lainnya seperti ekspansi adalah
permasalahan mengenai struktur
modal. Struktur modal merupakan
campuran hutang jangka panjang
dan
ekuitas
yang
digunakan
perusahaan (Gitman and Zutter,
2012, 508).
Pendanaan struktur modal
perusahaan dapat diperoleh melalui
debt capital dan equity capital.
Debt capital yang terdiri dari
hutang jangka panjang, sedangkan
equity capital terdiri dari preferred
stock dan common stock,
yang
mana common stock terdiri dari
common
stock
dan
retained
2
earning.
Pendanaan
dengan
menggunakan
hutang
akan
menimbulkan risiko tinggi untuk
perusahaan karena terdapat bunga
dan beban pokok yang harus
dibayarkan
sehingga
dapat
menimbulkan masalah keuangan
yang
dapat
memungkinkan
perusahaan
mengalami
kebangkrutan. Oleh karena itu
dibutuhkan struktur modal yang
optimal. Struktur modal yang
optimal dapat diartikan sebagai
struktur
modal
yang
dapat
menimalkan
biaya
penggunaan
modal secara keseluruhan dengan
cara
memaksimalkan
nilai
perusahaan. Keputusan mengenai
struktur
modal
optimal
akan
menimalkan risiko keuangan bagi
perusahaan.
Terdapat beberapa faktor
yang
mempengaruhi
struktur
modal. Faktor-faktor
tersebut
antara lain tangibility of asset,
firm
size,
profitability,
tax
provision, non-debt tax shield,
liquidity dan cost of debt. Adapun
perumusan masalah penelitiannya
adlaah apakah terdapat pengaruh
tangibility of asset, firm size,
profitability, tax provision, nondebt tax shield, liquidity dan cost
of debt terhadap struktur modal
pada sektor property dan real
estate yang go public periode tahun
2008-2012.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
kerangka teoritis dan pengembangan
hipotesis memuat tangibility of
ISSN: 1410 -9875
asset, firm size, profitability, tax
provision, non-debt tax shield,
liquidity dan cost of debt. Ketiga,
metode penelitian yang memuat
metode pemilihan sampel dan
pengumpulan
data,
definisi
operasional dan pengukuran variabel.
Keempat, hasil penelitian yang
menguraikan
analisis
dan
pembahasan temuan penelitian.
Kelima,
penutup
yang
berisi
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Struktur Modal
Gitman dan Zutter (2012,
508) berpendapat bahwa “Capital
structure is the mix of long-term
debt and equity maintained by the
firm”. Penelitian mengenai struktur
modal didominasi oleh dua teori
dasar yaitu trade-off theory dan
pecking order theory. Trade-off
theory dalam Sjahrial (2008,203204)
menyatakan
bahwa
penggunaan hutang yang semakin
besar akan meningkatkan nilai
perusahaan tetapi hanya sampai
pada batas tertentu. Setelah batas
tersebut, penggunaan hutang justru
akan menurunkan nilai perusahaan
karena kenaikan keuntungan dari
penggunaan hutang tidak sebanding
dengan kenaikan financial distress.
Sedangkan untuk
teori
pecking
order sebagai
berikut “Pecking
order is a hierarchy of financing
that begins with retained earnings,
which is followed by debt financing
dan
finally
external
equity
financing” (Gitman dan Zutter,
2012, 533).
A. Sri Wahyudi
Tangibility of assets
Berdasarkan
trade-off
theory,
Perusahaan-perusahaan
yang memiliki jumlah aset tetap
yang besar dapat memperoleh
pinjaman
dengan
mudah,
dikarenakan dengan adanya aset
tetap tersebut digunakan sebagau
sebagai jaminan yang bersifat
keamanan.
Banker
akan
menawarkan tingkat bunga yang
lebih rendah untuk perusahaan
yang memiliki aset tetap yang besar
(Afza & Hussain, 2010).
Ha1: Terdapat pengaruh tangibility
of asset terhadap struktur modal
Firm size
Berdasarkan
trade-off
theory,
perusahaan
besar
cenderung
menggunakan
pendanaan hutang dalam struktur
modalnya, dikarenakan perusahaan
besar memiliki arus kas yang stabil
dan juga resiko kebangkrutan lebih
sedikit
dibandingkan
dengan
perusahaan yang kecil (Gill et al.
2009,29).
Ha2: Terdapat pengaruh firm size
terhadap struktur modal
Profitability
Menurut pecking
order
theory
perusahaan
dengan
profitabilitas yang lebih tinggi
biasanya memiliki hutang yang
lebih
rendah
dalam
struktur
modalnya karena perusahaan dapat
menyediakan dana internal yang
lebih banyak yang dapat digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
operasionalnya mereka daripada
penggunaan hutang (Janbaz 2010,
29).
Ha3:
Terdapat
pengaruh
profitability
terhadap
struktur
modal
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Tax provision
Menurut trade-off
theory,
perusahaan
yang
memiliki
corporate
income tax
tinggi
cenderung memiliki tingkat hutang
yang tinggi pula
dikarenakan
adanya keuntungan dari tax shield
yang lebih besar dibandingkan
dengan biaya kebangkrutan, maka
perusahaan mengambil keuntungan
dari tax shield (Janbaz 2010, 30).
Ha4: Terdapat pengaruh tax
provision terhadap struktur modal
November 2014
Ha5: Terdapat pengaruh non-debt
tax shield terhadap struktur modal
Liquidity
Berdasarkan pecking order
theory, perusahaan yang memiliki
liquidity tinggi cenderung memiliki
hutang yang rendah dikarenakan
perusahaan
lebih
menyukai
pendanaan internal dalam struktur
modalnya
dibandingkan dengan
pendanaan
hutang
(Janbaz
2010,29). Ha3: Terdapat pengaruh
firm size terhadap struktur modal
Ha6: Terdapat pengaruh liquidity
terhadap struktur modal
Cost of debt
Non-debt tax shield
Berdasarkan
trade-off
theory, menunjukkan bahwa nondebt tax
shield
berhubungan
negatif terhadap tingkat hutang
Berdasarkan
trade-off
dalam struktur modal perusahaan.
theory, perusahaan yang memiliki
Dikarenakan
perusahaan
akan
cost of debt yang tinggi akan
mendapatkan pengurangan pajak
menghindari pendanaan
hutang
dalam penggunaan hutang dan non(Afza & Husaain, 2011, 225).
debt
tax
shield
merupakan
Ha3: Terdapat pengaruh cost of
pengeluaran depresiasi yang dapat
debt terhadap struktur modal
mengurangi
penggunaan
hutang
(Afza dan Hussain 2010, 224)..
Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Tangibility Of Asset (X1)
Firm Size (X2)
Profitability (X3)
Tax Provision (X4)
Struktur Modal (Y)
Non-Debt Tax Shield (X5)
Liquidity (X6)
Cost Of Debt (X7)
Gambar 1 Model Penelitian
4
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
METODE PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah sektor
property dan real estate periode
2008-2012.
Pemilihan
sampel
dilakukan dengan metode purposive
sampling,
dengan
kriteria
pengambilan
sampel
yang
diterapkan dalam penelitian ini
yaitu:
Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel
Kriteria pemilihan sampel
Perusahaan properti dan real estate yang go public, yang
terdaftar di BEI selama periode penelitian 2008-2012
Perusahaan yang tidak selalu menyajikan laporan
keuangan
Perusahaan yang tidak memiliki data keuangan yang
berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap
perusahaan yang tidak memiliki pendapatan positif
(earning after tax) selama periode penelitian 2008-2012
Perusahaan properti dan real estate yang memenuhi
kriteria
Periode Penelitian 2008-2012
Jumlah data yang dijadikan sampel
Definisi
Operasional
Pengukuran Variabel
Struktur
modal
gabungan dari
hutang
panjang
dan
ekuitas
dan
adalah
jangka
yang
Jumlah
33
(0)
(19)
(0)
14
5
70
digunakan oleh perusahaan. Dalam
penelitian ini diproksikan dengan
menggunakan debt ratio (Gitman
and Zutter 2012, 77).
Debt Ratio = Total Debt
Total
Tangibility
of
assets
merupakan aset yang dimiliki
perusahaan yang digunakan untuk
operasionalnya dan tidak dapat
dijual dalam waktu yang dekat, dan
dapat digunakan sebagai jaminan
untuk
mendapatkan
pinjaman.
Berdasarkan Gill et al. (2010,50),
dapat diproksikan dengan fixed
asset dibagi dengan total asset
yang dimiliki perusahaan. Variabel
ini merupakan skala rasio.
Tangibility of Assets= Fixed Assets
Total Assets
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
firm size
adalah
ukuran
besar atau kecilnya perusahaan
yang dapat diukur dengan market
value perusahaan. Dalam penelitian
November 2014
ini firm size dapat diproksikan
dengan logaritma natural dari total
asset (Afza &
Hussain,2011).
Variabel ini merupakan skala rasio.
Firm Size= ln of Total Assets
Profitability
adalah
hubungan antara pendapatan dan
pengeluaran yang menggunakan
asset perusahaan (current asset
dan fixed asset) untuk aktivitasnya.
Berdasarkan Gitman dan Zutter
(2012,80)
profitability
dapat
diproksikan dengan menggunakan
net profit margin. Variabel ini
merupakan skala rasio.
Net Profit Margin = Net Profit
Total Assets
Tax provision adalah pajak
yang
diperuntukkan
secara
domestik, nasional, negara bagian,
maupun lokal (termasuk pelaku
usaha/bisnis)
yang
didasarkan
pengenaan dalam pendapatannya.
Berdasarkan Damodaran (2001, 753)
tax provision dapat diukur dengan
pajak yang dibayarkan perusahaan
dibagi dengan pendapatan sebelum
pajak. Variabel ini merupakan skala
rasio.
Tax Provision = Tax Paid
Earning Before Tax
Non-debt
tax
shields
merupakan
hal-hal
selain
pelindungan pajak dari penggunaan
hutang
seperti
depresiasi,
amortisasi
dan
biaya
pengembangan.
Diukur
dengan
rumus depreciation dibagi dengan
total asset (Afza & Hussain,2011).
Non-debt tax shield memiliki skala
rasio.
Non-Debt Tax Shield = Depcreation
Total Assets
Liquidity adalah kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban jangka pendeknya pada
saat jatuh tempo. Liquidity pada
penelitian ini diukur
dengan
Current ratio (Gitman 2012,72 ).
Variable ini merupakan skala rasio.
Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities
6
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
Cost of debt adalah biaya
dari penggunaan hutang jangka
panjang yang dapat mempengaruhi
perusahaan maupun pembiayaan
ekuitas. Cost of debt pada
penelitian ini diukur
dengan
interest paid dibagi longterm debt
( Afza & Hussain, 2011). Variabel
ini merupakan skala rasio.
Cost of Debt = Interest Paid
Longterm Debt
Metode Analisa Data
Berdasarkam
model
penelitian, metode analisa data
dalam penelitian ini menggunakan
regresi panel data. Data akan
dianalisis
dengan
menggunakan
program Eviews 7.
Model regresi berganda dalam
penelitian ini yaitu:
� � �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �� �� � �
Keterangan:
Y
= Struktur Modal
βo
= Konstanta
β1 – β7 = Koefisien regresi variabel
X1 – X7
X1
= Tangibility of assets
X2
= Firm size
X3
X4
X5
X6
X7
ε
=
=
=
=
=
=
Profitability
Tax Provision
Non-debt tax shield
Liquidity
Cost of debt
Error
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Struktur Modal
Tabel 2 Statistik Deskriptif
N
Mean
Minimum Maksimum
70 0.912777 0.253600 2.269600
Standar Deviasi
0.517432
Tangibility of assets
70 0.213049
0.002600
1.023000
0.204027
Firm Size
70 15.54993
11.24200
17.02910
1.403613
Profitability
70 0.179263
0.009000
0.408600
0.078381
Tax provision
70 0.356323
0.005700
1.232100
0.206023
Non-debt tax shield
70 0.022229
0.000400
0.295800
0.044524
Liquidity
70 1.170773
0.243700
3.146300
0.702665
Cost of Debt
70 0.475489
0.004000
9.185400
1.470891
Sumber: Hasil pengolahan EViews 7.
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Uji Signifikansi Random Effect
Tabel 3 Uji Signifikansi Random Effect
Chi-Sq.
Test Summary
Statistic
Cross-section random 8.665197
Dari hasil Uji Hausman,
didapat bahwa nilai statistik uji
Hausman
adalah
8.665197,
sedangkan nilai kritis yang ada pada
tabel dengan α sebesar 0,05 dan
degree of freedom (df) 7 adalah
Chi-Sq. d.f.
Prob.
7
0.2776
14.0671. Dengan demikian, nilai
statistik < dari nilai kritis, sehingga
Ho tidak dapat ditolak. Ini berarti
bahwa model penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah model Random effect.
Uji Normalitas
Tabel 4 Uji Normalitas
Skewness
0.676984
Kurtosis
2.711068
Jarque-Bera
5.590406
Probability
0.061102
Sumber: Hasil pengolahan EViews 7.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat
dilihat bahwa nilai statistik JarqueBera
(JB)
adalah
5.590406,
sedangkan nilai Chi Squares dengan
α sebesar 0,05 dan df (2) sebesar
5,9915. Berarti, nilai statistik JB <
Uji Asumsi Klasik
nilai kritis JB, sehingga Ho tidak
dapat ditolak. Hal ini juga dapat
dilihat dari probabilitas JB yang
lebih besar α (0.061102 > 0,05),
yang berarti data berdistribusi
normal.
Uji Multikolinieritas
Tabel 5 Uji Multikolinieritas
TAN
1.000000
NDTS
Tan
0.027022
0.302651 0.004187
0.027022
0.063611 Size
1.000000
0.072880 0.461523
0.004386
1.000000 Prof
0.063611
0.508481 0.058990
Tax 0.302651 -0.508481
8
SIZE
PROF
0.004386
TAX
LIQ
DEBT
-0.144261 0.231692
0.354354 0.487640
-0.151458 0.004573
-0.042512 -
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
TAN
SIZE
PROF
TAX
NDTS
LIQ
DEBT
0.072880
1.000000 0.014819
0.294552
-0.058990
-0.120103 Ndts 0.004187 0.461523
0.014819 1.000000
0.096161
-0.151458 1.000000 Liq 0.144261 0.354354
0.042512 0.120103
0.146730
-0.004573 -0.146730 1.000000
Debt 0.231692 0.487640
0.294552 0.096161
Sumber: Hasil pengolahan EViews 7.
Tabel 5 menunjukkan semua
korelasi antara variabel independen
dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan
tidak terjadi multikolinieritas pada
model regresi, sehingga data baik
untuk digunakan.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser.
Tabel 6 Uji Glejser
Variable
C
TAN
SIZE
PROF
TAX
NDTS
LIQ
DEBT
Coefficient
1.465067
0.196231
0.014686
-1.154223
0.679888
-1.353108
-0.464605
-0.005655
Std. Error
0.874382
0.181247
0.062161
0.775787
0.758458
0.947428
0.299020
0.032474
t-Statistic
1.675546
1.082670
0.236253
-1.487810
0.896408
-1.428190
-1.553759
-0.174156
Prob.
0.0989
0.2831
0.8140
0.1419
0.3734
0.1583
0.1252
0.8623
Sumber: Hasil pengolahan EViews 7.
Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson dilakukan
untuk mendeteksi apakah terdapat
autokorelasi
penelitian.
dalam
model
Tabel 7 Uji Durbin Watson
Durbin-Watson
1.501536
stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai Durbin-Watson sebesar
1.501536. Dengan jumlah observasi
70 data dan 7 variabel independen
dapat diperolah nilai dL= 1.401 dan
du= 1.837. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak dapat diputuskan
adanya autokorelasi dalam model
penelitian.
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Tabel 8 Uji Breusch-Godfrey
Obs*R-squared
21.97238
Prob. Chi-Square(2)
0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Dari tabel 4.10 dapat dilihat
bahwa
Obs*R-squared
sebesar
21.97238, sedangkan probabilitas
sebesar
0.0000.
Maka
dapat
diartikan
dengan
probabilitas
dibawah α (0.05) maka data
mengandung masalah autokorelasi.
Uji t
Variable
Tan
Tabel 8 Uji t
Coefficient
Std. Error
0.389696
2.112586
Prob.
0.0354
Size
0.132397
2.561727
0.0104
Prof
0.183752
0.303672
0.7623
Tax
0.222608
2.166473
0.0245
Ndts
-0.879015
-0.915015
0.3634
Liq
-0.250273
-4.010921
0.0002
Debt
0.026407
0.725004
0.4709
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai probabilitas dari tangibility of
assets, firm size, tax provision, dan
liquidity kurang dari nilai alpha
0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh
tangibility of assets, firm size, tax
provision, dan liquidity terhadap
struktur modal. Sementara nilai
probabilitas dari profitability,nondebt tax shield dan cost of debt
lebih dari alpha 0,05.
Sehingga
dapat
disimpulkan
variabel
profitability,non-debt tax shield
dan cost of debt tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
Uji F
Tabel 9 Uji F
10
Variable
C
Coefficient
1.465067
Std. Error
1.675546
t-Statistic
0.0989
Prob.
1.465067
Tan
0.196231
1.082670
0.2831
0.196231
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
Variable
Size
Coefficient
0.014686
Std. Error
0.236253
t-Statistic
0.8140
Prob.
0.014686
Prof
-1.154223
-1.487810
0.1419
-1.154223
Tax
-0.652017
-3.012096
0.0038
-0.652017
Ndts
-1.353108
-1.428190
0.1583
-1.353108
Liq
-0.294959
-4.145695
0.0001
-0.294959
Debt
-0.005655
-0.174156
0.8623
-0.005655
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan tabel diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + e
SM = 1.465067 + 0.196231 tan + 0.014686 size - 1.154223 prof - 0.652017 tax 1.353108 ndts - 0.294959 liq -0.005655 debt + e
Tabel 10 Nilai Statistik F
F-Statistic
4.277686
Prob (F-Statistic)
0,000652
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Diperoleh nilai statistik F sebesar
4,277686. Nilai statistik F berada di
daerah penolakan hipotesis nol
dimana F ≥ Fα/2 (4,277686 ≥ 2,16)
sehingga dapat diputuskan bahwa
H0 ditolak. Hasil ini juga didukung
oleh nilai probabilitas sebesar
0,000652 yang kurang dari
nilai
alpha
0,05
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh tangibility of assets, firm
size, profitability, tax provision,
non-debt tax shield, liquidity dan
cost of debt secara bersama-sama
terhadap struktur modal.
PENUTUP
Dari hasil penelitian, terlihat
bahwa hanya variabel tangibility of
assets, firm size, tax provision dan
liquidity
berpengaruh
terhadap
struktur modal, sementara sisanya
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Keterbatasan
penelitian ini adalah sampel yang
digunakan dalam penelitian
ini
hanya sketor property dan real
estate yang terdaftar di bursa efek
Indonesiaperiode
2008-2012..
Selain itu, penelitian ini terbatas
pada variabel independen yaitu
tangibility of assets, firm size,
profitability, tax provision, nondebt tax shield, liquidity dan cost
of debt terhadap struktur modal.
Rekomendasi
yang dapat
diberikan untuk peneliti berikutnya
adalah
menambah
sampel
penelitian sehingga dengan begitu
jumlah data akan lebih banyak.
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Menambah
variabel
independen
yang diduga memiliki pengaruh
terhadap
variabel
dependen
struktur modal seperti di business
November 2014
risks, managerial ownership dan
dividend.
REFERENSI:
Afza, Talat, and Amer Hussain. 2011. Determinant of Capital Structure: A Case
Study of Automobile Sector of Pakistan. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business. Vol, 2 No, 10. Pp : 219-229.
Anderson, David R, Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics 11th Edition. South– Western:
CENGANGE Learning.
Baker, H. Kent, and Gerald S. Martin. 2011. Capital Structure& Corporate
Finance Decisions 10th edition. New Jersey: John Willey & Sons, Inc.
Baker,
H. Kent, and Gary E. Powell. 2005. Understanding
Management. 10th edition. USA: Dryden Press.
financial
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Fraklin Allen. 2006. Corporate
Finance 8th Edition. New York: McGraw-Hill Irwin.
Brown, Keith C., and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of Investment and
Management of Portofolio, 9th edition. Canada: South Western.
Damodaran, Aswath. 2001.
Corporate Finance Theory and Practice 2nd
Edition. Wiley and Sons, Inc.
Downess, John and Jordan Elliot Goodman. 2001. Kamus Istilah Keuangan dan
Investasi edisi ketiga. Jakarta: PT Elex Media.
Emery, Douglas R., John D. Finnerty, and John D. Stowe. 2004. Corporate
Financial Management 2nd Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Gitman, Lawrence. J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. 13th Edition. England: Pearson Education Limited.
Gujarati, D. N., and Dawn C. P. 2009. Basic Econometrics, 5th Edition. New
York: McGraw – Hill Companies, Inc.
Hair, Joseph F, and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A
Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education.
Higgins, Robert C. 2001. Analysis for Financial Management 6th Edition.
Boston: McGraw Hill.
12
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
Janbaz, Mehdi. 2010. Capital Structure Decisions in the Iranian Corporate
Sector. International Research Journal of Finance and Economics,
no.58, ISSN 1450-2887.
Keown, Arthur J. 2005. Financial Management 10th Edition.United States of
America: Pearson Prentice Hall.
Kieso, Donald E. and Friend. 2010. Intermediate Accounting 13th Edition.
United States of America: John Wiley & Sons.
Mackenzie, Bruce, Dani Coe Tapiwa Njikisana, Raymond Chamboko, and Blaise
Colyvas. 2011. Interpretation and Application International Financial
Reporting Standards. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Moyer, Charles R., James R. McGuigan, and William J. Kretlow. 2009.
Contemporary Financial Management. USA: South- Western Cengage
Learning.
Newbold, Paul., Carlson, W. L., and Throne, Betty. 2007. Statistics for
Business and Economics. 6th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th
Edition. United Kingdom: John Wiley& Sons, Ltd.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta: Mitra
Wacana Medika.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, and Bradford D.
Jordan. 2008.
th
Corporate Finance Fundamentals 8 Edition. New York: The McGrawHill Companies, Inc
White, Gerald I, Ashwinpaul C. Sondhi, and Dov Fried. 2003. The Analysis and
Use of Financial Statement 3rd Edition. United States of America: John
Wiley& Sons, Inc.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2010. Accounting
Principles, 10th edition. New Jersey : John Wiley & Sons Inc.
Widarjono, Agus. 2009 .
Yogyakarta: Ekonisia.
Ekonometrika:
Pengantar
dan
Aplikasinya.
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
14
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 15-28
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ALFIAN ARIFIN
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objectives of this research are to obtain empirical evidence
and analyze the factors that affect the dividends policy on non financial
firms listed in Indonesia Stock Exchange. The factors are earnings before
interest and tax, earnings per share, price to book value ratio, dividend
yield, firm size, debt ratio, operating cash flow, current ratio, return on
asset and sales growth. The sampling used is purposive sampling, in which the
samples are taken based on the suitable characteristics of the samples to get
representative samples. Total samples in this research is 55 non financial
firms listed in Indonesia Stock Exchange during 2008-2011. Hypothesis tested
by using multiple regression analysis. The results of this reseach showed that
earnings per share, price to book value ratio and dividend yield affected the
dividends policy, while earnings before interest and tax, firm size, debt
ratio, operating cash flow, current ratio, return on asset and sales growth
has no effect to dividends policy.
Keywords:
Dividends Policy, Earnings Per Share, Price to Book Value Ratio,
Dividend Yield
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris
dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada
perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktorfaktor tersebut adalah laba sebelum bunga dan pajak, laba per saham, Price
to Book Value Ratio, dividen yield, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas
operasi, rasio lancar, return on assets dan pertumbuhan penjualan. Sampling
yang digunakan adalah purposive sampling, dimana sampel yang diambil
berdasarkan karakteristik yang sesuai dari sampel untuk mendapatkan sampel
yang representatif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 55 perusahaan
non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2008-2011.
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa laba per saham, price to book value ratio
dan dividen yield mempengaruhi kebijakan dividen, sedangkan laba sebelum
bunga dan pajak, ukuran perusahaan, rasio utang, arus kas operasi, rasio
lancar, return on assets dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Kata kunci:
Kebijakan Dividen, Laba Per Saham, Price to Book Value Ratio,
Dividend Yield
PENDAHULUAN
Perusahaan
dikelola
oleh
manajemen dengan tujuan untuk
meningkatkan
pertumbuhan
perusahaan
dan
meningkatkan
kesejahteraan
investor
atau
pemegang saham. Dalam mencapai
tujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham
atau investor, perusahaan memiliki
kebijakan untuk
memberikan
return yang dapat sesuai dengan
harapan investor atau pemegang
saham baik dalam bentuk dividen
maupun capital gain. Menurut
Brigham (2001) dalam Sumiadji
(2011),
salah
satu
tujuan
perusahaan
adalah
untuk
memaksimumkan
kemakmuran
pemegang saham yaitu dengan
memberikan dividen.
Untuk
mencapai
tujuan
perusahaan tersebut, perusahaan
memerlukan sumber dana yang
besar. Sumber dana perusahaan
dapat diperoleh dari sumber dana
internal atau sumber
dana
eksternal.
Apabila
perusahaan
mengandalkan pendanaan investasi
untuk
pertumbuhan
perusahaan
dengan menggunakan sumber dana
internal, yaitu menggunakan laba
ditahan maka
dividen
yang
dibagikan akan menjadi berkurang.
Sebaliknya
apabila
perusahaan
menggunakan sumber
eksternal
maka ada kecenderungan bahwa
perusahaan
akan
membagikan
dividen dalam jumlah yang lebih
besar. Untuk mencapai tujuan ini,
perusahaan
harus
menetapkan
kebijakan dividen.
16
November 2014
Kebijakan
dividen
merupakan kebijakan yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan
secara seksama. Menurut Brigham
dan Gapenski (1999) dalam Deitiana
(2009) menyatakan bahwa setiap
perubahan
dalam
kebijakan
pembayaran dividen akan memiliki
dua dampak yang berlawanan.
Apabila laba yang dihasilkan akan
digunakan untuk dibagikan menjadi
dividen
secara
keseluruhan,
kepentingan
cadangan
akan
terabaikan. Sebaliknya bila laba
akan
ditahan
semua
maka
kepentingan pemegang saham akan
uang kas menjadi terabaikan.
Kebijakan
dividen
perusahaan tergambar pada dividen
per share-nya yaitu besar dividen
kas untuk setiap lembar saham.
Penetapan
kebijakan
dividen
menjadi masalah menarik karena
akan memenuhi harapan investor
sebagai salah pihak stakeholder
perusahaan, namun disisi lain
kebijakan tersebut jangan sampai
menghambat pertumbuhan apalagi
mengancam kelangsungan hidup
perusahaan.
Oleh
sebab
itu,
penentuan
kebijakan
dividen
perusahaan harus dilakukan dengan
cermat dan tepat agar kebijakan
tersebut menjadi optimal baik bagi
perusahaan maupun untuk investor.
Tujuan penelitian adalah untuk
mendapatkan
bukti
empiris
mengenai pengaruh laba sebelum
bunga dan pajak, earnings per
share, price to book value ratio,
dividend yield, ukuran perusahaan,
rasio utang, arus kas operasi, rasio
lancar, return on asset dan
ISSN: 1410 -9875
pertumbuhan penjualan
kebijakan dividen.
Alfian Arifin
terhadap
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Teori Keagenan dikemukakan
oleh Jensen dan Meckling (1976)
dalam Godfrey et al. (2010, 362)
yang mendefinisikan teori keagenan
sebagai hubungan antara agen dan
principal, dimana agen merupakan
manajemen perusahaan sedangkan
principal
merupakan
pemegang
saham perusahaan. Mengutip dari
pernyataan Tarjo dan
Hartono
(2003) dalam Dewi (2008), teori ini
menjelaskan bahwa kepentingan
manajemen
dan
kepentingan
pemegang
saham
sering
kali
bertentangan
sehingga
dapat
terjadi konflik kepentingan (agency
conflict) di antara keduanya.
Residual Dividend Theory
Weston et al. 1996 dalam ElEssa et al. (2012), menjelaskan
bahwa residual dividend theory
merupakan suatu kebijakan dimana
dividen yang dibayarkan kepada
pemegang
saham
merupakan
earnings atau laba yang dihasilkan
dikurangi dengan jumlah
alokasi
dari kebutuhan laba ditahan yang
digunakan
untuk
membiayai
pembiayaan
modal
optimal
perusahaan.
Signalling Theory
Modigliani dan Milller dalam
Pujiastuti
(2008)
menyebutkan
bahwa suatu kenaikan dividen yang
lebih tinggi dari yang diperkirakan
merupakan isyarat bagi investor
bahwa manajemen memperkirakan
peningkatan laba di masa yang akan
datang.
Sebaliknya
penurunan
dividen atau kenaikan yang lebih
kecil
dari
yang
diperkirakan
merupakan
isyarat
bahwa
manajemen meramalkan laba yang
rendah di masa yang akan datang.
Bird-in-The-Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh
Gordon dan Lintner dalam Sunarto
dan
Kartika
(2003)
yang
menyatakan bahwa investor lebih
suka menerima dividen daripada
capital gains (Brigham 1995, 469).
Demikian pula dikemukakan oleh
Alzomaia dan Al-Khadhiri (2013)
bahwa investor lebih memilih
dividen karena
risiko
kenaikan
harga
saham
lebih
besar
dibandingkan dengan penerimaan
dividen.
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Terhadap Kebijakan Dividen
Laba sebelum bunga dan
pajak merupakan laba hasil dari
operasi berjalan sebelum cadangan
untuk bunga dan pajak penghasilan.
Semakin besar laba sebelum bunga
dan
pajak
yang
dihasilkan
perusahaan, maka akan terdapat
ketersediaan cadangan yang besar
dari laba tersebut. Dengan adanya
cadangan
yang
besar,
maka
perusahaan
mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk
membagikan dividen dari cadangan
yang dihasilkan tersebut..
Earnings per Share Terhadap
Kebijakan Dividen
Earnings per share (EPS)
merupakan total keuntungan yang
diperoleh investor untuk setiap
lembar
sahamnya.
Menurut
penelitian El-Essa et al. (2012),
total keuntungan tersebut diukur
dari rasio antara laba sebelum
bunga dan pajak terhadap jumlah
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
lembar
saham
yang
beredar.
Earnings per share menunjukkan
kemampuan setiap lembar saham
yang dimiliki dalam menghasilkan
laba.
Price to Book Value Ratio
Terhadap Kebijakan Dividen
Price to book value ratio
merupakan rasio mengenai kinerja
perusahaan. Rasio ini mengukur
harga per lembar saham terhadap
nilai buku per lembar saham.
Marpaung dan Hadianto (2009)
menjelaskan bahwa dengan price to
book value yang meningkat berarti
terdapat kepercayaan yang besar
dari investor terhadap kinerja
perusahaan, sehingga perusahaan
cenderung
akan
membagikan
dividen yang lebih besar kepada
investor.
Dividend
Yield
Terhadap
Kebijakan Dividen
Dividend yield atau imbal
hasil dividen adalah rasio nilai
dividen terhadap harga saham.
Dividend yield dapat diukur dengan
membagi nilai dividen tahunan per
lembar saham dengan harga saham
per lembar. Dividend yield yang
tinggi bisa berarti harga sahamnya
masih
murah
atau
dividen
berikutnya mungkin akan lebih
rendah. Sebaliknya, dividend yield
yang rendah bisa berarti harga
sahamnya sudah mahal atau dividen
berikutnya bisa lebih tinggi.
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Kebijakan Dividen
Besar kecilnya perusahaan
merupakan salah satu faktor yang
dapat dipertimbangkan investor
dalam
melakukan
investasi.
Handayani dan Hadinugroho (2009)
menyatakan
perusahaan
yang
18
November 2014
memiliki ukuran besar akan lebih
mudah memasuki pasar modal.
Dengan akses yang lebih mudah
dalam pasar modal, maka akan
mengurangi ketergantungan mereka
pada pendanaan internal, sehingga
perusahaan
akan
memberikan
pembayaran dividen yang tinggi.
Rasio Utang Terhadap Kebijakan
Dividen
Rasio utang merupakan rasio
antara total liabilitas
terhadap
total aset. Semakin besar rasio
rasio
utang
perusahaan
menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan
perusahaan
terhadap pihak eksternal (kreditur)
dan semakin besar pula
beban
biaya biaya bunga yang harus
dibayar perusahaan. Dikutip dari
pernyataan
Parthington
(1989)
dalam Sunarto dan Kartika (2003)
yang menjelaskan bahwa tingkat
liabilitas
yang
tinggi
akan
mempengaruhi pembayaran dividen
yang semakin rendah.
Arus
Kas
Operasi
Terhadap
Kebijakan Dividen
Arus kas operasi merupakan
selisih arus kas masuk dan arus kas
keluar yang berasal dari kegiatan
operasional
perusahaan
dalam
periode tertentu yang berjangka
pendek dalam pengelolaan uang
yang dimiliki perusahaan. Jumlah
arus kas yang dihasilkan dari
aktivitas
operasi
merupakan
indikator yang menentukan apakah
kegiatan operasional perusahaan
dapat menghasilkan arus kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman,
memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar dividen,
dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendapatan.
ISSN: 1410 -9875
Rasio Lancar Terhadap Kebijakan
Dividen
Rasio lancar
merupakan
salah satu ukuran rasio likuiditas
(liquidity ratio) yang diukur untuk
menunjukkan
sejauh
mana
kewajiban
jangka
pendek
perusahaan mampu ditutupi oleh
aset lancar yang dimiliki oleh
perusahaan. Sunarto dan Kartika
(2003)
menyatakan
semakin
tingginya rasio lancar menunjukkan
keyakinan
investor
terhadap
kemampuan perusahaan membayar
dividen yang dijanjikan.
Return
on
Asset
Terhadap
Kebijakan Dividen
Return
on
asset
(ROA)
merupakan rasio yang menunjukkan
tingkat pengembalian dari bisnis
atau investasi yang telah dilakukan.
Shadalia
dan
Khalijah
(2011)
menyebutkan
perusahaan
yang
memperoleh keuntungan cenderung
Alfian Arifin
akan membayar porsi keuntungan
yang lebih besar sebagai dividen.
Semakin besar keuntungan yang
diperoleh, maka
akan
semakin
besar pula kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen.
Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Kebijakan Dividen
Dikutip
dari
pernyataan
Riyanto (2001) dalam Marpaung dan
Hadianto (2009)
menyebutkan
bahwa
pertumbuhan
penjualan
perusahaan merupakan salah satu
faktor
yang
mempengaruhi
kebijakan
dividen.
Semakin
meningkat pertumbuhan penjualan
dalam perusahaan, maka semakin
besar
kebutuhan
dana
atau
tambahan modal yang diperlukan
untuk
membiayai
pertumbuhan
perusahaan tersebut sehingga akan
memiliki rasio pembayaran dividen
yang rendah.
Model Penelitian
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Earnings Per Share
Price to Book Value Ratio
Dividend Yield
Ukuran Perusahaan
Kebijakan
Dividen
Rasio Utang
Arus Kas Operasi
Rasio Lancar
Return on Asset
Pertumbuhan Penjualan
Gambar 1 Model Penelitian
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
20
November 2014
ISSN: 1410 -9875
Pengembangan Hipotesis
Ha1 Terdapat pengaruh
laba
sebelum bunga dan pajak
terhadap kebijakan dividen
Ha2 Terdapat pengaruh earnings
per
share
terhadap
kebijakan dividen
Ha3 Terdapat pengaruh price to
book value ratio terhadap
kebijakan dividen
Ha4 Terdapat pengaruh dividend
yield terhadap kebijakan
dividen
Ha5 Terdapat pengaruh ukuran
perusahaan
terhadap
kebijakan dividen
Ha6 Terdapat
pengaruh
rasio
utang terhadap kebijakan
dividen
Ha7 Terdapat pengaruh arus kas
operasi terhadap kebijakan
dividen
No
1
2
3
4
5
6
Alfian Arifin
Ha8
Terdapat pengaruh
rasio
lancar terhadap kebijakan
dividen
Ha9 Terdapat pengaruh return on
asset terhadap kebijakan
dividen
Ha10
Terdapat
pengaruh
pertumbuhan
penjualan
terhadap kebijakan dividen
METODA PENELITIAN
Obyek
penelitian
yang
digunakan adalah perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Dengan metoda
purposive sampling, sampel dipilih
berdasarkan
kesesuaian
karakteristik yang dibutuhkan oleh
peneliti (Sekaran dan Bougie 2010,
276). Hasil dari proses pemilihan
sampel dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini:
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel Penelitian
Kriteria Sampel
Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI
secara konsisten selama tahun 2007-2012
Perusahaan
non
keuangan
yang
laporan
keuangannya tidak tutup buku pada tanggal 31
Desember selama tahun 2007-2011
Perusahaan
non
keuangan
yang
laporan
keuangannya tidak disajikan dalam mata uang
Rupiah selama tahun 2007-2011
Perusahaan non keuangan yang tidak menghasilkan
laba setelah pajak berturut-turut selama tahun
2008-2011
Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan
dividen berturut-turut selama tahun 2008-2012
Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki arus
kas operasi positif berturut-turut selama tahun
2008-2011
Total Sampel
295
(4)
(25)
(102)
(91)
(16)
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
7
8
November 2014
Perusahaan
non
keuangan
yang
tidak
mengklasifikasikan aset lancar dan liabilitas lancar
selama tahun 2008-2011
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel
Kebijakan Dividen
Dividen Per Share (DPS) =
(2)
55
������� ��� �������
������ ������ ����� ���� �������
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) = Ln (Laba Sebelum Bunga dan Pajak)
Earnings Per Share
Earnings Per Share (EPS) =
Price to Book Value Ratio
���� ������� ����� ��� �����
������ ������ ����� ���� �������
Price to Book Value Ratio (PBV) =
Dividend Yield
����� ����� ��� ������ �����
����� ���� ��� ������ �����
������� ��� ������� ��� ������ ����� �����
Dividend Yield (DY) =
����� ����� ��� ������ �����
Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan (FS) = Ln (Nilai Buku Total Aset)
Rasio Utang
Rasio Utang (DEBT) =
����� ����������
����� ����
Arus Kas Operasi
Arus Kas Operasi (OCF) = Ln (Arus Kas Operasi)
Rasio Lancar
Rasio Lancar (CR) =
Return on Asset
���� ������
���������� ������
Return on Asset (ROA) =
Pertumbuhan Penjualan
���� ������� �����
����� ����
Pertumbuhan Penjualan (SG) =
��������� �
�
��������� ���
��������� ���
HASIL PENELITIAN
Hasil dari pengujian statistik deskriptif dapat dilihat di tabel 2 di bawah
ini:
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel
DPS
EBIT
EPS
PBV
22
N
220
220
220
220
Minimum
0,4200
22,3038
16,0695
0,0437
Maximum
24074
30,9074
32296,4879
38,9694
Mean
934,9721
26,7916
1694,1894
2,4475
Std.
Deviation
3124,5538
1,8231
4358,9728
4,6961
ISSN: 1410 -9875
Variabel
DY
FS
DEBT
OCF
CR
ROA
SG
Alfian Arifin
N
220
220
220
220
220
220
220
Minimum
0,0035
24,8502
0,0805
19,5269
0,0799
0,0033
-0,2726
Maximum
2,9090
32,6648
0,9481
31,0504
11,7428
0,4165
0,7498
Mean
0,1568
28,5701
0,3897
26,4529
2,9322
0,1386
0,1547
Std.
Deviation
0,3300
1,6873
0,1819
2,0422
2,3114
0,0945
0,1794
Sumber: Hasil Pengolahanz Data SPSS 19
Uji normalitas ini dilakukan
dengan menggunakan uji One
Sample
Kolmogorov-Smirnov
dengan alpha 0,05 untuk melihat
normalitas data yang akan diuji.
Hasil uji normalitas data residual
menunjukkan
nilai
asymp.sig
sebesar 0, 000, dimana nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05
artinya
variabel
pengganggu
memiliki distribusi tidak normal
sehingga perlu
dilakukan
uji
outlier.
Uji
outlier
dilakukan
dengan
menggunakan
z-score
dengan nilai di atas 3 dan di bawah
-3, sehingga peneliti mengeliminasi
sebanyak 28 data.
Hasil
dari
uji
outlier
menunjukkan
nilai
asymp.sig
sebesar
0,000,
dimana
nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05
artinya variabel pengganggu setelah
dilakukan uji outlier tetap memiliki
distribusi tidak normal. Peneliti
memutuskan untuk menggunakan
data awal sebanyak
220 data
dengan pertimbangan bahwa data
yang lebih banyak akan lebih baik
untuk digunakan dalam penelitian
karena
lebih
menggambarkan
populasi.
Pengujian
autokorelasi
dalam penelitian ini menggunakan
uji Bruesch-Godfrey dimana hasil
yang diperoleh menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,478 dimana
lebih besar dari 0,05 maka tidak
terjadi
autokorelasi
dalam
penelitian ini.
Pengujian Heteroskedastisitas
dalam
penelitian ini menggunakan uji
Glejser. Dapat disimpulkan bahwa
regresi
ini
mengandung
heteroskedastisitas
dikarenakan
variabel earnings per share dan
dividend yield mempunyai nilai sig
lebih kecil dari 0,05.
Hasil
pengujian
multikolinearitas pada
model
regresi ini menunjukkan bahwa
variabel laba sebelum bunga dan
pajak, memiliki nilai tolerance
sebesar 0,011 dan VIF sebesar
90,722, variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai tolerance sebesar
0,013 dan VIF sebesar 79,737 dan
variabel return on asset memiliki
nilai tolerance sebesar 0,069 dan
VIF
sebesar
14,518.
Dapat
disimpulkan dalam model regresi ini
mengandung
multikolinearitas
dikarenakan variabel laba sebelum
bunga dan
pajak,
ukuran
perusahaan dan return on asset
mempunyai nilai tolerance lebih
kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih
besar dari 10.
Hasil uji analisis koefisien
korelasi menunjukkan
nilai
R
sebesar 0,967, dimana nilai R
tersebut lebih besar dari 0,5,
artinya hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen,
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
yaitu kebijakan dividen dengan laba
sebelum bunga dan pajak, earnings
per share, price to book value
ratio,
dividend yield,
ukuran
perusahaan, rasio utang, arus kas
operasi, rasio lancar, return
on
asset dan pertumbuhan penjualan
adalah kuat.
Hasil uji analisis koefisen
determinasi
menunjukkan
nilai
Adjusted R Square sebesar 0,933.
Secara statistik hal ini berarti
bahwa variasi variabel dependen
yaitu kebijakan dividen dapat
dijelaskan
oleh
variabel
independen yaitu laba sebelum
bunga dan pajak, earnings per
share, price to book value ratio,
dividend yield, ukuran perusahaan,
rasio utang, arus kas operasi, rasio
lancar, return on asset dan
pertumbuhan penjualan sebesar
93,3% dan sisanya sebesar 6,7%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang dianggap tetap dan tidak
dimasukkan ke
dalam
model
regresi.
Hasil uji F menunjukkan
tingkat signifikansi sebesar 0,000,
dimana tingkat signifikansinya lebih
kecil dari 0,05. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa model regresi
dalam
penelitian
ini
layak
digunakan untuk menguji data
karena menggambarkan model fit
dari persamaan regresi.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi untuk setiap variabel
independen yang digunakan untuk
menguji
hipotesis.
Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan
variabel independen yang memiliki
pengaruh
secara
individual
terhadap kebijakan dividen adalah
earnings per share, price to book
value ratio dan dividend yield.
Nilai signifikansi dari masing-masing
variabel independen adalah 0,000;
24
November 2014
0,001; 0,040. Nilai ini lebih kecil
dari nilai aplha (0,05). Variabel
yang tidak memiliki pengaruh
terhadap kebijakan dividen adalah
laba sebelum bunga dan pajak,
ukuran perusahaan, rasio utang,
arus kas operasi, rasio lancar,
return on asset, dan pertumbuhan
penjualan.
PENUTUP
Hasil pengujian menyatakan
bahwa earnings per share (EPS),
price to book value ratio (PBV) dan
dividend yield (DY) berpengaruh
terhadap
kebijakan
dividen,
sedangkan laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT), ukuran perusahaan
(FS), rasio utang (DEBT), arus kas
operasi (OCF), rasio lancar (CR),
return
on
asset
(ROA)
dan
pertumbuhan penjualan (SG) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Dalam
penelitian
ini
terdapat
keterbatasan
yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil
penelitian,yaitu:
1. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
periode
penelitian selama 4 (empat)
tahun yaitu dari tahun 2008
sampai dengan 2011
2. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
10
(sepuluh)
variabel independen
3. Pada penelitian ini data yang
digunakan tidak terdistribusi
normal.
4. Pada penelitian ini terjadi
heteroskedastisitas
untuk
variabel earnings per share dan
dividend yield serta terdapat
multikolinearitas
untuk
variabel laba sebelum bunga
dan pajak, ukuran perusahaan
dan return on asset.
ISSN: 1410 -9875
Berdasarkan keterbatasan di
atas maka penulis memberikan
beberapa
rekomendasi
untuk
penelitian selanjutnya, antara lain
sebagai berikut:
1. Penelitian
selanjutnya
diharapkan mengambil rentang
waktu yang lebih
panjang
menjadi 6
(enam)
tahun
sebagai
periode
tahun
penelitian.
2. Peneliti
selanjutnya
dapat
mempertimbangkan
untuk
menambahkan variabel lain
seperti collateral asset, insider
ownership dan price earning
ratio.
Alfian Arifin
3.
4.
Peneliti selanjutnya sebaiknya
menambahkan jumlah
data
sampel
penelitian
untuk
menghindari
data
tidak
terdistribusi normal.
Peneliti selanjutnya sebaiknya
melakukan transformasi data
atau
menambahkan
jumlah
data sampel penelitian untuk
menghindari
adanya
heteroskedastisitas. Selain itu,
peneliti selanjutnya sebaiknya
mengeliminasi
salah
satu
variabel dari tiga variabel
independen
yang
terdapat
multikolinearitas
dalam
penelitian ini.
REFERENSI
Alzomaia, Turki SF dan Ahmed Al-Khadhiri. 2013. Determination of dividend
policy: the evidence from Saudi Arabia. International Journal of
Business and Social Science. Vol. 4, No. 1.
Arilaha, Mohammad A. 2009. Pengaruh free cash flow, profitabilitas,
likuiditas, dan leverage terhadap kebijakan dividen. Jurnal Keuangan
dan Perbankan Vol. 13, No. 1, hlm. 78-87.
Brigham, Eugene F. 1995. Fundamentals of financial management (13th
Edition). United States of America: The Dryden Press.
Copeland, Thomas E., J. Fred Weston dan Kuldeep Shastri. 2005. Financial
theory and corporate policy (4th Edition). United States of America:
Pearson Addison Wesley
Darminto. 2007. Factors influencing dividend policy. Jurnal Administrasi
Bisnis Vol. 1, No. 2, hlm. 110-122.
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen kas.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 1, hlm. 57-64.
Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan
institutional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan
terhadap kebijakan dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 10, No. 1,
hlm. 47-58.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
El-Essa, Mohammad Salim, Mohammad M. Hameedat, Jamal A. Altaraireh dan
Mousa A. Nofal. 2012. A worthy factors affecting dividends policy
decisions an empirical study on industrial corporations listed in Amman
Stock Exchange. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In
Business Vol. 4, No. 5.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program
Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
SPSS.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes.
2010. Accounting theory (7th Edition). Queensland: Wiley & Son
Australia, Ltd.
Handayani, Dwi R. dan Bambang Hadinugroho. 2009. Analisis pengaruh
kebijakan manajerial, kebijakan hutang, return on asset, ukuran
perusahaan terhadap kebijakan dividen. Fokus Manajerial Vol. 7, No. 1,
hlm. 64-71.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Research method for business
(1th Edition). Yogyakarta: BPFE.
Jaya, Ketut Asmara. 2012. Hubungan laba bersih dan arus kas operasi
terhadap dividen kas. Jurnal Akuntansi Vol. 16, No. 3, hlm. 380-389
Khan, Yousuf. 2009. Cash flow as determinants of dividens policy in mature
firms: evidence from FTSE 250 and AIM listed firms. Working Paper
Series. London South Bank University.
Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis pengaruh cash position, debt to
equity ratio, dan return on assets terhadap dividend payout ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, hlm. 1-6.
Marpaung, Elyzabet Indrawati dan Bram
Hadianto.
2009.
Pengaruh
profitabilitas dan kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen.
Jurnal Akuntasi Vol. 1, No. 1, hlm. 70-84.
Masdupi, Erni. 2012. Pengaruh insider ownership, struktur modal, dan
pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen
perusahaan
syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Economac, Vol.12, hlm.
9 -14.
Megginson, William L., 1997. Corporate finance theory. Amsterdam: AddisonWesley, Inc.
Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang, ROA, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen: Studi
1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2,
hlm. 103-123.
26
ISSN: 1410 -9875
Alfian Arifin
Parica, Roni, Zulbahridar, dan Rusli. 2012. Pengaruh laba bersih, arus kas
operasi, likuiditas, dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan automotive dan allied product yang terdaftar di BEI. Jurnal
Akuntansi Universitas Riau Vol. 2, No. 1.
Pujiastuti, Triani. 2008. Agency cost terhadap kebijakan dividen
pada
perusahaan manufaktur dan jasa yang go public di Indonesia. Jurnal
Keuangan dan Perbankan Vol.12, No.2, hlm 183-197.
Purwanti, Dwi dan Peni Sawitri. 2011. Dampak rasio keuangan terhadap
kebijakan dividen. Jurnal Bisma Vol.3, No.2.
Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh free cash flow terhadap dividend policy.
Working paper in Accounting and Finance. Oktober, hlm. 1-9.
Sadalia, Isfenti dan Khalijah. 2011. Analisis faktor yang mempengaruhi
dividend per share pada industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ekonom Vol. 14, No.4.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2011. Research methods for business (5th
Edition. United Kingdom: John Willey & Sons, Ltd, Publication.
Sukri, Yandi. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout
ratio pada industri food dan beverage, property dan real estate di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Managemen dan Kewirausahaan, Vol. 1, No.
2.
Sumiadji. 2011. Analisis variabel keuangan yang mempengaruhi kebijakan
dividen. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol.3, No. 2, hlm. 129-138.
Sunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
dividen kas di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 10,
No. 1, hlm. 67-82.
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
28
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 29-38
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI
DAN STRES KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN KANTOR PUSAT
ARIEF ALFIANDRI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The aim of the study was to analyze and determine the influence
of leadership, motivation, and job stress on employees’ performance.
Sampling technique was saturated samples (census). Data was analyzed with
multiple linear regression with SPSS for windows program.The result of the
research indicated that leadership, motivation, and job stress simultaneously
have significant effect on employees’ performances with determination value
of 14,2%. Leadership, Motivation, and Job Stress partially has significant
effect on employee performance.
Keywords: Leadership, Motivation, Job Stress, and employee performance
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menentukan
pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan stress kerja terhadap kinerja
karyawan. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus dan data penelitian
dianalisa dengan metode regresi melalui program SPSS. Hasil penelitian
menunjukan bahwa semua variable independen (kepemimpinan, motivasi,
dan stress kerja) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
Kata kunci: kepemimpinan, motivasi, stress kerja, kinerja karyawan
dan
dapat
memenangkan
persaingan tersebut. Perekonomian
Indonesia yang sekarang ini semakin
terbuka
dan
memaksakan
perusahaan untuk bersaing dengan
perusahaan sejenisnya, baik dalam
negeri maupun luar negeri juga
memerlukan manajemen yang baik
agar dapat memberikan pelayanan
kepada publik atau masyarakat
dengan baik pula.
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, suatu
perusahaan pastinya memerlukan
manajemen
yang
baik
yang
berkaitan dengan usaha-usahanya
untuk mencapai tujuan
tertentu
bagi perusahaan. Perusahaan perlu
meningkatkan
kemampuan
dan
kualitas sumber daya manusianya
untuk
mengahadapi
segala
tantangan agar dapat bertahan,
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Dalam
mempertahankan
kelangsungan
hidup
dan
pengembangan
perusahaan,
perusahaan harus dapat saling
berinteraksi antara satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Untuk
dapat
bertahan, maka koordinasi
di
dalam
maupun
di
luar
perusahaan harus dilaksanaakan
dengan
baik,
yang
dapat
mengarahkan
pada
pencapaian
tujuannya. Menghadapi persaingan
dengan
perusahaan
lain,
perusahaan
harus
mampu
melakukan suatu perubahan ke
arah
perbaikan.
Masalah
kepemimpinan
dalam
suatu
organisasi pun merupakan
salah
satu faktor yang dapat menentukan
berhasil atau tidaknya suatu tujuan
perusahaan yang dicapai, sebab
kepemimpinan
yang
sukses
menunjukkan
dimana
seorang
pemimpin itu harus mampu untuk
mengantisipasi perubahan dalam
proses
pengelolaan
organisasi,
dapat
mengoreksi
kelemahankelemahan yang timbul didalam
organisasi, dan sanggup membawa
organisasi kepada sasaran dalam
jangka
waktu
yang
sudah
ditetapkan.
Menurut
Daft
(2011;
5),
“Leadership is
an
influence
relationship among leaders and
followers who intend real changes
and outcomes that reflect their
shared purposes”. (Kepemimpinan
adalah
kemampuan
untuk
mempengaruhi hubungan antara
pemimpin dengan bawahannya yang
bermaksud
untuk mewujudkan
perubahan
yang
nyata yang
mencerminkan tujuan bersama).
Tanpa sebuah kepemimpinan di
dalam organisasi, hubungan antara
tujuan perseorangan dan tujuan
30
November 2014
organisasi mungkin menjadi lemah.
Keadaan
seperti
ini
dapat
menimbulkan situasi yang negatif
terhadap
karyawan.
Karyawan
hanya
dapat
bekerja
untuk
mencapai tujuan pribadinya, bukan
secara
keseluruhan
sehingga
organisasi menjadi tidak efisien
dalam mencapai sasarannya. Oleh
karena itu, kepemimpinan sangat
diperlukan bila perusahaan ingin
mencapai
sukses.
Setiap
perusahaan juga
dituntut
agar
dapat
mengoptimalkan
sumber
daya
manusia
dan
dapat
menentukan
bagaimana
sumber
daya manusia itu dapat dikelola
dengan baik. Pengelolaan sumber
daya manusia pun tidak terlepas
dari
faktor
karyawan
yang
diharapkan, agar dapat berprestasi
sebaik mungkin demi mencapai
tujuan
perusahaan,
karena
karyawan merupakan sebuah asset
utama dalam suatu organisasi yang
mempunyai peran yang strategis
didalam organisasi yaitu sebagai
pemikir,
perencanaan,
dan
pengendali aktivitas
organisasi.
Demi tercapainya tujuan organisasi,
karyawan
memerlukan
motivasi
yang tinggi agar dapat bekerja
lebih rajin. Melihat pentingnya
karyawan dalam organisasi, maka
karyawan
diperlukan
perhatian
yang lebih serius terhadap tugas
yang dikerjakan, sehingga tujuan
organisasi pun dapat tercapai.
Menurut
Daft
(2011,
p200)
menyatakan bahwa “Motivation is
the power from within or outside
of a person who stimulates
enthusiasm and perseverance to
continue to perform a particular
action”. Motivasi kerja yang tinggi,
akan memberikan rasa semangat
pada karyawan dan karyawan akan
lebih giat didalam melaksanakan
ISSN: 1410 -9875
pekerjaannya. Sebaliknya, jika
motivasi kerja
yang rendah
karyawan
tidak
mempunyai
semangat
bekerja,
mudah
menyerah, dan kesulitan dalam
menyelesaikan
pekerjaannya.
Karyawan dapat termotivasi dengan
mengembangkan tanggung jawab
bersama guna mencapai tujuan
organisasi, ataupun sebaliknya.
Selain faktor kepemimpinan, dan
motivasi, stress kerja pun juga
merupakan faktor yang memang
harus diperhatikan dalam suatu
organisasi, karena stress kerja
merupakan suatu proses yang
menyebabkan
seseorang
dapat
merasa sakit, tidak nyaman atau
tegang karena pekerjaan, tempat
kerja atau situasi kerja tertentu
serta reaksi
seseorang secara
psikologi,
fisiologi,
maupun
perilaku bila seseorang mengalami
ketidak-seimbangan
antara
tuntutan yang dihadapi dengan
kemampuannya untuk memenuhi
tuntutan tersebut dalam jangka
waktu tertentu. Robbins (2003,
793) menyatakan bahwa stress
adalah kondisi
dinamik yang
didalamnya individu menghadapi
peluang, kendala, tuntutan yang
terkait dengan apa yang sangat
diinginkannya dan yang hasilnya
dipersepsikannya sebagai tidak
pasti tetapi penting.
Pekerjaan
yang terlalu sulit serta keadaan
sekitar yang monoton juga akan
dapat menyebabkan stres dalam
bekerja di beberapa Perusahaan.
Masalah Stres kerja di
dalam
kehidupan organisasi perusahaan
menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai
timbulnya
tuntutan untuk efisien di dalam
pekerjaan. Akibatadanya stres
kerja tersebut
seseorang akan
menjadi
nervous, merasakan
Arief Alfiandri
kecemasan
yang
kronis,
peningkatan ketegangan
pada
emosi, proses beriikir dan kondisi
fisik individu. Selain itu, sebagai
hasil dari adanya stres kerja
karyawan
mengalami
beberapa
gejala stres yang dapat mengancam
dan mengganggu pelaksanaan kerja
mereka, seperti : mudah marah dan
agresi, tidak dapat relaks, emosi
yang tidak stabil, sikap tidak mau
bekerja sama, perasaan tidak
mampu terlibat, dan
kesulitan
dalam tidur. Namun tidak dapat
disangka bahwa
stres
dalam
bekerja pastinya akan terjadi pada
setiap individu karyawan. Mereka
akan
mengalami
stres
karena
dipengaruhi dari pekerjaan itu
sendiri maupun lingkungan tempat
dimana karyawan tersebut bekerja.
Seseorang yang mengalami stres
dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan
pekerjaannya
dengan baik. Peran perusahaan
disini muncul untuk memperhatikan
setiap kondisi kejiwaan (stres) yang
dialami oleh karyawannya.
Untuk itu dibutuhkan suatu kinerja
yang baik, yang dapat menciptakan
kinerja
yang
tinggi,
serta
dibutuhkan
adanya
peningkatan
kerja yang optimal yang mampu
mendayagunakan potensi sumber
daya manusia yang dimiliki oleh
karyawan untuk
menciptakan
tujuan organisasinya,
sehingga
dapat
memberikan
kontribusi
positif
bagi
perkembangan
organisasi.
Untuk
meningkatkan
kinerja
karyawan
perlunya
perhatian terhadap sumber daya
manusia, agar karyawan dapat
bekerja secara efisien yang dapat
menampilkan
kinerja
yang
memberikan sumbangan terhadap
produktivitas, karena hal tersebut
merupakan masalah yang mendasar
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
dari berbagai konsep manajemen
dan
kepemimpinan.
Kinerja
mengacu
pada
prestasi
kerja
karyawan yang diukur berdasarkan
standard atau kriteria yang telah
ditetapkan oleh organisasi.
Menurut
Robbins
(2001,
52)
mengemukakan
bahwa
kinerja
sebagai suatu kinerja yang dapat
mempengaruhi
secara
langsung
tingkat
kinerja
dan
kepuasan
seseorang
karyawan
lewat
kesesuaian kemampuan pekerjaan.
Kemampuan yang harus dapat
dipertimbangkan
disamping
motivasi, sedangkan tingkat-tingkat
kinerja yang tinggi sebagian besar
merupakan fungsi dari absennya
rintangan-rintangan yang menjadi
kendala karyawan itu.
Menurut
Rahmila Sari (2009),
“Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi
Kerja Dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan
Pada
Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang
Makassar”.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
kepemimpinan, motivasi dan stress
kerja secara simultan berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan
dengan
determinasi
sebesar
0,345
atau
34,5%.
Kepemimpinan, motivasi dan stress
kerja secara parsial berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan. Variabel yang dominan
berpengaruh
terhadap
kinerja
karyawan
adalah
variable
kepemimpinan.
Pada
PT.
Askrindo,
karyawan
dituntut agar menyelesaikan tugas
dan mampu bekerja dengan penuh
semangat untuk mencapai target
yang ditentukan. Dalam hal ini,
motivasi pada karyawan bisa saja
menjadi berkurang, kepemimpinan
pun dapat tidak sesuai dan
karyawan dapat mengalami stres
32
November 2014
yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan
dalam
melaksanakan
pekerjaannya.
PT. (Persero) Asuransi
Kredit
Indonesia
atau
PT.
Askrindo
(Persero) merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam asuransi atau
penjaminan, tidak dapat dipisahkan
dari pembangunan ekonomi Bangsa
dan Negara Republik Indonesia.
Sesuai dengan Visi dan Misinya, PT.
Askrindo
(Persero)
senantiasa
menjalankan peran dan fungsinya
sebagai
Collateral
Subtitution
Institution,
yaitu
lembaga
penjamin
yang
menjembatani
kesenjangan antara UMKM yang
layak namun tidak memiliki agunan
cukup untuk memperoleh kredit
dengan lembaga keuangan, baik
perbankan maupun lembaga nonbank
(feasible
tetapi
tidak
bankable). PT. Askrindo senantiasa
mengembangkan sayap usahanya
untuk memberikan layanan yang
prima,
dengan
didukung oleh
beberapa Kantor Cabang
dan
Kantor
Unit
Pelayanan,
yang
berjumlah 50 Kantor yang tersebar
di 20 Provinsi seluruh Indonesia.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kepemimpinan
Menurut
Daft
(2011;
5),
“Leadership
is
an
influence
relationship among leaders and
followers who intend real changes
and outcomes that reflect their
shared purposes”.
Menurut Rivai (2003), definisi
kepemimpinan secara luas meliputi
proses
mempengaruhi
dalam
menentukan
tujuan
organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan
ISSN: 1410 -9875
budayanya.
Selain
itu
juga
mempengaruhi
interpretasi
mengenai perisiwa-peristiwa para
pengikutnya, pengorganisasian, dan
aktivitas untuk mencapai sasaran,
memelihara hubungan kerja sama
dan kerja kelompok, perolehan
dukungan dan kerja sama dari
orang-orang di luar kelompok atau
organisasi.
Jadi, kepemimpinan merupakan
proses yang mempengaruhi dan
dipengaruhi
antara
pemimpin
dengan bawahannya dalam suatu
kelompok atau organisasi menuju
tercapainya sebuah sasaran.
Motivasi Kerja
Robbins (2008) menyatakan bahwa
motivasi
(motivation)
sebagai
proses
yang
menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai
suatu tujuan.”
Kreitner dan Kinicki (2008, 210)
mendefinisikan “Motivasi adalah
kumpulan proses psikologis yang
menyebabkan pergerakan, arahan,
dan kegigihan dari sikap sukarela
yang mengarah pada tujuan.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu proses
yang menjelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seseorang individu
untuk mencapai suatu tujuan.
Stres Kerja
Robbins (2003, 793) menyatakan
bahwa stress adalah
kondisi
dinamik yang didalamnya individu
menghadapi
peluang,
kendala,
tuntutan yang terkait dengan apa
yang sangat diinginkannya dan yang
hasilnya dipersepsikannya sebagai
tidak pasti tetapi penting.
Gibson (2003, 7) mengemukakan
bahwa
“Stress
kerja
dikonseptualisasi dari
beberapa
titik pandang, yaitu stress sebagai
Arief Alfiandri
stimulus, stress sebagai respon dan
stress sebagai stimulus-respon.”
Luthans (2003, 8) mendefinisikan
Stress sebagai tanggapan
dalam
menyelesaikan
diri
yang
dipengaruhi
oleh
perbedaan
individu dan proses psikologis,
sebagai konsekuensi dan tindakan
lingkungan, situasi atau peristiwa
yang terlalu banyak mengadakan
tuntutan psikologis dan
fisik
seseorang.
Jadi, stres kerja dalam penelitian
ini merupakan suatu tanggapan
dalam menyelesaikan diri yang
dipengaruhi
oleh
perbedaan
individu dan proses psikologis,
sebagai konsekuensi dan tindakan
lingkungan, situasi atau peristiwa
yang terlalu banyak mengadakan
tuntutan
psikologis
dan
fisik
seseorang.
Kinerja Karyawan
Menurut Kreitner dan Kinicki (2008,
p36) Kinerja adalah nilai dari
sekelompok perilaku karyawan yang
berkontribusi, baik positif atau
negatif, terhadap
pencapaian
tujuan organisasi.
Robbins (2001, 52) mengemukakan
bahwa kinerja sebagai “suatu
kinerja yang dapat mempengaruhi
secara langsung tingkat kinerja dan
kepuasan
seseorang
karyawan
lewat
kesesuaian
kemampuan
pekerjaan.”
Kemampuan
harus
dapat dipertimbangkan disamping
motivasi, sedangkan tingkat-tingkat
kinerja
yang
tinggi
sebagian
merupakan fungsi dari absennya
rintangan-rintangan yang menjadi
kendala karyawan itu.
Jadi, kinerja merupakan suatu
catatan atas hasil produksi pada
fungsi pekerjaan yang spesifik atau
aktivitas selama periode waktu
tertentu.
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
MODEL PENELITIAN
Perumusan Hipotesis
H01: Tidak terdapat pengaruh
Kepemimpinan terhadap Kinerja
Karyawan
Ha1: Terdapat pengaruh Gaya
Kepemimpinan terhadap Kinerja
Karyawan
H02: Tidak terdapat pengaruh
Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Karyawan
Ha2: Terdapat pengaruh Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Karyawan
H03: Tidak terdapat pengaruh
Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Karyawan
Ha3: Terdapat pengaruh Stres Kerja
terhadap Kinerja Karyawan
H04: Tidak terdapat pengaruh
Kepemimpinan, Motivasi Kerja
dan
Stres
Kerja
secara
bersama-sama
terhadap
Kinerja Karyawan
Ha4:
Terdapat
pengaruh
Kepemimpinan, Motivasi Kerja
dan
Stres
Kerja
secara
bersama-sama
terhadap
Kinerja Karyawan
METODE PENELITIAN
34
Metode
yang
digunakan pada
penelitian ini menggunakan bentuk
penelitian yang bersifat deskriptif
dan asosiatif kausal. “Descriptive
study is a study that undertaken to
ascertain and be able to describe
the characteristics of the variables
of interest in situation.” (Sekaran
dan Bougie 2009, 105).
Penelitian
asosiatif
kausal
merupakan rumusan masalah yang
bersifat
menanyakan
hubungan
antara dua variabel atau lebih,
mengenai hubungan sebab akibat
(Sugiyono 2009, 55). Populasi
penelitian ini adalah karyawan
Pada Kantor Pusat PT. Askrindo
yang terdiri dari 450 karyawan.
Penelitian ini menggunakan sampel
untuk mewakili populasi. Menurut
Sugiyono (2009, 116) sampel adalah
bagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki
oleh
populasi
tersebut.
Teknik
pengambilan
sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah Sampling
Jenuh. Menurut Sugiyono (2010)
teknik ini digunakan bila semua
anggota populasi digunakan sebagai
sample. Untuk memperoleh data
yang dibutuhkan dapat dilakukan
ISSN: 1410 -9875
Arief Alfiandri
dengan
membagikan
kuesioner
kepada responden, dokumentasi,
dan observasi
Uji Validitas
Uji validitas adalah sejauh mana
kecermatan atau ketepatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Dengan kata lain, bahwa
suatu tes atau instrumen pengukur
dapat
dikatakan
mempunyai
validitas
tinggi
apabila
alat
menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan
maksud
dilakukan
pengukuran
tersebut.
Sugiyono
(2004: 116), instrument dikatakan
valid jika nilai koefisien korelasi
skor butir dengan skor total r > 0,3,
sebaliknya tidak valid jika nilai
koefisien korelasi skor butir dengan
skor total r < 0,3. Dalam penelitian
ini, r-hitung > r-tabel sehingga data
dapat dikatakan valid.
Uji Realibiltas
Suatu instrumen juga harus reliable
(handal),
instrumen
dikatakan
reliable apabila alat tersebut dapat
memberikan
hasil
ukur
yang
konsisten
jika
dilakukan
oleh
seseorang beberapa kali. Dalam
penelitian
akan
dilakukan
uji
reliabilitas dengan
menggunakan
nilai Alpha Cronbach yaitu suatu
instrumen
dikatakan
reliable,
apabila nilai Alpha Cronbach > 0,60
(Sugiono, 2008) dengan rumus:
Keterangan:
rii = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan
Si2 = Jumlah varians butir
St2 = Varians total
Variabel
Cronbach
Alpha
α
Hasil
Kepemimpinan (X1)
0.6180
0,6
Reliabel
Motivasi (X2)
0.6375
0,6
Reliabel
Stres Kerja (X3)
0.7713
0,6
Reliabel
Kinerja
(Y)
0.7242
0,6
Reliabel
Karyawan
Dalam penelitian ini
mempunyai
nilai cronbach alpha > 0.60 dan
dapat dikatakan reliabel.
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
PEMBAHASAN
Berdasarkan
analisis
regresi
berganda
diperoleh
model
persamaan regresi sebagai berikut:
“ Y = 41.724 + 0.087X1 + 0.197X2
– 0.229X3 + e “
Berdasarkan hasil penelitian, Nilai
koefisien determinasi dapat dilihat
dari nilai R Square sebesar 0,142
yang berarti variasi variabel tidak
bebas (kinerja) dapat dijelaskan
oleh
variasi
variabel
bebas
(kepemimpinan, motivasi kerja dan
stress kerja) adalah sebesar 14,2%,
sedangkan sisanya 99,858 % yang
dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang dianggap tetap, yang tidak
dimasukkan di dalam model regresi.
Nilai R2 sebesar 0,168 yang berarti
variasi
variabel
tidak
bebas
(kinerja) dapat dijelaskan oleh
variasi
variabel
bebas
(kepemimpinan, motivasi kerja dan
stress kerja) adalah sebesar 16,8%,
sedangkan sisanya 83,2 % yang
dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
Tingkat hubungan antara variabel
kepemimpinan, motivasi, dan stress
kerja mempunyai kekuatan yang
baik dalam pencapaian kinerja yang
baik pula (R) yakni sebesar 0,409
atau 40,9%.
Dalam
uji
hipotesis,
peneliti
menggunakan
rumus
regresi
berganda yang dimana kita melihat
di hasil uji T atau uji parsial. Dari
hasil uji T terdapat thitung X1,X2 dan
X3. Pada thitung
X1 (variabel
Kepemimpinan)
menghasilkan
sebesar (-1,984) atau 1,984 untuk
tingkat signifikansi 5% dan pada
tabel 4.15 diperoleh thitung sebesar
1,480. Karena thitung terletak di
wilayah penerimaan Ha artinya
terdapat pengaruh antara variabel
kepemimpinan terhadap kinerja
36
November 2014
karyawan pada kantor pusat PT.
Askrindo. Maka dari hasil di atas
menentukan bahwa H1 berpengaruh
positif dan signifikan. Jadi, Ha1
diterima.
Pada thitung X2 (Variabel Motivasi)
menghasilkan sebesar (-1,984) atau
1,984 untuk tingkat signifikansi 5%
dan pada tabel 4.17 diperoleh thitung
sebesar 1,315. Karena
thitung
terletak di wilayah penerimaan Ha
artinya terdapat pengaruh antara
variabel motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan pada kantor pusat
PT. Askrindo. Maka dari hasil di
atas
menentukan
bahwa
Ha2
berpengaruh positif dan signifikan.
Jadi, Ha2 diterima.
Pada thitung X3 (Variabel Stres kerja)
menghasilkan sebesar (-1,984) atau
1,984 untuk tingkat signifikansi 5%
dan pada tabel 4.19 diperoleh thitung
sebesar (-2,575). Karena thitung
terletak di wilayah penerimaan Ha
artinya terdapat pengaruh antara
variabel stress kerja terhadap
kinerja karyawan pada kantor pusat
PT. Askrindo. Maka dari hasil di
atas
menentukan
bahwa
H3
berpengaruh positif dan signifikan.
Jadi, Ha3 diterima.
Dan untuk menjawab Ha4, maka
dapat dilihat dari hasil uji F,
penelitian
dapat
ditentukan
berpengaruh atau tidak untuk
secara simultan atau keseluruhan.
Dari hasil uji F, terdapat Fhitung
lebih besar dari pada Ftabel dan
mempunyai signifikan dibawah dari
0,05 atau 5%. Pada tabel 4.22
diperoleh Fhitung sebesar 6,442,
Karena nilai Fhitung terletak di
wilayah penerimaan Ha maka
artinya terdapat pengaruh secara
simultan
antara
variabel
kepemimpinan, motivasi kerja dan
stress kerja terhadap
kinerja
ISSN: 1410 -9875
karyawan pada
PT
Askrindo.
Dengan
demikian,
variabel
Kepemimpinan, Motivasi dan Stress
kerja) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja pegawai
pada Kantor Pusat PT.Askrindo.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis t, maka dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan, motivasi dan
stress kerja berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja karyawan
pada Kantor Pusat PT. Askrindo.
Pada uji F dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan, motivasi dan stress
kerja berpengaruh secara simultan
terhadap kinerja karyawan pada
Kantor Pusat PT. Askrindo.
Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah keterbatasan waktu, biaya
Arief Alfiandri
serta tenaga sehingga penelitian ini
hanya dilakukan di PT. Askrindo,
pengembalian kuesioner yang tidak
sesuai dengan yang ditargetkan.
Data yang dianalisis menggunakan
instrumen
yang
berdasarkan
presepsi jawaban responden, hal ini
bisa mengakibatkan masalah jika
presepsi setiap responden berbedabeda.
Rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya
adalah
menggunakan sampel yang lebih
banyak agar hasil penelitian ini
dapat di generalisasikan serta
sebaiknya
pada
penelitian
selanjutnya sebaiknya menambah
jumlah
perusahaan
sehingga
didapat hasil yang lebih akurat dan
optimal dan
diharapkan pada
penelitian
selanjutnya
dapat
menambah
variabel
dependen.
REFERENSI
Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba
Empat
Fahmi. 2009. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi terhadap
Kinerja Pegawai SPBU Pandanaran Semarang. Semarang : Jurnal
Ekonomi.Universitas Gunadarma.
George dan Jones. 2005. Understanding and Managing Organizational
behaviour 4th edition. Pearson. Prentice Hall.
Gibson, James L. Dkk. 2006. Organizations behaviour, structure, processes.
Dallas : Business Pub.
Ghozali.,Imam. 2009. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : BP Universitas Diponegoro
Kreitner dan Kinicki. 2008. Organizational behaviour 8th edition. McGrow Hill
International Edition.
Rahmah, Miftah Chaerati 2013. Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Staf Keuangan di Pemkot Makassar. Makasar : Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Robbins, Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi 9. Jakarta : PT.Indeks.
.2006. Organizational Behaviour. 10th Edition. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
.2008. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba
Empat.
Hussein, Umar.2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sari, Rahmila. 2009. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Stres Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Makassar. Makassar : Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Setiawan, Kharisma. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Namasco Pemuda Semarang. Semarang :
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Sugiyono 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cet. Ke 6. Bandung : Alfa Beta.
.2010. Metode Penelitian Bisnis. Cet. Ke 15. Bandung : Alfa Beta.
Sweeney, Paul D. And Dean B. McFarlin.2002. Organizational Behaviour
Solutions for Management, McGraw Hill.
Veithzal, Rivai. 2004. Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan :
Dari Teori Praktik. Edisi 1, Cetakan 1. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
.2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
Dari Teori Ke Praktek. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta
Yukl. 2005. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta : Indeks
38
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 39-56
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
PADA BURSA EFEK INDONESIA
ARWINA KARMUDIANDRI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to reach empirical evidence variables
that effect dividend policy of non financial firms listed on the Indonesian
Stock Exchange. The variables are business risk, tax status of institutional
shareholders, insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow,
collateralizable assets, financial leverage, firm size, investment opportunity
andcurrent ratio. The population of this research is non financial firms that
listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2008-2011. Sixty four firms
were used as sample. Hypothesis tested by using multiple regression analysis.
The results of this study indicate that business risk, insider ownership,
dispersion of ownership free cash flow, collateralizable assets, financial
leverage, firm size, investment opportunity have no effect ondividend policy.
However, institusional ownership and current ratio have significantly positive
effect on dividend policy.
Keywords: Dividend Policy,
Business
Risk, Institutional
Ownership,
Collateralizable Assets, Investment Opportunity and Current Ratio.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris
bahwa risiko bisnis, status pajak dari pemegang saham institusional,
kepemilikan insider, dispersi kepemilikan, arus kas bebas, asset
collateralizable, leverage, ukuran perusahaan, peluang investasi dan current
ratio terhadap kebijakan dividen perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2011.
Enam puluh empat perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Hipotesis
diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa risiko bisnis, kepemilikan insider, dispersi kepemilikan
bebas arus kas, aset collateralizable, leverage, ukuran perusahaan, peluang
investasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Namun, kepemilikan
institusional dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Kata Kunci: Kebijakan Dividen, Risiko Bisnis, Kepemilikan Institusional,
Collateralizable Assets, Kesempatan Investasi dan Current Ratio.
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
PENDAHULUAN
Pasar modal adalah tempat
bagi investor untuk berinvestasi
melalui berbagai instrumen yang
ditawarkan di pasar modal. Investor
dalam
menanamkan
dananya
bertujuan
untuk
mencari
pendapatan, baik dari dividen
ataupun capital gain. Pilihan atas
dividen dan capital gain bergantung
pada
tujuan
dan
kebutuhan
investor. Investor yang
lebih
memilih dividen berharap tingkat
pembagian
dan
pertumbuhan
dividen dapat disesuaikan dengan
laba yang diperoleh perusahaan.
Manajer
yang
tidak
mempunyai
kepentingan
dalam
dividen akan lebih mementingkan
tujuan
individu
dengan
cara
melakukan perilaku opportunistic,
sehingga
akan
berpengaruh
terhadap
dividen
yang
akan
dibagikan.
Menyadari
pengaruh
pemilik
perusahaan
pada
pelaksanaan kebijakan dan operasi,
manajer
perusahaan
memiliki
kewajiban
untuk
membuat
keputusan bisnis, tidak hanya
bergantung
pada
kesepakatan
kontrak
maksimalisasi
kekayaan
melalui penciptaan keuntungan,
tetapi
juga
pada
keuntungan
pribadi dan utilitas, yang dapat
mengakibatkan agency problem.
Pemodal
berkepentingan
untuk
memperoleh
keuntungan
dari
dananya
yang
diinvestasikan,
sedangkan insider memiliki hak atas
gaji dan kompensasi lainnya karena
menjalankan
amanat
termasuk
mengambil
keputusan-keputusan
bisnis yang diharapkan yang terbaik
bagi pemilik modal.
Pihak insider sering bekerja
bukan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, tapi berfokus pada
40
November 2014
peningkatan kesejahteraan insider
sendiri.
Namun
adanya
kepemilikan
insider
maka
kecenderungan ini akan berubah
karena insider merangkap sebagai
pemilik modal. Dengan adanya
kepemilikan
insider
maka
dimungkinkan insider juga ingin
memaksimumkan nilai perusahaan
dengan menggunakan wewenangnya
dalam
menentukan
berbagai
kebijakan
seperti
kebijakan
dividen.
Struktur
kepemilikan
perusahaan dapat terdiri dari
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan keluarga, kepemilikan
negara, kepemilikan asing dan
kepemilikan
publik.
Arvitricia
(2010) dalam Lucyanda dan Lilyana
(2012)
menyatakan
bahwa
kepemilikan institusional memiliki
pengaruh negatif terhadap jumlah
dividen yang dibayarkan, sedangkan
kepemilikan
keluarga
memiliki
pengaruh positif terhadap jumlah
dividen.
Peneliti
termotivasi
untuk
menganalisa variabel-variabel yang
mempengaruhi kebijakan dividen
yaitu mengetahui pengaruh risiko
bisnis, tax status of institutional
shareholders, kepemilikan insider,
dispersion of ownership, arus kas
bebas,
collateralizable
assets,
financial
leverage,
ukuran
perusahaan, kesempatan investasi
dan current ratio sebagai faktor
yang akan diteliti secara parsial
terhadap
kebijakan
dividen
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tujuan penelitian adalah untuk
mendapatkan bukti empiris variabel
indepen tersebut terhadap variabel
dependen yaitu kebijakan dividen.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penelitian yaitu pertama
ISSN: 1410 -9875
pendahuluan yang menguraikan isu
penelitian,
motivasi
penelitian,
rumusan masalah dan tujuan serta
organisasi penulisan. Kedua yaitu
rerangka teoritis yang memaparkan
mengenai landasan teori yang
digunakan untuk mengembangkan
hipotesis. Ketiga yaitu, metoda
penelitian yang memuat metoda
pemilihan sampel dan pengumpulan
data, definisi operasional dan
pengukuran
variabel.
Keempat
yaitu
hasil
penelitian
yang
menguraikan
analisis
dan
pembahasan temuan penelitian.
Kelima yaitu bagian penutup yang
menguraikan simpulan, implikasi,
keterbatasan penelitian dan saran
bagi penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Kebijakan Dividen
Dividend payout ratio adalah
suatu keputusan untuk menentukan
berapa
besar
bagian
dari
pendapatan perusahaan yang akan
dibagikan kepada para pemegang
saham berupa dividen di satu pihak
dan yang akan
diinvestasikan
kembali
(reinvestment)
atau
ditahan
(retained)
di
dalam
perusahaan
(Darman
2008).
Dividend
Irrelevance
Theory
dikemukakan oleh Modigliani-Miller
dalam Brigham et al. (1996, 646)
teori dividen tidak relevan adalah
suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh
baik
terhadap
nilai
perusahaan
maupun
biaya
modalnya.
Dividend
Relevance
Theory(Gordon and Litner Theory)
teori ini diungkapkan oleh Gordon
dan Lintner dalam Brigham et al.
(1996, 647) berdasarkan teori
dividen relevan, kebijakan dividen
Arwina Karmudiandri
dapat
mempengaruhi
nilai
perusahaan
melalui
preferensi
investor.
Nilai
perusahaan
dipengaruhi oleh kebijakan dividen,
kebijakan dividen yang optimal
adalah
salah
satu
yang
memaksimalkan nilai perusahaan.
Signalling Theory dan Kebijakan
Dividen
Signalling theory menurut MM
(Modigliani dan Miller) penambahan
jumlah dividen yang lebih besar
dari
yang
diperkirakan
akan
dianggap oleh
investor
sebagai
sinyal
bahwa
manajemen
perusahaan memperkirakan adanya
peningkatan pendapatan di masa
yang akan datang, sedangkan
pengurangan
dividen
dianggap
sebagai
sinyal
perkiraan
atas
pendapatan yang rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh
Mollah (2011) menemukan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara business risk
terhadap dividen payout ratio
.Hasil ini mendukung
hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Sugiarto (2008) yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
risiko bisnis terhadap kebijakan
dividen.
Ha1: Risiko bisnis berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Tax Clientele
Theory
dan
Kebijakan Dividen
Tax
clientele
theory
memandang
bahwa
kelompok
pemegang saham (clientele) yang
berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan
dividen. Clientele effect menurut
Gitman dan Zutter (2012, 573)
adalah argumen dimana perbedaan
kebijakan dividen menarik tipe
investor yang berbeda tetapi tetap
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
tidak
mengubah
nilai
dari
perusahaan.
Penelitian
Mollah
(2011)
dan
Darman
(2008)
menemukan
tidak
terdapat
pengaruh
antara
institutional
shareholders
terhadap
DPR.
Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh
Lucyanda
dan
Lilyana (2012), Santoso dan Prastiwi
(2012)
dan
Dewi
(2008)
memberikan hasil berbeda yaitu
kepemilikan institusional memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan dividen.
Ha2: Tax status of institutional
shareholders
berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Agency Theory dan Kebijakan
Dividen
Jensen
dan
Meckling
menggambarkan
agency
theory
dalam Godfrey et al. (2010, 362)
hubungan keagenan timbul karena
terdapat kontrak antara principal
dengan pihak lain yaitu agent untuk
berkinerja sesuai dengan keinginan
principal. Pihak principal melalui
kontrak tersebut, mendelegasikan
otoritas pengambilan keputusan
kepada agent. Hubungan keagenan
merupakan salah satu sebab adanya
suatu konflik. Penelitian Mollah
(2011)
dan
Darman
(2008) menunjukkan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara
kepemilikan insider terhadap DPR.
Hasil
penelitian
berbeda
didapatkan oleh Dewi (2008),
Pujiastuti (2008) dan
Nuringsih
(2005)
menunjukkan
terdapat
pengaruh
negatif
antara
kepemilikan insider terhadap DPR.
Penelitian yang Mollah (2011) dan
Darman (2008) menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
dispersion of ownership terhadap
DPR. Hasil penelitian berbeda
42
November 2014
didapatkan oleh Pujiastuti (2008)
menyatakan
bahwa
shareholder
dispersion berpengaruh signifikan
dan berhubungan positif dengan
dividend
payout
ratio.
Hasil
penelitian Mollah (2011), Pujiastuti
(2008)
dan
Darman
(2008)
menunjukkan
tidak
terdapat
pengaruh yang signifikan
antara
free cash flow terhadap DPR. Hasil
penelitian berbeda didapatkan oleh
Lucyanda
dan
Lilyana
(2012)
menemukan bahwa free cash flow
berpengaruh
positif
terhadap
dividend
payout
ratio.
Ha3:
Kepemilikan insider berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Hasil
penelitian Mollah
(2011)
dan
Santoso
dan
Prastiwi
(2012)
menemukan
tidak
terdapat
pengaruh antara collateralizable
assets terhadap kebijakan dividen
sedangkan hasil berbeda diperoleh
Darman (2008) yaitu, terdapat
pengaruh collateralizable assets
terhadap kebijakan dividen.
Ha4: Dispersion
of
ownership
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Ha5: Arus kas bebas berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Ha6:
Collateralizable
assets
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Transaction Cost, Residual dan
Pecking
Order
Theory
dan
Kebijakan Dividen
Pecking order theory menurut
Gitman (2000) dalam Liono et al.
(2009) adalah hirarki pembiayaan
yang diawali dengan laba ditahan
yang diikuti oleh pembiayaan utang
dan akhirnya pembiayaan ekuitas
eksternal.
Residual
theory
dividend
menurut Gitman dan Zutter (2012)
adalah
pemikiran
yang
ISSN: 1410 -9875
menunjukkan bahwa dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan harus
dipandang sebagai sisa (jumlah
yang tersisa setelah semua peluang
investasi dapat diterima telah
dilakukan).
Perusahaan
yang
mengalami tingkat pertumbuhan
yang tinggi umumnya memiliki
persyaratan investasi yang besar,
akibatnya
akan
mengurangi
kemampuan
membayar
dividen
(Mollah2011). Ukuran perusahaan
digunakan sebagai proksi untuk
issuance cost pada pembiayaan
eksternal.
Penelitian
yang
dilakukan
Mollah
(2011),
Dewi
(2008),
Pujiastuti (2008) dan
Nuringsih
(2005)
menunjukkan
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
dan
negatif antara kebijakan hutang
terhadap
kebijakan
dividen.
Sedangkan
hasil
penelitian
Lucyanda dan Lilyana (2012),
Santoso dan
Prastiwi
(2012),
Sumani (2012) dan Sulastri dan
Harmadi (2009) menunjukkan hasil
berbeda yaitu tidak
terdapat
pengaruh yang signifikan antara
kebijakan
hutang
terhadap
kebijakan dividen. Penelitian yang
dilakukan oleh Mollah (2011) dan
Nuringsih (2005) menemukan bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan
dan hubungan yang positif antara
ukuran perusahaan terhadap DPR.
Hasil berbeda terlihat pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Lucyanda dan Lilyana (2012),
Santoso dan Prastiwi
(2012),
Sugiarto (2008) dan Dewi (2008)
yang
menyatakan
terdapat
pengaruh yang signifikan dan positif
antara ukuran perusahaan terhadap
kebijakan dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh
Mollah (2011) dan Haryetti dan
Ekayanti
(2012)
menunjukkan
Arwina Karmudiandri
bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara kesempatan
investai terhadap DPR. Sedangkan
dalam penelitian Sulastri dan
Harmadi (2009) dan Suharli (2007)
yang
menemukan
bahwa
kesempatan
investasi
mempengaruhi kebijakan jumlah
dividen perusahaan.
Ha7: Financial
leverage
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen
Ha8: Kesempatan
investasi
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Ha9: Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Likuiditas dan Kebijakan Dividen
Likuiditas perusahaan diukur
oleh
kemampuannya
untuk
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya saat
jatuh
tempo
Gitman dan Zutter (2012). Salah
satu rasio likuiditas yaitu current
ratio, rasio ini menunjukkan jumlah
kewajiban
lancar
(current
liabilities)
yang
dijamin
pelunasannya oleh aktiva lancar
(current assests). Penelitian yang
dilakukan Sumani (2012)
dan
Deitiana (2009)
menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
yang
signifikan
current
ratio
terhadap
dividend
payout
ratio.Hasil
berbeda
diperoleh
dalam penelitian Sulastri dan
Harmadi(2009) yang menemukan
bahwa current ratio yang memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan
dividen
tunai
perusahaan.
H10: Current ratio berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
METODA PENELITIAN
Populasi dalam penelitian
adalah perusahaan manufaktur dan
non manufaktur selain bank dan
lembaga keuangan lainnya yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2008 sampai 2011.
Metode pemilihan sampel yang
digunakan
adalah
purposive
sampling. Adapun proses pemilihan
sampel disajikan pada tabel 1.
Data penelitian bersumber dari
laporan
keuangan
auditan
perusahaan manufaktur dan non
manufaktur
selain
bank
dan
lembaga keuangan yang terdaftar di
November 2014
Bursa Efek Indonesia tahun 20052012
yang
diperoleh
dari
www.idx.com dan Indonesia Capital
Market Directory.
Dividend Payout Ratio (DPR)
adalah proporsi laba yang dibagikan
sebagai dividen (Mollah 2011). DPR
didefinisikan sebagai dividen yang
dibagi dengan laba setelah pajak
tetapi
terkadang
dapat
menimbulkan
masalah
karena
banyak perusahaan yang membayar
dividen dengan selisih dari net
profit after taxes dan beberapa
perusahaan juga membayar dividen
ketika net profit after
taxes
negatif.
Dividen
DPR =
Operating Profits
Risiko bisnis menurut Mollah
(2011) dianggap sebagai proksi dari
ketidakpastian pendapatan saat ini
dan pendapatan masa depan untuk
BR =
OPt
OPt-1
TAt
TAt-1
menguji dividend signalling theory
untuk penelitian ini. Variabel ini
diberi simbol BR dan menggunakan
skala rasio.
STD
Keterangan:
STD: Standar deviasi untuk tiga tahun
OP: Operating Income
TA: Total Assets
Variabel tax status of
institutional shareholders menurut
Mollah (2011) merupakan
proksi
dari wajib pajak marjinal untuk
menguji clientele effect pada
dividen. Variabel ini diberi simbol
INST dan dihitung dengan melihat
jumlah proporsi saham yang dimiliki
oleh pemegang saham institusional
dan menggunakan skala rasio.
Jumlah Kepemilikan Institusional
INST =
Jumlah Saham Beredar
44
ISSN: 1410 -9875
Arwina Karmudiandri
Variabel kepemilikian insider
menggunakan variabel
dummy
untuk menunjukkan ada tidaknya
kepemilikan
insider.
Menurut
Mahadwartha
(2002)menemukan
bahwa kecenderungan data di
Indonesia bersifat binomial (ada
atau tidak ada) untuk itu digunakan
dummy dengan
ketentuan
D=1
untuk perusahaan yang memiliki
kepemilikan insider dan D=0 untuk
perusahaan yang tidak memiliki
kepemilikan
insider
dan
menggunakan skala nominal.
Dispersion of
Ownership
adalah
variabel
yang
menggambarkan jumlah pemegang
saham biasa (Mollah 2011). Variabel
ini diberi simbol DOWNER. Menurut
Mollah (2011) jumlah pemegang
saham biasa diproksikan sebagai
penyebaran
kepemilikan
(shareholder dispersion) untuk cost
agency antara pemegang saham
dengan manajemen,
DOWNER= Natural log dari
jumlah pemegang saham biasa
Arus
kas
bebas
mencerminkan jumlah arus kas
perusahaan
dalam
melakukan
investasi
tambahan,
membayar
hutang atau menambah likuiditas
(Kieso, Weygandt dan Warfield
2007). Menurut Mollah (2011), arus
kas
bebas
diukur
dengan
menggunakan net profit after
taxdikurangi dividen dan ditambah
depresiasi dan dibagi dengan total
aset.
(net profit after tax – dividen + depresiasi)
FCF =
Total Assets
Collateralizable
Assets
merupakan proksi atas jaminan
bondholder (Mollah 2011). Variabel
ini diberi simbol COLLASS dan
menggunakan skala rasio. Menurut
Mollah
(2011)
collateralizable
assetsdiukur dari rasio aset tetap
netto (net fixed asset) terhadap
total aset. Rasio ini dianggap
sebagai proksi aset koleteral untuk
agency cost.
Fixed asset
COLLASS =
Total Assets
Financial leverage diproksikan
sebagai proksi beban perusahaan
atas hutang jangka panjangnya
yang diukur dari seluruh aset yang
dimiliki (Mollah 2011). Variabel ini
diberi
simbol
LEVER
dan
menggunakan skala rasio. Menurut
Mollah (2011) financial leverage
dihitung dari rasio hutang jangka
panjang terhadap total aset.
Hutang Jangka Panjang
LEVER =
Total Aset
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Ukuran
Perusahaan
dalam
penelitian ini diproksikan sebagai
issuance cost bagi pembiayaan
eksternal
perusahaan
(Mollah
2011). Variabel ini diberi simbol
November 2014
SIZE dan menggunakan skala rasio.
Menurut Mollah (2011), variabel ini
diukur dengan natural
logaritma
dari market capitalisation.
SIZE = ln (Market Capitalization)
Kesempatan investasi yang
tinggi
menunjukkan
perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi. Menurut Mollah (2011),
pertumbuhan
aset
perusahaan
diproksikan sebagai kesempatan
investasi. Variabel ini diberi simbol
INVEST dan menggunakan skala
rasio.
(net fixed assetst – net fixed assets t-1 )
INVEST =
net fixed assets t-1
Likuiditas
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi hutang jangka pendek nya
saat jatuh tempo. Current ratio
yang lebih tinggi mengindikasikan
tingkat likuiditas yang tinggi pula.
Menurut Gitman dan Zutter (2012)
current ratio diukur dari current
assets terhadap current liabilities.
Current Assets
CR =
Current Liabilities
Penelitian ini menggunakan uji
regresi berganda. Tujuan dari
analisis regresi berganda yaitu
untuk
mengetahui
nilai
dari
variabel terikat berdasarkan nilai
dari variabel-variabel bebas (Hair
et al. 2010). Persamaan
regresi
untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
DPR = b0 + b1 BR + b2 INST + b3
INSIDE+ b4 DOWNER + b5 FCF
+ b6 COLLASS+ b7 LEVER + b8
SIZE + b9 INVEST + b10 CR + e
Keterangan:
DPR
= Kebijakan
Dividen
(Dividend
Payout
Ratio)
b0
= Konstanta
= Risiko Bisnis
BR
46
INST
INSIDE
DOWNER
FCF
COLLASS
LEVER
SIZE
INVEST
CR
e
= Tax
Status
of
Insitutional
Shareholders
= Kepemilikan Insider
= Dispersion
of
Ownership
= Arus Kas Bebas
= Collateralizable
Assets
= Financial Leverage
= Ukuran Perusahaan
= Kesempatan Investasi
= Current ratio
= Prediksi
kesalahan
(residual)
ISSN: 1410 -9875
HASIL PENELITIAN
Statistik
deskriptif
memberikan
gambaran mengenai suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, skewness. Hasil statistik
deskriptif disajikan pada tabel 2.
Dari
hasil
pengujian
normalitas residual pada tabel 3,
maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,000 dimana nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05
artinya data tidak terdistribusi
normal sehingga tidak
baik
digunakan dalam model regresi.
Karena data tidak terdistribusi
normal
dilakukan
uji
outlier
terhadap data penelitian. Setelah
dilakukan uji
normalitas data
setelah
dilakukan
outlier
menghasilkan nilai asymp. Sig
sebesar 0,004 dimana nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05, karena hasil
uji normalitas data penelitian
setelah outlier tetap menghasilkan
asymp. Sig lebih kecil dari 0,05
maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sebelum
outlier.
Tabel 4 menunjukkan bahwa
variabel risiko bisnis, tax status of
institutional
shareholders,
kepemilikan insider, dispersion of
ownership,
arus
kas
bebas,
collateralizable assets, financial
leverage,
ukuran
perusahaan,
kesempatan investasi dan current
ratio memiliki nilai Tolerance lebih
besar dari 0,1 dan memiliki nilai VIF
kurang dari 10. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar
variabel
independen dalam model regresi,
sehingga model regresi
tersebut
baik
untuk
digunakan
dalam
penelitian.
Arwina Karmudiandri
Berdasarkan tabel 5 hasil uji
Glejser
menunjukkan
bahwa
variabel risiko bisnis
mempunyai
nilai sig 0,326, variabel kepemilikan
insider mempunyai nilai sig 0,126,
variabel dispersion of ownership
mempunyai nilai sig 0,779, variabel
arus kas bebas mempunyai nilai sig
0,962,
variabel
collateralizable
assets mempunyai nilai sig 0,534,
variabel
financial
leverage
mempunyai nilai sig 0,616, variabel
ukuran perusahaan mempunyai niai
sig 0,242, variabel kesempatan
investasi mempunyai sig 0,761.
Nilai-nilai tersebut lebih besar dari
0,05 maka disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada
kedelapan
variabel
tersebut.
Sedangkan variabel tax status of
institutional
shareholders
mempunyai nilai sig 0,010 dan
variabel current ratio mempunyai
nilai sig 0,000, nilai tersebut lebih
kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan
bahwa
terjadi
heteroskedastisitas pada variabel
tersebut.
Tabel 6 menunjukkan nilai sig
sebesar 0,175 dimana lebih besar
dari 0,05 maka tidak terjadi
autokorelasi dalam penelitian ini
sehingga data baik digunakan untuk
penelitian. Tabel 7 menunjukkan
nilai R sebesar 0,407, dimana nilai
R tersebut lebih kecil dari 0,5
artinya hubungan antara variabel
dependen berupa kebijakan dividen
dengan variabel independen, yaitu
risiko
bisnis,
tax
status
of
institutional
shareholders,
kepemilikan insider, dispersion of
ownership,
arus
kas
bebas,
collateralizable assets, financial
leverage,
ukuran
perusahaan,
kesempatan investasi dan current
ratio adalah lemah.
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Tabel 7 menunjukkan nilai
Adjusted R Square sebesar 0,131.
Hal ini berarti secara statistik
variasi variabel kebijakan dividen
(variabel
dependen)
dapat
dijelaskan oleh variabel risiko
bisnis, tax status of institutional
shareholders, kepemilikan insider,
dispersion of ownership, arus kas
bebas,
collateralizable
assets,
financial
leverage,
ukuran
perusahaan, kesempatan investasi
dan
current
ratio
(variabel
independen) sebesar 13,1% dan
sisanya sebesar 86,9% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan ke
dalam
model
regresi.
Dari
tabel
8
dapat
ditunjukkan
tingkat
signifikansi
sebesar 0,000, dimana tingkat
signifikansinya lebih kecil dari 0,05.
Jadi model regresi penelitian ini
layak digunakan untuk menguji
data karena menunjukkan model fit
dari persamaan regresi.
Hasil uji t menunjukkan
variabel risiko bisnis
mempunyai
nilai signifikansi sebesar 0,795
dimana lebih besar dari α = 0,05
yang berarti Ha1 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa risiko bisnis
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen. Variabel tax
status of institutional shareholders
mempunyai nilai beta sebesar 0,383
dan nilai signifikansi sebesar 0,001
dimana lebih besar dari α = 0,05
yang berarti Ha2 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif
terhadap
kebijakan
dividen.
Pengaruh positif dari kepemilikan
institusional ini, dapat dijelaskan
dengan menggunakan Tax Based
Hypothesis. Afza dan Mirza (2011)
dalam Santoso dan Prastiwi (2012)
menyatakan pemilik institusional
akan memperoleh insentif pajak
48
November 2014
dari return yang mereka peroleh
dalam bentuk dividen. Sehingga
pendapatan yang diperoleh dari
dividen tidak dimasukkan dalam
perhitungan
pajak
total
pendapatan. Oleh karena itu,
perusahaan
dengan
tingkat
kepemilikan institusional
yang
tinggi, cenderung akan membagikan
dividen dalam jumlah yang besar.
Variabel
kepemilikan
insider
mempunyai
nilai
signifikansi
sebesar 0,173 dimana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha3
ditolak. Hasil ini menunjukkan
bahwa kepemilikan insider tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Variabel
dispersion
of
ownership
mempunyai
nilai
signifikansi sebesar 0,402 dimana
lebih besar dari α = 0,05 yang
berarti Ha4 ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa dispersion of
ownership
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Variabel arus kas bebas mempunyai
nilai signifikansi sebesar 0,714
dimana lebih besar dari α = 0,05
yang berarti Ha5 ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa free cash
flow tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Variabel
collateralizable
assets mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,384 dimana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha6
ditolak. Hasil ini menunjukkan
bahwa collateralizable assets tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Variabel financial leverage
mempunyai
nilai
signifikansi
sebesar 0,215 dimana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha7
ditolak. Hasil ini menunjukkan
bahwa variabel financial leverage
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
ISSN: 1410 -9875
Variabel ukuran perusahaan
mempunyai
nilai
signifikansi
sebesar 0,104 dimana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha8
ditolak. Hasil ini menunjukkan
variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Variabel
kesempatan
investasi
mempunyai
nilai
signifikansi sebesar 0,925 dimana
lebih besar dari α = 0,05 yang
berarti Ha9 ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh
antara
variabel
kesempatan
investasi
terhadap
kebijakan dividen. Variabel current
ratio mempunyai nilai beta 0,040
dan nilai signifikansi sebesar 0,000
dimana lebih kecil dari α = 0,05
yang berarti Ha10 diterima. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh positif antara current
ratio terhadap kebijakan dividen.
Hal ini mengindikasikan bahwa
manajer dalam pembayaran dividen
juga
mempertimbangkan
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajiban
jangka
pendeknya. Apabila kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajiban
jangka
pendeknya
semakin tinggi, maka sisa atas
kelebihan dana yang ada akan
didistribusikan
kepada
para
pemegang saham dalam bentuk
dividen.
PENUTUP
Hasil
penelitian
membuktikan bahwa risiko bisnis
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap kebijakan dividen. Hasil
ini konstisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mollah (2011)
dan Sugiarto (2008). Tax status of
institutional
shareholders
Arwina Karmudiandri
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Hasil
ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Santoso dan Prastiwi
(2012), Lucyana dan Lilyana (2012)
dan Dewi (2008). Namun hasil ini
bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mollah (2011)
dan
Darman
(2008)
yang
menyatakan bahwa tidak terjadi
pengaruh
antara
kepemilikan
institusional terhadap kebijakan
dividen. Kepemilikan insider tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Hasil
ini
konsisten dengan yang dilakukan
oleh Mollah (2011) dan Darman
(2008).
Namun
hasil
ini
bertentangan
dengan
hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Pujiastuti (2008), Dewi (2008) dan
Nuringsih
(2005)
yang
mengemukakan bahwa kepemilikan
insider
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Dispersion of ownership tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Hasil
ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mollah (2011) dan
Darman (2008). Namun hasil ini
bertentangan
dengan
hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Pujiastuti (2008) yang menemukan
bahwa
terdapat
pengaruh
dispersion of ownership terhadap
kebijakan dividen. Arus kas bebas
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap kebijakan dividen. Hasil
ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mollah (2011),
Pujiastuti (2008)
dan Darman
(2008).
Namun
hasil
ini
bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lucyanda dan
Lilyana (2012) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh arus kas
bebas terhadap kebijakan dividen.
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Collateralizable
assets
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Hasil
ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santoso dan Prastiwi
(2012), Mollah (2011) dan Pujiastuti
(2008).
Namun
hasil
ini
bertentangan
dengan
hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Darman (2008) yang menunjukkan
bahwa
collateralizable
assets
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Financial
leverage
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen. Hasil ini konsisten dengan
hasil penelitian yang
ditemukan
oleh Santoso dan Prastiwi (2012),
Sumani (2012), Lucyanda dan
Lilyana (2012) dan Sulastri dan
Harmadi
(2009).
Namun
hasil
penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Mollah (2011), Pujiastuti (2008),
Dewi (2008) dan Nuringsih (2005)
yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh
financial
leverage
terhadap kebijakan dividen. Ukuran
perusahaan
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen. Hasil ini konsisten dengan
November 2014
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mollah (2011) dan Nuringsih (2005).
Namun bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Santoso
dan
Prastiwi
(2012),
Lucyanda dan Lilyana (2012), Dewi
(2008) dan Sugiarto (2008) yang
menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
kebijakan
dividen.
Kesempatan
investasi
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Hasil
ini
konsisten dengan yang dilakukan
oleh Haryetti dan Ekayanti (2012)
dan Mollah (2011). Namun hasil ini
bertentangan
dengan
hasil
penelitian yang
didapat
oleh
Sulastri dan Harmadi (2009) dan
Suharli (2007) yang menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh
kesempatan
investasi
terhadap
kebijakan dividen. Current ratio
mempunyai
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Hasil
ini
konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sulastri dan
Harmadi
(2009).
Namun
bertentangan
dengan
hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Sumani (2012) dan Deitiana (2009).
REFERENSI:
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams, Jeffrey D.
Camm, dan James J. Cochran. 2012. Statistics for Business and
Economics. 12th Edition. South Western: Cengage Learning.
Brigham, Eugene F., J. Fred Weston, and Scott Besley. 1996. Essentials
of Managerial Finance. Eleventh Edition. Orlando: The Dryden
Press.
Darman. 2008. Agency Cost dan Kebijakan Dividen pada Emerging
Market. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 12, No. 2.
Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10,
No.1.
50
ISSN: 1410 -9875
Arwina Karmudiandri
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Pembayaran
Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 1.
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance.10th Edition. England: Pearson Education.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Edisi 5. Universitas Diponegoro: Semarang.
Godfrey, Jayne., Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton and Scott
H olmes. 2010. Accounting Theory. 7th Edition. John Wiley.
Hair, Joseph F., Jr., William C. Black, Barry J. Babin, and
Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate
Data
Analysis:
A
Global Perspective. Seventh edition. England: Pearson Education.
Haryetti, dan Ririn Araji Ekayanti. 2012. Pengaruh Profitabilitas,
Investment Opportunity Set dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI.
Ekonomi, volume 20. Nomor 3.
Himpunan Peraturan Pasar Modal, UU No. 8 Th. 1995 tentang Pasar
Modal. Sinar Grafika.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Per 1
Oktober 2004. Salemba Empat: Jakarta.
Keown, Arthur J., John D. Martin, William J. Petty, and David F. Scott Jr.
2005. Financial Management. 10th Edition. A Book.
Lucyanda, Jurica, dan Lilyana. 2012. Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur
Kepemilikan terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Dinamika
Akuntansi Vol. 4, No. 2
Liono, Nency, Mudji Utami, dan Liliana Inggrit Wijaya. 2009. Interpendensi
Kebijakan Dividend, Financial Leverage dan Investasi; Pengujian
Pecking Order Theory. Jurnal Manajemen & Bisnis, Volume 8, nomor 1.
Mahadwartha, Putu Anom. 2002. The Association of Managerial Ownership
with Dividend Policy and Leverage Policy: Indonesian Firms. National
Seminar Surviving Strategic to Cope with The Future: Universitas
Atmajaya Yogyakarta.
Marlina, Lisa, dan Clara Danica. 2009. Analisis pengaruh Cash Position, Debt
to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1.
Marpaung, Elyzabet Indrawati, dan Bram Hadianto. 2009. Pengaruh
Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen.
Jurnal Akuntansi Vol. 1 No. 1.
Mollah, Sabur. 2011. Do Emerging Market Firms Follow Different Dividend
policies?. Studies in Economics and Finance. Vol. 28, No. 2.
www.emeraldinsight.com/1086-7376.htm.
Nuringsih, Kartika. 2005. Analisi Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Dividen: studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
volume 2, Nomor 2 hal. 103-123.
Pujiastuti, Triani. 2008. Agency cost terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan manufaktur dan jasa yang go public di Indonesia. Jurnal
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 2.
Santoso, Habib, dan Andri Prastiwi. 2012. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen. Diponegoro Journal of Accounting
Volume
1,
Nomor
1
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting.
Sugiarto. 2008. Kebijakan Dividend Perusahaan-Perusahaan Terbuka Non
Keuangan yang dikontrol Keluarga. Jurnal Akuntabilitas ISSN 14120240, Volume 7, nomor 2 hal 135-149.
Suharli, Michael. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity
Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel
penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1.
Sulastri, dan Harmadi. 2009. Analisis Pengaruh Return On Investment,
Cash Ratio, Current Ratio, Debt to Total Assets, Earning Per
Share dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Kas (Studi
kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2004-2006). Fokus Manajerial, volume 7,
Nomor 1 hal. 57-63.
Sumani. 2012. Analisis Pengaruh Return on Equity, Current Ratio, Debt to
Total Assets dan Earning Per Share terhadap Cash Dividen pada
Perusahaan Non Jasa Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Aplikasi Manajemen ISSN: 1693-5241, volume 10 nomor 1.
Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. 2010.
Financial Accounting; IFRS Edition. 1st Edition. Pearson.
52
ISSN: 1410 -9875
Arwina Karmudiandri
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel Penelitian
No.
Kriteria
Jumlah
Jumlah
Perusahaan
Data
1 Perusahaan non-keuangan yang tercatat di
216
864
Bursa Efek Indonesia secara konsisten dari
tahun 2005 sampai 2012
2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan
(16)
(64)
laporan keuangan dengan Rupiah selama
tahun 2005 sampai 2012
3 Perusahaan yang tidak memiliki periode
(3)
(12)
tutup buku per 31 Desember
(132) (528)
4 Perusahaan
yang
tidak
membagikan
dividen secara konsisten selama tahun
2008 sampai 2011
5 Perusahaan yang tidak memiliki laba
(1)
(4)
positif berturut-turut selama tahun 2008
sampai 2011
6 Perusahaan
yang
sahamnya
tidak
(0)
(0)
dimiliki oleh institusi
Total data yang digunakan dalam penelitian
64
256
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
Variabel
DPR
BR
INST
INSIDE
DOWNER
FCF
COLLASS
LEVER
SIZE
INVEST
CR
N
Minimum Maximum
Mean
256
0,00802
4,97229
0,32695
256
0,00050
1,03204
0,07999
256
0,05122
0,99951
0,69556
256
0
1
0,50
256
2
13
4,49
256 -0,22318
0,45532
0,10572
256
0,00558
0,82492
0,29342
256
0,00555
0,55508
0,12919
256 23,42638 33,33334 28,33802
256 -0,99783
9,30809
0,16717
256
0,39768 11,74282
2,74741
Standar
Deviasi
0,38634
0,15293
0,21418
0,501
2,193
0,06671
0,19351
0,11439
2,34995
0,69675
2,23206
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2tailed)
0,000
Tabel 3.1
Hasil Uji Outlier
Unstandardized
Residual
Asymp. Sig. (2tailed)
Variabel
BR
INST
INSIDE
DOWNER
FCF
COLLASS
LEVER
SIZE
INVEST
CR
54
0,004
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance
VIF
Hasil
Tidak terjadi
0,874
1,144 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,840
1,190 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,723
1,383 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,693
1,443 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,726
1,378 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,643
1,555 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,675
1,480 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,802
1,247 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,941
1,063 multikolinearitas
Tidak terjadi
0,803
1,246 multikolinearitas
November 2014
ISSN: 1410 -9875
Arwina Karmudiandri
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sig.
Hasil
Tidak Terjadi
0,326 Heteroskedastisitas
0,010 Terjadi Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi
0,126 Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi
0,779 Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi
0,962 Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi
0,534 Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi
0,616 Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi
0,242 Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi
0,761 Heteroskedastisitas
0,000 Terjadi Heteroskedastisitas
Variabel
BR
INST
INSIDE
DOWNER
FCF
COLLASS
LEVER
SIZE
INVEST
CR
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel
Sig.
RES_2
0,175
Tabel 7
Hasil Uji R
Model
1
Adjusted R Square
R
0,407
Model
Regression
Residual
Total
0,131
Tabel 8
Hasil Uji F
Sum of
Squares
6,299
31,762
38,061
F
Sig.
4,858 0.000
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Variabel
BR
INST
INSIDE
-0,041
0,383
0,072
DOWNER
-0,010
FCF
-0,146
COLLASS
-0,127
LEVER
-0.298
SIZE
INVEST
CR
56
B
0,017
-0,003
0,040
Tabel 9
Hasil Uji t
Sig
Hasil
Tidak
0,795 Berpengaruh
0,001 Berpengaruh
Tidak
0,173 Berpengaruh
Tidak
0,402 Berpengaruh
Tidak
0,714 Berpengaruh
Tidak
0,384 Berpengaruh
Tidak
0,215 Berpengaruh
Tidak
0,104 Berpengaruh
Tidak
0,925 Berpengaruh
0,000 Berpengaruh
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 57-72
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PE NGARU H N ILA I P ELA NGGAN , DAYA TARIK I KLAN
DAN K OMP ET ENS I TENAG A PEN JUA L
TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
DILLA NOVERITA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to know how the influence of customer
value, advertising’s appeal, and salesperson’s competence of consumer
loyalty to user Telkomsel KartuHalo in Jakarta.The research design used in
descriptive research and causality research. The sampling in the study was
purposive sampling and uses 100 respondent. Data is used the primary data,
and the methods for the analysis is regression Y= a + bX + e and multiple
regression Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn + e, analysis with SPSS 11,5
programs. The result this research is of customer value, advertising’s appeal
and salesperson’s competence have positive influence to consumer loyalty
individually and simultaneously.
Keywords:
Customer
Value,
Advertising’s
Competence and Consumer Loyalty
Appeal,
Salesperson’s
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh customer
value, advertising’s appeal, dan salesperson’s competence terhadap loyalitas
pelanggan pengguna Telkomsel KartuHalo di Jakarta.Design penelitian
menggunakan jenis penelitian deskriptif dan kausal. Sampel
penelitian
dilakukan dengan metode purposive sampling dengan 100 orang responden.
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan regresi melalui SPSS 11.5
Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh
variable independen (customer value, advertising’s
appeal,
dan
salesperson’s competence) terhadap variable loyalitas pelanggan.
Kata kunci: Customer
Value,
Advertising’s
Competence and loyalitas pelanggan
PENDAHULUAN
Appeal,
Salesperson’s
penyedia jasa layanan
seluler,
dalam
5
tahun terakhir
ini
pertumbuhan rata-rata per tahun
pengguna seluler di Indonesia
adalah 20%-30% per tahun (Santoso,
Perkembangan pasar telepon
seluler di Indonesia semakin pesat,
diikuti
oleh
perkembangan
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
2012
Head
of
Marketing
Communications
Telkomsel).
Seiring
peningkatan
tersebut,
persaingan para operator penyedia
jasa seluler untuk
menarik
pelanggan
semakin
sengit
dan semua
operator
berlomba
untuk
terus
menerus
mengembangkan luas
cakupan
serta meningkatkan pelayanannya.
Terdapat beberapa penyedia jasa
seluler terbesar di Indonesia seperti
Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan
lain-lain.
Menurut
Santoso
(2012),
pelanggan seluler di Indonesia
pada
kuartal
II-2012 tercatat
mencapai 255 juta pelanggan,
dengan pangsa terbesar dikuasai
Telkomsel disusul Indosat, XL
Axiata, dan lain-lain. Telkomsel
masih mendominasi pasar dengan
jumlah pelanggan sekitar 115 juta
pelanggan,
Indosat
65
juta
pelanggan, dan XL 55
juta
pelanggan, dan
sisanya
20
juta
pelanggan
tersebar
dibeberapa operator lain.
Para penyedia jasa seluler
tersebut
menyediakan
2
jasa
pelayanan pembayaran diantaranya
prepaid provider (prabayar) dan
postpaid
provider
(pascabayar),
dimana
prepaid
provider itu pelanggan membayar
dahulu
baru
(dalam
bentuk
voucher) sebelum
menggunakan
jasa
seluler
yang
disediakan
penyedia jasa seluler, sedangkan
postpaid provider
adalah
pelanggan menggunakan
dahulu
jasa
seluler
tersebut
baru
58
November 2014
pelanggan
tersebut
membayar
tagihannya. Produk-produk yang
termasuk prepaid provider adalah
simPATI
dan
KartuAS
dari
Telkomsel, Mentari
dan IM3
dari Indosat, XLbebas dari XL
Axiata, sedangkan produk-produk
yang termasuk postpaid provider
adalah kartuHalo dari Telkomsel,
Matrix dari Indosat, dan Xplor
dari XL Axiata.
Jumlah pengguna layanan jasa
prepaid provider di Indonesia
mencapai
85%,
dan
15%
menggunakan layanan jasa postpaid
provider dari total pengguna jasa
telepon
seluler
di
Indonesia
(Santoso,
2012).
Hal
ini
membuktikan kurangnya jumlah
pengguna telepon seluler yang
menggunakan layanan jasa postpaid
provider. Hal ini membuat para
operator penyedia jasa harus lebih
keras berjuang untuk menjaga
eksistensi dengan mempromosikan
layanan postpaid provider dan
peningkatan
layanan
yang lebih dari layanan postpaid
provider ini.
Telkomsel
merupakan
operator telekomunikasi pertama di
Indonesia dengan layanan postpaid
provider dengan produk kartuHalo.
Pertumbuhan pelanggan Telkomsel
kartuHalo tiap tahunnya dari 20072011 tidak terlalu besar, namun
Telkomsel
kartuHalo
masih
menguasai 53% market share di
antara
penyedia
layanan
postpaid
provider
(Santoso,
2012).
ISSN: 1410 -9875
Dilla Noverita
Tabel 1
Jumlah Pelanggan Telkomsel kartuHalo Periode 2007-2011 :
No.
Tahun
1.
2.
3.
4.
5.
2007
2008
2009
2010
2011
Total
Pelanggan
1,913,000
1,940,000
2,035,000
2,126,000
2,188,000
Sumber: Santoso, 2012 Head of Marketing Communications Telkomsel
Untuk menjaga pangsa pasar agar
terus meningkat tidaklah mudah,
serta memerlukan biaya yang tinggi
seperti melakukan penelitian pasar
yang berkembang untuk dijadikan
target
pasar
yang
dituju,
melakukan
pengembangan
produk dan nilai yang baru bagi
konsumen, mengeluarkan
iklan
yang unik dan menarik, serta
melakukan
strategi
pemasaran
lainnya.
Ada hal yang penting bagi
perusahaan penyedia jasa seluler
untuk mengelola pasar yang sudah
ada, sehingga operator penyedia
jasa
seluler
harus
dapat meningkatkan dan mengelola
loyalitas konsumen dengan tepat.
Apabila hal tersebut tidak terjadi,
maka konsumen akan berpindah ke
pesaing
yang
menawarkan
produk/jasa yang mereka harapkan,
sehingga teciptanya kepuasan yang
berujung dengan pemakaian secara
konsisten. Upaya yang dilakukan
untuk
menciptakan
dan
meningkatkan loyalitas konsumen
ialah dengan cara
meningkatkan
nilai pelanggan, daya tarik iklan,
dan kompetensi tenaga penjualan.
Loyalitas dibentuk ditujukan
untuk
meningkatkan
penjualan
dan
juga
menghemat
biaya
anggaran
pemasaran,
karena
dengan adanya
loyalitas
konsumen akan mudah membeli
ulang produk
tersebut
tanpa
melihat
dan
membandingkan
dengan
produk/jasa
pesaing.
Loyalitas
yang
terjadi
di
layanan
jasa
produk
prepaid
provider dengan postpaid provider
berbeda, diantaranya konsumen
prepaid
provider
loyalitasnya
rendah, karena
konsumen
merasa biasa-biasa saja dalam
menggunakannya,
sedangkan
konsumen
postpaid
provider
loyalitasnya tinggi, karena pihak
provider memberikan pelayanan
tambahaan,
sehingga
konsumen
merasa di istimewakan.
Nilai pelanggan merupakan
persepsi
konsumen
terhadap
manfaat
atas
kualitas
yang
ditawarkan relatif lebih tinggi dari
pesaing,
sehingga
akan
mempengaruhi tingkat
loyalitas
konsumen,
karena
konsumen
merasa
harapan
yang
diingingkan setelah menggunakan
barang tersebut tercapai, sehingga
mereka
puas
menggunakan
produk/jasa
tersebut.
Menurut
Palilati (2007,74): “Nilai pelanggan
juga merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi
loyalitas
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
konsumen. Semakin tinggi nilai
yang dirasakan
oleh
pelanggan, maka semakin besar
kemungkinan konsisten terjadinya
transaksi.” Nilai pelanggan yang
terjadi di layanan jasa produk
prepaid
provider
dengan postpaid provider berbeda,
diantaranya
pada
konsumen
prepaid
provider,
mereka
mengharapkan
kemudahan
dan
menikmati
pelayanan
dalam menggunakan jasa seluler
tersebut,
sedangkan
konsumen
postpaid
provider
mereka
menginginkan
kelebihan-kelebihan
yang
ditawarkan
postpaid
provider yang tidak
ada
di
prepaid provider.
Daya tarik iklan merupakan
salah satu cara yang digunakan oleh
pemasar dalam mengiklankan suatu
produk
secara
unik,
sehingga
mendapat perhatian dari konsumen
yang dituju. Pengiklanan yang unik
dapat
meningkatkan
kesadaran
akan merek serta produk/jasa, dan
mendorong
konsumen
untuk
melakukan
percobaan
terhadap
merek
tersebut
dan
terciptanya
pembelian
yang
berulang. Daya tarik iklan akan
meningkatkan pengulangan serta
mencegah konsumen agar tidak
Logo kartuHalo 1995
lupa
terhadap
produk/jasa, sehingga daya tarik
iklan
dapat
meningkatkan
kemungkinan konsumen untuk ingat
dan menggunakan, jika konsumen
membutuhkan produk/jasa tersebut
di masa yang akan datang. Menurut
Prameswari
(2011,14)
“Daya tarik iklan yang tinggi akan
memberikan
dampak
jangka
pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang yang pada akhirnya
memunculkan loyalitas konsumen.”
Daya tarik iklan yang terjadi di
layanan
jasa
produk
prepaid
provider dengan postpaid provider
berbeda, diantaranya iklan prepaid
provider disajikan dengan rasa
humor,
sehingga iklan
tersebut
cepat
mendapat
perhatian,
sedangkan
iklan
postpaid provider disajikan dengan
penawaran menarik, menonjolkan
kelebihan produk/jasa, sehingga
iklan tersebut mudah mendapat
perhatian
serta dapat
menjelaskan
informasi
dan
keunggulan produk/jasa tersebut.
Saat
bersamaan
ini
Telkomsel kartuHalo tampil dengan
wajah
baru,
Telkomsel
memperkenalkan
kartuHalo
dengan logo baru yang lebih
dinamis.
Logo kartuHalo 2012
Gambar 1 Logo kartuHalo
Sumber : Santoso, (2012)
Dengan, tagline baru, “Just for
You” Telkomsel ingin menarik
konsumen
muda
yang
mempunyai mobilitas tinggi dan
60
November 2014
membutuhkan
koneksi
yang
cepat. Dalam rangka
perubahan
logo kartuHalo dengan tagline
tersebut,
Telkomsel
kartuHalo
ISSN: 1410 -9875
memperkenalkan serta melakukan
berbagai
cara
untuk
memasarkan produk ini, mulai dari
beriklan di media cetak maupun
elektronik, menggunakan baliho
besar di tempat-tempat strategis,
melakukan roadshow di Jakarta,
dan aktifasi pelanggan baru serta
melakukan
promosi
bundling
dengan
handle
smartphone di mall-mall, dan
gedung
perkatoran
(Santoso,
2012).
Kompetensi tenaga penjual
merupakan suatu keahlian yang
diberikan oleh perusahaan untuk
memberikan
pelayanan
yang
terbaik
bagi
konsumennya.
Pelayanan
berupa
memberikan
informasi,
mengatasi
keinginan
dan
meningkatkan
pelayanan
produk/jasa.
Setiap
tenaga penjual
harus
memiliki pengetahuan yang lebih,
dan keahlian dalam berkomunikasi,
sehingga penyampaian informasi
mengenai produk/jasa dijualnya
jelas
dan konsumen
dapat mempercayai tenaga penjual
tersebut
dalam
menjelaskan
produk/jasa.
Kompetensi
tenaga
penjualan
memberikan peran
yang
sangat besar bagi perusahaan,
karena tenaga penjual merupakan
pihak
yang berperanan
penting sebagai alat penghubung
antara
perusahaan
dengan
konsumen.
Menurut
Prameswari (2011,3) “Semakin baik
kompetensi tenaga penjual, maka
semakin tinggi pula munculnya
loyalitas
konsumen,
karena
kompetensi tenaga penjual yang
baik
akan
meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap
tenaga
penjual,
sehingga
menciptakan
loyalitas
Dilla Noverita
konsumen.” Kemampuan tenaga
penjual yang terjadi di layanan jasa
produk prepaid provider dengan
postpaid
provider
berbeda,
diantaranya pada
konsumen
prepaid provider tidak ada tenaga
penjual, karena pada layanan
ini konsumen bisa mengaktifasikan
sendiri tanpa bantuan tenaga
penjual, sedangkan pada konsumen
postpaid provider terdapat tenaga
penjual,
karena pada
layanan ini konsumen harus dibantu
tenaga
penjual
dalam
hal
penyampaian informasi produk/jasa
untuk mengaktifkan layanan ini,
serta membuat perjanjian dalam
hal penggunaan dan pembayaran
tagihan.
Terdapat beberapa faktor
yang
mempengaruhi
loyalitas
konsumen,
diantaranya
nilai
pelanggan, daya tarik iklan, dan
kompetensi tenaga penjual.
Adapun rumusan masalah dalam
penelitian
ini
adalah
apakah
terdapat
nilai pelanggan,
daya tarik iklan dan kompetensi
tenaga
penjual
terhadap
loyalitas konsumen.
Penelitian
ini
disusun
dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
kerangka
teoritis
dan
pengembangan hipotesis memuat
nilai
pelanggan,
daya
tarik iklan, kompetensi tenaga
penjual dan loyalitas konsumen.
Ketiga,
metode
penelitian yang memuat metode
pemilihan
sampel
dan
pengumpulan
data,
definisi
operasional,
dan
pengukuran
variable. Keempat,
hasil
penelitian
yang
menguraikan
analisis dan pembahasan temuan
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
penelitian. Kelima, penutup yang
berisi kesimpulan, keterbatsan, dan
saran untuk penelitian selanjutnya.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Loyalitas Konsumen
Loyalitas merupakan sikap
yang diberikan konsumen terhadap
produk/jasa
yang
mempunyai
komitmen untuk membeli serta
menggunakan terus menerus dimasa
depan secara konsisten. Loyalitas
konsumen menurut Kotler
and
Keller (2012,149) “Loyalty as a
commitment
to rebuy
a preferred product or service.”
Pentingnya
loyalitas
bagi
perusahaan
adalah
untuk
mengurangi biaya promosi, menarik
pelangggan
baru,
dan
mempertahankan pelanggan yang
sudah ada.
Menurut Lovelock and Wirtz
(2011,338): “An old fashioned word
traditionally used to describe
fidelity and enthusiastic devotion
to a country.” Menurut Kotler and
Keller (2012,250) loyalitas dibagi
menjadi 4:
Hard-core loyals: Konsumen hanya
loyal satu produk/jasa. Split
loyals: Konsumen hanya
loyal kepada 2-3 produk/jasa.
Shifting loyals: Konsumen yang
berahli loyalitasnya dari
satu
produk/jasa ke produk/jasa lain.
Switchers:Konsumen
tidak
memiliki loyalitas ke semua
produk/jasa.
Menurut
Premeswari
(2011,2): “Sikap komitmen pada
suatu
produk/jasa
tertentu
dan
berniat
untuk
menggunakan
dimasa
depan.”
Untuk dapat menciptakan suatu
loyalitas konsumen, produsen harus
62
November 2014
dapat
memahami
beberapa
tahapan, menurut Schiffman and
Kanuk (2010,509) ada 4 tahap yaitu
“Act
of
purchase,
customer
satisfaction,
customer
trust,
customer commitment.”
Sedangkan membangun loyalitas
konsumen menurut Kotler
and
Keller (2012,163) ada 3 yaitu:
1. Interacting with customers:
Perusahaan menciptakan sistem
management hubungan dengan
pelanggan,
agar
teciptanya
interaksi
antar konsumen
dengan perusahaan.
2. Developing loyalty program:
Program ini dirancang untuk
mengetahui
data
base
pelanggan dalam hal transaksi
pembelian.
3. Creating
Institutional:
Perusahaan
menyediakan
program
untuk
pelanggan
dalam membantu pelanggan
dalam
mengelola
pesanan,
dan persediaannya sendiri.
Jadi, loyalitas konsumen dapat
disimpulkan adalah terwujudnya
harapan konsumen serta kepuasan
atas hasil kinerja dari produk/jasa
tersebut, sehingga
terciptanya
sikap penggunaan berulang dimasa
yang akan datang, serta mereka
dapat mengajak orang lain untuk
menggunakan
produk/jasa
tersebut.
Nilai Pelanggan
Nilai menurut Kotler and
Keller (2012,32) “Value is primarily
a combination of quality, service,
and price.” Nilai yang telah
diciptakan
oleh
perusahaan bertujuan sebagai alat
untuk merebut
pelanggan
baru
serta
dapat
mempertahankan pelanggan yang
lama,
sehingga
terciptanya
ISSN: 1410 -9875
nilai pelanggan. Menurut Kotler and
Keller (2012,56) dalam proses
penyerahan nilai pelanggan ada 3
tahap yaitu:
1. Choosing the value: pada tahap
ini
perusahaan
menerapkan
strategi
segmentasi,
positioning,
targeting
produk/jasa.
2. Providing the value: pada tahap
ini
perusahan
melakukan
pengembangan
produk/jasa,
penetapan harga, penyediaan
barang dan pelayanan distribusi.
3. Communicating the value: pada
tahap yang terakhir
ini,
perusahan
mempersiapkan
tenaga
penjual,
promosi
penjualan dan periklanan.
Nilai dibagi menjadi 2 yaitu (Palilati
2007,74):
1. Nilai
attribut
adalah
karakteristik
produk
yang
terdapat dibenak
konsumen
dan dapat
dijelaskan oleh
pelanggan,
2. Nilai
konsekuensi
adalah
penilaian
subjektif
dari
pelanggan sebagai konsekuensi
dari penggunaan produk.
Menurut Hawkins (2007,11):
“Customer value is difference
between all the benefits derived
from a total product and all the
cost
of
acquiring
those
benefits.”
Menurut
Schiffman
and
Kanuk (2010,29) “Customer value is
the ration between the customer’s
perceived benefit
and
the
resources used to obtain those
benefits.”
Menurut Prameswari (2011,5)
“Nilai
pelanggan
berpengaruh
positif
terhadap
loyalitas
konsumen, semakin tinggi nilai
pelanggan, maka semakin
tinggi
pula loyalitas konsumen.”
Dilla Noverita
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa nilai pelanggan
adalah
selisih
manfaat yang
diterima oleh pelanggan
dalam
memperoleh
produk/jasa
tersebut, serta menggunakannya
dengan
biaya
yang
mereka
bayar.
H1:
Terdapat
pengaruh
nilai
pelanggan
terhadap
loyalitas konsumen pada
pengguna
Telkomsel
kartuHalo di Jakarta.
Daya Tarik Iklan
Iklan merupakan
suatu
konsep bagian dari pemasaran yang
digunakan
untuk
mengkomunikasikan produk yang
sedang dijual dengan
tujuan
untuk
mendidik
serta
mempengaruhi konsumen dan juga
dapat
membujuk para
konsumen untuk membeli produk
tersebut.
Iklan
menurut
Kotler and Keller
(2012,526) “Advertising can be a
cost effective
way to
disseminate messages, whether to
build a brand preference or to
educate people.”
Menurut Kotler and Keller
(2012,512) “Advertising can build
up
a long-term
image for a product or trigger
quick
sales.”
Lovelock
and
Wirtz (2011,196): “Advertising is
any paid form non personal
communication
by a
marketer to inform, educate or
persuade
members
of
target
audience.”
Menurut Kotler and Keller (2012,
526) ada 4
tujuan
dibuatnya
iklan:
1. Informative
advertising:
Bertujuan
untuk
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
menginformasikan
tentang
produk/jasa baru, atau fitur
baru dari produk yang ada.
2. Persuasive
advertising:
7. Bertujuan untuk menciptakan
kesukaan,
serta
terjadi
pembelian produk.
3. Reminder
advertising:
Bertujuan untuk mengingatkan
konsumen
serta
merangsang terjadi pembelian
ulang produk/jasa.
4. Reinforcement
advertising:
Bertujuan untuk meyakinkan
pembeli
bahwa
mereka
membuat pilihan yang tepat.
Setiap
iklan
harus
mempunyai
daya
tarik,
agar
menciptakan
tampilan yang unik dan konsumen
yang
ditargetkan
oleh
iklan
tersebut tertarik.
Daya tarik
iklan menurut Tjiptono
(2004)
dalam
jurnal
Prameswari
(2011,5): “Kemampuan iklan dalam
menarik perhatian pasar sasaran.
Pesan yang ada didalam sebuah
iklan harus dapat mempengaruhi
informasi
dan
pengetahuan dibenak konsumen.”
Menurut
Clow
and
Baack
(2012,78) ada 7 daya tarik iklan:
1. Fear Appeals: Rasa takut yang
dimiliki
konsumen
dapat
membantu
iklan tersebut
cepat mendapatkan perhatian
dari
konsumen
yang
dituju.
2. Humor Appeals: Rasa humor
dapat membantu iklan tersebut
dapat
lebih
mudah
medapatkan
perhatian
dari
konsumen lebih lama.
3. Sex Appeals: Sexualitas dari
seseorang
dapat
membantu
iklan
tersebut
untuk
menarik perhatian yang lebih
cepat.
64
November 2014
4. Musical Appeals: Musik dapat
membantu iklan tersebut agar
mendapatkan
perhatian
dari
konsumen.
5. Rational Appeals: Iklan dapat
memberikan
informasi
yang
mudah
dipahami
konsumen,
sehingga
mendapatkan
perhatian dan terjadi keputusan
pembelian.
6. Emotional Approach: Iklan yang
mempunyai
pendekatan
emosional
dapat
menarik
perhatian dan
keterikatan
antara
konsumen
dengan
produk tersebut.
7. Scarcity Appeals: Iklan yang
memakai alat promosi dengan
tawaran-tawaran terbatas dapat
mempercepat perhatian dari
konsumen.
Menurut
Prameswari
(2011,6):
“Daya
tarik
iklan
mempengaruhi munculnya loyalitas
konsumen. Semakin tinggi daya
tarik
iklan,
maka
semakin tinggi munculnya loyalitas
konsumen.”
Jadi, daya tarik iklan dapat
disimpulkan
adalah
sengaja
diciptakan
oleh perusahaan
agar iklan yang dibuatnya menjadi
unik
dan
menarik,
sehingga iklan tersebut mendapat
perhatian dari konsumen, dan iklan
tersebut
dapat
menjelaskan
informasi secara jelas kepada
konsumen yang
dituju.
H2:
Terdapat pengaruh
daya
tarik
iklan
terhadap
loyalitas konsumen pada
pengguna
Telkomsel
kartuHalo di Jakarta.
Kompetensi Tenaga Penjual
Tenaga penjual merupakan
suatu tempat bagi para sales dalam
ISSN: 1410 -9875
berbagi
informasi,
program
penjualan dan teknis program
pemasaran
produk
kepada konsumennya.
Menurut Kotler and Keller
(2012,576) “An individual acting
for a company by performing one
or more of the following activities:
Prospecting,
Targeting,
Communicating,
Selling,
information
gathering,
and
Allocating.”
Kompetensi seorang tenaga
penjual dalam melaksanakan tugas
penjualannya
dan
mampu
membawa perusahaan mencapai
hasil yang
diinginkan,
melalui
ketrampilan
yang
dimilikinya.
Menurut
Shermon
(2004,11): “A competency is an
underlying charateristic
of
a
person,
which
enables
him
to
deliver
superior
performance in a given job, role or
a situation as explained.”
Menurut Kotler and Keller
(2012,575)
terdapat
6
kemampuan tenaga penjual:
1. Deliverer: Kemampuan utama
tenaga
penjual
dalam
menyampaikan
suatu
informasi produk/jasa secara
jelas.
2. Order
Taker:
Kemampuan
tenaga penjual dalam mengatur
informasi
penjualan
dan
pembelian.
3. Missionary: Kemampuan tenaga
penjual dalam mengedukasi
pembeli atau pelanggan yang
potensial.
4. Technical: Kemampuan tenaga
penjual
yang
memiliki
pengetahuan
yang lebih
mengenai
produk/jasa
tersebut.
5. Demand Creator: Kemampuan
tenaga
penjual
dalam
Dilla Noverita
menciptakan
metode
penjualan
yang
baik
mengenai produk/jasa.
6. Solution Vendor: Kemampuan
tenaga
penjual
dalam
menguasai
masalah
yang
dihadapi
pelanggan
serta
memberikan
alternatif
jawaban
atas
masalah
tersebut.
Sedangkan menurut Rentz et
al. (2002,13) mengatakan bahwa
terdapat
tiga
kemampuan
penjualan yang harus
dipelajari
oleh
tenaga
penjual
dalam
menyelesaikan
tugas
penjualannya, yaitu meliputi:
1. Interpersonal skill, seperti
kemampuan tenaga penjual
mengetahui bagaimana cara
mengatasi
dan
memecahkan
keinginan
konsumen.
2. Salesmanship skill, seperti
kemampuan tenaga penjual
dalam
membuat
presentasi, dan
menutup
dengan penjualan.
3. Technical
skill,
seperti
kemampuan tenaga penjual
dalam mengetahui tentang
manfaat dari produk/jasa
tersebut, serta kebijakan
yang
dikeluarkan
oleh
perusahaan.
Kompetensi tenaga penjual
menurut Liu and Leach (2001,147):
“The belief that a salesperson
possesses special knowledge that is
relevant to
business
relationship.”
Kompetensi tenaga penjual
menurut
Murdoko
(2007,11):
“Kompetensi
tenaga
penjual
merupakan aspek penting yang
berkaitan
dengan
pelayanan
yang diberikan
oleh
penjual
kepada pelanggannya.”
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Adapun tahap-tahap efektif
dalam penjualan menurut Kotler
and Keller (2012,583):
1. Prospecting: Tenaga penjual
yang
menggunakan
waktu
semaksimal
mungkin
untuk
menginformasi
produk/jasa
yang dijual dengan cepat.
2. Pre approach: Tenaga penjual
untuk melakukan pendekatan
serta
berinteraksi
dengan
pembeli.
3. Presentation: Tenaga penjual
menjelaskan
secara
lengkap
mengenai
produk/jasa
serta
keuntungan
yang
akan
diterima oleh pembeli.
4. Overcoming Objections: Tenaga
penjual
memberikan
waktu
bertanya
kepada
pembeli,
sehingga menjadi alasan untuk
membeli produk/jasa tersebut.
5. Closing:
Tenaga
penjual
mengakhiri dari semua tahap,
sehingga
terjadinya
pembelian.
6. Follow-up: Tenaga
penjual
melakukan
usaha
untuk
mengetahui
kepuasan
pelanggan,
sehingga
mereka
dapat
melakukan
pembelian
ulang.
Menurut Islami (2012,26)
pengukuran
kompetensi
tenaga
penjualan perusahaan berdasarkan
dari:
1. Pengukuran secara obyektif:
Pengukuran kinerja penjualan
lebih
menitik
beratkan
pada volume penjualan.
2. Pengukuran secara subyektif:
Pengukuran
Kepuasan
66
November 2014
pelanggan,
kemampuan
melakukan
presentasi
penjualan, serta kemampuan
penanganan
keinginan
pelanggan secara efektif.
Menurut
Prameswari
(2011,6):
“Kompetensi
tenaga
penjual
merupakan
variabel
yang
penting
dalam
memperoleh
loyalitas
konsumen, sehingga semakin baik
kompetensi tenaga
penjualnya,
maka
semakin tinggi
munculnya loyalitas konsumen.”
Jadi, kompetensi tenaga
penjual dapat disimpulkan adalah
suatu kemampuan yang
dimiliki
oleh seorang tenaga penjual dalam
mempresentasikan
informasi,
menjual
produk/jasa,
serta
mengatasi
keinginan
konsumen dalam mencapai harapan
konsumen
untuk
menggunakan produk/jasa.
H3:
Terdapat
pengaruh
komptensei tenaga penjual
terhadap loyalitas konsumen
pada pengguna Telkomsel
kartuHalo di Jakarta.
H4:
Terdapat
pengaruh
nilai
pelanggan, daya tarik iklan
dan
komptensei
tenaga
penjual
secara
bersama-sama
terhadap
loyalitas
konsumen
pada
pengguna
Telkomsel
kartuHalo di Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
Dilla Noverita
Berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian ini :
NILAI PELANGGAN
(X1)
H1
DAYA TARIK IKLAN
H2
LOYALITAS
KONSUMEN
(X2)
(Y)
H3
KOMPETENSI
TENAGA PENJUAL
(X3)
H4
Gambar 2 Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menjawab
masalah
penelitian
mengenai
pengaruh nilai pelanggan, daya
tarik
iklan
dan
kompetensi
tenaga penjual terhadap loyalitas
konsumen, untuk itu digunakan
penelitian kausalitas.
Sample penelitian ini adalah
100 konsumen Telkomsel kartuHalo
di Jakarta, dengan karakteristik
dan minimal telah menggunakan
Telkomsel kartuHalo selama 2
tahun. Sampel diperoleh secara
purposive
sampling.
Data
dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner dengan
skala
likert
dengan 4 skala (sangat tidak setuju,
tidak
setuju,
setuju,
sangat
setuju). Selanjutnya data dianalisis
dengan
menggunakan
analisis regresi sederhana dan
berganda
Dan untuk penggambaran
responden digunakan penelitian
deskriptif.
Penelitian
ini
menggunakan regresi sebagai alat
uji
pengaruh
variable
independen
terhadap
variable dependen.
Metode pengambilan sampel
yang digunakan peneliti sesuai
dengan pernyataan Menurut Hair et
al. (2010,102)
“The researcher
generally would not factor analyze
a sample of fewer than 50
observation and preferably the
sample size should be 100 or
large.”
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Definisi operasional dan indikator pengukuran variabel
Tabel 2 Operasional Variabel dan Pengukuran
Variabel
Indikator
Skala
pengukuran
Variabel Independen
:
1. Nilai Pelanggan
1. Nilai emosional
Likert
2. Nilai sosial
Likert
3. Nilai kualitas produk
Likert
4. Nilai biaya yang
Likert
dikeluarkan
2. Daya Tarik Iklan
1. Informasi jelas
2. Informasi dapat
dipercaya
3. Iklan yang kreatif
4. Frekuensi penampilan
5. Mudah dipahami
6. Mudah dapat perhatian
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
3. Kompetensi
Tenaga Penjual
1. Kemampuan presentasi
2. Menyediakan informasi
3. Menyelesaikan masalah
Likert
Likert
Likert
Variabel Dependen :
4. Loyalitas 1. Penggunaan ulang Konsumen
2. Membayar pulsa
dengan tarif premium
3. Merekomendasikan
kepada orang lain
Likert
Likert
Likert
HASIL PENELITIAN
Table 3 Statistik Deskriptif
JENIS KELAMIN
68
STATUS PERNIKAHAN
WANITA
LAJANG
23,0%
22,0%
LAKI-LAKI
MENIKAH
77,0%
78,0%
ISSN: 1410 -9875
Dilla Noverita
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
S2
SWASTA
18,0%
54,0%
WIRAUSAHA
9,0%
PNS
3,0%
BUMN
34,0%
S1
82,0%
LAMANYA PENGGUNAAN
PULSA PER BULAN
3.100.0005.000.000
2 TAHUN
5,0%
500.000 1.000.000
7,0%
38,0%
3 TAHUN
34,0%
>4 TAHUN
59,0%
1.000.0003.000.000
57,0%
USIA
IKLAN
41-50 TAHUN
2 KALI
41,0%
14,0%
5,0%
3 KALI
31-35 TAHUN
21,0%
22,0%
>4 KALI
36-40 TAHUN
65,0%
Model
(Contant)
Nilai
Pelanggan
26-30 TAHUN
32,0%
Table 4 Hasil Uji Hipotesis 1
R
R2
B
T
6,790
6,344
0,323
0,104
0,258
3,380
Sig
0,000
0.001
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Model
(Contant)
Daya tarik Iklan
Model
(Contant)
Kompetensi
Tenaga Penjual
Table 5 Hasil Uji Hipotesis 2
R
R2
B
T
3,625
4,211
0,475
0,225
0,300
5,338
Sig
0,000
0,000
Table 6 Hasil Uji Hipotesis 3
R
B
T
R2
5,257
6,011
0,512
0,263
0,497
5,907
Sig
0,000
0,.000
Table 7 Hasil Pengujian
Model
R
Adj.R2
(contant)
0,563
0,296
Nilai Pelanggan
Daya Tarik Ikaln
Kompetensi
Tenaga Penjual
Berdasarkan
tabel
3
hubungan nilai pelanggan dengan
loyalitas
konsumen pada
pengguna Telkomsel kartuHalo di
Jakarta
memiliki
hubungan yang cukup dan positif
sebesar 0,323 dengan variabel
loyalitas konsumen yang dapat
dijelaskan
oleh
nilai
pelanggansebesar
10,4%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0.05 yang berarti terdapat
pengaruh
nilai
pelanggan
terhadap
loyalitas
konsumen
pada
pengguna
Telkomsel kartuHalo di Jakarta,
Model regresi dari variabel nilai
pelanggan
diatas
adalah:
Y = 6,790 + 0,258 X1 + e
Berdasarkan
tabel
4
hubungan daya tarik iklan dengan
loyalitas
konsumen pada
pengguna Telkomsel kartuHalo di
Jakarta
memiliki
hubungan yang cukup dan positif
sebesar 0,475 dengan variabel
loyalitas konsumen yang dapat
70
November 2014
Regresi Berganda
B
F
2,875
14,846
0,074
0,147
0,334
Sig
0,000
dijelaskan oleh daya tarik iklan
sebesar 22,5%.
Berdasarkan
tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang
berarti
terdapat
pengaruh
daya tarik iklan terhadap loyalitas
konsumen
pada
pengguna
Telkomsel kartuHalo di Jakarta,
Model regresi dari variabel daya
tarik iklan diatas
adalah: Y
= 4,211 + 0,300 X2 + e
Berdasarkan
table
5
hubungan
kompetensi
tenaga
penjual
dengan
loyalitas konsumen pada pengguna
Telkomsel kartuHalo di Jakarta
memiliki hubungan yang kuat dan
positif sebesar 0,512
dengan
variabel
loyalitas
konsumen yang dapat dijelaskan
oleh
kompetensi
tenaga
penjual sebesar 26,3%. Berdasarkan
tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang
berarti
terdapat
pengaruh
kompetensi
tenaga
penjual
terhadap
loyalitas
konsumen
pada
pengguna
Telkomsel kartuHalo di Jakarta,
Model regresi
dari
ISSN: 1410 -9875
Dilla Noverita
variabel kompetensi tenaga penjual
diatas adalah:
Y = 5,257 + 0,497 X3 + e
Berdasarkan
tabel
6
hubungan nilai pelanggan, daya
tarik iklan
dan
kompetensi tenaga penjual dengan
loyalitas
konsumen
pada
pengguna Telkomsel kartuHalo di
Jakarta memiliki hubungan
yang
kuat dan positif sebesar 0,563,
dengan variabel loyalitas konsumen
yang dapat
dijelaskan
oleh nilai pelanggan, daya tarik
iklan dan
kompetensi
tenaga
penjual sebesar 31,7%. Berdasarkan
tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang
berarti terdapat pengaruh nilai
pelanggan, daya tarik iklan dan
kompetensi
tenaga
penjual
terhadap
loyalitas
konsumen
pada
pengguna
Telkomsel
kartuHalo di
Jakarta. Model
regresi
dari
pengaruh nilai pelanggan, daya
tarik iklan dan kompetensi tenaga
penjual diatas adalah:
Y = 2,875+ 0,074 X1 + 0,147 X2 +
0,334 X3 + e
PENUTUP
diatas
Berdasarkan
menunjukan
pengaruh nilai pelanggan, daya
tarik iklan dan kompetensi tenaga
penjual
terhadap
loyalitas
konsumen
pada
pengguna
Telkomsel kartuHalo di Jakarta.
Hasil
penelitian
diatas
juga
menunjukan terdapat
pengaruh
nilai pelanggan, daya tarik iklan
dan kompetensi tenaga penjual
secara
bersama-sama
terhadap
loyalitas
konsumen
Keterbatasan
penelitian
dalam
penelitian
ini
Sampel
penelitian ini
hanya
terbatas pada 100 sampel dan satu
merek
saja
yaitu
Telkomsel
kartuHalo.
Adapun saran yang dapat
peneliti berikan berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan sehingga
dapat berguna bagi penelitian
selanjutnya yaitu Bagi peneliti
selanjutnya yang memilih topik
yang sama sebaiknya menambah
variabel-variabel lain karena masih
banyak
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi loyalitas konsumen,
bagi
penelitian
selanjutnya
diharapkan dapat
menambah
jumlah
sampel
agar
dapat
meningkatkan
kemampuan
generalisasi hasil penelitian.
penelitian
terdapat
REFERENSI
Clow, Kenneth E., and Donald Baack. 2012.
“Integrated
Advertising,
Promotion and Marketing Communication.” 4th Edition. Pearson
International Edition.
Dessler, Gary. 2011. “Human Resource Management.” 12th Edition. Global
Edition. Pearson International Edition.
Gujarati, Damodar N. 2009. “Basic Econometric.” 5th Edition. International
Edition. Mc Graw-Hill International Edition.
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Hair, Joseph F., Wiliam C. Black., Barry J. Babin, Rolph E. Anderson., and L.
Tatham. 2010. “Multivariate Data Analysis.” 7th Editional Pearson
Prentice.
Hawkins, Del I. Roger J Best., And Kenne A Coney. 2007. “Consumer Behavior
: Building Marketing Strategy.” 10th Edition. McGraw-Hill Higher
Education.
Islami, Faizal A. 2012. Analisis Pengaruh Hard Skill, Soft Skill dan Motivasi
Terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan
PT. Bumiputera Wilayah Semarang), Program Sarjana pada Program
Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis., Universitas Diponegoro
Kotler, Philip., and K. Lane Keller. 2012. “Marketing Management.” 14th
Edition. Pearson International Edition.
Lovelock, Chistoper., and Jochen Wirtz. 2011. Service Marketing: “People,
technology, startegy.” 7 th Edition. Pearson International Edition.
Liu, A.H. and Leach, M.P. 2001. “Developing Loyal Customer with Value
Adding Sales Force: Examining Customer Satisfaction and Perceived
Credibility of Consultative Salespeople.” Journal of Personal Selling
and Sales Management, Vol. 21
Murdoko, E. Widijo H. 2007. “Melayani dari Hati.” PT.
Elex
Media
Komputindo.
Palilati, A. 2007. Pengaruh Nilai Pelanggan, Kepuasan Terhadap Loyalitas
Nasabah Tabungan Perbankan Di Sulawesi Selatan. Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Selatan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 9 No. 1 Maret : 73-8.
Prameswari, Nanda Putri., dan Sri Rahayu Tri Astuti SE.,MM., 2011. Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen pada ansuransi
prudential di kota semarang. Diponegoro University Institutional
Repository. Fokus Ekonomi Vol. 6 No. 2 Desember.
Rentz, Joseph O., C. David Shepherd., Armen Tashchian., Pratibhan A.
Dabholkar and Robert T. Ladd. 2002. ”A Measuren of Selling Skill: Scale
Development and Validation”. Journal of Personal Selling and Sales
Management, Vol. XXII (1), Winter: 13-21.
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistik 19. Penerbit PT. Elex
Media Komputindo.
Sekaran, Umar., and Bougie. 2010. “Research Methods for Business: A skillBuilding Approach.” 5th Edition. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Setiobudi, Bayuaji Darus. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
selling skill terhadap kinerja tenaga penjual (Studi Kasus Pada PT.
Asuransi Sinar Mas). Program Studi Magister Manajemen, program Pasca
Sarjana. Universitas Diponegoro.
Schiffman, Leon G., and Leslie Lazar Kanuk. 2010. “Consumer Behavior.” 10th
Edition. Pearson International Edition.
Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis.” Alfabeta. Bandung.
Shermon, Ganesh. 2004. “Competency based HRM-a strategic resource for
competency mapping assessment and development centres”. McGrawHill.
72
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 73-82
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ARLEEN HERAWATY
STIE Trisakti
[email protected]
Abstrak: This study aims to examine the influence of audit committee size,
independent commissioner, board of director size, board of commissioner
size, managerial ownership, company size and leverage towards earnings
management in manufacturing companies. This study use documentary
method from ICMD and annual report of companies. The samples of this study
are manufacture companies listed in the Indonesian Stock Exchange. The
period of study is 2010 until 2012. The population of this research is 143
companies in the manufacturing sector. Sample are selected based on
purposive sampling method and are analyzed by using multiple regression
statistical method. Based on this study the result indicates managerial
ownership has relationship in earning management. The increasingly
managerial ownership can make earning management decrease in that
companies. Audit committee size, independent commissioner, board of
director size, board of commissioner size, company size and leverage can’t
give significant effect to the earning management.
Keywords:
Audit Committee Size, Independent Commissioner, Board
of
Director Size, Board of Commissioner
Size,
Managerial
Ownership, Company Size, Leverage, Earnings Management.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran komite
audit, komisaris independen, ukuran dewan direktur, ukuran dewan
komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan leverage terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan
metode dokumenter studi dari ICMD dan laporan tahunan perusahaan. Sampel
dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Periode penelitian adalah 2010 hingga 2012. Populasi dari
penelitian ini adalah 143 perusahaan di sektor manufaktur. Sampel dipilih
berdasarkan metode purposive sampling dan dianalisis dengan menggunakan
metode statistik regresi berganda. Berdasarkan penelitian ini
hasilnya
menunjukkan kepemilikan manajerial memiliki hubungan dengan manajemen
laba. Kepemilikan manajerial
semakin
dapat
membuat
penghasilan
penurunan manajemen dalam perusahaan. Audit ukuran komite, komisaris
independen, ukuran dewan direktur, ukuran dewan komisaris, ukuran
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
perusahaan dan leverage tidak memberikan efek yang signifikan terhadap
manajemen laba.
Kata kunci: Ukuran Komite Audit, Komisaris Independen, Ukuran Dewan
Direktur, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial,
Ukuran Perusahaan, Leverage, Manajemen Laba.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan adalah
hasil akhir dari suatu proses
pencatatan berupa ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang
telah terjadi selama satu tahun
buku yang bersangkutan. Tujuan
utama dari suatu laporan keuangan
adalah
untuk
menyediakan
informasi bagi para pengguna
mengenai arus kas perusahaan dan
kinerja manajemen
perusahaan
pada jangka
waktu
tertentu.
Kinerja perusahaan tersebut dapat
dilihat dari laba yang terdapat
dalam suatu laporan keuangan,
yaitu laporan laba rugi. Tindakan
yang
dilakukan
oleh
para
manajemen yang mementingkan
kepentingannya
sendiri
(opportunistic) dilakukan dengan
cara memilih kebijakan akuntansi
tertentu, sehingga laba
dapat
diatur sesuai keinginannya. Perilaku
manajemen seperti inilah yang
biasa
dikenal
dengan
istilah
manajemen laba.
Dalam rangka mengurangi
tindakan manajemen laba dan juga
meningkatkan
kualitas
suatu
laporan keuangan, diperlukan suatu
tata pengelolaan perusahaan yang
baik
(corporate
governance).
Diperlukan adanya prinsip-prinsip
Corporate Governance di dalam
perusahaan yang dikelola
agar
dapat menghasilkan kinerja yang
baik antara pemegang saham,
dewan komisaris, dan dewan direksi
74
dalam membuat keputusan dan
menjalankannya sesuai dengan nilai
moral yang telah ditetapkan demi
tercapainya tujuan dari perusahaan
tersebut. Tujuan penelitian adalah
untuk memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh ukuran komite
audit, komisaris
independen,
ukuran dewan direksi, ukuran
dewan
komisaris,
kepemilikan
manajerial, ukuran perusahaan dan
leverage.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Teori keagenan menjelaskan
tentang hubungan antara principal
(pemilik) dan agent (manajemen)
dalam hal untuk mengelola suatu
perusahaan. Jadi, antara principal
dengan agent memiliki kepentingan
yang berbeda-beda antara
yang
satu dengan yang lain, sehingga hal
ini dapat menyebabkan pihak-pihak
seperti pemilik dan manajer dalam
suatu perusahan akan berusaha
melakukan cara apapun
untuk
dapat mencapai tujuannya sendiri.
Pradipta (2011) menyatakan bahwa
salah satu tindakan yang dilakukan
oleh
manajer
untuk
mencari
keuntungan
sendiri
dengan
mengorbankan kepentingan pihak
lain adalah manajer melakukan
manajemen laba.
Manajemen Laba
Sulistyanto
(2008,
88)
menyatakan bahwa manajemen
ISSN: 1410 -9875
laba merupakan upaya manajerial
untuk
mengintervensi
informasi
dalam laporan keuangan
dengan
cara
memanfaatkan
kebebasan
memilih dan menggunakan metode
akuntansi.
Daljono
(2013)
menyatakan
bahwa
praktik
manajemen laba yang seringkali
dilakukan
manajemen
dapat
menurunkan
kualitas
laporan
keuangan suatu perusahaan, selain
itu tindakan ini dapat merugikan
investor
karena
mereka
akan
memperoleh informasi yang tidak
sesuai mengenai posisi keuangan
perusahaan
Ukuran Komite Audit dan
Manajemen Laba
Komite
audit
ini
bertanggung
jawab
dalam
mengawasi audit eksternal dan
mengamati pengendalian internal,
sehingga dapat mengurangi sifat
opportunistic
manajemen
yang
melakukan manajemen laba. Abbas
(2009)
menganalisis
mengenai
pengaruh
corporate
governance
terhadap manajemen laba. Hasil
analisis
tersebut
menunjukkan
bahwa
audit
committee
size
berpengaruh
negatif
terhadap
manajemen laba. Hasil tersebut
berbeda dengan Daljono (2013)
yang menyatakan bahwa ukuran
komite audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
H�� Ukuran
komite
audit
berpengaruh terhadap manajemen
laba
Komisaris Independen dan
Manejemen Laba
Komisaris
Independen
menjadi salah satu hal yang paling
penting bagi mekanisme corporate
governance.
Murhadi
(2009)
menganalisis mengenai pengaruh
Arleen Herawaty
dari praktek corporate governance
yang dapat mengurangi manajemen
laba
yang
dilakukan
oleh
perusahaan. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa independent
commissioner memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba. Hasil
yang sama juga diperoleh Putri
(2012) yang menyatakan bahwa
proporsi
dewan
komisaris
independen berpengaruh terhadap
manajemen laba.
H�� Komisaris
independen
berpengaruh
terhadap
manajemen laba
Ukuran
Dewan
Direksi
dan
Manajemen Laba
Dewan direksi merupakan
salah satu unsur yang penting dari
karakterisitik dewan yang dapat
mempengaruhi manajemen laba.
Abed et al. (2012) menganalisis
mengenai
hubungan
antara
corporate
governance
dan
manajemen laba. Hasil analisis
tersebut
menunjukkan
bahwa
terdapat hubungan negatif antara
board size dan manajemen laba.
Hasil yang sama juga diperoleh
Pradipta (2011) yang menyatakan
bahwa board
size
memiliki
pengaruh terhadap
manajemen
laba.
H�� Ukuran
dewan
direksi
berpengaruh terhadap manajemen
laba
Ukuran Dewan Komisaris dan
Manajemen Laba
Dewan komisaris
sebagai
organ perusahaan bertugas dan
bertanggung jawab secara kolektif
untuk melakukan pengawasan dan
memberikan
nasihat
kepada
Direksi. Nasution dan Setiawan
(2007) menyatakan bahwa ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
positif terhadap manajemen laba
perusahaan. Hasil tersebut berbeda
dengan Ujiyantho dan Pramuka
(2007) yang menyatakan bahwa
ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
H�� Ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh terhadap manajemen
laba
bahwa tidak terdapat hubungan
antara
company
size
dan
manajemen laba. Hasil yang sama
juga
diperoleh
Nasution
dan
Setiawan (2007) bahwa company
size memiliki tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
H�� Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap manajemen
laba
Kepemilikan
Manajerial
dan
Manajemen Laba
Ujiyantho
dan
Pramuka
(2007) menyatakan bahwa motivasi
yang berbeda akan menghasilkan
manajemen laba yang berbeda,
seperti antara manajer dan juga
sekaligus sebagai pemegang saham
dan manajer yang tidak sebagai
pemegang saham. Abed et al.
(2012) menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara insider
ownership dan manajemen laba.
Hasil tersebut berbeda dengan
Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang
menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial
memiliki
pengaruh
terhadap manajemen laba.
H�� Kepemilikan
manajerial
berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Leverage dan Manajemen Laba
Leverage merupakan rasio
antara total kewajiban dengan
total asset. Abed et al. (2012)
menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara leverage dan
manajemen laba. Hasil tersebut
berbeda dengan
Guna
dan
Herawaty (2010) yang menyatakan
bahwa leverage memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba.
H�� Leverage
berpengaruh
terhadap manajemen laba
Ukuran
Perusahaan
dan
Manajemen Laba
Besar
kecilnya
suatu
perusahaan dapat dilakukan dengan
menggunakan proksi yang dijadikan
sebagai acuan dalam pengukuran
perusahaan antara lain total aset.
Abed et al. (2012) menyatakan
METODA PENELITIAN
Obyek yang diamati dalam
penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sampel digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan yang termasuk dalam
industri manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
periode
tahun 2010 sampai dengan 2012.
Metode pengambilan sampel yang
digunakan
adalah
purposive
sampling. Kriteria sampel beserta
hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
No
1
76
Kriteria
Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2012
Jumlah
127
ISSN: 1410 -9875
2
4
5
6
7
Arleen Herawaty
Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan tahun
buku yang berakhir pada 31 Desember
Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan data
laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah
Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data
megenai komisaris independen, komite audit dan variabel
penelitian lainnya.
Total sampel perusahaan
Total data dari tahun 2010 sampai dengan 2012 (70x3)
Setiawati (2002) dalam Guna dan
Herawaty (2010)
menyatakan
bahwa manajemen laba merupakan
campur tangan manajemen dalam
proses
pelaporan
keuangan
eksternal dengan tujuan untuk
menguntungkan
dirinya
sendiri
(manajer). Manajemen laba dapat
diukur dengan discretionary accrual
yang
dalam
penelitian
ini
menggunakan model Jones yang
dimodifikasi (Abed et al
2010).
Skala pengukuran yang
dipakai
dalam variabel ini adalah
skala
rasio.
1. Mengukur total accrual dengan
menggunakan model Jones yang
dimodifikasi.
TACCit = NIit - OCFit
2. Menghitung
nilai
accruals
dengan persamaan regresi linear
sederhana atau Ordinary Least
Square (OLS) dengan persamaan
:
TACCit/Ait-1 = a1 (1/Ait-1) + a2
(ΔREVIT‐ΔRECIT) /Ait‐1 + a3
(PPEit/Ait-1) + e
3. Selanjutnya,
dengan
menggunakan koefisien regresi
diatas nilai non discretionary
accruals (NDA) dapat dihitung
dengan rumus:
NDTACCit = â1(1/ Ait-1) + â2
(ΔREVIT‐ΔRECIT) /Ait‐1
+ â3
(PPEit/Ait-1)
4. Menghitung
discretionary
accruals
(3)
(19)
(35)
70
210
DACCit =
TACCit/Ait-1 –
NDTACCit
TACCit:
Total
Accrual,
DACCit: Discretionary Accrual, Ait1: Total aset untuk sampel
perusahaan i pada akhit tahun t-1,
ΔREVIT: Perubahan
pendapatan
perusahaan i dari tahun t-1 ke
tahun t, ΔRECIT: Perubahan piutang
bersih perusahaan i dari tahun t-1
ke tahun t, PPEit: Aktiva tetap
perusahaan tahun t, a1 a2 a3:
Koefisien regresi persamaan, e:
error, â1 â2 â3: Fitted coeficient
yang diperoleh dari hasil regresi
persamaan.
IAI dalam Effendi (2009, 25)
menyatakan bahwa komite audit
merupakan suatu komite yang
bekerja secara profesional dan
independen yang dibentuk oleh
dewan komisaris. Ukuran komite
audit dalam penelitian ini diukur
dengan jumlah anggota di dalam
komite audit (Abbas 2009).
Komisaris
independen
merupakan.
anggota
dewan
komisaris yang tidak boleh memiliki
hubungan afiliasi dengan pemegang
saham, direktur atau komisaris
lainnya
perusahaan
yang
bersangkutan Forum of Corporate
Governance for Indonesia (2000).
Proporsi komisaris independen ini
diukur
dengan
menggunakan
persentase
dari
komisaris
independent
dibanding
dengan
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
total jumlah komisaris (Murhadi
2009).
Ukuran dewan direksi adalah
jumlah anggota direksi dalam suatu
perusahaan. Ukuran dewan
ini
diukur
dengan
menggunakan
indikator jumlah anggota dewan
direksi dalam suatu perusahaan
(Abed et al. 2012).
Ukuran
dewan
komisaris
merupakan
jumlah
anggota
komisaris dalam suatu perusahaan.
Ukuran dewan komisaris ini diukur
dengan
menggunakan
indikator
jumlah
total
anggota
dewan
komisaris, baik yang berasal dari
internal perusahaan maupun dari
eksternal perusahaan (Nasution dan
setiawan 2007).
Kepemilikan
manajerial
merupakan kepemilikan saham oleh
pihak
manajemen
perusahaan
(Putri
2010).
Kepemilikan
manajerial
diukur
dengan
menggunakan
variable
dummy,
dimana jika perusahaan terdapat
kepemilikan
manajerial
maka
mendapat nilai 1 dan 0 jika
perusahaan
tidak
terdapat
UKA
KI
UDD
UDK
KM
UP
LEV
DA
N
210
210
210
210
210
210
210
210
78
kepemilikan manajerial (Praditia
2010).
Ukuran
perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya
aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Ukuran untuk menentukan ukuran
perusahaan
adalah
dengan
menggunakan log natural dari total
asset (Abed et al. 2012).
Leverage merupakan rasio
dari total kewajiban dengan total
asset perusahaan. Semakin besar
rasio leverage, berarti semakin
tinggi nilai utang perusahaan.
Leverage
diukur
dengan
menggunakan skala
rasio
total
utang terhadap total asset (Abed et
al. 2012).
HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif digunakan
untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat
dari rata-rata, standar deviasi,
maksimum dan minimum (Ghozali
2011).
Hasil
analisis
statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
Mean
2
5
3,11
0,25
0,80
0,3940
2
13
4,99
2
11
4,20
0
1
0,58
23,08
32,84
27,8320
0,034
3,210
0,505034
0,000909
0,948632
0,086977
Sumber: Hasil pengelolaan SPSS
November 2014
Std. Deviation
0,399
0,1027
2,350
1,911
0,495
1,7190
0,421764
0,104068
ISSN: 1410 -9875
Valid 0
1
Total
Arleen Herawaty
Tabel 3
Frekuensi Kepemilikan Manajerial
Frequency
Percent
Valid
Percent
89
42,4
42,4
121
57,6
57,6
210
100,0
100,0
Cumulative
Percent
42,4
100,0
Sumber: Hasil pengelolaan SPSS
Coefficients
Variabel
(Constant)
UKA
KI
UDD
UDK
KM
UP
LEV
B
0,119
-0,006
-0,096
-0,005
-0,002
-0,032
0,003
-0,003
Std.
Error
0,156
0,020
0,074
0,004
0,005
0,015
0,006
0,018
Tabel 4
Hasil Uji t
Standardized
Coefficients
Beta
Sumber: Hasil pengelolaan SPSS
Berdasarkan
tabel
diatas
maka dapat disimpulkan variabel
kepemilikan manajerial memiliki
nilai signifikan lebih kecil
dari
alpha (α=0,05), maka hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh terhadap
manajemen
laba. Variabel ukuran komite audit,
komisaris independen,
ukuran
dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, ukuran perusahaan dan
leverage memiliki nilai signifikan
lebih besar dari alpha (α=0,05), hal
ini
menunjukan
bahwa
tidak
terdapat
pengaruh
terhadap
manajemen laba.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan yang telah
dikemukakan,
maka
dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan
-0,025
-0,094
-0,122
-0,042
-0,154
0,049
-0,012
t
0,766
-0,328
-1,289
-1,219
-0,448
-2,171
0,504
-0,164
Sig
0,445
0,743
0,199
0,224
0,655
0,031
0,615
0,870
manajerial berpengaruh terhadap
manajemen laba sedangkan ukuran
komite
audit,
komisaris
independen, ukuran dewan direksi,
ukuran dewan komisaris, ukuran
perusahaan dan leverage tidak
berpengengaruh
terhadap
manajemen laba.
Penelitian
ini
memiliki
beberapa
kekurangan
dan
keterbatasan penelitian sebagai
berikut: variabel independen yang
digunakan dalam penelitian
ini
masih terbatas pada ukuran komite
audit, komisaris
independen,
ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris dan kepemilikan
manajerial, sampel yang digunakan
dalam penelitian ini terbatas pada
perusahaan manufaktur saja dan
masalah heterokedastisitas yang
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
terjadi pada variabel kepemilikan
manajerial (KM).
Berdasarkan keterbatasan di
atas, maka dapat disampaikan
beberapa
rekomendasi
yaitu
sebagai berikut: dalam penelitian
selanjutnya diharapkan menambah
variabel
independen
lainnya,
November 2014
seperti kepemilikan institusional
dan kualitas auditor, menambah
obyek
penelitian
dengan
memasukkan
perusahaan
dari
sektor lain, tidak hanya perusahaan
manufaktur saja, dan menambah
tahun penelitian untuk mengatasi
masalah heterokedastisitas.
REFERENSI
Abbas, Mohammed A. 2009. Corporate Governance and Earnings Management
An Empirical Study of the Saudi Market. Journal of American Academy
of Business. Vol. 15.
Abed, Suzan., Ali Al-Attar dan Mishiel Suwaidan. 2012. Corporate Governance
and Earnings Management: Jordanian Evidence. Accounting Department
Applied Science University Jordan-Amman. Internasional Business
research. Vol. 5.
Arafat, Akmal., Andreas dan Julita Saidi. 2008. Pengaruh Corporate
Governance dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba.
Daljono, Afifa Nabila. 2013. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen,
Komite Audit, Dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba.
Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 2.
Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance Teori
dan Implementasi. Jakarta: Salemba.
Farida, Yusriati Nur., Yuli Prasetyo dan Eliada
Herwiyanti.
Pengaruh
Penerapan Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earning
Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Bisnis Akuntansi.
Vol. 12.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2000. Indonesia
Company Law.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit UNDIP.
Godfey, Jayne M. 2006. Accounting Theory 6th. Ed. United Kingdom:
Chichester.
Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan
Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
Vol 12.
Kaihatu. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia.
Jurusan Ekonomi Manajemen. Universitas Kristen Petra. Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan. Vol. 8.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good
Corporate
Governance.
http://www.governanceindonesia.or.id/main.htm.
Komite Nasional Corporate Governance. 2002. Pedoman Pembentukan Komite
Audit yang Efektif.
80
ISSN: 1410 -9875
Arleen Herawaty
Kurniawan, Wahyu. 2011. Corporate Governance Dalam Aspek Hukum
Perusahaan. Penerbit Grafiti.
Kusumawardhani, Indra. 2012. Pengaruh Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Akuntansi dan Sistem teknologi Informasi Vol. 9 Nomor 1.
Murhadi, Werner R. 2009. Good Corporate Governance And Earnings
Management Practices: An Indonesian Cases. Munich Personal Repec
Archive. http://mpra.ub.uni-muenchen.de/24756/
Nasution, M. dan Dody Setiawan. 2007. Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Manajeman Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional
Akuntansi 10, Makassar 2007.
Natalia, Debby. 2013. Pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap
praktik earning management. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya Vol. 2 Nomor 1.
Nugroho, Bernandus Y dan Umanto Eko. 2011. Board Characterisitic and
Earning Management. Journal of Administrative Science and
Organization.
Praditia, Okta Rezika dan Marsono. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol. 7.
Pradipta, Arya. 2011. Analisis Pengaruh Dari Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.13.
Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen dan
Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Fakultas
Ekonomi Udayana. Buletin Studi Ekonomi. Vol. 17 Nomor 2.
Putri, Nila Ayu Rizka. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance Tterhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Riau.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi Spss pada statistik parametrik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Sawyer, Lawrence., Mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner. 2006.
Internal Auditing. Penerbit: Salemba Empat.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta:
Grasindo
Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
Syahrial, Dermawan dan Djahotman Purba. 2011. Analisa Laporan Keuangan.
Jakarta: Mitra Wicana Media.
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.
Simposium Nasional Akuntansi 10, Makassar 2007.
Utami, Rini Budi dan Rahmawati. 2008. Pengaruh komposisi dewan komisaris
dan keberadaan komite audit terhadap aktivitas manajemen laba.
Prosiding Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional UPN. Yogyakarta 2008.
Wahyono, R. Erdianto Setyo., Wahidahwati dan Agus Surnayo. 2013. Pengaruh
Corporate Governance Pada Praktik Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi Vol. 1 Nomor 2.
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
82
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 83-92
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN
DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ARIES JONATHAN
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to analyze the empirical evidence
of the factors that affect firm value with capital structure as intervening
variable. The factors are profitability, sales growth, liquidity and firm size.
Population in this research is manufacturing firm that listed in Indonesia
Stock Exchange during 2010 until 2012. The sample is collected using
purposive sampling method, and there are 77 companies that meet those
criteria as sample. Path analysis method and hypothesis test are used for
data analysis in this research. Result of this research shows that liquidity and
firm size significantly have effect on capital structure. Moreover,
profitability have effect on firm value. On the other hand, profitability and
sales growth have no effect on capital structure. While sales growth,
liquidity, firm size and capital structure have no effect on firm value.
Keywords:
Firm Value, Capital Structure, Profitability, Sales Growth,
Liquidity, Firm Size
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bukti empiris
dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dengan struktur
modal sebagai variabel intervening. Faktor-faktor tersebut adalah
profitabilitas, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan
.P opulasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 hingga 2012. Sampel
dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling, dan ada 77
perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut sebagai sampel. Metode
analisis jalur dan uji hipotesis yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas dan
ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal.
Selain itu, profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Di sisi lain,
profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap
struktur modal. Sementara pertumbuhan penjualan, likuiditas, ukuran
perusahaan dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
.
Kata kunci:
Nilai Perusahaan, Struktur Modal, Profitabilitas, Pertumbuhan
Penjualan, Likuiditas, Ukuran Perusahaan
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
PENDAHULUAN
Pada saat suatu perusahaan
berdiri,
perusahaan
tersebut
haruslah memiliki tujuan yang jelas
dan berusaha berkembang ke arah
yang
lebih
baik.
Menurut
Prasetyorini (2013), tujuan utama
suatu
perusahaan
adalah
memaksimalkan
keuntungan.
Tujuan lainnya yaitu meningkatkan
nilai perusahaan, yang dapat dilihat
dari peningkatan harga saham
perusahaan.
Nilai
perusahaan
juga
merupakan salah satu informasi
yang
paling
dibutuhkan
oleh
investor,
karena
merupakan
penilaian
apakah
perusahaan
tersebut menarik minat
para
investor untuk berinvestasi dan
cerminan dari bagus atau tidaknya
perusahaan
tersebut.
Dalam
melakukan penilaian perusahaan,
investor
memerlukan
adanya
sebuah
laporan
keuangan
perusahaan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
Perumusan
dan
tujuan
penelitian ini adalah
untuk
mengetahui apakah profitabilitas,
pertumbuhan penjualan, likuiditas,
dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
secara
langsung
terhadap struktur modal. Selain itu,
penelitian
ini
juga
untuk
mengetahui apakah profitabilitas,
pertumbuhan penjualan, likuiditas,
ukuran perusahaan, dan struktur
modal berpengaruh secara langsung
terhadap nilai perusahaan.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Sinyal
Menurut
Hartono
(2005)
dalam Edmawati (2012) teori sinyal
menggambarkan bagaimana cara
84
November 2014
suatu perusahaan
memberikan
sinyal kepada pihak eksternal
perusahaan
yang
dapat
meningkatkan nilai perusahaan itu
sendiri. Pemberian sinyal dapat
dilakukan dengan cara melakukan
pengungkapan laporan keuangan
kepada pihak eksternal perusahan,
baik itu diwajibkan ataupun yang
dilakukan dengan sukarela.
Pecking Order Theory
Pecking Order theory (POT)
merupakan teori mengenai sumbersumper pendanaan yang
dipakai
oleh perusahaan untuk keperluan
perusahaan itu sendiri. Pemakaian
dana ini menurut Seftianne dan
Handayani (2011) dimulai dari
pemakaian dana internal untuk
kegiatan
perusahaan
yang
dilanjutkan dengan pemakaian dana
yang bersumber dari utang, hingga
akhirnya pendanaan yang berasal
dari
dana
eksternal
dengan
menerbitkan common stock.
Profitabilitas
Prasetyorini
(2013)
mengungkapkan
bahwa
profitabilitas
merupakan
kemampuan suatu
perusahaan
untuk menghasilkan laba dengan
penggunan aktiva-aktiva aktif yang
ada di dalam perusahaan itu sendiri
ataupun dengan modal. Investor
dapat melihat seberapa efisien kita
dalam menggunakan asset ataupun
modal
dalam
memperoleh
keuntungan.
Pertumbuhan Penjualan
Dalam waktu ke waktu,
perusahaan yang maju akan selalu
meningkatkan
penjualan
agar
perusahaannya selalu berkembang
ke arah yang lebih baik. Sujoko dan
Soebiantoro (2007) mengungkapkan
ISSN: 1410 -9875
Aries Jonathan
bahwa penjualan yang semakin
meningkat
akan
meningkatkan
penghasilan perusahaan dan akan
menujukkan kinerja perusahaan
yang baik sehingga akan menarik
minat
para
investor
karena
menandakan
bahwa
perusahaan
tersebut
menjaga
keeksistensiannya.
Likuiditas
Likuiditas
merupakan
kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya.
Menurut Seftianne dan Handayani
(2011),
perusahaan
yang
mempunyai likuiditas yang tinggi,
tidak mendanai perusahaan melalui
utang. Hal ini disebabkan karena
perusahaan tersebut memiliki dana
internal yang besar dan mampu
membiayai kegiatan perusahaan
sendiri.
Ukuran Perusahaan
Menurut Prasetyorini (2013),
ukuran perusahaan adalah suatu
skala mengenai besar atau kecilnya
perusahaan. Ukuran perusahaan ini
juga sebagai salah satu tingkat
kepercayaan investor.
Semakin
besar ukuran perusahaan, semakin
perusahaan
itu
dikenal
oleh
masyarakat. Besarnya perusahaan
juga menandakan besarnya aktiva
yang dimiliki oleh suatu perusahaan
dan akan menarik minat investor
untuk menanamkan modalnya.
Struktur Modal
Menurut
Utami
(2009),
struktur
modal
merupakan
keputusan keuangan yang harus
diambil oleh manajer keuangan
berkaitan dengan komposisi utang,
saham
biasa,
maupun
saham
preferen yang harus digunakan oleh
perusahaan. Chen dan Chen (2011)
menyatakan
pendanaan
dengan
menggunakan utang dapat menjadi
bahan pengambilan keputusan bagi
investor.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan
salah satu alat pertimbangan bagi
investor
dalam
berinvestasi.
Prasetyorini (2013) mengungkapkan
bahwa nilai perusahaan merupakan
harga yang harus dibayar oleh
investor
apabila
perusahaan
tersebut dijual. Para pemimpin
perusahaan selalu berusaha untuk
meningkatkan nilai perusahaannya.
Peningkatan nilai perusahaan dapat
menjadi daya saing bagi para
kompetitor-kompetitor
lain.
Model Penelitian
Profitabilitas
Struktur Modal
Pertumbuhan
Penjualan
Likuiditas
Ukuran Perusahaan
Nilai Perusahaan
Gambar 1 Model Penelitian
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis yang dikembangkan
berdasarkan penelitian ini adalah:
Ha1:
Profitabilitas
berpengaruh
secara
langsung
terhadap
struktur modal.
Ha2:
Pertumbuhan
penjualan
berpengaruh secara langsung
terhadap struktur modal.
Ha3: Likuiditas berpengaruh secara
langsung terhadap struktur
modal.
Ha4:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh secara langsung
terhadap struktur modal.
Ha5:
Profitabilitas
berpengaruh
secara langsung terhadap nilai
perusahaan.
Ha6:
Pertumbuhan
penjualan
berpengaruh secara langsung
terhadap nilai perusahaan.
Ha7: Likuiditas berpengaruh secara
langsung
terhadap
nilai
perusahaan.
Ha8:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh secara langsung
terhadap nilai perusahaan.
Ha9: Struktur modal berpengaruh
secara langsung terhadap nilai
perusahaan.
METODA PENELITIAN
Pengambilan
sampel
menggunakan purposive sampling,
di mana metode ini menggunakan
kriteria-kriteria
tertentu
dalam
pemilihan sampel. Kriteria yang
digunakan adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia secara konsisten dari
periode 2009-2012.
2. Perusahaan yang menerbitkan
laporan keuangan dalam mata
uang rupiah.
3. Perusahaan yang menyajikan
laporan
keuangan
per
31
Desember.
86
November 2014
4. Perusahaan yang melaporkan
laba bersih selama periode
penelitian.
5. Perusahaan yang melaporkan
penjualan
dalam
laporan
keuangan selama
periode
penelitian.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder.
Data-sekunder
yang
digunakan
adalah laporan keuangan milik
perusahaan untuk tahun buku
tanggal 31 Desember 2009 hingga
31 Desember 2012.
Profitabilitas
dalam
penelitian ini menggunakan Return
On Asset (ROA) sebagai alternatif
perumusan. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio.
Menurut Chen dan Chen (2011),
rumus untuk menghitung ROA
adalah:
Menurut Chen and Chen
(2011), rumus untuk menghitung
pertumbuhan penjualan adalah:
Likuiditas dalam penelitian
ini menggunakan rumus current
ratio
sebagai
alternatif
pengukuran. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio.
Menurut Chowdhury dan Chowdhury
(2010), rumus current ratio adalah:
Menurut Utami (2009) dan
Sujoko dan Soebiantoro (2007),
rumus
yang
digunakan
untuk
menentukan
nilai
ukuran
perusahaan adalah:
Ukuran Perusahaan = Ln (Total
Aktiva)
ISSN: 1410 -9875
Aries Jonathan
Perumusan yang digunakan
peneliti dalam menentukan nilai
perusahaan adalah Book Value.
Menurut Chen dan Chen (2011),
rumus untuk Book Value adalah:
PROF = Profitabilitas
PRTMBHN = Pertumbuhan Penjualan
LIKUID = Likuiditas
UKPRUS = Ukuran Perusahaan
Perumusan yang digunakan
dalam perhitungan variabel ini
adalah total leverage. Menurut
Chen dan Chen (2011), rumus yang
digunakan
untuk
menghitung
leverage adalah:
Model persamaan
digunakan adalah:
regresi
yang
NLPRUS = β1 PROF + β2 PRTMBHN + β3
LIKUID + β4 UKPRUS + β5 STMDL + e
STMDL = β1 PROF + β2 PRTMBHN
β3LIKUID + β4UKPRUS + e
STMDL = Struktur Modal
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah 135
perusahaaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Sampel
yang
berhasil
dikumpulkan dan dapat digunakan
untuk penelitian ini adalah 77
perusahaan. Pengolahan statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Keterangan:
NLPRUS = Nilai Perusahaan
Tabel 1
Hasil Uji Deskriptif Statistik
PROF
PRTMBHN
LIKUID
UKPRUS
SMDL
NPRUS
N
Minimum
Maximum
Mean
231
231
231
231
231
231
0,0011
-0,4264
0,5249
25,0825
0,0943
2242,7694
0,5631
1,4855
11,7428
32,8365
3,2100
37357,4440
0,130297
0,162067
2,436036
27,849617
0,460433
3165,924252
Std.
Deviation
0,1121751
0,2105884
1,9035616
1,5644397
0,3470137
6874,6464440
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Berdasarkan tabel di bawah
dapat disimpulkan bahwa struktur
modal dipengaruhi oleh likuiditas
dan ukuran perusahaan dengan nilai
Sig. < alpha 0,05, sedangkan
profitabilitas
dan
pertumbuhan
penjualan
tidak
mempengaruhi
struktur modal.
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Variabel
PROF
PRTMBHN
LIKUID
UKPRUS
Tabel 2
Hasil Uji t
B
-0,024
0,017
-0,086
-0,034
Sig.
0,906
0,859
0,000
0,016
Variabel
PROF
PRTMBHN
LIKUID
UKPRUS
STMDL
November 2014
Hasil Uji t
B
24185,231
-1948,990
503,347
-359,977
-1714,624
Sig.
0,000
0,312
0,052
0,200
0,192
Variabel Dependen: STMDL
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Variabel Dependen: NLPRUS
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Tabel 3
Berdasarkan tabel 4.20 dapat
disimpulkan bahwa nilai perusahaan
dipengaruhi
oleh
profitabilitas
dengan nilai Sig. < alpha 0,05,
sedangkan pertumbuhan penjualan,
likuiditas, ukuran perusahaan dan
struktur modal tidak mempengaruhi
nilai perusahaan.
Uji Pengaruh Tidak Langsung
Tabel 4
Hasil Uji Analisis Jalur
(Pengaruh Tidak Langsung)
Variabel
Beta
PROF
0,395
PRTMBHN
-0,060
LIKUID
0,139
UKPRUS
-0,082
STMDL
-0,087
Variabel Dependen: NLPRUS
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Berdasarkan tabel 4.21 dan tabel
4.22 setelah nilai diabsolutkan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Profitabilitas
Pengaruh langsung = 0,395
Pengaruh
tidak
langsung
=
0,008*0,087 = 0,000696
Pengaruh langsung lebih besar dari
pengaruh
tidak
langsung.
Berdasarkan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh profitabilitas secara tidak
langsung terhadap nilai perusahaan
melalui struktur modal.
Pertumbuhan penjualan
Pengaruh langsung = 0,060
88
Tabel 5
Hasil Uji Analisis Jalur
(Pengaruh Tidak Langsung)
Variabel
Beta
PROF
-0,008
PRTMBHN
0,011
LIKUID
-0,470
UKPRUS
-0,154
Variabel Dependen: STMDL
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Pengaruh
tidak
langsung
=
0,011*0,087 = 0,000957
Pengaruh langsung lebih besar dari
pengaruh
tidak
langsung.
Berdasarkan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh pertumbuhan penjualan
secara tidak langsung terhadap nilai
perusahaan melalui struktur modal.
Likuiditas
Pengaruh langsung = 0,139
Pengaruh
tidak
langsung
=
0,470*0,087 = 0,04089
Pengaruh langsung lebih besar dari
pengaruh
tidak
langsung.
Berdasarkan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
ISSN: 1410 -9875
pengaruh likuiditas secara tidak
langsung terhadap nilai perusahaan
melalui struktur modal.
Ukuran perusahaan
Pengaruh langsung = 0,082
Pengaruh
tidak
langsung
=
0,154*0,087 = 0,013398
Pengaruh langsung lebih besar dari
pengaruh
tidak
langsung.
Berdasarkan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh ukuran perusahaan secara
tidak
langsung
terhadap
nilai
perusahaan melalui struktur modal.
Model persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah:
NLPRUS = 0,395 PROF – 0,060
PRTMBHN +
0,139
LIKUID – 0,082 UKPRUS –
0,087 STMDL + e
STMDL = - 0,008 PROF + 0.011
PRTMBHN - 0.470 LIKUID
- 0.154 UKPRUS + e
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis dapat disimpulkan bahwa
struktur modal dipengaruhi oleh
likuiditas dan ukuran perusahaan,
sedangkan
nilai
perusahaan
dipengaruhi
oleh
profitabilitas.
Berikut ini adalah keterbatasan
yang terdapat dalam penelitian ini
Aries Jonathan
dan dapat dijadikan pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya:
1. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini hanya terbatas
pada
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Penelitian hanya menggunakan 4
variabel independen. Sementara
itu, masih terdapat banyak
variabel lain yang diduga dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
3. Rentang waktu yang digunakan
dalam penelitian ini relatif
pendek
(2009-2012)
sehingga
hasil penelitian tidak dapat
digunakan secara luas.
Adapun
rekomendasi
yang
diberikan
untuk
penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya
memperluas populasi penelitian
dan tidak hanya terbatas pada
perusahaan manufaktur.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menambah variabel lain yang
diperkirakan
dapat
mempengaruhi nilai perusahaan
seperti
Corporate
Social
Responbility,
kepemilikan
manajerial dan lainnya.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan
rentang
waktu
yang lebih lama agar hasil
penelitian lebih akurat.
REFRENSI
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams, Jeffrey D.
Camm, James J. Cochran. 2012. Statisctics For Business and Econimics
12th edition. Canada: South- Western Cengage Learnings.
Chen, Shun-Yu dan Chen, Li-Ju. 2011. Capital Structure Determinants: An
empirical study in Taiwan. African Journal of Business Management
Vol. 5(27) pp 10974-10983.
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Chowdhury, Anup dan C. Suman P. 2010. Impact of capital structure on firm’s
value: Evidence from Bangladesh. Business and Economic Horizons.
Edmawati, S. Dewi. 2012. Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan dengan
Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Vol.3, No. 3.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, dan Rolth E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey:
Pearson Education.
Hadinugroho, L dan A. A. Delisandri. 2012. Proceeding for Call Paper Pekan
Ilmiah Dosen Feb-UKSW.
Indrajaya, G., Herlina dan Setiadi R. 2011.Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran
Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis
Terhadap Struktur modal. Akurat jurnal Ilmiah akuntansi No. 6.
Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 2.
Mahendra Dj., Sri Artini dan A.A Gede. 2012. Pengaruh Kinerja keuangan
terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal manajemen, Strategi bisnis, dan Kewirausahaan Vol.
6.
Mardiyati, U., G. Nazir dan Ria P. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset
Manajemen Sains Indonesia Vol. 3, no. 1.
Margaretha, F dan A. R. Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol.12, No. 2.
Prasetyorini, B. Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price
Earning Ratio, dan Profitablilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Ilmu Manajemen.
Ramlall, I. 2009. Determinants of Capital Structure Among Non-Quoted
Mauritian Firms Under Specificity of Leverage: Looking for a Modified
Pecking Order Theory. International Research Journal of Finance and
Economics.
Sekaran, U dan R, Bougie. 2010. Research Methods for Business: A skill
Building Approach. 5th ed. West Sussex: John Wiley and Sons Ltd.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi Vol. 13, No. 1.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 9, pp. 41-48.
Sumani dan Lia Rachmawati. 2012. Analisis Struktur Modal dan Beberapa
Faktor yang Mempengaruhinya pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Emas, Vol. 6, No 1.
Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
90
ISSN: 1410 -9875
Aries Jonathan
Tjia, O dan L, Setiawati.2012. Effect of CSR Disclosure to Value of the Firm.
World Journal of Social Sciences Vol. 2, No, 6.
Utami, E. Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur modal
Perusahaan Manufaktur. Fenomena hal. 39-47.
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
92
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 93-110
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL
DISCLOSURE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ANTON HERDIANTO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: Intellectual capital disclosure is a tool that can be used by a
company to communicate with their stakeholders. With disclose company’s
intellectual information, a company could decrease asymmetric information
level with their stakeholders. The nature of intellectual capital disclosure is
voluntary disclosure, therefore, a company had choose to not disclose some
information if their felt it will not bring an advantage for them. The aim of
this research is to find the factors that influence intellectual capital
disclosure. The independent variables i.e. Board of
Directors,
Audit
Commitee size, Frequency of Commitee’s Meeting, Firm’s size, profitability,
and leverage. This research used a purposive sampling method with 60 data
of manufacturing companies listed at Indonesia Stock Exchange in 2009-2012.
The tools analysis used in this research is multiple linier regression. The
result of this study showed that Board of Directors, Audit Commitee size did
not have significant toward intellectual capital disclosure. The Frequency of
Commitee’s Meeting, firm’s size, Profitability , leverage have significant
toward intellectual capital disclosure.
Keywords: Intellectual Capital Disclosure, Board of Directors, Audit
Commitee Size, Frequency of Commitee’s Meeting, Firm’s size,
Profitability, and Leverage.
Abstrak: Intellectual capital disclosure merupakan alat yang dapat digunakan
oleh suatu perusahaan untuk berkomunikasi kepada para pemegang saham.
Dengan mengungkapkan informasi intelektual, suatu perusahaan dapat
mengurangi informasi asimetri dengan para pemegang saham. Pengungkapan
modal intelektual merupakan pengungkapan sukarela. Oleh sebab itu, suatu
perusahaan dapat memilih untuk tidak mengungkapkan bebrapa informasi
jika mereka merasa tidak akan memberikan suatu keuntungan untuk
perusahaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang mepengaruhi pengungkapan modal intelektual. Variabel
independen dalam penelitian ini antara lain komposisi dewan, ukuran komite
audit, frekuensi rapat komite audit, profitabilitas dan leverage. Penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling dengan 60 data perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Alat uji
analisa yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
ini menyimpulkan bahwa komposisi dewan, ukuran komite audit tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Frekuensi rapat
komite audit, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh
terhadap pengungkapan modal inteletual.
Kata kunci: Intellectual Capital Disclosure, Komposisi Dewan, Ukuran Komite
Audit, Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage
PENDAHULUAN
Pada era
globalisasi
ini,
bisnis merupakan hal yang sangat
penting. Dimana di dalam bisnis,
terdapat persaingan yang sangat
ketat. Oleh sebab itu, suatu
perusahaan
harus
mempunyai
strategi
yang
tepat
dalam
mempertahankan
persaingan
tersebut. Dalam mempertahankan
persaingan
tersebut,
suatu
perusahaan
harus
mampu
mengubah bisnis yang didasarkan
pada tenaga kerja (labor-business
based) menjadi
bisnis
yang
didasarkan pada ilmu pengetahuan
(knowledge-business
based).
Dengan menggunakan bisnis yang
berdasarkan
pada
ilmu
pengetahuan,
maka
akan
menemukan bagaimana cara untuk
menggunakan
sumber
ekonomi
tersebut
secara
efisien
dan
ekonomis.
Sehingga
perusahaan
akan menemukan nilai tambah yang
merupakan keunggulan kompetitif
tersebut.
Dengan
keungggulan
kompetitif,
akan
memberikan
informasi yang merupakan isi dari
gambaran perusahaan.
Dalam sistem manajemen
yang berbasis pengetahuan ini,
maka modal yang konvensional
seperti sumber
daya
alam,
sumber
daya keuangan
dan
aktiva
fisik lainnya menjadi
94
kurang
penting
dibandingkan
dengan modal yang berbasis pada
pengetahuan
dan
teknologi.
Dengan
menggunakan
ilmu
pengetahuan dan teknologi maka
akan dapat diperoleh bagaimana
cara menggunakan sumber daya
lainnya
secara
efisien
dan
ekonomis, yang
nantinya akan
memberikan keunggulan bersaing
(Rupert
(1998)
dalam
Sawarjuwono, 2003). Berkurangnya
atau bahkan
hilangnya
aktiva
tetap dalam neraca perusahaan
tidak
menyebabkan
hilangnya
penghargaan
pasar
terhadap
terhadap mereka. (Rupert dalam
Sawarjuwono,
2003)
mengungkapkan
bahwa
ini
tercermin
dari
banyaknya
perusahaan yang memiliki aktiva
berwujud yang tidak signifikan
dalam laporan keuangan. Namun,
penghargaan
pasar
atas
perusahaan-perusahaan
tersebut
sangat tinggi (Roos et al. dalam
Suwarjuwono (2003).
Di
dalam
kejadian
perusahaan-perusahaan
besar,
dapat disimpulkan bahwa market
value terjadi karena masuknya
konsep modal intelektual yang
merupakan faktor
utama
yang
dapat meningkatkan nilai suatu
perusahaan
(Abidin
dalam
Suwarjuwono, 2003).
Implementasi
modal
ISSN: 1410 -9875
intelektual merupakan sesuatu yang
masih baru, bukan saja di Indonesia
tetapi juga dilingkungan bisnis
global, hanya beberapa negara
maju saja yang telah mulai untuk
menerapkan
konsep
ini,
contohnya Australia, Amerika dan
negara-negara Skandinavia. Pada
umumnya, kalangan bisnis masih
belum menemukan jawaban yang
tepat mengenai nilai lebih apa
yang dimiliki oleh perusahaan.
Nilai lebih ini sendiri dapat berasal
dari kemampuan berproduksi suatu
perusahaan sampai pada loyalitas
pelanggan terhadap perusahaan.
Nilai lebih ini dihasilkan oleh
modal
intelektual yang
dapat
diperoleh
dari
budaya
pengembangan perusahaan maupun
kemampuan
perusahaan
dalam
memotivasi karyawannya sehingga
produktivitas
perusahaan
dapat
dipertahankan atau bahkan dapat
meningkat.
Di Indonesia, (Abidin dalam
Suwarjono, 2003) intellectual
capital
masih
belum
dikenal
secara luas. Dalam banyak kasus,
sampai
dengan
saat
ini
perusahaan-perusahaan
di
Indonesia cenderung menggunakan
conventional
based
dalam
membangun bisnisnya, sehingga
produk yang dihasilkannya masih
miskin
kandungan
teknologi.
Disamping
itu
perusahaanperusahaan
tersebut
belum
memberikan
perhatian
lebih
terhadap
human
capital,
structural capital, dan customer
capital.
Padahal
semua
ini
merupakan
elemen pembangun
modal
intelektual
perusahaan.
Kesimpulan ini peneliti ambil
karena minimnya informasi yang
diperoleh
tentang
modal
intelektual
di
Indonesia.
Anton Herdianto
Selanjutnya
Abidin
(Suwarjono,
2003)
menyatakan
bahwa
jika
perusahaan-perusahaan
tersebut
mengacu pada perkembangan yang
ada, yaitu manajemen
yang
berbasis
pengetahuan,
maka
perusahaan-perusahaan
di
Indonesia akan dapat bersaing
dengan menggunakan keunggulan
kompetitif yang diperoleh melalui
inovasi-inovasi
kreatif
yang
dihasilkan oleh modal intelektual
yang dimiliki oleh perusahaan.
Hal
ini
akan
mendorong
terciptanya produk-produk yang
semakin favourable
di
mata
konsumen.
Oleh
karena
itu
modal
intelektual telah menjadi
aset
yang sangat bernilai dalam dunia
bisnis modern.
Hal
ini
menimbulkan tantangan bagi para
akuntan untuk mengidentifikasi,
mengukur dan mengungkapkannya
dalam
laporan
keuangan
(Suwarjono, 2003).
Laporan keuangan tradisional
telah dirasakan
gagal
untuk
dapat menyajikan informasi yang
penting ini. Bagi
perusahaan
yang sebagian
besar
asetnya
dalam bentuk modal intelektual
seperti Kantor Akuntan Publik
misalnya, tidak adanya informasi
ini
dalam
laporan
keuangan
akan
menyesatkan,
karena
dapat mempengaruhi
kebijakan
perusahaan. Oleh karena
itu
laporan keuangan harus dapat
mencerminkan adanya aktiva tidak
berwujud dan besarnya nilai yang
diakui. Adanya perbedaan yang
besar antara nilai pasar dan
nilai yang dilaporkan
akan
membuat laporan
keuangan
menjadi tidak berguna untuk
pengambilan
keputusan
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
(Suwarjono, 2003).
Konsep modal intelektual telah
mendapatkan
perhatian
besar
berbagai kalangan terutama para
akuntan. Fenomena ini menuntut
mereka untuk mencari informasi
yang lebih rinci mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pengelolaan
modal intelektual mulai dari cara
pengidentifikasian,
pengukuran
sampai dengan pengungkapannya
dalam
laporan
keuangan
perusahaan.
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas dan
masih
kurangnya studi modal intelektual
di Indonesia, maka penelitian ini
akan mencoba mengkaji literaturliteratur yang berkaitan dengan
pengukuran
dan
pelaporan
modal
intelektual.
Sedangkan
penelitian ini ditujukan untuk
memperoleh
pemahaman
dan
gambaran
yang
komprehensif
terhadap perkembangan pemikiran
pengukuran
modal
intelektual
serta
pengungkapannya
dalam
laporan
keuangan
perusahaan
(Suwarjono, 2003).
Fenomena
ini
akhirnya
menjadi daya tarik banyak peneliti
untuk
menyelidiki
tentang
intellectual
capital.
Dimana,
terdapat kesenjangan informasi
terkait pengambilan keputusan
investasi. Oleh karena itu, peneliti
ingin
menguji
pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap
intellectual
capital
disclosure.
Variabel
independen
yang
digunakan
adalah
komposisi
dewan, ukuran komite audit,
frekuensi pertemuan komite audit,
ukuran perusahaan, leverage, dan
profitabilitas..
Adapun penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian
ini
menggunakan
96
November 2014
variabel komposisi dewan, komite
audit,
ukuran
audit
komite,
frekuensi pertemuan audit, ukuran
perusahaan,
leverage,
dan
profitabilitas.
Penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
komposisi dewan, role duality,
ukuran audit komite, dan frekuensi
pertemuan audit (Taliyang, 2011).
Tambahan variabel pada penelitian
ini dikarenakan untuk memperluas
karakteristik perusahaan.
Dimensi atau klasifikasi itemitem pengungkapan
(disclosure)
pada penelitian ini adalah human
capital,
structural
capital,
relational capital. Sedangkan pada
penelitian sebelumnya digunakan
dimensi
human
capital,
organizationnal
capital,
information technology.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory and Political Cost
Theory
Teori
ini
memberikan
hubungan
antara
perilaku
pengungkapan sukarela untuk tata
kelola perusahaan dimana dapat
digunakan
sebagai
mekanisme
kontrol untuk mengurangi masalah
keagenan
yang
timbul
dari
pemisahan antara kepemilikan dan
manajemen (Welker, 1995 dalam
Li, et al., 2008). Argumen ini dapat
diperluas
untuk
pengungkapan
modal
intelektual,
dimana
manajemennya dapat menentukan
tingkat pengungkapan dan dengan
demikian
mengurangi
ketidakpastian investor berkaitan
dengan
dampak
dari
modal
intelektual pada nilai perusahaan.
Selain itu, pengungkapan modal
ISSN: 1410 -9875
intelektual
tinggi
dapat
menyediakan paket pemantauan
yang lebih intensif bagi perusahaan
untuk
mengurangi
perilaku
oportunistik dan asimetri informasi.
Hal ini konsisten dengan penelitian,
dengan mengadopsi variabel tata
kelola perusahaan seperti komite
audit, dewan direksi independen,
pemisahan tugas
antara
peran
ketua dan kepala eksekutif, dapat
meningkatkan
pengendalian
internal
di
masing-masing
perusahaan
dan
langsung
mengurangi
masalah
agensi.
Akibatnya,
diharapkan
bahwa
pengungkapan modal intelektual
dalam laporan tahunan dapat
ditingkatkan (Li et al., 2008).
Menurut
political
cost
theory,
perusahaan
yang
merupakan politically visible dan
subjek
high
political
cost
(tergantung
pada
ukuran
perusahaan),
akan
cenderung
mengungkapkan intellectual capital
lebih
banyak
(Watts
dan
Zimmerman,
1990
dalam
Suhardjanto dan
Mari,
2010).
Political cost hipotesis menujukkan
bahwa perusahaan besar lebih
cenderung
untuk
menggunakan
pilihan akuntansi yang mengurangi
pelaporan
laba,
daripada
perusahaan
kecil
(Watts
dan
Zimmerman,
1990
dalam
Suhardjanto dan Mari, 2010).
Teori Signal
Teori
Signal
menyatakan
bahwa perusahaan dengan kinerja
yang tinggi menggunakan informasi
keuangan untuk mengirimkan sinyal
kepada pasar (Spence, 1973 dalam
Suhardjanto dan Mari, 2010). Biaya
atas sinyal bad news adalah lebih
tinggi daripada good news. Hal ini
diperlihatkan
dalam
penelitian
Anton Herdianto
Spence (1973) dalam Suhardjanto
dan Mari (2010). Oleh karena itu,
manajer lebih termotivasi untuk
mengungkapkan intellectual capital
sebagai informasi tertutup secara
sukarela. Hal ini disebabkan oleh
ekspetasi
manajer
bahwa
menyediakan kinerja perusahaan
kepada pasar akan mengurangi
asimetri informasi (Oliveira et al.,
2008 dalam Suhardjanto dan Mari,
2010)
Teori Legitimasi
Menurut
Purnomoshidi
(2006),
teori
ini
perusahaan
berusaha
memastikan
bahwa
kegiatan operasinya masih dalam
batas-batas ikatan dan norma
masyarakat
tempat
perusahaan
bekerja.
Dengan
demikian,
perusahaan
akan
melaporkan
dengan suka rela aktivitas tertentu
yang dilakukan jika manajemen
menganggap
aktivitas
tersebut
menjadi perhatian masyarakat di
sekitarnya.
Legitimacy
theory
didasarkan pada suatu gagasan
bahwa terdapat suatu kontrak sosial
antara
perusahaan
dengan
masyarakat di sekitarnya. Kontrak
sosial
tersebut
menggambarkan
setumpuk
harapan
masyarakat
tentang
bagaimana
seharusnya
perusahaan beroperasi. Harapanharapan tersebut tidak bersifat
tetap dan selalu berubah setiap
saat sehingga menuntut perusahaan
untuk selalu tanggap terhadap
lingkungan
tempat
perusahaan
beroperasi.
Oleh
karena
itu,
perusahaan harus selalu beroperasi
dengan cara-cara yang konsisten
dengan nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya.
Untuk
itu,
perusahaan
perlu
melakukan
komunikasi secara tertulis melalui
laporan-laporan
telah
yang
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
disiapkan (Purnomoshidi, 2006).
Teori Stakeholder
Stakeholder
theory
beranggapan bahwa perusahaan
yang
berkomitmen
untuk
melaporkan aktivitasnya termasuk
intellectual
capital
disclosure
kepada
stakeholder,
biasanya
bertujuan untuk mempertahankan
keseimbangan dan berkelanjutan
pembentukan nilai untuk semua
stakeholder (Ernst dan Young, 1999
dalam Suhardjanto dan
Mari,
2010).
Berdasarkan
teori
stakeholder,
manajemen
perusahaan
diharapkan
untuk
melakukan aktivitas sesuai dengan
yang diharapkan stakeholder dan
melaporkannya kepada stakeholder
(Guthrie, et al., 2004). Teori ini
menyarankan
bahwa
semua
stakeholder mempunyai hak untuk
disediakan
dengan
informasi
tentang
bagaimana
dampak
aktivitas organisasi terhadapnya
(sebagai contoh: polusi, sponsor
komunitas, anjuran pengamanan,
dll), sama jika mereka memilih
untuk
tidak
menggunakan
informasi dan sama jika mereka
tidak dapat memainkan secara
langsung suatu peran konstruktif
dalam hidup organisasi (Deegan,
2000 dalam Guthrie, et al., 2004).
Teori
stakeholder
menganggap
akuntabilitas organisasi disebabkan
oleh organisasi, yang memperluas
di luar kinerja ekonomi atau
keuangan mereka. Ini menyarankan
bahwa mereka akan memilih untuk
mengungkapkan informasi secara
sukarela
tentang
kinerja
intelektual, sosial dan lingkungan
mereka, melebihi dan di atas
persyaratan wajib. (Guthrie et al.,
2004)
98
November 2014
Cost and Benefit Theory
Manajer memiliki dorongan
untuk
membuat
voluntary
disclosure ketika manfaat yang
dihasilkan melebihi biaya yang
terjadi dan biaya tidak langsung
yang terlibat. Pengungkapan wajib
maupun
sukarela
termasuk
intellectual
capital
disclosure
mengurangi
asimetri
informasi
antara
pelaku
pasar
yang
memberikan informasi dan noninforman.
Pengungkapan
itu
membantu memperbaiki beberapa
mis-evaluation
perusahaan.
Di
samping itu, membantu mengurangi
capital cost (Botosan 1997; Botosan
dan Plumpee, 2002 dalam Oliveira,
2008) meningkatkan permintaan
investor (Diamond dan Verrechia,
1991 dalam Oliveira, 2008), dan
mengurangi bis-ask spread (Yohn,
1998 dalam Oliveira, 2008).
Intellectual Capital Disclosure
Modal
intelektual
didefinisikan sebagai aset tidak
berwujud yang meliputi teknologi,
informasi pelanggan, nama merek,
reputasi dan budaya perusahaan
yang sangat berharga untuk daya
saing suatu perusahaan (Low dan
Kalafut, 2002 dalam
Taliyang,
2011). Low dan Kalafut (2002)
dalam
Taliyang
(2011)
menyimpulkan
bahwa
modal
intelektual
terdiri
dari
tiga
komponen.
Komponen
pertama
adalah pengetahuan dan inovasi
para karyawan. Komponen kedua
adalah
infrastruktur
manusia
seperti sistem kerja yang baik,
inovasi dan perbaikan proses modal
struktural dan komponen terakhir
adalah
hubungan
eksternal
perusahaan
seperti
modal
pelanggan.
ISSN: 1410 -9875
Ada banyak alasan bagi
perusahaan untuk mengungkapkan
modal intelektual informasi dalam
laporan tahunan mereka. Alasannya
adalah untuk membantu organisasi
merumuskan
strategi
mereka,
untuk menilai strategi eksekusi,
untuk
membantu
dalam
diversifikasi
dan
ekspansi
keputusan,
untuk
digunakan
sebagai dasar untuk kompensasi
dan
untuk
mengkomunikasikan
pengukuran kepada stakeholder
eksternal (Marr et al, 2003 dalam
Taliyang, 2011). Saat ini, ada tiga
pendekatan dalam mengukur modal
intelektual yang telah
diusulkan
oleh Brennan (2001). Pendekatan
pertama
adalah
dengan
menggunakan pengukuran berbasis
nilai yang ada. Disarankan bahwa
nilai aset intelektual merupakan
perbedaan
antara
nilai
pasar
perusahaan
dan
nilai
buku.
Pendekatan
kedua
adalahh
pendekatan untuk mengukur asset
intelektual yang tersembunyi, yang
dikenal sebagai "Skandia Navigator"
dimana pendekatan ini mengacu
pada metode yang mengidentifikasi
dan mengukur faktor penentu
keberhasilan dalam empat kunci
dimensi
di
dalam
bisnis.
Pendekatan
ketiga
adalah
pendekatan indeks modal untuk
mengukur
efisiensi
dari
asset
intelektual (Roos et al., 1997 dalam
Brennan,
2001).
Melalui
pendekatan ini, langkah-langkah
kunci sukses sebuah perusahaan
individu
harus
menjadi
yang
pertama
diidentifikasi
dan
ditimbang (menurut kepentingan)
untuk
menyediakan
indeks
ringkasan tunggal (Booth, 1998
dalam Brennan, 2001).
Anton Herdianto
Komposisi Dewan
Fungsi dewan direksi dapat
dijelaskan
sebagai
mekanisme
pengendalian
internal
dalam
berpartisipasi untuk pengambilan
keputusan atas nama kepentingan
pemegang saham, juga untuk
memastikan keputusan manajemen
konsisten
dengan
kepentingan
pemilik. Menurut Haniffa dan Cooke
(2005) dalam Taliyang (2011),
mereka menyarankan
komposisi
lebih tinggi dari direktur noneksekutif mungkin mempengaruhi
tingkat
pengungkapan
karena
mereka dapat memberikan keahlian
yang lebih luas, prestise dan kontak
untuk manfaat perusahaan. Namun,
Cotter dan Silvester (2003) dalam
Taliyang (2011) berpendapat bahwa
direktur non-eksekutif independen
berada dalam posisi yang lebih baik
untuk
memonitor
manajemen
eksekutif. Memperluas argumen ini,
kami berharap perusahaan dengan
direktur
non-eksekutif
lebih
independen akan mengungkapkan
informasi lebih lanjut mengenai
modal intelektual. Ada berbagai
penelitian yang dianggap komposisi
dewan
komisaris
independen
sebagai penentu mungkin dalam
mempengaruhi
tingkat
pengungkapan:
beberapa
studi
menemukan
hubungan
yang
signifikan positif antara proporsi
direktur non-eksekutif independen
dengan pengungkapan sukarela (Li
et al., 2008). Dengan penjelasan
tersebut, hipotesis pertama adalah
sebagai berikut:
H1
:
Terdapat
pengaruh
komposisi
dewan
terhadap
intellectual capital disclosure.
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Ukuran Komite Audit
Penunjukan komite
audit
dari direktur non-eksekutif yang
secara finansial dibuat dengan
tujuan untuk memastikan bahwa
kepentingan
pemegang
saham
dilindungi dengan benar. Hal ini
karena peran komite audit adalah
untuk
meninjau
penyusunan
laporan keuangan perusahaan serta
pengungkapan nilai-informasi yang
relevan seperti modal intelektual.
Menurut Ho dan Wong (2001) dalam
Taliyang (2011), kehadiran komite
audit yang efektif berfungsi sebagai
mekanisme
terbaik
untuk
meningkatkan pengungkapan modal
intelektual,
meningkatkan
pengendalian
internal,
dan
meningkatkan kualitas informasi.
Hal ini
bertentangan
dengan
temuan dari studi yang dilakukan
oleh Mangena dan Pike (2005)
dalam
Taliyang
(2011)
yang
menunjukkan ukuran komite audit
tidak
mempengaruhi
tingkat
pengungkapan
dalam
laporan
tahunan.
Komite audit yang tidak aktif
tidak mungkin untuk memonitor
manajemen secara efektif
dan
waktu pertemuan yang memadai
harus
disediakan
untuk
pertimbangan isu utama (Olson,
1999 dalam Li et al., 2008). Studi
terbaru terkait masalah ini dibuat
oleh Li et al. (2008) menemukan
bahwa perusahaan dengan komite
audit yang lebih besar biasanya
mengungkapkan modal intelektual
yang lebih besar dalam laporan
tahunan
mereka.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis
kedua adalah sebagai berikut:
H2
100
: Terdapat pengaruh antara
ukuran
komite
audit
November 2014
terhadap intellectual capital
disclosure.
Frekuensi Rapat Komite Audit
Komite audit dan auditor
eksternal harus bertemu secara
teratur, tanpa anggota dewan
eksekutif saat ini, untuk mendorong
pertukaran yang lebih besar dari
pandangan dan pendapat bebas dan
jujur antara kedua belah pihak.
Olson (1999) dalam Taliyang (2011)
mencatat bahwa komite audit tidak
aktif
tidak
mungkin
untuk
memonitor
manajemen
secara
efektif dan waktu pertemuan yang
memadai harus disediakan untuk
pertimbangan isu-isu utama. Price
Waterhouse dalam Li et al. (2008)
merekomendasikan bahwa komite
audit harus memegang minimal tiga
atau empat pertemuan setahun dan
pertemuan khusus bila diperlukan.
Mengingat
pentingnya
peningkatan
modal
intelektual,
kami berharap komite audit yang
lebih besar, bertemu lebih sering,
untuk memiliki pengaruh yang lebih
besar dalam mengawasi praktik
pengungkapan modal intelektual (Li
et al, 2008). Disamping itu, Li et
al. (2008) menyatakan bahwa
tingkat
pengungkapan
modal
intelektual
dan
frekuensi
pertemuan
komite
audit
berhubungan positif satu sama lain.
Kedua studi menunjukkan bahwa
aktivitas komite audit merupakan
faktor penting dalam perilaku
manajemen pemantauan, khusus
untuk
mengurangi
asimetri
informasi melalui modal intelektual
disclosure. Semakin pentingnya hal
ini, kami berharap komite audit
untuk mengadakan pertemuan lebih
besar
untuk
mempengaruhi
ISSN: 1410 -9875
pengungkapan intelektual modal
perusahaan (Taliyang, 2011).
H3
: Terdapat pengaruh antara
frekuensi
pertemuan
komite
audit
terhadap
intellectual
capital
disclosure.
Ukuran Perusahaan
Banyak
peneliti
yang
menemukan
pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
tingkat
disclosure (Singhvi dan Desai, 1971;
Cooke, 1992; Craig dan Diga, 1998
dalam Suhardjanto dan Mari, 2010).
Di dalam penelitian tersebut,
pengaruh positif ditemukan antara
ukuran perusahaan dan keluasan
pengungkapan. Freedman dan Jaggi
(2005) dalam Suhardjanto dan Mari
(2010) menemukan bahwa semakin
besar perusahaan akan semakin
banyak aktivitas dan semakin tinggi
pelaporan termasuk intellectual
capital disclosure. Semakin besar
perusahaan, semakin besar pula
perhatian atau sorotan pemegang
saham. Oleh karena itu, perusahaan
akan semakin banyak melaporkan
informasi
intellectual
capital
disclosure.
H4
: Terdapat pengaruh antara
ukuran
perusahaan
terhadap
intellectual
capital disclosure.
Profitabilitas
Haniffa dan Cooke (2005)
dalam Suhardjanto dan Mari (2010)
menunjukkan bahwa semakin tingi
tingkat profitabilitas akan semakin
lebih
banyak
mengungkapkan
informasi sukarela ke publik.
Karena semakin besar dukungan
financial perusahaan akan semakin
banyak pengungkapan informasi
termasuk
intellectual
capital
Anton Herdianto
disclosure. Profitabilitas memiliki
pengaruh yang positif terhadap
pengungkapan perusahaan artinya
semakin
tinggi
profitabilitas
perusahaan maka semakin banyak
pula intellectual capital disclosure
(Ullman, 1985; Haniffa dan Cooke,
2005 dalam Suhardjanto dan Mari,
2010).
Beberapa
peneliti
menemukan pengaruh
positif
antara profitabilitas dan keluasan
pengungkapan
termasuk
intellectual
capital
disclosure
(Shingvi dan Desai, 1971 dalam
Suhardjanto dan Mari, 2010).
H5
: Terdapat pengaruh antara
profitabilitas
terhadap
intellectual
capital
disclosure.
Leverage
Hasil penelitian Beikoui dan
Karpik dan Tan dan Tower dalam
Mangena dan Pike (2005) yang
dikutip oleh Suhardjanto dan Mari
(2010)
menunjukkan
bahwa
leverage
berpengaruh
negative
terhadap
luas
pengungkapan.
Perusahaan yang memiliki leverage
yang
tinggi
akan
mengurangi
disclosure perusahaan termasuk
intellectual
capital
disclosure
dengan maksud dari bondholder
(Jensen dan Meckling, 1976 dalam
Suharjanto dan Mari, 2010).
H6
: Terdapat pengaruh antara
leverage
terhadap
intellectual
capital
disclosure.
METODA PENELITIAN
Komposisi Dewan
Pada
penelitian
ini,
komposisi
dewan
menggunakan
proksi proporsi jumlah komisaris
independen
terhadap
jumlah
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
anggota dewan komisaris seperti
penelitian yang dilakukan Li et al.
(2008), Eng dan Mak (2003),
Taliyang (2011), dan Suharjanto
dan Mari (2010).
Ukuran Komite Audit
Pengukuran komite audit
pada penelitian ini mengacu pada
Taliyang (2011) dan Li et al. (2008)
yang menggunakan proksi jumalah
komite
audit
pada
suatu
perusahaan.
Frekuensi Rapat Komite Audit
Taliyang (2011) dan Li et al.
(2008) mengukur frekuensi rapat
komite audit dengan jumlah rapat
komite audit yang diadakan oleh
perusahaan setiap tahunnya.
Ukuran Perusahaan
Pengukuran
ukuran
perusahaan pada perusahaan ini
mengacu pada Haniffa dan Cooke
(2005)
dalam Suharjanto dan
Wardhani (2010) yang menggunakan
logaritma natural
total
asset
sebagai proksi ukuran perusahaan.
Profitabilitas
Penelitian ini menggunakan
dasar tingkat pengembalian atas
asset (Return on Asset) sebagai
proksi dari profitabilitas.
ROA
diukur
dengan
membandingkan
antara laba bersih dengan total
aktiva.
Leverage
Dalam penelitian ini leverage
akan dihitung dengan rumus total
utang
terhadap
total
ekuitas
menggunakan
persamaan
yang
digunakan
dalam
penelitian
Suhardjanto dan Wardhani (2010).
102
November 2014
Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel
dependennya adalah intellectual
capital
disclosure.
Untuk
menentukan nilai
intellectual
capital disclosure, dapat diketahui
dengan memberikan bobot pada
ketiga kategori dalam intellectual
capital disclosure (organizational
capital, relational capital, dan
human capital). Pengukuran tingkat
pengungkapan intellectual capital
dengan memberikan nilai terhadap
item
yang
disebutkan
oleh
perusahaan dalam annual report,
yaitu 1
untuk
item
yang
diungkapkan dan 0 untuk item yang
tidak
diungkapkan.
Selanjutnya
jumlah
dari
item-item
yang
dilaporkan dibagi dengan nilai
keseluruhan item.
Metode Analisi Data
Untuk
pengujian
hipotesis,
penelitian ini menggunakan analisis
multiple
regression.
Adapun
persamaan
regresi
berganda
adalah:
IC Disclosure = β0 + βl (Bcomp) +
β2(Asize) + β3 (Fre) +
β4 (Firmsz) +
β5(Prof)+ β6 (Lev)+ ℮
Keterangan:
IC Disclosure
disclosure of
Bcomp
Asize
Fre
komite audit
Firmsz
Prof
Lev
℮
= Intellectual capital
company i
= komposisi dewan
= ukuran komite audit
= Frekuensi rapat
= Ukuran Perusahaan
= Profitabilitas
= Leverage
= Error
HASIL PENELITIAN
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 135
ISSN: 1410 -9875
perusahaan manufaktur tahun 20092012. Setelah
dilakukan seleksi
atas populasi untuk menentukan
sampel akhir berdasarkan kriteria
yang
telah ditentukan,
maka
diperoleh 60 perusahaan sebagai
sampel
dengan
menggunakan
metode
proportional
purposive
random
sampling. Sampel dapat
dilihat di tabel 3.
Dari statitistik
deskriptif
(Tabel 4) dapat dilihat bahwa hasil
dari
240
sampel
perusahaan
manufaktur yang diuji, intellectual
capital disclosure mempunyai ratarata pengungkapan sebesar 67,23%.
Nilai minimum sebesar 32%, nilai
maksimum sebesar 92% dengan
standar deviasi sebesar 13,058%.
Ukuran dewan komisaris yang
diproksikan dengan Bcomp memiliki
rata-rata sebesar 0,4026. Standar
deviasi 0,13281. Nilai minimum
sebsar 0,20,
nilai
maksimum
sebesar 1,00.
Ukuran
komite
audit
diproksikan dengan Asize. Nilai
rata-rata ukuran audit komite
adalah 3,16. Nilai minimum adalah
2 orang dan nilai maksimum adalah
5 orang. Dengan standar deviasi
sebesar 0,442.
Untuk frekuensi rapat komite
audit diproksikan dengan Frekuensi.
Rata-rata
pertemuan
yang
dilaksanakan
suatu
perusahaan
adalah
5,83.
Pertemuan
minimumnya adalah 1 kali dan
maximum
pertemuan
yang
dilaksanakan adalah
17
kali.
Dengan standar deviasi sebesar
3,618.
Untuk ukuran perusahaan
diproksikan dengan Firmsize. Untuk
Firmsize rata-rata sebesar 28,0862.
Standar deviasi 1,56600. Nilai
Anton Herdianto
minimum 24,97. Nilai maksimum
32,84.
Untuk ROA memiliki nilai
rata-rata 0,104957. Angka tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata ROA
yang diperoleh setiap sample
perusahaan manufaktur yang diuji
adalah sebesar
0,104957
kali
dengan standar deviasi 0926897,
nilai minimum 0,0001 dan nilai
maksimum sebesar 0,4165.
Untuk
leverage
memiliki
nilai rata-rata 1,0788. Standar
deviasi 1,25732. Nilai minimum
sebesar 0,08 dan nilai maksimum
sebesar 11,71.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis
dilakukan menggunakan analisis
multiple
regression
dengan
signifikansi 5% (Tabel 5). Sebelum
analisis multiple regression, telah
dilakukan pengujian asumsi klasik
yang meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi,
dan
uji
heteroskedastisitas.
Goodness of fit model regresi,
secara statistik dapat dilihat dari
nilai koefisien determinasi dan nilai
statistic dari uji F.
Hasil
analisis
multiple
regression dapat dilihat pada tabel
5. Nilai koefisien korelasi (R)
menunjukkan nilai sebesar 0,400
yang
berarti
bahwa
variabel
dependen dan variabel independen
memiliki hubungan yang rendah.
Sedangkan nilai Adjusted R2 sebesar
0,139 yang berarti bahwa variabel
independen ukuran perusahaan,
proporsi dewan komisaris, frekuensi
rapat komite audit, ROA, dan
leverage
dapat
menjelaskan
variabel dependen sebesar 13,9%
dan sisanya 86,1% dijelaskan oleh
faktor-faktor yang tidak termasuk
dalam model penelitian.
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Goodness of
fit
model
regresi ditunjukkan nilai F hitung
sebesar 7,410
dengan
nilai
signifikan sebesar 0.000, itu berarti
signifikan nilai di bawah 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama variabel independen
komposisi
dewan,
ukuran
perusahaan, frekuensi rapat audit,
ukuran
perusahaan,
ROA
dan
leverage
berpengaruh
terhadap
intellectual capital disclosure dan
model tersebut fit untuk digunakan
dalam model penelitian.
Variabel komposisi dewan
(Bcomp) memiliki nilai sig sebesar
0,527 lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
komposisi dewan (Bcomp) dengan
koefisien 0,039 tidak berpengaruh
terhadap
intellectual
capital
disclosure (ICD).
Variabel ukuran komite audit
(Asize) memiliki nilai sig sebesar
0,186 lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa
variabel
ukuran komite audit (Asize) dengan
koefisien 0,028 tidak berpengaruh
terhadap
intellectual
capital
disclosure (ICD).
Variabel
frekuensi
rapat
komite audit (Fre) memiliki nilai sig
sebesar 0,034 lebih kecil dari 0,05.
Hal ini menunjukkan
bahwa
variabel frekuensi rapat komite
audit (Fre) dengan koefisien 0,006
berpengaruh
secara
negatif
terhadap
intellectual
capital
disclosure
(ICD).
Hal
ini
menunjukkan bahwa
semakin
banyak frekuensi
rapat
komite
audit akan menyebabkan terjadinya
penurunan pengungkapan modal
intelektual. Hal ini disebabkan
semakin banyaknya frekuensi rapat
komite audit, akan menimbulkan
transparansi laporan keuangan yang
104
November 2014
akan mengurangi pengungkapan
modal intelektual.
Variabel ukuran perusahaan
(Firmsz) memiliki nilai sig sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa
variabel
ukuran perusahaan (Firmsz) dengan
koefisien 0,023 berpengaruh secara
positif terhadap intellectual capital
disclosure (ICD). Hal ini disebabkan
semakin
besarnya
ukuran
perusahaan, maka akan lebih
banyak melakukan aktivitas dan
mempunyai lebih banyak pemegang
saham. Oleh sebab itu, perusahaan
yang lebih besar akan
dituntut
untuk lebih banyak melakukan
pengungkapan
yang
merupakan
tuntutan dari para pemegang
saham.
Variabel profitabilitas (Prof)
memiliki nilai sig sebesar 0,019
lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa profitabilitas
perusahaan
(Firmsz)
dengan
koefisien 0,203 berpengaruh secara
positif terhadap intellectual capital
disclosure (ICD). Hal ini disebabkan
semakin
besarnya
tingkat
profitabilitas, maka
akan lebih
banyak melakukan pengungkapan
karena profitabilitas yang tinggi
merupakan nilai lebih yang dimiliki
perusahaan.
Variabel
Leverage
(Lev)
memiliki nilai sig sebesar 0,001
lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
leverage (Lev) dengan koefisien
0,020 berpengaruh secara negatif
terhadap
intellectual
capital
disclosure
(ICD).
Hal
ini
menunjukkan bahwa semakin besar
tingkat
leverage,
akan
menyebabkan terjadinya penurunan
pengungkapan modal intelektual.
Hal
ini
disebabkan
semakin
besarnya tingkat ketergantungan
ISSN: 1410 -9875
pada hutang akan mengurangi
pengungkapan agar tidak menjadi
sorotan dari para bondholder.
PENUTUP
Komposisi
dewan
tidak
berpengaruh terhadap Intellectual
Capital Disclosure. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Taliyang (2010) dan Suhardjanto
dan Mari (2010). Tetapi, hasil
penelitian
ini
tidak
konsisten
dengan penelitian Lee,
et
al
(2007). Ukuran komite audit tidak
berpengaruh terhadap Intellectual
Capital Disclosure. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Suhardjanto dan
Mari (2010),
Taliyang (2011). Frekuensi rapat
komite audit berpengaruh terhadap
Intellectual
Capital
Disclosure.
Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Suhardjanto dan
Mari (2010), Taliyang
(2011).
Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap
Intellectual
Capital
Disclosure. Hasil penelitian ini tidak
konsisten
dengan
penelitian
Suhardjanto dan Mari (2010) dan
Taliyang (2011). ROA berpengaruh
terhadap
Intellectual
Capital
Disclsoure. Hasil penelitian ini
konsisten
dengan
penelitian
Suhardjanto dan
Mari (2010).
Leverage berpengaruh terhadap
Intellectual
Capital
Disclosure.
Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Suhardjanto dan
Mari (2010), Taliyang (2011) dan
Lee at al (2007).
Prediktor
yang
mempengaruhi tingkat intellectual
capital disclosure adalah frekuensi
rapat
komite
audit,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dan
leverage.
Semakin
besar
perusahaan,
semakin
besar
kemampuan finansial perusahaan,
Anton Herdianto
dan frekuensi rapat yang diadakan,
serta semakin tingginya tingkat
leverage, semakin besar pula
perhatian stakeholder. Oleh sebab
itu, perusahaan dituntut untuk
semakin
banyak
melaporkan
informasi
termasuk
intellectual
capital disclosure.
Berdasarkan hasil analisa
serta kesimpulan di atas maka
keterbatasan dalam penelitian ini
adalah: 1) Variabel independen
dalam penelitian ini
hanya
komposisi dewan, ukuran komite
audit,
ukuran
perusahaan,
frekuensi rapat komite audit, ROA,
dan Leverage.
2) Penggunaan item-item pada
Intellectual
Capital
Disclosure
belum
efektif.
Karena
pengungkapan
tersebut
belum
secara
menyeluruh
mengukur
apakah
perusahaan
itu
telah
melakukan
Intellectual
Capital
Disclosure secara lengkap
atau
tidak.
Dan
pengukuran
pengungkapan
dibuat
setelah
membaca dan mengamati sehingga
masih berifat subyektif. 3) Sampel
yang dipakai hanya perusahaan
manufaktur saja. 4) Periode waktu
yang terbatas, dimana dalam
penelitian ini hanya terdiri dari
empat periode yaitu 2009, 2010,
2011, dan, 2012.
Berdasarkan hasil analisis
serta kesimpulan di atas
maka
untuk
penelitian
selanjutnya
diajukan
rekomendasi
sebagai
berikut: 1) Menambah variabel lain
yang
berpotensi
berpegaruh
terhadap
pengungkapan
intellectual capital. Misalnya: KAP
big four (auditor) dan kepemilikan
saham, kepemilikan manajerial,
jenis industri, dan lain-lain. 2)
Mengganti item Intellectual Capital
Disclosure lebih objektif. Sehingga
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
meminimalkan subyektivitas dalam
pengukuran. 3) Sampel yang dipakai
dapat diperluas, tidak terbatas
pada perusahaan manufaktur saja.
November 2014
4) Periode penelitian diharapkan
diperpanjang
agar
lebih
mencerminkan hasil penelitian
REFERENSI
Brennan, N. 2001. Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence
from Ireland. Accounting Auditing & Accountability Journal, 14(4),
pp.423-436.
Eng, L.L. dan Mak Y.T. 2003. Corporate Governance and Voluntary Disclosure.
Journal of Accounting and Publik Policy, 22, pp325-345.
Gandia, Juan L. 2008. “Determinants of Interest-Based Corporate Governance
Disclosure by Spanish Listed Companies”. Journal of intellectual
capital, 32(6), pp.791-817.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19
(cetakan kelima). Yogyakarta: Universitas Diponegoro.
Guthrie, J., Petty, R., dan Yongvanich, K. 2004. Using Content Analysis As a
Research Method to Inquire Into Intellectual Capital Reporting. Journal
of Intellectual Capital, Vol. 5. No. 2, pp. 282-293.
Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Li, J., Pike, R., and Haniffa, R. 2008. Intellectual Capital Disclosure and
Corporate Governance Struvture in UK Firms. Accounting and Business
Research, 38(2), pp.137-159.
Oliveira, Lidia, Lucia Lima Rodriques, dan Russel Craig. 2008. Applying
Voluntary Disclosure Theories to Intagibles Reporting: Evidence from
the Portugiese Stock Market.
Purnomoshidi, B. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada
Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi, 9(1), 1-20.
Reindo. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Rangka
Implementasi
GCG
http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi24/peranan.htm
Sawarjuwono, T. dan Agustine, P. K. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan,
Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi
& Keuangan, 5(1), 35-37.
Shooving. “Pengertian Profitabilitas”. http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/ 2130420-pengertian-profitabilitas/
Suhardjanto, Djoko, Mari Wardhani, 2010. Praktik Intellectual
Capital
Disclosure Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Journal
of intellectual capital, 14(1) pp.71-85.
Taliyang, Siti M., Mariana Jusop. 2012. Intellectual Capital Disclosure and
Corporate Governance Structure: Evidence in Malaysia. Journal of
intellectual capital disclosure, 6(12) pp.109-117.
106
ISSN: 1410 -9875
Anton Herdianto
Teori
Ligitimasi
dan
Pengungkapan
Lingkungan
Sosial.
http://staff.undip.ac.id/akuntansi/anis/2011/04/21/teori-legitimasipengungkapan-sosial-lingkungan/
Teori stakeholder, Intellectual Capital, Value Added Intellectual Coefficient
(VAIC™), Hubungan antara IC (VAICTM) dan Kinerja Perusahaan. 2009.
http://pustakaakuntansiku.wordpress.com/2009/08/14/intellectual- capitaldan-kinerja-keuangan-perusahaan-suatu-analisis-dengan- pendekatan-partialleast-squares/
Tunggal, Amin Widjaja. 2012. Seluk-Beluk Internal Auditing. Jakarta:
Harvarindo..
White G. 2007. “Drivers of Voluntary Intellectual Capital Disclosure in Listed
Biotechnology Companies”. Journal of intellectual capital, 8(3), pp
517-537.
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Tabel 1. Item Intellectual Capital Disclosure
Organizational
Structure
Patents
Copyrights
Trademarks
Infrastrusture Assets
Management
philosophy
Corporate culture
Management processes
Information systems
Networking systems
Research Project
Relational Capital
Human Capital
Brands
Customers
Customers Loyalty
Company names
Distribution channel
Business
Collaborations
Licensing agreements
Favourable contracts
Franchising
agreements Financial
Contracts
Know-how
Education
Vocational
Qualification
Work-related
knowledge
Work-related
competencies
Entrepreneurial spirit
Tabel 2. Pengukuran Variabel Dependen dan Independen
Variabel
Dependen Variabel
1. ICD
Independent Variabel
1. Komposisi Dewan
2.
3.
4.
5.
6.
108
Ukuran Komite
Audit
Frekuensi
Pertemuan Komite
Audit
Ukuran
perusahaan
Profitabilitas
Leverage
Proxy
Keterangan
ICD
Jumlah item yang diungkapkan
dibagi 25
Bcomp
Jumlah komisaris independen/
total dewan komisaris
Jumlah komite audit
Asize
Fre
Total frekuensi rapat yang
diadakan dalam satu tahun
Firmsz
Ln (Total Asset)
Prof
Lev
Laba Bersih / Total Aktiva
Total Hutang / Total Ekuitas
ISSN: 1410 -9875
Anton Herdianto
Tabel 3. Prosedur Pemilihan Sampel
Jumlah
Data
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang sahamnya aktif diperdagangkan
di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2012.
Laporan keuangan yang tidak disajikan dalam mata uang
Rupiah
Perusahaan yang tidak memperoleh laba berturut-turut
selama periode penelitian
Laporan keuangan telah diaudit oleh auditor independen
dengan menggunakan tahun buku yang tidak berakhir
tanggal 31 Desember secara konsisten.
Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan tidak
lengkap selama periode penelitian.
(9)
(59)
(2)
(0)
60
Data Perusahaan yang Lengkap
Data penelitian selama 4 tahun (2009-2012)
240
Tabel 4. Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
Mean
N
ICD
Bcomp
Asize
Frekuensi
Firmsz
ROA
Leverage
130
240
240
240
240
240
240
240
,32
,20
2
1
24,97
,0001
,08
,92
1,00
5
17
32,84
,4165
11,71
Std.
Deviation
,6723
,13058
,4026
,13281
3,16
,442
5,83
3,618
28,0862
1,56600
,104957
,0926897
1,0788
1,25732
Tabel 5. Hasil Analisi Multiple Regression
Variabel
Koefisien
t
(Constant)
-.038
-.262
Komposisi Dewan (Bcomp)
.039
.633
Ukuran Komite Audit (Asize)
.028
1.326
Frekuensi Pertemuan Audit (Fre)
-.006
-2.131
Ukuran Perusahaan (Firmsz)
.023
4.211
Profitabilitas (Prof)
.206
2.363
Leverage (Lev)
-.020
-3.233
Rsquare
.400
Adjusted R Square
.139
F
7.410
Sig
.000
Tingkat signifikansi 0.05
Sig
.794
.527
.186
.034
.000
.019
.001
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
110
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 111-130
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH PERFORMANCE RISK, FINANCIAL RISK, TIME
RISK, SOCIAL RISK, PHYSICAL RISK, PSYCHOLOGICAL RISK
TERHADAP PURCHASE INTENTION
NOVRITA ADRIANI FITRI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This study was conductedtoexamine the effect of Performance
Risk, Financial Risk, RiskTime, PhysicalRisk, Risksof Social, PsychologicalRisk,
theintereston thePurchasezalora.co.idsiteinJakarta. Independent variable(X)
in this studyis thePerformance Risk(X1), Financial Risk(X2), RiskTime(X3),
PhysicalRisk(X4),
SocialRisk(X5),
andPsychologicalRisk(X6).
Dependent
variable(Y) in this studyis theInterestsPurchase. The sample used inthis
studyisthatthe general publicknowszalora.co.idsite. The purposeof this
studyistoanalyzehow much influence theperformancerisk, financialrisk,
timerisk,
physicalrisk,
socialrisk,
psychologicalrisk,
theinterestpurchasedindividually, or simultaneously. The analysis usedto
testthese variablesisa simpleregressionanalysisand multiple regression
analysis.Based onthe analysis resultsof calculations performedbythe
authorsusingPASW18, seenthat t5,808PerformanceRisk, FinancialRisk9895,
RiskTime3.473, SocialRisk 4.310, PhysicalRisk19 605, PsychologicalRisk
4.109ttablewitha significance levelof1.985, 0.000<alpha 5%(0,05). these
resultswe can conclude thatHais acceptedandthere is asignificant effect.
Keywords:
Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Physical Risk,
Social Risk, PsychologicalRisk, Purchase Intention.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Performance
Risk, Financial Risk, Risk Time, Physical Risk, Risksof Social, dan Psychological
Risk terhadap purchase intention. Objek penelitian adalah mereka yang
pernah melakukan pembelian melalui web site Zalora. Data penelitian diolah
dengan menggunkan regresi berganda melalui program PASW 18. Hasil akhir
penelitian menunjukan bahwa semua variable penelitian terbukti secara
signifikan berpengaruh terhadap variable dependen. Secara parsial pengaruh
variable independen terhadap dependen berturut-turut sebagai berikut:
808PerformanceRisk, FinancialRisk9895, RiskTime3.473, SocialRisk 4.310,
PhysicalRisk19 605, PsychologicalRisk 4.109
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Kata kunci:
Performance Risk, Financial Risk, Time Risk, Physical Risk,
Social Risk, PsychologicalRisk, Purchase Intention.
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang berbagai
negara di seluruh penjuru dunia
tengah berjalan memasuki suatu
era
baru
yang
disebut
era
globalisasi.
Era
globalisasi
merupakan suatu era di mana
batas-batas geografi antarnegara
tidak lagi menjadi hambatan dalam
proses komunikasi dan interaksi
antarindividu. Hal
ini
semakin
nyata terjadi apabila kita kaitkan
dengan adanya internet. Internet
adalah sistem global dari seluruh
jaringan komputer yang saling
terhubung menggunakan standar
Internet Protocol Suite (TCP/IP)
untuk melayani miliaran pengguna
di seluruh dunia.
Faktor
yang
menentukan
keberhasilan
penerapan
bisnis
(khususnya penjualan retail) secara
online
adalah
kepercayaan
konsumen
untuk
memancing
Purchase
Intention.
Sebagian
konsumen
online
takut
melaksanakan
transaksi
secara
online karena adanya bermacam macam risiko yang akan dihadapi
(Perceived Risk). Perceived Risk
yang mungkin saja dapat dihadapi
oleh para calon konsumen seperti :
Performance Risk, Financial Risk,
Time Risk, Social Risk, Physical
Risk, dan Psychological Risk.
Kepercayaan konsumen telah
diakui dalam pemasaran sebagai
faktor penting agar sukses dalam
bisnis terutama dengan adanya
kasus-kasus seperti Perceived Risk
yang dirasakan konsumen, karena
bagi para pemilik toko online
terutama
Zalora
Indonesia
Perceived
Risk
sangat
112
November 2014
mempengaruhi Puchase Intention
dari konsumen terhadap toko online
mereka. Purchase Intention adalah
sebuah niat beli atau keinginan
konsumen untuk memiliki sebuah
barang.
KERANGKA TEORITIS
Risiko yang dirasakan (Perceived
Risk)
Menurut
Lovelock
dan
Wirtz
(2011:63)
“Perceived
risk
is
especially relevant for
services
that are difficult to evaluate
before purchase and consumption,
and first time user are likely to
face greater uncertainty”.
Risiko Kinerja (Performance Risk)
Menurut
Kotler
dan
Keller
(2012:193) “The product does not
toexpectations”.
Risiko Keuangan (Financial Risk)
Menurut
Kotler
dan
Keller
(2012:193) “Financial Risk is the
product is not worth the price
paid”.
Risiko Waktu (Time Risk)
Menurut
Kotler
dan
Keller
(2012:193) “Time Risk is the failure
of the product results in a
opportunity cost of finding another
satisfactory poduct”.
Risiko Fisik (Physical Risk)
Menurut
Kotler
dan
Keller
(2012:193) “Physical Risk is the
product poses a threat to the
physical well – being or health of
the users / other”.
Risiko Sosial (Social Risk)
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
Menurut
Kotler
dan
Keller
(2012:193) “Social Risk is the
product result in embarrassment in
front of others”.
Risiko Psikologis (Psychological
Risk)
Menurut
Kotler
dan
Keller
(2012:193) “Psychological Risk is
the product affects the mental
well-being of the users”.
Minat
Membeli
(Purchase
Intention)
Menurut Kotler dan Amstrong
(2012:178) “The consumer may
form a purchase intention based on
factors such as expected price and
expected product benefit”.
Performance Risk(X1)
Financial Risk(X2)
(Y)
Purchase Intention
Time Risk(X3)
Social Risk(X4)
Physical Risk(X5)
Psychological Risk(X6)
Gambar 1 Model Penelitian
METODELOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek
penelitian
dalam
penelitian
ini
adalah
para
konsumen yang memiliki akses
internet dan pernah
melihat
website zalora.co.id namun belum
pernah membeli di zalora.co.id.
Dalam penelitian ini jumlah sampel
yang digunakan adalah sebanyak
100 responden di daerah Jakarta.
Sampel dan Teknik Pengambilan
Sampel
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh penulis ada satu
macam teknik, yaitu Kuesioner
Menurut
Uma
Sekaran
(buku
terjemahan, 2007:82) Kuesioner
adalah daftar pertanyaan tertulis
yang telah dirumuskan sebelumnya
yang
akan
responden
jawab,
biasanya dalam
alternatif yang
didefinisikan jelas. Data diperoleh
dengan
menyebarkan
kuesioner
kepada
100
responden
untuk
mengetahui pengaruh Performance
Risk, Financial Risk, Time Risk,
Social Risk, Physical Risk, dan
Psychologial
Risk
terhadap
Purchase Intentionpada website
zalora.co.iddi Jakarta.
Uji Instrument Penelitian
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Uji Validitas
Uji validitas menurutBougie dan
Sekaran (2010:159) adalah“the test
to indicates that the items that are
intended to measure a concept, do,
on the face of it, look like they
measure the concept.”
Uji Reliabilitas
Defenisi reliabilitas menurutBougie
dan Sekaran (2010:161) adalah“a
measure indicates the extent to
which it is without bias (error free)
and hence ensures consistent
measurement across the time and
across the various items in the
instruments.”
Uji Normalitas
Menurut Hair et al (2010:71) Uji
normalitas adalah asumsi dasar dari
analisa Multivariate dengan cara
melihat bentuk distribusi
data
setiap variabel dan
merupakan
suatu acuan untuk menentukan
metode statistik mana yang akan
digunakan.
Uji Asumsi Klasik
Multikolinearitas
Menurut
Sekaran dan Bougie
(2010:352)Uji
multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi terjadi
korelasi yang tinggi atau tidak
terjadi korelasi yang tinggi antara
dua atau lebih variabel independen
dalam model regresi.
Heteroskedastisitas
Menurut Hair et al (2010:74) Uji
heteroskedastisitas
digunakan
untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat kesamaan
atau ketidaksamaan varians antara
pengamatan yang satu dengan yang
lainnya.
114
November 2014
Autokorelasi
Menurut Anderson et al. (2011:736)
autocorrelationyaitu
“autocorrelation is correlation in
the errors that arises when the
error terms at successive points in
time are related.” Pengujian
autokorelasi
dapat
dideteksi
dengan
menggunakan
metode
Durbin-Watson, jika nilai DurbinWatson diantara 1,5 sampai 2,5
berarti tidak ada autokorelasi.
Metode Analisa Data
Metode Analisa Regresi Sederhana
Simple regression Menurut Hair et
al. (2010:160) “simple regression is
regression model with a single
independent variable, also known
as bivariate regression”. Regresi
sederhana dapat dinyatakan sebagi
berikut:
Y = a+bX+e
Analisis Regresi Berganda
Metode analisa data yang digunakan
adalah metode regresi berganda
atau multiple regression dengan
alat
bantu
softwarePASW
(Predictive Analytical SoftWare).
Regresi linear berganda menurut
Hairel al. (2010, 162) “multiple
regression analysis is a statistical
technique that can used analyze
the relationship between a single
dependent (criterion) variable and
several independent (predictor)
variables. When the
prolem
involves two or more independent
variables.”
Y
=
a+b1X1+b2X2+b3X3+
b4X4+ b5X5+ b6X6+e
Koefisien Korelasi (R)
Definisi Correlation coefficient (r)
menurut Hair et al. (2010, 156)
yaitu “coefficient that indicates
the strenght of the association
ISSN: 1410 -9875
between any
variables”.
Novrita Adriani Fitri
two
metric
Koefisien Determinasi (R2)
Definisi
coefficient
of
determination (
) menurut Hair
et al. (2010:156) “measure the
propotion
variance
of
the
dependent variable about its mean
that is explained by independent.”
Uji Hipotesis
Uji t
Menurut Anderson et al (2011:640)
Uji t digunakan untuk mengukur
pengaruh antara variabel dependen
dan setiap variabel independen
atau Uji t sebagai uji signifikansi
secara individual. Terdapat dua
hipotesis untuk menguji uji t dalam
model regresi yaitu:
Uji F
Menurut Anderson et al (2011:640)
Uji F digunakan untuk mengukur
antara variabel dependen dan
semua variabel independen atau uji
F
sebagai
tes
signifikansi
keseluruhan (Anderson et al 2011,
640). Terdapat dua hipotesis untuk
menguji F dalam model regresi
yaitu:
ANALISA dan PEMBAHASAN
Uji Validitas
Tabel 1 Hasil Uji Validitas PERFORMANCE RISK(X1)
Corrected
R
ITEM
Item-Total
Keputusan
Tabel
Correlation
Saya
khawatir
bahwa
produk
yang
sampai
mungkin tidak sama persis
0.332
0.1966
VALID
seperti yang muncul ketika
ditampilkan
di
Website
Zalora.
Saya tidak suka fakta
bahwa, saya tidak bisa
merasakan/menyentuh dan
0.481
0.1966
VALID
melihat secara langsung
produk tersebut sebelum
membeli
saat
belanja
online di Website Zalora.
Sulit untuk memastikan
karakteristik produk seperti
kualitas, berat, dan ukuran
0.291
0.1966
VALID
hanya
dengan
melihat
gambarnya yang disediakan
pada katalog online di
Website Zalora.
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
ITEM
Saya khawatir bahwa detail
yang diberikan pada setiap
produk di Website Zalora
tidak
seperti
pada
kenyataannya.
Saya
khawatir
bahwa
produk tidak akan seperti
apa yang saya pikirkan.
November 2014
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
0.402
0.1966
VALID
0.324
0.1966
VALID
Tabel 2 Hasil Uji ValiditasFINANCIAL RISK (X2)
ITEM
Kegiatan transaksi ini tidak
aman
untuk
memberikan
nomor kartu kredit
saya
ketika saya memesan di
Website Zalora.
Website Zalora mungkin tidak
akan mengirim produk yang
saya
pesan
setelah
pembayaran.
Saya khawatir tentang harga
akhir
dari
produk
saat
berbelanja Website Zalora
karena mungkin ada biaya
tambahan
lain
secara
tersembunyi.
Saya khawatir bahwa rincian
keuangan saya mungkin tidak
cukup dilindungi jika saya
berbelanja
di
Website
Zalora.
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
0.408
0.1966
VALID
0.417
0.1966
VALID
0.328
0.1966
VALID
0.410
0.1966
VALID
Tabel 3 Hasil Uji Validitas TIME RISK(X3)
116
ITEM
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
Saya takut bahwa produk
yang dibeli di Website
Zalora tidak akan sampai
tepat
waktu
ketika
0.503
0.1966
VALID
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
diharapkan.
Saya khawatir jeda waktu
yang
terjadi
antara
pemesanan dan penerimaan
produk yang dibeli di
Website Zalora lebih lama.
Website Zalora mungkin
kehabisan produk yang saya
inginkan dalam stok dan
saya akan harus menunggu
Website
Zalora
untuk
melengkapi
kembali
stoknya.
Hal ini akan memakan
banyak waktu jika saya
harus kembali melakukan
pengecekan
di
Website
Zalora.
Saya
prihatin
tentang
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
membeli
sebuah
produk
pada
Website
Zalora.
0.328
0.1966
VALID
0.514
0.1966
VALID
0.279
0.1966
VALID
0.464
0.1966
VALID
Tabel 4 Hasil Uji Validitas SOCIAL RISK (X4)
ITEM
Pembelian
produk
di
Website
Zalora
akan
menurunkan harga diri saya
di antara
teman-teman
saya.
Jika saya membeli sebuah
produk di Website Zalora,
teman-teman saya akan
berpikir bahwa saya tidak
keren.
Jika saya membeli produk
di
Website
Zalora,
beberapa
teman
akan
berpikir
saya
sedang
mencoba
untuk
memamerkan.
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
0.524
0.1966
VALID
0.475
0.1966
VALID
0.453
0.1966
VALID
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
ITEM
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
Teman-teman saya tidak
akan mendorong saya untuk
membeli
produk
dari
Website Zalora.
0.409
0.1966
VALID
Tabel 5 Hasil Uji Validitas PHYSICAL RISK (X5)
ITEM
Saya
khawatir
bahwa
berbelanja
di
Website
Zalora dapat menyebabkan
kelelahan
mata
karena
sering
terpapar
layar
komputer selama belanja.
Saya
khawatir
tentang
adanya virus yang akan
menginfeksi komputer saya
sementara saya berbelanja
di Website Zalora.
Saya
khawatir
akan
mengidap
sakit
carpel
tunnel
syndrome
(nyeri
pada pergelangan tangan)
saat berbelanja online di
Website Zalora.
Saya
khawatir
bahwa
berbelanja
di
Website
Zalora bisa menyebabkan
sakit
punggung
karena
postur saya ketika duduk di
depan
komputer
untuk
waktu yang lama.
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
0.560
0.1966
VALID
0.398
0.1966
VALID
0.335
0.1966
VALID
0.454
0.1966
VALID
Tabel 6 Hasil Uji Validitas PSYCHOLOGICAL RISK (X6)
118
ITEM
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
Saya pikir berbelanja di
Website
Zalora
akan
merusak citra diri saya.
0.658
0.1966
VALID
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
Membayangkan berbelanja
di
Website
Zalora
menyebabkan
saya
mengalami
sebuah
tekanan yang seharusnya
tidak terjadi.
Ide berbelanja di Website
Zalora
membuat
saya
merasa tidak nyaman.
Berbelanja di Website
Zalora akan menyebabkan
kesenjangan sosial yang
terlalu banyak.
0.479
0.1966
VALID
0.704
0.1966
VALID
0.603
0.1966
VALID
Tabel 7 Hasil Uji Validitas PURCHASE INTENTION (Y)
Corrected
Item-Total
Correlation
R
Tabel
Keputusan
0.500
0.1966
VALID
0.520
0.1966
VALID
Saya
akan
merekomendasikan
Website Zalora kepada teman dan
kerabat sebagai tempat untuk
membeli produk fashion.
0.488
0.1966
VALID
Saya tidak akan keberatan membeli
produk fashion dari Website Zalora
atas nama orang lain.
0.489
0.1966
VALID
ITEM
Saya akan membeli produk fashion
dari
Website
Zalora
jika
diperlukan.
Jika Website Zalora memiliki
produk fashion yang saya butuhkan,
saya mungkin akan membeli dari
mereka.
Uji Reliabilitas
Tabel 8 Uji Reliabilitas
Variabel
PERFORMANCE RISK (X1)
FINANCIAL RISK (X2)
Jumlah
Pertanyaan
5
4
Cronbach
Alpha
0.611
Keterangan
Reliabel
0.611
Reliabel
Reliabel
TIME RISK (X3)
5
0.660
SOCIAL RISK (X4)
4
0.681
Reliabel
PHYSICAL RISK (X5)
4
0.653
Reliabel
PSYCHOLOGICAL RISK (X6)
4
0.797
Reliabel
PURCHASE INTENTION (Y)
4
0.710
Reliabel
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas P-P Plot
Gambar 2 P-P Plot
Tabel 9 Hasil Uji Skewnes dan Kurtosis
Descriptive Statistics
Skewness
statistic
Std. Error
-1.143
.241
-.849
.241
PERFORMANCE
FINANCIAL
N
Statistic
100
100
Kurtosis
Statistic
1.610
.364
Std. Error
.478
.478
TIME
SOCIAL
100
100
-.996
-.121
.241
.241
1.569
-.213
.478
.478
PHYSICAL
PSYCHOLOGICAL
100
100
-.983
-1.092
.241
.241
1.312
.782
.478
.478
PURCHASE
Valid N (listwise)
100
100
-1.092
.241
1.723
.478
Uji Multikolinearitas
Model
Performance Risk
Financial Risk
Time Risk
Social Risk
Physical Risk
Psychological Risk
Tabel 10 Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.491
2.037
.216
8.613
.588
1.699
.802
1.247
.209
4.781
.263
3.803
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plot
120
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
Gambar 3 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 11 Hasil Uji Heteroskedastisitas MenggunakanUji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
Model
1 (Constant)
PERFORMANCE
FINANCIAL
TIME
SOCIAL
PHYSICAL
PSYCHOLOGICAL
.445
-.005
-.077
.026
.000
.028
.037
.954
.043
.099
.037
.045
.066
.059
-.017
-.234
.095
.000
.095
.125
t
.466
-.118
-.774
.708
-.003
.421
.623
Sig.
.642
.906
.441
.481
.998
.675
.535
a. Dependent Variable: ABS_RES
Uji Autokorelasi
Tabel 12 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summary
2.197 b
2.451
DW = 1.968Durbin-Watson
Model
1.968a
1
a. Predictors:(Constant),PSYCHOLOGICAL, TIME,
SOCIAL, PHYSICAL, PERFORMANCE, FINANCIAL
Tabel 13
Hasil Uji
Autokorelasi Durbin-Watson
Autokorelasi
Indecision
positif
Tidak
Indecision
terdapat
Autokorelasi
negative
Autokorelasi
0
dl
du
2
4-du
4-dl
4
1.549
1.803
2.197
2.451
DW = 1.968
Analisa Linear Sederhana
Tabel 14 Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis I
Model Summary
Adjusted R
R
R Square
Square
1
.506a
.256
.248
a. Predictors: (Constant), PERFORMANCE
Model
Std. Error of
the Estimate
1.81628
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Korelasi atau
hubungan
antara
Performance
Risk
(X1)
Terhadap
Purchase
Intention
(Y)adalah sedang yaitu sebesar
0,506.Hal tersebut disebabkan nilai
koefisien korelasi berada diantara
0,40 – 0,599 (Sugiyono 2012, 184).
Koefisien determinasinya sebesar
0,256. Hal ini berarti dapat
Tabel 15
November 2014
diketahui secara statistik variasi
variabel Performance Risk (X1)
Terhadap
Purchase
Intention
(Y)sebesar 25.6% , sedangkan yang
lainnya
yaitu
sebesar
74.4%
dijelaskan oleh variabel lain yang
dianggap
tetap
dan
tidak
dimasukkan dalam model regresi.
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
4.705
2.104
PERFORMANCE
.553
.095
a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION
Standardized
Coefficients
Beta
.506
t
2.236
5.808
Sig.
.028
.000
Y = 4.705+0.553 X1+ e
t hitung 5.808 > t tabel 1,985 maka
Analisis :
Jika Performance Risk (X1) = 0,
dapat disimpulan bahwa Ho1 ditolak
maka nilai
Purchase Intention
dan Ha1 diterima, berarti terdapat
sebesar 4.705. Setiap kenaikan 1
pengaruh
Performance
Risk
satuan nilai dari Performance Risk
terhadap
Purchase
Intention
akan
meningkatkan
Purchase
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id di Jakarta.
Intention sebesar 0.553.
Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis II
Tabel 16 Hasil Regresi Sederhana Financial Risk (X2)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Model Summary
Adjusted R
R
R Square
Square
1
.707a
.500
.495
a. Predictors: (Constant), FINANCIAL
Model
Std. Error of
the Estimate
1.48935
(Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18)
Koefisien korelasi sebesar
0,707 menunjukkan bahwa korelasi
atau hubungan antara
Financial
Risk
(X2)
Terhadap
Purchase
Intention (Y)adalah kuat sebesar
0,707.Hal tersebut disebabkan nilai
koefisien korelasi berada diantara
0,60 – 0,799 (Sugiyono 2012, 184).
Koefisien
determinasi
sebesar
122
0,500. Hal ini berarti dapat
diketahui secara statistik variasi
variabel Financial
Risk
(X2)
Terhadap
Purchase
Intention
(Y)sebesar 50.0% , sedangkan yang
lainnya
yaitu
sebesar
50.0%
dijelaskan oleh variabel lain yang
dianggap
tetap
dan
tidak
dimasukkan dalam model regresi.
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
Tabel 17 Hasil Uji Signifikansi Financial Risk (X2)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Coefficientsa
Model
Standardized
Coefficients
Beta
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
1.795
FINANCIAL
.861
a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION
1.532
.087
.707
t
1.172
9.895
Sig.
.244
.000
Y = 1.795+ 0.861 X2+ e
Analisis :
Jika Financial Risk (X2) = 0,
bahwa Ho2 ditolak dan Ha2
maka nilai Purchase Intention
diterima,
berarti
terdapat
sebesar 1.795. Setiap kenaikan
pengaruh
Financial
Risk
1 satuan nilai dari Financial Risk
terhadap Purchase Intention
akan meningkatkan Purchase
masyarakat
pada
website
Intention sebesar 0.861.
Zalora.co.id di Jakarta.
t hitung 9.895 > t tabel
1,985 maka dapat disimpulan
Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis III
Tabel 18 Hasil Uji Regresi Sederhana Time Risk (X3)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Model Summary
Adjusted R
R
R Square
Square
1
.331a
.110
.100
a. Predictors: (Constant), TIME
Model
Std. Error of
the Estimate
1.98706
(Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18)
Korelasi atau
hubungan
antara Time Risk (X3) Terhadap
Purchase Intention
(Y)adalah
rendah yaitu sebesar 0,331.Hal
tersebut disebabkan nilai koefisien
korelasi berada diantara 0,20
–
0,399
(Sugiyono
2012,
184).
Koefisien
determinasi
sebesar
0,110. Hal ini berarti dapat
diketahui secara statistik variasi
variabel Time Risk (X3) Terhadap
Purchase
Intention
(Y)sebesar
11.0% , sedangkan yang lainnya
yaitu sebesar 89.0% dijelaskan oleh
variabel lain yang dianggap tetap
dan tidak dimasukkan dalam model
regresi.
Tabel 19 Hasil Uji Signifikansi Time Risk(X3)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
9.471
2.143
TIME
.336
.097
a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION
Standardized
Coefficients
Beta
.331
t
4.420
3.473
Sig.
.000
.001
Y = 9.471+ 0.336 X3+ e
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Analisis :
Jika Time Risk (X3) = 0, maka
nilai Purchase Intention sebesar
9.471. Setiap kenaikan 1 satuan
nilai dari Time Risk akan
meningkatkan
Purchase
Intention sebesar 0.336.
t hitung 3.473> t tabel
1,985 maka dapat disimpulan
November 2014
bahwa Ho3 ditolak dan Ha3
diterima,
berarti
terdapat
pengaruh Time Risk terhadap
Purchase Intention masyarakat
pada website Zalora.co.id di
Jakarta.
Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis IV
Tabel 20 Hasil Uji Regresi Sederhana Social Risk (X4)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Model Summary
Adjusted R
R
R Square
Square
1
.399a
.159
.151
a. Predictors: (Constant), SOCIAL
Model
Std. Error of
the Estimate
1.93075
(Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18)
Korelasi atau
hubungan
antara Social Risk (X4) Terhadap
Purchase Intention
(Y)adalah
rendah yaitu sebesar 0,399.Hal
tersebut disebabkan nilai koefisien
korelasi berada diantara 0,20
–
0,399
(Sugiyono
2012,
184).
Koefisien
determinasi
sebesar
0,159. Hal ini berarti dapat
diketahui secara statistik variasi
variabel Social Risk (X4) Terhadap
Purchase
Intention
(Y)sebesar
15.9% , sedangkan yang lainnya
yaitu sebesar 84.1% dijelaskan oleh
variabel lain yang dianggap tetap
dan tidak dimasukkan dalam model
regresi.
Tabel 21 Hasil Uji Signifikansi Social Risk (X4)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
6.835
2.339
SOCIAL
.583
.135
a. Dependent Variable: PURCHASE
Standardized
Coefficients
Beta
.399
t
2.923
4.310
Sig.
.004
.000
Y = 6.853+ 0.583 X4+ e
Analisis :
Jika Social Risk (X1) = 0, maka nilai
Purchase Intention sebesar 6.853.
Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari
Social Risk akan meningkatkan
Purchase Intention sebesar 0.583.
t hitung 4.310 > t tabel 1,985
maka dapat disimpulan bahwa Ho4
124
ditolak dan Ha4 diterima, berarti
terdapat pengaruh Social Risk
terhadap Purchase Intention
masyarakat pada website
Zalora.co.id di Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis V
Tabel 22 Hasil Uji Regresi Sederhana Physical Risk (X5)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Model Summary
Adjusted R
R
R Square
Square
1
.893a
.797
.795
a. Predictors: (Constant), PHYSICAL
Model
Std. Error of
the Estimate
.94915
(Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18)
Korelasi atau
hubungan
antara Physical Risk (X5) Terhadap
Purchase Intention
(Y)adalah
sangat kuatyaitu sebesar 0,893.Hal
tersebut disebabkan nilai koefisien
korelasi berada diantara 0,80
–
1,000
(Sugiyono
2012,
184).
Koefisien
determinasi
sebesar
0,797. Hal ini berarti dapat
diketahui secara statistik variasi
variabel Physical Risk (X5) Terhadap
Purchase
Intention
(Y)sebesar
79.7% , sedangkan yang lainnya
yaitu sebesar 20.3% dijelaskan oleh
variabel lain yang dianggap tetap
dan tidak dimasukkan dalam model
regresi.
Tabel 23 Hasil Uji Signifikansi Physical Risk (X5)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Coefficientsa
Model
B
1
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
.344
.849
PHYSICAL
.973
.050
t
.893
.406
Sig.
.686
19.605
.000
a. Dependent Variable: PURCHASE
Y = 0.344+0.973 X5+ e
Analisis :
Jika Physical Risk (X5) = 0, maka
nilai Purchase Intention sebesar
1.344. Setiap kenaikan 1 satuan
nilai dari Physical Risk akan
meningkatkan Purchase Intention
sebesar 0.973.
t hitung 19.605 > t tabel
1,985 maka dapat disimpulan
bahwa
Ho5 ditolak
dan Ha5
diterima,
berarti
terdapat
pengaruh Physical Risk terhadap
Purchase
Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id
di
Jakart a.
Analisa Regresi Linear Sederhana Hipotesis VI
Tabel 24 Hasil Uji Regresi Sederhana Psychological Risk (X6)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Model Summary
Model
1
R
.383a
R Square
.147
Adjusted R
Square
.138
Std. Error of
the Estimate
1.94488
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Model Summary
Model
1
R
.383a
R Square
.147
Adjusted R
Square
.138
Std. Error of
the Estimate
1.94488
a. Predictors: (Constant), PSYCHOLOGICAL
(Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18)
Korelasi atau
hubungan
antara Psychological Risk (X6)
Terhadap
Purchase
Intention
(Y)adalah rendah yaitu sebesar
0,383.Hal tersebut disebabkan nilai
koefisien korelasi berada diantara
0,20 – 0,399 (Sugiyono 2012, 184).
Koefisien
determinasi
sebesar
0,147. Hal ini berarti dapat
diketahui secara statistik variasi
variabel Psychological Risk (X6)
Terhadap
Purchase
Intention
(Y)sebesar 14.7% , sedangkan yang
lainnya
yaitu
sebesar
85.3%
dijelaskan oleh variabel lain yang
dianggap
tetap
dan
tidak
dimasukkan dalam model regresi.
Tabel 25 Hasil Uji Signifikansi Psychological Risk (X6)
Terhadap Purchase Intention (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
9.440
1.821
PSYCHOLOGICAL
.417
.101
a. Dependent Variable: PURCHASE
Y = 9.440+
Analisis :
Jika Psychological Risk (X6) = 0,
maka nilai
Purchase Intention
sebesar 9.440. Setiap kenaikan 1
satuan nilai dari Psychological Risk
akan
meningkatkan
Purchase
Intention sebesar 0.417.
Standardized
Coefficients
Beta
.383
t
5.184
4.109
Sig.
.000
.000
0.417 X6+ e
t hitung 4.109 > t tabel 1,985
maka dapat disimpulan bahwa Ho6
ditolak dan Ha6 diterima, berarti
terdapat pengaruh
Psychological
Risk terhadap Purchase Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id di Jakarta.
Analisa Regresi Berganda
Tabel 26 Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Performance Risk (X1),
Financial Risk (X2), Time Risk (X3), Social Risk (X4), Physical Risk (X5) dan
Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y)
Model Summary
Adjusted R
Std. Error of
R
R Square
Square
the Estimate
1
.905a
.819
.807
.91991
a. Predictors: (Constant), PERFOMANCE, FINANCIAL, TIME, SOCIAL,
PHYSICAL, PSYCHOLOGICAL
Model
(Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan PASW 18)
antara
126
Korelasi
atau
hubungan
variabel Performance Risk
(X1),Financial Risk (X2), Time Risk
(X3), Social Risk (X4), Physical Risk
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
variabel
Performance
Risk
(X1),Financial Risk (X2), Time Risk
(X3), Social Risk (X4), Physical Risk
(X5) dan Psychological Risk (X6)
adalah sebesar 81.9%, sedangkan
sisanya yaitu 18.1% dijelaskan oleh
variabel lain yang dianggap tetap
dan tidak dimasukkan dalam model
regresi.
(X5) dan Psychological Risk (X6)
Terhadap
Purchase
Intention
(Y)adalah sangat kuat yaitu sebesar
0,905 hal tersebut
disebabkan
nilai koefisien korelasi berada
diantara 0,80 – 1,000 (Sugiyono
2009,250).Koefisien
determinsi
sebesar 0,819.Hal ini berarti secara
statistik variasi variabel Purchase
Intention dapat dijelaskan oleh
Tabel 27 Hasil Uji Signifikansi Variabel Performance Risk (X1),
Financial Risk (X2), Time Risk (X3), Social Risk (X4), Physical Risk (X5) dan
Psychological Risk (X6) Terhadap Purchase Intention (Y)
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
PERFORMANCE
FIANANCIAL
TIME
SOCIAL
PHYSICAL
PSYCHOLOGICAL
-2.634
.074
.087
.064
.118
.881
-.117
1.516
.069
.158
.058
.072
.105
.094
Standardized
Coefficients
Beta
.068
.072
.064
.081
.809
-.108
t
-1.737
1.082
.554
1.105
1.644
8.379
-1.255
Sig.
.086
.282
.581
.272
.104
.000
.213
a. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION
Y = -2.634 + 0.07X1 + 0.087X2 + 0.064X3 + 0.118X4 + 0.881X5 - 0.117X6 +e
Analisa:
1. Jika variabel Performance Risk
4. Jika variabel bebas lain nilainya
(X1),Financial Risk (X2), Time
tetap dan Time Risk (X3)
Risk (X3), Social Risk (X4),
mengalami kenaikan 1 satuan,
maka
Purchase
Intention
Physical
Risk
(X5)
dan
(Y)akan
mengalami
peningkatan
Psychological Risk (X6) bernilai
sebesar 0.064.
0, makaPurchase Intention (Y)
nilainya sebesar -2.634.
5. Jika variabel bebas lain nilainya
2. Jika variabel bebas
lainnya
tetap dan Social Risk (X4)
nilainya tetap dan variabel
mengalami kenaikan 1 satuan,
Performance
Risk
(X1)
maka
Purchase
Intention
mengalami kenaikan 1 satuan
(Y)akan mengalami peningkatan
maka Purchase Intention (Y)
sebesar 0.118.
akan
mengalami
kenaikan
6. Jika variabel bebas lain nilainya
sebesar 0.07.
tetap dan Physical Risk (X5)
3. Jjika variabel bebas
lain
mengalami kenaikan 1 satuan,
nilainya tetap dan Financial Risk
maka
Purchase
Intention
(X2)mengalami
kenaikan
1
(Y)akan mengalami peningkatan
satuan,
maka
Purchase
sebesar 0.881.
Intention (Y)akan mengalami
7. Jika variabel bebas lain nilainya
peningkatan sebesar 0.087.
tetap danPsychological Risk (X6)
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
mengalami penurunan 1 satuan,
maka
Purchase
Intention
November 2014
(Y)akan mengalami penurunan
sebesar -0.117.
8. Dan e merupakan faktor error.
Tabel 28 Hasil Uji Anova
Mode l
1
Regression
Residual
Total
Sum of Squares
355.861
78.699
434.560
ANOVAb
df
6
93
99
Mean Square
59.310
.846
F
70.088
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), PERFOMANCE, FINANCIAL, TIME, SOCIAL, PHYSICAL, PSYCHOLOGICAL
b. Dependent Variable: PURCHASE INTENTION
F hitung sebesar 70.088 lebih
besar dari F tabel sebesar 2,20 dan
dengan tingkat signifikansi 0,000
atau kecil dari 0,05 maka Ha7
diterima. Maka dapat diambil
kesimpulan
bahwa
terdapat
pengaruh
Performance
Risk,
Financial Risk, Time Risk, Social
Risk,
Physical
Risk,
dan
Psychological
Risk
terhadap
Purchase
Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id
di
Jakarta.
F hitung berada dalam area
Ho ditolak. F hitung > F tabel
(70.088 > 2.20), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho7 ditolak dan
Ha7 diterima, artinya terdapat
pengaruh
Performance
Risk,
Financial Risk, Time Risk, Social
Risk,
Physical
Risk,
dan
Psychological
Risk
terhadap
Purchase
Intention
masyarakat
pada website zalora.co.id
di
Jakarta.
PENUTUP
1.
128
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
Performance Risk
terhadap
Purchase Intention masyarakat
pada website Zalora.co.id.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara Financial Risk
terhadap Purchase Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara Time Risk
terhadap Purchase Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara Social Risk
terhadap Purchase Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara Physical Risk
terhadap Purchase Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara Psychological
Risk
terhadap
Purchase
Intention
masyarakat
pada
website Zalora.co.id.
Terdapat
pengaruh
Performance Risk, Financial
Risk, Time Risk, Social Risk,
Physical Risk, dan Psychological
Riskterhadap
Purchase
Intention
masyarakat
pada
website
Zalora.co.id
di
Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
DAFTAR REFERENSI
Anderson David, R.,Sweeney David,J dan Williams Thomas, A. 2011. Statistics
for business and economics.South Western. Natorp Boulevard. USA
Hair, J.F., William C. Black, Barry J.B.,dan Rolph E.A. (2010). Multivariate
Data Analysis AGlobal Perspective, Seventh Edition. Jersey :Prentice Hall.
Hoffman, K. Douglas and John E.G Bateson. 2007. Essential of Services
Marketing. Fort Worth: The Dryden Press.
Keller, Kevin Lane. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring,
and Managing Brand Equity.Third Edition.New Jersey: Pearson Prentice
Hall, Inc.
Kotler, Philip and Armstrong, Gary. 2012. Principles of Marketing. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Kotler, P. & Keller, K. L. (2012). Marketing Management 14th Edition. New
Jersey : Pearson Education, Inc.
Lovelock, Christopher dan Wirtz, Jochen (2011). Services Marketing: People,
Technology, Strategy, Boston, Pearson Education.
Mowen, J.C, Minor.M. (1998). Consumer Behavior. New York : Prentice Hall
Inc
Schiffman, Leon G dan Leslie L. Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Jakarta:
Indeks.
Schiffman, L. G, Kanuk, L.L. (2004). Consumer Behavior 8thedition. Singapura
: Prentice Hall.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Edisi 4. Salemba Empat.
Jakarta.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta
Sekaran, Uma and Roger Bougie. (2010). Research Methods for Business : A
Skill Building Approach, 5th Edition.London :Wiley.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
http://www.apjii.or.id/v2/
http://www.isoc.org/inet2000/cdproceedings/7c/7c
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
130
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 131-142
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN
MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN
APIT SUSANTI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to identify seven independent
variables that is board of commissaries, audit committee, institutional
ownership, managerial ownership, independent commissioner composition,
earning management and intellectual capital are taken into consideration to
identify their effect on financial performance. This research uses the
purposive sampling method. Forty two manufacturing companies listed at
Indonesian Stock Exchange were used as sample, with period 2009 until 2011.
The result of this research showed that institutional ownership, managerial
ownership, independent commissioner composition, and intellectual capital
have influence to financial performance but board of commissioner, audit
committee, and earning management has no influence to financial
performance.
Keywords:
Board of Commissioner, Audit Committee,
Institutional
Ownership, Managerial Ownership, Independent Commissioner
Composition, Earning Management, Intellectual Capital, Financial
Performance.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
variabel dewan komisaris, komite audit, kepemilikan
institusional,
kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen, manajemen laba
dan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini
menggunakan metode sampling purposive, 42 (empat puluh dua) perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 hingga
2011 menjadi sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional, kepemilikan managerial,
komposisi
dewan
komisaris
independen, dan modal intelektual mempengaruhi kinerja keuangan, namun
dewan komisaris, komite audit, dan manajemen laba tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
Keywords:
Dewan Komisaris, Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Managerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen,
Manajemen Laba, Modal Interlektual, Kinerja Keuangan.
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
PENDAHULUAN
Corporate
governance
merupakan salah satu kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis
yang
meliputi
serangkaian
hubungan
antara
manajemen
perusahaan, dewan komisaris, para
pemegang saham dan stakeholders
lainnya yang
juga
memberikan
suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran
dari
suatu perusahaan dan sebagai
sarana untuk menentukan teknik
monitoring
kinerja.
Corporate
governance merupakan salah satu
isu yang hangat saat ini yang
digunakan dalam pengelolaan serta
pertanggungjawaban
untuk
memecahkan masalah dalam suatu
perusahaan. Corporate governance
juga mensyaratkan adanya struktur
perangkat untuk mencapai tujuan
dan pengawasan atas kinerja.
Dalam menghadapi dunia
yang mengalami revolusi dalam
informasi, inovasi, telekomunikasi
dan
persaingan
yang
ketat
mendorong banyak sektor yang
sebagian besar menggunakan modal
manusia dan modal customer untuk
bertahan. Agar suatu perusahaan
terus bertahan, perusahaan harus
dengan
cepat
mengubah
strateginya
dari
bisnis
yang
didasarkan pada tenaga
kerja
(labor based business) menuju
knowledge based business (bisnis
berdasarkan
pengetahuan),
sehingga
karakteristik
utama
perusahaannya menjadi perusahaan
berbasis
ilmu
pengetahuan.
Berkembangnya
ilmu
ekonomi
berbasis
ilmu
pengetahuan
mendorong
perusahaan
untuk
meningkatkan pentingnya modal
intelektual.
132
November 2014
Motivasi penelitian ini adalah
melakukan pengembangan terhadap
penelitian
sebelumnya.
Permasalahan dalam penelitian ini
adalah
apakah
ukuran
dewan
komisaris,
komite
audit,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan managerial, komposisi
dewan
komisaris
independen,
manajemen
laba
dan
modal
intelektual mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja Keuangan
Kinerja merupakan salah
satu
faktor penting yang diperhatikan
yang dapat menunjukkan efektifitas
dan efisiensi dari suatu organisasi
dalam
rangka
mencapai
keberhasilannya (Surifah, 2002).
Kinerja
keuangan
merupakan
refleksi dari kinerja fundamental
perusahaan yang diukur dengan
menggunakan data fundamental
perusahaan yang
berasal dari
laporan
keuangan.
Pengukuran
kinerja keuangan yang bersumber
dari laporan keuangan diukur
dengan menggunakan rasio-rasio
yang dapat memberikan gambaran
kepada pengguna laporan keuangan
dalam menilai kinerja perusahaan
dalam menjalankan usahanya dan
penggunaan aset yang
dimiliki
dalam
memaksimumkan
kinerja
yang mereka buat (Ujiyantho dan
Pramuka 2007).
Kinerja keuangan digunakan
untuk
mengetahui
hasil
dari
tindakan yang telah perusahaan di
masa lalu, karena laporan keuangan
tidak hanya dibuat pada masa
sekarang tetapi dibuat setiap
periode akuntasi sesuai dengan
kebijakan perusahaan. Di dalam
laporan keuangan juga disediakan
ISSN: 1410 -9875
informasi
non
keuangan
yang
berisikan
seluruh
informasi
mengenai kepemilikan yang ada
dalam perusahaan, produktifitas,
proses
bisnis
dan
komitmen
perusahaan
untuk
menentukan
kinerja keuangan perusahaan di
masa yang akan datang (Fajarini
dan Firmansyah 2012)
Teori Keagenan
Perspektif
hubungan
keagenan merupakan dasar yang
digunakan
dalam
memahami
corporate
governance.
Teori
keagenan merupakan teori yang
menjelaskan
adanya
hubungan
agensi sebagai suatu
kontrak
dibawah satu principal atau lebih
yang melibatkan agen (manajemen)
untuk
melaksanakan
beberapa
pelayanan
yang
bagi
mereka
merupakan proses pendelegasian
wewenang pengambilan keputusan
kepada
agen
dari
principal
(stakeholder)
(Ujiyantho
dan
Pramuka 2007). Dalam proses
menjalankan tugas tersebut bisa
terjadi konflik kepentingan antara
pemilik
dengan
agen
yang
memungkinkan memicu
adanya
biaya keagenan (agency cost)
karena agen tidak selalu berbuat
sesuai
dengan
kepentingan
principal (Ujiyantho dan Pramuka
2007).
Sebagai agen, manager secara
moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan dari
modal yang diberikan pemilik dan
sebagai imbalannya agen akan
memperoleh
kompensasi
sesuai
dengan perjanjian kontrak, namun
pada kenyataannya tidak semua
agen menjalankan tugas sesuai
dengan perjanjian kontrak sebab
informasi yang ia miliki lebih
banyak dari pemilik. Munculnya
Apit Susanti
perbedaan informasi yang dimiliki
oleh
agen
dan
pemilik
menyebabkan asimetris informasi
dan
memungkinkan
adanya
manajemen laba terjadi dalam
perusahaan.
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan Komisaris merupakan
inti dari corporate governance yang
bertugas
melaksanakan
pelaksanaan strategi perusahaan.
Selain
itu,
dewan
komisaris
mempunyai peranan yang sangat
penting dalam suatu perusahaan
yang fungsinya untuk melakukan
pengawasan
dan
memberikan
nasihat terhadap direktur serta
monitoring atas laporan keuangan
(Farida et al, 2010). Dewan
komisaris juga diberi tugas serta
memiliki tanggung jawab atas
pengawasan kualitas informasi dan
seluruh hal yang terkandung dalam
sebuah laporan keuangan (Nasution
dan Doddy 2007).
Ha1 : Ukuran dewan komisaris
berpengaruh
terhadap
kinerja keuangan perusahaan
Komite Audit
Keberadaan komite audit
sangat penting bagi pengelolaan
perusahaan karena komite audit
merupakan salah satu komponen
dalam
sistem
pengendalian
perusahaan.
Komite
Audit
merupakan suatu komite dalam
perusahaan yang melakukan audit
internal pada suatu perusahaan
(Farida et al,2010). Pembentukan
komite
audit
adalah
untuk
memberdayakan fungsi komisaris
dalam
melakukan
pengawasan.
Tujuan lain yaitu untuk membantu
dewan komisaris dalam memenuhi
tanggung jawab pengawasannya
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
atas proses laporan keuangan
(Sawyer 2003).
Ha2 : Komite audit berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
perusahaan
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
memiliki
kemampuan
untuk
mengendalikan manajemen melalui
proses monitoring yang efektif
sehingga dapat mengurangi praktek
manajemen laba yang mungkin
akan terjadi dalam perusahaan.
Menurut Gideon (2005) dalam
Ujiyantho (2007) persentase saham
tertentu yang dimiliki oleh suatu
institusi
dapat
mempengaruhi
proses
penyusunan
laporan
keuangan yang tidak menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi
sesuai
kepentingan
pihak
manajemen. Investor institusional
yang sering disebut sebagai investor
yang canggih seharusnya dapat
lebih
menggunakan
informasi
periode
sekarang
dalam
memprediksi laba masa depan
dibandingkan dengan investor non
institusional.
Ha3
: Kepemilikan institusional
berpengaruh
terhadap
kinerja keuangan perusahaan
Kepemilikan Managerial
Manajemen
laba
sangat
ditentukan oleh motivasi dari
manager perusahaan itu sendiri.
Motivasi
yang
berbeda
akan
menghasilkan
suatu
besaran
manajeman laba
yang
berbeda
pula, seperti yang terjadi antara
manager
yang
juga
sekaligus
pemegang saham dengan manager
yang
tidak
bertindak
sebagai
pemegang saham (Ujiyantho dan
Pramuka 2007). Hal tersebut dapat
134
November 2014
mempengaruhi manajemen laba
yang akan dibuat oleh manajemen
perusahaan. Menurut Jansen dan
Meckling (1976) dalam Susanti et al
(2010), salah satu cara untuk
mengurangi agency cost dapat
dilakukan dengan meningkatkan
kepemilikan
saham
oleh
manajemen
karena
dapat
menyelaraskan
kepentingankepentingan
manager
dengan
pemegang
saham.
Proporsi
kepemilikan saham yang dikontrol
oleh manager dapat mempengaruhi
kebijakan
perusahaan.
Dengan
meningkatkan kepemilikan saham
oleh
manajemen
dapat
meningkatkan satu tujuan yang
ingin
dicapai
sehingga
tidak
terdapat asimetris informasi yang
akan didapat
Ha4 : Kepemilikan
managerial
berpengaruh
terhadap
kinerja keuangan perusahaan
Komposisi
Dewan
Komisaris
Independen
Dewan komisaris merupakan
bagian
dari
perusahaan
yang
memiliki
kekuasaan
eksekutif
dalam
perusahaan.
Dewan
komisaris memiliki tanggung jawab
terhadap para pemegang saham
karena
mereka
ditunjuk
dan
diangkat oleh para
pemegang
saham itu sendiri. Dewan komisaris
memiliki
tugas
untuk
mengkoordinasikan
dan
mengendalikan
kegiatan
operasional dari perusahaan secara
menyeluruh serta mengendalikan
operasional perusahaan
dalam
batas
yang
telah
ditetapkan.
Namun dewan komisaris tidak
memiliki otoritas dalam perusahaan
sehingga informasi apa saja yang
ada
dalam
perusahaan
wajib
dilaporkan. Komisaris Independen
ISSN: 1410 -9875
adalah
orang-orang
diluar
perusahaan yang tidak memiliki
afiliasi
atau
pun
memiliki
kepemilikan
saham
dalam
perusahaan tersebut.
Ha5 : Komposisi dewan komisaris
independen
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
perusahaan
Manajemen Laba
Menurut Copeland (1968:10) dalam
Utami 2005, manajemen laba
didefinisikan sebagai “some ability
to increase or decrease reported
net income at will” yang berarti
manajemen laba mencakup usaha
manajemen untuk memaksimumkan
atau meminumkan laba sesuai
dengan keinginin manajemen itu
sendiri. Sifat fleksibel yang dimiliki
oleh manager itu dapat membentuk
judgment yang digunakan dalam
pelaporan keuangan yang dapat
merubah
laporan
keuangan
sehingga informasi yang ada dapat
menyesatkan pihak-pihak terkait
(Herawaty
2007).
Menurut
Ujiyantho (2007) manajemen laba
merupakan suatu intervensi yang
dilakukan
manajemen
untuk
maksud tertentu terhadap proses
pelaporan keuangan eksternal yang
dengan sengaja untuk memperoleh
beberapa
keuntungan
pribadi.
Perilaku yang mendasari hal ini
karena
adanya
perilaku
oportunistik.
Ha6 : Manajemen laba berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
perusahaan
Modal Intelektual
Modal intelektual telah
menjadi
aset yang sangat bernilai saat ini
dalam dunia bisnis modern yang
berbasiskan
pengetahuan
(knowledge
based
business).
Apit Susanti
Menurut Pulic (1998) dalam Ulum et
al (2008) bahwa tujuan utama
dalam ekonomi yang berbasiskan
pengetahuan
adalah
untuk
menciptakan
value
added,
sedangkan untuk menciptakan hal
tersebut dibutuhkan suatu ukuran
yang tepat tentang physical capital
(yaitu dana-dana keuangan) dan
intellectual
potential
(yang
direpresentasikan oleh karyawan
dengan
segala
potensi
dan
kemampuan yang melekat pada
mereka).
Modal
intelektual
dapat
didefinisikan melalui tiga konstruk
utama dari modal intelektual itu
sendiri yaitu (1) Human Capital
yang menunjukkan pada
nilai
pengetahuan
yang
dimiliki
karyawan
dalam
menciptakan
kekayaan bagi perusahaan yang
mencerminkan kemampuan kolektif
perusahaan dalam menghasilkan
solusi
terbaik
berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh
orang-orang yang bekerja pada
perusahaan
tersebut.
Human
capital akan meningkat apabila
perusahaan mampu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oleh
karyawannya dalam menjalankan
tugasnya. (2) Structural Capital
yang
merupakan
kemampuan
organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi
proses
rutinitas
perusahaan dan strukturnya yang
mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual
yang optimal serta kinerja bisnis
secara keseluruhan,
misalnya
sistem
operasional
perusahaan,
budaya perusahaan, dan strategi
bisnis perusahaan. (3) Customer
Capital
merupakan
hubungan
organisasi
orang-orang
yang
berbisnis
dengan
organisasi
tersebut.
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Ha7 : Modal intelektual berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
perusahaan
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
seluruh
perusahaan
sektor
keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 20092011. Pemilihan sampel dilakukan
dengan metode purposive sampling
dengan
kriteria
yaitu
:
(1)
Perusahaan sektor keuangan yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011; (2) Perusahaan sektor
keuangan
yang
menerbitkan
laporan keuangan per 31 Desember
dan
menggunakan
mata
uang
Rupiah; (3) Perusahaan sektor
keuangan yang secara konsisten
mendapatkan laba selama tahun
2009 sampai dengan tahun 2011;
(4) Perusahaan sektor keuangan
yang secara konsisten memiliki
komisaris independen pada periode
2009 sampai dengan 2011; (5)
Perusahaan sektor keuangan yang
secara konsisten memiliki anggota
komite audit independen selama
tahun 2009 sampai dengan 2011.
Sampel
yang
berhasil
dikumpulkan adalah 42 perusahaan
sektor keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Data dapat
diperoleh dari Indonesia Stock
Exchange selama tahun 2009-2011.
Ada beberapa indikator yang
dapat digunakan dalam mengukur
kinerja keuangan suatu perusahaan.
Namun
dalam
penelitian
ini
pengukuran hanya menggunakan
return on assets (ROA). ROA yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
136
November 2014
keuntungan dari satu Rupiah aset
yang digunakan
Net Income
������ �� ����� �
Total Asset
Ukuran
Dewan
Komisaris
yang efektif adalah ukuran dewan
komisaris yang kecil (Ujiyantho dan
Pramuka 2007). Banyaknya personel
dalam suatu perusahaan yang
menjadi
dewan
komisaris
perusahaan dapat berakibat pada
buruknya kualitas laporan keuangan
dan
kinerja
yang
dimiliki
perusahaan. Hal tersebut kemudian
dijabarkan dalam agency problems,
yang menyatakan bahwa semakin
banyaknya
anggota
dewan
komisaris maka perusahaan itu akan
mengalami
kesulitan
dalam
menjalani perannya. Ukuran Dewan
Komisaris
diukur
dengan
menggunakan
skala
nominal,
menggunakan
indikator
jumlah
anggota dewan komisaris suatu
perusahaan, dimana dimulai dari
angka
1
sampai
selanjutnya
tergantung pada seberapa banyak
jumlah
total
anggota
dewan
komisaris yang dimiliki.
Komite audit
merupakan
salah satu unsur yang pernting
dalam
mewujudkan
penerapan
good
corporate
governance.
Keberadaannya merupakan usaha
perbaikan
yang
dilakukan
perusahaan
terhadap
cara
pengelolaan perusahaan terutama
cara
pengawasan
terhadap
manajemen perusahaan (Palestin
2008). Komite audit bertanggung
jawab untuk mengawasi laporan
keuangan,
mengawasi
audit
eksternal yang dipakai perusahaan
serta
mengamati
sistem
pengendalian
internal
audit
(Siallagan dan Machfoedz, 2006)
ISSN: 1410 -9875
Apit Susanti
������ ����� �
������� ������ ����� ����������
������ ������� ������ �����
Tingginya
kepemilikan
managerial akan membuat para
investor institusional mendapatkan
kesempatan
untuk
mengontrol
perusahaan yang lebih sedikit (Putri
dan Nasir 2006). ). Menurut Fitri
dan Mamduh (2003) dalam Putri
dan Nasir (2006), kepemilikan
institusional memiliki kemampuan
����������� ������������� �
untuk
mengendalikan
pihak
manajemen
melalui
monitoring
sehingga dapat mengurangi laba.
Kepemilikan
institusional
merupakan persentase saham yang
dimiliki oleh pihak institusi, seperti
lembaga atau bank dibandingkan
dengan jumlah saham yang beredar
milik perusahaan tersebut.
������ ����� ���� �������� ���������
������ ����� ���� �������
Kepemilikan
manajerial
merupakan pemegang saham dari
pihak manajemen yang secara aktif
ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Variabel kepemilikan
manajerial menggunakan variabel
dummy, dimana D = 1 untuk
perusahaan
yang
memiliki
kepemilikan manajerial dan D = 0
untuk
perusahaan
yang
tidak
memiliki kepemilikan manajerial.
Komposisi
Dewan
Komisaris
Independen
Komisaris
independen
menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance adalah anggota dewan
��������� ����� ��������� ���������� �
Manajemen laba merupakan
usaha
manajemen
untuk
memaksimumkan,
atau
meminimumkan
laba,
termasuk
pada perataan laba sesuai dengan
keinginan manajemen itu sendiri.
Dalam
mendeteksi
ada
atau
tidaknya manajemen laba dalam
suatu perusahaan, pengukuran atas
akrual adalah hal yang sangat
penting untuk diperhatikan (Utami
2005).
Pengukuran manajemen laba
menggunakan skala rasio. Angka
komisaris yang tidak tepengaruh
dengan manajemen, anggota dewan
komisaris lain dan pemegang saham
pengendali
serta
bebas
dari
hubungan bisnis atau hubungan lain
yang
dapat
mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak
independen
demi
kepentingan
perusahaan
(Ujiyantho
dan
Bambang 2007). Komposisi dewan
komisaris independen menggunakan
skala rasio dengan menggunakan
indikator
persentase
anggota
dewan komisaris yang berasal dari
luar perusahaan dari seluruh ukuran
anggota
dewan
komisaris
perusahan.
������� ����� ��������� ���� ����
������ ������� ����� ���������
yang
menunjukkan
ada
atau
tidaknya manajemen laba dalam
sebuah perusahaan dilihat dari nilai
discretionary
accruals
yang
memiliki
beberapa
tahap
perhitungan.
Total
akrual
merupakan selisih antara laba dan
arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi.
TAit/Ait-1 = (Nit – OCFt)/Ait-1
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Total akrual tersebut kemudian
dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:
1). Bagian akrual yang memang
sewajarnya ada dalam proses
penyusunan laporan keuangan yang
disebut normal accruals atau non
discretionary
accruals
yang
dihitung dengan cara:
November 2014
NDAit = βo/ Ait-1 + β1 ( ∆REVit/Ait -1) + β2 (PPEit/Ait-1) + e
2). Bagian akrual yang merupakan
manipulasi data akuntansi yang
disebut dengan abnormal accruals
atau discretionary accruals yang
dihitung dengan cara:
DAit = TAit/ Ait-1 – NDAit
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Kriteria Pemilihan Sampel
Keterangan
Perusahaan
Perusahaan sektor keuangan yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
52
Perusahaan sektor keuangan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan per 31 Desember dan tidak menggunakan mata
uang Rupiah pada periode
2009-2011
(0)
Perusahaan sektor keuangan yang tidak secara konsisten
mendapatkan laba selama tahun 2009 sampai dengan 2011
(4)
Perusahaan sektor keuangan yang tidak secara konsisten
memiliki komisaris independen pada periode 2009 sampai
dengan 2011
(5)
Perusahaan sektor keuangan yang tidak secara konsisten
memiliki komite audit independen selama tahun 2009 sampai
dengan 2011
(1)
Data perusahaan per tahun
Total data sebelum outlier
Total data outlier
Total data setelah outlier
Berdasarkan tabel di atas,
jumlah perusahaan yang memenuhi
kriteria sebagai sampel adalah
sebanyak 42 perusahaan. Jumlah
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah 126 data dan
setelah
uji
outlier
diperoleh
138
42
126
(10)
116
sebanyak 116 data. Hasil statistik
deskriptif
menunjukkan
jumlah
sampel perusahaan yang digunakan
dalam penelitian, nilai minimum,
nilai maksimum, nilai mean, dan
nilai deviasi standar dari masingmasing variabel.
ISSN: 1410 -9875
Apit Susanti
Tabel 2
Statistik Deskriptif
N
Ukuran
Dewan
Komisaris
Komite Audit
Kepemilikian
Institusional
Kepemilikan Manajerial
Dewan
Komisaris
Indepeden
Manajemen Laba
Modal Intelektual
ROA
Valid N (listwise)
Minimum
116
116
116
116
2
.2500
.10401
.0000
116
116
116
116
116
.2500
-1.27360
-30.05858
.00138
Maximum
Mean
9
1.0000
0.99963
1.00000
4.47
.6217775
.7133184
.327587
Std.
Deviation
1.791
.13351963
.2228106
.4713687
0.7500
.4904557
.11774458
.06820 -0.993185 0.16191491
43.27996 2.1849140 6.45725877
.14490 0.0358819
.03153361
Tabel 3
Hasil Uji T
Model
1
(Constant)
UKD
KA
KI
KM
DKI
ML
MI
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
.106
.021
-.003
-.015
-.032
-.014
-.055
-.014
.002
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
variabel
ukuran
dewan
komisaris
independen
memiliki
tingkat
signifikansi sebesar 0,080 lebih
besar dari 0,05 maka Ha1 tidak
dapat diterima artinya ukuran
dewan komisaris independen tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan. Variabel komite audit
mempunyai
tingkat
signifikansi
sebesar 0,455 lebih besar dari 0,05
maka Ha2 tidak dapat diterima,
artinya
komite
audit
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.
.002
.020
.014
.006
.022
.015
.000
Standardized
Coefficients
Beta
-.158
-.063
-.229
-.205
-.206
-.072
.439
t
5.102
Sig.
.000
-1.767
-.750
-2.371
-2.457
-2.454
-.927
5.524
.080
.455
.020
.016
.016
.356
.000
Variabel
kepemilikan
institusional
mempunyai
nilai
signifikansi sebesar 0,020 tidak
lebih besar dari 0,05 maka Ha3
dapat
diterima,
arrtinya
kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan. Kepemilikan managerial
memiliki nilai tingkat signifikansi
sebesar 0,016 tidak lebih besar dari
0,05 maka Ha4 dapat diterima,
artinya kepemilikan
managerial
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.
Komposisi dewan komisaris
independen
memiliki
nilai
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
signifikansi sebesar 0,016 tidak
lebih besar dari 0,05 maka Ha5
dapat diterima, artinya komposisi
dewan
komisaris
independen
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan. Variabel
manajemen
laba memiliki nilai signifikansi
manajemen laba sebesar 0,356
lebih besar dari 0,05 maka Ha6
tidak
dapat
diterima
artinya
manajemen laba tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan. Tingkat
signifikansi
modal
intelektual
sebesar 0,000 tidak lebih besar dari
0,05 maka Ha7 dapat diterima
artinya
modal
intelektual
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.
PENUTUP
Penelitian ini mendapatkan
bukti empiris bahwa ukuran dewan
komisaris,
komite
audit
dan
manajemen laba tidak mempunyai
pengaruh
terhadap
kinerja
keuangan sedangkan kepemilikan
institusional,
kepemilikan
managerial,
komposisi
dewan
komisaris independen dan modal
November 2014
intelektual mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan.
Keterbatasan penelitian ini
adalah: (1) Penelitian terbatas hanya
pada tahun 2009-2011 (3tahun); (2)
Penelitian ini hanya membahas tujuh
variabel independen yang berpengaruh
pada kinerja keuangan, yaitu ukuran
dewan komisaris,
komite
audit,
kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial,
dewan
komisaris
independen, manajemen laba dan
modal intelektual; (3) Objek penelitian
ini hanya terbatas pada perusahaan
perbankan dan lembaga keuangan; (4)
Data residual tidak terdistribusi secara
normal
dan
terdapat
variabel
independen yang mengalami masalah
heterokedastisitas, yaitu variabel
manajemen laba dan kepemilikan
managerial.
Berdasarkan
dari
keterbatasan di atas, maka penulis
menyarankan beberapa hal untuk
penelitian selanjutnya diharapkan
memperpanjang periode penelitian
dan memperbanyak jumlah sampel
serta menambahkan variable lain
yang dapat mempengaruhi kinerja
keuangan seperti reputasi kap dan
ukuran perusahaan.
REFERENSI
Fajarini, Indah dan Riza Firmansyah. 2012. Pengaruh Intellectual Capital
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan LQ
45). Jurnal Dinamika Akuntansi, Maret, Volume 4. Halaman 1 – 12.
Farida, Yusrianti Nur, Yuli Prasetyo dan Eliada Herwiyanti. 2010. Pengaruh
Penerapan Corporate Governance terhadap Timbulnya Earnings
Management dalam Menilai Kinerja Keuangan pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 12,
Agustus. Halaman 69-80.
Hardingsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance
dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian
Akuntansi, Volume 2, Februari. Halaman 61 -76.
140
ISSN: 1410 -9875
Apit Susanti
Herawaty, Vinola. 2007. Peran Praktek Corporate Governance sebagai
Moderating Variabel dari pengaruh Earnings Management terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan
Herusetya, Antonius. 2009. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan
Audit
Eksternal-Auditor
dengan
Spesialisasi
Industri
dalam
Menghambat Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indonesia, Volume 13 No.2.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi X,Makassar.
Palestin, Halima Shatila. 2008. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen
Laba (Studi Empiris pada di P.T. Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Ekonomi
Putri, Imanda Firmantyas dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan
Simultan Kepemlikian Manajerial, kepemilikan Institusional, Risiko,
Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori
Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Agustus.
Sawyer, B. Lawrence et al. 2003. Sawyer’s Internal Auditing. United States of
America: The Institute of Internal Auditors
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Volume 13 No.1.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach. 5th ed. West Sussex: Jhon Wiley & Sons Ltd.
Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006 Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang. Agustus.
Surifah. 2002. Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia
Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi. Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indonesia, Volume 6 No.2.
Susanti, Angraheni Niken et al. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance terhadap Nilai Perudahaan dengan Kualitas Laba sebagai
Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Simposium Nasional
Keuangan I.
Ujiyantho, Muh Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi X,Makassar.
Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual Capital dan
Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan
Partial Least Square (PLS). Simposium Nasional Akuntansi 11 (SNA
11). Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Utami, Wiwi. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas
(Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur).
Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo, Sepetember. Halaman 100-116
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Wiradinata, Jeffry dan Baldric Siregar. 2011. Pengaruh Modal Intelektual
terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Sektor Keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen,
Volume 22 Nomor 2, Agustus. Halaman 107 – 124.
142
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 143-154
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH PROFITABILITY, CASH FLOW, CORPORATE TAX, SALES
GROWTH, MARKET TO BOOK VALUE, DAN DEBT TO
EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
SYAFRIL YURISNO
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract :The purpose of this research is to test and analyze the influence of
profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value,
and debt to equity ratio toward dividend payout ratio. This study was also to
compare result of the previous research within the research. Sample of this
research is automotive that listed in Indonesia Stock Exchange for period 20042011. The sampling technique used in this research is purposive sampling,
where 6 companies met the criteria and were analyzed using descriptive
statistics and panel data regressions with fixed effect model to test the
hypotheses. The result of this research shows that four variables which
has influence to dividend payout ratio . Those are cash flow, corporate tax,
market to book value, and debt to equity ratio, while Profitability and sales
growth do not influence the dividend payout ratio. Overall, the independent
variables influence capital structure simultaneously.
Keywords: Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market to
Book Value, Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout Ratio.
Abstrak :Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji and menganalisa
pengaruh profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to
book value, and debt to equity ratio toward dividend payout ratio. Pada
penelitian ini juga membandingkan hasil penelitian yang sekarang dengan
yang terdahulu. Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah industri
automotive yang terdaftar pada bursa efek Indonesia untuk periode 2004 –
2011. Teknik sample yang digunakan adalah dengan menggunakan purposive,
dengan terdapat 6 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dianalisa dengan
menggunakan panel data regresi untuk menguji hipotesa. Hasil pada
penelitian ini adalah terdapat empat variabel yang mempengaruhi dividen
payout ratio, sedangkan profitability dan pertumbuhan penjualan tidak
mempengaruhi deviden payout ratio. Secara keseluruhan terdapat pengaruh
untuk semua variable independent.
Kata Kunci : profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to
book value, and debt to equity ratio toward dividend payout
ratio
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
PENDAHULUAN
Pada umumnya investor yang
berinvestasi menginginkan return
yang didapat bisa maksimal. Ada
berbagai instrumen keuangan yang
diperjualbelikan. Salah satu yang
paling banyak diminati adalah
saham. Investor yang
membeli
saham perusahaan dapat menikmati
return atas hasil investasinya.
Return tersebut bisa dalam bentuk
capital gain maupun dividen.
Penetapan kebijakan dividen
sangat didukung oleh para investor.
Dalam hal ini, pembagiaan dividen
akan
lebih
mensejahterakan
investor yang mengharapkan return
atas investasinya.
Akan
tetapi
dilain pihak, perusahaan juga
memiliki
harapan
untuk
meningkatkan produktifitasnya agar
dapat
mempertahankan
keberlangsungan usaha disamping
harus
mensejahterakan
para
investornya.
Terdapat beberapa faktor
yang menjadi bahan pertimbangan
untuk
menentukan
besarnya,
kecilnya dividen yang dibayarkan.
Faktor-faktor tersebut antara lain
profitability, cash flow, corporate
tax, sales growth, market to book
value, dan debt to equity ratio.
Adapun rumusan masalah penelitian
adalah apakah terdapat pengaruh
profitability, cash flow, corporate
tax, sales growth, market to book
value, dan debt equity ratio
terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan otomotif periode
2004-2011.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
144
November 2014
kerangka
teoritis
dan
pengembangan hipotesis memuat.
Dividend
payout
ratio,
profitability, cash flow, corporate
tax, sales growth, market to book
value, dan debt
equity
ratio
Ketiga, metode penelitian yang
memuat metode pemilihan sampel
dan pengumpulan data, definisi
operasional
dan
pengukuran
variabel. Keempat, hasil penelitian
yang menguraikan analisis dan
pembahasan temuan penelitian.
Kelima,
penutup
yang
berisi
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Dividend Payout Ratio
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 7-8) “Stockholder expect to
earn
a
return
by receiving
dividends – periodic distribution of
earnings – or by realizing gains
through increases in share price”.
Penelitian
mengenai
dividen,
didominasi oleh 2 teori dasar yaitu
dividend
irrelevance
theory
dikemukakan oleh Modigliani dan
Miller
(MM)
yang
berargumen
bahwa pembagian dividen tidak
relevan. Dari buku Gitman and
Zutter (2012, 572) MM mengatakan
bahwa nilai perusahaan ditentukan
sepenuhnya
oleh
kemampuan
memperoleh pendapatan dan resiko
dari asset (investasi).
Profitability
Secara
keseluruhan,
profitability
menganalisis
akan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan profit. Tanpa profit,
ISSN: 1410 -9875
perusahaan tidak dapat menarik
dana dari pihak luar. Pemilik,
kreditur,
dan
manajer
akan
berusaha untuk meningkatkan laba
perusahaan karena hal ini sangat
penting untuk harga pasar. Menurut
Gitman (2012, 601) menyatakan
bahwa,
“Profitability
is
the
relationship between revenues and
costs generated by using the firm’s
assets both current and fixed in
productive activities.”
Ha1: Terdapat pengaruh profitbility
terhadap dividend payout ratio.
Cash Flow
Pengertian operating cash
flows Menurut Gitman (2012, 121),
“Operating cash flow is the cash
flow a firm generates from its
normal operations; producing and
selling its output of goods or
service. Perusahaan dengan cash
flow yang rendah, menandakan
akan kurangnya kemampuan untuk
membayar
dividen
karena
kurangnya jumlah uang tunai yang
dimiliki.
Ha2: Terdapat pengaruh Cash flow
terhadap dividend payout ratio.
Corporate Tax
Tax, merupakan retribusi
yang
dibayarkan
kepada
pemerintah.
Perusahaanperusahaan yang memiliki beban
tax yang sangat besar, seharusnya
bisa menggunakan lebih banyak
hutang untuk mendapatkan tax
shield
incentive.
Akan
tetapi
dengan menggunakan hutang untuk
mengurangi
pajak,
maka
perusahaan
memiliki
kewajiban
untuk membayar bunga
hutang
terlebih
dahulu
dibandingkan
membayar
dividen.
Menurut
Syafril Yurisno
Mackenzie et al (2011, 627)
menyatakan bahwa, “Income tax
are an expense incurred in
operating most business and such
are to be reflected in the entity’s
operating result.”
Ha3: Terdapat pengaruh Corporate
tax
terhadap dividend payout
ratio.
Sales Growth
Perusahaan yang
sedang
masa pertumbuhan yang stabil,
biasanya perusahaan tersebut akan
membutuhkan dana lebih banyak
untuk terus meningkatkan jumlah
penjualannya. Sehingga biasanya
uang kas yang dimiliki akan
digunakan
untuk
keperluan
pendanaan bukan untuk membayar
dividen. Menurut Harahap (2011,
310)
kenaikan
penjualan
menunjukkan persentasi kenaikan
penjualan tahun ini dibanding
dengan tahun lalu.
Ha4: Terdapat pengaruh sales
growth terhadap dividend payout
ratio.
Market to Book Value
Menunjukkan
bagaimana
penilaian investor terhadap kinerja
saham. Jika Market to Book Value
tinggi, maka prospek perusahaan
dianggap akan baik dimasa depan.
Menurut Harahap
(2011,
311)
“Rasio
ini
menunjukkan
perbandingan harga saham di pasar
dengan nilai buku tersebut yang
digambarkan di neraca”.
Ha5: Terdapat pengaruh market to
book value
terhadap dividend
payout ratio.
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Debt to Equity Ratio
Debt
to
equity
ratio
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban yang ditunjukkan oleh
berapa besar modal yang dimiliki
perusahaan
digunakan
untuk
membayar hutang. Menurut Arifin
(2007, 85) debt to equity ratio
untuk melihat seberapa besar
kemampuan perusahaan melunasi
November 2014
hutangnya dengan modal yang
mereka miliki.
Ha6: Terdapat pengaruh debt to
equity ratio
terhadap dividend
payout ratio
Model Penelitian
Berdasarkan pada
pembahasan teori sebelumnya,
maka model penelitian yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Profitability
Cash Flow
Corporate Tax
Dividend Payout
Ratio
Sales Growth
Market to Book
Value
Debt to Equity
Ratio
Gambar 1 Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
Pengumpulan Data
dan
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan-
146
perusahaan otomotif yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
2004 hingga tahun 2011. Pemilihan
sampel
dilakukan
menggunakan
metode purposive sampling, yaitu
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
Tabel 1 Proses pemilihan sampel
Jumlah
Data
No
Deskripsi
1
Jumlah perusahaan Otomotif dari tahun 20042011 dan tetap listing hingga sekarang
17
2
Jumlah perusahaan Otomotif yang
membagikan dividen berturut-turut selama
periode penelitian
8
3
Jumlah Data
64
4
Jumlah data berkurang karena proses Log
Natural Operating Cash Flow
48
5
Jumlah data yang digunakan sebagai sampel
48
Definisi Operasional dan
pengukuran Variabel
Dividen Payout Ratio
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah dividend
payout ratio.
Dividend
Payout
Ratio
mengukur
perbandingan
antara besarnya dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham
dan laba per lembar saham
perusahaan pada periode tertentu.
Menurut
Gitman
(2009,
611),
Dividend Payout Ratio dihitung
dengan :
Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share
Earning Per Share
Profitability
Profitability
adalah
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dengan
menggunakan asset perusahaan.
Dalam penelitian ini, Profitability
diukur dengan menggunakan rasio
Return on Total Asset. Return on
Total Asset dapat dihitung dengan
menggunakan
rumus
(Gitman
2012,81).
Return on Total Asset = Earning available for common stockholder
Total Asset
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Cash Flow
Cash flow from operations
adalah aliran kas masuk dan aliran
kas keluar yang berasal dari
November 2014
kegiatan operasional perusahaan.
Operating cash flow, diperoleh dari
arus kas kegiatan operasional
perusahaan (Harahap) , Lalu di
logaritma natural (Gill et al 2010).
Operating cash flow = Ln of net cash flow from operating activities
Corporate Tax
Income tax adalah retribusi
yang
dibayarkan
kepada
pemerintah. Baik dari individual
maupun badan usaha. Saat retribusi
tersebut
dikenakan
kepada
Corporate tax =
Tax Paid
_
Profit Before Tax
Sales Growth
Sales Growth diperoleh dari
selisih
sales
periode
tersebut
dengan
periode
sebelumnya
Market to Book Value
Market to book value ratio
(MBV) dapat diukur dengan cara
membandingkan
antara
Market
Market to Book Value Ratio =
(MBV)
dibandingkan dengan sales periode
sebelumnya. Sales Growth dapat
dihitung
dengan
menggunakan
rumus (Harahap 2001, 309) :
St – St-1
St-1
Kenaikan Penjualan =
148
perusahaan, maka akan disebut
dengan corporate tax
atau
corporate
income
tax.
Pada
penelitian ini menurut Gill (2010)
Corporate tax direpresentasikan
dengan :
Price per Share dengan Book Value
of Equity per Share pada suatu
perusahaan (Brigham 2005, 456).
Rumus :
Market Price per Share
BV of Equity per Share
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Debt equity ratio
Debt equity ratio merupakan
perbandingan antara total hutang
dengan modal sendiri. Dimana
menggambarkan seberapa besar
perusahaan menggunakan hutang
dalam struktur modalnya. Rumus
yang digunakan (Harahap 2011,
303) :
DER = Total Liabilities : Shareholders equity
Metode Analisa Data
Berdasarkam
model
penelitian, metode analisa data
dalam penelitian ini menggunakan
regresi panel data. Data akan
dianalisis
dengan
menggunakan
program Eviews 7.
Model regresi berganda dalam
penelitian ini yaitu:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e
Keterangan:
X2
= Operating Cash flow
Y
= Dividend Payout Ratio
X3
= Corporate tax
a
= Konstanta
X4
= Sales Growth
X5
= Market to Book Value
X6
= Debt to Equity Ratio
e
= error
b1 - b6= Koefisien regresi untuk
setiap variabel independen
X1
= Return on Asset
HASIL PENELITIAN
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Variabel
N
Mean
Maksimum
Minimum
Dividend Payout
Ratio
Return On Asset
Operating Cash Flow
Corporate Tax
Sales Growth
Market To Book
Value
Debt to Equity Ratio
48
0.4412
1.574
0.1324
Deviasi
Standar
0.2636
48
48
48
48
48
0.0936
26.6986
0.4713
0.2069
1.9252
0.2043
30.0589
5.4806
0.6400
9.3110
0.0070
21.7869
0.1336
-0.2300
0.1289
0.0515
2.0699
0.7976
0.2075
1.7176
48
1.1506
5.9640
0.2289
1.0498
Sumber: Eviews
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Tabel 3 Analisis Pemilihan Model Data Panel
Effects Test
Statistic
Cross-section Chi-square
27.566646
Dalam tabel 4.4 terlihat bahwa
nilai probabilitanya sebesar 0,0000
lebih kecil dari nilai α (0,0000 <
0.05) yang
artinya
pemilihan
model data harus dilanjutkan ke
model
random
effect
untuk
dilakukan Uji
Hausman.
Akan
Uji Normalitas
d.f.
5
Prob.
0.0000
tetapi, karena jumlah data cross
section yang lebih kecil dari time
series
sehingga
tidak
memungkinkan
untuk
memakai
random model. Maka pengolahan
data tetap menggunakan model
fixed effect.
Tabel 4 Tabel Normalitas
Skewness
0,329856
Kurtosis
2,318993
Jarque-Bera
1,797982
Probability
0,406980
Sumber: Hasil pengolahan EViews
Berdasarkan
tabel
dapat
dilihat bahwa nilai skewness adalah
0,329856 sedangkan nilai kurtosis
2,318993 mendekati karakteristik
distribusi normal yaitu skewness
sebesar 0 dan kurtosis sebesar 3.
Nilai Jarque-Bera (JB) sebesar
1,797982 kurang dari nilai chisquare dengan α sebesar 0,05 dan
df 2 sebesar 5,99. Selain itu,
probabilitas JB juga lebih besar dari
α (0,406980 > 0,05) yang berarti,
nilai residual berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Tabel 5
150
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Pada Tabel menunjukkan
semua korelasi antara variabel
independen dibawah 0,89. Hal ini
menunjukkan
tidak
terjadi
multikolinieritas
pada
model
regresi, sehingga data baik untuk
digunakan.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser.
Tabel 6 Tabel Uji Glesjer
Sumber : Eviews
Berdasarkan pada tabel dapat
diketahui bahwa nilai profitability,
operating cash flow, corporate tax,
sales growth, market to book
value, dan debt to equity ratio
memiliki probability yang lebih
besar dari 0,05. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari semua
variabel independen tersebut tidak
terdapat heteroskedastisitas, yang
berarti
data
bersifat
homoskedastistas.
Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson dilakukan
untuk mendeteksi apakah terdapat
autokorelasi
dalam
model
penelitian.
Tabel 7 Nilai Durbin Watson
Durbin-Watson
stat
2,144000
Lampiran: Hasil Pengolahan EViews
Dari tabel dapat dilihat
bahwa nilai Durbin Watson adalah
2,144000. Dengan jumlah observasi
48
sampel
dan
6
variabel
independen, maka diperoleh nilai
dL= 1,2709 dan dU= 1,8265. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi
dalam
model
penelitian.
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Uji t
Tabel 8
Nilai probabilitas dari
operating cash flow, corporate tax,
market to book value, dan debt to
equity ratio kurang dari nilai alpha
0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh operating
cash flow, corporate tax, market
to book value, dan debt to equity
Uji F
Tabel
ratio terhadap dividend payout
ratio. Sementara nilai probabilitas
dari profitability dan sales growth
lebih dari alpha 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan variabel
profitability dan sales growth tidak
berpengaruh terhadap dividend
payout ratio.
8
Berdasarkan Tabel, model regresinya adalah :
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e
DPR = -1,799421 – 0,339240 ROA + 0,082391 OCF + 0,016556 Tax – 0,015418
SG + 0,012166 MBV + 0,038746 DER + e
Tabel 9 Nilai Statistik F
F - Statistic
97,64575
Prob (F-statistic)
0,00000
Sumber : Eviews
Berdasarkan
tabel,
F hitung lebih besar dari F tabel di
didapatkan hasil statistik F hitung
mana titik jatuh pada daerah
sebesar 97,64575, karena nilai dari
penolakan H0, maka Ha diterima.
152
ISSN: 1410 -9875
Hasil ini didukung oleh p-value F
sebesar 0.00000 di mana p-value
lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa profitability,
operating cash flow, corporate tax,
sales growth, market to book
value, dan debt to equity ratio
berpengaruh
secara
simultan
terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan Otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2004 - 2011.
PENUTUP
Dari hasil penelitian, terlihat
bahwa variabel
operating
cash
flow, corporate tax, market to
book value, dan debt to equity
ratio
berpengaruh
terhadap
dividend payout ratio, sementara
sisanya profitability, dan sales
growth tidak berpengaruh terhadap
leverage. Keterbatasan penelitian
ini adalah sampel yang digunakan
Syafril Yurisno
dalam
penelitian
ini
hanya
perusahaan-perusahaan pada sector
otomotif. Sehingga hasilnya kurang
bisa mengeneralisasikan seluruh
perusahaan yang go public di Bursa
Efek Indonesia. Selain
itu,
penelitian ini terbatas
pada
variabel
independen
yaitu
profitability, operating cash low,
corporate tax,
sales
growth,
market to book value, dan debt to
equity ratio..
Rekomendasi
yang
dapat
diberikan untuk peneliti berikutnya
adalah
menambah
sampel
penelitian sehingga dengan begitu
jumlah data akan lebih banyak.
Menambah
variabel
independen
yang diduga memiliki pengaruh
terhadap
variabel
dependen
(dividend payout ratio) seperti
Managerial ownership dan ukuran
perusahaan.
REFERENSI
Al, Kuwari. 2009. Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock
Exchanges: The Case of GCC Countries. P. 38-63
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and William Thomas A. 2011.
Statistics for Business and Economics, 11th edition. South Western
Cengage Learnings.
Anil, K and Kapoor,S (2008). Determinant of Dividend Payout Ratio-A Study of
Indian Information Technology Sector”. International Research Journal
of Finance Economics. P. 63-71
Arif, Ahmed, Afsheen abrar, Mehwish Aziz Khan, Ferheen Kayani, Syed
Zulfiqar Ali Shah, Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto. 2011. Dividend Policy and
Earnings Management: An Empirical Study of Pakistani Listed
Companies, no.2, 68-77
Arifin, Ali. 2007. Membaca Saham : Panduan Dasar Seni Berinvestasi & Teori
Permainan Saham, Kapan Sebaiknya Membeli, Kapan Sebaiknya Menjual.
Edisi Ketiga.Yogyakarta : ANDI CV
Brigham, Eugene F., and Michael C. Enhardt. 2005. Financial Management :
Theory and Practice, 11th edition, Thomson South-Western, Ohio, United
States of America.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
November 2014
Gill, Amarjit, Nahum Biger, and Rajendra Tiberwala. 2010. Determinants of
Dividend Payout Ratios : Evidence from United States. The Open
Business Journal, no.3, 8-14
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Thirteenth Edition. United States: Pearson Education.
Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th
edition.
Singapore: Mc Graw Hill.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, dan
Ronald L. Tatham. 2010. Mutivariate Data Analysis, 7th edition. USA:
Pearson.
Harahap, Sofyan S. 2011. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Indrawati, Titik & Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada
Perusahaan Manufaktur di BEJ Periode 2000-2004. Jurnal Akuntasi dan
Keuangan Indonesia Vol.3 No. 1: 77-105.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F.Scott. 2005.
Financial Management. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Kieso, Donald.E. and friends 2010. Intermediate Accounting 13th Edition. USA.
JohnWiley and sons.
Mckenzie, Bruce, Danie Coe Tsee, Tapiwa Njikizana, Raymond Chamboko, and
Blaise Colyvas. 2011. Interpretation and Application Internasional
Financial Reporting Standards. Canada : John Wiley & Sons, Inc.
Moyers, Charles, James R. McGuigan, Ramesh P. Rao. 2004. Contemporary
Financial Management Fundamentals. Canada : Cengage learning.
Newbold, Paul, William L. Carlson, and Betty Thorne. 2007. Statistics for
Business and Economics. 6th edition. Pearson Education, Inc.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D.
Jordan. 2009. Modern Financial Management, 8th edition. USA: Mc raw
Hill.
Sartono, Agus. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BFPE
Sekaran, Umam, and Bougie Roger. 2010. Research method for business, 5th
edition. John Wiley and Sons Inc.
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta:Penerbit
Mitra Wacana Media.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua. Edisi
ketiga. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi 3.
Yogyakarta: Ekonisia.
Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia
White, Gerald ICFA., Ashwinpaul C. Sndhi Phd, and Dov Fried, Phd.
2003. The Analysis and use of Financial Statements 3rd edition.
154
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 1, November 2014, Hlm. 155-174
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LEVERAGE PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
AGUSTINNE
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to test and analyze the effect of
tax shield, non debt tax shield, agency cost, asset growth, profitability,
dividends, business risk, liquidity, asset structure, business size, age of
business, and growth opportunities to leverage. The population of this
research is all manufacturing companies which listed in Indonesia Stock
Exchange (Bursa Efek Indonesia) from 2010 until 2012. The data selected
using purposive sampling method and there are 34 manufacturing companies
which suit the criteria used over three year period from 2010 until 2012. This
research used multiple regressions as the statistic analysis method. The
empirical results of this research show that asset growth, profitability, and
liquidity have influence to leverage. Tax shield, non debt tax shield, agency
cost, dividends, business risk, asset structure, business size, age of business,
and growth opportunities did not have influence to leverage.
Keywords: Leverage, Tax Shield, Non Debt Tax Shield, Agency Cost, Asset
Growth, Profitability, Dividends, Business Risk, Liquidity, Asset
Structure, Business Size, Age of Business, Growth Opportunities
Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan
pengaruh dari tax shield, non debt tax shield, biaya keagenan, pertumbuhan
aktiva, profitabilitas, dividen, risiko bisnis, likuiditas, struktur aktiva,
ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan kesempatan pertumbuhan
terhadap leverage. Populasi penelitian ini adalah selurh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga 2012. Sampel dipilih
dengan menggunakan metode sampling purposive dan didapatkan 34
perusahaan yang memenuhi kriteria selama 3 tahun yaitu dari tahun 2010
hingga tahun 2012. Uji statistik untuk pembuktian hipotesis menggunakan
metode regresi berganda. Hasil secara empiris menunjukkan bahwa
pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap
leverage. Tax shield, non debt tax shield, biaya keagenan, dividend, risiko
bisnis, struktur aktiva, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan kesempatan
pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap leverage
Keywords: Leverage, Tax Shield, Non Debt Tax Shield, Biaya Keagenan,
Pertumbuhan
Aktiva, Profitabilitas, Dividen, Risiko Bisnis,
155
Likuiditas,
Struktur
Aktiva,
Ukuran
Perusahaan, Kesempatan Pertumbuhan.
PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian dunia
yang semakin maju pada era
globalisasi sekarang ini menuntut
setiap perusahaan untuk selalu siap
dalam menghadapi persaingan yang
semakin ketat. Setiap perusahaan
diharapkan untuk memiliki kinerja
yang efisien dan efektif agar tetap
memiliki keunggulan daya saing.
Hal
ini
mendorong
manajer
perusahaan
untuk
selalu
meningkatkan
produktivitas
kegiatan produksi, pemasaran dan
strategi perusahaan.
Perusahaan sebagai suatu
entitas yang menerapkan prinsipprinsip ekonomi, umumnya tidak
hanya berfokus pada pencapaian
laba
maksimal,
tetapi
juga
berusaha
meningkatkan
nilai
perusahaan serta kemakmuran para
pemegang sahamnya. Oleh karena
itu, perusahaan memiliki rencana
strategis dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Salah
satunya adalah masalah pendanaan
dan rencana pembelanjaannya.
Masalah
pendanaan
merupakan hal yang penting karena
berkaitan
dengan
kepentingan
banyak pihak baik internal maupun
eksternal. Pendanaan internal bisa
didapat dari laba dan modal
ditahan,
sedangkan
pendanaan
eksternal
didapat
dari
para
kreditur, modal saham, dan lainlain.
Keputusan
pendanaan
merupakan
pilihan
perusahaan
mengenai seberapa besar tingkat
penggunaan
hutang
dibanding
dengan ekuitas dalam membiayai
investasi perusahaan. Komposisi
Perusahaan,
Umur
keputusan
pendanaan
tersebut
untuk menentukan tingkat struktur
modal yang optimal atau sering
disebut sebagai leverage.
Brigham dan Houston (2001)
dalam Prabansari dan
Kusuma
(2005)
mengatakan
bahwa
keputusan pemilihan struktur modal
berpengaruh
secara
langsung
terhadap risiko yang akan dihadapi
para pemegang saham
maupun
tingkat
keuntungan
yang
diharapkan. Keputusan
struktur
modal
yang
diambil
manajer
perusahaan
tidak
hanya
berpengaruh
terhadap
tingkat
profitabilitas,
tetapi
juga
berpengaruh
terhadap
risiko
keuangan yang mungkin akan
dihadapi
perusahaan.
Risiko
keuangan yang dihadapi meliputi
kemungkinan
ketidakmampuan
perusahaan
membayar
kembali
kewajiban-kewajibannya atau gagal
mencapai target laba
yang
diinginkan dari suatu investasi.
Selain itu, pemilihan struktur modal
yang tidak tepat bisa menghasilkan
rasio keuangan perusahaan dibawah
rata-rata
rasio
keuangan
perusahaan lain yang sejenis. Halhal seperti ini dapat menurunkan
nilai
perusahaan.
Berdasarkan
penjelasan
tersebut,
pemilihan
struktur
modal
merupakan
keputusan
yang
penting
bagi
kelangsungan hidup perusahaan.
Struktur
modal
banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Modigliani dan Miller (1958) dalam
Qureshi
et
al.
(2012)
memperkenalkan
teori
modern
tentang struktur modal. Sejak saat
itu,
banyak
peneliti
yang
melakukan studi
teoritis
dan
empiris
yang
mengedepankan
berbagai
faktor-faktor
penentu
struktur modal. Beberapa dari
mereka banyak yang menggunakan
trade-off theory dan mengamati
bahwa perusahaan mencari struktur
modal
yang
optimal
serta
keputusan
mereka
mengenai
tingkat
perbandingan
hutang
dengan ekuitas berdasarkan riskreturn trade-off. Sementara itu,
peneliti
lain
banyak
yang
mendukung pecking order theory
dan menemukan tingkatan pilihan
pendanaan berdasarkan informasi
asimetris.
Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Qureshi et al. (2012)
menggunakan kerangka kerja yang
disediakan oleh dua teori, yaitu
trade-off theory dan pecking order
theory,
untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur
modal
pada
sektor
perusahaan kimia di Pakistan. Hasil
penelitian tersebut menemukan
pengaruh
signifikan
antara
profitabilitas, risiko bisnis dengan
leverage. Penemuan ini konsisten
dengan
trade-off
theory.
Sementara itu, penelitian tersebut
juga menemukan bahwa ukuran
perusahaan dan pertumbuhan tidak
berpengaruh dengan leverage yang
konsisten dengan pecking order
theory.
Berdasarkan latar belakang
dan penelitian terdahulu di atas,
penelitian ini termotivasi untuk
melakukan pengembangan terhadap
penelitian-penelitian
terdahulu
mengenai leverage atau struktur
modal. Selain itu, penelitian ini
memasukkan faktor lain yang
mempengaruhi
struktur
modal
perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh
Qureshi et al. (2012). Adapun
pengembangan
dari
penelitian
sebelumnya, yaitu: menambahkan
variabel peluang pertumbuhan atau
growth opportunities berdasarkan
pada penelitian Sheikh and Wang
(2011) karena menurut trade-off
theory semakin
besar
tingkat
growth opportunities, maka tingkat
leverage semakin kecil; objek yang
diteliti
diambil
dengan
menggunakan metoda purposive
sampling dari seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI); dan periode
penelitian adalah tahun 2010-2012.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti
empiris pengaruh tax shield, non
debt tax shield, biaya agensi,
pertumbuhan aktiva, profitabilitas,
dividen, risiko bisnis, likuiditas,
struktur aktiva, ukuran perusahaan,
usia
bisnis,
dan
peluang
pertumbuhan terhadap leverage.
Penelitian
ini
disusun
dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang, masalah
penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian,
serta
organisasi
penulisan. Kedua, rerangka teoritis
dan pengembangan hipotesis yang
berisi tentang landasan
teori,
model penelitian, dan perumusan
hipotesis.
Ketiga,
metoda
penelitian yang berisi tentang
bentuk
penelitian,
obyek
penelitian, definisi operasional dan
pengukurannya,
teknik
pengumpulan data serta metoda
analisis data. Keempat, analisis dan
pembahasan yang berisi tentang
gambaran umum sampel, statistik
deskriptif variabel, hasil uji kualitas
data dan pengujian hipotesis.
Terakhir, penutup yang berisi
tentang simpulan,
keterbatasan
serta rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Trade-off Theory
Perusahaan
yang
besar
cenderung
lebih
banyak
menggunakan
hutang
dalam
keputusan pendanaan dibandingkan
perusahaan
kecil.
Hal
ini
dikarenakan
semakin
besar
perusahaan, maka arus kas yang
didapatkan lebih stabil sehingga
risiko dari penggunaan
hutang
dapat
dikurangi.
Selain
itu,
perusahaan yang besar memiliki
kemungkinan kebangkrutan yang
lebih
rendah
dibandingkan
perusahaan kecil, sehingga semakin
besar perusahaan maka perusahaan
dapat menggunakan hutang yang
lebih
banyak,
karena
terkait
rendahnya risiko perusahaan besar
(Furi dan Saifudin 2010).
Namun, penggunaan hutang
yang
berlebihan
dapat
menimbulkan
financial
distress
sehingga memunculkan trade-off
theory.
Trade-off
theory
menyebutkan bahwa debt-equity
decision merupakan
trade-off
antara interest tax shield dengan
agency cost of debt dan cost of
financial distress (Indrawati dan
Suhendro
2006).
Maksud
dari
balancing
theory
adalah
menyeimbangkan
manfaat
dan
pengorbanan yang timbul sebagai
akibat dari penggunaan hutang.
Teori ini menyatakan bahwa
perusahaan
harus
bisa
mempertimbangkan
komposisi
hutang dalam kombinasi struktur
modalnya sehingga akan diperoleh
komposisi hutang dan saham yang
optimal dengan analisis perhitungan
keuangan yang tepat seperti yang
dikemukakan oleh Indrawati dan
Suhendro (2006). Siregar (2005)
menyatakan
bahwa
hutang
bermanfaat bagi perusahaan karena
akan memperoleh manfaat pajak,
sedangkan
biaya
kebangkrutan
merupakan biaya
administrasi,
biaya hukum, biaya keagenan dan
biaya pengawasan untuk mencegah
perusahaan
mengalami
kebangkrutan.
Nilai
optimal
merupakan titik yang menunjukkan
manfaat pajak atas setiap hutang
yang bertambah sama besarnya
dengan
peningkatan
biaya
kebangkrutan (bankcruptcy cost)
atas penambahan hutang tersebut.
Namun,
teori
ini
memiliki
kelemahan,
yaitu
mengabaikan
adanya asimetri informasi serta
tingginya biaya untuk melakukan
substitusi hutang ke ekuitas atau
ekuitas ke hutang (Joni dan Lina
2010).
Pecking Order Theory
Pecking
Order
Theory
mengemukakan bahwa perusahaan
cenderung mempergunakan sumber
pendanaan internal (laba ditahan)
sebanyak mungkin untuk membiayai
proyek-proyek
di
dalam
perusahaan.
Hutang
menjadi
pilihan kedua setelah sumber
pendanaan
internal
kemudian
convertible bond, saham preferen,
dan pada akhirnya apabila masih
memerlukan dana, perusahaan akan
menerbitkan saham biasa (modal
eksternal) (Brealey et al. 2006).
Hal ini disebabkan karena adanya
biaya transaksi dalam memperoleh
dana dari pihak eksternal seperti
yang dikemukan oleh Emery et al.
(2004)
dalam
Indrawati
dan
Suhendro (2006).
Pecking
order
theory
menjelaskan mengapa perusahaan
yang
sangat
menguntungkan
biasanya memilki hutang yang lebih
sedikit. Hal ini terjadi bukan
karena
perusahaan
tersebut
memiliki target rasio hutang yang
sedikit, tetapi disebabkan karena
perusahaan
sesungguhnya
tidak
memerlukan
dana
dari
pihak
eksternal (Brealey dan Myers 1995
dalam Indrawati dan
Suhendro
2006).
Ada 4 alasan yang mendasari
mengapa pecking order theory
memprediksi bahwa perusahaan
mengutamakan hutang daripada
ekuitas
apabila
pendanaan
eksternal dibutuhkan, yaitu: (1)
Pasar menderita kerugian karena
adanya asimetri informasi antara
manajer dengan pasar (Akerlof
1970 dalam Siregar 2005). Adanya
asimetri
informasi
membuat
penerbitan saham baru diartikan
oleh pasar sebagai berita buruk
karena manajer
hanya
tertarik
untuk melakukan penerbitan saham
baru apabila saham perusahaan
overpriced (Myers dan Majluf 1984
dalam Siregar 2005); (2) Hutang
dan
saham
sama-sama
membutuhkan biaya transaksi bagi
perusahaan. Namun, Baskin (1989)
dalam Siregar (2005) menemukan
bahwa biaya transaksi hutang
cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan saham; (3) Perusahaan akan
memperoleh manfaat pajak dengan
menerbitkan
sekuritas
hutang.
Manfaat
pajak
ini
diperoleh
perusahaan karena adanya biaya
bunga yang dapat dibebankan
sebagai
pengurang
penghasilan
kena pajak (Babu dan Jain 1998
dalam Siregar 2005); (4) Kontrol
manajemen, dalam hal ini insider
ownership, yaitu kepemilikan oleh
manajemen bisa dipertahankan jika
perusahaan mengeluarkan sekuritas
hutang (Babu dan Jain 1998 dalam
Siregar 2005).
Teori
Asimetri
Informasi,
Signalling
Theory
dan
Teori
Keagenan
Teori
Asimetri
Informasi
merupakan suatu keadaan dimana
manajer perusahaan mempunyai
lebih banyak informasi tentang
operasi dan prospek kedepannya
dari
perusahaan
dibandingkan
dengan pihak lain (Gitman and
Zutter 2012). Adanya informasi
asimetri
membuat
manajer
perusahaan lebih leluasa bertindak
dalam
memutuskan
strategi
struktur
modal
karena
lebih
mengetahui informasi yang terjadi
di dalam perusahaan. Informasi
baru yang ada
selalu
relevan
dengan harga saham yang ada di
pasar. Sebenarnya informasi ini
bersifat murah dan harus tersedia
untuk semua pihak. Namun, karena
persaingan pasar di antara para
investor mengakibatkan informasi
baru segera direfleksikan ke dalam
harga saham di pasar secara cepat,
sehingga terjadi pula persaingan
dalam mencari informasi untuk
memperoleh
keuntungan
sesaat
(Indrawati dan Suhendro 2006).
Isyarat atau signal menurut
Brigham dan Houston (1999) dalam
Prabansari dan Kusuma (2005)
adalah suatu
langkah
yang
dilakukan manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk
bagi
investor
tentang
bagaimana
prospek perusahaan dipandang oleh
manajemen. Brigham dan Houston
(1999) dalam
Prabansari
dan
Kusuma (2005) mengatakan bahwa
perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan
akan
berusaha
menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru
yang dibutukan dengan cara-cara
lain, termasuk penggunaan hutang
yang melebihi target
struktur
modal yang normal. Perusahaan
dengan
prospek
yang
kurang
menguntungkan akan cenderung
untuk
menjual
sahamnya.
Pengumuman penerbitan
saham
oleh suatu perusahaan umumnya
merupakan suatu isyarat (signal)
bahwa
manajemen
memandang
prospek perusahaan
tersebut
suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru
lebih sering dari biasanya, maka
harga sahamnya akan menurun,
karena emisi saham baru berarti
memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menurunkan harga
saham
sekalipun
prospek
perusahaan cerah.
Teori keagenan dikemukan
oleh Jensen dan Meckling (1976)
dalam Indrawati dan
Suhendro
(2006)
menyebutkan
bahwa
hubungan
keagenan
merupakan
sebuah
ikatan
kerja
dimana
manajemen (agen) ditunjuk oleh
satu orang atau lebih sebagai
pemegang
saham
perusahaan
(principal)
untuk
memberikan
pelayanan
dan
wewenang
pengambilan keputusan atas nama
principal. Biaya yang timbul akibat
adanya pengawasan manajemen
(agen)
yang dilakukan
oleh
principal disebut
biaya
agensi.
Biaya agensi menurut Mayangsari
(2001) dalam Joni dan Lina (2010)
adalah
biaya-biaya
yang
berhubungan dengan pengawasan
manajemen
untuk
meyakinkan
bahwa
manajemen
bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian
kontraktual
perusahaan
dengan
kreditur dan pemegang saham.
Audit
laporan
keuangan
dan
pembatasan pembuatan keputusan
manajemen merupakan contoh dari
pengawasan
manajemen.
Tarjo
(2005) dalam Joni dan Lina (2010)
mengemukakan
3
cara
untuk
meminimalkan
biaya
keagenan,
yaitu: (1) Memperbesar kepemilikan
saham
oleh
manajemen;
(2)
Mengurangi free cash flow yang
dikuasai oleh manajemen,
salah
satu
caranya
adalah
dengan
pembagian
dividen;
(3)
Meningkatkan leverage perusahaan.
Tax Shield dan Leverage
Menurut Kemsley and Nissim
(2002), tax shield merupakan
pengurangan pajak penghasilan
yang didapat dari biaya yang dapat
dikurangkan
dalam menghitung
penghasilan kena
pajak. Beban
bungadalam hutang merupakan
biaya yang dapat
dikurangkan,
sehingga
dalam
pendanaan
eksternal melalui hutang dapat
menghasilkan tax shield. Tax shield
yang didapat dari
beban bunga
disebut interest tax shield. Hasil
penelitian yang dilakukan Qureshi
et al. (2012) menemukan bahwa
tax shield
tidak berpengaruh
terhadap leverage. Hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha1 Terdapat pengaruh tax shield
terhadap leverage perusahaan.
Non
Debt
Tax
Shield
dan
Leverage
DeAngelo dan Masulis (1980)
dalam Qureshi et al. (2012)
menyatakan bahwa non debt tax
shield yang meliputi depresiasi dan
amortisasi dapat menjadi pengganti
interest tax shield. Depresiasi dan
amortisasi
dapat
mendorong
perusahaan untuk
mengurangi
hutang karena memberikan arus kas
sebagai sumber modal dari internal
perusahaan.
Penelitian yang
dilakukan
oleh Liem et al. (2013) menyatakan
bahwa non debt tax shield
berpengaruh
negatif
terhadap
leverage. Hal
ini
berlawanan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Qureshi et al.
(2012),
Margaretha dan Ramadhan (2010)
serta Sheikh and Wang (2011) yang
menyatakan bahwa non debt tax
shield tidak berpengaruh terhadap
leverage. Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha2 Terdapat pengaruh non debt
tax shield
terhadap
leverage
perusahaan.
Biaya Agensi dan Leverage
Biaya agensi menurut
Mayangsari (2001) dalam Joni dan
Lina (2010) adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan
manajemen
untuk
meyakinkan
bahwa
manajemen
(agen)
bertindak konsisten sesuai dengan
perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditur dan pemegang
saham (principal). Salah satu risiko
yang
timbul
ketika
principal
membayar agen untuk menjalankan
tugas dan wewenangnya adalah
kepentingan
agen
bertentangan
dengan
kepentingan
principal.
Penelitian yang dilakukan oleh
Qureshi et al. (2012) menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara
biaya
agensi
dengan
leverage. Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha3 Terdapat
pengaruh
biaya
agensi
terhadap
leverage
perusahaan.
Pertumbuhan Aktiva dan Leverage
Pertumbuhan aktiva pada
dasarnya
merupakan
gambaran
bagaimana
perusahaan
menginvestasikan dananya untuk
kegiatan operasi dan investasi.
Penambahan jumlah aktiva, baik
aktiva lancar maupun aktiva jangka
panjang membutuhkan pendanaan
dari internal atau eksternal (Joni
dan Lina 2010).
Pandey
(2001)
dalam
Indrawati dan Suhendro (2006)
mengemukakan bahwa perusahaan
dengan
tingkat
pertumbuhan
penjualan
yang
besar
sering
memerlukan tambahan aset untuk
mendukung
pertumbuhan
penjualannya.
Tingkat
pertumbuhan yang besar juga
merupakan
indikasi
bahwa
perusahaan akan lebih banyak
memiliki laba ditahan serta juga
memerlukan dana lebih banyak
untuk menunjang pertumbuhannya.
Menurut Brigham dan
Erhardt
(2005)
dalam
Indrawati
dan
Suhendro (2006) menyatakan jika
dana internal perusahaan tidak
mencukupi
untuk
menunjang
pertumbuhannya yang tinggi, maka
perusahaan akan
mengandalkan
modal eksternal, lebih lanjut lagi
floating cost untuk mengeluarkan
obligasi lebih rendah dibandingkan
dengan penerbitan saham. Dengan
demikian, perusahaan
dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi
akan lebih banyak menerbitkan
surat hutang dibandingkan dengan
perusahaan
yang
tingkat
pertumbuhannya rendah.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Margaretha dan
Ramadhan (2010), Prabansari dan
Kusuma (2005), serta Joni dan Lina
(2010)
menyatakan
bahwa
pertumbuhan aktiva berpengaruh
positif terhadap leverage. Hal ini
berlawanan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ashraf and Rasool
(2013) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan aktiva berpengaruh
negatif terhadap leverage. Hal ini
dikarenakan
semakin
besar
pertumbuhan aset perusahaan maka
perusahaan akan
lebih
menggunakan modal internal yaitu
laba
ditahan sebagai
modal
perusahaan, daripada menggunakan
hutang
yang lebih
berisiko.
Sementara itu,
penelitian yang
dilakukan oleh Qureshi et al. (2012)
menunjukkan bahwa pertumbuhan
aktiva tidak mempunyai pengaruh
terhadap leverage. Hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha4 Terdapat
pengaruh
pertumbuhan aktiva
terhadap
leverage perusahaan.
Profitabilitas dan Leverage
Brigham dan Houston (2001)
dalam Prabansari dan
Kusuma
(2005)
menyatakan
bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat
pengembalian yang tinggi atas
investasi memakai hutang yang
cenderung
kecil.
Tingkat
pengembalian
yang
tinggi
memungkinkan
perusahaan
menggunakan sumber dana internal
untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan.
Semakin
tinggi keuntungan yang diperoleh
perusahaan maka semakin rendah
kebutuhan
dana
dari
sumber
eksternal
(hutang)
sehingga
semakin rendah pula struktur
modalnya. Faulkender dan Peterson
(2003)
dalam
Indrawati
dan
Suhendro (2006) mengemukakan
bahwa
perusahaan
yang
menguntungkan
cenderung
memakai
pendapatannya
untuk
membayar
hutang
perusahaan
sehingga memiliki leverage yang
rendah.
Hal
tersebut
berbanding
terbalik dengan Furi dan Saifudin
(2012) yang menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan
dengan
profit
yang
tinggi
cenderung
menggunakan
pinjaman
hutang
yang
lebih
banyak
guna
mendapatkan manfaat pajak. Hal
ini dikarenakan bunga pinjaman
akan mengurangi laba menjadi
lebih kecil dibandingkan apabila
perusahaan memakai modal yang
tidak dikenai bunga, namun dikenai
pajak penghasilan yang lebih tinggi.
Penelitian Qureshi et al.
(2012) serta Prabansari dan Kusuma
(2005)
menyatakan
bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh
positif terhadap leverage. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sabir and Malik (2012) yang
menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh
negatif
terhadap
leverage
serta
Seftianne
dan
Handayani (2011) yang menyatakan
bahwa
profitabilitas
tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha5
Terdapat
pengaruh
profitabilitas terhadap leverage
perusahaan.
Dividen dan Leverage
Modal internal yang dipakai
untuk
mengatasi
masalah
kebutuhan
pendanaan
bisa
dipengaruhi karena pembayaran
dividen
dalam
satu
periode
tertentu. Pembayaran dividen di
masa
lalu
mempengaruhi
pembayaran dividen pada saat ini
dengan
pertimbangan
tertentu.
Para manajer dan pemegang saham
tentunya
mengharapkan
peningkatan dividen di masa yang
akan datang. Pembayaran dividen
yang
tinggi
akan
menambah
kebutuhan kas di masa yang akan
datang
dan
menimbulkan
terbatasnya laba ditahan yang
terdapat di dalam
perusahaan.
Peningkatan kebutuhan kas disertai
terbatasnya laba ditahan, akan
mendorong
dilakukannya
peminjaman hutang yang
lebih
besar. Perusahaan dengan tingkat
dividend payout ratio yang tinggi
akan melakukan
peminjaman
hutang
yang
lebih
besar
dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki tingkat dividend
payout
ratio
yang
rendah
(Erkaningrum 2008).
Pendapat
lain
tentang
pengaruh
dividen
terhadap
leverage dikemukakan oleh Paramu
(2006) dalam Joni dan Lina (2010),
yaitu pembagian dividen oleh
perusahaan dapat meningkatkan
kesejahteraan
para
pemegang
saham
serta
menghasilkan
ekspektasi yang positif. Hal ini akan
mempermudah perusahaan untuk
memperoleh
dana
melalui
penerbitan
sekuritas
modal,
sehingga
berpotensi
untuk
menurunkan
porsi
hutang
perusahaan.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Siregar
(2005)
menunjukkan
dividen
memiliki
pengaruh positif terhadap leverage.
Hal ini berbanding terbalik dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Erkaningrum (2008). Sementara itu,
Joni dan Lina (2010) serta Qureshi
et al. (2012) menyatakan bahwa
dividen tidak berpengaruh terhadap
leverage. Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha6 Terdapat pengaruh dividen
terhadap leverage perusahaan.
Risiko Bisnis dan Leverage
Menurut Reilly and Brown
(2012), risiko bisnis adalah risiko
ketika perusahaan tidak sanggup
menutupi biaya operasionalnya dan
dipengaruhi oleh ketidakpastian
stabilitas pendapatan dan biaya.
Perusahaan dengan risiko bisnis
yang tinggi cenderung menghindari
pendanaan
melalui penggunaan
hutang dibandingkan perusahaan
dengan risiko bisnis yang lebih
rendah. Harjanti dan Tandelilin
(2007) dalam Joni dan Lina (2010)
berpendapat bahwa risiko bisnis
perusahaan bisa diketahui dengan
mengukur
fluktuasi
dari
laba
perusahaan. Ini dikarenakan laba
yang
tidak
menentu
akan
mengakibatkan arus kas
masuk
tidak menentu pula.
Perusahaan yang mengalami
fluktuasi
laba
menghadapi
ketidakpastian
kemampuan
menghimpun dana untuk melunasi
hutangnya
kepada
kreditur.
Perusahaan dengan arus kas yang
sangat fluktuatif akan menyadari
bahwa pendanaan menggunakan
hutang yang penuh risiko akan
kurang
menguntungkan
dibandingkan
dengan
ekuitas,
sehingga
perusahaan
terpaksa
menggunakan pendanaan melalui
ekuitas guna menghindari financial
distress (Setiawan 2006 dalam
Seftianne dan Handayani 2011).
Oleh karena itu, risiko bisnis
memiliki pengaruh negatif terhadap
leverage.
Dalam
penelitian
yang
dilakukan oleh Qureshi et al. (2012)
menyatakan bahwa risiko bisnis
memiliki pengaruh positif terhadap
leverage. Hal ini dikarenakan para
investor yang mempunyai sifat risk
seeker akan tidak tertarik dengan
perusahaan yang memiliki risiko
yang rendah. Mereka akan lebih
tertarik dengan perusahaan yang
memiliki risiko
tinggi
karena
mereka beranggapan bahwa jika
risiko tinggi maka return yang
didapatkan semakin tinggi.
Hal ini berbanding terbalik
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Furi dan Saifudin (2012) serta
Prabansari dan Kusuma (2005)
dimana
risiko
bisnis
memiliki
pengaruh
negatif
terhadap
leverage. Sementara itu, hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Seftianne dan Handayani (2011)
serta
Joni
dan
Lina
(2010)
menunjukkan bahwa risiko bisnis
tidak
berpengaruh
terhadap
leverage. Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha7 Terdapat pengaruh
risiko
bisnis
terhadap
leverage
perusahaan.
Likuiditas dan Leverage
Furi dan Saifudin (2012)
menyatakan
bahwa
likuiditas
merupakan kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajibannya yang
jatuh tempo dalam jangka waktu
pendek. Jika perusahaan banyak
memakai aktiva lancar, maka
perusahaan
tersebut
bisa
menghasilkan aliran kas dalam
membiayai aktivitas operasi dan
investasi perusahaan. Aktiva lancar
yang semakin tinggi menandakan
bahwa
perusahaan
berhasil
melunasi
kewajiban
jangka
pendeknya, sehingga hutang jangka
pendek berkurang dan berakibat
menurunnya proporsi hutang dalam
leverage.
Menurut
pecking
order
theory, perusahaan yang memiliki
likuiditas
yang
tinggi
akan
cenderung
tidak
memakai
pendanaan dari hutang. Hal ini
dikarenakan perusahaan dengan
tingkat
likuiditas
yang
tinggi
memiliki dana internal yang besar,
sehingga perusahaan tersebut lebih
memakai dana internalnya dahulu
untuk
membiayai
investasinya
sebelum menggunakan pembiayaan
eksternal melalui pinjaman hutang
(Seftianne dan Handayani 2011).
Penelitian yang
dilakukan
oleh Margaretha dan Ramadhan
(2010) menyatakan bahwa likuiditas
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
leverage.
Hal
ini
dikarenakan
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya maka dapat
menunjukkan perusahaan dalam
keadaan yang sehat, sehingga hal
tersebut
akan
mempermudah
perusahaan untuk mendapatkan
kewajiban jangka panjang yang
berasal dari pihak luar perusahaan.
Hasil penelitian
tersebut
berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Qureshi et al.
(2012)
dimana
likuiditas
mempunyai
pengaruh
negatif
terhadap leverage. Sementara itu,
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Seftianne dan Handayani (2011)
serta Furi dan Saifudin (2012)
menunjukkan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha8 Terdapat pengaruh likuiditas
terhadap leverage perusahaan.
Struktur Aktiva dan Leverage
Menurut
Seftianne
dan
Handayani (2011), struktur aktiva
menggambarkan dua bagian aktiva
secara
garis
besar
dalam
komposisinya, yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap. Menurut Joni dan
Lina (2010), perusahaan yang
modalnya tertanam pada aktiva
tetap, pemenuhan kebutuhan dana
akan
diutamakan
dari
modal
internal. Namun, pengadaan aktiva
tetap biasanya memerlukan dana
yang
relatif
besar
dan
memungkinkan akan dilakukannya
pinjaman hutang.
Dalam suatu perusahaan,
struktur aktiva akan berpengaruh
terhadap
sumber-sumber
pembelanjaan. Menurut Mayangsari
(2001) dalam Joni dan Lina (2010),
struktur
aktiva
mempengaruhi
leverage perusahaan dengan dua
cara, yaitu: (1) Pemakaian aktiva
tetap akan menghasilkan biaya
tetap berupa depresiasi. Jika
pendanaan
dilakukan
dengan
pinjaman hutang, maka besarnya
biaya tetap yang ditanggung oleh
perusahaan juga akan tinggi karena
hutang juga akan mengakibatkan
biaya tetap berupa bunga; (2) Pada
perusahaan yang sebagian besar
aktivanya berupa aktiva tetap,
komposisi hutang akan didominasi
oleh hutang jangka panjang. Hal ini
diakibatkan oleh lamanya dana
perusahaan yang terikat
pada
aktiva tetap tersebut, sehingga
mendorong
perusahaan
untuk
mempertahankan
tingkat
likuiditasnya
dengan
cara
merancang struktur modal yang
didominasi hutang jangka panjang.
Selain
itu,
perusahaan
yang
memiliki stuktur aktiva tetap yang
tinggi
lebih
mudah
dalam
melakukan pinjaman dari pihak
eksternal karena dinilai memiliki
aktiva jaminan
yang lebih baik.
Kreditur akan merasa lebih aman
jika memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang memiliki struktur
aktiva tetap yang tinggi.
Penelitian yang
dilakukan
oleh
Joni
dan
Lina
(2010)
menunjukkan bahwa struktur aktiva
memiliki pengaruh positif terhadap
leverage. Hal ini
berbanding
terbalik dengan hasil penelitian
yang dilakukan Sheikh and Wang
(2011) dimana struktur aktiva
memiliki pengaruh negatif terhadap
leverage karena semakin besar
aktiva tetap maka
pemakaian
modal
sendiri
semakin
besar
sehingga
pemakaian
hutang
semakin berkurang. Sementara itu,
hasil penelitian Qureshi et al.
(2012)
menyebutkan
bahwa
struktur aktiva tidak memiliki
pengaruh
terhadap
leverage.
Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha9 Terdapat pengaruh struktur
aktiva
terhadap
leverage
perusahaan.
Ukuran Perusahaan dan Leverage
Perusahaan
yang
besar
cenderung
lebih
banyak
menggunakan
hutang
daripada
perusahaan yang lebih kecil. Ini
dikarenakan
semakin
besar
perusahaan dapat dengan mudah
mempunyai akses ke pasar modal
dan lebih memiliki arus kas yang
lebih
stabil
sehingga
bisa
mengurangi risiko dari penggunaaan
hutang. Ukuran perusahaan yang
besar dianggap
oleh
investor
sebagai
suatu
indikator
yang
menggambarkan
tingkat
risiko
untuk melakukan investasi pada
perusahaan tersebut, karena jika
perusahaan
mempunyai
kemampuan finansial yang bagus
maka investor meyakini perusahaan
tersebut juga mampu melunasi
kewajibannya serta memberikan
tingkat
pengembalian
yang
memadai bagi investor. Perusahaan
besar
mempunyai
probabilitas
kebangkrutan yang lebih rendah
daripada
perusahaan
kecil,
sehingga menurut trade-off theory,
semakin besar perusahaan maka
perusahaan bisa memakai hutang
yang lebih banyak, ini terkait risiko
perusahaan yang rendah (Furi dan
Saifudin 2012, Erkaningrum 2008,
serta Joni dan Lina 2010).
Perusahaan dengan ukuran
yang lebih kecil cenderung memiliki
keterbatasan dalam mendapatkan
pinjaman
dari
pasar
modal.
Perusahaan
kecil
cenderung
membiayai modal sendiri karena
biaya hutang jangka panjang lebih
mahal daripada perusahaan besar
sehingga perusahaan kecil akan
cenderung menyukai hutang jangka
pendek karena biayanya
lebih
murah (Erkaningrum 2008 serta Joni
dan Lina 2010).
Dalam
penelitian
yang
dilakukan oleh Erkaningrum (2008)
menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh
positif terhadap leverage. Hasil ini
berlawanan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ashraf and
Rasool
(2013)
dimana
ukuran
perusahaan berpengaruh negatif
terhadap leverage karena ukuran
perusahaan yang besar lebih mudah
memperoleh dana lewat
pasar
modal sehingga tingkat hutang
menjadi semakin kecil. Sementara
itu, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Joni dan Lina (2010) serta
Qureshi
et
al.
(2012)
yang
menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
leverage.
Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha10 Terdapat pengaruh ukuran
perusahaan
terhadap
leverage
perusahaan.
Usia Bisnis dan Leverage
Qureshi
et
al.
(2012)
menyatakan bahwa menurut tradeoff theory, usia bisnis adalah
indikator penting dari kredibilitas
perusahaan dan perusahaan yang
lebih tua dapat
membentuk
reputasi yang baik sehingga mereka
dapat dengan mudah meminjam
hutang pada tingkat bunga yang
lebih rendah.
Namun,
pecking
order
theory
memprediksi
hubungan negatif antara usia bisnis
dan leverage karena perusahaan
yang lebih tua relatif stabil serta
berpengalaman dan memiliki dana
internal yang tinggi, sehingga
dengan
demikian
kurang
memerlukan pembiayaan eksternal.
Hasil penelitian Qureshi et al.
(2012)
dan
didukung
oleh
Margaretha dan Ramadhan (2010)
menyatakan bahwa usia bisnis tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
leverage. Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha11 Terdapat pengaruh usia bisnis
terhadap leverage perusahaan.
Peluang
Pertumbuhan
dan
Leverage
Peluang
pertumbuhan
merupakan ukuran sampai sejauh
mana leverage dapat meningkatkan
laba per lembar saham suatu
perusahaan.
Perusahaanperusahaan
yang
mempunyai
pertumbuhan yang cepat seringkali
harus
meningkatkan
aktiva
tetapnya.
Perusahaan-perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi lebih banyak memerlukan
dana di masa depan dan juga lebih
banyak
mempertahankan
laba.
Laba ditahan dari perusahaanperusahaan
dengan
tingkat
pertumbuhan yang tinggi akan
membesar
dan
perusahaan-
perusahaan tersebut akan lebih
banyak meminjam hutang untuk
mempertahankan rasio utang yang
ditargetkan
(Mai
2006
dalam
Febriyani dan Srimindarti 2010).
Perusahaan-perusahaan yang
memiliki prediksi akan mengalami
pertumbuhan
tinggi
di
masa
mendatang
akan
memutuskan
menggunakan
saham
untuk
mendanai operasional perusahaan.
Perusahaan-perusahaan
yang
mengalami
pertumbuhan
tinggi
berharap
akan
menikmati
pertumbuhan tersebut untuk para
pemegang
saham.
Sebaliknya,
apabila perusahaan memprediksi
akan mengalami pertumbuhan yang
rendah, mereka akan berusaha
membagi risiko
pertumbuhan
rendah dengan
para
kreditur
melalui
penggunaan
hutang.
Dengan demikian perusahaan yang
memiliki
peluang
pertumbuhan
yang rendah akan lebih banyak
memakai hutang jangka panjang
(Mai 2006 dalam Febriyani dan
Srimindarti 2010).
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Seftianne
dan
Handayani (2011)
menyebutkan
bahwa
peluang
pertumbuhan
berpengaruh
negatif
terhadap
struktur modal perusahaan. Hal ini
berlawanan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sheikh and Wang
(2011)
serta
Febriyani
dan
Srimindarti (2010) yang menyatakan
bahwa peluang pertumbuhan tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
leverage. Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha12 Terdapat pengaruh peluang
pertumbuhan terhadap leverage
perusahaan.
METODA PENELITIAN
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sampel
penelitian
ditentukan
dengan
menggunakan
metoda
purposive sampling dimana sampel
diseleksi
berdasarkan
kriteriakriteria tertentu.
Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian
Keterangan
Jumlah
Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
128
Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2012
Perusahaan yang tidak melaporkan laporan
(3)
keuangan setiap tanggal 31 Desember
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang
(20)
Rupiah
Perusahaan yang tidak mengalami laba dari tahun
(24)
2010 sampai 2012
Perusahaan yang tidak membagikan dividen
(46)
berturut-turut dari tahun 2010 sampai 2012
Perusahaan yang tidak memiliki arus kas keluar
(1)
untuk pembayaran pajak berturut-turut dari tahun
2010 sampai 2012
Sampel dan data yang digunakan dalam penelitian
34
Total
Data
384
(9)
(60)
(72)
(138)
(3)
102
Tax shield dapat diukur
dengan cara pembayaran pajak
yang dilakukan oleh perusahaan
Tax Shield =
dibagi dengan
laba
kotor
perusahaan (Qureshi et al. 2012).
Tax Payments
Gross Profit
yaitu depresiasi. Non debt tax
shield merupakan hasil dari total
depresiasi dibagi dengan total aset
(Qureshi et al. 2012).
Total Depreciation
Non Debt Tax Shield =
Total Assets
Biaya agensi dapat diukur
dengan
pendapatan
bersih
perusahaan (Qureshi et al. 2012).
dengan cara biaya penjualan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dibagi
Cost of Goods Sold
Agency Cost =
Net Sales
Dalam
penelitian
ini,
total aktiva dari tahun sebelumnya
pertumbuhan aktiva diukur dengan
dibandingkan
dengan
tahun
menghitung proporsi peningkatan
berjalan.
TAt - TAt-1
Asset Growth =
TAt-1
Keterangan:
Lina
2010).
Ukuran
dari
profitabilitas yang digunakan dalam
TAt
Total aktiva tahun berjalan
penelitian
ini
mengacu
pada
TAt-1 Total
aktiva
tahun
sebelumnya
penelitian Qureshi et al.
(2012)
Profitabilitas adalah suatu
yaitu menggunakan net profit
ukuran
kemampuan
perusahaan
margin
sebagai
ukuran
dalam menghasilkan laba dalam
profitabilitas. Net profit margin
suatu periode tertentu (Joni dan
dihitung dengan cara:
Earnings After Tax
Net Profit Margin =
Net Sales
Dividen merupakan bagian
2005). Variabel dividen diukur
dari laba yang dibagikan kepada
dengan menggunakan
dividen
para pemegang saham dari laba
payout ratio (DPR) dengan rumus:
yang diperoleh perusahaan (Siregar
Cash Dividends
DPR =
Earnings After Tax
Risiko bisnis dihitung dari
Likuiditas
diukur
dengan
deviasi standar return on total
menggunakan current ratio yang
assets perusahaan selama 3 tahun
diperoleh dengan cara aset lancar
yaitu tahun 2010 sampai dengan
yang dimiliki perusahaan dibagi
tahun 2012 (Qureshi et al. 2012).
dengan liabilitas
lancar
yang
Business Risk = SD (Return on Total
dimiliki perusahaan (Gitman and
Zutter 2012).
Assets)
Current Assets
Liquidity =
Current Liabilities
Non
debt
tax
shield
merupakan manfaat pengurangan
pajak penghasilan perusahaan yang
diperoleh dari sumber non hutang
Struktur aktiva merupakan
besarnya
aktiva
yang
dapat
dijaminkan
perusahaan
sebagai
kolateral
ketika
perusahaan
melakukan pinjaman hutang kepada
pihak kreditur. Struktur aktiva
merupakan proporsi aktiva tetap
yang dimiliki perusahaan dan diukur
dengan fixed asset ratio (FAR) (Joni
dan Lina 2010).
Fixed Assets
FAR =
Total Assets
Ukuran
perusahaan
Peluang pertumbuhan dapat
mengindikasikan seberapa besar
diperoleh
dengan
cara
pertumbuhan
penjualan
(sales
atau kecil suau perusahaan. Ukuran
growth) yang diperoleh perusahaan
Perusahaan dapat diukur dengan
dibagi dengan pertumbuhan aset
menggunakan natural
logaritma
(Ln) dari total aset (Qureshi et al.
(assets
growth)
yang
dimiliki
2012).
perusahaan (Sheikh and
Wang
Business Size = Ln (Total Assets)
2011).
Dimana
sales
growth
merupakan proporsi peningkatan
Usia bisnis mengindikasikan
total
penjualan
dari
tahun
seberapa lama suatu perusahaan
sebelumnya dibandingkan dengan
dapat bertahan. Usia bisnis diukur
tahun berjalan dan assets growth
dengan berapa tahun lamanya
merupakan proporsi peningkatan
perusahaan berdiri dan terdaftar di
total aktiva dari tahun sebelumnya
bursa (Qureshi et al. 2012).
dibandingkan
dengan
tahun
Age of Business = No. of Years
Listed +1
berjalan.
Sales Growth
Growth Opportunities =
Growth
SaAssets
t - Sat-1
Sales Growth =
Sat-1
TAt - TAt-1
Assets Growth =
TAt-1
Keterangan:
Variabel ini dapat diukur dengan
debt ratio, dengan rumus:
Sat
Total
penjualan
tahun
Total Debt
berjalan
Debt Ratio =
Sat-1 Total
penjualan
tahun
Total Assets
sebelumnya
HASIL PENELITIAN
TAt
Total aktiva tahun berjalan
TAt-1 Total
aktiva
tahun
sebelumnya
Hasil
statistik
deskriptif
dapat dilihat pada tabel 2 dan hasil
Leverage merupakan rasio
pengujian hipotesis dapat dilihat
yang
menggambarkan
berapa
pada tabel 3 di bawah ini:
proporsi hutang yang digunakan
perusahaan
untuk
membiayai
aktivanya (Joni dan Lina 2010).
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif
Variable
N
Minimum
Maximum
Mean
Tax Shield
Non Debt Tax
Shield
Biaya Agensi
Pertumbuhan
Aktiva
Profitabilitas
Dividen
Risiko Bisnis
Likuiditas
Struktur Aktiva
Ukuran Perusahaan
Usia Bisnis
Peluang
Pertumbuhan
Leverage
102
102
0,0354
0,0095
2,0018
0,0775
0,2600
0,0322
Standard
Deviatio
n
0,4186
0,0155
102
102
0,2814
-0,1216
0,9028
0,5002
0,6671
0,1565
0,1551
0,1117
102
102
102
102
102
102
102
102
0,0315
0,0115
0,0004
0,6683
0,0507
25,0825
1
-79,8146
0,3512
1,1610
0,1582
11,7428
0,6794
32,8365
32
32,0572
0,1309
0,4082
0,0302
3,3148
0,3081
28,6316
20,18
0,4335
0,0707
0,2653
0,0299
2,3021
0,1470
1,7572
6,270
8,6773
102
0,0943
0,7352
0,3479
0,1621
Sumber: Hasil Pengolahan Data Melalui SPSS v.19
Tabel 3 Hasil Uji t
Model
B
Sig.
(Constant)
0,259
0,206
Tax Shield
0,040
0,182
Non Debt Tax
-0,201
0,822
Shield
Biaya Agensi
0,135
0,158
Pertumbuhan
0,267
0,010
Aktiva
Profitabilitas
-0,615
0,003
Dividen
0,049
0,359
Risiko Bisnis
-0,014
0,970
Likuiditas
-0,038
0,000
Struktur Aktiva
0,193
0,058
Ukuran Perusahaan
0,001
0,876
Usia Bisnis
0,002
0,136
Peluang
-0,001
0,588
Pertumbuhan
Dependent Variable: Leverage
Sumber: Hasil Pengolahan Data Melalui
memiliki nilai signifikan 0,822 lebih
SPSS v.19
besar dari
tingkat
kesalahan
Variabel tax shield memiliki
sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan
nilai signifikan 0,182 lebih besar
Ha2 tidak diterima, artinya non
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
debt tax shield tidak berpengaruh
Hal ini menunjukkan Ha1 tidak
terhadap leverage.
diterima, berarti tax shield tidak
Variabel
biaya
agensi
berpengaruh terhadap leverage.
memiliki nilai signifikan 0,158 lebih
Variabel non debt tax shield
besar
dari
tingkat
kesalahan
sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan
Ha3 tidak diterima, artinya biaya
agensi tidak berpengaruh terhadap
leverage. Variabel pertumbuhan
aktiva memiliki
nilai
signifikan
0,010 lebih kecil dari tingkat
kesalahan sebesar 0,05. Hal ini
menunjukkan Ha4 diterima, artinya
pertumbuhan aktiva berpengaruh
positif terhadap leverage. Tingkat
pertumbuhan aset yang besar
memerlukan dana
yang
lebih
banyak
untuk
menunjang
pertumbuhan aset. Jika dana
internal
perusahaan
tidak
mencukupi, maka perusahaan akan
mengandalkan
modal
eksternal
dengan lebih banyak menerbitkan
surat hutang.
Variabel
profitabilitas
memiliki nilai signifikan 0,003 lebih
kecil dari tingkat kesalahan sebesar
0,05. Hal ini menunjukkan Ha5
diterima,
artinya
profitabilitas
berpengaruh
negatif
terhadap
leverage. Hal ini dikarenakan
perusahaan
dengan
kondisi
keuangan yang
baik
akan
meminjam hutang lebih sedikit dan
akan menimbulkan
ketertarikan
investor untuk menanamkan modal
dalam perusahaan. Variabel dividen
memiliki nilai signifikan 0,359 lebih
besar dari
tingkat
kesalahan
sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan
Ha6 tidak diterima, artinya dividen
tidak
berpengaruh
terhadap
leverage.
Variabel
risiko
bisnis
memiliki nilai signifikan 0,970 lebih
besar dari tingkat kesalahan 0,05.
Hal ini menunjukkan Ha7 tidak
diterima, artinya risiko bisnis tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Variabel likuiditas memiliki nilai
signifikan 0,000 lebih kecil dari
tingkat kesalahan 0,05. Hal ini
menunjukkan Ha8 diterima, artinya
likuiditas
berpengaruh
negatif
terhadap leverage. Aktiva lancar
yang semakin tinggi menandakan
bahwa
perusahaan
berhasil
melunasi
kewajiban
jangka
pendeknya, sehingga hutang jangka
pendek berkurang dan berakibat
menurunnya proporsi hutang dalam
leverage. Perusahaan
dengan
tingkat
likuiditas
yang
tinggi
memiliki dana internal yang besar,
sehingga perusahaan tersebut lebih
memakai dana internalnya dahulu
untuk
membiayai
investasinya
sebelum menggunakan pembiayaan
eksternal melalui pinjaman hutang.
Variabel
struktur
aktiva
memiliki nilai signifikan 0,058 lebih
besar dari tingkat kesalahan 0,05.
Hal ini menunjukkan Ha9 tidak
diterima, artinya struktur aktiva
tidak
berpengaruh
terhadap
leverage.
Variabel
ukuran
perusahaan memiliki nilai signifikan
0,876 lebih besar dari tingkat
kesalahan 0,05.
Hal
ini
menunjukkan Ha10 tidak diterima,
artinya ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Variabel usia bisnis memiliki
nilai signifikan 0,136 lebih besar
dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini
menunjukkan Ha11 tidak diterima,
artinya
usia
bisnis
tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Variabel
peluang
pertumbuhan
memiliki nilai signifikan 0,588 lebih
besar dari tingkat kesalahan 0,05.
Hal ini menunjukkan Ha12 tidak
diterima,
artinya
peluang
pertumbuhan tidak berpengaruh
terhadap leverage.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
yang telah dilakukan terhadap 102
data yang digunakan
untuk
penelitian dari tahun 2010 hingga
2012 dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
pertumbuhan
aktiva,
profitabilitas
dan
likuiditas
mempengaruhi
leverage.
Sedangkan tax shield, non debt tax
shield, biaya agensi, dividen, risiko
bisnis, struktur aktiva, ukuran
perusahaan, usia bisnis dan peluang
pertumbuhan tidak mempengaruhi
leverage.
Dalam
penelitian
ini
terdapat beberapa keterbatasan,
yaitu
penelitian
ini
hanya
mengambil sampel
selama
3
periode pengamatan yaitu
dari
tahun 2010 sampai tahun 2012,
sampel yang digunakan dalam
penelitian ini hanya terbatas pada
perusahaan
manufaktur,
dan
penelitian ini hanya mengkaji rasio
total debt to total assets sebagai
proksi dari leverage, sehingga tidak
dapat dibandingkan antara total
debt to total equity, long term
debt to total assets dan total debt
to total assets.
Ada beberapa rekomendasi
berdasarkan keterbatasan
yang
telah diungkapkan dan berharap
dapat berguna untuk penelitian
selanjutnya, yaitu dianjurkan untuk
dapat
menambah
periode
pengamatan
seperti
4
tahun
pengamatan
atau
5
tahun
pengamatan, menambah
sampel
dari perusahaan
nonmanufaktur
karena mungkin akan memberikan
hasil yang berbeda, dan penelitian
selanjutnya dapat dilakukan dengan
membandingkan total debt to total
equity, long term debt to total
assets dan total debt to total
assets agar dapat diketahui lebih
jauh faktor mana yang lebih
dipertimbangkan di Indonesia.
REFERENSI:
Ashraf, Tanveer, and Safdar Rasool. 2013. Determinants of Leverage of
Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing
Packing Order Theory. Journal of Business Studies Quarterly. Vol. 4,
No. 3. Hlm. 73-83.
http://jbsq.org/wp-content/uploads/2013/03/March_2013_7.pdf
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate
Finance. New York: McGraw-Hill Irwin.
Erkaningrum, Indri. 2008. Faktor-Faktor Penentu Financial Leverage Dalam
Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi “Analisis”. Mei 2008. Vol.
1, No. 2. Hlm. 164-184.
Febriyani, Nina, dan Ceacilia Srimindarti. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan LQ-45 di
Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Dinamika Keuangan dan
Perbankan. Nopember 2010. Vol. 2, No. 2. Hlm. 138-159.
Furi, Vina Ratna, dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
yang
Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi. Februari 2012. Vol. 1, No.
2. Hlm. 49-62.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.
Semarang: Universitas Diponegoro
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Edinburgh: Pearson Education.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Ralph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey:
Pearson Education.
Indrawati, Titik, dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Januari-Juni 2006. Vol. 3, No. 1.
Hlm. 77-105.
Joni, dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2. Hlm. 81-96.
Kemsley, Deen, and Doron Nissim. 2002. Valuation of the Debt Tax Shield. The
Journal of Finance. October 2002. Vol. LVII, No. 5. Hlm. 2045-2074.
Liem, Jemmi Halim, Werner R. Murhadi, dan Bertha Silvia Sutejo. 2013.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri
Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Calyptra:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2, No. 1. Hlm. 111.http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/182/161
Margaretha, Farah, dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2010. Vol. 12, No. 2.
Hlm. 119-130.
Prabansari, Yuke, dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta.
Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen Edisi Khusus on Finance. Hlm. 115.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Sinergi/article/viewFile/935/865
Qureshi, Muhammad Azeem, Muhammad Imdadullah, and Tanveer Ahsan.
2012. What Determines Leverage in Pakistan? A Panel Data Analysis.
African Journal of Business Management. January 2012. Vol. 6, No. 3.
Hlm. 978-985.
Reilly, Frank K., and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments and
Management of Portfolios. Canada: South-Western Cengage Learning.
Sabir, Mahvish, and Qaisar Ali Malik. 2012. Determinants of Capital Structure –
A Study of Oil and Gas Sector of Pakistan. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business. February 2012. Vol. 3, No. 10.
Hlm. 395-400.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business. Great
Britain: Wiley.
Seftianne, dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. April 2011. Vol. 13, No. 1. Hlm. 39-56.
Sheikh, Nadeem Ahmed, and Zongjun Wang. 2011. Determinants of Capital
Structure – An Empirical Study of Firms in Manufacturing Industry of
Pakistan. Managerial Finance. Vol. 37, No. 2. Hlm. 117-133.
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?issn=0307-4358
Siregar, Baldric. 2005. Hubungan Antara Dividen, Leverage Keuangan dan
Investasi. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Desember 2005. Vol. XVI,
No. 3. Hlm. 219-230.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
174
November 2014
Download