BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan dan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Sadono Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi
sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk
suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut
mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu
perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi
proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan
pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi menurut Irawan (2002: 5) adalah usaha-usaha
untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan
tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita.
Menurut Todaro dan Smith (2003: 21) pembangunan harus dipandang
sebagai suatu proses (miltidimensional) yang melibatkan perubahanperubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi nasional, disamping telah mengejar akselerasi pertumbuhan
ekonomi,
penanganan
ketimpangan
pendapatan,
serta
pengentasan
kemiskinan. Jadi, pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan
perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara
keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan
individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk
8
9
bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara
material maupun spiritual.
Sekitar tahun 1950-an definisi pembangunan ekonomi lebih
menekankan pada peningkatan pendapatan perkapita seperti yang telah
dikemukakan oleh Meier dan Baldwin. Kedua orang tersebut mengartikan
pembangunan okonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari
penjelasan diatas, mengandung 3 unsur yaitu usaha peningkatan pendapatan
per kapita, kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka
panjang (Meier dan Baldwin dalam Suryana, 2000: 3) dan pembangunan
ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di
dalamnya tersebut mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi
baru,
Menurut Schumpeter (dalam Suryana, 2000:5), pembangunan
ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi
merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan
ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan
perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita
dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata
penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu
perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional
dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk
10
mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat
kesejahteraan masyarakat suatu daerah.
Inti dari definisi diatas pembangunan harus ada perubahan secara
menyeluruh yang meliputi penyelarasan sistem sosial yang memenuhi
kebutuhan dasar serta keinginan berbeda setiap individu dalam sistem sosial,
perubahan yang meningkat dalam suatu kondisi ekonomi secara meteriil dan
spiritual.
Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada
kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses
intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu
sendiri), bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain
bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri
menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan
tersebut dalam periode-periode selanjutnya
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah
tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori
tangga).Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat
dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:
1. Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi
kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri
11
2. Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir
untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam
3. Masa Bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap
sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar
usaha sampingan.
4. Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan
sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke
pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri
besar.
Menurut (Sukirno 1994:425), Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi ada 5 :
1. Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan
alam
akan
mempermudah
usaha
untuk
membangun
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari
proses pertumbuhan ekonomi.
2. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat
pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada
pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak
sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi
pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah
12
jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern
memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi
yang tinggi.
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap masyarakat akan menentukan sampai di-mana pertumbuhan
ekonomi dapat dicapai.
5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesia-lisasi dibatasi oleh luasnya
pasar, dan spesiali-sasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi.
B. Tujuan Pembanguanan Ekonomi
Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan kondisi ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Kegiatan
pembangunan ekonomi selalu dipandang sebagai bagian dari usaha
pembangunan secara keseluruhan yang dijalankan suatu masyarakat, tetapi
kenyataannya pembangunan ekonomi hanya meliputi suatu usaha masyarakat
untuk mengembangkan kegiatan ekonominya dan mempertinggi pendapatan
masyarakat, sedangkan keseluruhan pembangunan itu meliputi juga usaha
pembangunan sosial, politik dan budaya.
Tujuan pembangunan ekonomi dibagi menjadi tiga tujuan utama atau
tujuan primer dan tujuan sampingan atau tujuan sekunder. Tujuan utama
adalah memperbanyak atau memperbesar pendapatan masyarakat dan output
nasional. Maksud dari tujuan diatas adalah menunjang keberhasilan tujuan
pembangunan ekonomi secara merata dan menyeluruh. Sedangkan tujuan
13
sampingan adalah mengusahakan distribusi pendapatan yang merata, tingkat
efek yang full employment, memerangi kemiskinan serta mengurangi tingkat
pengangguran (Baldwin Meier dalam Mudrajat Kuncoro, 1997: 19).
Adapun yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi menurut
(Todaro, 1999) adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri
melalui pembangunan sistem dan kelembagaan sosial dan ekonomi yang
dapat mengembangka rasa harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusian.
b. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa yaitu tingkat pendaptan dan
konsumsi pangan , pelayanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya melalui
proses pembanguan ekonomi.
c. Mengembangkan kebebasan untuk memilih dengan jalan memperluas
rangkaian kesempatan untuk memilih misalnya keanekaragaman jenis barang
konsumsi dan jasa yang tersedia.
Pembanguan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang harus
lebih baik dari perekonomian Indonesia sebelum terjadi krisis. Wujud
perekonomian
yang akan dibangun harus lebih adil dan merata,
mencerminkan peran daerah dan pemberdayaran seluruh rakyat, berdaya
saing dengan basis efisiensi, serta menjamin keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
C. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut (Adisasmita, 2005:19), Pembangunan ekonomi daerah
berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi
14
baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang
ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar
baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005:19). Sedangkan
menurut (Arsyad, 1999), Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdayasumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Pembangunan
daerah
merupakan
upaya
terpadu
yang
menggabungkan beberapa dimensi kebijakan dari seluruh faktor yang ada
dengan tujuan mewujudkan masyarakat sejahtera, damai, demokratis,
berkeadilan dan memiliki daya saing. Secara umum pembangunan daerah
mempunyai tujuan untuk :
1. Menciptakan stabilitas perekonomian yang ditempuh dengan cara
menciptakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi pengembangan
kegiatan ekonomi daerah.
2. Mendorong terciptanya pekerjaan yang berkualitas, sehingga akan
mampu berperan aktivitas yang lebih produktif.
3. Meningkatkan
standar
hidup
masyarakat,
dimana
tidak
hanya
peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan
lapangan pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan
kualitas kultural, yang semuanya itu akan memperbaiki kesejahteraan
15
materiil maupun non materiil.
4. Mendorong terciptanya diversifikasi ekonomi yang lebih luas.
5. Meningkatkan ketersediaan dan perluasan distribusi berbagai kebutuhan
pokok (sandang, pangan, papan). (Todaro,2002: 22-24).
Tujuan pembanguna daerah yang sudah dijelaskan diatas akan tercapai
bila pemerintahan melakukannya dengan baik. Ada 4 peran pemerintah
dalam proses pembangunan daerah. (Linolyn Arsyad, 1999: 120-121) :
1. Enterpreneur
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk menjalankan
suatu usaha bisnis. Dalam hal ini pemerintah daerah dapat
mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD). Dalam hal ini
pemerintah daerah harus dapat mengelola aset-aset yang dimiliki
dengan baik sehingga secara ekonomis menguntungkan.
2. Koordinator
Pemerintah daerah bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan
kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan
daerahnya. Pemerintah daerah dalam menjalankan perannya ini, dapat
melibatkan lembaga-lembaga lainnya, dunia usaha, maupun masyarakat
dalam penyusunan sasaran ekonomis, rencana, serta strategi kebijakan.
Pendekatan yang dilakukan pemerintah daerah terhadap stakeholder
tersebut, dapat menjaga konsistensi pembangunan daerah pembangunan
nasional.
16
3. Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan daerah
melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku masyarakat) di
daerahnya. Sehingga akan mempercepat proses pembangunan daerah
yang lebih baik.
4. Stimulator
Pemerintah
daerah
dapat
menstimulasi
penciptaan
dan
pengembangan usaha melalui kebijakan-kebijakan yang diambil guna
mempengaruhi terciptanya kondisis kegiatan ekonomi yang dinamis.
Berdasarkan pembangunan ekonomi, maka bisa dikatakan
pengertian pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Yang
dimaksud suatu proses disini adalah adanya pembentukan instansiinstansi alternatif, perbaikan skill tenaga kerja agar menghasilkan
produk barang dan jasa yang lebih baik, ahli ilmu pengetahuan alam
dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.(Lincolin Arsyad,
1999: 109).
D. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor
tersebut sehingga terjadi proses proses pertumbuhan (Boediono 1999).
Sehingga persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari
persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam
17
jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan terus berlanjut. Sedangakan
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai ke-naikan GDP tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.
(Arsyad,1997:13). Jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita
harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dalam
membandingkannya harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan yang
nasional yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua faktor yaitu
perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Adanya
pengaruh dari faktor yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian
pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun yang
bersangkutan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau
perkem-bangan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari
waktu sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Sukirno
1994:425):
1.
Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan
alam
akan
mempermudah
usaha
untuk
membangun
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari
proses pertumbuhan ekonomi.
2. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat
pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada
18
pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak
sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi
pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah
jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern
memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi
yang tinggi.
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap masyarakat akan menentukan sampai di-mana pertumbuhan
ekonomi dapat dicapai.
5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesia-lisasi dibatasi oleh
luasnya pasar, dan spesiali-sasi yang terbatas membatasi pertumbuhan
ekonomi.
E. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima
tahap yang berurutan dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa
bercocok tanam, masa berdagang, dan tahap masa industri. Menurut teori ini,
masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern
yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin
terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Smith
19
memandang pekerja sebagai salah satu input produksi, pembagian tenaga
kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini sebagai upaya
peningkatan produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi, modal
memegang peranan penting. Akumulasi modal akan menentukan cepat atau
lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses
pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan
satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kerja pada suatu sektor akan
meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan
teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan
ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk pada funsi
kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Kuncoro, 1997 dalam
Akrom, 2010).
Menurut Rostow dalam bukunya The Stage of Economics Growth
(1965) proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap
yaitu: pertama, masyarakat tradisional dimana pada tahapan ini masyarakat
menggunakan metode produksi yang masih primitif dengan kebiasaan turuntemurun. Kedua, tahapan prasyarat tinggal landas dimana terjadi transformasi
diseluruh sektor kehidupan seperti transformasi dari sektor pertanian menuju
sektor perkotaan. Ketiga, tahapan tinggal landas dimana terjadi berbagai
perubahan yang drastis baik berbentuk revolusi politik, terciptanya berbagai
inovasi dan munculnya pasar-pasar baru. Keempat, tahap menuju kedewasaan
dimana industri sudah berkembang dengan pesat, penggunaaan teknologi
20
secara efektif disemua sektor produksi, keahlian tenaga kerja meningkat dan
terjadi perubahan-perubahan sosial. Kelima, tahap konsumsi tinggi dimana
segala sesuatu berorientasi pada masalah konsumsi bukan produksi (Zakaria,
2009:113-116).
Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisa pertumbuhan
ekonomi daerah atau regional antara lain (Lincolin Arsyad, 1999: 115-118)
a. Teori Ekonomi Neo Klasik
Peranan teori neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis
pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial dan
signifikan.Teori ekonomi klasik ini memberikan dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah, yaitu keseimbangan (equilibrium) dan
keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan oleh
karena itu modal akan mengalir dari daerah yang berubah rendah.
b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori ini didasarkan pada sudut pandang teori lokasi, yaitu pertumbuhan
ekonomi suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi
yang selanjutnya dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan
ekspor. Berarti dalam menentukan strategi pembangunan harus disesuaikan
dengan keuntungan lokasi yang dimiliki guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah.
c. Teori Lokasi
Teori ini mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat
meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan atau industri
21
umumnya terletak atau berdekatan dengan pasar atau sumber bahan baku.
Artinya semakin tepat dalam pemilihan lokasi (strategis) maka semakin kecil
ongkos produksi yang akan dikeluarkan.
d. Teori Tempat Sentral
Teori ini menganggap bahwa semacam hierarki tempat. Setiap sentral
didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber
daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu
pemukiman
yang
menyediakan
jasa
bagi
penduduk
daerah
yang
mendukungnya.
e. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan
konsep dasar dari teori kausasi kumulatif, dengan kata lain kekuatankekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan daerah-daerah tersebut.
Lebih lanjut dikatakan bahwa daerah yang mengalami keunggulan kompetitif
disbanding.
f.
Model Daya Tarik (Attraction)
Teori model daya tarik adalah model pertumbuhan ekonomi-ekonomi
yang banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya
adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap
industrialisai melalui pemberian subsidi dan insentif.
22
F. Pembangunan Ekonomi Regional
Pembangunan ekonomi
regional merupakan pelaksanaan dari
pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik, sosial ekonomi regional serta tunduk pada peraturan
tertentu.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana masyarakat
daerah dan pemerintah mengelola sumber-sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi dalam wilayah ekonomi tersebut (Lincolin Arsyad: 108).
G. Kesenjangan Regional
Tolak ukur untuk melihat kesenjangan regional terlihat pada standar
hidup dari seluruh masyarakat. Kesenjangan regional yaitu perbedaan faktor
anugerah awal (endoment factor). Pebedaan inilah yang menyebabkan tingkat
pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga
menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut
(Sukirno, 1976).
Menurut Williamson (1965) dalam empirisnya menemukan bahwa
pada tahap awal pembangunan akan terjadi kesenjangan pendpatan regional.
Beberapa penyebab kesenjangan antar daerah adalah:
a. Migrasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja di daerah yang terdidik, terampil, memiliki skill dan
produktif akan berpindah dan terserap di daerah yang kaya sehingga
23
migrasi tenaga kerja ini mengakibatkan ketimpangan spasial.
b. Migrasi Kapital
Keuntungan yang diperoleh dari aglomerasi proyek-proyek kapital dari
daerah yang relatif kaya menyababkan kapital mengalir dari daerah miskin
ke daerah kaya. Hal ini mengakibatkan antar daerah melebar.
c. Kebijakan Pemerintah
Sasaran
kebijakan
pemerintah
untuk
meningkatkan
prestasi
pembangunan ekonominya dapat dilakukan dengan mengalokasikan dana
investasinya ke daerah-daerah kaya dan membutuhkan berbagai sarana
publik dan dapat dengan segera mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini akan mendorong semakin cepatnya laju pertumbuhan di
daerah kaya sehingga cenderung memperbesar kesenjangan.
d. Keterkaitan Antar Daerah
Williamson
menyatakan
kesenjangan
antar
daerah
juga
dapat
disebabkan oleh kondisi geografis suatu daerah. Semakin luas wilayah maka
efek penyebarannya semakin lambat apalagi bila sarana transportasi kurang
memadai.
Kurangnya keterkaitan antar daerah dapat menyebabkan kurang efek
penyabaran, perubahan sosial dan penggandaan pendapatan. Apabila daerah
kaya juga mempunyai areal pertanian yang luas dan produktif maka daerah
miskin tidak memperoleh keuntungan dari adanya hubungan antar daerah dapat
menyebabkan input-input untuk seperangkat alat industrinya (Jhingan, 1994).
24
H. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Salah satu penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu Egy Gugy dan
Sugeng Hadi Utomo (2012) yang menganalisis potensi ekonomi di
Kabupaten Malang tahun 2005-2009 dengan metode Location Quotient serta
Shift Share analisis. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kesimpulan yaitu
Kabupaten Malang memiliki tiga sektor basis setelah dilihat dari analisis
Location Quotient (LQ) rata-rata yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan,
dan penggalian, dan sektor jasa-jasa. Kabupaten Malang memiliki empat
sektor potensial dilihat dari analisi Shift Share (SS) yang tercantum dalam
analisis dilihat dari Propotional Shift (PS) dan Differential Shift (DS). Sektor
potensialnya yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis (PR) bernilai
negatif (Pr < 0) dan (DR) bernilai positif (DR > 0). Pada sektor pertambangan
dan penggalian menunjukkan hasil analisi Pr bernilai positif (PR > 0) dan
(DR) bernilai negatif (DR < 0). Pada sektor industri pengolahan menunjukkan
hasil analisis Pr bernilai negatif (PR < 0) dan Dr bernilai positif ( DR > 0) dan
pada sektor jasa-jasa menunjukkan hasil analisis Pr bernilai positif (PR > 0)
dan Dr bernilai negatif (DR < 0).
Sedangkan penelitian menurut Hilal Almulaibari (2011) dengan judul “
Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Tegal Tahun 2004-2008”
terdapat kesimpulan bahwa Berdasarkan analisis LQ maka dapat di ketahui
bahwa Kota Tegal memiliki sektor basis yang potensial, yaitu (1). sektor
Listrik, gas dan Air, (2). Transportasi dan Komunikasi, (3). Keuangan, (4).
25
Bangunan, dan (5). Perdagangan. Kelima sektor tersebut mampu mengekspor
produk ke daerah lain atau keluar negeri karena mampu menghasilkan produk
tersebut secara lebih murah dan efisien, serta akan mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi guna pembangunan wilayah Kota Tegal. Berdasarkan
tipologi pembagian sektor ekonomi Kota Tegal masing-masing sektor tingkat
kepotensialannya “istimewa” untuk dikembangkan karena sektor tersebut
merupakan sektor basis (LQ > 1). Pada Tipologi I Sektor ekonomi Kota Tegal
yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan istimewa adalah sektor
pembangunan dan perdagangan. Pada Tipologi III Sektor ekonomi Kota
Tegal yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan baik adalah sektor
Transportasi dan Komunikasi; Keuangan dan Listrik, gas dan air. Pada
Tipologi V Sektor ekonomi Kota Tegal yang mendapatkan nilai tingkat
kepotensialan cukup adalah sektor Industri. Pada Tipologi VII Sektor
ekonomi Kota Tegal yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan kurang
adalah sektor jasa-jasa. Pada Tipologi VIII Sektor ekonomi Kota Tegal yang
mendapatkan nilai tingkat kepotensialan kurang sekali adalah sektor
pertanian.
Pada penelitian Bambang Prishardoyo (2008) dengan judul “ Analisis
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Pati Tahun 2000-2005” terdapat
kesimpulan Berdasarkan hasil analisis location quotient sektor-sektor
potensial yang dapat diandalkan selama tahun analisis 2000-2005 adalah
sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor
26
keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Dan Berdasarkan hasil analisis
keterkaitan
wilayah
(Gravitasi)
selama
tahun
analisis
2000-2005
menunjukkan bahwa Kabupaten yang paling kuat interaksinya dengan
Kabupaten Pati adalah Kabupaten Kudus dengan nilai interaksi rata-rata
sebesar 1,491,863,31. Sedangkan yang paling sedikit interaksinya adalah
Kabupaten Jepara dengan nilai interaksi rata-rata sebesar 138,810,362.3.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aditya Nugraha Putra (2013)
dengan judul “ Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai kesimpulan yaitu hasil analisis LQ
menunjukkan bahwa sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan serta sektor jasajasa merupakan sektor basis yang
dominan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena terdapat di tiga
kabupaten/kota dari lima kabupaten/kota. Sedangkan sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan terdapat di dua kabupaten/kota. Untuk sektor listrik, gas dan air
bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi hanya dimiliki oleh satu
kabupaten/kota. Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta memiliki sektor
basis terbanyak dengan lima sektor basis. Sedangkan Kabupaten Gunung
Kidul memiliki sektor basis paling sedikit yaitu hanya dua sektor. Untuk hasil
analisis MRP yang di overlay menunjukkan bahwa di Provinsi DIY memiliki
sektor yang kompetitif yaitu sektor bangunan di kabupaten Bantul, kemudian
sektor bangunan dan perdagangan , hotel, dan restoran di Kabupaten Sleman.
Sedangkan hasil analisis shift share menunjukkan keunggulan sektor yang
27
kompetitf yaitu sektor pertanian di 3 Kabupaten kulon progo, Bantul, dan
Sleman. Sektor bangunan di Kabupaten Bantul. Sektor perdagangan, hotel,
dan restoran kompetitif di Kabupaten Sleman.
I. Kerangka Pemikiran
PDRB Provinsi Jawa Tengah
PDRB Kab. Boyolali
Potensi Ekonomi Sektoral
Kab. Boyolali
Kebijakan Pembangunan Kab.
Boyolali
Pembangunan Ekonomi Kab. Boyolali di Era
Otonomi Daerah
Penjelasan diatas menggambarkan data PDRB Provinsi Jawa Tengah dan
Kabupaten Boyolali sangat berguna dalam analisis potensi daerah Kabupaten
Boyolali. Hasil dari data-data tersebut adalah mengetahui potensi ekonomi
sektoral apa yang ada di Kabupaten Boyolali. Setelah mengetahui sektor
potensi ekonomi di Kabupaten Boyolali, pemerintah dapat menerapkan
kebijakan-kebijakannya dalam membangun Kabupaten Boyolali. Dengan
28
kebijakan yang diterapkan pemerintah akan menghasilkan pembangunan derah
Kabupaten Boyolali di era otonomi daerah pada saat ini.
Berdasarkan data PDRB di Kabupaten Boyolali tahun 2010-2014 berdasar
harga konstan dan data PDRB Provinsi Jawa Tengah dilakukan analisa
mengidentifikasi
sektor-sektor
potensial.
Pemerintah
dituntut
untuk
mengetahui ekonomi sektorial apa yang menjadi sektor basis ekonomi, sektor
potensial yang dapat di maksimalkan dalam pembangunan di Kabupaten
Boyolali. Dengan pemerintah mengetahui semua sektor-sektor tersebut,
diharapkan
tidak
salah
arah
dalam
mengambil
kebijakan-kebijakan
pembangunan ekonomi. Sehingga pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan
dengan baik dan terwujud yang di cita-citakan.
J. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara atas masalah yang
hendak diteliti. Berdasarkan pemaparan di atas maka dalam penelitian ini
diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali selama 5 tahun (20102014) pada sektor industri pengolahan, pertanian, kehutanan, perikanan,
dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
memiliki perkembangan yang cukup tinggi. Hipotesis diatas berdasarkan
distribusi produk domestik regional bruto atas dasar harga kosntan tahun
2010-2014 di Kabupaten Boyolali.
2. Diduga sektor industri pengolahan merupakan sektor basis di Kabupaten
Boyolali. Hipotesis di atas didasarkan kontribusi sektor industri
29
pengolahan yang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya
dalam pembentukan PDRB.
3. Diduga sektor informasi dan komunikasi merupakan sektor potensial di
Kabupaten Boyolali. Hipotesis ini berdasarkan pada pertumbuhan sektor
yang tinggi tetapi kontribusi rendah.
Download