BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sadono Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi menurut Irawan (2002: 5) adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita. Menurut Todaro dan Smith (2003: 21) pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses (miltidimensional) yang melibatkan perubahanperubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping telah mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk 8 9 bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual. Sekitar tahun 1950-an definisi pembangunan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan pendapatan perkapita seperti yang telah dikemukakan oleh Meier dan Baldwin. Kedua orang tersebut mengartikan pembangunan okonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari penjelasan diatas, mengandung 3 unsur yaitu usaha peningkatan pendapatan per kapita, kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Meier dan Baldwin dalam Suryana, 2000: 3) dan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya tersebut mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru, Menurut Schumpeter (dalam Suryana, 2000:5), pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk 10 mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Inti dari definisi diatas pembangunan harus ada perubahan secara menyeluruh yang meliputi penyelarasan sistem sosial yang memenuhi kebutuhan dasar serta keinginan berbeda setiap individu dalam sistem sosial, perubahan yang meningkat dalam suatu kondisi ekonomi secara meteriil dan spiritual. Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri), bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga).Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut: 1. Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri 11 2. Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam 3. Masa Bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan. 4. Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar. Menurut (Sukirno 1994:425), Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ada 5 : 1. Tanah dan kekayaan alam lain Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. 2. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia. 3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah 12 jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. 4. Sistem sosial dan sikap masyarakat Sikap masyarakat akan menentukan sampai di-mana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. 5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesia-lisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesiali-sasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi. B. Tujuan Pembanguanan Ekonomi Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Kegiatan pembangunan ekonomi selalu dipandang sebagai bagian dari usaha pembangunan secara keseluruhan yang dijalankan suatu masyarakat, tetapi kenyataannya pembangunan ekonomi hanya meliputi suatu usaha masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonominya dan mempertinggi pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan pembangunan itu meliputi juga usaha pembangunan sosial, politik dan budaya. Tujuan pembangunan ekonomi dibagi menjadi tiga tujuan utama atau tujuan primer dan tujuan sampingan atau tujuan sekunder. Tujuan utama adalah memperbanyak atau memperbesar pendapatan masyarakat dan output nasional. Maksud dari tujuan diatas adalah menunjang keberhasilan tujuan pembangunan ekonomi secara merata dan menyeluruh. Sedangkan tujuan 13 sampingan adalah mengusahakan distribusi pendapatan yang merata, tingkat efek yang full employment, memerangi kemiskinan serta mengurangi tingkat pengangguran (Baldwin Meier dalam Mudrajat Kuncoro, 1997: 19). Adapun yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi menurut (Todaro, 1999) adalah sebagai berikut: a. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri melalui pembangunan sistem dan kelembagaan sosial dan ekonomi yang dapat mengembangka rasa harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusian. b. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa yaitu tingkat pendaptan dan konsumsi pangan , pelayanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya melalui proses pembanguan ekonomi. c. Mengembangkan kebebasan untuk memilih dengan jalan memperluas rangkaian kesempatan untuk memilih misalnya keanekaragaman jenis barang konsumsi dan jasa yang tersedia. Pembanguan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang harus lebih baik dari perekonomian Indonesia sebelum terjadi krisis. Wujud perekonomian yang akan dibangun harus lebih adil dan merata, mencerminkan peran daerah dan pemberdayaran seluruh rakyat, berdaya saing dengan basis efisiensi, serta menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. C. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah Menurut (Adisasmita, 2005:19), Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi 14 baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005:19). Sedangkan menurut (Arsyad, 1999), Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdayasumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pembangunan daerah merupakan upaya terpadu yang menggabungkan beberapa dimensi kebijakan dari seluruh faktor yang ada dengan tujuan mewujudkan masyarakat sejahtera, damai, demokratis, berkeadilan dan memiliki daya saing. Secara umum pembangunan daerah mempunyai tujuan untuk : 1. Menciptakan stabilitas perekonomian yang ditempuh dengan cara menciptakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi pengembangan kegiatan ekonomi daerah. 2. Mendorong terciptanya pekerjaan yang berkualitas, sehingga akan mampu berperan aktivitas yang lebih produktif. 3. Meningkatkan standar hidup masyarakat, dimana tidak hanya peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan kualitas kultural, yang semuanya itu akan memperbaiki kesejahteraan 15 materiil maupun non materiil. 4. Mendorong terciptanya diversifikasi ekonomi yang lebih luas. 5. Meningkatkan ketersediaan dan perluasan distribusi berbagai kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan). (Todaro,2002: 22-24). Tujuan pembanguna daerah yang sudah dijelaskan diatas akan tercapai bila pemerintahan melakukannya dengan baik. Ada 4 peran pemerintah dalam proses pembangunan daerah. (Linolyn Arsyad, 1999: 120-121) : 1. Enterpreneur Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Dalam hal ini pemerintah daerah dapat mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD). Dalam hal ini pemerintah daerah harus dapat mengelola aset-aset yang dimiliki dengan baik sehingga secara ekonomis menguntungkan. 2. Koordinator Pemerintah daerah bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan daerahnya. Pemerintah daerah dalam menjalankan perannya ini, dapat melibatkan lembaga-lembaga lainnya, dunia usaha, maupun masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomis, rencana, serta strategi kebijakan. Pendekatan yang dilakukan pemerintah daerah terhadap stakeholder tersebut, dapat menjaga konsistensi pembangunan daerah pembangunan nasional. 16 3. Fasilitator Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan daerah melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku masyarakat) di daerahnya. Sehingga akan mempercepat proses pembangunan daerah yang lebih baik. 4. Stimulator Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui kebijakan-kebijakan yang diambil guna mempengaruhi terciptanya kondisis kegiatan ekonomi yang dinamis. Berdasarkan pembangunan ekonomi, maka bisa dikatakan pengertian pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Yang dimaksud suatu proses disini adalah adanya pembentukan instansiinstansi alternatif, perbaikan skill tenaga kerja agar menghasilkan produk barang dan jasa yang lebih baik, ahli ilmu pengetahuan alam dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.(Lincolin Arsyad, 1999: 109). D. Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses proses pertumbuhan (Boediono 1999). Sehingga persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam 17 jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan terus berlanjut. Sedangakan Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai ke-naikan GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad,1997:13). Jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dalam membandingkannya harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan yang nasional yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua faktor yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Adanya pengaruh dari faktor yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkem-bangan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari waktu sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Sukirno 1994:425): 1. Tanah dan kekayaan alam lain Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. 2. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada 18 pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia. 3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. 4. Sistem sosial dan sikap masyarakat Sikap masyarakat akan menentukan sampai di-mana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. 5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesia-lisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesiali-sasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi. E. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok tanam, masa berdagang, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Smith 19 memandang pekerja sebagai salah satu input produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini sebagai upaya peningkatan produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan penting. Akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk pada funsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Kuncoro, 1997 dalam Akrom, 2010). Menurut Rostow dalam bukunya The Stage of Economics Growth (1965) proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap yaitu: pertama, masyarakat tradisional dimana pada tahapan ini masyarakat menggunakan metode produksi yang masih primitif dengan kebiasaan turuntemurun. Kedua, tahapan prasyarat tinggal landas dimana terjadi transformasi diseluruh sektor kehidupan seperti transformasi dari sektor pertanian menuju sektor perkotaan. Ketiga, tahapan tinggal landas dimana terjadi berbagai perubahan yang drastis baik berbentuk revolusi politik, terciptanya berbagai inovasi dan munculnya pasar-pasar baru. Keempat, tahap menuju kedewasaan dimana industri sudah berkembang dengan pesat, penggunaaan teknologi 20 secara efektif disemua sektor produksi, keahlian tenaga kerja meningkat dan terjadi perubahan-perubahan sosial. Kelima, tahap konsumsi tinggi dimana segala sesuatu berorientasi pada masalah konsumsi bukan produksi (Zakaria, 2009:113-116). Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisa pertumbuhan ekonomi daerah atau regional antara lain (Lincolin Arsyad, 1999: 115-118) a. Teori Ekonomi Neo Klasik Peranan teori neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial dan signifikan.Teori ekonomi klasik ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah, yaitu keseimbangan (equilibrium) dan keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan oleh karena itu modal akan mengalir dari daerah yang berubah rendah. b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Teori ini didasarkan pada sudut pandang teori lokasi, yaitu pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang selanjutnya dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Berarti dalam menentukan strategi pembangunan harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimiliki guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. c. Teori Lokasi Teori ini mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan atau industri 21 umumnya terletak atau berdekatan dengan pasar atau sumber bahan baku. Artinya semakin tepat dalam pemilihan lokasi (strategis) maka semakin kecil ongkos produksi yang akan dikeluarkan. d. Teori Tempat Sentral Teori ini menganggap bahwa semacam hierarki tempat. Setiap sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. e. Teori Kausasi Kumulatif Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari teori kausasi kumulatif, dengan kata lain kekuatankekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan daerah-daerah tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa daerah yang mengalami keunggulan kompetitif disbanding. f. Model Daya Tarik (Attraction) Teori model daya tarik adalah model pertumbuhan ekonomi-ekonomi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisai melalui pemberian subsidi dan insentif. 22 F. Pembangunan Ekonomi Regional Pembangunan ekonomi regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional serta tunduk pada peraturan tertentu. Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana masyarakat daerah dan pemerintah mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah ekonomi tersebut (Lincolin Arsyad: 108). G. Kesenjangan Regional Tolak ukur untuk melihat kesenjangan regional terlihat pada standar hidup dari seluruh masyarakat. Kesenjangan regional yaitu perbedaan faktor anugerah awal (endoment factor). Pebedaan inilah yang menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut (Sukirno, 1976). Menurut Williamson (1965) dalam empirisnya menemukan bahwa pada tahap awal pembangunan akan terjadi kesenjangan pendpatan regional. Beberapa penyebab kesenjangan antar daerah adalah: a. Migrasi Tenaga Kerja Tenaga kerja di daerah yang terdidik, terampil, memiliki skill dan produktif akan berpindah dan terserap di daerah yang kaya sehingga 23 migrasi tenaga kerja ini mengakibatkan ketimpangan spasial. b. Migrasi Kapital Keuntungan yang diperoleh dari aglomerasi proyek-proyek kapital dari daerah yang relatif kaya menyababkan kapital mengalir dari daerah miskin ke daerah kaya. Hal ini mengakibatkan antar daerah melebar. c. Kebijakan Pemerintah Sasaran kebijakan pemerintah untuk meningkatkan prestasi pembangunan ekonominya dapat dilakukan dengan mengalokasikan dana investasinya ke daerah-daerah kaya dan membutuhkan berbagai sarana publik dan dapat dengan segera mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini akan mendorong semakin cepatnya laju pertumbuhan di daerah kaya sehingga cenderung memperbesar kesenjangan. d. Keterkaitan Antar Daerah Williamson menyatakan kesenjangan antar daerah juga dapat disebabkan oleh kondisi geografis suatu daerah. Semakin luas wilayah maka efek penyebarannya semakin lambat apalagi bila sarana transportasi kurang memadai. Kurangnya keterkaitan antar daerah dapat menyebabkan kurang efek penyabaran, perubahan sosial dan penggandaan pendapatan. Apabila daerah kaya juga mempunyai areal pertanian yang luas dan produktif maka daerah miskin tidak memperoleh keuntungan dari adanya hubungan antar daerah dapat menyebabkan input-input untuk seperangkat alat industrinya (Jhingan, 1994). 24 H. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Salah satu penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu Egy Gugy dan Sugeng Hadi Utomo (2012) yang menganalisis potensi ekonomi di Kabupaten Malang tahun 2005-2009 dengan metode Location Quotient serta Shift Share analisis. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kesimpulan yaitu Kabupaten Malang memiliki tiga sektor basis setelah dilihat dari analisis Location Quotient (LQ) rata-rata yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, dan penggalian, dan sektor jasa-jasa. Kabupaten Malang memiliki empat sektor potensial dilihat dari analisi Shift Share (SS) yang tercantum dalam analisis dilihat dari Propotional Shift (PS) dan Differential Shift (DS). Sektor potensialnya yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis (PR) bernilai negatif (Pr < 0) dan (DR) bernilai positif (DR > 0). Pada sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan hasil analisi Pr bernilai positif (PR > 0) dan (DR) bernilai negatif (DR < 0). Pada sektor industri pengolahan menunjukkan hasil analisis Pr bernilai negatif (PR < 0) dan Dr bernilai positif ( DR > 0) dan pada sektor jasa-jasa menunjukkan hasil analisis Pr bernilai positif (PR > 0) dan Dr bernilai negatif (DR < 0). Sedangkan penelitian menurut Hilal Almulaibari (2011) dengan judul “ Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Tegal Tahun 2004-2008” terdapat kesimpulan bahwa Berdasarkan analisis LQ maka dapat di ketahui bahwa Kota Tegal memiliki sektor basis yang potensial, yaitu (1). sektor Listrik, gas dan Air, (2). Transportasi dan Komunikasi, (3). Keuangan, (4). 25 Bangunan, dan (5). Perdagangan. Kelima sektor tersebut mampu mengekspor produk ke daerah lain atau keluar negeri karena mampu menghasilkan produk tersebut secara lebih murah dan efisien, serta akan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi guna pembangunan wilayah Kota Tegal. Berdasarkan tipologi pembagian sektor ekonomi Kota Tegal masing-masing sektor tingkat kepotensialannya “istimewa” untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis (LQ > 1). Pada Tipologi I Sektor ekonomi Kota Tegal yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan istimewa adalah sektor pembangunan dan perdagangan. Pada Tipologi III Sektor ekonomi Kota Tegal yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan baik adalah sektor Transportasi dan Komunikasi; Keuangan dan Listrik, gas dan air. Pada Tipologi V Sektor ekonomi Kota Tegal yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan cukup adalah sektor Industri. Pada Tipologi VII Sektor ekonomi Kota Tegal yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan kurang adalah sektor jasa-jasa. Pada Tipologi VIII Sektor ekonomi Kota Tegal yang mendapatkan nilai tingkat kepotensialan kurang sekali adalah sektor pertanian. Pada penelitian Bambang Prishardoyo (2008) dengan judul “ Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Pati Tahun 2000-2005” terdapat kesimpulan Berdasarkan hasil analisis location quotient sektor-sektor potensial yang dapat diandalkan selama tahun analisis 2000-2005 adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor 26 keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Dan Berdasarkan hasil analisis keterkaitan wilayah (Gravitasi) selama tahun analisis 2000-2005 menunjukkan bahwa Kabupaten yang paling kuat interaksinya dengan Kabupaten Pati adalah Kabupaten Kudus dengan nilai interaksi rata-rata sebesar 1,491,863,31. Sedangkan yang paling sedikit interaksinya adalah Kabupaten Jepara dengan nilai interaksi rata-rata sebesar 138,810,362.3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aditya Nugraha Putra (2013) dengan judul “ Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai kesimpulan yaitu hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta sektor jasajasa merupakan sektor basis yang dominan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena terdapat di tiga kabupaten/kota dari lima kabupaten/kota. Sedangkan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdapat di dua kabupaten/kota. Untuk sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi hanya dimiliki oleh satu kabupaten/kota. Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta memiliki sektor basis terbanyak dengan lima sektor basis. Sedangkan Kabupaten Gunung Kidul memiliki sektor basis paling sedikit yaitu hanya dua sektor. Untuk hasil analisis MRP yang di overlay menunjukkan bahwa di Provinsi DIY memiliki sektor yang kompetitif yaitu sektor bangunan di kabupaten Bantul, kemudian sektor bangunan dan perdagangan , hotel, dan restoran di Kabupaten Sleman. Sedangkan hasil analisis shift share menunjukkan keunggulan sektor yang 27 kompetitf yaitu sektor pertanian di 3 Kabupaten kulon progo, Bantul, dan Sleman. Sektor bangunan di Kabupaten Bantul. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran kompetitif di Kabupaten Sleman. I. Kerangka Pemikiran PDRB Provinsi Jawa Tengah PDRB Kab. Boyolali Potensi Ekonomi Sektoral Kab. Boyolali Kebijakan Pembangunan Kab. Boyolali Pembangunan Ekonomi Kab. Boyolali di Era Otonomi Daerah Penjelasan diatas menggambarkan data PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Boyolali sangat berguna dalam analisis potensi daerah Kabupaten Boyolali. Hasil dari data-data tersebut adalah mengetahui potensi ekonomi sektoral apa yang ada di Kabupaten Boyolali. Setelah mengetahui sektor potensi ekonomi di Kabupaten Boyolali, pemerintah dapat menerapkan kebijakan-kebijakannya dalam membangun Kabupaten Boyolali. Dengan 28 kebijakan yang diterapkan pemerintah akan menghasilkan pembangunan derah Kabupaten Boyolali di era otonomi daerah pada saat ini. Berdasarkan data PDRB di Kabupaten Boyolali tahun 2010-2014 berdasar harga konstan dan data PDRB Provinsi Jawa Tengah dilakukan analisa mengidentifikasi sektor-sektor potensial. Pemerintah dituntut untuk mengetahui ekonomi sektorial apa yang menjadi sektor basis ekonomi, sektor potensial yang dapat di maksimalkan dalam pembangunan di Kabupaten Boyolali. Dengan pemerintah mengetahui semua sektor-sektor tersebut, diharapkan tidak salah arah dalam mengambil kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi. Sehingga pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan terwujud yang di cita-citakan. J. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara atas masalah yang hendak diteliti. Berdasarkan pemaparan di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali selama 5 tahun (20102014) pada sektor industri pengolahan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor memiliki perkembangan yang cukup tinggi. Hipotesis diatas berdasarkan distribusi produk domestik regional bruto atas dasar harga kosntan tahun 2010-2014 di Kabupaten Boyolali. 2. Diduga sektor industri pengolahan merupakan sektor basis di Kabupaten Boyolali. Hipotesis di atas didasarkan kontribusi sektor industri 29 pengolahan yang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam pembentukan PDRB. 3. Diduga sektor informasi dan komunikasi merupakan sektor potensial di Kabupaten Boyolali. Hipotesis ini berdasarkan pada pertumbuhan sektor yang tinggi tetapi kontribusi rendah.